PRODUKTIVITAS DAN MUTU
TANAMAN TAHUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
PEDOMAN TEKNIS
PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan kebijakan pengembangan yang ditempuh, usaha perkebunan kelapa sawit yang sampai dengan akhir tahun ‘70 an hanya diusahakan sebagai perkebunan besar, semenjak awal tahun ’80 an mulai dikembangkan usaha perkebunan rakyat melalui pola PIR. Pengembangan perkebunan rakyat dimaksud, ditempuh dengan penerapan praktek pertanian yang baik, dengan sumberdana kredit perbankan, dan melalui mekanisme kemitraan.
Melalui pendekatan yang dimaksud, maka perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat dan sekitar 40% merupakan usaha perkebunan rakyat. Terkait dengan pesatnya pengembangan yang dimaksud, sepanjang menyangkut usaha perkebunan rakyat, dipandang terdapat beberapa masalah yang cukup mendesak untuk segera dicari upaya pemecahannya, diantaranya adalah pengembangan kelapa sawit melalui perluasan kelapa sawit dan model-model peremajaan perkebunan rakyat.
penyelenggaraannya bagi semua pihak terkait, maka disusun Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit.
Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Sasaran Nasional 4
C. Tujuan 4
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 6
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 7
B. Spesifikasi Teknis 12
III. PELAKSANAAN KEGIATAN 15
A. Ruang Lingkup 15
B. Pelaksana Kegiatan 18
C. Lokasi, Jenis dan Volume 20
D. Simpul Kritis 20
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN
21
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
23
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 23
VII. PEMBIAYAAN 25
VIII. PENUTUP 25
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lokasi Pelaksanaan
Pengembangan Kelapa Sawit Tahun 2013 ………. 27
Lampiran 2. Lokasi dan volume kegiatan Pemeliharaan demplot Model-
Model Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Tahun 2013 ………..28
Lampiran 3. Lokasi dan volume kegiatan Pengembangan Model-
Model Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Tahun 2013 ………..28
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komoditi perkebunan yang sebagian
terbesar merupakan perkebunan rakyat,
perjalanan sejarah pengembangannya
antara usaha perkebunan rakyat dan
perkebunan besar, berjalan
sendiri-sendiri, tanpa ada kaitan kegiatan
operasionalnya. Untuk pengembangan kelapa sawit, dengan maksud dapat secara langsung menerapkan praktek pertanian
yang baik, maka pendekatan
pengembangannya ditempuh melalui
pengembangan perkebunan rakyat sebagai
kebun plasma pola PIR. Melalui
pendekatan tersebut, ternyata selain
perkebunan kelapa sawit menjadi
berkembang dengan pesat, sekaligus terbukti bahwa pengembangan kelapa
sawit berdampak terhadap
penanggulangan kemiskinan,
penggangguran dan pengembangan
wilayah.
Sebagai dampak keberhasilan yang
dimaksud, maka berkembang dengan pesat gairah pengembangan kelapa sawit,
baik dalam pertumbuhan maupun
dengan pesatnya pertumbuhan yang dimaksud dan dilain pihak dihadapi
keterbatasan kemampuan pelayanan,
maka terjadi pengembangan perkebunan rakyat kelapa sawit secara swadaya yang kurang menerapkan praktek pertanian yang baik dan penggunaan benih tidak bersertifikat. Disamping itu, seiring
dengan perjalanan pengembangan
perkebunan rakyat kelapa sawit, maka dewasa ini telah mulai terdapat kebun-kebun kelapa sawit yang telah memasuki umur peremajaan.
Berkenaan latar belakang kondisi umum perkebunan rakyat kelapa sawit tersebut di atas, maka kedepan menjadi strategis untuk ditempuh upaya pemberdayaan usaha perkebunan rakyat kelapa sawit meliputi kegiatan : (i) Penggantian benih tidak bersertifikat; (ii) Pengembangan kelapa sawit pada wilayah spesifik; dan (iii) Pengembangan Model Peremajaan Perkebunan Rakyat Kelapa Sawit.
Secara umum kebijakan pengembangan perkebunan rakyat ditempuh melalui
pendekatan penyediaan dukungan
sumberdana kredit perbankan untuk
petani mampu. Diluar wilayah yang dimaksud, masih terdapat wilayah-wilayah
yang perlu dikondisikan kesiapan
kehadiran teknis perbankan atau
tumbuhnya kegiatan secara swadaya, yaitu wilayah yang dipandang mempunyai ciri spesifik, antara lain: wilayah pasca bencana dan konflik, perbatasan, wilayah miskin dan tertinggal, wilayah bermasalah (menyebabkan timbulnya asap setiap tahun).
Dengan pertimbangan untuk dapat
mengantarkan tumbuhnya kondisi
kesiapan pengembangan perkebunan
rakyat kelapa sawit pada wilayah spesifik dimaksud, maka kegiatan yang dilakukan bersifat introduksi. Berkenaan dengan hal tersebut, maka melalui DIPA Sub-Sektor Perkebunan tahun 2013 tersedia dana kegiatan pengembangan tanaman kelapa sawit melalui kegiatan perluasan, model-model peremajaan kelapa sawit dan penggantian benih tidak bersertifikat dengan benih unggul bersertifikat. Dalam rangka memberikan kejelasan langkah pelaksanaannya dan tertib pelaksanaan
penyelenggaraannya, maka disusun
B. Sasaran Nasional
Sasaran kegiatan pengembangan tanaman
Kelapa Sawit adalah terfasilitasinya
pengembangan budidaya tanaman tahunan (kelapa sawit) pada perkebunan Kelapa Sawit Rakyat.
C. Tujuan
1. Kegiatan Perluasan tanaman kelapa sawit bertujuan sebagai berikut:
a. Mendorong tumbuhnya usaha
perkebunan kelapa sawit rakyat pada wilayah dan petani spesifik.
b. Peningkatan produksi dan
produktivitas kelapa sawit rakyat.
c. Peningkatan pendapatan
masyarakat melalui pengembangan kelapa sawit rakyat pada wilayah
spesifik dan memperluas
kesempatan/peluang kerja.
2. Kegiatan Kegiatan pengembangan
model-model peremajaan kelapa sawit rakyat bertujuan untuk:
Jangka panjang :
sawit rakyat, yang secara teknis dapat merupakan alternatif dari teknologi konvensional yang ada;
b. Memperoleh gambaran tentang
tingkat pendapatan yang dapat dicapai dari tanaman tumpangsari pangan intensif;
c. Menemukan pendekatan paket
teknologi peremajaan perkebunan
kelapa sawit rakyat yang
dipandang sesuai pada wilayah yang bersangkutan.
Jangka pendek :
a. Mendapatkan konsep teknologi
alternatif peremajaan kelapa sawit rakyat tahun pertama dan kedua;
b. Mendapatkan konsep teknologi
pengembangan tanaman
tumpangsari pangan;
c. Mengetahui tingkat pendapatan usahatani pada model peremajaan kelapa sawit rakyat;
d. Mengetahui kendala-kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan
3. Kegiatan peningkatan produktivitas
kelapa sawit rakyat melalui
penggantian benih tidak bersertifikat
dengan benih unggul bermutu
bersertifikat bertujuan untuk:
a. Menyediakan benih kelapa sawit unggul bermutu bersertifikat siap tanam untuk mengganti benih tidak bersertifikat milik petani yang akan dimusnahkan;
b. Mendemonstrasikan bentuk
penegasan pemberantasan
penggunaan benih kelapa sawit tidak bersertifikat;
c. Menanamkan kesadaran umum
tentang bahaya penggunaan benih kelapa sawit tidak bersertifikat.
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Dengan maksud bantuan yang diberikan
kepada petani pada kegiatan
pengembangan tanaman kelapa sawit dimaksud dapat mendorong tumbuhnya kemampuan petani secara swadaya untuk mewujudkan perkebunan kelapa sawit
yang layak teknik, maka prinsip
A. Prinsip-Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
Prinsip-prinsip pendekatan pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman kelapa sawit secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Perluasan Kelapa Sawit
a. Wilayah perluasan kelapa sawit
merupakan wilayah perluasan
perkebunan rakyat kelapa sawit dengan kondisi spesifik sebagai berikut :
- Kabupaten Sanggau, Propinsi
Kalimantan Barat: dengan
maksud merangsang
pertumbuhan kegiatan ekonomi
wilayah perbatasan Indonesia
dengan Malaysia, dimana Sebelah
Utara Kabupaten Sanggau
berbatasan dengan Malaysia
Timur;
- Kabupaten Bengkayang, Propinsi
Kalimantan Barat: dengan
maksud merangsang
pertumbuhan kegiatan ekonomi
wilayah perbatasan Indonesia
dengan Malaysia;
pembangunan wilayah dan pemberdayaan masyarakat pasca konflik Gerakan Aceh Merdeka.
- Kabupaten Nagan Raya, Propinsi Aceh: dengan maksud melakukan
pembangunan wilayah dan
pemberdayaan masyarakat pasca konflik Gerakan Aceh Merdeka.
- Kabupaten Manokwari, Propinsi
Papua Barat: dengan maksud
merangsang pertumbuhan
kegiatan ekonomi wilayah
perbatasan Indonesia dengan
Papua New Gini.
b. Petani atau kelembagaannya dalam melaksanakan kegiatan perluasan
kebun kelapa sawit perlu
menerapkan paket teknologi
anjuran, yang disampaikan melalui pelatihan;
2. Model – Model Peremajaan Kelapa Sawit
a. Wilayah peremajaan kelapa sawit
merupakan wilayah perkebunan
rakyat kelapa sawit yang
tanamannya telah berumur lebih dari 25 tahun, produktivitas kurang dari 12 ton/Ha/tahun, tanaman sudah tinggi sehingga sulit dipanen;
metode pengamatan disusun
bersama Direktorat Jenderal
Perkebunan, Pusat Penelitian dan Dinas Perkebunan setempat;
b. Petani atau kelembagaannya dalam melaksanakan kegiatan peremajaan perkebunan kelapa sawit rakyat perlu menerapkan paket teknologi anjuran.
c. Dalam rangka meningkatkan
ketrampilan teknis dan
kebersamaan ekonomi petani,
dilakukan kegiatan pelatihan
peningkatan ketrampilan teknis dan Sistem Kebersamaan Ekonomi;
d. Paket kegiatan berupa
pemeliharaan tahun kedua dan ketiga bagi wilayah yang telah mengembangkan model tahun 2011 dan 2012 dan paket peremajaan
bagi wilayah yang baru
melaksanakan tahun 2013.
3. Kegiatan Peningkatan Produktivitas
Kelapa Sawit Rakyat Melalui
Penggantian Benih Tidak Bersertifikat
Dengan Benih Unggul Bermutu
Bersertifikat
a. Daerah sasaran kegiatan
penggantian benih tidak
b. Petani atau kelompok tani sasaran adalah petani/kelompok tani di daerah sasaran pada butir 1 yang telah diseleksi dan ditetapkan oleh Pemda (Bupati) setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat; c. Pilihan calon lokasi merupakan
sentra-sentra wilayah
pengembangan kelapa sawit rakyat swadaya;
d. Penyaluran bantuan kepada petani
atau kelompok tani terpilih
dilakukan setelah melalui proses identifikasi dan seleksi CP/CL, dengan kriteria antara lain petani
swadaya, tidak mampu/miskin,
dengan luasan lahan maksimal 2 Ha/petani yang menggunakan benih kelapa sawit tidak bersertifikat atas
dasar hasil pendataan yang
dilakukan oleh petugas yang
ditunjuk;
(JUKLAK) yang disusun oleh Provinsi sesuai dengan kondisi wilayah yang
ada, kemudian diatur secara
spesifik dalam Petunjuk Teknis
(JUKNIS) oleh Kabupaten/Kota
sesuai kondisi petani dan budaya setempat;
f. Benih kelapa sawit tidak
bersertifikat yang diganti dengan benih unggul bermutu bersertifikat siap tanam, langsung dimusnahkan
dengan dibuat berita acara
pemusnahan disaksikan oleh petugas yang ditunjuk;
g. Pelaksanaan kegiatan penyaluran benih ditempuh melalui pendekatan
kelompok untuk wilayah
sehamparan atau melalui
pendekatan individu masing –
masing petani untuk wilayah yang terpencar;
h. Dalam rangka meningkatkan
kesiapan petani untuk tidak
melakukan kesalahan serupa dan
sekaligus meningkatkan
keterampilan teknisnya, dilakukan pendampingan;
4. Pelaksanaan kegiatan ditempuh melalui
pendekatan kelompok, yang
pelaksanaannya dapat dilakukan oleh
kelompok atau dilaksanakan bersama secara berkelompok;
5. Seluruh tahapan kegiatan yang
dilakukan oleh petani melalui Kelompok Tani dilaksanakan dengan bimbingan oleh Petugas Daerah yang ditunjuk. Paket bantuan merupakan hibah.
6. Paket bantuan merupakan hibah dan pelaksanaan pengadaan benih kelapa sawit unggul bermutu bersertifikat (siap tanam) dan saprodi mengacu
kepada PEDOMAN PENGADAAN DAN
PENGELOLAAN BARANG DAN JASA LINGKUP SATKER DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2013 yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Perkebunan
Kementerian Pertanian;
B. Spesifikasi Teknis
1. Perluasan kelapa sawit
Spesifikasi teknis secara rinci bantuan benih kelapa sawit siap salur beragam untuk setiap kabupaten, tergantung ketersediaan benih, kesepakatan petani dan ketersediaan anggaran. Dengan pertimbangan benih merupakan factor
kunci keberhasilan kegiatan
pengembangan perkebunan rakyat
secara garis besar spesifikasi teknis bantuan benih ke petani/kelompok tani adalah benih/kecambah kelapa sawit harus dari sumber benih yang telah ditetapkan pemerintah, umur benih minimal 8 bulan dan dalam kondisi
sehat. Saprodi merupakan saprodi
dengan merk terdaftar.
2. Model-Model Peremajaan Kelapa sawit
Spesifikasi teknis secara rinci paket
bantuan kegiatan pengembangan
model-model peremajaan perkebunan kelapa sawit rakyat setiap Kabupaten, tergantung design yang disepakati dan
ketersediaan anggaran. Dengan
pertimbangan bibit dan sarana produksi merupakan faktor kunci keberhasilan kegiatan peremajaan kelapa sawit, maka secara garis besar spesifikasi
teknis bantuan bibit ke
petani/kelompok tani adalah:
- benih/bibit kelapa sawit berumur
minimal 8 bulan (siap tanam) dan bersertifikat;
- benih tanaman tumpangsari pangan
harus benih unggul bersertifikat;
- agro-input sesuai rekomendasi dan
- pelatihan petani minimal yang harus dilakukan adalah dinamika kelompok dan teknis budidaya;
3. Peningkatan produktivitas kelapa
sawit rakyat melalui penggantian benih tidak bersertifikat dengan benih unggul bermutu bersertifikat
Spesifikasi teknis bantuan benih kelapa
sawit untuk kegiatan peningkatan
produktivitas kelapa sawit rakyat
melalui penggantian benih tidak
bersertifikat dengan benih unggul
bermutu bersertifikat yang berasal dari sumber benih dalam negeri yang telah ditetapkan pemerintah :
a. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PT. PPKS) Medan
b. PT. Socfin Indonesia (PT.Socfindo)
c. PT. PP London Sumatera
Indonesia,Tbk. (PT. Lonsum) d. PT. Bina Sawit Makmur e. PT. Tunggal Yunus Estate
f. PT. Dami Mas Sejahtera
g. PT. Bakti Tani Nusantara h. PT. Tania Selatan
i. PT. Sarana Inti Pratama
Benih kelapa sawit disalurkan ke petani dalam polibeg, keadaan siap salur berumur antara 9 – 18 bulan (sesuai kondisi setempat) dan telah disertifikasi oleh UPTD Perbenihan setempat.
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup Kegiatan
Dengan pertimbangan keberhasilannya
akan dapat mengkondisikan upaya
pengembangan lebih lanjut, ruang lingkup kegiatan pengembangan tanaman kelapa sawit idealnya untuk PUSAT, PROPINSI dan KABUPATEN masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Pusat
Kegiatan Pusat adalah:
a. Menyusun Pedoman Teknis;
b. Melakukan pertemuan dalam
rangka membangun kesiapan
pelaksanaan (penyamaan persepsi tentang latar belakang dan konsep rencana kegiatan);
c. Membahas penetapan kriteria
petani/kelompok tani sebagai bahan dalam identifikasi pilihan
calon lokasi dan calon
petani/kelompok tani rencana
kegiatan;
d. Memonitor proses pemilihan dan penetapan calon lokasi dan calon petani/kelompok tani;
e. Melakukan konsultasi, bimbingan, pendampingan dan pengawalan;
f. Melakukan monitoring dan
evaluasi;
g. Menyusun laporan.
2. Kegiatan Propinsi
Kegiatan Propinsi adalah:
a. Mengikuti pertemuan dalam
rangka membangun kesiapan
pelaksanaan (penyamaan persepsi tentang latar belakang dan konsep rencana kegiatan);
b. Melakukan sosialisasi kepada
berbagai pihak terkait dalam
rangka penyamaan persepsi
tentang latar belakang dan konsep rencana kegiatan;
c. Menyusun petunjuk pelaksanaan;
d. Membahas penetapan kriteria
calon lokasi dan calon
petani/kelompok tani sebagai
calon lokasi dan calon
petani/kelompok tani rencana
kegiatan, bersama dengan
Kabupaten;
e. Memonitor dan mengawal proses pemilihan dan penetapan calon lokasi dan calon petani/kelompok tani;
f. Melakukan konsultasi, bimbingan, pendampingan dan pengawalan;
g. Melakukan monitoring dan
evaluasi;
h. Menyusun laporan.
3. Kegiatan Kabupaten
Kegiatan di Kabupaten adalah:
a. Mengikuti pertemuan dalam
rangka membangun kesiapan
pelaksanaan (penyamaan persepsi tentang latar belakang dan konsep rencana kegiatan);
b. Melakukan sosialisasi kepada
berbagai pihak terkait dalam
rangka penyamaan persepsi
tentang latar belakang dan konsep rencana kegiatan;
c. Menyusun Petunjuk Teknis;
d. Membahas penetapan kriteria
calon lokasi dan calon
petani/kelompok tani sebagai
calon lokasi dan calon
petani/kelompok tani rencana
kegiatan, bersama dengan
Propinsi;
e. Melakukan review, seleksi dan menetapkan calon lokasi dan calon petani/kelompok tani;
f. Melakukan sosialisasi kepada
petani/kelompok tani tentang
rencana pelaksanaan kegiatan;
g. Menyelenggarakan pelatihan
sistem kebersamaan ekonomi dan keterampilan teknis;
h. Memfasilitasi pelaksanaan
kegiatan oleh petani/kelompok tani;
i. Melakukan konsultasi, bimbingan, pendampingan dan pengawalan;
j. Melakukan monitoring dan
evaluasi;
k. Menyusun laporan.
B. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana langsung kegiatan
pengembangan tanaman kelapa sawit adalah petani/kelompok tani terpilih yang telah ditetapkan melalui proses seleksi, dengan mengacu Pedoman Teknis, Petunjuk Pelaksanaan dan
Petunjuk Teknis yang telah
Dengan maksud agar
penyelenggaraannya dapat
berlangsung sesuai tertib teknis dan administrasi sesuai ketentuan, maka pelaksanaan kegiatan oleh petani/ kelompok tani dibawah bimbingan, pendampingan dan koordinasi:
a. Dinas Kabupaten/Propinsi
setempat yang membidangi
perkebunan sebagai penanggung jawab kegiatan;
b. Petugas Dinas Kabupaten/Propinsi
yang membidangi perkebunan
yang ditunjuk untuk menangani administrasi kegiatan;
c. Petugas unit fungsional terkait
untuk konsultasi kelancaran
pelaksanaan kegiatan;
d. Petugas teknis yang ditunjuk untuk
memberikan pembekalan
ketrampilan, bimbingan dan
pendampingan teknis pelaksanaan; e. Fasilitator yang ditunjuk untuk
memberikan pelatihan Sistem
Kebersamaan Ekonomi.
Dengan pertimbangan paket bantuan dari sub-sektor perkebunan hanya benih/benih kelapa sawit unggul
sedangkan dana untuk pengutuhan penyelenggaraan diharapkan didukung
dari berbagai sumber, maka
kerjasama dan peran aktif dari masing-masing pelaksana kegiatan sangat mendukung keberhasilan.
Organisasi pelaksanaan kegiatan
lingkup unit fungsional pada semua tingkatan mengacu pada ketentuan yang berlaku. Sedangkan organisasi pelaksanaan tingkat kelompok tani diatur sesuai musyawarah kelompok.
C. Lokasi dan Volume Kegiatan
Lokasi dan volume kegiatan
pengembangan tanaman kelapa sawit
tahun 2013 disampaikan pada
lampiran.
D. Simpul Kritis
1. Koordinasi antara Direktorat
Tanaman Tahunan, petugas Dinas
Provinsi, Dinas Kabupaten,
Puslit/Balit/Instansi terkait, dan petugas lapang.
memudahkan pengadaan dan pengiriman bahan tanaman dan saprodi serta evaluasi kegiatan ke daerah tersebut.
3. Ketepatan waktu pengadaan dan pengiriman bahan tanaman dan
saprodi untuk pengembangan
tanaman tahunan, sehingga tidak menyebabkan keterlambatan.
4. Teknologi budidaya yang akan diterapkan harus sesuai dengan baku teknis serta kondisi di lapangan.
5. Penetapan waktu, frekuensi,
parameter pengamatan untuk
meningkatkan produktivitas
tanaman tahunan.
6. Ketersediaan bahan tanaman dan
saprodi yang akan digunakan
sebagai paket teknologi budidaya tanaman tahunan diusahakan tepat waktu dan tepat sasaran.
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN
BANTUAN
x
sawit dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Berdasarkan Keputusan
Bupati/Walikota atau Kepala
Dinas/Badan Lingkup Pertanian atau
pejabat yang ditunjuk tentang
Penetapan Kelompok Sasaran,
dilakukan proses pengadaan benih
unggul bermutu bersertifikat siap
tanam dan saprodi.
b. Prosedur pengadaan dan penyaluran mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010 berikut perubahannya serta Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang Lingkup Satker Ditjen. Perkebunan Tahun 2013.
c. Kontrak pengadaan benih dan saprodi tersebut telah ditandatangani paling lambat akhir triwulan I tahun 2013. d. Penyaluran benih kelapa sawit unggul
bermutu bersertifikat siap tanam dan atau saprodi lainnya kepada petani paling lambat menjelang awal musim hujan tahun 2013.
e. Penyaluran bantuan tersebut kepada petani dengan dibuat berita acara
serah terima barang sebagaimana
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
Pembinaan dan pengendalian dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku, agar
penyelenggaraan kegiatan dapat
menerapakan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan akuntabel.
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19
Maret 2010 tentang Pedoman sistem
pemantauan, evaluasi dan pelaporan
pembangunan pertanian. Dinas yang
membidangi perkebunan kabupaten dan
provinsi wajib melakukan monitoring,
evaluasi dan pelaporan secara berjenjang
dilaporkan kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jenis pelaporan
a. SIMONEV yang meliputi:
x Kemajuan pelaksanaan kegiatan
x
x Perkembangan kelompok sasaran
dalam pengelolaan kegiatan
lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;
x Permasalahan yang dihadapi dan
upaya penyelesaian di tingkat
Kabupaten dan Provinsi;
x Format laporan menggunakan
format yang telah ditentukan;
b. Laporan perkembangan fisik yang sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan
dengan materi meliputi: nama
petani/kelompok tani,
desa/kecamatan/kabupaten, luas
areal (target dan realisasi), waktu pelaksanaan, perkembangan, kendala dan permasalahan, upaya pemecahan masalah.
c. Laporan akhir kegiatan yang
menyangkut seluruh pelaksanaan
kegiatan.
2. Waktu penyampaian laporan:
a. SIMONEV dibuat perbulan dengan
ketentuan:
x Pelaporan dinas yang membidangi
x Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan provinsi ditujukan
kepada kepada Direktorat Tanaman Tahunan disampaikan paling lambat setiap tanggal 7 bulan laporan. b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat
pertriwulan, ditujukan kepada
Direktorat Tanaman Tahunan
Direktorat Jenderal Perkebunan,
disampaikan paling lambat tanggal 5 bulan laporan.
c. Laporan akhir ditujukan kepada
Direktorat Tanaman Tahunan,
Direktorat Jenderal Perkebunan,
disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2013.
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan Pengembangan Kelapa Sawit Tahun anggaran 2013 dibiayai oleh dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal
Perkebunan Tugas Pembantuan (TP)
Provinsi atau Kabupaten.
VIII. PENUTUP
sawit, baik tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten serta pihak-pihak terkait
lainnya dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan pelaporan.
Dalam rangka lebih memberikan kejelasan
penyelenggaraan pelaksanaannya agar
tertib teknis dan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan mampu mencapai hasil sesuai yang diharapkan,
maka provinsi menerbitkan Petunjuk
Pelaksanaan dan Kabupaten menerbitkan Petunjuk Teknis.
Keberhasilan kegiatan ini diharapkan dapat berperan dalam mendorong tumbuhnya usaha pengembangan tanaman kelapa sawit pada wilayah spesifik.
Capaian keberhasilan yang dimaksud akan
dapat terwujud melalui integrasi
perencanaan, kesamaan tekad dan
kerjasama semua pihak terkait.
Jakarta, Desember 2012
Lampiran 1. Lokasi Pelaksanaan Pengembangan Kelapa Sawit 2013
PROVINSI KABUPATEN VOLUME
1 KALBAR 1 Sanggau 100.00 Ha
2 Bengkayang 100.00 Ha
2 ACEH 3 Aceh Utara 100.00 Ha
4 Nagan Raya 100.00 Ha
3 PAPUA BARAT 5 Manokwari 100.00 Ha
Lampiran 2. Lokasi dan Volume Kegiatan Pemeliharaan Demplot Peremajaan Kelapa Sawit
Rakyat Tahun TA 2011 dan 2012
PROVINSI KABUPATEN VOLUME
1 RIAU 1 1 Pkt
2 JAMBI 2 1 Pkt
3 SUMSEL 3 1 Pkt
4 BENGKULU 4 1 Pkt
5 KALBAR 5 Sanggau 1 Pkt
6 SUMBAR 6 Pasaman Barat 1 Pkt
7 SUMUT 7 1 Pkt
Lampiran 3. Lokasi dan Volume Kegiatan
Pengembangan Model-Model
Peremajaan Perkebunan Kelapa
Sawit Rakyat Tahun 2013
PROVINSI KABUPATEN VOLUME
1 BENGKULU 1 20 Ha
2 KALBAR 2 Sekadau 20 Ha
3 SUMBAR 3 Pasaman Barat 20 Ha
Lampiran 4. Lokasi dan Volume Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Rakyat Melalui Penggantian Benih Tidak Bersertifikat Dengan
Benih Unggul Bermutu
BersertifikatTahun 2013
No. Kegiatan Vol. Fisik
Provinsi/Kabupaten
1 Jambi 1.00 Keg Pemeliharaan benih
kelapa sawit main nursery
2 Sumbar 100 Ha 3 Sulbar 100 Ha
Jumlah 200 Ha/