• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB IV"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Umum Klaster

Cor Logam Ceper-Klaten

Pengantar

Klaster cor logam di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten berdiri sejak jaman

penjajahan Belanda, Jepang, masa Kemerdekaan hingga saat ini. Keberadaannya

berdampak bagi perkembangan perekonomian di Kabupaten Klaten khususnya dan

Jawa Tengah pada umumnya. Guna mengetahui kondisi klaster, potensi klaster,

permasalahan klaster dan upaya perbaikan yang telah dilakukan, diperlukan adanya

gambaran umum klaster cor logam di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten.

Bab ini menggambarkan kondisi umum klaster cor logam di Kecamatan

Ceper, Kabupaten Klaten, yang meliputi : proil klaster cor logam Ceper, jenis industri

yang ada di klaster cor logam Ceper, pihak-pihak yang terkait dengan cor logam,

permasalahan yang berkaitan dengan klaster cor logam dan upaya perbaikannya.

Proil klaster merupakan gambaran umum tentang klaster yang meliputi lokasi

(2)

teknologi, pemasaran, jumlah perusahaan dan penyerapan tenaga kerja serta

rantai nilai klaster. Sedangkan permasalahan klaster dibagi dalam: permasalahan

tenaga kerja, modal, ketersediaan bahan baku, proses produksi dan tuntutan sisi

permintaan. Guna mengatasi permasalahan tersebut, juga ditampilkan tentang

upaya perbaikan yang telah dilakukan oleh klaster.

Kondisi Geograis Kecamatan Ceper

Kecamatan Ceper merupakan salah satu kecamatan dari 26 kecamatan di Kabupaten Klaten. Luas total wilayah kecamatan Ceper sebesar 24,45 km2. Jumlah penduduk total di Kecamatan Ceper tahun 2008 adalah 63.830 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 2.610 jiwa/km2 (Klaten Dalam Angka, 2009). Batas-batas Wilayah Kecamatan Ceper yaitu:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Delanggu.

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Karanganom dan Kecamatan Ngawen.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Trucuk dan Kecamatan Klaten Utara.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pedan.

(3)

Kegiatan perekonomian di Kecamatan Ceper didominasi oleh

sektor perdagangan, industri dan pertanian yakni sejumlah 5.220, 4.265

dan 4.264 rumah tangga, sedangkan sektor pertambangan, bangunan

dan listrik, gas dan air, angkutan/ transportasi, jasa dan sektor lainnya

masing-masing secara berurutan sebesar 213, 512, 2.607, 3.084, 2.687

rumah tangga. Data PDRB kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.1 dimana

penyumbang pendapatan terbesar adalah di sektor industri pengolahan,

perdagangan, hotel dan restoran dan diikuti oleh sektor pertanian. Klaster

cor logam berada di 3 desa di Kecamatan Ceper yaitu Desa Tegalrejo, Desa

Ngawonggo, dan Desa Batur. Beberapa industri juga ada yang berada di

sekitar ketiga desa tersebut, diantaranya Desa Klepu, Desa Kurung dan

Desa Dlimas.

Tabel 4.1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kecamatan Ceper Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

No RINCIAN NILAI

(juta rupiah)

01 Pertanian 72.357,91

02 Penggalian 39,49

03 Industri Pengolahan 369.954,72

04 Listrik dan air minum 9.011,82

05 Bangunan / Kontruksi 22.807,54

06 Perdagangan, hotel dan restoran 170.768,17

07 Angkutan dan Komunikasi 10.848,85

08 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 13.195,36

09 Jasa-jasa 17.292,64

Jumlah 686.276,50

(4)

Bahan baku dan Jenis Produk

Bahan baku cor logam adalah besi cor yaitu paduan besi-karbon

dengan kandungan karbon diatas 2 % (pada umumnya sampai dengan

4 %). Paduan ini memiliki sifat mampu cor yang sangat baik namun

memiliki elongasi yang relatif rendah. Jenis-jenis produk yang dihasilkan

(dengan mengambil sample dari 30 perusahaan) dapat dilihat pada tabel

4.2.

Tabel 4.2.

Jenis-jenis Produk cor Logam yang Dihasilkan

No Jenis Produk Jumlah Prosentase (%)

1 Perlengkapan PDAM (klem, pipa, pintu air, spare

part hydrant) 10 11,49

2 Lampu Jalan, Lampu antik 5 5,75

3 Anak Timbangan dan Pemberat 5 5,75

4 Meja, Kursi Antik / Taman 6 6,89

5 Teralis 2 2,29

6 Peralatan/perlengkapan PT.KAI 4 4,59

7 Komponen Mesin Industri

(Otomotif, Tenun, Genteng, dll) 9 10,34

8 Pompa Air 6 6,89

9 Peralatan Teknologi Tepat Guna 2 2,29

10 Spare part Dinamo / Diesel 8 9,19

11 Pagar, Roda Pintu 6 6,89

12 Dek Kapal 1 1,15

13 Ornamen / Asesoris Logam 2 2,29

14 Peralatan Rumah Tangga 1 1,15

15 Peralatan Kompor, Sarangan 2 2,29

16 Peralatan Listrik, Jaringan, Tegangan, Komponen

PLN 1 1,15

17 Rubber Roll 1 1,15

18 Peralatan Mesin Penggergajian Kayu 2 2,29

19 Teralis 2 2,29

20 Street Box 1 1,15

21 Peralatan Pertanian 8 9,19

22 Spare Part Molen 1 1,15

Jumlah 87 100

(5)

Jenis produk yang dibuat di Ceper cukup bervariasi, mulai dari

alat-alat pertanian tradisional (mata bajak sawah), alat-alat rumah tangga

(ornamen pagar, kursi taman, dan sebagainya), hingga kini beralih ke

produk mesin (spare part permesinan) seperti: pompa air, huller cylinder

rubber roll, tractor, dan sebagainya. Akhir-akhir ini yang banyak diproduksi

adalah produk spare part otomotif.

Jenis produk cor logam yang paling banyak diproduksi adalah

perlengkapan PDAM (klem, pipa, pintu air, dan spare part hydrant) dengan

prosentase sebesar 11,49%; komponen mesin industri (otomotif, tenun,

genteng, dll) dengan prosentase sebesar 10,34 %; spare part dinamo /

diesel dan peralatan pertanian, dengan prosentase masing-masing sebesar

9.19%; pompa air, meja kursi antik / taman, pagar, roda pintu dengan

prosentase masing-masing sebesar 6,89% (Widiastuti, 2010).

Kapasitas Produksi

Potensi ekonomi klaster cor logam sangat besar. Kapasitas produksi

per tahun sebesar + 50.000 ton. Nilai uang yang beredar + 400 Milyar/

tahun (harga jual besi cor Rp 8.000,00/kg). Sementara kapasitas terpasang

sebesar 150.000 ton/tahun, sehingga masih dapat ditingkatkan produksinya

sampai 3 kali produksi sekarang. Kegiatan produksi utama cor logam dan

permesinan membawa multiplier efect sebagai penggerak sektor ekonomi

yang lain.

Dibalik potensi nilai perdagangan yang besar, pelaku usaha dengan

modal sendiri dan terbatas banyak tersedot untuk pembelian bahan baku

(hampir 70% dari HPP) dan penjualan dengan tempo waktu tertentu,

(6)

cenderung naik, membuat pelaku usaha cor logam mulai menurunkan

produksinya. Hal ini disebabkan nilai uang menjadi rendah untuk

pembelian bahan baku. Padahal untuk proses pengecoran besi cor minimal

dibutuhkan 5 ton bahan baku sekali pengecoran.

Perkembangan Teknologi

Klaster cor logam mengalami perkembangan teknologi, meskipun

dapat dikatakan cukup lambat. Bila dilihat ke belakang, teknologi klaster

cor logam pada awalnya menggunakan teknologi besalen kemudian dapur

tungkik meningkat dengan teknologi dapur kupola dan meningkat lagi

dengan menggunakan teknologi dapur induksi. Melihat perkembangan

tersebut, dapat dikatakan bahwa masyarakat di Kabupaten Klaten,

khususnya klaster cor logam, sedang mengalami reformasi industri dari

proses sederhana hingga proses yang lebih modern/canggih. Ketiga

tingkat gradasi teknologi pengecoran logam tersebut hingga saat ini masih

beroperasi di lokasi industri pengecoran logam di Ceper.

Pemasaran

Sistem produksi produk industri cor logam dapat dibagi menjadi

2 cara, yaitu produk pasaran/pasar bebas (mass production) dan produk

berdasarkan job order. Produk pasaran diproduksi setiap hari meskipun

belum ada permintaan. Biasanya produk ini harganya relatif murah dan

nilai tambahnya kecil dengan kuantitas yang banyak. Sedangkan produk job

order nilai tambahnya besar tetapi kuantitasnya sedikit. Pola job order bila

ditingkatkan menjadi sub-kontraktor akan lebih aman keberlangsungan

(7)

juga akan meningkatkan keuntungan yang lebih besar.

Pemasaran produk industri cor logam Ceper hampir semuanya

dilakukan untuk pasar dalam negeri (lokal) dan kurang dari 10% untuk

pasar ekspor. Kebutuhan lokal sebenarnya sangat besar nilai tambahnya,

terutama bila produk Ceper ini dapat ditingkatkan dengan memproduksi

besi dan baja paduan. Produk ini bisa dikatakan sudah berkualitas ekspor

karena dapat menjadi substitusi impor, terutama untuk spare part mesin

presisi.

Jumlah perusahaan cor logam

Pada tahun 90-an Ceper pernah dimahkotai sebagai ibu kota

pengecoran logam di Indonesia karena saat itu jumlah industrinya

mencapai lebih dari 325 industri, bahkan kapasitas terpasang mencapai

150.000 ton atau sekitar 40% kapasitas nasional (Baharuddin, 2010). Pada

tahun 2009 jumlah perusahaan pengecoran di Klaten sebanyak 295 usaha,

dengan jumlah tenaga kerja 4.822 orang (Klaten Dalam Angka, 2009).

Adapun daftar industri pengolahan di Klaten, dapat dilihat dalam Tabel

(8)

Tabel 4.3

Jumlah Unit Usaha Menurut Bidang Usaha Indutri Logam, Mesin Kimia dan Aneka Tahun 2009

No. Bidang Usaha Industri Jumlah Usaha (Unit) Jumlah tenaga kerja (orang)

01 Pengecoran logam 295 4.872

02 Pandai besi 294 985

03 Rekayasa Teknik Bengkel

04 Percetakan, penerbitan dan foto copy 0 0

05 Farmasi, kimia produk 0 0

06 Kapas Kecantikan 30 225

07 Vulkanisir ban, tambal ban 0 0

08 Pembuatan Arang 15 60

09 Gerabah 390 1.175

10 Barang dari Bebatuan 8 34

11 Tegel, Produksi dan Semen 0 0

12 Bata Merah 1.073 3.900

13 Genteng 842 4.258

14 Keramik 19 62

15 Perbaikan benang/ tali temali 160 825

Sumber : Klaten Dalam Angka (2009)

Semenjak diberlakukannya perdagangan bebas dan otonomi

daerah, aktivitas klaster cor logam lambat-laun berkurang. Bahkan

menurut informasi dari PEMDA Klaten, saat ini jumlah usaha yang masih

berproduksi secara aktif tinggal 80 unit usaha saja (25%), 144 unit usaha

(45%) bekerja di bawah normal dan 96 unit usaha (30%) sudah tutup/mati.

Pada umumnya industri yang sudah dikatakan mati sebenarnya hanya

menghentikan produksi di pabriknya sendiri karena sudah tidak eisien

lagi dengan menggunakan dapur tungkik namun usaha mereka tetap jalan

dengan cara menjadi subkontraktor ke industri yang sudah menggunakan

dapur induksi. Mereka yang menggunakan dapur kupola pada umumnya

(9)

Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja di klaster cor logam Ceper sekitar 4.000

orang. Selain berasal dari wilayah sekitar Ceper-Klaten, tenaga kerja

tersebut juga berasal dari daerah lain seperti Gunung Kidul-DIY,

Purwodadi-Jateng dan Pacitan-Jatim. Keberadaan aktiitas industri juga

medorong kegiatan-kegiatan usaha selain industri pengecoran logam.

Misalnya usaha perdagangan, mulai dari usaha warung makanan,

pemondokan dan lain-lain. Keberadaan perguruan tinggi Polman Ceper

juga menambah penduduk dari daerah lain masuk ke Ceper, sehingga

terjadi interaksi sosial antara penduduk asli, tenaga kerja pendatang dan

mahasiswa.

Rantai Nilai Klaster

Kegiatan utama klaster cor logam adalah pengecoran, permesinan dan

perakitan alat-alat/mesin tepat guna. Untuk mendukung proses tersebut

maka munculah kegiatan-kegiatan usaha ekonomi pendukungnya. Dalam

pengadaan bahan baku (besi dan kokas) ada suplier/pemasok utama. Bagi

pelaku usaha yang sudah besar dan mempunyai cukup modal biasanya

langsung dipasok oleh suplier utama, sedangkan bagi pelaku usaha yang

masih kecil masih mengandalkan peran broker/makelar sehingga harga beli

menjadi tinggi. Pemilihan supplier terutama broker/makelar didasarkan

pada kepercayaan pelaku usaha terhadap broker tersebut. Perbankan di

Ceper (BPR dan Kospin) saat ini berperan dalam pembiayaan dengan cara

(10)

bahan baku tersebut. Bank-bank umum (terutama di Klaten) biasanya

untuk pembiayaan yang besar seperti untuk investasi dan modal kerja.

Bahan-bahan produksi selain besi dan kokas masih banyak

macamnya, seperti FeSi (silikon), FeMn (mangaan), pasir cetak, gamping

dan sebagainya. Dengan adanya bahan-bahan tambahan tersebut

akhirnya muncul toko-toko penyedia bahan-bahan tambahan untuk

pengecoran, permesinan dan perakitan. Mobilisasi di klaster cor logam

sangat tinggi sehingga menuntut transportasi yang mudah, cepat dan

murah, selain juga harus kuat karena kuantitas yang besar. Ada model

angkutan sampai dengan 500 kg dengan menggunakan gerobak yang

ditarik oleh kendaraan bermotor roda 2. Ini merupakan inovasi karena

sebelumnya menggunakan becak. Untuk angkutan di atas 500 kg biasanya

menggunakan kendaraan roda 4 model pick up kecil (s.d 3.000kg). Karena

banyaknya tenaga kerja selain dari daerah Ceper dan sekitarnya, banyak

dari luar daerah menuntut tempat tinggal bagi mereka, sehingga banyak

penduduk yang menyewakan rumahnya.

Sektor perdagangan di Ceper terutama didominasi hubungan antara

pemasok bahan baku pengecoran dengan pengrajin kecil cor logam. Disini

ada distributor besar dan broker/makelar. Pelaku usaha yang mempunyai

kapasitas produksi besar biasanya langsung ke distributor sedangkan

pengrajin kecil akan berhubungan dengan makelar.

Jenis Industri

Berdasarkan skala industrinya, industri klaster cor logam Ceper

terbagi menjadi empat yaitu industri rumah tangga dengan jumlah pekerja

(11)

orang dari luar keluarga, industri menengah dengan jumlah pekerja 20 –

99 orang dari luar keluarga dan industri besar dengan jumlah pekerja diatas

100 orang dari luar keluarga. Tabel jenis industri berdasarkan teknologi

dan jumlah pekerja dapat dilihat pada Tabel 4.4 (Kutanegara, 1994).

Tabel 4.4

Jenis Industri Berdasarkan Teknologi dan Jumlah Pekerja

Skala Industri Teknologi Jumlah pekerja

Industri rumah tangga Alat sederhana Tanpa alat cor Mesin inishing (<7 unit)

Luar keluarga

Dilihat dari sisi manajemen dapat dibagi dalam 3 (tiga) perusahaan,

pertama perusahaan keluarga adalah perusahaan yang tidak menggunakan

tenaga administratif, tidak memiliki nama ataupun kalau ada tidak

dicantumkan (seperti PT atau CV). Kedua, apabila sudah menggunakan 2

(dua) atau 3 (tiga) tenaga administrasi disertai nama perusahaan menjadi

CV maka perusahaan termasuk perusahaan semi modern. Ketiga, ketika

perusahaan berkembang dan menggunakan tenaga administrasi lebih dari

3 (tiga), ada manager, dan nama perusahaan berubah menjadi PT maka

perusahaan tersebut termasuk dalam klasiikasi perusahaan modern (Ratih

(12)

Tabel 4.5

Klasiikasi Perusahaan Cor logam

Manajemen perusahaa Penggunaan tenaga kerja Bentuk perusahaan

Perusahaan keluarga Tanpa tenaga adminstrasi Tidak jelas Perusahaan semi modern Tenaga administrasi

(2-3 orang) CV

Sedang dilihat dari Jenis industri dapat diklasiikasikan menjadi dua, pertama adalah jenis industri tradisional (craftmanship) dengan cara

produksi yang sederhana dan dilakukan para pelaku industri untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Jenis tradisional ini memiliki porsi lebih

banyak di klaster pengecoran di Kecamatan Ceper, yakni sebesar 65%.

Kemudian jenis yang kedua adalah jenis industri yang difokuskan menjadi

LERD (Local Economic Resource Development). Jenis produk dari industri ini

lebih modern dan berpotensi untuk tumbuh. Industri jenis kedua ini

mempunyai porsi dalam pengecoran logam di Kecamatan Ceper sebesar

35%. Jenis industri yang kedua tersebut juga lebih memfokuskan pada

pengembangan besi dan baja campuran.

Pihak-pihak yang Terkait dengan Cor Logam

Membicarakan industri pengecoran logam, selalu mencakup suatu

rangkaian aktivitas yang sangat panjang. Untuk dapat meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan klaster cor logam diperlukan peranan aktif

dari berbagi pihak/stakeholder dalam membantu menggairahkan sektor

(13)

klaster cor logam sudah dilakukan oleh beberapa lembaga baik pemerintah

maupun swasta, tetapi biasanya hanya bersifat insidentil dan

sepotong-sepotong tanpa ada keberlanjutannya.

Beberapa lembaga pembinaan sebenarnya telah berdiri di Ceper

dan mempunyai misi memberikan bimbingan, baik dalam hal teknik dan

manajemen ataupun dalam hal informasi pasar. Beberapa lembaga tersebut

antara lain Lembaga Pendidikan Polman-Ceper, Koperasi Industri Batur

Jaya (KBJ), Perusahaan Daerah (Perusda), Unit Informasi Usaha Kecil dan

Koperasi (UIUKK), serta Institut Logam (IL). Kedua lembaga yang disebutkan

terakhir, sekarang sudah tidak berjalan lagi. Selain itu ada beberapa

lembaga di luar Ceper yang aktif mengadakan pembinaan baik berupa

bimbingan, pelatihan dan pendampingan dalam rangka pemberdayaan

klaster, misalnya: Balai Besar Pengembangan Industri Logam dan Mesin

(MIDC), Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA), Politeknik Manufaktur

(Polman) Bandung, Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Surakarta,

dan lain-lain. Untuk mendukung perkembangan yang lebih pesat, pada

tahun 2003 didirikan Politeknik Manufaktur Ceper (Polman Ceper) untuk

memenuhi sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dalam

bidang pengecoran. Pendirian Polman memanfaatkan kelembagaan yang

sudah ada yaitu Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang telah berdiri sejak

tahun 1982 dan Laboratorium Logam Ceper yang berdiri sejak tahun

1997.

Untuk mendukung produksi dan pemasaran yang lebih berkembang,

pada tahun 1976 didirikan organisasi yang berfungsi sebagai fasilitator

dan berbadan usaha yaitu Koperasi Industri “Batur Jaya” (KBJ). Pendirian

koperasi ini difasilitasi oleh Departemen Koperasi dan Departemen

(14)

berkembang sampai sekarang menjadi 224 anggota (Koperasi Batur Jaya,

2004).

Dalam perannya sebagai fasilitator, koperasi sudah melakukan

beberapa pembinaan terhadap anggotanya, antara lain berupa pembinaan

SDM dan usaha bisnisnya, seperti penyaluran kredit dari lembaga

keuangan baik dari perbankan maupun dari BUMN. Salah satu kegiatan

pembinaan organisasi dan SDM yang sudah dilakukan adalah melalui

pembentukan Forum Rembug Klaster yang dinamakan “Kerabat Cinta

Prestasi”, meskipun saat ini kegiatan tersebut sudah tidak berjalan lagi.

Penguatan Kapasitas (Capacity Building) terhadap kelembagaan yang sudah

ada perlu ditingkatkan, sehingga kelembagaan yang sudah ada dapat

menjadi suporting terhadap klaster cor logam Ceper.

Permasalahan Pengembangan Klaster Cor Logam

Permasalahan yang dihadapi oleh klaster cor logam Ceper-Klaten

diantaranya meliputi masalah Tenaga kerja, permodalan, ketersediaan

bahan baku, proses produksi dan tuntutan sisi permintaan. Tenaga kerja

klaster cor logam sebagian besar hanya berpendidikan SD atau bahkan

tidak tamat SD, sebagian kecil saja tamatan SLTP, SMU/SMK, dan

hampir-hampir tidak ada yang berpendidikan diploma atau sarjana yang sesuai

dengan bidang usahanya. Peningkatan dalam pengetahuan, ketrampilan

dan etos kerja sesuai norma dan standard industri yang kompetitif menjadi

kendala utama. Kendala ini juga membatasi industri pengecoran logam

Ceper dalam kemampuannya untuk melakukan inovasi dan kreasi.

Demikian pula kemampuan klaster cor logam untuk melakukan

(15)

baku, energi dan faktor-faktor sekunder lain semakin rendah, meskipun

sebagian industri masih mampu melakukannya dengan modalnya sendiri.

Sekalipun sering terdengar ada kebjakan-kebjakan pemerintah yang

memberikan kemudahan yang berpihak pada industri kecil, kenyataannya

di lapangan tidaklah demikian. Bahkan kenaikan harga kokas, BBM,

bahan baku (besi dan baja) dan rencana kenaikan TDL, bakal mengurangi

kemampuan permodalan bagi pelaku usaha klaster cor logam. Di satu sisi

peralatan dan mesin mereka bila dikembangkan dengan teknologi yang

lebih baru untuk menghasilkan efesiensi tinggi membutuhkan modal

investasi yang besar. Perbankan saat ini masih sulit untuk memberikan

kredit yang berkaitan dengan investasi mesin-mesin dengan teknologi

baru. Disamping, pemerintah kurang berpihak kepada industri pengeceron

Klaten dan lebih memperhatikan bantuan permodalan untuk

sektor-sektor yang lain, seperti batik dan lurik.

Saat ini proses produksi yang sesuai dengan standar mutu dan harga

produk yang kompetitif sulit didapat. Karena skala produksi menjadi

sedikit/ kecil maka pembelian bahan bakupun menjadi sedikit sehingga

harganya menjadi mahal. Akibat kondisi pasar yang menurun maka

bahan baku yang digunakan pun bukan dari jenis dan kualitas yang

bagus. Akibatnya hasil produksinya menjadi rendah kualitasnya. Karena

kualitas produknya rendah maka kemampuan tawar juga menjadi rendah

dan cenderung hanya memperhatikan harga murah. Karena kemampuan

penjualannya rendah, bahan baku yang digunakan hampir 100 %

menggunakan scrap/besi bekas yang ketersediaannya juga terbatas. Untuk

dapat mengembangkan produk yang berkualitas, diperlukan juga bahan

(16)

Klaster cor logam sebagai industri hulu yang produknya untuk

mamasok industri hilir (rakitan), pada kenyataannya belum eisien dalam

memanfaatkan aset dan sumber-sumber daya produksi, nilai tambah

penggunaan bahan baku masih rendah, dan daya saing dalam merebut

pasar masih rendah, sehingga kegiatan usahanya belum mencapai skala

ekonomi sesuai kapasitas atau ukuran sarana produksinya.

Pertambahan nilai, umumnya dimulai dari pengembangan produk

melalui rekayasa dan rancang bangun, yang kemudian dilanjutkan

dengan perencanaan proses, penyediaan bahan baku, proses produksi dan

pengawasan mutu. Parameter utama dalam proses produksi dan proses

teknologi ini adalah eisiensi yang bersifat produktif, alokatif maupun

teknikal, dan skala ekonomi. Masalah utama dalam proses produksi adalah

kemampuan, kapasitas dan sistem mutu, yang semuanya berkaitan erat

dengan pemilihan teknologi dan organisasi.

Dalam proses pertambahan nilai, keseluruhan faktor yang berkaitan

dengan produktiitas dari sebuah industri adalah selisih antara laju

pertumbuhan nilai luaran (output) dan laju kenaikan rata-rata masukan

(input). Kedua faktor ini menentukan kelangsungan hidup industri

tersebut. Ini berarti perbaikan atau penyempurnaan yang berkelanjutan

(continous improvement) harus selalu dilakukan oleh suatu industri sehingga

faktor produksi selalu positip. Namun pada kenyataannya industri

pengecoran logam Ceper masih belum banyak melakukan efisiensi yang

bersifat produktif dikarenakan keterbatasan teknologi dan manajemen

perusahaan.

(17)

tren persaingan pasar bebas dan selera pelanggan yang semakin berorientasi

pada mutu, harga, ketepatan waktu kirim dan layanan purna jual. Sayangnya

klaster cor logam pada umumnya lemah dalam posisi tawar-menawar,

kurang memiliki kemampuan dan kesempatan lobi seperti industri besar

sehingga secara umum mereka tidak menguasai pasar. Akibatnya, dalam

melakukan penjualan sering melalui perantara, yang bahkan bisa

berlapis-lapis, yang tentu saja motivasinya hanya mencari untung sebesar-besarnya

dengan menekan produsen. Akibat kurangnya perbaikan mutu, dan akibat

yang lain seperti adanya perantara, pengrajin kecil sebagai produsen

seringkali tidak pernah mengenal konsumen maupun standar mutu

dan spesiikasi produk yang dikehendaki konsumen. Kondisinya akan

berbeda bila perantara juga berfungsi sebagai perusahaan yang mempunyai

kompetensi untuk menjaga kualitas, maka pelaku usaha klaster cor logam

akan lebih mudah untuk mejaga kualitas hasil produksinya.

Model subkontraktor dengan perusahaan/industri besar sangat

cocok diterapkan. Saat ini belum banyak klaster cor logam yang dapat

menjadi subkontraktor industri besar.

Pengrajin kecil sebagai produsen tidak bisa mengevaluasi produknya

di konsumen, apakah diterima atau ada kekurangan yang perlu

disempurnakan. Karena tidak berhubungan langsung dengan konsumen,

maka usaha perbaikan mutu secara berkesinambungan sulit dilakukan

oleh pelaku usaha, khususnya pengrajin kecil. Pengrajin kecil juga tidak

mampu mengembangkan produk-produk lain untuk segmen pasar yang

baru, sehingga umumnya mereka saling meniru dan saling berebut segmen

pasar yang sudah jenuh. Produk mereka hampir 90 % adalah besi cor/

(18)

paduan: baja karbon, baja low mangan, stainless steel, dan sebagainya).

Upaya Perbaikan

Upaya perbaikan yang selama ini sudah dilakukan untuk

mengembangkan IKM cor logam baik yang kecil dan menengah antara

lain (Yuli, 2008): a) melakukan pelatihan eco-eisiensi/ eisiensi produksi

dalam rangka mempertahankan kualitas produksi di pasaran, b) dengan

berdasarkan fokus pengembangan cor logam yang telah disusun oleh

team LERD perlu dikembangkan produk yang mempunyai nilai tambah,

c) melakukan pengadaan bahan baku secara bersama melalui koperasi, d)

perkuatan lembaga pendidikan Polman sebagai lembaga untuk uji kualitas

produk, e) melakukan kerjasama pelatihan-pelatihan dengan berbagai

pihak yang dikoordinir oleh Koperasi Batur Jaya, f) melakukan kerjasama

dengan perusahaan besar, sepeti Kubota, Astra dan yang baru-baru ini

dengan Panasonik, g) pengadaan bantuan-bantuan peralatan dan teknologi

dari BPPT dan Departement Perindustrian, h) penyediaan prototype/desain

peralatan, i) penyediaan sarana promosi dan informasi melalui Koperasi

Batur Jaya, j) pelatihan dan magang bekerjasama dengan PT. Astra, PT.

United Tractor (UT), Kubota dan Panasonik.

Kesimpulan

Keberadaan klaster cor logam di Klaten memiliki peranan yang

penting bagi perekonomian daerah. Kapasitas produksi per tahun sebesar

+ 50.000 ton. Nilai uang yang beredar + 400 Milyar/tahun (dengan asumsi

(19)

150.000 ton/tahun,

Klaster cor logam berada di 3 desa di Kecamatan Ceper yaitu Desa

Tegalrejo, Desa Ngawonggo, dan Desa Batur. Produksi utama adalah

besi cor putih, besi cor merah dan besi cor kelabu dalam bentuk alat-alat

pertanian, alat rumah tangga, produk mesin dan otomotif.

Proses produksi sudah berubah dari dapur tungkik, dapur kupola

dan dapur induksi. Tapi ketiga proses produksi tersebut masih tetap ada.

Sebagian besar masih untuk memenuhi pasar dalam negeri, dengan sistem

pemasaran berdasarkan job-order. Pernah mengalami masa keemasan di

tahun 90-an dengan lebih dari 325 industri. Sekarang tinggal 25% yang

aktif, 45% bekerja di bawah kapasitas dan 30% tutup/mati.

Bersama dengan industri sejenis, industri pendukung dan jasa

pendukung sudah menjadi klaster, meskipun belum berfungsi optimal.

Manajemen klaster dilaksanakan dalam bentuk koperasi Industri Batur

(20)

Gambar

Gambar 4.1. Peta lokasi klaster cor logam Ceper
Tabel 4.1Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Tabel 4.2.
Tabel 4.3
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

biografis karyawan dalam suatu perusahaan. Sehingga motivasi setiap karyawan berbcda antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menentukan pemberian motivasi

Empat Juta Ernpat Ratus Tiga pduh Sembilan Ribu

[r]

Melihat bahwa penerapan experiential marketing didasarkan pada lima tahapan pengalaman bagi konsumen (sense, feel, think, act, dan relate) maka tujuannya

[r]

[r]

Belajar Gerak : berhub dg keadaan yg berkaitan : berhub dg keadaan yg berkaitan dg pengemb dlm bljr/ perub internal dlm grk dr?. dg pengemb dlm bljr/ perub internal dlm