• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Algoritma Iterative Dichotomiser Three untuk Pemilihan Dosen Pembimbing (Studi Kasus : FTI UKSW) T1 672007189 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Algoritma Iterative Dichotomiser Three untuk Pemilihan Dosen Pembimbing (Studi Kasus : FTI UKSW) T1 672007189 BAB II"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

7

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1

Penelitian Sebelumnya

Berbagai penelitian yang menerapkan algoritma ID3 (Iterative

Dichotomizer Three) sebagai metode perhitungannya telah banyak

dilakukan. ID3 (Iterative Dichotomizer Three) digunakan sebagai

perhitungan untuk menggambarkan pohon keputusan yang

digunakan sebagai acuan dalam penentuan penerima beasiswa

mahasiswa yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penelitian

tersebut merupakan perbandingan antara perhitungan menggunakan

ID3 (Iterative Dichotomizer Three) dan AHP (Analytic Hierarcy

Process). Atribut yang digunakan pada penelitian tersebut antara

lain IPA (Indeks Prestasi Akademik), wawancara, latar belakang

ekonomi serta rekomendasi wali studi. Setelah pengujian selesai

dilakukan, dapat diketahui perbedaan prioritasnya. Dalam

perhitungan ID3 (Iterative Dichotomizer Three) atribut yang

menentukan adalah atribut IPK sedangkan dalam perhitungan AHP

(Analytic Hierarcy Process) atribut yang menjadi prioritas adalah

latar belakang ekonomi. Namun terdapat persamaan yaitu atribut

terendah atau yang menjadi priorotas terendah adalah atribut

rekomendasi wali studi (Lee, 2010).

Penelitian mengenai pemilihan dosen penguji juga pernah

dilakukan dengan mencari hubungan melalui beberapa atribut yang

berpengaruh dalam pemilihan dosen penguji berdasarkan keterkaitan

(2)

mata kuliah dan kesesuaian jadwal. Dengan menggunakan banyak

atribut diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal dalam

menentukan dosen penguji serta dapat hadirnya dosen pembimbing

maupun dosen penguji pada saat pengujian dilaksanakan (Dhiwi,

2009).

Aplikasi pemilihan dosen penguji dan penjadwalan ujian

skripsi yang dibuat di Universitas Kristen Satya Wacana tersebut

mampu menyusun jadwal, mengatur dosen penguji dan memetakan

jadwal, namun ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki yaitu

dalam hal pemilihan dosen penguji masih dilakukan secara manual

dengan melihat jadwal dari para dosen.

Pada penelitian ini, algoritma ID3 (Iterative Dichotomizer

Three) akan digunakan dalam menentukan pohon dalam pemilihan

dosen pembimbing yang sesuai dengan topik yang diambil

mahasiswa. Pada sistem hanya akan memiliki satu hak akses saja

dikarenakan hanya KPTA saja yang memiliki wewenang dalam hal

ini. Sedangkan mahasiswa hanya dapat melakukan pencarian dosen

pembimbing skripsi tanpa harus login atau mencantumkan

identitasnya seperti nama dan NIM.

2.2

Penentuan Dosen Pembimbing Skripsi di FTI,

UKSW

Skripsi merupakan tugas akhir mahasiswa untuk memperoleh

gelar akademisnya. Skripsi akan dibimbing oleh dua dosen

pembimbing yang memiliki keterkaitan dengan topik skripsi

tersebut. Misal mahasiswa dengan minat pengembangan Sistem

(3)

memiliki minat dibidang Sistem Cerdas dan Mobile, agar di saat

mahasiswa tersebut menemukan kendala saat pengerjaan dapat

terbantu dengan solusi yang diberikan pembimbingnya. Pembimbing

1 harus merupakan dosen dengan pendidikan terakhir minimal S2,

sedangkan pembimbing 2 merupakan dosen dengan pendidikan

terakhir S1 dengan tingkat kepangkatan yang lebih tinggi (misal

lektor, asisten ahli).

Untuk menentukan dosen pembimbing, melalui beberapa

tahap. Tahap seleksi awal ditentukan dengan mengklasifikasikan

proposal yang diajukan berdasarkan bidang pengembangan (misal:

Algoritma Pemrograman dan Database, Jaringan Komputer, Mobile

Application dan lain- lain). Tahap selanjutnya koordinator KPTA

menyerahkan proposal yang masuk kepada koordinator

masing-masing bidang pengembangan. Masing-masing bidang

pengembangan melakukan rapat guna menentukan proposal mana

yang layak diterima maupun ditolak. Setelah tahap ini selesai,

dilakukan rapat dengan seluruh staff pengajar guna menentukan

dosen pembimbing yang sesuai dengan topik yang telah diterima.

Apabila telah dicapai kesepakatan antara dosen untuk membimbing

mahasiswa dengan topik tersebut, maka dosen dapat melakukan

proses bimbingan dengan mahasiswa yang bersangkutan.

2.3

Sistem Pendukung Keputusan

2.3.1 Pengertian SPK

Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision

Support Sistem (DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun

1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Management

(4)

berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambilan

keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu untuk

memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur.

DSS sebagai “sekumpulan prosedur berbasis model untuk data pemrosesan dan penilaian guna membantu para manager mengambil keputusan”. Untuk dapat meraih kesuksesan, sistem tersebut haruslah sederhana, cepat, mudah dikontrol, adaptip, lengkap dengan

isu- isu penting, dan mudah berkomunikasi (Little, 1970).

Definisi klasik lainnya untuk Decision Support Sistem (DSS)

yaitu : Sistem Pendukung Keputusan memadukan sumber daya

intelektual dari individu dengan kapabilitas komputer untuk

meningkatkan kualitas keputusan (Keen dan Scott Morton, 1978).

2.3.2 Karakteristik dan manfaat

Karakteristik sistem pendukung keputusan:

 Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk membantu

pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang

sifatnya semi terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan

menambahkan kebijaksanaan manusia dan informasi

komputerisasi.

 Dalam proses pengolahannya, sistem pendukung keputusan

mengkombinasikan penggunaan model-model analisis dengan

teknik pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi

pencari / interogasi informasi.

 Sistem Pendukung Keputusan, dirancang sedemikian rupa

(5)

 Sistem Pendukung Keputusan dirancang dengan menekankan

pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi

(Kadarsah, 2002).

Dengan berbagai karakter khusus diatas, SPK dapat

memberikan berbagai manfaat dan keuntungan. Manfaat yang dapat

diambil dari SPK :

 SPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data / informasi bagi pemakainya.

 SPK membantu pengambil keputusan untuk memecahkan

masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan

tidak terstruktur.

 SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta

hasilnya dapat diandalkan.

 Walaupun suatu SPK, mungkin saja tidak mampu

memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil

keputusan, namun SPK dapat menjadi stimulan bagi

pengambil keputusan dalam memahami persoalannya, karena

mampu menyajikan berbagai alternatif pemecahan (Kadarsah,

2002).

2.3.3 Komponen SPK

Sebuah sistem pendukung keputusan terdiri dari beberapa

subsistem (Turban, 2005), antara lain :

a. Subsistem manajemen data, meliputi basis data yang

mengandung data yang relevan dengan keadaan yang ada dan

dikelola oleh sebuah sistem yang dikenal sebagai database

(6)

b. Subsistem manajemen model, yaitu sebuah paket perangkat

lunak yang berisi model-model finansial , statistik, management

science, atau model kuantitatif yang lain yang menyediakan

kemampuan analisis sistem dan management software yang terkait.

c. Subsistem manajemen pengetahuan (knowledge) yaitu

subsistem yang mampu mendukung subsistem yang lain atau

berlaku sebagai sebuah komponen yang berdiri sendiri.

d. Subsistem antarmuka pengguna (User Interface), yang

merupakan media tempat komunikasi antara pengguna dan sistem

pendukung keputusan serta tempat pengguna memberikan perintah

kepada sistem pendukung keputusan (Anonim, 2007).

2.4

Algoritma

Iterative Dichotomizer Three

(ID3)

Iterative Dichotomizer Three (ID3) merupakan suatu algoritma

matematika yang digunakan untuk menghasilkan suatu pohon

keputusan yang mampu mengklasifikasi suatu objek, ID3

diperkenalkan pertama kali oleh Ross Quinlan (1979). Aturan-aturan

yang dihasilkan oleh ID3 mempunyai hubungan yang hierarkis

seperti suatu pohon (mempunyai akar, titik, cabang, dan daun)

(Gunawan, 2007).

Algoritma ID3 membentuk pohon keputusan dengan cara

pembagian dan menguasai sampel secara rekursif dari atas ke

bawah. Algoritma ID3 dimulai dengan semua data yang ada sebagai

akar dari pohon keputusan, sebuah atribut yang dipilih akan menjadi

pembagi dari sampel tersebut. Untuk setiap atribut dari cabang yang

(7)

atribut cabang akan masuk dalam anggotanya dan dinamakan anak

cabang (Nugroho, 2007).

Iterative Dichotomizer 3 (ID3) merupakan sebuah metode

yang digunakan untuk membangkitkan pohon keputusan. Algoritma

pada metode ini berbasis pada Occam’s razor, lebih memilih pohon

keputusan yang lebih kecil (teori sederhana) dibanding yang lebih

besar. Tetapi tidak dapat selalu menghasilkan pohon keputusan yang

paling kecil dan karena itu occam’s razor bersifat heuristic, Occam’s razor diformalisasi menggunakan konsep dari entropi informasi (Setiawan, 2009).

Dasar dari algoritma ini mengasumsikan bahwa tidak ada

noise di domain, mencari untuk menjelaskan konsep untuk

mengklasifikasikan data uji secara sempurna. Namun, aplikasi pada

dunia nyata domain membutuhkan metode untuk menangani data

noise. Pada kenyataannya, dibutuhkan sebuah mekanisme yang

untuk mendeskripsikan konsep induksi data, dan ini memerlukan

kendala lemah bahwa deskripsi induksi harus mengklasifikasikan

data uji dengan sempurna (Clark dan Niblett, 1989).

Konsep perhitungan dalam algoritma ID3 adalah menentukan

objek yang akan dijadikan sebagai atribut utama. Semua objek yang

ada dihitung nilai kemungkinannya terlebih dahulu, dari perhitungan

tersebut diketahui mana objek yang memiliki nilai atribut paling

tinggi yang kemudian dijadikan sebagai atribut utama. Berikut

adalah langkah – langkah dalam algoritma ID3 : (Suyanto, 2007)  Buat simpul Root

(8)

 If Kumpulan Atribut kosong, Return pohon satu simpul Root

dengan label=nilai atribut target yang paling umum (yang

paling sering muncul)

 Else

A <--- Atribut yang merupakan best classifer (dengan

information gain terbesar)

 Atribut keputusan untuk Root <--- A

 For vi (setiap nilai pada A)

 Tambahkan suatu cabang di bawah Root sesuai

dengan nilai vi

 Buat suatu variabel, misal Sampelvi, sebagai

himpunan bagian (subset) dari kumpulan sampel yang

bernilai vi pada atribut A

 If Sampelvi kosong

* THEN di bawah cabang ini tambahkan suatu simpul daun

(leaf node, simpul yang tidak punya anak di bawahnya)

dengan label=nilai atribut target yang paling umum(yang

paling sering muncul)

* ELSE di bawah cabang ini tambahkan subtree dengan

memanggil fungsi ID3 (Sampelvi,, AtributTarget,

Atribut-{A})

End

End

(9)

Adapun sample data yang digunakan oleh ID3 memiliki beberapa

syarat, yaitu:

 Deskripsi atribut-nilai. Atribut yang sama harus

mendeskripsikan tiap contoh dan memiliki jumlah nilai yang

sudah ditentukan.

 Kelas yang sudah didefinisikan sebelumnya. Suatu atribut contoh harus sudah didefinisikan, karena mereka tidak

dipelajari oleh ID3.

 Kelas-kelas yang diskrit. Kelas harus digambarkan dengan

jelas. Kelas yang kontinu dipecah-pecah menjadi

kategori-kategori yang relatif, misalnya saja metal dikategori-kategorikan menjadi “hard, quite hard, flexible, soft, quite soft”.

 Jumlah contoh (example) yang cukup. Karena pembangkitan induktif digunakan, maka dibutuhkan test case yang cukup

untuk membedakan pola yang valid dari peluang suatu

kejadian. Pemillihan atribut pada ID3 dilakukan dengan

properti statistik, yang disebut dengan information gain. Gain

mengukur seberapa baik suatu atribut memisahkan training

example ke dalam kelas target. Atribut dengan informasi

tertinggi akan dipilih. Dengan tujuan untuk mendefinisikan

gain, pertama-tama digunakanlah ide dari teori informasi yang

disebut entropi. Entropi mengukur jumlah dari informasi yang

ada pada atribut.

Rumus Entropy Informasi dituliskan dalam persamaan 2.1 (Mitchell,

(10)

Keterangan :

S adalah ruang (data) sampel yang digunakan untuk training.

P+ adalah jumlah yang bersolusi positif (mendukung) pada data

sampel untuk kriteria tertentu.

P- adalah jumlah yang bersolusi negatif (tidak mendukung)

pada data sampel untuk kriteria tertentu.

Catatan:

Entropy(S) = 0, jika semua contoh pada S berada dalam kelas yang

sama.

Entropy(S) = 1, jika jumlah contoh positif dan jumlah contoh negatif

dalam S adalah sama.

0 < Entropy(S) < 1, jika jumlah contoh positif dan negatif dalam S

tidak sama.

Gambar 2.1 Grafik Fungsi Entropy Untuk Kumpulan Data Dalam 2 Kelas

Rumus menghitung Gain ditunjukkan dalam persamaan 2.2

(11)

Values(A) : himpunan yang mungkin untuk atribut A

|Sv| : jumlah sampel untuk nilai v

|S| : jumlah seluruh sampel data

Entropy(Sv): entropy untuk sampel-sampel yang memilki nilai v

2.5

Model View Control

(MVC)

Konsep MVC adalah konsep pemisahan antara logic dengan

tampilan dan database.Manfaat konsep ini adalah, membuat coding

logic lebih sederhana, karena sudah di pisah dengan code untuk

tampilan dan membuat programmer dapat bekerja secara terpisah

dengan designer. Programmer mengerjakan logic, sedangkan

designer berkutat dengan design dan tampilan. Gambaran umum

struktur MVC dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Arsitektur MVC (Model View Control) (Jeni, 2009)

(12)

Model mencakup semua proses yang terkait dengan

pemanggilan struktur data baik berupa pemanggilan fungsi, input

processing atau mencetak output ke dalam browser.

View

View mencakup semua proses yang terkait layout output. Bisa

dibilang untuk menaruh template interface website atau aplikasi.

Layer ini mengandung keseluruhan detail dari implementasi user

interface. Disini, komponen grafis menyediakan representasi proses

internal aplikasi dan menuntun alur interaksi user terhadap aplikasi.

Tidak ada layer lain yang berinteraksi dengan user, hanya View

(Jeni, 2009).

Controller

Controller mencakup semua proses yang terkait dengan

pemanggilan database dan kapsulisasi proses-proses utama. Jadi

semisal di bagian ini ada file bernama member.php, maka semua

proses yang terkait dengan member akan dikelompokan dalam file

Gambar

Gambar 2.1 Grafik Fungsi Entropy Untuk Kumpulan Data Dalam 2 Kelas
Gambar 2.2 Arsitektur MVC (Model View Control) (Jeni, 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah diselidiki, ternyata kegiatan pembelajaran yang dilakukan Bu Devi bersifat rutin, yaitu selain bercerita, anak-anak mengerjakan LKS yang sudah dibagikan

Ketika hukuman diubah menjadi pertanggung- jawaban maka para mantan terpidana pelaku korupsi akan tetap bisa diterima di tengah masyarakat dengan perasaan moral

Manfaat Dari Setiap Gerakan Shalat Dilihat Dari Sisi Kesehatan - Pada postingan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa ciri-ciri shalat yang fungsional yang

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan utama dari penelitian ini adalah “ untuk mendapatkan gambaran peningkatan literasi saintifik siswa

Pengembangan bahan ajar IPBA terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk dan penanaman karakter pada tema Pelindung Bumi didasari atas rendahnya pengetahuan

Masyarakat yang hanya memiliki 2 anggota keluarga sebanyak 9,6% memilih ketersediaan fasilitas perbelanjaan (pertokoan) mempengaruhi responden dalam menentukan karakteristik

Dengan mempelajari dan memperhatikan hasil evaluasi pejabat pengadaan dalam Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung (BAHPL) dan Surat Keputusan Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa

DED Pembangunan Interior, Meubelair, CUKIR, DIWEK, - Pengadaan di- dan Isi Museum Islam Nusantara JOMBANG