• Tidak ada hasil yang ditemukan

SARI HASIL PENELITIAN MANGIUM (Acacia mangium Willd.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SARI HASIL PENELITIAN MANGIUM (Acacia mangium Willd.)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

SARI HASIL PENELITIAN MANGIUM (

Acacia mangium Willd.

)

Oleh : Jamaludin Malik, Adi Santoso dan Osly Rachman

I. PENDAHULUAN

Kayu mangium (Acacia mangium Wild) adalah t anaman asli yang banyak t umbuh di wilayah Papua Nugini, Papua Barat dan Maluku. Tanaman ini pada mulanya dikembangkan eksit u di Malaysia Barat dan selanj ut nya di Malaysia Timur, yait u di Sabah dan Serawak. Karena menunj ukkan pert umbuhan yang baik maka Filipina t elah mengembangkan pula sebagai hut an t anaman.

Di Indonesia sej ak dicanangkan pembangunan HTI pada t ahun 1984, kayu mangium t elah dipilih sebagai salah sat u j enis f avorit unt uk dit anam di areal HTI. Pada mulanya j enis ini

dikelompokkan ke dalam j enis-j enis kayu HTI unt uk memenuhi kebut uhan kayu serat t erut ama unt uk bahan baku indust ri pulp dan kert as. Dengan adanya perubahan-perubahan kondisional baik yang menyangkut kapasit as indust ri maupun adanya desakan kebut uhan kayu unt uk penggunaan l ain, t idak t ert ut up kemungkinan t erj adi perluasan t uj uan penggunaan kayu mangium.

Pemanf at an kayu mangium hingga saat ini t elah mengalami spekt rum yang lebih luas, baik unt uk kayu serat , kayu pert ukangan maupun kayu energi (bahan bakar & arang). Berbagai penelit ian t elah dilakukan unt uk menunj ang perluasan pemanf aat an kayu mangium dalam bent uk kayu ut uh, part ikel, serat at aupun t urunan kayu. Dengan masukan t eknologi yang t erus berkembang pesat maka selain kayunya t elah dit elit i pul a eskt raksi kulit mangium sebagai bahan perekat .

Mengingat karakt erist iknya yang memiliki kelemahan-kelemahan, semest inya penggunaan kayu mangium berdasarkan hasil-hasil penelit ian. Penyempurnaan sif at berupa masukan t eknologi baru unt uk mengat asi kelemahan-kelemahan yang dij umpai pada kayu mangium perlu dit elit i secara t erus-menerus dan hasil penelit iannya perl u disebarluaskan, sehingga sif at dan kualit as kayu dapat dit ingkat kan sesuai persyarat an t eknis pemanf aat annya. Telaahan secara mendalam mengenai penyempurnaan sif at kayu perlu dilakukan sehingga dapat disarankan t indakan-t indakan pemanf aaindakan-t an yang ef isien dan indakan-t erarah.

Tulisan ini mencoba menghimpun semua aspek yang berkait an dengan t eknologi pemanenan dan pemanf aat an kayu mangium, t erut ama hasil penelit ian dan pengembangan Pusat Penelit ian Hasil Hut an Bogor. Tuj uan sari penelit ian ini adalah unt uk menget engahkan hasil-hasil

penelit ian yang menonj ol t ent ang pemanf aat an kayu mangium sebagai bahan analisa yang bermanf aat dalam pengambilan kebij akan.

II. PEMANENAN

Kegiat an pemanenan kayu mangium pada prinsipnya sama dengan pemanenan j enis kayu lainnya, secara garis besar t erdiri dari kegiat an penebangan, penyaradan dan pengangkut an. Dalam uj i coba perbaikan t eknik pemanenan yang dilakukan di PT Inhut ani II bekerj a sama dengan Pusat Penelit ian Hasil Hut an dapat diket ahui t eknik, produkt ivit as dan biaya

pemanenan (Anonim, 2000). Gambar 1 memperlihat kan t egakan dan t umpukan dolok mangium yang siap diangkut .

(2)

put ih yang dapat memat ikan t anaman baru. Unt uk it u, Pusat Penelit ian Hasil Hut an pada t ahun 1999 t elah melakukan penelit ian t eknik pembusukan t unggak di areal bekas t ebangan HTI mangium di Sumat era Selat an dan berhasil mengat asi masalah t unggak kayu dengan t eknik pembusukan yang dipercepat (Anonim, 1999).

A. Penebangan

Penebangan kayu mangium dapat dilakukan dengan "chain saw" ukuran bilah 70 cm at au 40 cm. Produkt ivit as penebangan dengan alat ini adalah 2, 44 m3/ j am dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 7500. - / m3.

B. Penyaradan

Penyaradan dapat dilakukan secara manual dan dengan sist em kabel layang yang membut uhkan biaya Rp 10. 000. -/ m3. Penyaradan secara manual dilakukan oleh regu kerj a yang t erdiri dari

adalah 6 orang per regu yang mampu menyarad dan memuat kayu ke t ruk sebanyak 20 m3/ hari at au 2, 5 m3/ j am.

Penyaradan dengan sist em kabel menggunakan bent angan kabel maksimum 400 m dan pada penelit ian di PT Inhut ani II (P. Laut ) bent angan kabel yang di gunakan sepanj ang 250 m. Sist em

sky l ine dilayani oleh 6 orang t erdiri dari sat u operat or, sat u orang di t empat pengumpulan, sat u orang pemberi aba-aba dan t iga orang menyiapkan kayu yang akan disarad. Yarder yang digunakan adalah Yarder P3HH20 yang memeiliki t enaga mot or 20 HP. Kemampuan maksimum alat t ersebut adalah 0, 4 m3/ rit . Unt uk mengeluarkan kayu mangium, produkt if it as alat t ersebut adalah 1, 5 m3/ j am. Biaya pengeluaran kayu sebesar Rp 8. 000, -/ m3.

C. Pengangkut an

Pengangkut an kayu mangium dapat dilakukan dengan t ruk biasa (misal t ruk Colt diesel 100 PS) yang berkapasit as 8 m3/ rit . Produkt if it as alat t ersebut t ergant ung dari j arak angkut nya. Hasil penghit ungan produkt if it as t ruk t ersebut di lapangan sebesar 128 m3. km/ j am. Biaya angkut sebesar Rp 32. 000/ m3 pada j arak 80 km at au Rp 400/ m3 .km.

D. Pembusukan Tunggak

Teknik pembusukan t unggak dimaksudkan unt uk mempercepat pembusukan t unggak yang ramah lingkungan dengan memanf aat kan orgamisme perusak kayu berupa j amur pelapuk ant agonis dengan j amur akar put ih dan rayap pemakan sisa kayu hasil pelapukan yang bukan sebagai hama.

Pusat Penelit ian Hasil Hut an (1999) menemukan j enis j amur pelapuk unt uk mendegradasi secara lebih cepat limbah kayu sisa pemanenan, yait u Tramet es sp dan Pol yporus versicol or. Pemberian pelapukan secara biologis dengan j amur pelapuk lebih cepat dibanding pel apukan secara alami.

III. SIFAT DASAR

A. Anat omi

1. Lingkaran Tumbuh

(3)

growing species) yang mempunyai bat as lingkaran t umbuh yang j elas pada bagian t erasnya dengan lebar 1 – 2 cm. Hal ini mungkin disebabkan oleh pert umbuhannya yang cepat sert a adanya kayu muda (j uvenil e wood). Dengan demikian diduga lingkaran t umbuh pada kayu mangium t idak berkorelasi dengan kerapat an.

Tabel 1. Tebal gubal dan t eras dolok kayu mangium (Acacia mangium Wild. ) pada kondisi basah

Umur (t h)

Dolok

Tebal gubal dan t eras (cm)

Bont os pangkal Bont os uj ung

Gubal

Teras Gubal Teras

10

A B C

4, 3 4, 7 4, 0

19, 3 14, 6 15, 0

4, 2 4, 2 4, 2

15, 1 14, 8 14, 1

9

A B C

5, 5 4, 3 4, 2

18, 5 16, 7 14, 5

4, 0 3, 8 3, 5

17, 0 15, 2 14, 2

7

A B C

4, 8 3, 8 3, 8

11, 9 11, 9 11, 2 3, 8 3, 7 3, 3 11, 9 11, 3 10, 0 5

A B C

4, 8 5, 0 5, 7

8, 9 6, 7 4, 6 5, 3 4, 7 4, 3 6, 4 5, 6 5, 4

4

A

B

3, 0 4, 2

10, 0 7, 1

4, 0 3, 7

7, 7 5, 6

Sumber: Ginoga (1997)

Ket erangan: A= dolok pangkal, B= dolok t engah, C = dolok uj ung

2. Tebal Kayu Gubal dan Teras

Tebal kayu gubal dan t eras berpengaruh t erhadap kekuat an kayu. Tabel 1 memeperlihat kan hasil pengamat an Ginoga (1997) t erhadap dolok kayu mangium yang berasal dari Benakat , Sumat era Selat an. Tabel t ersebut menunj ukkan kecenderungan bahwa makin t inggi umur kayu maka bagian kayu t erasnya makin t ebal.

3. Warna dan Serat Kayu

Warna kayu t eras dan gubal dapat dilihat j elas; bagian t eras berwarna lebih gelap, sedangkan gubalnya berwarna put ih dan lebih t ipis. Warna kayu t eras agak kecoklat an, hampir mendekat i kayu j at i, kadang-kadang mendekat i warna j at i gembol. Arah serat lurus sampai berpadu (Ginoga et al, 1999).

Serat kayu mangium yang berasal dari hut an alam menurut pengamat an Pasaribu dan Rol iadi (1990) memiliki dimensi sepert i t ercant um dalam Tabel 2 di bawah ini.

(4)

Dimensi serat

Asal kayu

Alam Tanaman

Panj ang, 950, 00 934, 10

Diamet er, 16, 357 16, 000

Tebal dinding, 3, 197 2, 300

Lebar lumen, 9, 923 11, 412

Sumber: Pasaribu & Roliadi (1990)

4. Morf ologi Dolok

Pada umumnya dolok kayu mangium t ermasuk kayu diamet er kecil (<30 cm), bent uk dolok t ergolong cukup bundar t et api kesilindrisan relat if rendah. Sebagai gambaran, Tabel 3 di bawah ini menampilkan nilai bent uk dolok hasil pengukuran Ginoga (1997).

Tabel 3. Angka bent uk dolok kayu mangium (Acacia mangium Wild. ) menurut umur t anaman.

Umur (t h)

Dolok

Kebundaran Taper (%)

Diamet er (cm)

d1/ d2

d3/ d4 dp du D

10

A

B C

0, 91 0, 98 1, 00

0, 98 1, 00 1, 00

2, 11 - -

23, 6 19, 3 19, 0

19, 3 19, 0 18, 3

21, 3 21, 3 18, 0

9

A

B C

0, 89 1, 00 1, 00

1, 00 1, 00 0, 98 1, 62 0, 49 0, 49 22, 6 19, 3 18, 3 19, 3 18, 3 17, 3 20, 7 18, 3 17, 3

7

A

B C

0, 90 0, 94 0, 98

0, 94 0, 98 0, 98

- - 0, 82

16, 6 15, 6 15, 0

15, 7 15, 0 13, 3

16, 0 15, 0 14, 0

5

A

B C

0, 92 0, 92 0, 94

0, 92 0, 94 0, 93

0, 98 0, 65 0, 49

13, 7 11, 7 10, 3

11, 7 10, 3 9, 3

12, 3 10, 7 9, 3

4

A

B

0, 98 0, 97

0, 97 0, 93

0, 82 0, 98

13, 6 11, 8

11, 8 10, 8

12, 4 10, 8

Sumber: Ginoga (1997)

Ket erangan: d1 = diamet er bont os pangkal t erpendek; d2 = diamet er bont os pangkal t erpanj ang;

d3 = diamet er bont os uj ung t erpendek; d4 = diamet er bont os uj ung pangkal t erpanj ang; dp = diamet er bont os pangkal rat a-rat a; du = diamet er bont os uj ung rat a-rat a.

A = dolok pangkal, B = dolok t engah, C = dolok uj ung.

(5)

1. Berat Jenis dan Kadar Air

Sif at f isis-mekanis yang umum dij adikan dasar dalam penggunaan kayu adalah berat j enis (BJ), kadar air (KA) dan ket eguhan (MOE & MOR). Sif at -sif at t ersebut unt uk kayu dengan kelas umur II-IV dit ampilkan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Berat j enis dan kadar air kayu mangium (Acacia mangium Wild) menurut umur t anaman.

Umur (t h)

BJ basah

BJ ku BJ ko KA (%)

Rat a2

S

Kisaran

Rat a2 S Kisaran Rat a2 S Kisaran

Basah Ku

10

0, 95

0, 132

0, 92-0, 98

0, 52 0, 087 0, 50-0, 54

0, 42 0, 065 0, 41-0, 44

125, 4 18, 0

9

0, 90

0, 162

0, 86-0, 93

0, 51 0, 092 0, 49-0, 53

0, 42 0, 080 0, 40-0, 44

112, 9 16, 4

7

0, 84

0, 163

0, 80-0, 92

0, 50 0, 072 0, 49-0, 52

0, 41 0, 061 0, 40-0, 43

98, 6 18, 0

5

0, 86

0, 165

0, 82-0, 90

0, 49 0, 059 0, 48-0, 51

0, 41 0, 048 0, 40-0, 42

111, 1 17, 6

4

0, 79

0, 167

0, 75-0, 82

0, 47 0, 048 0, 46-0, 48

0, 38 0, 40 0, 37-0, 39

99, 9 18, 8

Sumber: Ginoga (1997)

Ket erangan: S = Simpangan baku; ku = Kering udara; ko = kering oven.

Secara st at ist ik berat j enis kayu pada umur yang berbeda t idak memperlihat kan perbedaan yang nyat a (Ginoga, 1997).

2. Ket eguhan

Ginoga (1997) melaporkan hasil penguj ian sif at mekanis kayu mangium yang berumur 9 dan 10 t ahun sebagai berikut :

Tabel 5 Sif at mekanis kayu mangium (Acacia mangium Wild) dalam keadaan kerung udara)

Umur

(Th)

BJ b)

Ket eguhan (kg/ cm2)c)

KA (%)

MOR MOE (x103) MPL ? / /

10

0, 57

0, 53-0, 61* 0, 033**

942, 23 812, 99-1071, 47*

104, 11**

113, 664 686, 13 435, 85

405, 97-465, 73* 24, 07**

14, 48

9

0, 51

0, 45-0, 56* 0, 034**

725, 37 599, 82-850, 92*

78, 911**

118, 693 528, 32 416, 48

365, 87-467, 09* 31, 81**

15, 32

Sumber: Ginoga (1997)

Ket erangan: a) Cont oh uj i berasal dari bagian pangkal dolok; b) Berat j enis berdasarkan berat dan volume kering udara; c) MOR = Modulus pat ah, MOE = Modulus elast isit as, MPL = Tegangan sampai bat as proporsi, ? / / = Tekanan maksiumum sej aj ar serat ; *) kisaran; **) simpangan baku

3. Kelas Kuat

Berdasarkan berat j enis, ket eguhan lent ur st at is dan t ekan sej aj ar arah serat , maka kayu mangium t ermasuk kelas kuat II – III.

(6)

Umur (Th)

Nilai

BJ

MOR

(kg/ cm2)

Tekan / / serat

(kg/ cm2)

10

Rat a-rat a

Kisaran

III III-II

II II

II III-II

9

Rat a-rat a

Kisaran

III III

II III-II

II III-II

Sumber: Ginoga (1997)

C. Sif at Kimia

Dengan menyimak komponen kimia dan serat kayu, kit a dapat merencanakan t indakan-t indakan t eknologi dalam rangka memperbaiki sif at -sif at dan kualit as produk (Pasaribu & Roliadi, 1990).

Dalam Final Report Pembangunan Indust ri Pulp di Sesayap, Kalimant an (1984) diket ahui komponen kimia kayu mangium yait u alf a-selulosa, kelarut an dalam alkohol benzen dan kadar abu t idak memenuhi syarat yang dit et apkan SII 1163-84.

Tabel 7. Hasil analisis kimia kayu mangium (Acacaia mangium Wild. ) dari Sesayap, Kalimant an

Komponen kimia Kadar (%)

Lignin 19, 7

Holo-sellulosa 69, 4

Alf a-sellulosa 44, 0

Pent osan 16, 0

Abu 0, 68

Kelarut an:

- Alk. Benzen 5, 6

- Air panas 9, 8

- NaOH 1 % 14, 8

Sumber: The Persons, Whit emore Organizat ion (1984) dal am Silit onga (1993)

Pasaribu & Roliadi (1990) t elah mel akukan analisis kimia dan serat kayu mangium yang berasal dari hut an alam dan hut an t anaman dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 8. Hasil analisis kimia dan dimensi serat kayu mangium (Acacia mangium Wild. ) dari hut an alam dan t anaman

Komponen kimia (%)

Asal kayu

Alam Tanaman

Lignin 24, 00 24, 89

Sellulosa 46, 39 43, 85

Silika 0, 24 0, 99

Pent osan 16, 83 17, 87

Abu 0, 99 0, 25

Kelarut an dalam:

- Air dingin 3, 65 5, 75

- Air panas 7, 64 7, 28

- NaOH 1 % 24, 59 20, 17

(7)

Berdasarkan hasil t ersebut , Pasaribu & Roliadi (1990) menyat akan bahwa komponen kimia yang dikandung kayu mangium, baik yang berasal dari hut an alam maupun hut an t anaman t idak ideal unt uk pulp bila dit inj au dari kandungan kimianya. Menurut klasif ikasi komponen kimia kayu Indonesia (Dept an, 1976), kayu mangium t ermasuk kelompok sedang (40–44 %) dalam hal kandungan selolusa, kadar lignin sedang (18–32 %), kadar pent osan, silika dan abu t ermasuk rendah dan zat ekst rakt if t ermasuk t inggi.

Analisis komponen kimia kayu mangium lebih rinci berdasar kan umur t anaman rot asi pert ama dikemukakan oleh Siagian et al (1999) sebagaimana t ercant um dalam Tabel 9.

Tabel 9. Komposisi kimia kayu mangium (Acacia mangium Willd. )

Komponen kimia1) (%)

Umur pohon Klasifikasi5)

6

7

10 11 12 62) 63) 74)

Tinggi

Sedang Rendah

1. Selulosa 52, 12

50, 69 50, 58 50, 53 50, 82 53, 07 57, 55 63, 02

45

40-45 40

2. Lignin 29, 81

29, 67 29, 22 29, 03 28, 51 29, 50 32, 12 26, 72

33

18-33 18

3. Pent osan 16, 69

17, 08 17, 14 17, 60 17, 84 16, 45 16, 92 14, 88

24

21-24 21

4. Kelarut an dalam:

a.

Alkohol-benzena

b.

NaOH 1%

c.

Air dingin

d.

Air panas

6, 77 16, 48 3, 44 4, 74

6, 25 16, 25 4, 85 5, 50

4, 81 17, 19 4, 58 5, 28

4, 38 18, 94 4, 50 5, 43

4, 90 16, 30 3, 87 4, 81

3, 70 14, 04 2, 53 4, 51

5, 53 12, 40 2, 70 3, 30

3, 98 10, 52 4, 36 6, 00

4 - - -

2-4 - - -

2 - - -

5. Abu 0, 49

0, 83 0, 56 0, 31 0, 46 1, 28 0, 73 0, 87

6

0, 2-6 0, 2

6. Silika 0, 14

0, 46 0, 12 0, 06 0, 16 0, 73 0, 24 0, 38

-

-

-Sumber: Siagian et al (1999)

Berdasarkan hasil t ersebut , Siagian et al (1999) menyat akan bahwa kayu mangium baik dij adikan sebagai bahan baku pulp karena memiliki kadar selilosa t inggi, lignin sedang, pent osan rendah, ekt rakt if t inggi dan abu sedang. Akan t et api pembuat an pulp dari kayu mengium ini perlu diperhat ikan karena kadar ekst rakt if nya t inggi.

Perbedaan umur pohon memberikan pengaruh yang berbeda t erhadap komposisi kimia kayu. Kadar selulosa, lignin, kelarut an dalam alkohol-benzena dan air dingin, secara umum menunj ukkan kecenderungan menurun dengan bert ambahnya umur pohon sedangkan kadar pent osan cenderung meningkat . Unt uk kadar abu, silika, kelarut an dalam NaOH 1% dan air panas, memberikan respon yang berf lukt uat if dengan bert ambahnya umur t anaman.

D. Keawet an dan Ket erawet an

Keawet an kayu adalah daya t ahan suat u j enis kayu t erhadap berbagai f akt or perusak kayu. Biasanya f akt or perusak yang dimaksud adalah f akt or biologis sepert i j amur, serangga (t erut ama rayap dan bubuk kayu kering) dan binat ang laut . Sif at keawet an dit ent ukan

berdasarkan persent ase penurunan berat kayu akibat serangan f akt or biologis. Sedangkan sif at ket erawet an adal ah kemampuan kayu menyerap bahan pengawet t ert ent u yang diawet kan dengan met ode t ert ent u. Sif at ket erawet an dit ent ukan berdasarkan ret ensi dan daya penet rasi bahan pengawet t erhadap kayu. Ret ensi dinyat akan dalam kg/ m3 kayu dihit ung berdasarkan penimbangan kayu sebelum ban sesudah pengawet an. Penet rasi dinyat akan dalam persen luas penampang cont oh uj i (Mart awij aya & Barly, 1990; Ismant o, 1995).

(8)

Tabel 10. Ket ahanan kayu mangium (Acacia mangium Wild) t erhadap rayap t anah dan penggerek di laut .

Jenis serangan

Intensitas serangan Kelas ketahanan

Rayap t anah (Macrot ermes) 55 (hebat ) IV

Penggerek di laut (Pholadidae) ++ (sedang) III

Sumber: Muslich & Sumarni (1993); Ismant o (1995)

Berdasarkan kelas keawet an dari Findlay (1938) dan kelas ket erawet an dari Smit h & Tamblyn (1970), Mart awij aya & Barly (1990) menyat akan bahwa kayu mangium memiliki sif at keawet an yang berbeda menurut asal kayunya. Kayu mangium dari hut an t anaman (asal Jawa Barat ) relat if memiliki sif at keawet an lebih buruk (kelas awet II – III) dibanding kayu mangium dari hut an alam (asal Maluku) sebagaimana t erlihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kel as awet dan ket erawet an kayu mangium (Acacia mangium Wild)

Asal pohon

Jenis j amur Penetrasi bahan

pengawet CCA

A

B C

Hut an alam 1, 40* (II) 1, 05* (I) 0, 20* (I) 24, 9 (III)

Hut an t anaman 7, 11*(III) 3, 79* (II) 1, 71* (II) 64, 2 (II)

Sumber: Mart awij aya & Barly (1990)

Ket erangan: Jamur A = Schizophyl l um commune, B = Pynoporus sanguineus dan C = Dacryopinax spat hul aria. Angka dalam kurung adalah kelas awet dan ket erawet an.

IV. PENGOLAHAN

A. Penggergaj ian dan Pengerj aan

1. Penggergaj ian

Uj i coba penggergaj ian dolok mangium sudah beberapa kali dilakukan oleh para penelit i. Dengan t eknik penggergaj ian konvensional pada dolok kayu mangium dengan rat a-rat a diamet er 22, 4 cm dan panj ang 257, 5 cm, Rachman dan Balf as (1993) memperoleh rendemen penggergaj ian kayu mangium sebesar 39, 60 %. Selengkapnya dapat dilihat pada lihat Tabel 12.

Tabel 12 Rendemen dan produkt if it as penggergaj ian kayu mangium (Acacia mangium Wil d).

Sifat penggergaj ian Nilai

Rendemen, % 39, 60

Produkt if it as, m3/ j am 0, 906

Kecepat an pembelahan, cm2/ det ik 245, 10

Konsumsi t enaga, Wat t -det ik/ cm2 60, 18

Sumber: Rachman dan Balf as (1993)

Sej ak dit erapkannya t eknik penggergaj ian dengan simulasi program komput er yang sangat pent ing dalam penent uan posisi pembelahan pert ama t erbaik (t he best opening f ace), t eknik ini t erbukt i dapat meningkat kan rendemen penggergaj ian dolok diamet er kecil rat a-rat a 12, 4 %. Rachman (1994) memperoleh rendemen penggergaj ian dengan penerapan simulasi t ersebut pada kayu mangium sebesar 51, 24 %. Ginoga et al (1999) melaporkan hasil penggergaj ian kayu mangium sebagai berikut :

(9)

P

(Cm)

Diameter (cm)

Vol.

Dolok Lkg Tpr Bdr

(%)

Simulasi

Aktual

Rasio

(Akt/

Sim)

Dp

Du

Dr

Vol.

(M3) Ren. (%) Vol. (M3)

Ren. (%3)

259 23. 0 20. 0 21. 5 0. 084 2. 44 0. 03 89. 71 0. 062 73. 81 0. 045 53. 57 0. 74

Sumber: Ginoga et al (1999)

Ket erangan: Pj g = Panj ang dolok, Dp = Diamet er pangkal, Du = Di amet er uj ung, Dr = Diamet er rat a-rat a, Lkg = Lengkung, Tpr = Taper, Bdr = Kebundaran, Vol. = Volume, Ren. = Rendemen

2. Pengerj aan

Dalam hal karakt erist ik pengerj aan, secara umum kayu mangium memberikan hasil sangat baik. Dalam penguj ian yang dilakukan oleh Ginoga (1997) sif at pemesinan kayu mangium t ermasuk kelas II – I (Baik – Sangat Baik), sbagaimana t erlihat pada Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 14. Sif at dan kelas pemesinan kayu mangium (Acacia mangium Wild) berdasarkan rat a-rat a bebas cacat permukaan.

Umur (th)

Pohon

Sifat dan kelas pemesinan

Penyerutan Pembentukan Pembubutan

Pengampelasan

10

1

2 3

96 98 96

95 96 97

91 85 89

98 93 95

Rat a-rat a

96 (I) 96 (I) 88 (I) 95 (I)

9

1

2 3

96 85 92

91 92 97

83 82 81

92 87 92

Rat a-rat a

91 (I) 93 (I) 82 (I) 90 (I)

7

1

2 3

72 80

89 90

79 75

83 76

Rat a-rat a

76 (II) 89 (I) 77 (II) 79 (II)

Sumber : Ginoga (1997)

Ket erangan: Angka dalam kurung adalah kelas mut u.

3. Komponen Rumah

(10)

(memenuhi syarat JAS 1986). Karena papan kayu mangium pada umumnya berukuran sempit sert a ukuran yang lebih pendek maka t eknologi papan sambung dan papan/ balok lamina menj adi solusi unt uk mengat asi masalah t ersebut . Produk yang t elah dibuat dari kayu mangium ini adalah kusen j endela, rangka daun j endela dan penyekat ruangan (lumber sharing) sepert i t erlihat pada Gambar 2 - 3.

B. Pengeringan

Kayu mangium t ermasuk j enis yang mudah dikeringkan t anpa cacat yang berart i. Pada penelit ian t erhadap kayu berupa quart er sawn dan f l at sawn di mana masing-masing memiliki kelembaban awal adalah 112 % dan 99 %, Sili t onga (1987) melaporkan bahwa unt uk mencapai kadar air akhir 9 % kedua cont oh t ersebut masing-masing memerlukan wakt u 10 dan 16 hari. Pecah uj ung j arang t erj adi dan t idak melengkung. Kelemahan sat u-sat unya adalah kolaps pada kayu t eras yang biasanya t erj adi pada awal pengeringan. Gej ala ini lebih j elas t erlihat pada papan quart er sawn.

C. Pulp dan Kert as

Pembuat an pulp kert as dari kayu mangium dengan proses sulf at t ernyat a lebih mudah bila dibandingkan dengan penggunaan kayu ekalipt us yang sudah lebih dulu diproduksi secara komersial. Hal t ersebut dibukt ikan oleh Pasaribu (1993), bahwa pengolahan pulp dari kayu mangium dengan proses sulf at pada alkali akt if (Na2O) 16 %, sulf idit as 25 %, perbandingan kayu

dengan pemasak 1 : 4, lama perendaman 2 j am, suhu maksimum 170o C dan wakt u unt uk

mencapai suhu maksimum 1, 5 j am menghasilkan rendemen pulp t ersaring 49, 00 % unt uk kayu dari hut an alam dan 51, 46 % dari hut an t anaman. Berdasarkan kelas kualit as dari Misra (1973), keduanya memiliki kualit as II yang berart i j enis kayu mangium cukup baik sebagai bahan baku pulp kert as, karena rendemen pulp t inggi, pemakaian alkali agak t inggi, pulp mudah diput ihkan dan akan menghasilkan kert as berkekuat an sedang (Tabel 15).

(11)

Karakteristik

Asal kayu

Alam Tanaman

Alkali akt if (Na2O) 16 16

Kerapat an, kg/ m3 730 530

Felt ing power 58, 22 49, 72

Sif at pengolahan:

- Konsumsi alkali, % 10, 70 15, 71

- Bil . Permanganat 18, 30 16, 31

- Rendemen t ersaring, % 49, 00 51, 46

Sif at mekanik:

- Panj ang put us, km 1, 28 1, 03

- Fakt or ret ak 22, 61 18, 96

- Fakt or sobek 94, 23 139, 80

- Ket ahanan lipat 11, 20 11, 40

- Daya regang 1, 73 3, 16

Kualit as/ Nilai II /

434, 38

II / 465, 63

Pembuat an pulp dari kayu mangium yang dicampur dengan j enis lain t elah pula diuj icobakan. Pasaribu (1995) memperoleh komposisi campuran t erbaik unt uk membuat pulp dari campuran kayu mangium, sengon, dan ampupu. Komposisi t ersebut yait u mangium 32 %, sengon 37 % dan ampupu 31 % yang dimasak dengan proses soda (alkali akt if 20 %) dan penambahan ant rakuinon 0, 1 %. Set elah dianalisis secara f inansial, komposisi di at as dinilai layak unt uk dit erapkan pada skala indust ri dengan kapasit as 200. 000 t on pulp per t ahun.

Pembuat an pulp unt uk kert as koran dari kayu magium t elah dilakukan oleh Siagian et al (1999) dengan met ode kimia-t ermomekanik (CTMP), merupakan modif ikasi pembuat an secara t ermo-mekanik (TMP). Bahan kimia yang digunakan adalah NaOH sebanyak 0, 4 dan 8%. Serpih yang t elah lunak diberi perlakuan uap pada suhu 140oC dengan wakt u bervariasi yait u 10, 15 dan 20 menit . Pemisahan serat dilaksanakan pada t ekanan 2, 2 Bar. Pemut ihan pulp menggunakan hidrogen peroksida dalam dua t ahan. Tahap pert ama menggunakan konsent rasi 2% dan t ahap kedua 4%. Pulp put ih dij adikan lembaran set elah digiling sampai mencapai deraj at kehalusan serat 200 – 300 ml CSF.

Hasil penelit ian t ersebut menunj ukkan bahwa sif at pulp dari kayu mangium dengan

(12)

rendemen yang cukup baik yait u berkisar 69, 8 – 82, 5 %. Rendemen pulp t idak dipengaruhi oleh konsent rasi NaOH dan wakt u kukus.

D. Papan Serat

Teknologi pembuat an papan serat dikembangkan selain dalam rangka diversif ikasi produk hasil hut an, j uga unt uk menyempurnakan sif at kayu sehingga memenuhi persyarat an t eknis

penggunaan t ert ent u. Papan serat secara garis besar dibuat dari serpihan kayu yang mengalami perlakuan kimiawi, f isis, dan mekanis.

Uj i coba pembuat an papan serat kayu mangium memberikan hasil yang memuaskan dan memenuhi persyarat an yang dit et apkan FAO (1958) sepert i t ercant um dalam Tabel 16.

Tabel 16. Nilai rat a-rat a hasil penguj ian sif at papan serat kayu mangium (Acacia mangium

Willd. )

Karakteristik

Proses Hasil uj i coba Standar FAO

Konsumsi alkali (%) S 11, 63

-M

-Rendemen (%) S 85, 44

-M 85, 59

Kerapat an (g/ cm3) S 0, 98 0, 90 – 1, 05

M 1, 01

Kadar air (%) S 9, 71

-M 7, 01

Daya serap air (%) S 41, 94 10 – 30

M 19, 26

Pengembangan t ebal (%) S 25, 55

-M 13, 07

Ket eguhan t arik / / permukaan S 241, 77 210 – 400

M 227, 98

MOR S 441, 00 300 – 550

M 471, 35

MOE S 32 378, 51 28 000 – 56 000

M 41 022, 65

Sumber: Purba et al. (1989)

Ket erangan: S = Proses semi kimia soda panas t erbuka

M = Proses mekanis

Papan serat yang akhir-akhir ini dikembangkan adalah papan serat berkerapat an sedang (Medium Densit y Fiberboard/ MDF). Hasil penelit ian Asdar et al (1998) pada pembuat an MDF dari kayu mangium dengan proses aset ilasi memenuhi st andar FAO dan Jepang (JIS) sepert i t ercant um pada Tabel 17.

Tabel 17. Sif at f isis-mekanis MDF kayu mangium (Acacia mangium Willd. ) pada beberapa t ingkat persen penurunan berat

Sifat

Persen penurunan berat (WPG, %)

(13)

E. Kayu Lapis

Memed et al (1988) t elah menelit i pembuat an kayu lapis mangium menggunakan perekat urea f ormaldehida dengan komposisi 100 gram UF cair dengan ekst ender t epung t erigu berkadar 20% dan pengeras 0, 5 gram. Pelaburan perekat 170 gram per permukaan vinir int i per met er persegi, bahan kayu lapis dikempa dingin selama 10 menit dan dikempa panas 5 menit dengan t ekanan 15 kg/ cm2 pada suhu 110 oC memberikan hasil sepert i pada Tabel 18. Berdasarkan ket eguhan rekat nya maka kayu lapis mangium memenuhi st andar Indonesia (SNI), Jepang (JAS) dan Jerman (DIN).

Tabel 18. Karakt erist ik kayu lapis mangium

Karakteristik

Besaran

A. Dolok

- Panj ang, m 1, 30

- Diamet er, cm 38, 2

- Taper, cm/ m 2, 69

- Rasio diamet er min/ max 0, 89

B. Venir Sif at f isis:

- Kerapat an, g/ cm3 0, 75 0, 69 0, 70 0, 65 0, 67

- Kadar air, % 10, 77 9, 07 8, 46 8, 83 8, 88

- Pengembangan t ebal, % 12, 77b 5, 83 2, 47 0, 76 0, 68

Sif at mekanis:

- MOR, kg/ cm2 110 71 63 60 41b

- MOE, kg/ cm2 18848 14844 14258 10772 c 7919 c

- Ket eguhan rekat , kg/ cm2

1, 8 b 0, 67 b 0, 85 b 0, 73 b 0, 75 b

Sumber: Asdar et al (1998)

(14)

- Tebal, mm 1, 75

- Rendemen, % 52, 63

- Diamet er sisa kupasan, cm 15, 63

- Sudut kupas. o 90, 00

C. Sif at Fisis venir

- Kadar air (basah & kering udara), % 36, 16 & 8, 66

- Berat j enis 0, 61

- Penyusut an, % 8, 18

- Pengembangan, % 3, 32

- Rasio j umlah t ebal venir/ t inggi t umpukan

0, 71

D. Sif at Fisis-mekanis layu lapis

- Tebal, mm 0, 55

- Kadar air, % 10, 88

- Berat j enis 0, 64

- Ket eguhan rekat , kg/ cm2 16, 89

- Kerusakan kayu, % 75, 5

- Ket eguhan lent ur, kg/ cm2

• Sej aj ar serat

• t egak lurus serat

1480, 95 361, 28

- Ket eguhan t arik, kg/ cm2

• sej aj ar serat

• t egak lurus serat

672, 10 417, 18

- Ket eguhan t ekan, kg/ cm2

• sej aj ar serat

• t egak lurus serat

• 45 deraj at

347, 69 82, 45 145, 00

Sumber: Memed, Iskandar & Sut igno (1988)

F. Venir Lamina

Venir lamina digunakan ant ara lain unt uk komponen raket , bingkai laci, kaki kursi, t angkai payung, dll. Dibandingkan dengan kayu gergaj ian, pembuat an venir lamina akan menghasilkan rendemen lebih t inggi. Sedangkan kekuat annya dapat disesuaikan dengan permint aan. Hasil uj i coba pembuat an venir lamina dari kayu mangium dilaporkan oleh Iskandar (1999), memenuhi SNI sepert i disaj ikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Sif at f isis-mekanis venir lamina mangium (Acacia mangium Willd. )

Sifat yang diuj i A B C

a1

a2 a3 b1 b2 b3 c1

c2

c3

Kerapat an, g/ cm3 0, 59 0, 59 0, 59 0, 60 0, 60 0, 60 0, 61 0, 61 0, 61

Kadar air, % 11, 37 11, 22 11, 58 11, 44 11, 51 12, 01 11, 04 11, 21 10, 56

(15)

- 2 j am 0, 94 0, 98 0, 97 1, 02 1, 21 1, 37 1, 52 1, 45 1, 65

- 24 j am 2, 21 2, 45 2, 49 2, 72 2, 75 2, 67 2, 28 2, 37 2, 14

Ket eguhan rekat , kg/ cm2 9, 45 8, 78 8, 92 8, 39 8, 44 9, 01 8, 15 8, 77 8, 51

Kerusakan kayu, % 51, 00 57, 55 52, 12 50, 52 55, 24 52, 91 62, 41 58, 52 55, 71

Ket eguhan lent ur, kg/ cm2 561, 56 572, 22 598, 35 654, 70 671, 02 698, 94 711, 72 727, 46 820, 59

Delaminasi 0

0 0 0 0 0 0

0

0

Sumber: Iskandar (1999)

Ket erangan: A = 5 lapis; B = 7 lapis; C = 9 lapis

a1, b1, c1 = sambungan t egak; a2, b2, c2 = sambungan miring; a3, b3, c3 = sambungan j ari

G. Balok Lamina

Pembuat an balok lamina merupakan salah sat u cara unt uk mendapat kan bahan konst ruksi dari kayu berdiamet er kecil. Uj i coba pembuat an produk ini ant ara lain dilakukan oleh Ginoga (1998). Hasil penguj ian mut u kekuat an (st rengt h grade) berdasarkan lent ur, balok lamina mangium memenuhi st andar JAS dan t ergolong ke dalam E120-F330. Kekuat an geser rat a-rat anya sebesar 24, 35 kg/ cm2, kekuat an t ekan sej aj ar 379, 13 kg/ cm2 (kelas kuat II), sedangkan kekuat an delaminasinya belum memenuhi st andar JAS.

H. Papan Part ikel

Kliwon (1999) t elah melakukan uj i coba pembuat an papan part ikel dari kayu mangium dengan hasil yang cukup memuaskan. Papan yang dibuat adalah papan part ikel sat u lapis t ipe ekst erior berukuran 30 cm x 30 cm x 1, 5 cm dengan t arget kerapat an 0, 50 – 0, 70. Komposisi part ikel kasar (t ert ahan ayakan 5 mm x 5 mm), perekat f enol f ormaldehida dan pengeras

f araf ormaldehida berdasarkan berat adalah 800 : 160 : 4. Hasil uj i coba (Tabel 19)

menunj ukkan bahwa sif at f isis: kadar air, kerapat an dan pengembangan t ebal papan part ikel kayu mangium memenuhi syarat SNI. Demikian pula sif at mekanis ket eguhan lent ur sampai pat ah.

Tabel 20. Sif at f isis-mekanis papan part ikel kayu mangium (Acacia mangium Wild. )

Sifat papan partikel

Lama perendaman partikel dalam air dingin

0 j am 24 j am

48 j am

Kadar air, % 9, 40 8, 42 10, 08

Kerapat an, g/ cm2 0, 66 0, 63 0, 68

Ket eguhan lent ur, kg/ cm2 1117, 78 136, 73

137, 48

Ket eguhan rekat int ernal, kg/ cm2:

- Kering udara 12, 88 14, 48 20, 16

- Set elah direbus dalam air 100 oC 2 j am 0, 090 0, 091 0, 300

Kuat pegang sekrup, kg:

- Sej aj ar permukaan 15, 92 18, 16 15, 60

- Tegak lurus permukaan 25, 76 21, 92 21, 68

Pengembangan t ebal, %

- 2 j am set elah perendaman air dingin 8, 02 7, 05 8, 98

- 24 j am set elah perendaman air dingin 20, 68 19, 89 15, 34

- Set elah direndam air panas (100oC) selama 3 j am dalam keadaan basah

22, 60 20, 72 20, 46

- Set elah direndam air panas (100oC) selama 3 j am kemudian dikeringkan di oven sampai kering mut lak

16, 03 15, 80 15, 16

(16)

I. Papan Wol Kayu

Papan wol kayu adalah papan buat an yang t erdiri dari campuran wol kayu sebagai bahan ut ama, semen sebagai pengisi at au perekat , air dan bahan kimia sebagai bahan pembant u. Pembuat an papan wol menggunakan kalalisat or CaCl2 dan suspensi Ca(OH)2 sebanyak 2% dan

semen sebanyak 175% dari berat wol kayu. Wol kayu mangium yang kayunya berasal dari hut an alam t idak dapat langsung dibuat papan wol kayu karena hasilnya lembek (semen t idak mengeras). Hal ini dapat diat asi dengan cara merendam wol kayu dalam air dingin selama 24 j am.

Ukuran dan sif at wol kayu mangium yang berasal dari hut an alam dan hut an t anaman disaj ikan dalam Tabel 21 dan Tabel 22.

Tabel 21. Ukuran wol kayu

Asal kayu

Panj ang dolok (cm)

Tebal wol (mm) Panj ang wol (mm)Lebar wol (mm)

Hut an alam 40 0, 35 39, 96 0, 43

Hut an t anaman 40 0, 37 39, 05 0, 43

Sumber: Sulat inigsih et al (1988)

Tabel 22. Sif at f isis dan mekanis papan wol kayu mangium

Asal kayu

Katalisator

Tebal (cm) Kadar air (%)

Kerapatan (g/ cm2)

Pengurangan tebal akibat tekanan

(mm)*

Keteguhan lentur (kg/ cm2)

Alam Ca(OH)2

2, 38 9, 55 0, 49 2, 90

20, 51

Tanaman Ca(OH)2

2, 48 10, 17 0. 46 6, 64

39, 81

St andar Jerman 2, 50+3 -0, 2 0, 46 maks. 15

min. 10

Sumber: Sulast iningsih et al (1988) Ket erangan: * t ekanan 3 kg/ cm2

J. Perekat dari Tanin Kulit Mangium

Pemanf aat an t anin ekst rak kulit mangium sebagai bahan perekat kayu lapis t elah dilakukan di Puslit bang Hasil Hut an dan Sosek Kehut anan pada t ahun 1999. Unt uk memperoleh t anin dari kulit mangium kering dilakukan ekst raksi menggunakan air panas 70 oC dan 90 oC selama 4 j am dan dilakukan berulang-ulang sebanyak 9 kali. Hasil ekst rak t anin berupa cairan dikeringkan sehingga berupa serbuk krist al t anin.

Penggunaan t anin mangium sebagai campuran perekat f enol f ormal dehida masih memenuhi persyarat an ket eguhan rekat kayu lapis t ipe I menurut St andar Jepang. Komponen yang t erkandung pada t anin mangium didominasi ol eh senyawa yang berbobot molekul besar, Semakin t inggi pH t anin, kekent alan perekat semakin meningkat , dengan demikian wakt u gelat inasi semakin singkat . Disarankan bila t anin mangium akan digunakan sebagai campuran perekat f enol f ormaldehida, maka pH larut an t anin sebaiknya berkisar ant ara 8 – 11.

Tabel 23. Komposisi perekat dan sif at nya

Tanin

pH

Komposisi perekat

S i f a t

T (g)

FF (g) P

(g) A (cc) H (g)

1

(poise) 2

3 (menit)
(17)

9

30

100 20 5 2, 5 11, 5 11, 85

8

10

30

100 20 10 2, 5 11, 5 11, 85

8

11

30

100 20 10 2, 5 12, 0 11, 85

7

12

30

100 20 10 2, 5 12, 0 11, 90

7

13

30

100 20 10 2, 5 12, 5 11, 95

6

Kont rol 8, 0

0

100 20 - - 8, 0 11, 50

15

Sumber: Sant oso et al (1997).

ket erangan : T = Tanin; FF = Fenol f ormaldehida; P = Pengisi; A = Air; H = Pengeras; 1 = Kekent alan; 2 = pH perekat an; 3= Wakt u gelat inasi

K. Modif ikasi Kimia Kayu Ut uh

Tuj uan modif ikasi adal ah unt uk memperbaiki sif at f isis dan mekanis kayu ut uh dengan cara mengimpregnasi kayu dengan bahan kimia. Bahan kimia t ersebut harus mampu mengembangkan kayu unt uk menimbulkan penet rasi dan bereaksi dengan gugus hidroksil pada polimer dinding sel di bawah kondisi asam at au agak basa pada suhu < 120oC. Modif ikasi kimia dapat

memperbaiki st abilit as dimensi, kekerasan, ket ahanan abrasif , keawet an dan ket ahanan t erhadap api.

Salah sat u cara modif ikasi kimia adalah dengan f urf ulisasi. Tuj uan f urf ulisasi adalah unt uk menyempurnakan sif at kayu inf erior t erut ama kayu dari hut an t anaman, sehingga dapat memenuhi persyarat an t eknis yang dibut uhkan. Dari beberapa st udi yang t elah dilakukan sebelumnya diket ahui bahwa f urf ulisasi dapat meningkat kan berbagai sif at ket eguhan kayu dan ket ahanan kayu t erhadap serangan j amur dan serangga.

Dengan f urf ulisasi melalui perendaman kayu mangium dalam larut an alkohol 98% dan kat alis 5% ZnCl2 dimana komposisi campuran 95 : 5 dengan pelarut air, kayu mangium kering udara (kadar air 15-18%), dapat dit ingkat kan sif at st abilit as dimensi dan ket eguhan mekanisnya hingga 75% (Tabel 24 dan 25).

Tabel 24. Karakt erist ik st abilit as dimensi kayu mangium (Acacia mangium Wild. ) set elah dif urf ulisasi.

Perlakuan

Arah serat

Penambahan

berat (%)

Penambahan

dimensi (%)

Pengembangan (%)

EAP (%)

Kont rol Radial - - 2, 00

-Tangensial - - 3, 82

-Met ode 1 Radial 16, 73 1, 40 0, 49

75, 50

Tangensial 17, 18 3, 45 0, 89

76, 70

Met ode 2 Radial 22, 15 1, 84 0, 41

79, 50

Tangensial 24, 23 4, 29 0, 70

81, 68

Sumber: Balf as, J. (1995)

Ket erangan: EAP = Ef isiensi ant i pengembangan; Met ode 1 = Furf ulisasi pada KA kering udara; Met ode 2 = Furf ulisasi pada KA 6 – 8%.

Tabel 25. Karakt erist ik mekanis kayu mangium (Acacia mangium Wild. ) set elah dif urf ulisasi.

Perlakuan

Uj i

Arah serat Penambahan

berat (%) Keteguhan

Penambahan keteguhan (%)

Kont rol Kekerasan Radial - 365 -

Tangensial - 377 -

Tekan ? serat Radial - 235, 1 -

Tangensial - 230, 6 -

Geser / / serat Radial - 113, 1 -

(18)

Met ode 1 Kekerasan Radial 7, 15 497, 0 36, 16

Tangensial 7, 15 551, 0 46, 15

Tekan ? serat Radial 11, 57 377, 6 60, 61

Tangensial 11, 29 350, 8 52, 12

Geser / / serat Radial 15, 60 149, 0 31, 74

Tangensial 12, 98 225, 9 29, 60

Met ode 2 Kekerasan Radial 13, 41 501, 0 37, 26

Tangensial 13, 441 598, 0 58, 62

Tekan ? serat Radial 11, 73 437, 2 85, 96

Tangensial 11, 13 381, 7 65, 52

Geser / / serat Radial 16, 26 154, 8 36, 87

Tangensial 13, 69 249, 9 43, 37

Sumber: Balf as (1995)

L. Arang

Terdapat perbedaan yang mencolok ant ara arang kayu mangium yang berasal dari hut an alam dengan dari hut an t anaman. Rendemen arang dari hut an alam lebih t inggi dibanding dari hut an t anaman, sepert i t erlihat pada Tabel 26. Sif at -sif at lain t idak menunj ukkan perbedaan yang mencolok.

Tabel 26. Rendemen, sif at f isik dan kimia arang kayu mangium (Acacia mangium Willd. )

Asal kayu

Rendmen (%)

Kadar air (%)

Kadar abu (%)

Zat mudah menguap (%)

Kadar karbon terikat (%)

Nilai kalor (Kkal/ kg)

Hut an alam 65, 60

2, 57 0, 80 18, 18 81, 02

7275

Hut an t anaman 22, 30

2, 04 1, 66 23, 13 75, 21

7374

Sumber: Hart oyo (1993)

M. Arang Akt if

Arang akt if dibuat dengan cara perendaman arang dalam bahan pengakt if larut an H3PO4 dan akt ivasi uap pada suhu 900oC. Kualit as daya serap arang akt if yang dihasilkan memenuhi persyarat an SII, AWWA, arang akt if komersial dan Jepang.

Tabel 27. Sif at dan kualit as arang akt if kayu mangium (Acacia mangium Willd. )

Karakteristik

Nilai

Rendmen (%)

37,50

Kadar air (%)

9,36

Kadar abu (%)

2,58

Zat mudah terbang (%)

6,52

Fixed carbon (%)

90,90

Daya serap dalam Yod (mg/g)

1078

Sumber: Nurhayati (1994)

(19)

kayu mangium umur 6 dan 7 t ahun dengan konsent rasi NH4HCO3 0, 10% menghasilkan kualit as t erbaik karena daya serap t erhadap iodium dan benzena memenuhi st andar Jepang yait u masing-masing lebih besar dari 1. 050 mg/ g dan 35%.

N. Kompos

Pembuat an kompos daun mangium segar pada perangkat f erment asi t ermof olik manual (MTF) bert uj uan unt uk memproduksi kompos daun manghium secara cepat , menget ahui pot ensi unsur hara kompos daun dalam upaya pengembaliannya ke t anah disamping unt uk mengant isipasi t erj adinya kebakaran hut an (Nurhayat i, 1987).

Pembuat an kompos dengan MTF selain dihasilkan kompos baik, j uga proses f erment asi relat if lebih cepat . Karakt erist ik kompos kayu mangium disaj ikan dalam Tabel 28.

Tabel 28. Karakt erist ik cont oh uj i daun dan kompos mangium (Acacia mangium Wild. )

Karakteristik

Metode

SSF MTF

A. Ciri contoh uj i daun

1. Berat (kg) 20, 5 56, 5

2. Kadar air (%) 74, 05 75, 93

3. Kadar abu (%) 2, 48 2, 74

4. Nisbah CN -

-5. Keasaman (pH) 6, 8 6, 8

6. Berat padat an (kg) 5, 58 13, 60

B. Ciri contoh uj i daun

1. Berat kompos (kg) 17, 06 43, 50

2. Gas hasil (lit er) 272, 6 751, 2

3. Kadar air (%) - 51, 36

4. Lama f erment asi (hari) 25 24

5. Suhu (oC):

- Ferment or - 45-60

- Mant el air 45-55 42-62

6. Volume air pada mant el (lit er) - 112

7. Energi minyak t anamhunt uk suhu t ermof ilik - 1308

8. Keasaman (pH) 7, 0 6, 6

9. Nisbah CN 17, 03 16, 46

Sumber: Nurhayat i (1997)

Unsur hara kompos lebih t inggi dibanding daun sebelum dif erment asi, diasumsikan t ambahan unsur hara ini berasal dari kot oran sapi dan hasil dari biokonversi bahan organik oleh

mikrot ermof ilik sepert i cendawan, bakt eri dan prot ozoa. Unsur hara kompos, daun dan sampah kot a disaj ikan dalam Tabel 29.

Tabel 29. Unsur kompos MTF daun mangium dibanding daun sebelum f erment asi dan sampah kot a.

Unsur hara

Daun Kompos Kompos sampah kota

Nit rogen (N), % 1, 67 2, 74 1, 70

Phosphor (P), % 0, 11 0, 17 0, 41

Kalium (K), % 0, 78 0, 64 1, 59

(20)

Magnesium (Mg), % 0, 21 0, 23 0, 36

Sulf ur (S), % 0, 05 0, 24 0, 46

Ferrum (Fe), ppm 85 2752 -

Mangan (Mn), ppm 36 619 1173

Cuprum (Cu), ppm 4 33 64

Zinc (Zn), ppm 40 75 242

C-organik 59, 42 45, 10 -

C/ N 35, 58 16, 45 13

Sumber: Nurhayat i (1997)

Dihubungkan dengan pemanf aat an lahan unt uk rot asi penanaman mangium berikut nya, akan diperlukan kondisi t anah minimal sama dengan rot asi pert ama. Produksi kompos daun mangium dari t ebang habis memiliki pot ensi unsur hara sebagaimana t ercant um dalam Tabel 30.

Tabel 30. Pot ensi unsur hara dari kompos daun mangium per hekt ar.

Unsur hara

Jumlah (kg)

Nit rogen (N), 38, 03

Phosphor (P), 23, 59

Kalium (K), 88, 83

Kalsium (Ca), 158, 22

Magnesium (Mg), 31, 92

Sulf ur (S), 33, 31

Ferrum (Fe), 8, 60

Mangan (Mn), 38, 20

Cuprum (Cu), 0, 46

Zinc (Zn), 1, 04

C-organik 6259, 43

Sumber: Nurhayat i (1997)

V. SOSIAL DAN EKONOMI

A. Pengusahaan Kayu Mangium

Unt uk memenuhi kebut uhan bahan baku indust ri pengolahan kayu maka t elah dibangun Hut an Tanaman Indust ri (HTI). Kayu mangium yang digunakan sebagai bahan baku berbagai indust ri pengolahan kayu berasal dari HTI yang secara f inansial-ekonomis layak diusahakan. Berdasarkan asumsi-asumsi yang dit et apkan, hasil analisis Ef f endi (1994) t erhadap HTI mangium di beberapa t empat di Lampung, Riau, Jambi dan Kalimant an Barat membukt ikan bahwa j enis ini layak diusahakan sebagai sumber bahan baku indust ri kayu.

Asumsi-asumsi yang digunakan oleh Ef f endi (1994) adalah bahwa luas t anaman 10. 000 hekt ar, produksi kayu sisa t ebangan dari hut an rawang 15 m3/ ha, produksi kayu mangium 200 m3/ ha pada daur 8 t ahun at au riap 25 m3/ ha/ t ahun, rasio modal sendiri dan pinj aman 35 : 65, suku bunga pinj aman 12%, produksi kayu penj arangan mulai umur 3 t ahun sebesar 30 m3/ ha pada bonit a III (menengah), harga dolok hasil penj arangan Rp 20. 000, -/ m3 sebagai bahan baku serpih dan Rp 40. 000, -/ m3 sebagai kayu pert ukangan. Dari hasil pemanenan diasumsikan 80% digunakan unt uk bahan baku kayu serpih dan 20% unt uk kayu pert ukangan. Analisis dilakukan t erhadap biaya dan pendapat an, t it ik impas, NPV, sert a IRR.

(21)

luasan 10. 000 hekt ar pada akhir daur (8 t ahun) sebesar Rp 61. 500. 000. 000, -. Dari analisis dapat diket ahui bahwa t it ik impas (break even point , BEP) unt uk kayu mangium dicapai pada luasan < 10. 000 hekt ar. Pada suku bunga 5 %, 10 % dan 15 %, nilai NPV bernilai posist if , sedangkan pada suku bunga di at as 15 % NPV bernilai negat if . Hasil analisis IRR diperoleh bahwa unt uk mangium lebih besar 15 %.

B. Pengolahan Kayu Mangium

Penelit ian t ent ang sosial ekonomi pemanf aat an kayu mangium hingga saat ini belum selengkap sepert i penelit ian pada aspek t eknisnya. Dalam sari penelit ian ini dit ampilkan sat u hasil kaj ian t ekno-ekonomis t erhadap produk MDF kayu mangium. Hasil kaj ian yang dilakukan oleh Ef f endi

et al (2000) t erhadap sebuah indust ri MDF yang berbahan baku kayu mangium di Kalimant an Timur memperoleh dat a bahwa harga bahan baku adalah Rp 60. 000/ m3 dengan diamet er 7 - 25 cm. Set iap m3 MDF memerlukan 2, 5 m3 kayu dan j arak bahan baku ke indust ri dapat mencapai 250 km.

Komponen biaya produksi MDF sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya invest asi, biaya produksi langsung dan biaya produksi t idak langsung, dimana besarnya biaya invest asi unt uk membangun indust ri MDF dengan kapasit as 100. 000 m3 per t ahun adalah sebesar Rp 351 milyar (US $ 150

j ut a). Biaya rat a-rat a per m3 MDF sebesar Rp 479. 450, - yang t erdiri dari biaya produksi langsung sebesar Rp 315. 650, - dan biaya produksi t ak langsung sebesar Rp 163. 750, - pada t ingkat

produksi MDF sebesar 70. 000 m3 per t ahun dan harga j ual US $ 250 per m3.

VI. PENUTUP

Berdasarkan hasil-hasil penelit ian t erhadap kayu, kulit dan daun mangium yang mencakup sif at dasar maupun t eknologi pengolahannya yang t erangkum dalam high light ini, membukt ikan bahwa kayu j enis ini dapat dimanf aat kan unt uk berbagai t uj uan penggunaan. Beberapa kelemahan kayu mangium sudah dapat diant isipasi sehingga bisa memenuhi persyarat an t eknis penggunaannya. Dengan demikian secara t eknis semakin memant apkan penggunaan j enis ini dalam indust ri pulp dan kert as, kayu pert ukangan dan kayu energi.

Gambar

Tabel 1. Tebal gubal dan teras dolok kayu mangium (Acacia mangium Wild.) pada kondisi basah
Tabel 3. Angka bentuk dolok kayu mangium (Acacia mangium Wild.) menurut umur tanaman.
Tabel 4. Berat j enis dan kadar air kayu mangium (Acacia mangiumtanaman. Wild) menurut umur
Tabel 7. Hasil analisis kimia kayu mangium (Acacaia mangium Wild.) dari Sesayap, Kalimant an
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian sediaan akar pasak bumi tidak mempengaruhi fungsi hepar ditinjau dari hasil pengukuran kadar enzim ALT, AST, protein total, ALP, bilirubin total, bilirubin

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah sejauh mana pemahaman akan devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi dapat dimaknai sebagai sumber hidup beriman

PERKEMBANGAN PERSENTASE GURU LAYAK TERHADAP KEPALA SEKOLAH DAN GURU SELURUHNYA TIAP PROVINSI TREND OF PERCENTAGE OF QUALIFIED TEACHERS TO HEADMASTERS AND TEACHERS BY PROVINCE.

o Logika dari penyelesaian masalah dengan struktur algoritma. o karakteristik tipe data pada

Interpretasi yang mereka lakukan menentukan mereka akan memiliki konsep diri positif atau konsep diri negatif (Hurlock, 1992, h. 203) mengatakan bahwa umpan balik dari orang

 Sebelum proses perangkat lunak, perekayasa pertama- tama akan membangun dari konsep abstrak ke implementasi yang dapat di lihat, baru kemudian dilakukan pengujian. 

Penelitian yang dilakukan terdiri atas karakterisasi onggok tapioka, melakukan fermentasi medium untuk menentukan pengaruh suhu dan pH terhadap pertumbuhan Bacillus

Melalui surat ini kami sampaikan bahwa salah satu program Seksi Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Padang adalah Workshop Tematik Guru Kelas