PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
150
Bekatul Sebagai Sumber Minyak Jantung dan Bioetanol (Solusi Inovatif untuk
Mengatasi Kesehatan dan Energi Berbasis Kimia Hijau)
Rivy Valen Pabesak*, Tirza Thea Lewita Sumasa*, A. Ign. Kristijanto**
*) Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
**) Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga, Indonesia 50711
Email :
rivyvalenpabesak@yahoo.co.id
Pendahuluan
Di antara bagian-bagian hasil penggilingan padi, bekatul merupakan bagian yang menghasilkan energi dan mengandung protein tertinggi. Bekatul mengandung komponen bioaktif seperti antioksidan, tokoferol, oryzanol, asam pangamat dan zat hipokolesterolemik yang bermanfaat bagi kesehatan (Damayanti dkk., 2007).
Kandungan minyak bekatul antara 12 - 25% dan bergantung pada varietas padi, tingkat penyosohan dan lama penyimpanan bekatul. Minyak bekatul atau minyak jantung mengandung asam oleat (38,4%), asam linoleat (34,4%), dan asam linolenat (2,2%) sebagai asam lemak tak jenuh, serta asam palmitat (21,5%) dan stearat (2,9%) sebagai asam lemak jenuhnya (Rukmini dan Raghuran, 1991).
Selain kandungan minyak yang tinggi, bekatul juga mengandung karbohidrat yang tinggi yaitu antara 51,1 – 55 % (Luh dkk. (1991) dalam Damayanti, 2007). Kandungan karbohidrat ini dapat dipecah menjadi gula yang lebih sederhana kemudian melalui
fermentasi dikonversi menjadi etanol yang selanjutnya disebut bioetanol. Tersedianya bekatul dalam jumlah melimpah (10% total produksi beras) dan potensi yang terkandung didalamnya menjadikan bekatul dapat didayagunakan untuk mengatasi kesehatan dan energi secara ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah memproduksi sekaligus menentukan kualitas produk minyak jantung dan bioetanol yang dihasilkan.
Metoda
Ekstraksi Minyak Jantung dengan Maserasi (Sukma dkk., 2010)
Sebanyak 250 gram bekatul (segar dan olahan) dimaserasi dengan n-hexan selama 24 jam dengan perbandingan bekatul : pelarut 1 : 2. Fraksi minyak yang terbentuk diuapkan sehingga diperoleh minyak bekatul kasar dan dimurnikan dengan gas N2 sampai pelarut
hilang.
Analisis GC-MS
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
151 2010 yang dilakukan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fermentasi
Sebanyak 500 gram masing-masing bekatul segar dan bekatul olahan Prima Sehat yang telah diayak ditambah air panas 2 liter lalu diaduk. Setelah dingin, ditambah dengan ragi (fermipan dan ragi tape), diaduk hingga homogen lalu ditutup rapat. Fermentasi dilakukan dengan lama waktu 4, 6, dan 8 hari.
Pemurnian bioetanol dengan destilasi Bioetanol yang terbentuk disaring kemudian didestilasi dengan memanaskan larutan pada rentang suhu 780 – 1050 C. Penentuan kadar alkohol
Kadar alkohol masing-masing perlakuan baik dengan penambahan ragi tape maupun ragi roti serta dengan lama variasi waktu fermentasi dilakukan dengan metoda titrasi. Analisis Data
Hasil minyak jantung dan bioetanol yang diperoleh dianalisis secara statistik dan diuji kadar serta kualitasnya.
Hasil dan Pembahasan Minyak Bekatul
Rataan hasil minyak bekatul yang diperoleh dari bekatul segar dan bekatul olahan (merk Prima Sehat) disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan bobot dan % minyak bekatul dihasilkan dari 250 gram bekatul olahan dan segar
x ± SE Olahan Bekatul Segar Bobot Minyak (gr) 11,50 ± 2,97 9,13 ± 0,84
Persentase
Minyak (%) 4,60 ± 1,01 3,65 ± 0,33 Dari Tabel 3 terlihat bahwa bobot dan % minyak jantung yang dihasilkan dari bekatul olahan (Prima Sehat) lebih tinggi dari pada bekatul segar. Adanya perbedaan hasil minyak bekatul ini, terkait dengan jenis bekatul padi yang digunakan sehingga minyak yang diperoleh memiliki kenampakan yang berbeda pula. Kandungan minyak bekatul diperoleh dari penelitian ini sangat kecil (3,65–4,6%) bila dibandingkan dengan hasil penelitian Rukmini dan Raghuran (1991) yaitu sebesar 12 - 25%.
Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa kadar asam lemak tak jenuh tertinggi dalam minyak bekatul Prima Sehat adalah
asam 9-oktadekenoat (45,34%) (oleat), dan asam 9,12-oktadekadinoat (28,81%) (linoleat). Sedangkan asam lemak jenuh adalah asam pentadekanoat (19,98%) (Gambar 1).
Gambar 1.Hasil analisa GC-MS Minyak Bekatul Prima Sehat
Peak R. Time Area% Height% Name ( -,methyl ester) 1 12.393 0.19 0.26 Tetradecanoic acid
2 14.514 15.45 19.98 Pentadecanoic acid, 14-mehyl- 3 16.326 30.77 28.81 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)- 4 16.422 47.57 45.34 9-Octadecenoic acid (Z)-,
5 16.476 0.93 1.05 10-Octadecenoic acid-, 6 16.736 2.38 2.30 Octadecanoic acid-, 7 18.924 0.27 0.29 11-Eicosenoic acid, 8 19.272 0.87 0.81 Eicosanoic acid, 9 21.809 0.27 0.24 Docosanoic acid, 10 24.250 0.67 0.57 Teracosanoic acid, 11 26.567 0.25 0.16 Heptacosanoic acid, 12 27.990 0.37 0.21 Stigmasta-3,5-diene
Lebih lanjut hasil analisis GC-MS minyak bekatul segar diperoleh kadar asam lemak tidak jenuh yang tertinggi adalah asam 9-oktadekenoat (40,23%) (oleat), dan asam 9,12-oktadekadienoat (29,35%) (linoleat). Sedangkan untuk asam lemak jenuh yang tertinggi adalah asam pentadekanoat (22,83%) (Gambar 2).
Gambar 2. Hasil analisa GCMS Minyak Bekatul Segar
1
2 3 4
5 6
7 9
8
8 1
6 5
7 9 10 11 12
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
152
Peak R. Time Area% Height% Name ( -, methyl ester) 1 12.39 0.17 0.28 Tetradecanoic acid,
2 14.514 17.40 22.83 Pentadecanoic acid, 14-mehyl 3 16.326 30.16 29.35 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z) 4 16.417 42.97 40.23 9-Octadecenoic acid (Z)-,
Hasil kedua analisis GC-MS mendapatkan total kandungan asam lemak tak jenuh bekatul Prima Sehat sebesar 75,70% dan bekatul segar 73,54%. Hasil ini tidak berbeda jauh dari penelitian yang dilakukan Marlene (2005 dalam Sukma dkk., 2010) yang menyatakan minyak bekatul mengandung 80% asam lemak tak jenuh. Telaah lebih lanjut, kandungan asam oleat dan linoleat dalam penelitian ini masih berada dalam kisaran hasil penelitian Zuhra (2006) yang melaporkan kandungan asam oleat minyak bekatul sebesar 42,87% dan linoleat sebesar 27,48%.
Bioetanol
Rataan kadar bioetanol hasil fermentasi dari berbagai jenis bekatul dan jenis ragi dalam waktu fermentasi 4-8 hari berkisar antara 0,25 ± 0,12 % sampai 8,26 ± 0,28 % (Tabel 4).
Tabel 4. Kadar bioetanol ( ± SE%) berbagai jenis bekatul dan jenis ragi dalam waktu fermentasi 4 - 8 hari
* Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan sama, sedangkan angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan antar perlakuan berbeda. *PSF = Prima Sehat + fermipan (1,1%); PSR = Prima Sehat + ragi tape(1,1%); SF = Segar + fermipan (1,1%);
SR = Segar + ragi tape(1,1%); Keterangan ini juga berlaku untuk Gambar 3
Dari Tabel 4 tampak bahwa kadar bioetanol yang dihasilkan berfluktuasi antar waktu fermentasi dan juga antar campuran bekatul dan ragi yang digunakan. Dalam waktu fermentasi 4 hari kadar bioetanol tertinggi dihasilkan dari bekatul segar dengan penambahan fermipan (6,00 ± 0,83 %). Sedangkan dalam waktu fermentasi 6 hari, kadar bioetanol tertinggi diperoleh dari fermentasi bekatul segar dengan penambahan ragi tape. Demikian juga dalam lama waktu fermentasi 8 hari, kadar bioetanol tertinggi pada fermentasi bekatul segar dengan fermipan dan ragi tape (Gambar 3).
Jenis Bekatul + Ragi
waktu
Gambar 3. Kadar bioetanol antar berbagai jenis bekatul dan ragi dalam waktu 4, 6, dan 8 hari
Hasil penelitian ini lebih kecil dibandingkan penelitian Harismah dkk.,(2011) yang melaporkan hasil bioetanol tertinggi sebesar 17,31% (v/v) dengan penambahan 4,5 gram Saccaromyces cerevisiae yang difermentasi selama 3 hari.
Kesimpulan
1. Rataan persentase minyak jantung bekatul olahan (Prima Sehat) lebih tinggi (4,6 ± 1,01 %) dari pada bekatul segar (3,65 ± 0,33 %). Sedangkan hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa minyak jantung bekatul olahan (Prima Sehat) maupun bekatul segar mempunyai kualitas yang baik (mendekati 80%) karena mengandung asam lemak tak jenuh sebesar 75,70% dan 73,54%.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
153 segar dengan penambahan ragi selama 6 hari.
Ucapan Terimakasih
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada DP2M DIKTI yang telah menyediakan dana untuk berlangsungnya penelitian ini melalui Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2012, Dosen pembimbing dan laboran beserta semua pihak yang telah membantu.
Daftar Pustaka
Anonim. (2008). Mengenal Manfaat Bekatul.
Tersedia dalam
<http://naturalorganik.multiply.com/j ournal/item/5?&show_interstitial=1& u=%2Fjournal%2Fitem> [Diunduh tanggal 2 September 2011]
Astawan, Made. (2009). Bekatul, Gizinya Kaya Betul. Tersedia dalam <http://kesehatan.kompas.com/read/2 009/09/14/12533349/Bekatul.Gizinya .Kaya.Betul> [Diunduh tanggal 2 September 2011]
Damayanthi E., Liem T.T., dan L. Arbianto (2007). Rice Bran. Jakarta: Penebar Swadaya
Harismah, K., Muhammad, Aminah Asngad, dan Samlawi. (2011). Peningkatan Agribisnis di Pedesaan Melalui Pemanfaatan Bekatul untuk Produksi Bahan Bakar Bioetanol dalam Mewujudkan Ketahanan Bekatul.
Tersedia dalam
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bistre am/handle/123456789/946/2011_hkal _kun_harismah_laporan_akhir.pdf?se quence=3> [Diunduh tanggal 25 Mei 2012]
Isnawati, Nani. (2011). Bekatul Limbah Padi yang Sehat Dikonsumsi. Tersedia dalam
<http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbp
p-binuang/index.php?option=com_cont ent&task=view&id=86&Itemid=1> [Diunduh tanggal 2 September 2011] Mattson F. H., S. M. Grundy. (1985). Comparison of effects of dietary saturated, mono-unsaturated, and polyunsaturated fatty acids on plasma
lipids and lipoprotein in man. Journal of Lipid Research. Volume 26, p 194-202
Rukmini, C., dan T.C. Raghuran (1991). Nutritional and Biochemical Aspects of The Hypolipidemic Action of Rice Brand Oil : A Review. Journal of The American College of Nutrition , Vol 10 (6), Page 593-601
Sukma L.N., Zackiyah, dan Gun Gun Gumilar. (2010). Pengkayaan Asam Lemak Tak Jenuh Pada Bekatul dengan Cara Fermentasi Padat Menggunakan Aspergillus terreus. Journal Sains dan Teknologi Kimia. Volume 1 No 1. Halaman 66-72 Winarno, F. G. dan S. Fardiaz. (1980).
Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia