• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen strategis Masjid Jogokariyan Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen strategis Masjid Jogokariyan Yogyakarta."

Copied!
252
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN STRATEGIS MASJID JOGOKARIYAN

YOGYAKARTA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirasah Islamiyah

Oleh : Erdin Sumardianto NIM. F120915288

PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tesis Erdin Sumardianto ini telah diuji

pada tanggal 26 Juli 2017

Tim Penguji:

1. Dr. Khoirul Yahya, MSI (Ketua Penguji) ………

2. Dr. Abdul Chalik, M. Ag (Penguji) ………

3. Prof. Dr. H Shonhadji Soleh, Dip. Is (Penguji) ………

Surabaya, Agustus 2016

Direktur,

Prof. Dr. H. Husein Aziz, M.Ag.

(5)
(6)

ABSTRAK

Masjid adalah organisasi dakwah yang sangat penting dalam kesuksesan manajemen dakwah di masyarakat. Sebagai sebuah organisasi, penting untuk menerapkan manajemen dalam pengelolaannya sehingga bisa mencapai kesuksesan dakwah. Realitasnya, banyak masjid yang belum menerapkan manajemen masjid modern dalam mengelola aktivitasnya. Di tengah fenomena tersebut terdapat Masjid Jogokariyan Yogyakarta yang menerapkan manajemen yang modern sehingga berhasil menjadi Masjid Besar Percontohan menurut Kemenag DI Yogyakarta dan Kemenag RI tahun 2016. Kesuksesan Masjid Jogokariyan Yogyakarta ini berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, dimulai dari tahun 1999 hingga saat ini dikenal sebagai masjid terbaik di Indonesia. Kesuksesan jangka panjang adalah realitas yang menjadi fokus dari ilmu manajemen strategis.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan manajemen strategis di Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode tahun 2000-2005. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara dengan pihak sentral yang melaksanakan manajemen strategis yaitu Ketua Umum Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode 2000-2005 dan ditambah dengan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh masjid. Data yang berhasil dikumpulkan dianalisa dengan teori Manajemen Strategis Fred David.

Penelitian menemukan bahwa Masjid Jogokariyan Yogyakarta telah menerapkan manajemen strategis dalam pengelolaannya. Perumusan strategis dilakukan dengan merumuskan visi misi masjid yang dilandasi ideologi kemasjidan, yaitu menjadikan masjid sebagai pusat peradaban Islam. Penilaian keadaan internal dan eksternal masjid juga dilakukan sebagai landasan dalam merumuskan strategi. Setelah perumusan visi misi, penilaian internal dan eksternal dilakukan, maka dibuatkan sebuah Skenario Planning Masjid Jogokariyan periode Jogokariyan Islami yang berisi tujuan jangka panjang masjid beserta indikatornya. Strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan adalah dengan melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Implementasi strategi ini diterapkan dengan membuat kebijakan masjid, menyusun struktur, dan mengalokasikan sumber-sumber daya masjid. Selain itu juga dengan dioperasionalkan ke dalam program-program unggulan seperti Program Pemetaan Jamaah, Program Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan Masjid, Program Pemasaran, Program Jogokariyan Kampung Ramadhan, Program Gerakan Jamaah Mandiri, Program Pemberdayaan Ekonomi Jamaah, dan Program Gerakan Saldo Infak Nol.

(7)

ABSTRACT

The mosque is a da'wah organization that is very important in the success of da'wah management in the society. As an organization, it is important to implement management in order to achieve the success of da'wah. In reality, many mosques have not implemented modern mosque management in managing their activities. In the middle of the phenomenon, there is Jogokariyan Mosque in Yogyakarta which applied modern management so that it succeeded to become “Masjid Besar

Percontohan” according to Ministry of Religion of Yogyakarta and Ministry of Religion of Indonesia in 2016. This success take place for a long time, starting from 1999 until now known as the best mosque in Indonesia. Long-term success is the reality that becomes the focus of strategic management science.

This research aims to describe the implementation of strategic management in Jogokariyan Mosque in the period 2000-2005. The research was conducted by using descriptive-qualitative approach. The data were collected by conducting interviews with the central figure who carried out the strategic management of the General Chairman of the Jogokariyan Mosque in the period 2000-2005 and added with official documents issued by the mosque. Then, it was analyzed with Strategic Management theory by Fred David.

The study found that Jogokariyan Mosque of Yogyakarta has implemented strategic management in its management. The strategic formulation was done by formulating the vision and mission of mosque based on the Ideology of Mosque, which is to make mosque as center of Islamic Civilization. Assessment of internal and external circumstances of the mosque is also done as a foundation in formulating a strategy. After that, a Jogokariyan Mosque Planning Scenario of Jogokariyan Islami period contains the long-term objectives of the mosque along with its indicators was set. The strategy to achieve the goal was to penetrate the market and product development. Implementation of this strategy was executed by making mosque policy, arranging structure, and allocating mosque resources. Moreover, it is also operationalized into leading Programs such as “Program

Pemetaan Jamaah”, “Program Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan

Masjid”, “Program Pemasaran”, “Program Jogokariyan Kampung Ramadhan”,

“Program Gerakan Jamaah Mandiri”, “Program Pemberdayaan Ekonomi Jamaah”, and “Program Gerakan Saldo Infak Nol.”

(8)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 11

(9)

xii

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Kegunaan Penelitian ... 13

F. Penelitian terdahulu ... 13

G. Metode Penelitian ... 22

1. Pendekatan Penelitian ... 22

2. Lokasi Penelitian ... 23

3. Sumber Data ... 23

4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

5. Instrumen Penelitian... 24

6. Teknik Analisis Data ... 24

7. Pengujian Kredibilitas Data ... 26

H. Outline Penelitian ... 26

BAB II : KERANGKA TEORETIK A. Manajemen Dakwah ... 28

1. Pengertian dan Tujuan Manajemen Dakwah ... 28

2. Komponen Manajemen Dakwah ... 29

a. Da’i (Pelaku Dakwah) ... 30

b. Mad’u (Objek Dakwah) ... 32

c. Maddah (Materi Dakwah) ... 33

(10)

xiii

e. Thariqah (Metode Dakwah) ... 35

f. Atsar (Efek Dakwah) ... 36

3. Langkah-langkah Manajemen Dakwah... 37

a. Perencanaan dakwah (Takhthith) ... 37

b.Pengorganisasian dakwah (Thanzhim) ... 39

c. Penggerakan dakwah ... 41

d.Pengendalian dan evaluasi dakwah ... 42

B. Manajemen Masjid ... 43

1. Konsep Dasar Masjid ... 43

a. Pengertian Masjid ... 43

b.Fungsi Masjid ... 44

2. Manajemen Kemasjidan ... 46

a. Dinamika Problematika Masjid ... 46

b.Penerapan Prinsip-Prinsip Manajemen Masjid ... 48

c. Materi Pokok Manajemen Masjid ... 50

C. Model Manajemen Strategis (Fred R. David) ... 57

1. Hakikat Manajemen Strategis ... 58

a. Pengertian Manajemen Strategis ... 58

b.Tahap-tahap Manajemen Strategis ... 59

(11)

xiv

d.Komponen-komponen kunci Manajemen Strategis ... 60

e. Model Manajemen Strategis ... 65

2. Perumusan Strategi... 66

a. Visi dan Misi Organisasi ... 66

b.Penilaian Eksternal ... 69

c. Penilaian Internal ... 72

d.Strategi-strategi dalam Tindakan ... 74

3. Penerapan program kerja... 78

a. Menerapkan program kerja sesuai isu-isu strategis manajemen ... 78

b.Menerapkan program kerja per bidang kerja ... 83

4. Penilaian dan Evaluasi program kerja ... 86

a. Hakikat evaluasi program kerja ... 86

b.Proses evaluasi program kerja ... 86

c. Kerangka kerja evaluasi program kerja ... 87

BAB III : PROFIL MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTA A. Sejarah Berdirinya Masjid Jogokariyan ... 89

1. Gambaran tentang Kampung Jogokariyan ... 89

2. Nama Masjid ... 91

3. Lokasi Masjid Jogokariyan Yogyakarta... 92

(12)

xv

5. Makna Penting Dokumentasi ... 95

6. Logo Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 96

7. Bangunan Masjid ... 96

B. Program Unggulan Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 98

1. Pemetaan Jamaah ... 98

2. Mengundang Jamaah ke Masjid dengan Penuh Hormat ... 99

3. Gerakan Infak Selalu Tersisa Nol Rupiah ... 100

4. Gerakan Jamaah Mandiri ... 100

5. Skenario Planning ... 101

C. Susunan Pengurus Ta’mir Masjid Jogokaryan Periode 2009-2013 ... 102

D. Prestasi yang telah diraih Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 106

1. Masjid Besar Percontohan DIY oleh Kemenag Yogyakarta ... 106

2. Masjid Besar Percontohan Idarah Nasional 2016 oleh Kemenag RI ... 106

E. Jadwal Kegiatan Rutin Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 108

BAB IV : MANAJEMEN STRATEGIS MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTA A. Perumusan Visi dan Misi serta Perencanaan Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta... 111

1. Perumusan Visi dan Misi Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 112

(13)

xvi

b.Proses Perumusan Visi dan Misi Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 117

c. Penilaian Lingkungan Eksternal Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 130

d.Penilaian Internal Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 136

2. Perencanaan Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 142

a. Skenario Planning Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 142

b.Strategi Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 149

c. Langkah-langkah Manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 161

d.Prinsip manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 166

e. Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 168

B. Pelaksanaan Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 169

1. Tujuan Tahunan Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 169

2. Kebijakan Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 171

a. How to image ... 171

b.How to manage ... 174

c. How to make success ... 175

3. Alokasi sumber daya Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 176

4. Pengelolaan Konflik SDM Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 178

5. Struktur Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 180

6. Pengelolaan Resistensi atas Perubahan ... 183

(14)

xvii

a. Program Litbang (Pemetaan Jamaah) Masjid Jogokariyan Yogyakarta

185

b.Program “Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan Masjid” . 188

c. Program Pemasaran Kegiatan Masjid Jogokariyan Yogyakarta

(Undangan, Spanduk, Website) ... 192

d.Program Jogokariyan Kampung Romadhon ... 197

e. Program Gerakan Jamaah Mandiri ... 201

f. Program Pemberdayaan Ekonomi Umat ... 212

g.Program Gerakan Saldo Infaq Nol ... 215

C. Evaluasi Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 218

1. Hasil yang didapatkan ... 219

a. Program Litbang (Pemetaan Jamaah) Masjid Jogokariyan Yogyakarta 219 b.Program Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan Masjid... 220

c. Program Pemasaran ... 220

d.Program Jogokariyan Kampung Ramadhan ... 221

e. Program Gerakan Jamaah Mandiri ... 222

f. Program Pemberdayaan Ekonomi Warga ... 222

g.Program Gerakan Saldo Infaq Nol ... 223

(15)

xviii

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 226

B. Saran ... 230

DAFTAR PUSTAKA ... 232

(16)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penerimaan Infaq Masjid Jogokariyan ... 5

Tabel 2. Skenario Planning Masjid Jogokariyan ... 7

Tabel 3. Profil Bangunan Masjid Jogokariyan ... 96

(17)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Manajemen Strategis Fred David ... 65

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ajaran Islam adalah konsepsi sempurna dan komprehensif yang diturunkan oleh

Allah swt kepada Rasulullah Muhammad saw, karena berisi tatanan sistem

kehidupan yang tidak hanya memiliki dimensi duniawi, melainkan juga

mengandung dimensi ukhrawi. Sebagai sebuah sistem kehidupan, konsekuensi

logisnya adalah adanya upaya-upaya yang harus dilakukan untuk amar ma’ruf nahi

munkar kepada sesama manusia dalam aktivitas dakwah. Allah memerintahkan di

dalam QS Ali Imrah ayat 1041 yang berbunyi:

نُك ت

ل و

ۡ

َ

َي لِإَ ن ُعۡ يَٞة م

ُ

أَ ۡ ُكنِ م

ٱ

َِرۡي

ۡ

ل

َ

َِبَ نوُرُ

ۡ

أ ي و

ٱ

َِفوُرۡع

ۡ

َ

َ ِن عَ نۡ ۡن ي و

ٱ

َ ِر

كنُ ۡ

َ

َُ ُهَ كِئ

ٰٓ لْوُأ و

ٱ

َ ن ُحِ ۡفُ

ۡ

َ٤و٤

َ

َ

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung

Dalam pelaksanaannya, dakwah tidak mungkin diimplementasikan secara

sembarangan. Kita bisa melihat dalam sejarah bagaimana tantangan yang dihadapi

oleh Rasulullah ketika menyampaikan dakwah. Tantangan berupa embargo

ekonomi, ancaman pembunuhan, siksaan secara fisik, bahkan pengusiran dari Kota

(19)

2

Mekkah dialami oleh Rasulullah.2 Tantangan dakwah saat ini barangkali tidak sama

secara bentuk, namun secara prinsip memiliki kesamaan. Maka dengan persoalan

yang kompleks seperti itu, menjadikan pelaku dakwah tidak mungkin menghadapi

secara personal dan tidak profesional. Sebaliknya pelaksanaan dakwah harus

dilaksanakan secara bersama-sama, sinergis, teratur rapi dengan persiapan yang

matang serta sistem kerja yang efektif. Dari sinilah penting bagi pelaku dakwah

untuk memanfaatkan ilmu manajemen dalam mengelola dakwah.3 Penggunaan

disiplin ilmu manajemen dalam mengelola dakwah ini menghasilkan ilmu yang

disebut dengan Manajemen Dakwah.

Menurut KBBI, manajemen berarti 1) penggunaan sumber daya secara efektif

untuk mencapai sasaran.4 Biasanya dilakukan dengan empat fungsi yaitu Planning,

Organizing, Actuating, dan Controlling.5 Sedangkan dakwah, secara etimologis

berasal dari Bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a yang diartikan sebagai

mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Para

ilmuwan Islam menyatakan bahwa dakwah adalah setiap usaha aktivitas dengan

lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya

untuk beriman dan menaati Allah SWT,6 kepada keinsafan,7 termasuk amar ma’ruf

nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.8

2 Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, terj., Ali Audah, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1989), 127 – 180.

3 Mahmudin, Manajemen Dakwah Rasulullah, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hal 7 4 http://kbbi.web.id/manajemen diakses pada tanggal 18 oktober 2016 pukul 22.00. 5 Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 2009), 23-27

6 Nasarudin Latif, Teori dan Praktik Dakwah Islamiah,(Jakarta: Firma Dara, tt), 11. 7 Quraish Shihab, Membumikan Al Quran, (Bandung: Mizan, 1992), 194.

(20)

3

Dari uraian dua konsep di atas bisa diambil kesimpulan bahwa manajemen

dakwah adalah aktivitas pengelolaan, pengaturan, dan penataan sumber-sumber

daya organisasi (lembaga dakwah) dalam upaya untuk mencapai tujuan dakwah.

Penggunaan prinsip-prinsip manajemen dalam aktivitas dakwah akan mampu

mengangkat level profesionalitas gerak dakwah, sebab tiap langkah dakwah telah

melalui proses perhitungan dan pertimbangan yang mendalam oleh manajer

dakwah agar tujuan dakwah bisa tercapai secara efektif dan efisien.9

Masjid sebagai salah satu lembaga dakwah seyogyanya juga menerapkan

manajemen dakwah ini dalam menjalankan aktivitasnya. Namun realitas yang

sering peneliti jumpai ternyata menunjukkan sebaliknya. Siswanto menyatakan

dalam bukunya tentang beberapa problematika dalam pengelolaan masjid antara

lain: bangunan masjid yang kurang memenuhi kebutuhan jamaah, sistem

pengajaran Islam yang kurang baik, syiar Islam dengan cara yang kurang simpati,

pengelolaan yang kurang terorganisir dan konflik intern pengurus, kurang

berkembangnya himpunan jamaah masjid dan organisasi remaja masjid, sdm yang

masih lemah, dan dana masjid yang minim.10 Hal-hal di atas membuktikan bahwa

secara umum masjid saat ini belum menerapkan manajemen yang baik dalam

menjalankan program-programnya.

Penelitian lain juga membuktikan bahwa problematika masjid sering terjadi

akibat dari ketiadaan proses manajemen dari pengurusnya yang cenderung tertutup,

tidak aktif, dan keluarga sentris. Keberpihakan pada satu golongan atau paham

(21)

4

tertentu juga sering terjadi sehingga mengakibatkan kegiatan masjid kehilangan

gairah karena keadaan jamaah yang sebenarnya beragam dipaksakan untuk fanatik

kepada golongan tertentu saja. Selain itu, kurangnya inovasi dalam mengelola

program masjid mengakibatkan kegiatan masjid tidak hidup sehingga masjid seperti

“menganggur”.11

Di tengah realitas kurangnya penerapan manajemen oleh lembaga dakwah, ada

keunikan yang peneliti temukan di salah satu masjid di Yogyakarta. Masjid

Jogokariyan namanya, adalah sebuah masjid di Yogyakarta yang sudah sangat

terkenal karena berbagai prestasinya.

Berdasarkan study pendahuluan yang peneliti lakukan, masjid ini memiliki

beberapa keunggulan dalam hal manajemen. Indikasi awal yang bisa dilihat adalah

adanya website official masjid yang cukup aktif dan dalam kondisi update.12 Tidak

jarang dijumpai lembaga-lembaga formal yang memiliki website resmi namun tidak

terurus dan content yang tidak up to date. Berbeda dengan situs Masjid Jogokariyan

yang penuh dengan informasi profil, program, berita, dan lain-lain.

Indikasi lainnya adalah adanya program Jamaah Mandiri yang mulai dijalankan

pada tahun 2000, dengan program ini Masjid Jogokariyan berhasil memenuhi

kebutuhan operasional masjid dalam 1 tahun dengan kemandirian jamaahnya

sendiri dengan hanya berinfak Rp 1500/pekan. Data menunjukkan adanya

peningkatan dari tahun ke tahun sebagai berikut :

11 Moh E Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta : Gema Insani, 1996), 21-23.

(22)

5

Tabel 1. Tabel penerimaan infaq Masjid Jogokariyan13

Tahun Infaq per tahun Progress Keterangan

Sebelum - 1999 Rp. 8.460.000,- -

2000 – 2004 Rp 43.200.000,- 510 %

Setelah Gerakan

Infaq Mandiri

sudah berjalan

2004 – 2006 Rp 95.720.000,- 221 %

2006 – 2008 Rp 255.000.000,- 266 %

2008 – 2010 Rp 354.280.000,- 138 %

Prestasi lainnya adalah fakta bahwa jamaah sholat subuh berjamaah di masjid

ini separuh jamaah sholat jumat,14 dengan total kapasitas 1350 jamaah, maka ada

lebih dari 500 jamaah sholat subuh berjamaah. Tentu saja ini adalah jumlah yang

cukup besar untuk sebuah sholat berjamaah di subuh hari dimana orang-orang

terbiasa untuk melakukan sholat subuh di rumah.

Selain itu, Masjid Jogokariyan juga memiliki program pemberdayaan ekonomi

masyarakat dengan sistem baitul mal yang dikelola dengan sistem kedermawanan

(charity) dan pemberdayaan (empowerment).15 Program pemberdayaan ekonomi

ini mampu menggerakkan daya beli dan tingkat kesejahteraan jamaah di sekitar

Masjid Jogokariyan. Dengan berbagai keunggulan tadi, maka wajar jika pada bulan

13 Muhammad Jazir, Menuju Jamaah Mandiri, Arsip Masjid Jogokariyan.

14 http://www.icmi.or.id/blog/2015/09/jamaah-subuh-di-masjid-jogokariyan-separuh-shalat-jumat diakses pada tanggal 19 oktober 2016 pukul 22.06.

15 Azis Muslim, ModelPemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Perkotaan Berbasis Tanggung

(23)

6

Agustus 2016 lalu, Masjid Jogokariyan ditahbiskan sebagai Masjid Besar

Percontohan DIY.16

Kemajuan-kemajuan di atas banyak menarik minat peneliti untuk menjadikan

Masjid Jogokariyan Yogyakarta sebagai objek kajian dalam penelitian ilmiah

berupa skripsi, jurnal, tesis, bahkan disertasi. Topik yang banyak diteliti berkaitan

dengan manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta dalam mengelola program

dakwah dan penggalangan dananya. Namun terdapat topik lain yang juga tidak

kalah menarik untuk diteliti.

Dari penelusuran lanjutan, peneliti juga menemukan bahwa Pengurus Masjid

Jogokariyan memiliki indikasi-indikasi telah melaksanakan manajemen strategis

dalam pengelolaannya. Manajemen strategis adalah salah satu aspek penting dalam

manajemen. Manajemen strategis dapat diartikan sebagai usaha manajerial

menumbuhkembangkan kekuatan perusahaan untuk mengeksploitasi peluang yang

muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi

yang telah ditentukan.17 Sedangkan Lawrence R. Jauch mendefinisikan manajemen

strategis sebagai sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada

penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu

mencapai sasaran perusahaan.18

16 http://masjidjogokariyan.com/masjid-besar-percontohan-diy/ diakses pada tanggal 19 oktober 2016 pukul 21.57.

17 Suwarsono, Manajemen Strategik: Konsep, Alat Analisa, dan Konteks, (Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan, 1994), 6.

(24)

7

Melalui website resminya, peneliti mendapatkan data yang bisa diunduh tentang

Strategic Planning yang berisi visi, misi, dan program kerja dari pengurus.19 Pada

pembahasan selanjutnya Strategic Planning ini juga disebut sebagai Scenario

Planning, kedua istilah tersebut mengacu pada realitas yang sama. Masjid

Jogokariyan telah membuat rencana strategis (renstra) jangka menengah untuk 15

tahun ke depan dimulai dari tahun 2000. Rencana strategis tersebut dibagi ke dalam

3 periode, dimana masing-masing periodenya memiliki target dan indikatornya

masing-masing.20

Tabel 2 Skenario Planning sejak tahun 2000-2015

No Capaian Tahun Indikator

1 Jogokariyan Islami 2000 – 2005 1. Merubah masyarakat dar kaum abangan menuju islami.

2. Pemuda yang suka mabuk di jalan diarahkan ke mesjid.

3. Warga yang belum shalat diajak untuk shalat. 4. Mengajak anak kecil

beraktivitas di Masjid. 5. Warga yang shalat di

rumah diarahkan shalat di Masjid.

6. Menjadikan para pemabuk sebagai kemaanan Masjid 2 Jogokariyan

Darusalam 1

2005 – 2010 1. Membiasakan masyarakat untuk berkomunitas di Masjid.

2. Jama’ah subuh menjadi

50% (10 shaf) dari Jama’ah

shalat jumatan.

3. Mensejahterakan Jama’ah

melalui lumbung Masjid,

19 Muhammad Jazir, Strategic Planning, Arsip Masjid Jogokariyan.

20 Wahyu Panca Hidayat, Social Capital: Strategy of Takmir of Jogokariyan Mosque on Developing

(25)

8

4. Memperbanyak pelayanan, membuka poliklinik, memberikan bantuan beasiswa, memberikan layanan modal bantuan usaha.

3 Jogokariyan Darusalam 2

2010 – 2015 1. Meningkatkan kualitas keagamaan masyarakat. 2. Menuntaskan orang yang

belum shalat Jama’ah.

3. Meningkatkan Jama’ah

shalat subuh menjadi 75%

(14 shaf) dari Jama’ah

shalat jumatan.

4. Menjadikan para (eks) pemabuk menjadi bagian dari Masjid (BBM, relawan Masjid, dll).

Adanya strategic planning yang telah disusun oleh pengurus Masjid

Jogokariyan Yogyakarta menunjukkan suatu fenomena yang cukup langka karena

secara umum, masjid-masjid yang ada di Indonesia dikelola dengan sistem yang

sederhana. Strategic Planning ini dapat digunakan sebagai panduan bagi arah gerak

dan langkah pengurus masjid dalam jangka menengah dan jangka panjang.

Sehingga kesuksesan gerak dakwah tidak hanya akan dinikmati dalam jangka

pendek. Selain itu, dengan adanya sebuah strategic planning maka program kerja

yang disusun akan memiliki keterhubungan secara sistemik dan tidak parsial,

berbeda halnya jika program kerja disusun tanpa pijakan strategic planning yang

berisi visi, misi, tujuan, sasaran, dan kebijakan organisasi.

Lebih lanjut, dari proses wawancara yang penulis lakukan dengan salah satu

pengurus, didapatkan juga data bahwa manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta

(26)

9

peradaban.21 Hal ini berkonsekuensi pada cara pandang pengurus terhadap

pengelolaan Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Masjid dipandang harus mampu

memberikan warna bagi masyarakat dimana masjid tersebut berdiri. Sebab percuma

jika kegiatan masjid ramai, namun yang datang dan aktif memakmurkan masjid

adalah aktivis-aktivis dakwah dari luar, sedangkan warga sekitarnya tetap abangan,

tetap berjudi, tetap minum minuman keras, dan lain-lain. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa masjid belum mampu menjadi pusat peradaban yang

mampu mewarnai lingkungannya. Ini juga salah satu yang membuat Masjid

Jogokariyan Yogyakarta menjadi cukup unik dan istimewa.

Dalam kesempatan kunjungan ke Masjid Jogokariyan Yogyakarta, penulis juga

membuktikan secara langsung bagaimana Masjid Jogokariyan Yogyakarta telah

berhasil mewarnai Kampung Jogokariyan itu sendiri. Dari pengamatan penulis,

Kampung Jogokariyan sangat terlihat islami dengan beberapa artefak di beberapa

sisi Kampung.22 Dari gerbang kampung saja sudah terasa sekali kesan islami

dengan adanya gapura yang bertuliskan “Kampung Ramadhan Jogokariyan”.

Hiasan gapura ini sebenarnya terpasang sejak momen Ramadhan

sebelum-sebelumnya, namun terus terpasang secara permanen dan seolah menjadi identitas

yang menyambut para tamu yang hendak berkunjung untuk studi banding. Selain

itu juga terdapat beberapa hotel yang berdiri dengan megah. Hotel-hotel ini

bukanlah hotel syar’i seperti yang saat ini sedang booming, namun kesan yang

tertangkap dari segi arsitekturnya sangat terasa kesan islaminya. Lalu ada juga

21 Hasil wawancara dengan K.H. M. Jazir selaku Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan.

(27)

10

café yang juga cukup kental nuansa islaminya, belum lagi juga berdiri sebuah

bangunan bernama “Omah Dakwah” yang juga menjadi penopang aktivitas dakwah

masjid.

Fred David menjelaskan dalam bukunya tentang prosedur pelaksanaan

manajemen strategis yang diawali dengan perumusan strategi dengan menanyakan

visi dan misi apa yang ingin dicapai organisasi,23 penilaian terhadap keadaan

internal dan eksternal untuk menentukan posisi strategis organisasi sehingga dapat

menemukan strategi yang tepat sesuai dengan posisi strategis tersebut.24 Dari

langkah perumusan lalu diterapkan strategi per bidang misi tersebut, antara lain:

pemasaran, keuangan, litbang, SIM, dan lain-lain.25 Hingga pada tahap akhirnya

melakukan pengkajian ulang, evaluasi, dan pengendalian strategis26 agar

pencapaian organisasi bisa terus sustainable dalam jangka waktu yang lama.

Dengan mekanisme kerja yang demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen

strategis memegang peranan yang penting bagi kesuksesan manajemen dalam

menjalankan roda organisasi mencapai tujuannya di jangka pendek dan jangka

panjang.

Data di atas, memberikan gambaran awal bagi peneliti bahwa Masjid

Jogokariyan telah menjalankan fungsi manajemen yang cukup baik dalam

pengelolaannya, khususnya manajemen strategis. Hal ini membuat peneliti tertarik

untuk mengetahui proses manajemen strategis yang telah dilakukan masjid tersebut.

23 Fred R. David, Manajemen Strategis : Konsep, terj., Dono Sunardi, (Jakarta : Salemba Empat, 2009), 80-90.

(28)

11

Realitas manajemen tersebut akan didekati dengan teori manajemen strategis Fred

David yang berusaha mengungkap penerapan manajemen strategis yang telah

diterapkan di Masjid Jogokariyan dalam mencapai keunggulan-keunggulan

dibandingkan masjid lainnya di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Masih banyak lembaga dakwah yang belum menerapkan manajemen dakwah

dalam pengelolaannya.

2. Lemahnya manajemen pengurus masjid berakibat pada tidak efektifnya gerak

dakwah masjid.

3. Banyaknya pengurus Masjid yang belum menerapkan manajemen strategis

dalam pengelolaannya.

4. Ketiadaan manajemen strategis oleh Lembaga Dakwah ini mengakibatkan

kesuksesan dakwah tidak memiliki sustainability atau efek jangka panjang

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, tidak semua permasalahan yang ada

akan diteliti. Oleh karena itu peneliti merasa perlu adanya pembatasan masalah agar

penelitian dapat lebih fokus dan mendalam. Penelitian ini membatasi pada

permasalahan manajemen strategis yang diterapkan oleh pengurus Masjid

Jogokariyan masa bakti 2000 – 2005 yang meliputi proses perencanaan dan

implementasi rencana strategis tersebut. Alasan pemilihannya dikarenakan belum

(29)

12

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti membuat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana perumusan visi dan misi serta perencanaan program kerja Masjid

Jogokariyan pada periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005?

2. Bagaimana pelaksanaan program kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada

periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005?

3. Bagaimana evaluasi program kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada

periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan proses penerapan manajemen strategis oleh Pengurus Masjid

Jogokariyan Yogyakarta, atau jika dirinci tujuan penelitian meliputi:

1. Untuk mendeskripsikan perumusan visi dan misi serta perencanaan program

kerja yang dilakukan oleh Pengurus Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada

periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005.

2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan program kerja yang dilakukan oleh

Pengurus Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode Jogokariyan Islami

tahun 2000-2005.

3. Untuk mendeskripsikan evaluasi program kerja yang dilakukan oleh Pengurus

Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode Jogokariyan Islami tahun

(30)

13

E. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat teoritis

Ilmu manajemen strategis adalah ilmu yang banyak dikembangkan dalam kajian

ilmu manajemen bisnis. Penerapan manajemen strategis diperlukan agar

kesuksesan organisasi bisa berlangsung secara sustainable di masa kini dan di masa

mendatang. Penerapan ilmu manajemen strategis dalam bidang manajemen dakwah

belum banyak dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan

khasanah ilmu manajemen dakwah berupa model manajemen strategis lembaga

dakwah.

2. Manfaat praksis

Secara praksis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi input bagi

lembaga dakwah dalam menjalankan manajemennya. Lembaga dakwah dapat

mulai menyusun visi, misi, isu strategis, dan strategi jangka panjang serta jangka

pendeknya untuk menjamin keberlangsungan kesuksesan gerak dakwah di

masyarakat secara jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

F. Penelitian terdahulu

Berdasarkan penelusuran, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang

membahas tentang manajemen strategis dan juga menjadikan Masjid Jogokariyan

sebagai kajian penelitian, diantaranya adalah :

1. Penelitian manajemen strategis:

Pertama, artikel yang berjudul Model Manajemen Strategis Pemberdayaan

Ekonomi Umat Melalui Zakat, Infak, Sedekah. Artikel ini terdapat pada Jurnal

(31)

14

mengetahui model manajemen strategis dan pengelolaan ZIS melalui pendekatan

deskriptif-kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori manajemen strategis model

yang dikembangkan oleh Hunger & Wheelen dan teori pemberdayaan ekonomi

umat. Penelitian ini adalah penelitian deksriptif-kualitatif dengan jenis penelitian

lapangan (field research) dimana penyusun mengumpulkan data dengan melakukan

study mendalam (in depth study). Hasil penelitian ini adalah bahwa model

manajemen strategis yang dilakukan oleh LAZIS Qaryah Thayyibah pertama,

Pengamatan Lingkungan yang terdiri analisis eksternal (berupa peluang dan

ancaman) dan analisis internal (berupa kekuatan dan kelemahan). Kedua,

Perumusan Strategi, yaitu penguatan visi misi, serta bagaimana memanfaatkan

peluang, ancaman, kekuatan, serta kelemahan untuk membentuk strategi dalam

pengelolaan dan pemahaman kepada masyarakat tentang pengetahuan ZIS. Ketiga,

Implementasi Strategi, menuangkan dalam berbagai program. Dan sebagai program

unggulan yaitu beasiswa dan pemberdayaan ekonomi umat melalui pengguliran

kambing. Keempat, evaluasi dan pengendalian, LAZIS mengadakan evaluasi setiap

selesai melaksanakan program secara bersama serta untuk perbaikan

program-program selanjutnya.27

Kedua, artikel yang berjudul Manajemen Strategis Organisasi Nirlaba. Artikel

ini terdapat pada Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, No. 4, Februari,

2007. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang manajemen

strategis organisasi nirlaba. Hasil penelitian ini menyimpulkan manajemen strategis

27 Siti Maghfiroh, Model Manajemen Strategis Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat,Infak,

(32)

15

adalah proses dan pendekatan terintegrasi yang mencakup analisis lingkungan

internal dan lingkungan eksternal organisasi, formulasi strategi, implementasi

strategi, dan evaluasi program kerja dalam rangka menyediakan pelayanan secara

efektif dan efisien kepada pelanggan termasuk pemangku kepentingan,harus

dilakukan oleh para pimpinan dan harus dituangkan dalam dokumen kerja untuk

menjadi panduan dalam menghadapi perubahan internal dan eksternal.28

Ketiga, artikel yang berjudul Pengembangan Model Manajemen Kinerja

Strategis pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia: Bagian 2. Artikel ini

terdapat pada Jurnal Aplikasi Manajemen | Volume 10 | Nomor 2 | Juni 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah model Manajemen Kinerja

Strategis (MKS) KPRI. Teori yang digunakan. Model diuji keefektifannya melalui

field testing berbasis pre-test/post-test without control group design dalam forum

workshop. Sampel diambil secara purposif mencakup sampel KPRI dan sampel

insan KPRI. Data dianalisis menggunakan paired-samples t test dan one-sample t

test. Hasil analisis data menunjukkan bahwa field testing model dalam forum

workshop: (1) memberikan kontribusi positif pada sikap insan KPRI; (2)

memberikan efek bagi peningkatan pengetahuan insan KPRI mengenai

prinsip-prinsip model MKS KPRI; dan (3) efektif baik dari segi proses maupun produknya.

Penelitian-penelitian lanjutan berbasis operational field testing sangat penting

dilakukan untuk menindaklanjuti field testing berbasis workshop. Dalam

(33)

16

operational field testing, keefektifan model diuji melalui aktivitas-aktivitas

sehari-hari KPRI.29

Keempat, artikel yang berjudul Pengembangan Manajemen Strategis dengan

Kajian dalam Knowledge Externalization. Artikel ini terdapat pada Jurnal Metris,

15 (2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor

yang memengaruhi knowledge externalization yang ditemukan di tempat

penelitian, yaitu UKM Keripik Buah So Kressh CV. Kajeye Food Malang,

menentukan strategi pengembangan dan peningkatan produktivitas Sumber Daya

Manusia (SDM) untuk mempertahankan ciri khas UKM serta peningkatan kualitas

produk yang selanjutnya dapat meningkatkan performansinya berdasarkan proses

knowledge externalization yang telah dilakukan. Hasil penelitian menyebutkan

bahwa, Pertama, faktor yang memengaruhi knowledge externalization yang

ditemukan di tempat penelitian, yaitu metode, kemampuan individual dan interim

expression. Proses knowledge externalization yang paling tepat adalah pembuatan

manual book dengan metode kerja sebagai item yang dapat merepresentasikan

keberadaan knowledge externalization. Kedua, Strategi pengembangan Sumber

Daya Manusia (SDM) untuk mempertahankan ciri khas UKM berdasarkan proses

knowledge externalization yang telah dilakukan yaitu melakukan program yang

berfokus pada metode kerja yang efektif dan efisien, komunikasi yang efektif,

29 F. Danardana Murwani, Pengembangan Model Manajemen Kinerja Strategis pada Koperasi

(34)

17

konsep dua arah dalam pemberian materi pelatihan (training), pengadaan simulasi

dalam pelatihan, pengadaan sosialisasi program.30

Kelima, artikel yang berjudul Manajemen Strategis Lingkungan Hidup. Artikel

ini terdapat pada Jurnal JKAP Volume 5, Nomer 2 (November, 2011). Penelitian

ini bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang

dapat mempengaruhi terlaksananya tugas dan fungsi Bapedalda Kota Palembang,

melakukan analisis SWOT tentang isu-isu strategis yang dihadapi oleh Bapedalda

Kota Palembang, menemukan strategi yang dapat diterapkan oleh Bapedalda Kota

Palembang untuk mengelola lingkungan hidup agar tugas dan fungsi yang

diembannya dapat terlaksana dengan baik. Teori yang digunakan adalah teori

pengelolaan lingkungan hidup dan teori manajemen strategis Bryson. Metode yang

digunakan adalah RnD (Research And Development): peneliti terjun langsung

untuk terlibat dan merumuskan strategic planning yang dibutuhkan oleh Bapedadal

Kota Palembang. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan analisis SWOT dan

model manajamen strategis Bryson, dapat ditemukan kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman yang dimiliki Bapedalda, lalu isu strategis apa yang harus

dipecahkan, serta program yang diperlukan untuk memecahkan persoalan tersebut

agar Bapedalda dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.31

2. Penelitian yang mengkaji Masjid Jogokariyan :

Pertama, disertasi yang berjudul Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Miskin Perkotaan Berbasis Tanggung Jawab Sosial Masjid. Penelitian ini bertujuan

30 Augustina Asih Rumanti, Pengembangan Manajemen Strategis dengan Kajian dalam Knowledge

Externalization, (Jurnal Metris, 15 (2014): 23 – 28

(35)

18

untuk mendeksripsikan model pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin

perkotaan yang dilakukan oleh Masjid Nurul Jannah Gresik, Masjid Jogokariyan

Yogyakarta, dan Masjid Yayasan Perjuangan Wahidiyah Kediri. Teori yang

digunakan adalah teori pemberdayaan ekonomi masyarakat, konsep kemiskinan

perkotaan, dan masjid sebagai lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat kota.

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif-kualitatif dengan metode analisis

data model analisis-interaktif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tata kelola

masjid: pertama, membangun tahapan pengelolaan masjid. Kedua, menyusun

langkah-langkah pengelolaan masjid. Ketiga, menetapkan prinsip-prinsip

pengelolaan masjid. Keempat, menyusun strategi pengelolaan masjid. Kemitraan

dilakukan secara mutualistik, peleburan dan pengembangan. Model pemberdayaan

ekonomi masyarakat miskin meliputi: lembaga keuangan, kepemimpinan, sasaran

pemberdayaan, kerja sama, pembangunan spiritualitas, pembangunan kesadaran

wirausaha, pemberian kapasitas, pemberian daya, bina manusia, bina usaha, bina

lingkungan, bina kelembagaan, dan keberdayaan ekonomi jamaah.32

Kedua, tesis yang berjudul Peranan Masjid Jogokariyan Dalam

Memberdayaan Masyarakat Di Bidang Keagamaan, Pendidikan, Dan Ekonomi

Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran Masjid Jogokariyan

dalam memberdayakan masyarakat di bidang keagamaan, pendidikan, dan

ekonomi. Teori yang digunakan adalah teori manajemen yang dispesifikkan pada

manajemen masjid. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif dengan

32 Azis Muslim, Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Perkotaan Berbasis Tanggung

(36)

19

jenis study kasus (case study). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Masjid

Jogokariyan Yogyakarta sebagai pusat kegiatan masyarakat yang mengacu pada

fungsi ideal sebuah masjid, selalu berbenah untuk melayani jamaah dalam berbagai

sektor kehidupan antara lain: bidang keagamaan, bidang pendidikan, dan bidang

ekonomi.33

Ketiga, tesis yang berjudul Strategi Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan

Religiusitas Bagi Para Jamaah Masjid Jogokaryan Yogyakarta. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui strategi pendidikan Islam kepada jama’ah di Masjid

Jogokariyan Yogyakarta, mengetahui keberhasilan strategi pendidikan Islam dalam

meningkatkan religiusitas jama’ah di Masjid Jogokariyan Yogyakarta,

Menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat upaya peningkatan

religiusitas jama’ah di Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Jenis penelitian ini

merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan naturalistik yang dilakukan

secara langsung di tempat penelitian.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,

Pertama, Stategi Pendidikan islam yang digunakan dalam meningkatkan

religiusitas jamaah masjid Jogokariyan antara lain; memberikan pendidikan islam

secara berkelanjutan mulai usia dini hingga lanjut usia, mengemas acara yang

menarik dan tidak membosankan, merangkul semua organisasi masyarakat,

memberikan pelayanan terhadap segala kebutuhan jamaah, mengundang pembicara

yang benar-benar kompeten di bidangnya, dan menggunakan media MJ TV dan

buletin. Kedua, Adapun keberhasilan strategi pendidikan islam dalam

33 Susapto, Peranan Masjid Jogokariyan Dalam Memberdayaan Masyarakat Di Bidang

(37)

20

meningkatkan religiusitas jamaah dapat dilihat dari keaktifan jamaah baik ketika

mengikuti kegiatan ubudiayah yang bersifat harian seperti jamaah sholat lima

waktu dan tadarus rutin ibu-ibu setelah maghrib, dan juga kegiatan ubudiyah yang

bersifat insidental seperti buka bersama ramadhan dan puasa arafah, jamaah sholat

taraweh, dan kajian-kajian yang diadakan oleh biro-biro pendidikan. Ketiga,

Keberhasilan tersebut tidak lepas dari faktor pendukung yang berasal dari

masyarakat Jogokariyan seperti tingginya motivasi masyarakat untuk

memperdalam wawasan keislaman, Kepercayaan warga kepada takmir cukup

tinggi, pola hidup masyarakat Jogokariyan yang longgar di malam hari, dan rasa

memiliki masjid sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Jogokariyan. Keempat,

Sementara untuk faktor penghalang sebenarnya tidaklah banyak seperti

heterogenitas jamaah yang memiliki banyak aliran dan tingginya tingkat pendidikan

warga sehingga setiap acara kajian butuh pemateri-pemateri yang berkompeten

dalam bidangnya.34

Keempat, artikel yang berjudul Social Capital: Strategy of Takmir of

Jogokariyan Mosque on Developing the Worshipers. Artikel ini terdapat pada

International Journal of Nusantara Islam, Vol .03 No .02 – 2015. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena Masjid Jogokariyan yan mampu

meningkatkan jumlah jamaah secara signifikan. Metode yang digunakan adalah

analisis dekriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Pengurus

Masjid Jogokariyan telah merealisasikan sebuah pelayanan terbaik bagi jamaahnya

34 Hafidudin Badrun Zaman, Strategi Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Bagi

(38)

21

sehingga menghasilkan jamaah yang sangat mencitntai masjid. Pelayanannya

menyentuh tigas aspek : spiritual, sosial, dan ekonomi.35

Kelima, artikel yang berjudul Perancangan Dan Implementasi Sistem Informasi

Manajemen Kegiatan Masjid. Artikel ini terdapat pada Jurnal Sarjana Teknik

Informatika Volume 1 Nomor 1, Juni 2013. Penelitian ini bertujuan untuk membuat

aplikasi sistem informasi administrasi masjid Jogokariyan, guna mendukung

kinerja dan tugas pengelolaan administrasi masjid. Dalam melakukan perancangan

dan pembuatan aplikasi ini mengunakan metode waterfall dengan metode

pengumpulan data digunakan metode observasi, metode interview, dan metode

literature. Adapun pengembangan sistem dilakukan dengan analisis sistem,

perancangan sistem, mengimplimentasikan program dengan Microsoft Visual

Basic 6.0 dan pengujian program dengan black box test. dan alpha test.. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa analisis kebutuhan sistem yang berhubungan

dengan informasi administrasi masjid. Dari penelitian tersebut dihasilkan sebuah

aplikasi sistem informasi administrasi Masjid Jogokariyan Yogyakarta yang dapat

digunakan untuk membantu kinerja petugas dalam mengelola administrasi

sekertariatan masjid dan pengelolaan keuangan masjid.36

Dari kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu di atas, ditemukan beberapa

kesamaan dan perbedaan dengan judul penelitian yang akan peneliti angkat.

Penelitian ini akan dilakukan pada lembaga dakwah dalam hal ini adalah Masjid

35 Wahyu Panca Hidayat, Social Capital: Strategy of Takmir of Jogokariyan Mosque on Developing

the Worshipers, International Journal of Nusantara Islam, Vol .03 No .02 – 2015; (79–86)

36 Indra Wardana & Eko Ariwibowo, Perancangan Dan Implementasi Sistem Informasi Manajemen

(39)

22

Jogokariyan berkaitan dengan aspek manajemen strategisnya. Sedangkan dari

penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, belum ada yang meneliti aspek

manajemen strategis dari Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Di sisi lain, jurnal, tesis

maupun disertasi yang membahas tentang manajemen strategis, belum ada yang

menjadikan Masjid Jogokariyan Yogyakarta sebagai objek kajian. Sehingga dari

sini peneliti memastikan bahwa penelitian ini memiliki orisinalitas dan penting

untuk dilakukan.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian tentang ini diarahkan pada pendekatan deskriptif kualitatif.

Alasannya adalah pertama, pendekatan ini dapat menjadi sumber bagi deskripsi dan

eksplanasi yang lebih mendalam, terutama mengenai proses-proses yang terjadi di

dalam perumusan manajemen strategis yang telah dilakukan. Kedua, pendekatan

ini mampu membangun hubungan yang lebih akrab dengan subyek-subyek yang

menjadi sasaran kajiannya. Ketiga, pendekatan ini lebih mampu memberikan

peluang bagi peneliti untuk mengungkapkan kronologi proses-proses sosial,

menilai dan memberikan ekplanasi atas hubungan-hubungan kausalitas di antara

berbagai peristiwa lokal dan mengungkap eksplanasi yang lebih mendalam

mengenai hubungan-hubungan tersebut. Keempat, pendekatan ini lebih mampu

(40)

23

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Letak persisnya di

Jalan Jogokaryan No. 36, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa

Yogyakarta 5514.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian disesuai dengan fokus dan tujuan penelitian.

Karena penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif maka sumber

data primer yang berupa people akan disebut informan. Dalam penelitian ini ada

dua jenis sumber daya yang digunakan, yaitu

a. Sumber Data Primer:

Sumber data primer adalah sumber data utama dalam pengumpulan data

penelitian. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah orang-orang

yang terlibat secara mendalam pada proses manajemen strategis di Masjid

Jogokariyan Yogyakarta. Informan yang diwawancarai adalah Ketua

Umum Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode 2000 – 2005 yaitu

K.H. M. Jazir, ASP, dan juga Bapak Suharyanto yang menjabat sebagai

Bendahara Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode 2000 – 2005.

b. Sumber Data Sekunder:

Sumber data sekunder adalah sumber data yang bisa menunjang dan

menambahkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Sumber data

sekunder yang digunakan adalah dari dokumen resmi Masjid Jogokariyan

Yogyakarta, sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen

(41)

24

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Pengumpulan data akan dilakukan dengan melakukan wawancara

mendalam (in depth interview) kepada informan-informan yang telah

ditentukan di atas.

b. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh

dengan wawancara, tetapi hanya diperoleh dengan cara melakukan

penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat kabar, jurnal,

internet, dokumen resmi, dokumen pribadi dan sumber lain yang berkaitan

dengan apa yang sedang diteliti oleh penulis.

5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian deskriptif-kualitatif instrumen penelitian yang utama adalah

peneliti sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadi jelas mungkin akan

dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat digunakan

untuk menjaring data pada sumber data yang lebih luas, dan mempertajam serta

melengkapi data hasil pengamatan dan observasi secara langsung.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan desain penelitian

kualitatif, mengikuti konsep yang disampaikan oleh Miles and Huberman dan

Spradley.37 Yaitu dengan langkah-langkah pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data, dan terakhir adalah penarikan kesimpulan.

(42)

25

a. Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data dilakukan dengan dua metode, yaitu wawancara

dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan

dokumentasi, data tersebut dicatat dalam catatan lapangan.

b. Reduksi data

Reduksi data adalah proses dimana peneliti melakukan pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi

data kasar dari catatan tertulis di lapangan. Cara mereduksi data dengan

melakukan seleksi, membuat ringkasan atau uraian singkat,

menggolong-golongkan kedalam pola-pola dengan membuat transkrip penelitian,

mempertegas, memperpadu, membuat focus, membuang bagian yang tidak

penting dan mengatur data agar dapat ditarik kesimpulan.

c. Penyajian data

Setelah data direduksi, proses selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian

data merupakan upaya penyusunan sekumpulan informasi ke dalam suatu

penjabaran yang mudah dipahami.

d. Penarikan kesimpulan

Setelah proses penyajian data, tahap selanjutnya yaitu penarikan

kesimpulan. Proses penarikan kesimpuan dengan penginterpretasian

peneliti, yakni penggambaran makna dari data yang ditampilkan. Disini

peneliti berusaha untuk mencari makna dari data yang dihasilkan dalam

(43)

26

proses penyampaian dibutuhkan pertimbangan yang kuat, hal ini dilakukan

agar peneliti dalam menyampaikan atau menafsirkan data tidak salah.

7. Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibiltasi dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

a. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan akan dilakukan jika dirasakan data yang telah

didapatkan masih terdapat kekurangan dan perlu untuk diperdalam lagi.

b. Triangulasi metode

Triangulasi yang akan dilakukan adalah melakukan perbandingan antara

informan dengan dokumen yang telah ditemukan pada proses penelusuran

data.

H. Outline Penelitian

Secara umum, penelitian ini disusun dalam kerangka sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

Bab II. Kerangka Teoritis

A. Manajemen Strategis

B. Manajemen Strategis : Perspektif Syariah

(44)

27

Bab III. Metode Penelitian

A. Pendekatan Penelitian

B. Lokasi Penelitian

C. Sumber

D. Teknik Pengumpulan Data

E. Instrumen Penelitian

F. Metode Analisa Data

G. Pengujian Kredibilitas Data

Bab IV. Pembahasan

A. Pemaparan Data Hasil Wawancara dan Study Dokumentasi

B. Analisa Data Hasil Wawancara dan Study Dokumentasi

C. keterbatasan

(45)

28

BAB II

KERANGKA TEORETIK

A. Manajemen Dakwah

1. Pengertian dan Tujuan Manajemen Dakwah

Manajemen dakwah merupakan sebuah disiplin ilmu yang relatif baru dalam

ranah ilmu manajemen. Terdiri dari dua kata yaitu Manajemen dan Dakwah,

keduanya merupakan bentuk integrasi dari dua kutub yang sama sekali berbeda.

Manajemen identik dengan ilmu ekonomi yang sekuler, sedangkan istilah

“dakwah” mengacu pada konsep agama yang menekankan pada keseimbangan

dunia dan akhirat. Kedua konsep ini melebur dan menjadi satu disiplin ilmu

tersendiri untuk menyesuaikan dengan kebutuhan profesionalitas organisasi

dakwah dalam menjalankan aktivitasnya.

Untuk dapat memahami dengan lebih mendalam mengenai konsep manajemen

dakwah ini, kita dapat memulai dari aspek pengertiannya. Menurut Mahmuddin,

manajemen dakwah adalah suatu proses dalam memanfaatkan sumber daya (insani

dan alam) dan dilakukan untuk merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam sebagai

tujuan bersama.1 Sedangkan menurut M. Munir dalam bukunya mendefinisikan

manajemen dakwah sebagai pengaturan secara sistematis dan koordinatif dalam

kegiatan atau aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai

akhir dari kegiatan dakwah.2 Pengertian tersebut membawa kepada pemahaman

(46)

29

bahwa di dalam sebuah manajemen dakwah terdapat sistem yang cukup kompleks

sehingga membutuhkan sinergisitas semenjak awal perencanaan yang ditetapkan

hingga pada implementasi aktifitas dakwah.

Dari pendapat beberapa ilmuwan di atas mengenai pengertian manajemen

dakwah, dapat disimpulkan bahwa manajemen dakwah adalah aktifitas organisasi

dakwah untuk mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki melalui proses

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan dakwah yaitu

amar ma’ruf nahi munkar.

Manajemen dakwah sangat dibutuhkan mengingat tantangan dakwah yang

semakin berat. Jika dakwah dilakukan dengan sporadis dan tanpa perencanaan, bisa

dipastikan akan dikalahkan oleh kejahiliyahan yang dilakukan oleh profesional.

Dakwah harus dikemas dan dirancang sedemikian rupa, sehingga gerak dakwah

merupakan upaya nyata yang sejuk dan menyenangkan dalam usaha meningkatkan

kualitas aqidah dan spiritual, sekaligus kualitas kehidupan sosial, ekonomi, budaya,

dan politik umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.3

Sehingga dengan demikian manajemen dakwah dapat menjadi penuntun dan arah

dalam pelaksanaan dakwah yang profesional.

2. Komponen Manajemen Dakwah

Seperti telah disinggung pada pembahasan-pembahasan sebelumnya bahwa

manajemen dakwah sebagai pengembangan dari ilmu manajemen akan selalu

berkaitan dengan unsur-unsur yang menjadi komponen penyusunnya. Dalam

(47)

30

konteks manajemen secara umum, unsur-unsur tersebut antara lain : man, money,

material, machine, method, dan market (manusia, uang, barang, mesin, metode, dan

pasar) yang sering disingkat menjadi 6M.4 Dalam manajemen dakwah komponen

dakwah ini diuraikan ke dalam beberapa unsur, antara lain da’i (pelaku dakwah),

mad’u (sasaran/objek dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah),

thariqah (metode dakwah), dan atsar (efek dakwah).5

Uraian di atas pada akhirnya akan membawa kita pada kesimpulan bahwa

sebuah proses manajemen dakwah pasti tidak dilakukan oleh 1 (satu) orang saja,

melainkan dilakukan secara bersama-sama dalam sebuah ikatan organisasi. Dalam

kacamata manajemen dakwah, organisasi merupakan wadah perjuangan yang

sangat strategis.6

a. Da’i (Pelaku Dakwah)

Munir mendefiniskan da’i sebagai orang yang melaksanakan dakwah baik

melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu,

kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.7 Nasaruddin Latief medefinisikan bahwa

da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amalian

pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah wa’ad, mubaligh mustama’in (juru

penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama

Islam.8

4 Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), 42-43. 5 M. Munir, Manajemen….., (Jakarta: Kencana, 2006), 21.

6 Khatib Pahlawan, Manajemen Dakwah, dari…., (Jakarta: Amzah, 2007), 48. 7 M. Munir, Manajemen….., (Jakarta: Kencana, 2006), 22.

(48)

31

Berkaitan dengan manajemen dakwah, maka da’i ini tidak hanya sekedar

menyampaikan dakwah, namun ada aspek profesionalitas yang tertuntut di

dalamnya. Profesionalitas yang dimaksud di sini berkaitan dengan kapasitas dalam

diri seorang da’i meliputi aspek pendidikan, ilmu dan wawasan keislaman, politik,

sosial, ekonomi, kemasyarakatan, iptek, di samping jugas aspek ketrampilan

khusus.

Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam

semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan

solusi terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang

dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah

dan tidak melenceng.9

Untuk mendukung kesuksesan da’i dalam menjalankan aktivitas dakwahnya

maka pada pelaku dakwah harus berupaya memiliki dan membina sifat-sifat

sebagai berikut.10

1) Harus benar-benar istiqomah dalam keimanannya dan percaya

seyakin-yakinnya akan kebenaran agama Islam yang dianutnya untuk kemudian

diteruskannya kepada umat.

2) Harus menyampaikan dakwahnya dengan lidahnya sendiri. Dia tidak boleh

menyembunyikan kebenaran, apalagi menukar kebenaran tersebut dengan nilai

harga yang rendah.

9 Mustada Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Qardawi Harmoni antara Kelembutan dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), 18.

(49)

32

3) Menyampaikan kesaksiannya tentang kebenaran itu, tidak saja dengan lidahnya,

tetapi sejalan dengan perbuatannya.

4) Berdakwah secara jujur dan adil terhadap semua golongan dan kelompok umat

dan tidak terpengaruh dengan penyakit hati, seperti hasad, sombong, serakah,

dan sebagainya.

5) Berdakwah dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah dan mengharapkan

rida-Nya.

6) Menjadikan Rasulullah saw sebagai contoh teladan, utama dalam segenap

kehidupan baik pribadi maupun rumah tangga dan keluarga.

7) Mempunyai keberanian moral dalam berdakwah, namun memahami batas-batas

keimanan yang jelas.

8) Mengutamakan persaudaraan dan persatuan umat, sebagai perwujudan

ukhuwah Islamiyah.

9) Bersifat terbuka, penuh toleransi, lapang dada dan tidak memaksa.

10)Tetap berjihad dalam kondisi bagaimanapun, dengan keyakinan bahwa Allah

akan berpihak kepada yang benar dan memberikan petunjuk untuk itu.

b. Mad’u (Objek Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima

dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang

beragama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.11

Menurut Jamaludin Kafie sasaran dakwah adalah yang menjadi objek dakwah yaitu

manusia, mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat lingkungan dan seluruh

(50)

33

dunia.12 Mad‟u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, baik laki-laki

ataupun perempuan, tua maupun muda, miskin atau kaya, muslim maupun non

muslim, kesemuanya menjadi objek dari kegiatan dakwah Islam, semua berhak

menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah.13

Dinamika persoalan yang dihadapi pada aspek mad’u ini juga cukup kompleks,

meliputi masalah keimanan dan ketauhidan, masalah ekonomi, masalah sosial, dan

masalah budaya sekularistik dan hedonistik.14 Oleh karenanya objek dakwah

haruslah diklasifikasikan agar memudahkan pelaksanaan dakwah. Dasar

klasifikasinya bisa berdasarkan tingkat intelektualitasnya, berdasarkan profesinya,

berdasarkan lokasi tinggalnya, berdasarkan usia, berdasarkan jenis kelamin, dan

lain-lain. Klasifikasi ini akan membuat proses dakwah lebih efektif dalam mencapai

tujuan dan juga efisiensi dalam penggunaan sumber daya.

c. Maddah (Materi Dakwah)

Materi dakwah (maddah ad-Da’wah ) adalah pesan-pesan dakwah atau sesuatu

yang harus disampaikan subyek kepada obyek dakwah yaitu keseluruhan ajaran

Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya.15

Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah

pokok, yaitu masalah akidah (keimanan), masalah syariah (fiqh), masalah sosial

(muamalah), dan masalah moral (akhlaq).16 Masalah akidah adalah topik-topik

dakwah yang membahas tentang keimanan kepada Allah swt dan menjadi

12 Kafie, Ilmu Dakwah, 48.

13 An-Rasulry & Fathul Bahri, Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta: Amzah, 2008), 230.

14 Khatib Pahlawan, Manajemen Dakwah, dari…., (Jakarta: Amzah, 2007), 51 52. 15 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta : AMZAH,2013), 88.

(51)

34

pendasaran bagi keseluruhan perilaku manusia, oleh karenanya topik ini yang

pertama kali harus disampaikan kepada mad’u. Materi dakwah yang bersifat

syariah sangat luas cakupannya, kelebihan dari materi syariah Islam adalah sifatnya

yang universal menjelaskan hak-hak umat muslim dan non muslim bahkan hak

seluruh umat manusia. Pada topik mu’amalah menekankan pada aspek hubungan

antar manusia, bahkan porsinya di dalam Al Quran lebih besar daripada urusan

ibadah. Cakupan aspek mu’amalah jauh lebih besar daripada ibadah. Hal ini wajar

mengingat Al Quran dan Hadits adalah sumber hukum Islam yang diorientasikan

pada terciptanya sistem masyarakat yang baik. Materi dakwah yang terakhir adalah

masalah akhlaq. Pembahasannya menerangkan batasan-batasan tentang mana

akhlaq yang baik, mulia, dan terpuji serta mana pula yang buruk, hina, dan tercela.

d. Wasilah (Media Dakwah)

Ali Aziz mengemukakan bahwa media (wasilah) dakwah merupakan alat bantu

yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada

mad‟u (Aziz, 2004).17 Sedangkan Syukir menjelaskan bahwa media dakwah adalah

segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah

yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang,

tempat, kondisi tertentu, dsb (Syukir, 1983).18

Hamzah Ya’qub membagi lima golongan media dakwah menjadi lima macam,

yaitu : lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlaq.19

17 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 120.

18 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), 163.

(52)

35

1) Media lisan. Media dakwah yang paling sederhana karena hanya menggunakan

lidah dan suara, yang termasuk dalam bentuk ini adalah pidato, khutbah,

ceramah, seminar, musyawarah, diskusi, nasehat, pidato radio, ramah-tamah

dalam anjangsana dan lain-lain yang kesemuanya dilakukan malalui lidah atau

lisan.

2) Media tulisan. Yakni dakwah yang dilakukan melalui perantara tulisan seperti

buku-buku, majalah, surat kabar, pengumuman dan sebagainya.

3) Melalui lukisan. Media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya.

Media dakwah yang bisa menjadi contoh adalah komik bergambar yang berisi

pesan dakwah yang biasanya cukup disenangi anak-anak.

4) Audiovisual. Media dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran,

penglihatan, atau kedua-duanya. Contohnya adalah televisi, film slide, OHP,

internet, dan sebagainya.

5) Akhlak. Media dakwah melalui suatu penyampaian langsung ditujukan dalam

bentuk perbuatan yang nyata, misalnya mendatangi orang yang sedang sakit,

menziarahi orang mati, kunjungan ke rumah.

e. Thariqah (Metode Dakwah)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan me

Gambar

Tabel 4. Jadwal Kegiatan Rutin Masjid Jogokariyan.........................................
Gambar 2. Peta Dakwah Masjid Jogokariyan ....................................................
Tabel 1. Tabel penerimaan infaq Masjid Jogokariyan13
Tabel 2 Skenario Planning sejak tahun 2000-2015
+4

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen pengelola SSO Real Madrid UNY Yogyakarta dapat melaksanakan fungsi manajemen secara profesional, menurut peneliti karena fungsi pengawasan dari lembaga

Yogyakarta telah mengevaluasi integritas manajemen dengan cara melakukan.. wawancara kepada pihak manajemen dengan mengajukan

Pemahaman tentang tuntunan Islam seputar masjid, sejarah masjid di masa Rasulullah dan generasi setelahnya, fungsi dan potensi masjid, manajemen masjid dan keilmuan

Terbitnya BUKU MANAJEMEN MASJID yang di susun oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Padang adalah upaya yang sangat patut kita sambut gembira dan apresiasi dengan mempelajarinya

Seperti, Idarah binail maddy (manajemen fisik), Idarah binail ruhiy (manajemen fungsi masjid). Fungsi dan peran Masjid Jenderal Sudirman Makassar sebagai berikut; tempat

Dari 15 masjid yang tidak secara rutin melaporkan kondisi keuangan masjid, terdapat banyak alasan yang menyebabkannya, antara lain tidak adanya petugas yang

Sebab, pengumuman infak jutaan akan sangat menyakitkan, jika tetangga Masjid ada yang tidak bisa ke Rumah Sakit sebab tak punya biaya atau tak bisa sekolah… Masjid yang menyakiti

Ketua DKM Masjid tersebut,diharapkan dapat mengelola sekaligus memakmurkan masjid Al-Basyah selama periode tersebut,sesuai atran yang ada.. Keptuusan Presiden Nomor 15 tahun