MANAJEMEN STRATEGIS MASJID JOGOKARIYAN
YOGYAKARTA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Dirasah Islamiyah
Oleh : Erdin Sumardianto NIM. F120915288
PASCASARJANA
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Tesis Erdin Sumardianto ini telah diuji
pada tanggal 26 Juli 2017
Tim Penguji:
1. Dr. Khoirul Yahya, MSI (Ketua Penguji) ………
2. Dr. Abdul Chalik, M. Ag (Penguji) ………
3. Prof. Dr. H Shonhadji Soleh, Dip. Is (Penguji) ………
Surabaya, Agustus 2016
Direktur,
Prof. Dr. H. Husein Aziz, M.Ag.
ABSTRAK
Masjid adalah organisasi dakwah yang sangat penting dalam kesuksesan manajemen dakwah di masyarakat. Sebagai sebuah organisasi, penting untuk menerapkan manajemen dalam pengelolaannya sehingga bisa mencapai kesuksesan dakwah. Realitasnya, banyak masjid yang belum menerapkan manajemen masjid modern dalam mengelola aktivitasnya. Di tengah fenomena tersebut terdapat Masjid Jogokariyan Yogyakarta yang menerapkan manajemen yang modern sehingga berhasil menjadi Masjid Besar Percontohan menurut Kemenag DI Yogyakarta dan Kemenag RI tahun 2016. Kesuksesan Masjid Jogokariyan Yogyakarta ini berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, dimulai dari tahun 1999 hingga saat ini dikenal sebagai masjid terbaik di Indonesia. Kesuksesan jangka panjang adalah realitas yang menjadi fokus dari ilmu manajemen strategis.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan manajemen strategis di Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode tahun 2000-2005. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara dengan pihak sentral yang melaksanakan manajemen strategis yaitu Ketua Umum Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode 2000-2005 dan ditambah dengan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh masjid. Data yang berhasil dikumpulkan dianalisa dengan teori Manajemen Strategis Fred David.
Penelitian menemukan bahwa Masjid Jogokariyan Yogyakarta telah menerapkan manajemen strategis dalam pengelolaannya. Perumusan strategis dilakukan dengan merumuskan visi misi masjid yang dilandasi ideologi kemasjidan, yaitu menjadikan masjid sebagai pusat peradaban Islam. Penilaian keadaan internal dan eksternal masjid juga dilakukan sebagai landasan dalam merumuskan strategi. Setelah perumusan visi misi, penilaian internal dan eksternal dilakukan, maka dibuatkan sebuah Skenario Planning Masjid Jogokariyan periode Jogokariyan Islami yang berisi tujuan jangka panjang masjid beserta indikatornya. Strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan adalah dengan melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Implementasi strategi ini diterapkan dengan membuat kebijakan masjid, menyusun struktur, dan mengalokasikan sumber-sumber daya masjid. Selain itu juga dengan dioperasionalkan ke dalam program-program unggulan seperti Program Pemetaan Jamaah, Program Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan Masjid, Program Pemasaran, Program Jogokariyan Kampung Ramadhan, Program Gerakan Jamaah Mandiri, Program Pemberdayaan Ekonomi Jamaah, dan Program Gerakan Saldo Infak Nol.
ABSTRACT
The mosque is a da'wah organization that is very important in the success of da'wah management in the society. As an organization, it is important to implement management in order to achieve the success of da'wah. In reality, many mosques have not implemented modern mosque management in managing their activities. In the middle of the phenomenon, there is Jogokariyan Mosque in Yogyakarta which applied modern management so that it succeeded to become “Masjid Besar
Percontohan” according to Ministry of Religion of Yogyakarta and Ministry of Religion of Indonesia in 2016. This success take place for a long time, starting from 1999 until now known as the best mosque in Indonesia. Long-term success is the reality that becomes the focus of strategic management science.
This research aims to describe the implementation of strategic management in Jogokariyan Mosque in the period 2000-2005. The research was conducted by using descriptive-qualitative approach. The data were collected by conducting interviews with the central figure who carried out the strategic management of the General Chairman of the Jogokariyan Mosque in the period 2000-2005 and added with official documents issued by the mosque. Then, it was analyzed with Strategic Management theory by Fred David.
The study found that Jogokariyan Mosque of Yogyakarta has implemented strategic management in its management. The strategic formulation was done by formulating the vision and mission of mosque based on the Ideology of Mosque, which is to make mosque as center of Islamic Civilization. Assessment of internal and external circumstances of the mosque is also done as a foundation in formulating a strategy. After that, a Jogokariyan Mosque Planning Scenario of Jogokariyan Islami period contains the long-term objectives of the mosque along with its indicators was set. The strategy to achieve the goal was to penetrate the market and product development. Implementation of this strategy was executed by making mosque policy, arranging structure, and allocating mosque resources. Moreover, it is also operationalized into leading Programs such as “Program
Pemetaan Jamaah”, “Program Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan
Masjid”, “Program Pemasaran”, “Program Jogokariyan Kampung Ramadhan”,
“Program Gerakan Jamaah Mandiri”, “Program Pemberdayaan Ekonomi Jamaah”, and “Program Gerakan Saldo Infak Nol.”
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ... i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
MOTTO ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
UCAPAN TERIMA KASIH ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR GAMBAR ... xx
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 11
xii
D. Tujuan Penelitian ... 12
E. Kegunaan Penelitian ... 13
F. Penelitian terdahulu ... 13
G. Metode Penelitian ... 22
1. Pendekatan Penelitian ... 22
2. Lokasi Penelitian ... 23
3. Sumber Data ... 23
4. Teknik Pengumpulan Data ... 24
5. Instrumen Penelitian... 24
6. Teknik Analisis Data ... 24
7. Pengujian Kredibilitas Data ... 26
H. Outline Penelitian ... 26
BAB II : KERANGKA TEORETIK A. Manajemen Dakwah ... 28
1. Pengertian dan Tujuan Manajemen Dakwah ... 28
2. Komponen Manajemen Dakwah ... 29
a. Da’i (Pelaku Dakwah) ... 30
b. Mad’u (Objek Dakwah) ... 32
c. Maddah (Materi Dakwah) ... 33
xiii
e. Thariqah (Metode Dakwah) ... 35
f. Atsar (Efek Dakwah) ... 36
3. Langkah-langkah Manajemen Dakwah... 37
a. Perencanaan dakwah (Takhthith) ... 37
b.Pengorganisasian dakwah (Thanzhim) ... 39
c. Penggerakan dakwah ... 41
d.Pengendalian dan evaluasi dakwah ... 42
B. Manajemen Masjid ... 43
1. Konsep Dasar Masjid ... 43
a. Pengertian Masjid ... 43
b.Fungsi Masjid ... 44
2. Manajemen Kemasjidan ... 46
a. Dinamika Problematika Masjid ... 46
b.Penerapan Prinsip-Prinsip Manajemen Masjid ... 48
c. Materi Pokok Manajemen Masjid ... 50
C. Model Manajemen Strategis (Fred R. David) ... 57
1. Hakikat Manajemen Strategis ... 58
a. Pengertian Manajemen Strategis ... 58
b.Tahap-tahap Manajemen Strategis ... 59
xiv
d.Komponen-komponen kunci Manajemen Strategis ... 60
e. Model Manajemen Strategis ... 65
2. Perumusan Strategi... 66
a. Visi dan Misi Organisasi ... 66
b.Penilaian Eksternal ... 69
c. Penilaian Internal ... 72
d.Strategi-strategi dalam Tindakan ... 74
3. Penerapan program kerja... 78
a. Menerapkan program kerja sesuai isu-isu strategis manajemen ... 78
b.Menerapkan program kerja per bidang kerja ... 83
4. Penilaian dan Evaluasi program kerja ... 86
a. Hakikat evaluasi program kerja ... 86
b.Proses evaluasi program kerja ... 86
c. Kerangka kerja evaluasi program kerja ... 87
BAB III : PROFIL MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTA A. Sejarah Berdirinya Masjid Jogokariyan ... 89
1. Gambaran tentang Kampung Jogokariyan ... 89
2. Nama Masjid ... 91
3. Lokasi Masjid Jogokariyan Yogyakarta... 92
xv
5. Makna Penting Dokumentasi ... 95
6. Logo Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 96
7. Bangunan Masjid ... 96
B. Program Unggulan Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 98
1. Pemetaan Jamaah ... 98
2. Mengundang Jamaah ke Masjid dengan Penuh Hormat ... 99
3. Gerakan Infak Selalu Tersisa Nol Rupiah ... 100
4. Gerakan Jamaah Mandiri ... 100
5. Skenario Planning ... 101
C. Susunan Pengurus Ta’mir Masjid Jogokaryan Periode 2009-2013 ... 102
D. Prestasi yang telah diraih Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 106
1. Masjid Besar Percontohan DIY oleh Kemenag Yogyakarta ... 106
2. Masjid Besar Percontohan Idarah Nasional 2016 oleh Kemenag RI ... 106
E. Jadwal Kegiatan Rutin Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 108
BAB IV : MANAJEMEN STRATEGIS MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTA A. Perumusan Visi dan Misi serta Perencanaan Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta... 111
1. Perumusan Visi dan Misi Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 112
xvi
b.Proses Perumusan Visi dan Misi Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 117
c. Penilaian Lingkungan Eksternal Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 130
d.Penilaian Internal Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 136
2. Perencanaan Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 142
a. Skenario Planning Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 142
b.Strategi Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 149
c. Langkah-langkah Manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 161
d.Prinsip manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 166
e. Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 168
B. Pelaksanaan Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 169
1. Tujuan Tahunan Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 169
2. Kebijakan Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 171
a. How to image ... 171
b.How to manage ... 174
c. How to make success ... 175
3. Alokasi sumber daya Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 176
4. Pengelolaan Konflik SDM Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 178
5. Struktur Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 180
6. Pengelolaan Resistensi atas Perubahan ... 183
xvii
a. Program Litbang (Pemetaan Jamaah) Masjid Jogokariyan Yogyakarta
185
b.Program “Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan Masjid” . 188
c. Program Pemasaran Kegiatan Masjid Jogokariyan Yogyakarta
(Undangan, Spanduk, Website) ... 192
d.Program Jogokariyan Kampung Romadhon ... 197
e. Program Gerakan Jamaah Mandiri ... 201
f. Program Pemberdayaan Ekonomi Umat ... 212
g.Program Gerakan Saldo Infaq Nol ... 215
C. Evaluasi Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta ... 218
1. Hasil yang didapatkan ... 219
a. Program Litbang (Pemetaan Jamaah) Masjid Jogokariyan Yogyakarta 219 b.Program Memasjidkan Masyarakat dan Memasyarakatkan Masjid... 220
c. Program Pemasaran ... 220
d.Program Jogokariyan Kampung Ramadhan ... 221
e. Program Gerakan Jamaah Mandiri ... 222
f. Program Pemberdayaan Ekonomi Warga ... 222
g.Program Gerakan Saldo Infaq Nol ... 223
xviii
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 226
B. Saran ... 230
DAFTAR PUSTAKA ... 232
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penerimaan Infaq Masjid Jogokariyan ... 5
Tabel 2. Skenario Planning Masjid Jogokariyan ... 7
Tabel 3. Profil Bangunan Masjid Jogokariyan ... 96
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Manajemen Strategis Fred David ... 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ajaran Islam adalah konsepsi sempurna dan komprehensif yang diturunkan oleh
Allah swt kepada Rasulullah Muhammad saw, karena berisi tatanan sistem
kehidupan yang tidak hanya memiliki dimensi duniawi, melainkan juga
mengandung dimensi ukhrawi. Sebagai sebuah sistem kehidupan, konsekuensi
logisnya adalah adanya upaya-upaya yang harus dilakukan untuk amar ma’ruf nahi
munkar kepada sesama manusia dalam aktivitas dakwah. Allah memerintahkan di
dalam QS Ali Imrah ayat 1041 yang berbunyi:
نُك ت
ل و
ۡ
َ
َي لِإَ ن ُعۡ يَٞة م
ُ
أَ ۡ ُكنِ م
ٱ
َِرۡي
ۡ
ل
َ
َِبَ نوُرُ
ۡ
أ ي و
ٱ
َِفوُرۡع
ۡ
َ
َ ِن عَ نۡ ۡن ي و
ٱ
َ ِر
كنُ ۡ
َ
َُ ُهَ كِئ
ٰٓ لْوُأ و
ٱ
َ ن ُحِ ۡفُ
ۡ
َ٤و٤
َ
َ
104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung
Dalam pelaksanaannya, dakwah tidak mungkin diimplementasikan secara
sembarangan. Kita bisa melihat dalam sejarah bagaimana tantangan yang dihadapi
oleh Rasulullah ketika menyampaikan dakwah. Tantangan berupa embargo
ekonomi, ancaman pembunuhan, siksaan secara fisik, bahkan pengusiran dari Kota
2
Mekkah dialami oleh Rasulullah.2 Tantangan dakwah saat ini barangkali tidak sama
secara bentuk, namun secara prinsip memiliki kesamaan. Maka dengan persoalan
yang kompleks seperti itu, menjadikan pelaku dakwah tidak mungkin menghadapi
secara personal dan tidak profesional. Sebaliknya pelaksanaan dakwah harus
dilaksanakan secara bersama-sama, sinergis, teratur rapi dengan persiapan yang
matang serta sistem kerja yang efektif. Dari sinilah penting bagi pelaku dakwah
untuk memanfaatkan ilmu manajemen dalam mengelola dakwah.3 Penggunaan
disiplin ilmu manajemen dalam mengelola dakwah ini menghasilkan ilmu yang
disebut dengan Manajemen Dakwah.
Menurut KBBI, manajemen berarti 1) penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran.4 Biasanya dilakukan dengan empat fungsi yaitu Planning,
Organizing, Actuating, dan Controlling.5 Sedangkan dakwah, secara etimologis
berasal dari Bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a yang diartikan sebagai
mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Para
ilmuwan Islam menyatakan bahwa dakwah adalah setiap usaha aktivitas dengan
lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya
untuk beriman dan menaati Allah SWT,6 kepada keinsafan,7 termasuk amar ma’ruf
nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.8
2 Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, terj., Ali Audah, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1989), 127 – 180.
3 Mahmudin, Manajemen Dakwah Rasulullah, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hal 7 4 http://kbbi.web.id/manajemen diakses pada tanggal 18 oktober 2016 pukul 22.00. 5 Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 2009), 23-27
6 Nasarudin Latif, Teori dan Praktik Dakwah Islamiah,(Jakarta: Firma Dara, tt), 11. 7 Quraish Shihab, Membumikan Al Quran, (Bandung: Mizan, 1992), 194.
3
Dari uraian dua konsep di atas bisa diambil kesimpulan bahwa manajemen
dakwah adalah aktivitas pengelolaan, pengaturan, dan penataan sumber-sumber
daya organisasi (lembaga dakwah) dalam upaya untuk mencapai tujuan dakwah.
Penggunaan prinsip-prinsip manajemen dalam aktivitas dakwah akan mampu
mengangkat level profesionalitas gerak dakwah, sebab tiap langkah dakwah telah
melalui proses perhitungan dan pertimbangan yang mendalam oleh manajer
dakwah agar tujuan dakwah bisa tercapai secara efektif dan efisien.9
Masjid sebagai salah satu lembaga dakwah seyogyanya juga menerapkan
manajemen dakwah ini dalam menjalankan aktivitasnya. Namun realitas yang
sering peneliti jumpai ternyata menunjukkan sebaliknya. Siswanto menyatakan
dalam bukunya tentang beberapa problematika dalam pengelolaan masjid antara
lain: bangunan masjid yang kurang memenuhi kebutuhan jamaah, sistem
pengajaran Islam yang kurang baik, syiar Islam dengan cara yang kurang simpati,
pengelolaan yang kurang terorganisir dan konflik intern pengurus, kurang
berkembangnya himpunan jamaah masjid dan organisasi remaja masjid, sdm yang
masih lemah, dan dana masjid yang minim.10 Hal-hal di atas membuktikan bahwa
secara umum masjid saat ini belum menerapkan manajemen yang baik dalam
menjalankan program-programnya.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa problematika masjid sering terjadi
akibat dari ketiadaan proses manajemen dari pengurusnya yang cenderung tertutup,
tidak aktif, dan keluarga sentris. Keberpihakan pada satu golongan atau paham
4
tertentu juga sering terjadi sehingga mengakibatkan kegiatan masjid kehilangan
gairah karena keadaan jamaah yang sebenarnya beragam dipaksakan untuk fanatik
kepada golongan tertentu saja. Selain itu, kurangnya inovasi dalam mengelola
program masjid mengakibatkan kegiatan masjid tidak hidup sehingga masjid seperti
“menganggur”.11
Di tengah realitas kurangnya penerapan manajemen oleh lembaga dakwah, ada
keunikan yang peneliti temukan di salah satu masjid di Yogyakarta. Masjid
Jogokariyan namanya, adalah sebuah masjid di Yogyakarta yang sudah sangat
terkenal karena berbagai prestasinya.
Berdasarkan study pendahuluan yang peneliti lakukan, masjid ini memiliki
beberapa keunggulan dalam hal manajemen. Indikasi awal yang bisa dilihat adalah
adanya website official masjid yang cukup aktif dan dalam kondisi update.12 Tidak
jarang dijumpai lembaga-lembaga formal yang memiliki website resmi namun tidak
terurus dan content yang tidak up to date. Berbeda dengan situs Masjid Jogokariyan
yang penuh dengan informasi profil, program, berita, dan lain-lain.
Indikasi lainnya adalah adanya program Jamaah Mandiri yang mulai dijalankan
pada tahun 2000, dengan program ini Masjid Jogokariyan berhasil memenuhi
kebutuhan operasional masjid dalam 1 tahun dengan kemandirian jamaahnya
sendiri dengan hanya berinfak Rp 1500/pekan. Data menunjukkan adanya
peningkatan dari tahun ke tahun sebagai berikut :
11 Moh E Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta : Gema Insani, 1996), 21-23.
5
Tabel 1. Tabel penerimaan infaq Masjid Jogokariyan13
Tahun Infaq per tahun Progress Keterangan
Sebelum - 1999 Rp. 8.460.000,- -
2000 – 2004 Rp 43.200.000,- 510 %
Setelah Gerakan
Infaq Mandiri
sudah berjalan
2004 – 2006 Rp 95.720.000,- 221 %
2006 – 2008 Rp 255.000.000,- 266 %
2008 – 2010 Rp 354.280.000,- 138 %
Prestasi lainnya adalah fakta bahwa jamaah sholat subuh berjamaah di masjid
ini separuh jamaah sholat jumat,14 dengan total kapasitas 1350 jamaah, maka ada
lebih dari 500 jamaah sholat subuh berjamaah. Tentu saja ini adalah jumlah yang
cukup besar untuk sebuah sholat berjamaah di subuh hari dimana orang-orang
terbiasa untuk melakukan sholat subuh di rumah.
Selain itu, Masjid Jogokariyan juga memiliki program pemberdayaan ekonomi
masyarakat dengan sistem baitul mal yang dikelola dengan sistem kedermawanan
(charity) dan pemberdayaan (empowerment).15 Program pemberdayaan ekonomi
ini mampu menggerakkan daya beli dan tingkat kesejahteraan jamaah di sekitar
Masjid Jogokariyan. Dengan berbagai keunggulan tadi, maka wajar jika pada bulan
13 Muhammad Jazir, Menuju Jamaah Mandiri, Arsip Masjid Jogokariyan.
14 http://www.icmi.or.id/blog/2015/09/jamaah-subuh-di-masjid-jogokariyan-separuh-shalat-jumat diakses pada tanggal 19 oktober 2016 pukul 22.06.
15 Azis Muslim, ModelPemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Perkotaan Berbasis Tanggung
6
Agustus 2016 lalu, Masjid Jogokariyan ditahbiskan sebagai Masjid Besar
Percontohan DIY.16
Kemajuan-kemajuan di atas banyak menarik minat peneliti untuk menjadikan
Masjid Jogokariyan Yogyakarta sebagai objek kajian dalam penelitian ilmiah
berupa skripsi, jurnal, tesis, bahkan disertasi. Topik yang banyak diteliti berkaitan
dengan manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta dalam mengelola program
dakwah dan penggalangan dananya. Namun terdapat topik lain yang juga tidak
kalah menarik untuk diteliti.
Dari penelusuran lanjutan, peneliti juga menemukan bahwa Pengurus Masjid
Jogokariyan memiliki indikasi-indikasi telah melaksanakan manajemen strategis
dalam pengelolaannya. Manajemen strategis adalah salah satu aspek penting dalam
manajemen. Manajemen strategis dapat diartikan sebagai usaha manajerial
menumbuhkembangkan kekuatan perusahaan untuk mengeksploitasi peluang yang
muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi
yang telah ditentukan.17 Sedangkan Lawrence R. Jauch mendefinisikan manajemen
strategis sebagai sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada
penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu
mencapai sasaran perusahaan.18
16 http://masjidjogokariyan.com/masjid-besar-percontohan-diy/ diakses pada tanggal 19 oktober 2016 pukul 21.57.
17 Suwarsono, Manajemen Strategik: Konsep, Alat Analisa, dan Konteks, (Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan, 1994), 6.
7
Melalui website resminya, peneliti mendapatkan data yang bisa diunduh tentang
Strategic Planning yang berisi visi, misi, dan program kerja dari pengurus.19 Pada
pembahasan selanjutnya Strategic Planning ini juga disebut sebagai Scenario
Planning, kedua istilah tersebut mengacu pada realitas yang sama. Masjid
Jogokariyan telah membuat rencana strategis (renstra) jangka menengah untuk 15
tahun ke depan dimulai dari tahun 2000. Rencana strategis tersebut dibagi ke dalam
3 periode, dimana masing-masing periodenya memiliki target dan indikatornya
masing-masing.20
Tabel 2 Skenario Planning sejak tahun 2000-2015
No Capaian Tahun Indikator
1 Jogokariyan Islami 2000 – 2005 1. Merubah masyarakat dar kaum abangan menuju islami.
2. Pemuda yang suka mabuk di jalan diarahkan ke mesjid.
3. Warga yang belum shalat diajak untuk shalat. 4. Mengajak anak kecil
beraktivitas di Masjid. 5. Warga yang shalat di
rumah diarahkan shalat di Masjid.
6. Menjadikan para pemabuk sebagai kemaanan Masjid 2 Jogokariyan
Darusalam 1
2005 – 2010 1. Membiasakan masyarakat untuk berkomunitas di Masjid.
2. Jama’ah subuh menjadi
50% (10 shaf) dari Jama’ah
shalat jumatan.
3. Mensejahterakan Jama’ah
melalui lumbung Masjid,
19 Muhammad Jazir, Strategic Planning, Arsip Masjid Jogokariyan.
20 Wahyu Panca Hidayat, Social Capital: Strategy of Takmir of Jogokariyan Mosque on Developing
8
4. Memperbanyak pelayanan, membuka poliklinik, memberikan bantuan beasiswa, memberikan layanan modal bantuan usaha.
3 Jogokariyan Darusalam 2
2010 – 2015 1. Meningkatkan kualitas keagamaan masyarakat. 2. Menuntaskan orang yang
belum shalat Jama’ah.
3. Meningkatkan Jama’ah
shalat subuh menjadi 75%
(14 shaf) dari Jama’ah
shalat jumatan.
4. Menjadikan para (eks) pemabuk menjadi bagian dari Masjid (BBM, relawan Masjid, dll).
Adanya strategic planning yang telah disusun oleh pengurus Masjid
Jogokariyan Yogyakarta menunjukkan suatu fenomena yang cukup langka karena
secara umum, masjid-masjid yang ada di Indonesia dikelola dengan sistem yang
sederhana. Strategic Planning ini dapat digunakan sebagai panduan bagi arah gerak
dan langkah pengurus masjid dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Sehingga kesuksesan gerak dakwah tidak hanya akan dinikmati dalam jangka
pendek. Selain itu, dengan adanya sebuah strategic planning maka program kerja
yang disusun akan memiliki keterhubungan secara sistemik dan tidak parsial,
berbeda halnya jika program kerja disusun tanpa pijakan strategic planning yang
berisi visi, misi, tujuan, sasaran, dan kebijakan organisasi.
Lebih lanjut, dari proses wawancara yang penulis lakukan dengan salah satu
pengurus, didapatkan juga data bahwa manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta
9
peradaban.21 Hal ini berkonsekuensi pada cara pandang pengurus terhadap
pengelolaan Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Masjid dipandang harus mampu
memberikan warna bagi masyarakat dimana masjid tersebut berdiri. Sebab percuma
jika kegiatan masjid ramai, namun yang datang dan aktif memakmurkan masjid
adalah aktivis-aktivis dakwah dari luar, sedangkan warga sekitarnya tetap abangan,
tetap berjudi, tetap minum minuman keras, dan lain-lain. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa masjid belum mampu menjadi pusat peradaban yang
mampu mewarnai lingkungannya. Ini juga salah satu yang membuat Masjid
Jogokariyan Yogyakarta menjadi cukup unik dan istimewa.
Dalam kesempatan kunjungan ke Masjid Jogokariyan Yogyakarta, penulis juga
membuktikan secara langsung bagaimana Masjid Jogokariyan Yogyakarta telah
berhasil mewarnai Kampung Jogokariyan itu sendiri. Dari pengamatan penulis,
Kampung Jogokariyan sangat terlihat islami dengan beberapa artefak di beberapa
sisi Kampung.22 Dari gerbang kampung saja sudah terasa sekali kesan islami
dengan adanya gapura yang bertuliskan “Kampung Ramadhan Jogokariyan”.
Hiasan gapura ini sebenarnya terpasang sejak momen Ramadhan
sebelum-sebelumnya, namun terus terpasang secara permanen dan seolah menjadi identitas
yang menyambut para tamu yang hendak berkunjung untuk studi banding. Selain
itu juga terdapat beberapa hotel yang berdiri dengan megah. Hotel-hotel ini
bukanlah hotel syar’i seperti yang saat ini sedang booming, namun kesan yang
tertangkap dari segi arsitekturnya sangat terasa kesan islaminya. Lalu ada juga
21 Hasil wawancara dengan K.H. M. Jazir selaku Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan.
10
café yang juga cukup kental nuansa islaminya, belum lagi juga berdiri sebuah
bangunan bernama “Omah Dakwah” yang juga menjadi penopang aktivitas dakwah
masjid.
Fred David menjelaskan dalam bukunya tentang prosedur pelaksanaan
manajemen strategis yang diawali dengan perumusan strategi dengan menanyakan
visi dan misi apa yang ingin dicapai organisasi,23 penilaian terhadap keadaan
internal dan eksternal untuk menentukan posisi strategis organisasi sehingga dapat
menemukan strategi yang tepat sesuai dengan posisi strategis tersebut.24 Dari
langkah perumusan lalu diterapkan strategi per bidang misi tersebut, antara lain:
pemasaran, keuangan, litbang, SIM, dan lain-lain.25 Hingga pada tahap akhirnya
melakukan pengkajian ulang, evaluasi, dan pengendalian strategis26 agar
pencapaian organisasi bisa terus sustainable dalam jangka waktu yang lama.
Dengan mekanisme kerja yang demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen
strategis memegang peranan yang penting bagi kesuksesan manajemen dalam
menjalankan roda organisasi mencapai tujuannya di jangka pendek dan jangka
panjang.
Data di atas, memberikan gambaran awal bagi peneliti bahwa Masjid
Jogokariyan telah menjalankan fungsi manajemen yang cukup baik dalam
pengelolaannya, khususnya manajemen strategis. Hal ini membuat peneliti tertarik
untuk mengetahui proses manajemen strategis yang telah dilakukan masjid tersebut.
23 Fred R. David, Manajemen Strategis : Konsep, terj., Dono Sunardi, (Jakarta : Salemba Empat, 2009), 80-90.
11
Realitas manajemen tersebut akan didekati dengan teori manajemen strategis Fred
David yang berusaha mengungkap penerapan manajemen strategis yang telah
diterapkan di Masjid Jogokariyan dalam mencapai keunggulan-keunggulan
dibandingkan masjid lainnya di Indonesia.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Masih banyak lembaga dakwah yang belum menerapkan manajemen dakwah
dalam pengelolaannya.
2. Lemahnya manajemen pengurus masjid berakibat pada tidak efektifnya gerak
dakwah masjid.
3. Banyaknya pengurus Masjid yang belum menerapkan manajemen strategis
dalam pengelolaannya.
4. Ketiadaan manajemen strategis oleh Lembaga Dakwah ini mengakibatkan
kesuksesan dakwah tidak memiliki sustainability atau efek jangka panjang
Dari beberapa identifikasi masalah di atas, tidak semua permasalahan yang ada
akan diteliti. Oleh karena itu peneliti merasa perlu adanya pembatasan masalah agar
penelitian dapat lebih fokus dan mendalam. Penelitian ini membatasi pada
permasalahan manajemen strategis yang diterapkan oleh pengurus Masjid
Jogokariyan masa bakti 2000 – 2005 yang meliputi proses perencanaan dan
implementasi rencana strategis tersebut. Alasan pemilihannya dikarenakan belum
12
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perumusan visi dan misi serta perencanaan program kerja Masjid
Jogokariyan pada periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005?
2. Bagaimana pelaksanaan program kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada
periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005?
3. Bagaimana evaluasi program kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada
periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan proses penerapan manajemen strategis oleh Pengurus Masjid
Jogokariyan Yogyakarta, atau jika dirinci tujuan penelitian meliputi:
1. Untuk mendeskripsikan perumusan visi dan misi serta perencanaan program
kerja yang dilakukan oleh Pengurus Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada
periode Jogokariyan Islami tahun 2000-2005.
2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan program kerja yang dilakukan oleh
Pengurus Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode Jogokariyan Islami
tahun 2000-2005.
3. Untuk mendeskripsikan evaluasi program kerja yang dilakukan oleh Pengurus
Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode Jogokariyan Islami tahun
13
E. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat teoritis
Ilmu manajemen strategis adalah ilmu yang banyak dikembangkan dalam kajian
ilmu manajemen bisnis. Penerapan manajemen strategis diperlukan agar
kesuksesan organisasi bisa berlangsung secara sustainable di masa kini dan di masa
mendatang. Penerapan ilmu manajemen strategis dalam bidang manajemen dakwah
belum banyak dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan
khasanah ilmu manajemen dakwah berupa model manajemen strategis lembaga
dakwah.
2. Manfaat praksis
Secara praksis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi input bagi
lembaga dakwah dalam menjalankan manajemennya. Lembaga dakwah dapat
mulai menyusun visi, misi, isu strategis, dan strategi jangka panjang serta jangka
pendeknya untuk menjamin keberlangsungan kesuksesan gerak dakwah di
masyarakat secara jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
F. Penelitian terdahulu
Berdasarkan penelusuran, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang
membahas tentang manajemen strategis dan juga menjadikan Masjid Jogokariyan
sebagai kajian penelitian, diantaranya adalah :
1. Penelitian manajemen strategis:
Pertama, artikel yang berjudul Model Manajemen Strategis Pemberdayaan
Ekonomi Umat Melalui Zakat, Infak, Sedekah. Artikel ini terdapat pada Jurnal
14
mengetahui model manajemen strategis dan pengelolaan ZIS melalui pendekatan
deskriptif-kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori manajemen strategis model
yang dikembangkan oleh Hunger & Wheelen dan teori pemberdayaan ekonomi
umat. Penelitian ini adalah penelitian deksriptif-kualitatif dengan jenis penelitian
lapangan (field research) dimana penyusun mengumpulkan data dengan melakukan
study mendalam (in depth study). Hasil penelitian ini adalah bahwa model
manajemen strategis yang dilakukan oleh LAZIS Qaryah Thayyibah pertama,
Pengamatan Lingkungan yang terdiri analisis eksternal (berupa peluang dan
ancaman) dan analisis internal (berupa kekuatan dan kelemahan). Kedua,
Perumusan Strategi, yaitu penguatan visi misi, serta bagaimana memanfaatkan
peluang, ancaman, kekuatan, serta kelemahan untuk membentuk strategi dalam
pengelolaan dan pemahaman kepada masyarakat tentang pengetahuan ZIS. Ketiga,
Implementasi Strategi, menuangkan dalam berbagai program. Dan sebagai program
unggulan yaitu beasiswa dan pemberdayaan ekonomi umat melalui pengguliran
kambing. Keempat, evaluasi dan pengendalian, LAZIS mengadakan evaluasi setiap
selesai melaksanakan program secara bersama serta untuk perbaikan
program-program selanjutnya.27
Kedua, artikel yang berjudul Manajemen Strategis Organisasi Nirlaba. Artikel
ini terdapat pada Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, No. 4, Februari,
2007. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang manajemen
strategis organisasi nirlaba. Hasil penelitian ini menyimpulkan manajemen strategis
27 Siti Maghfiroh, Model Manajemen Strategis Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Zakat,Infak,
15
adalah proses dan pendekatan terintegrasi yang mencakup analisis lingkungan
internal dan lingkungan eksternal organisasi, formulasi strategi, implementasi
strategi, dan evaluasi program kerja dalam rangka menyediakan pelayanan secara
efektif dan efisien kepada pelanggan termasuk pemangku kepentingan,harus
dilakukan oleh para pimpinan dan harus dituangkan dalam dokumen kerja untuk
menjadi panduan dalam menghadapi perubahan internal dan eksternal.28
Ketiga, artikel yang berjudul Pengembangan Model Manajemen Kinerja
Strategis pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia: Bagian 2. Artikel ini
terdapat pada Jurnal Aplikasi Manajemen | Volume 10 | Nomor 2 | Juni 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah model Manajemen Kinerja
Strategis (MKS) KPRI. Teori yang digunakan. Model diuji keefektifannya melalui
field testing berbasis pre-test/post-test without control group design dalam forum
workshop. Sampel diambil secara purposif mencakup sampel KPRI dan sampel
insan KPRI. Data dianalisis menggunakan paired-samples t test dan one-sample t
test. Hasil analisis data menunjukkan bahwa field testing model dalam forum
workshop: (1) memberikan kontribusi positif pada sikap insan KPRI; (2)
memberikan efek bagi peningkatan pengetahuan insan KPRI mengenai
prinsip-prinsip model MKS KPRI; dan (3) efektif baik dari segi proses maupun produknya.
Penelitian-penelitian lanjutan berbasis operational field testing sangat penting
dilakukan untuk menindaklanjuti field testing berbasis workshop. Dalam
16
operational field testing, keefektifan model diuji melalui aktivitas-aktivitas
sehari-hari KPRI.29
Keempat, artikel yang berjudul Pengembangan Manajemen Strategis dengan
Kajian dalam Knowledge Externalization. Artikel ini terdapat pada Jurnal Metris,
15 (2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor
yang memengaruhi knowledge externalization yang ditemukan di tempat
penelitian, yaitu UKM Keripik Buah So Kressh CV. Kajeye Food Malang,
menentukan strategi pengembangan dan peningkatan produktivitas Sumber Daya
Manusia (SDM) untuk mempertahankan ciri khas UKM serta peningkatan kualitas
produk yang selanjutnya dapat meningkatkan performansinya berdasarkan proses
knowledge externalization yang telah dilakukan. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa, Pertama, faktor yang memengaruhi knowledge externalization yang
ditemukan di tempat penelitian, yaitu metode, kemampuan individual dan interim
expression. Proses knowledge externalization yang paling tepat adalah pembuatan
manual book dengan metode kerja sebagai item yang dapat merepresentasikan
keberadaan knowledge externalization. Kedua, Strategi pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) untuk mempertahankan ciri khas UKM berdasarkan proses
knowledge externalization yang telah dilakukan yaitu melakukan program yang
berfokus pada metode kerja yang efektif dan efisien, komunikasi yang efektif,
29 F. Danardana Murwani, Pengembangan Model Manajemen Kinerja Strategis pada Koperasi
17
konsep dua arah dalam pemberian materi pelatihan (training), pengadaan simulasi
dalam pelatihan, pengadaan sosialisasi program.30
Kelima, artikel yang berjudul Manajemen Strategis Lingkungan Hidup. Artikel
ini terdapat pada Jurnal JKAP Volume 5, Nomer 2 (November, 2011). Penelitian
ini bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang
dapat mempengaruhi terlaksananya tugas dan fungsi Bapedalda Kota Palembang,
melakukan analisis SWOT tentang isu-isu strategis yang dihadapi oleh Bapedalda
Kota Palembang, menemukan strategi yang dapat diterapkan oleh Bapedalda Kota
Palembang untuk mengelola lingkungan hidup agar tugas dan fungsi yang
diembannya dapat terlaksana dengan baik. Teori yang digunakan adalah teori
pengelolaan lingkungan hidup dan teori manajemen strategis Bryson. Metode yang
digunakan adalah RnD (Research And Development): peneliti terjun langsung
untuk terlibat dan merumuskan strategic planning yang dibutuhkan oleh Bapedadal
Kota Palembang. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan analisis SWOT dan
model manajamen strategis Bryson, dapat ditemukan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang dimiliki Bapedalda, lalu isu strategis apa yang harus
dipecahkan, serta program yang diperlukan untuk memecahkan persoalan tersebut
agar Bapedalda dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.31
2. Penelitian yang mengkaji Masjid Jogokariyan :
Pertama, disertasi yang berjudul Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Miskin Perkotaan Berbasis Tanggung Jawab Sosial Masjid. Penelitian ini bertujuan
30 Augustina Asih Rumanti, Pengembangan Manajemen Strategis dengan Kajian dalam Knowledge
Externalization, (Jurnal Metris, 15 (2014): 23 – 28
18
untuk mendeksripsikan model pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin
perkotaan yang dilakukan oleh Masjid Nurul Jannah Gresik, Masjid Jogokariyan
Yogyakarta, dan Masjid Yayasan Perjuangan Wahidiyah Kediri. Teori yang
digunakan adalah teori pemberdayaan ekonomi masyarakat, konsep kemiskinan
perkotaan, dan masjid sebagai lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat kota.
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif-kualitatif dengan metode analisis
data model analisis-interaktif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tata kelola
masjid: pertama, membangun tahapan pengelolaan masjid. Kedua, menyusun
langkah-langkah pengelolaan masjid. Ketiga, menetapkan prinsip-prinsip
pengelolaan masjid. Keempat, menyusun strategi pengelolaan masjid. Kemitraan
dilakukan secara mutualistik, peleburan dan pengembangan. Model pemberdayaan
ekonomi masyarakat miskin meliputi: lembaga keuangan, kepemimpinan, sasaran
pemberdayaan, kerja sama, pembangunan spiritualitas, pembangunan kesadaran
wirausaha, pemberian kapasitas, pemberian daya, bina manusia, bina usaha, bina
lingkungan, bina kelembagaan, dan keberdayaan ekonomi jamaah.32
Kedua, tesis yang berjudul Peranan Masjid Jogokariyan Dalam
Memberdayaan Masyarakat Di Bidang Keagamaan, Pendidikan, Dan Ekonomi
Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran Masjid Jogokariyan
dalam memberdayakan masyarakat di bidang keagamaan, pendidikan, dan
ekonomi. Teori yang digunakan adalah teori manajemen yang dispesifikkan pada
manajemen masjid. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif dengan
32 Azis Muslim, Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Perkotaan Berbasis Tanggung
19
jenis study kasus (case study). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Masjid
Jogokariyan Yogyakarta sebagai pusat kegiatan masyarakat yang mengacu pada
fungsi ideal sebuah masjid, selalu berbenah untuk melayani jamaah dalam berbagai
sektor kehidupan antara lain: bidang keagamaan, bidang pendidikan, dan bidang
ekonomi.33
Ketiga, tesis yang berjudul Strategi Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan
Religiusitas Bagi Para Jamaah Masjid Jogokaryan Yogyakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui strategi pendidikan Islam kepada jama’ah di Masjid
Jogokariyan Yogyakarta, mengetahui keberhasilan strategi pendidikan Islam dalam
meningkatkan religiusitas jama’ah di Masjid Jogokariyan Yogyakarta,
Menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat upaya peningkatan
religiusitas jama’ah di Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan naturalistik yang dilakukan
secara langsung di tempat penelitian.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
Pertama, Stategi Pendidikan islam yang digunakan dalam meningkatkan
religiusitas jamaah masjid Jogokariyan antara lain; memberikan pendidikan islam
secara berkelanjutan mulai usia dini hingga lanjut usia, mengemas acara yang
menarik dan tidak membosankan, merangkul semua organisasi masyarakat,
memberikan pelayanan terhadap segala kebutuhan jamaah, mengundang pembicara
yang benar-benar kompeten di bidangnya, dan menggunakan media MJ TV dan
buletin. Kedua, Adapun keberhasilan strategi pendidikan islam dalam
33 Susapto, Peranan Masjid Jogokariyan Dalam Memberdayaan Masyarakat Di Bidang
20
meningkatkan religiusitas jamaah dapat dilihat dari keaktifan jamaah baik ketika
mengikuti kegiatan ubudiayah yang bersifat harian seperti jamaah sholat lima
waktu dan tadarus rutin ibu-ibu setelah maghrib, dan juga kegiatan ubudiyah yang
bersifat insidental seperti buka bersama ramadhan dan puasa arafah, jamaah sholat
taraweh, dan kajian-kajian yang diadakan oleh biro-biro pendidikan. Ketiga,
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari faktor pendukung yang berasal dari
masyarakat Jogokariyan seperti tingginya motivasi masyarakat untuk
memperdalam wawasan keislaman, Kepercayaan warga kepada takmir cukup
tinggi, pola hidup masyarakat Jogokariyan yang longgar di malam hari, dan rasa
memiliki masjid sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Jogokariyan. Keempat,
Sementara untuk faktor penghalang sebenarnya tidaklah banyak seperti
heterogenitas jamaah yang memiliki banyak aliran dan tingginya tingkat pendidikan
warga sehingga setiap acara kajian butuh pemateri-pemateri yang berkompeten
dalam bidangnya.34
Keempat, artikel yang berjudul Social Capital: Strategy of Takmir of
Jogokariyan Mosque on Developing the Worshipers. Artikel ini terdapat pada
International Journal of Nusantara Islam, Vol .03 No .02 – 2015. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena Masjid Jogokariyan yan mampu
meningkatkan jumlah jamaah secara signifikan. Metode yang digunakan adalah
analisis dekriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Pengurus
Masjid Jogokariyan telah merealisasikan sebuah pelayanan terbaik bagi jamaahnya
34 Hafidudin Badrun Zaman, Strategi Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Bagi
21
sehingga menghasilkan jamaah yang sangat mencitntai masjid. Pelayanannya
menyentuh tigas aspek : spiritual, sosial, dan ekonomi.35
Kelima, artikel yang berjudul Perancangan Dan Implementasi Sistem Informasi
Manajemen Kegiatan Masjid. Artikel ini terdapat pada Jurnal Sarjana Teknik
Informatika Volume 1 Nomor 1, Juni 2013. Penelitian ini bertujuan untuk membuat
aplikasi sistem informasi administrasi masjid Jogokariyan, guna mendukung
kinerja dan tugas pengelolaan administrasi masjid. Dalam melakukan perancangan
dan pembuatan aplikasi ini mengunakan metode waterfall dengan metode
pengumpulan data digunakan metode observasi, metode interview, dan metode
literature. Adapun pengembangan sistem dilakukan dengan analisis sistem,
perancangan sistem, mengimplimentasikan program dengan Microsoft Visual
Basic 6.0 dan pengujian program dengan black box test. dan alpha test.. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa analisis kebutuhan sistem yang berhubungan
dengan informasi administrasi masjid. Dari penelitian tersebut dihasilkan sebuah
aplikasi sistem informasi administrasi Masjid Jogokariyan Yogyakarta yang dapat
digunakan untuk membantu kinerja petugas dalam mengelola administrasi
sekertariatan masjid dan pengelolaan keuangan masjid.36
Dari kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu di atas, ditemukan beberapa
kesamaan dan perbedaan dengan judul penelitian yang akan peneliti angkat.
Penelitian ini akan dilakukan pada lembaga dakwah dalam hal ini adalah Masjid
35 Wahyu Panca Hidayat, Social Capital: Strategy of Takmir of Jogokariyan Mosque on Developing
the Worshipers, International Journal of Nusantara Islam, Vol .03 No .02 – 2015; (79–86)
36 Indra Wardana & Eko Ariwibowo, Perancangan Dan Implementasi Sistem Informasi Manajemen
22
Jogokariyan berkaitan dengan aspek manajemen strategisnya. Sedangkan dari
penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, belum ada yang meneliti aspek
manajemen strategis dari Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Di sisi lain, jurnal, tesis
maupun disertasi yang membahas tentang manajemen strategis, belum ada yang
menjadikan Masjid Jogokariyan Yogyakarta sebagai objek kajian. Sehingga dari
sini peneliti memastikan bahwa penelitian ini memiliki orisinalitas dan penting
untuk dilakukan.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian tentang ini diarahkan pada pendekatan deskriptif kualitatif.
Alasannya adalah pertama, pendekatan ini dapat menjadi sumber bagi deskripsi dan
eksplanasi yang lebih mendalam, terutama mengenai proses-proses yang terjadi di
dalam perumusan manajemen strategis yang telah dilakukan. Kedua, pendekatan
ini mampu membangun hubungan yang lebih akrab dengan subyek-subyek yang
menjadi sasaran kajiannya. Ketiga, pendekatan ini lebih mampu memberikan
peluang bagi peneliti untuk mengungkapkan kronologi proses-proses sosial,
menilai dan memberikan ekplanasi atas hubungan-hubungan kausalitas di antara
berbagai peristiwa lokal dan mengungkap eksplanasi yang lebih mendalam
mengenai hubungan-hubungan tersebut. Keempat, pendekatan ini lebih mampu
23
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Letak persisnya di
Jalan Jogokaryan No. 36, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta 5514.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian disesuai dengan fokus dan tujuan penelitian.
Karena penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif maka sumber
data primer yang berupa people akan disebut informan. Dalam penelitian ini ada
dua jenis sumber daya yang digunakan, yaitu
a. Sumber Data Primer:
Sumber data primer adalah sumber data utama dalam pengumpulan data
penelitian. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah orang-orang
yang terlibat secara mendalam pada proses manajemen strategis di Masjid
Jogokariyan Yogyakarta. Informan yang diwawancarai adalah Ketua
Umum Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode 2000 – 2005 yaitu
K.H. M. Jazir, ASP, dan juga Bapak Suharyanto yang menjabat sebagai
Bendahara Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode 2000 – 2005.
b. Sumber Data Sekunder:
Sumber data sekunder adalah sumber data yang bisa menunjang dan
menambahkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Sumber data
sekunder yang digunakan adalah dari dokumen resmi Masjid Jogokariyan
Yogyakarta, sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
24
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Pengumpulan data akan dilakukan dengan melakukan wawancara
mendalam (in depth interview) kepada informan-informan yang telah
ditentukan di atas.
b. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh
dengan wawancara, tetapi hanya diperoleh dengan cara melakukan
penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat kabar, jurnal,
internet, dokumen resmi, dokumen pribadi dan sumber lain yang berkaitan
dengan apa yang sedang diteliti oleh penulis.
5. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian deskriptif-kualitatif instrumen penelitian yang utama adalah
peneliti sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadi jelas mungkin akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat digunakan
untuk menjaring data pada sumber data yang lebih luas, dan mempertajam serta
melengkapi data hasil pengamatan dan observasi secara langsung.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan desain penelitian
kualitatif, mengikuti konsep yang disampaikan oleh Miles and Huberman dan
Spradley.37 Yaitu dengan langkah-langkah pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan terakhir adalah penarikan kesimpulan.
25
a. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data dilakukan dengan dua metode, yaitu wawancara
dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
dokumentasi, data tersebut dicatat dalam catatan lapangan.
b. Reduksi data
Reduksi data adalah proses dimana peneliti melakukan pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi
data kasar dari catatan tertulis di lapangan. Cara mereduksi data dengan
melakukan seleksi, membuat ringkasan atau uraian singkat,
menggolong-golongkan kedalam pola-pola dengan membuat transkrip penelitian,
mempertegas, memperpadu, membuat focus, membuang bagian yang tidak
penting dan mengatur data agar dapat ditarik kesimpulan.
c. Penyajian data
Setelah data direduksi, proses selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian
data merupakan upaya penyusunan sekumpulan informasi ke dalam suatu
penjabaran yang mudah dipahami.
d. Penarikan kesimpulan
Setelah proses penyajian data, tahap selanjutnya yaitu penarikan
kesimpulan. Proses penarikan kesimpuan dengan penginterpretasian
peneliti, yakni penggambaran makna dari data yang ditampilkan. Disini
peneliti berusaha untuk mencari makna dari data yang dihasilkan dalam
26
proses penyampaian dibutuhkan pertimbangan yang kuat, hal ini dilakukan
agar peneliti dalam menyampaikan atau menafsirkan data tidak salah.
7. Pengujian Kredibilitas Data
Pengujian kredibiltasi dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
a. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan akan dilakukan jika dirasakan data yang telah
didapatkan masih terdapat kekurangan dan perlu untuk diperdalam lagi.
b. Triangulasi metode
Triangulasi yang akan dilakukan adalah melakukan perbandingan antara
informan dengan dokumen yang telah ditemukan pada proses penelusuran
data.
H. Outline Penelitian
Secara umum, penelitian ini disusun dalam kerangka sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Bab II. Kerangka Teoritis
A. Manajemen Strategis
B. Manajemen Strategis : Perspektif Syariah
27
Bab III. Metode Penelitian
A. Pendekatan Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Sumber
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian
F. Metode Analisa Data
G. Pengujian Kredibilitas Data
Bab IV. Pembahasan
A. Pemaparan Data Hasil Wawancara dan Study Dokumentasi
B. Analisa Data Hasil Wawancara dan Study Dokumentasi
C. keterbatasan
28
BAB II
KERANGKA TEORETIK
A. Manajemen Dakwah
1. Pengertian dan Tujuan Manajemen Dakwah
Manajemen dakwah merupakan sebuah disiplin ilmu yang relatif baru dalam
ranah ilmu manajemen. Terdiri dari dua kata yaitu Manajemen dan Dakwah,
keduanya merupakan bentuk integrasi dari dua kutub yang sama sekali berbeda.
Manajemen identik dengan ilmu ekonomi yang sekuler, sedangkan istilah
“dakwah” mengacu pada konsep agama yang menekankan pada keseimbangan
dunia dan akhirat. Kedua konsep ini melebur dan menjadi satu disiplin ilmu
tersendiri untuk menyesuaikan dengan kebutuhan profesionalitas organisasi
dakwah dalam menjalankan aktivitasnya.
Untuk dapat memahami dengan lebih mendalam mengenai konsep manajemen
dakwah ini, kita dapat memulai dari aspek pengertiannya. Menurut Mahmuddin,
manajemen dakwah adalah suatu proses dalam memanfaatkan sumber daya (insani
dan alam) dan dilakukan untuk merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam sebagai
tujuan bersama.1 Sedangkan menurut M. Munir dalam bukunya mendefinisikan
manajemen dakwah sebagai pengaturan secara sistematis dan koordinatif dalam
kegiatan atau aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai
akhir dari kegiatan dakwah.2 Pengertian tersebut membawa kepada pemahaman
29
bahwa di dalam sebuah manajemen dakwah terdapat sistem yang cukup kompleks
sehingga membutuhkan sinergisitas semenjak awal perencanaan yang ditetapkan
hingga pada implementasi aktifitas dakwah.
Dari pendapat beberapa ilmuwan di atas mengenai pengertian manajemen
dakwah, dapat disimpulkan bahwa manajemen dakwah adalah aktifitas organisasi
dakwah untuk mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki melalui proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan dakwah yaitu
amar ma’ruf nahi munkar.
Manajemen dakwah sangat dibutuhkan mengingat tantangan dakwah yang
semakin berat. Jika dakwah dilakukan dengan sporadis dan tanpa perencanaan, bisa
dipastikan akan dikalahkan oleh kejahiliyahan yang dilakukan oleh profesional.
Dakwah harus dikemas dan dirancang sedemikian rupa, sehingga gerak dakwah
merupakan upaya nyata yang sejuk dan menyenangkan dalam usaha meningkatkan
kualitas aqidah dan spiritual, sekaligus kualitas kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
dan politik umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.3
Sehingga dengan demikian manajemen dakwah dapat menjadi penuntun dan arah
dalam pelaksanaan dakwah yang profesional.
2. Komponen Manajemen Dakwah
Seperti telah disinggung pada pembahasan-pembahasan sebelumnya bahwa
manajemen dakwah sebagai pengembangan dari ilmu manajemen akan selalu
berkaitan dengan unsur-unsur yang menjadi komponen penyusunnya. Dalam
30
konteks manajemen secara umum, unsur-unsur tersebut antara lain : man, money,
material, machine, method, dan market (manusia, uang, barang, mesin, metode, dan
pasar) yang sering disingkat menjadi 6M.4 Dalam manajemen dakwah komponen
dakwah ini diuraikan ke dalam beberapa unsur, antara lain da’i (pelaku dakwah),
mad’u (sasaran/objek dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah),
thariqah (metode dakwah), dan atsar (efek dakwah).5
Uraian di atas pada akhirnya akan membawa kita pada kesimpulan bahwa
sebuah proses manajemen dakwah pasti tidak dilakukan oleh 1 (satu) orang saja,
melainkan dilakukan secara bersama-sama dalam sebuah ikatan organisasi. Dalam
kacamata manajemen dakwah, organisasi merupakan wadah perjuangan yang
sangat strategis.6
a. Da’i (Pelaku Dakwah)
Munir mendefiniskan da’i sebagai orang yang melaksanakan dakwah baik
melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu,
kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.7 Nasaruddin Latief medefinisikan bahwa
da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amalian
pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah wa’ad, mubaligh mustama’in (juru
penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama
Islam.8
4 Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), 42-43. 5 M. Munir, Manajemen….., (Jakarta: Kencana, 2006), 21.
6 Khatib Pahlawan, Manajemen Dakwah, dari…., (Jakarta: Amzah, 2007), 48. 7 M. Munir, Manajemen….., (Jakarta: Kencana, 2006), 22.
31
Berkaitan dengan manajemen dakwah, maka da’i ini tidak hanya sekedar
menyampaikan dakwah, namun ada aspek profesionalitas yang tertuntut di
dalamnya. Profesionalitas yang dimaksud di sini berkaitan dengan kapasitas dalam
diri seorang da’i meliputi aspek pendidikan, ilmu dan wawasan keislaman, politik,
sosial, ekonomi, kemasyarakatan, iptek, di samping jugas aspek ketrampilan
khusus.
Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam
semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan
solusi terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang
dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah
dan tidak melenceng.9
Untuk mendukung kesuksesan da’i dalam menjalankan aktivitas dakwahnya
maka pada pelaku dakwah harus berupaya memiliki dan membina sifat-sifat
sebagai berikut.10
1) Harus benar-benar istiqomah dalam keimanannya dan percaya
seyakin-yakinnya akan kebenaran agama Islam yang dianutnya untuk kemudian
diteruskannya kepada umat.
2) Harus menyampaikan dakwahnya dengan lidahnya sendiri. Dia tidak boleh
menyembunyikan kebenaran, apalagi menukar kebenaran tersebut dengan nilai
harga yang rendah.
9 Mustada Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Qardawi Harmoni antara Kelembutan dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), 18.
32
3) Menyampaikan kesaksiannya tentang kebenaran itu, tidak saja dengan lidahnya,
tetapi sejalan dengan perbuatannya.
4) Berdakwah secara jujur dan adil terhadap semua golongan dan kelompok umat
dan tidak terpengaruh dengan penyakit hati, seperti hasad, sombong, serakah,
dan sebagainya.
5) Berdakwah dengan niat yang ikhlas hanya karena Allah dan mengharapkan
rida-Nya.
6) Menjadikan Rasulullah saw sebagai contoh teladan, utama dalam segenap
kehidupan baik pribadi maupun rumah tangga dan keluarga.
7) Mempunyai keberanian moral dalam berdakwah, namun memahami batas-batas
keimanan yang jelas.
8) Mengutamakan persaudaraan dan persatuan umat, sebagai perwujudan
ukhuwah Islamiyah.
9) Bersifat terbuka, penuh toleransi, lapang dada dan tidak memaksa.
10)Tetap berjihad dalam kondisi bagaimanapun, dengan keyakinan bahwa Allah
akan berpihak kepada yang benar dan memberikan petunjuk untuk itu.
b. Mad’u (Objek Dakwah)
Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima
dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang
beragama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.11
Menurut Jamaludin Kafie sasaran dakwah adalah yang menjadi objek dakwah yaitu
manusia, mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat lingkungan dan seluruh
33
dunia.12 Mad‟u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, baik laki-laki
ataupun perempuan, tua maupun muda, miskin atau kaya, muslim maupun non
muslim, kesemuanya menjadi objek dari kegiatan dakwah Islam, semua berhak
menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah.13
Dinamika persoalan yang dihadapi pada aspek mad’u ini juga cukup kompleks,
meliputi masalah keimanan dan ketauhidan, masalah ekonomi, masalah sosial, dan
masalah budaya sekularistik dan hedonistik.14 Oleh karenanya objek dakwah
haruslah diklasifikasikan agar memudahkan pelaksanaan dakwah. Dasar
klasifikasinya bisa berdasarkan tingkat intelektualitasnya, berdasarkan profesinya,
berdasarkan lokasi tinggalnya, berdasarkan usia, berdasarkan jenis kelamin, dan
lain-lain. Klasifikasi ini akan membuat proses dakwah lebih efektif dalam mencapai
tujuan dan juga efisiensi dalam penggunaan sumber daya.
c. Maddah (Materi Dakwah)
Materi dakwah (maddah ad-Da’wah ) adalah pesan-pesan dakwah atau sesuatu
yang harus disampaikan subyek kepada obyek dakwah yaitu keseluruhan ajaran
Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya.15
Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah
pokok, yaitu masalah akidah (keimanan), masalah syariah (fiqh), masalah sosial
(muamalah), dan masalah moral (akhlaq).16 Masalah akidah adalah topik-topik
dakwah yang membahas tentang keimanan kepada Allah swt dan menjadi
12 Kafie, Ilmu Dakwah, 48.
13 An-Rasulry & Fathul Bahri, Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta: Amzah, 2008), 230.
14 Khatib Pahlawan, Manajemen Dakwah, dari…., (Jakarta: Amzah, 2007), 51 – 52. 15 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta : AMZAH,2013), 88.
34
pendasaran bagi keseluruhan perilaku manusia, oleh karenanya topik ini yang
pertama kali harus disampaikan kepada mad’u. Materi dakwah yang bersifat
syariah sangat luas cakupannya, kelebihan dari materi syariah Islam adalah sifatnya
yang universal menjelaskan hak-hak umat muslim dan non muslim bahkan hak
seluruh umat manusia. Pada topik mu’amalah menekankan pada aspek hubungan
antar manusia, bahkan porsinya di dalam Al Quran lebih besar daripada urusan
ibadah. Cakupan aspek mu’amalah jauh lebih besar daripada ibadah. Hal ini wajar
mengingat Al Quran dan Hadits adalah sumber hukum Islam yang diorientasikan
pada terciptanya sistem masyarakat yang baik. Materi dakwah yang terakhir adalah
masalah akhlaq. Pembahasannya menerangkan batasan-batasan tentang mana
akhlaq yang baik, mulia, dan terpuji serta mana pula yang buruk, hina, dan tercela.
d. Wasilah (Media Dakwah)
Ali Aziz mengemukakan bahwa media (wasilah) dakwah merupakan alat bantu
yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada
mad‟u (Aziz, 2004).17 Sedangkan Syukir menjelaskan bahwa media dakwah adalah
segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah
yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang,
tempat, kondisi tertentu, dsb (Syukir, 1983).18
Hamzah Ya’qub membagi lima golongan media dakwah menjadi lima macam,
yaitu : lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlaq.19
17 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 120.
18 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), 163.
35
1) Media lisan. Media dakwah yang paling sederhana karena hanya menggunakan
lidah dan suara, yang termasuk dalam bentuk ini adalah pidato, khutbah,
ceramah, seminar, musyawarah, diskusi, nasehat, pidato radio, ramah-tamah
dalam anjangsana dan lain-lain yang kesemuanya dilakukan malalui lidah atau
lisan.
2) Media tulisan. Yakni dakwah yang dilakukan melalui perantara tulisan seperti
buku-buku, majalah, surat kabar, pengumuman dan sebagainya.
3) Melalui lukisan. Media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya.
Media dakwah yang bisa menjadi contoh adalah komik bergambar yang berisi
pesan dakwah yang biasanya cukup disenangi anak-anak.
4) Audiovisual. Media dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran,
penglihatan, atau kedua-duanya. Contohnya adalah televisi, film slide, OHP,
internet, dan sebagainya.
5) Akhlak. Media dakwah melalui suatu penyampaian langsung ditujukan dalam
bentuk perbuatan yang nyata, misalnya mendatangi orang yang sedang sakit,
menziarahi orang mati, kunjungan ke rumah.
e. Thariqah (Metode Dakwah)
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan me