• Tidak ada hasil yang ditemukan

01RPJPD RPJPD 2005 2025

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "01RPJPD RPJPD 2005 2025"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

... i

DAFTAR TABEL

... iii

DAFTAR GAMBAR

... v

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

...I-1

1.2. Landasan Hukum

...I-2

1.3. Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ..I-5

1.4. Maksud dan Tujuan

...I-6

1.5. Sistematika Penulisan ...I-7

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografis dan Demografi ...II-3

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

...II-15

2.3. Aspek Pelayanan Umum

...II-29

2.4. Aspek Daya Saing Daerah ...II-46

BAB Ill

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah ...lll-1

3.2 Isu Strategis ...lll-9

BAB lV

VISI DAN MISI DAERAH

(3)

5.2 Tahapan dan Prioritas ...V-13

BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN

6.1 Prinsip-Prinsip Kaidah Pelaksanaan ...Vl-2

6.2 Perubahan Dokumen Perencanaan ...Vl-3

BAB Vll

PENUTUP

(4)

Tabel 2.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2005 2009

ll-17

Tabel 2.2. Kontributor Pembentukan PDRB Kabupaten Lingga Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2005 2009

ll-17

Tabel 2.3. Distribusi Pembagian Pengeluaran per Kapita dan Rasio Gini

Di Kabupaten Lingga, 2007 2010

ll-20

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Miskin, Nilai P0, P1 dan P2 Kabupaten/Kota

Se-Provinsi Kepulauan Riau, 2011

ll-22

Tabel 2.5. Indeks Pembangunan Manusia/Kota/Propinsi Se-Kepulauan Riau

Dan Indonesia, serta Peringkatnya Tahun 2009

.. ll-25

Tabel 2.6. Presentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Dan Jenis Kelamin

ll-26

Tabel 2.7. Prentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin

. ll-27

Tabel 2.8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kabupaten Lingga

Tahun 2009

. ll-28

Tabel 2.9. Jumlah Murid, Sekolah dan Rasio Murid Sekolah Menurut Jenjang

Tahun 2009

..ll-32

Tabel 2.10 Jumlah Murid, Guru dan Rasio Murid Guru Menurut Jenjang ...

Pendidikan Tahun 2009

.. ll-32

Tabel 2.11. Panjang dan Status Jalan Tahun 2007 -2009

.. ll-34

Tabel 2.12. Nama Pelabuhan Laut Menurut Kelas dan Peranannya

.. ll-35

Tabel 2.13 Luas Dan Presentase Hutan Menurut Fungsi Tahun 2010

. ll-43

Tabel 2.14 Tipe Pertumbuhan Kabupaten Lingga Atas Harga Berlaku Menurut

(5)

Tabel 2.16 Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum dan Tenaga Kerja

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga 2008-2009 .. ll-51

Tabel 2.17 Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum dan Tenaga Kerja

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep

Tahun 2009

ll- 52

Tabel 2.18 Banyaknya Air Minum Yang di Salurkan Menurut Kategori

Pelanggan di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga

Tahun 2008 2009

.. ll-52

Tabel 2.19 Banyaknya Air Minum Yang di Salurkan Menurut Kategori Pelanggan

Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep 2009 ll-53

Tabel 3.1 Tahapan dan Skala Priritas Pembangunan RPJPN 2005 2025 . lll-11

Tabel 5.1 Indikator Kinerja Pembagunan Jangka Panjang

(6)

Gambar 1.1 Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya... I-6

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Lingga... ... II-4

Gambar 2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lingga, 1990 - 2010 ... II-13

Gambar 2.3 Diagram Presentase Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas

Berdasarkan Angkatan Kerja Tahun 2009

. ll-14

Gambar 2.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Tahun 2005 - 2009 II-16

Gambar 2.5 Presentase Pengeluaran Rata-rata Per kapita Penduduk selama

Sebulan di Kabupaten Lingga

ll-19

Gambar 2.6 Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin

Kabupaten Lingga Tahun 2008 - 2011

ll-21

Gambar 2.7 Nilai IPM Kabupaten Lingga Tahun 2004 2009

.. II-24

Gambar 2.8 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin Tahun 2009

ll-31

Gambar 2.9 Jumlah Kunjungan Kapal Menurut Bulan di Pelabuhan Dabo,

Daik, dan Senayang Tahun 2010 (Orang)

. . ll-35

Gambar 2.10 Jumlah Arus Penumpang Domestik Yang Berangkat dan Datang

Menurut Bulan di bandara Dabo Singkep, 2010 (Orang)

. ll-36

Gambar 2.11 Jumlah Koperasi Menurut Jenis Tahun 2010

.

ll-37

Gambar 2.12 Jumlah Produksi Palawija Menurut Komoditi Tahun 2010

ll-40

Gambar 2.13 Jumlah Produksi Perkebunan Menurut Komoditi di Kabupaten

Lingga, 2010 (TON)

..ll-41

Gambar 2.14 Jumlah Produksi Perikanan Laut Tahun 2002 2010 (TON) ... ll-42

Gambar 2.15 Banyaknya Objek Wisata Menurut Kecamatan di kabupaten

(7)

Gambar 2.17 Perkembangan Nilai Impor Melalui Kabupaten Lingga,

Tahun 2006 2010 (US$)

.. ll-45

Gambar 2.18 Jumlah Produksi Listrik Pada PT. PLN Tahun 2001 2010 (KWH) ll-50

Gambar 2.19 Kapasitas Produksi Air Minum di Perusahaan Air Minum

Menurut Bulan Tahun 2010 (M3)

ll-51

Gambar 5.1 Agenda/ Tema Pembangunan Jangka panjang Kabupaten

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak era otonomi daerah diberlakukan, pemerintah daerah

mengatur dan mengurus sendiri urusannya menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan. Dengan pemahaman yang lebih baik

terhadap permasalahan pembangunan dan isu strategis

masing-masing daerah, diharapkan kebijakan pembangunan dapat lebih

sesuai dengan prioritas masing-masing daerah yang selanjutnya

dapat menyelenggarakan pembangunan daerah yang mampu

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta

masyarakat. Di sini, penyeleggaraan otonomi daerah diharapkan

mampu meningkatkan daya saing daerah, melalui prinsip

demokrasi, pemerataan, keadilan dalam pembangunan,

meningkatkan daya guna potensi dan keanekaragaman sumberdaya

daerah.

Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam menyelenggarakan

pemerintahan, pemerintah daerah berkewajiban untuk menyusun

perencanaan pembangunan, baik jangka panjang, jangka menengah,

dan perencanaan tahunan. Penyelenggaraan pembangunan daerah

dilakukan secara integral dengan pembangunan nasional. Pasal

150 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dinyatakan bahwa dalam

rangka penyelenggaraan pembangunan daerah disusun perencanaan

pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem

perencanaan pembangunan nasional. Selanjutnya, pelaksanaan

ketentuan Pasal 154 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, telah

terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2008 tentang

(9)

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dalam undang-undang

dan peraturan pemerintah tersebut mengamanatkan kepada

Pemerintah Daerah untuk menyusun dokumen perencanaan

pembangunan daerah, yang salah satunya adalah Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). RPJPD disusun untuk

jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi dan

arah pembangunan daerah. RPJPD kabupaten/kota disusun dengan

mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi.

Dalam upaya mencapai tujuan utama pembangunan Kabupaten

Lingga maka perlu disusun dokumen perencanaan pembangunan

jangka panjang dengan memperhatikan karakteristik dan potensi

Kabupaten Lingga. Dokumen tersebut memuat tahapan-tahapan

pembangunan secara sistematis dan komprehensif yang dituangkan

dalam dokumen RPJPD Kabupaten Lingga. RPJPD Kabupaten Lingga

ini telah disusun sesuai dengan tahapan yang berlaku dan dalam

sistematika penulisan telah mengacu pada Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara

Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah.

1.2 Landasan Hukum

Landasan penyusunan revisi Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2005–2025 adalah:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4286);

b. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pembentukan

Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 146, Tambahan

(10)

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4355);

d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara(Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Repubublik Indonesia Nomor 4400);

e. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional(Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Repubublik Indonesia Nomor 4421);

f. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 125

Tahun 2004, Tambahan Lebaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali,

terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32

tahun 2004 tentang pemerintah daerah (lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan

lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

g. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lembaran Negara RI Nomor 4438);

h. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

i. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

j. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

(11)

Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4846);

k. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2011, tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234);

l. Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587);

m. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4578);

n. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737);

o. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Tatacara

Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4815);

p. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

q. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

(12)

r. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian,

dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

517);

s. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 2 Tahun

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2025; dan

t. Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2013

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lingga

Tahun 2011-2031.

1.3 Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Sesuai dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

maka kedudukan RPJPD Kabupaten Lingga Tahun 2005–2025

merupakan satu bagian yang utuh dari perencanaan pembangunan

tingkat provinsi dan nasional. RPJPD Kabupaten Lingga disusun

dengan mengacu pada RPJPD Provinsi Kepulauan Riau dan RPJP

Nasional. Hal ini demi menjamin sinkronisasi dalam perencanaan

pembangunan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat,

dengan tetap mengupayakan pengembangan secara optimal segenap

potensi Kabupaten Lingga sesuai dengan kondisi daerah dan

aspirasi masyarakat untuk mencapatai tujuan pembangunan

daerah.

Selanjutnya, RPJPD Kabupaten Lingga kemudian menjadi

pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) sebagai dokumen perencanaan pembangunan lima

tahunan. Untuk lebih jelasnya, posisi dan alur hubungan RPJPD

dengan dokumen perencanaan lainnya terlihat pada gambar

berikut ini:

(13)

Gambar. G-I.1

Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

1.4 Maksud dan Tujuan

RPJPD Kabupaten Lingga 2005–2025 disusun dengan maksud

untuk memberikan arah dan acuan bagi segenap komponen

pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Lingga dalam

mewujudkan tujuan pembangunan sesuai dengan visi, misi dan

arah kebijakan pembangunan dalam periode 20 (dua puluh) tahun.

Tujuan penyusunan RPJPD Kabupaten Lingga 2005–2025

adalah:

1. Memberikan arah pembangunan jangka panjang dan sasaran

pokok sebagai pedoman penyusunan RPJMD.

RPJPD PROV KEPRI RPJPN

5 TAHUN 20 TAHUN

RPJMN RKP

RPJMD PROV KEPRI

RENSTRA SKPD PROV KEPRI

1 TAHUN

RPJP Kab.

Lingga Kab. LinggaRPJMD Kab. LinggaRKPD

RENSTRA SKPD

Kab. Lingga RENJA SKPDKab. Lingga

RENSTRA K/L RENJA K/L

RKPD PROV KEPRI

(14)

2. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan

terpadu antara RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Kepulauan

Riau.

3. Sebagai pedoman bagi masing-masing pelaku pembangunan yang

bersifat sinergis, koordinatif dan saling melengkapi satu

dengan yang lainnya di dalam satu pola sikap dan pola

tindak.

1.5 Sistematika Penulisan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten

Lingga Tahun 2005-2025 disusun dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan; berisi latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan RPJPD, landasan hukum, dan hubungan RPJPD dengan dokumen perencanaan lainnya.

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah; menggambarkan kondisi umum daerah mencakup aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah.

BAB III Analisis Isu-isu Strategis; mengemukakan

permasalahan pembangunan, isu/kebijakan

internasional, nasional, regional dan isu-isu strategis pembangunan Kabupaten Lingga.

BAB IV Visi dan Misi Pembangunan Jangka Panjang; memuat pernyataan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan jangka panjang daerah.

BAB V Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang; berisi arah kebijakan pembangunan, sasaran pokok masing-masing arah kebijakan pembangunan dan tahapan pembangunan.

BAB VI Kaidah Pelaksanaan; berisi prinsip-prinsip kaidah pelaksanaan, mekanisme pelaksanaan, pemantauan, pengendalian, dan evaluasi hasil RPJPD.

(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambaran Umum kondisi daerah Kabupaten Lingga memberikan

gambaran awal tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan

Kabupaten Lingga secara umum. Gambaran umum tersebut menjadi

pijakan awal penyusunan rencana pembangunan 20 (dua

puluh)tahun kedepan melalui pemetaan secara objektif kondisi

daerah dari aspek geografi dan demografi, kesejahteraan

masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Kabupaten Lingga telah

dikenal beberapa abad silam sebagai Kerajaan Melayu Lingga dan

mendapat julukan “Negeri Bunda Tanah Melayu”. Pada kurun waktu

1722-1911, terdapat dua kerajaan melayu yang berkuasa dan

berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaan dan

Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan.

Sebelum ditandatanganinya Treaty of London, maka kedua

Kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga

kerajaan tersebut menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya

pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah

meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura, dan

sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaan

terletak di wilayah Pulau Penyangat dan menjadi terkenal di

seluruh wilayah nusantara dan juga kawasan Sepenanjung Malaka.

Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah

Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh

Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden

untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda

(16)

dijadikan sebuah karesidenan yang dibagi menjadi dua afdelling

yaitu: Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau–

Lingga, Indragiri Hilir, dan Kateman yang kedudukannya

beradadi wilayah Tanjungpinang dan sebagai penguasanya

ditunjuk seorang Residen.

Berdasarkan Surat Keputusan dari delegasi Republik

Indonesia (RI) maka Propinsi Sumatera Tengah pada tanggal 18

Mei 1950 menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan

Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang

dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi

empat daerah kewedanan sebagai berikut:

1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan (termasuk Kecamatan Bintan Timur, Galang,

Tanjungpinang Barat, dan Tanjungpinang Timur sekarang).

2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur, dan Moro.

3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep, dan Kecamatan Senayang.

4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan

Bunguran Timur.

Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja,

Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran

Timur. Berdasarkan Undang - Undang No. 53 Tahun 1999 dan UU

No. 13 Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi

3 kabupaten yang terdiri dari: Kabupaten Kepulauan Riau,

Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah Kabupaten

Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan saja,meliputi:

Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga, Kecamatan Senayang,

(17)

Bintan Timur, Kecamatan Tambelan, Kecamatan Tanjungpinang

Barat, dan Kecamatan Tanjungpinang Timur. Kemudian dengan

diterbitkannya Undang - Undang No. 5 tahun 2001, maka Kota

Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang

yang mana statusnya sama dengan kabupaten yang membawahi

Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur. Dengan

demikian, maka Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi

Kecamatan Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan

Utara, Bintan Timur dan Tambelan.Pada akhir tahun 2003

dibentuklah Kabupaten Lingga sesuai dengan UU No. 31/2003

tanggal 18 Desember 2003, yang mana memiliki wilayah Kecamatan

Singkep, Singkep Barat, Lingga, Lingga Utara dan Senayang.

1.1. Aspek Geografis dan Demografi

Aspek geografi dan geografi mengambarkan karateristik lokasi

wilayah pengembangan wilayah, kerentanaan wilayah dan domegrafi

Kabupaten Lingga.

Kabupaten Lingga terletak di antara 0 derajat 20 menit

Lintang Utara dengan 0 derajat 40 menit Lintang Selatan dan 104

derajat Bujur Timur dan 105 derajat Bujur Timur. Luas wilayah

daratan dan lautan mencapai 45.456,7162 km persegi dengan luas

daratan 2.117,72 km persegi dan lautan 43.338,9962 km persegi.

Wilayahnya terdiri dari 531 buah pulau besar dan kecil. Tidak

kurang dari 95 buah diantaranya sudah dihuni, sedangkan sisanya

436 buah walaupun belum berpenghuni sebagiannya sudah

dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas kegiatan pertanian,

khususnya pada usaha perkebunan.

Kabupaten Lingga secara administrasi berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kota Batam dan laut Cina Selatan;

(18)

Sebelah Barat : Laut Indragiri Hilir;

Sebelah Timur : Laut Cina Selatan.

Gambar. G-II.1

Peta Wilayah Kabupaten Lingga

Sumber: Dokumen LPPD Kab. Lingga, 2010

1.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Karateristik lokasi dan wilayah pada sub bab ini

menjelaskan tentang luas dan batas wilayah serta letak dan

kondisi geografis Kabupaten Lingga.

(19)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31

tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi

Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga mempunyai luas wilayah

daratan dan lautan mencapai 211,772 km2 dengan luas daratan

2.117,72 km2(1%)dan lautan 209,654 km2 (99%). Jumlah pulau yang

terdapat di Kabupaten Lingga sebanyak 604 pulau besar dan

kecil, dengan 87 pulau berpenghuni dan 518 buah pulau

diantaranya belum berpenghuni.

b. Letak dan Kondisi Geografis

Secara Geografis Kabupaten Lingga terletak di antara0°

00’ - 1° 00’ Lintang Selatan dan 103° 30’ - 105°00’ Bujur

Timur.

Topografi

Jika dilihat dari topografinya, sebagian besar daerah di

Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit. Berdasarkan data dari

Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat 73.947 ha yang

berupa daerah berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya

sekitar 11.015 ha.Pada dasarnya, wilayah Kebupaten Lingga

memiliki kemiringan yang ideal untuk dikembangkan sebagai

kawasan perkotaan, karena hampir mencapai 65 %, wilayah

kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0–2 %, disusul oleh

wilayah dengan kemiringan di atas 40 % yaitu mencapai hampir

17%.

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Lingga pada umumnya

adalah podsolik merah kuning, litosol, dan organosol. Adapun

lapisan tanahnya berstruktur remah sampai gumpal. Sedangkan

lapisan bawahnya berselaput liat dan teguh. Sementara untuk

jenis batu - batuannya, batuan Pluton Asam (Acid Pluton) yang

(20)

di bagian barat Pulau Lingga, selain itu terdapat juga batuan

endapan dari Zaman Prateseiser yang tersebar di seluruh Pulau

Lingga.

Geomorfologi

Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya,

daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan

morfologi, yaitu:

1)

Dataran

Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan

lereng medan antara 0-5% (0-30), ketinggian wilayah antara

18-45 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang

termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi

sangat rendah. Penyebaran satuan ini adalah di bagian

timurdaerah pemetaan.

2)

Perbukitan bereliefhalus

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan

bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5-15%

(3-80), ketinggian wilayah antara 45 -144 meter di atas

permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam satuan

morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah. Perbukitan

berelief sedang

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan

bergelombang sedang dengan kemiringan lereng medan 15-30%

(8-170) dengan ketinggian wilayah 150-400 meter di atas

permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan

morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah sampai

menengah.

(21)

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan

bergelombang agak kasar dengan kemiringan lereng 30 - 50%

(17 - 270),dengan ketinggian wilayah 200- 550 meter di atas

permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan

morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah.

4)

Perbukitan bereliefkasar

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan

bergelombang kasar dengan kemiringan lereng 50 70% (27

-360),dengan ketinggian wilayah 225- 644 meter di atas

permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan

morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi.

5)

Perbukitan bereliefsangat kasar sampai hampir tegak

Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan

bergelombang sangat kasar dengan kemiringan lereng lebih

besar dari 70% (>360), dengan ketinggian wilayah 262 - 815

meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk

dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat

tinggi, terutama erosi vertikalnya.

Iklim dan Hidrologi

Kabupaten Lingga mempunyai iklim tropis dan basah dengan

variasi curah hujan rata-rata 216,7 mm sepanjang tahun 2009.

Setiap bulannya curah hujan cenderung bervariasi. Sementara

pada bulan desember merupakan bulan dengan curah hujan paling

banyak.

Berdasarkan data–data yang ada dapat diketahui bahwa

iklim di daerah Lingga mempunyai sifat-sifat yaitu suhu

rata-rata 26,8⁰C; kelembaban relatif rata-rata 84%; Kecepatan angin rata-rata 5 knot; tekanan udara rata-rata 1009,4

millibar;jumlah curah hujan rata-rata 13,5mm/hari. Kabupaten

(22)

air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi pertanian ataupun

kegiatan yang lainnnya. Di Kabupaten Lingga mempunyai potensi

air yang surplus sepanjang tahun, dengan jumlah curah hujan

yang berkisar antara 2000-3500 mm/thn dengan kondisi air

surplus maka potensi sumber daya air cukup besar yang dapat

dimanfaatkan,

Ketinggian

Ketinggian di kabupaten Lingga berkisar antara

0-1.272 mdpl, sebagian besar daerah di Kabupaten Lingga adalah

berbukit-bukit. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan

Nasional (BPN), terdapat 73.947 ha yang berupa daerah

berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya sekitar 11.015

ha.

Kemampuan Lahan

Berbagai aspek geologi tata lingkungan yang ditemui

di Kabupaten Lingga antara lain, kemampuan lahan hidrogeologi,

kemampuan lahan morfologi - kestabilan lereng, kemampuan lahan

pertambangan dan kemampuan lahan bencana alam. Sebagai dasar

dalam melakukan analisis kemampuan lahan digunakan sebagai

pedoman adalah peta geologi kuarter yang merupakan peta

geologi yang memperlihatkan proses pembentukan alam pada

periode kuarter sampai sekarang sehingga informasi yang

diperoleh akan lebih relevan.

a) Kemampuan Lahan Morfologi-Kestabilan Lereng

Kestabilan lereng erat kaitannya dengan morfologi dan

sifat batuan/tanah. Untuk wilayah Kabupaten Lingga, sifat

tanah/batuan pada umumnya juga dapat dikatakan stabil,

kecuali wilayah yang terdiri dari endapan lempung laut

(M), serta endapan sungai yang muda.

(23)

Kemampuan lahan hidrogeologi didasarkan kondisi topografi

(morfologi), jenis batuan dan pola aliran sungai, juga

kenampakannya di lapangan. Kemampuan lahan hidrogeologi

Kabupaten Lingga adalah kemampuan lahan mata

air,kemampuan lahan air tanah dangkal dan kemampuan lahan

air daerah pantai.

c) Kemampuan Lahan Mata Air

Suatu wilayah yang berfungsi sebagai tempat munculnya

mata air di permukaan. Biasanya pada lereng punggung

perbukitan, dicirikan oleh mulai berkembangnya sungai di

beberapa tempat dapat pula dikontrol oleh perselingan

litologi.

Pola aliran meandering mulai sedikit tampak tetapi disini

proses sedimentasi umumnya belum terjadi kecuali pada

sungai-sungai yang agak besar, kemampuan lahan mata air

berpengaruh regional dalam kesetimbangan air khususnya

air permukaan.

Wilayah di Kabupaten Lingga yang memiliki kemampuan

sebagai lahan mata air adalah diantaranya Sungai Sergang

di Kecamatan Singkep, Pelakak Kecamatan Singkep, Pulau

Penuba Kecamatan Lingga, Kampung Putus Kecamatan Lingga,

sekitar Sungai KetonKecamatan Lingga, Kudung Kecamatan

Lingga, Teluk tebing Kecamatan Lingga Utara, dan sekitar

Limbong dan Sungai Limbong Kecamatan Lingga Utara.

d) Kemampuan Lahan Air Tanah Bebas

Kemampuan lahan air tanah bebas adalah suatu wilayah yang

didominasi oleh kedalaman mukaair tanah bebas sampai

dangkal. Biasanya pada daerah landaian sampai dataran,

dicirikan oleh pola aliran sungai yang kadang meandering

(24)

erosi lateral sudah nyata berkembang membentuk penampang

sungai U.

Kemampuan lahan air tanah bebas mempunyai pengaruh atas

ketersedian air tanah dangkal yang sangat bermanfaat

untuk kehidupan. Litologi di daerah ini berupa endapan

aluvial yaitu endapan limpah banjir dan endapan sungai

muda (sungai aktif). Batuan di daerah zona air tanah

bebas ini umumnya telah lapuk menjadi lempung (tanah

liat) berwarna abu-abu kecoklatan. Sebagian besar wilayah

di Kabupaten Lingga mempunyai zona lahan air tanah bebas

(zona air tanah dangkal).

e) Kemampuan Lahan Hidrologi Pantai

Kemampuan lahan hidrologi pantai adalah suatuwilayah yang

berfungsi sebagai daerah pantai serta fungsi pelestarian

air tanah tawar. Fisiografinya datar serta litologinya

aluvium pantai. Bentuk sungai menganyam dan dimuaranya

terbentuk endapan delta ataupun tidak. Proses sedimentasi

kuat dan arus lemah.

Kemampuan lahan hidrologi pantai sangat mempengaruhi tata

air dengan fungsi penahan intrusi air laut dan abrasi air

laut, yang termasuk kawasan pantai adalah sepanjang

pantai timur dan utara Lingga termasuk Kecamatan Lingga

Utara, Kecamatan Lingga bagian Selatan. Kemampuan lahan

hidrologi pantai ini dibagi dua zona, yaitu zona pantai

sendiri dan zona rawa.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Kabupaten Lingga memiliki sejumlah potensi yang perlu

dikembangkan demi kesejahteraan masyarakat serta kemajuan

(25)

terdapat pada sektor pertanian, perkebunan,kehutanan,

perikanan dan pariwisata.Potensi pengembangan kawasan di

Kabupaten Lingga di klasifikasikan menjadi 3 kawasan strategis

yaitu: kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi,

kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, dan

kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya

dukung lingkungan. Pengembangan pembangunan kawasan tersebut

dalam pembangunan jangka panjang diselaraskan dengan rencana

rencana tata ruang wilayah Kabupaten Lingga.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Di beberapa wilayah Kabupaten Lingga yang meliputi

Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara

serta Kecamatan Singkep, terindikasi termasuk wilayah rawan

bencana, terutama wilayah yang memiliki kemiringan lereng

lebih besar dari 70% (>360), ketinggian wilayah 262-815 meter

di atas permukaan laut, dan tingkat erosi sangat tinggi

terutama erosi vertikalnya. Dengan rasio luas daratan 2.117,72

km2(1 %)dan lautan 209,654 km2 (99%). Dapat dipastikan ancaman

abrasi laut didukung dengan perubahan cuaca yang ekstrim dapat

saja terjadi.

Aktivitas penambangan timah, pembabatan hutan dan

pembangunan yang terus meningkat, akan menuntut dibukanya

jaringan jalan lintas wilayah perkotaan pedesaan dan fasilitas

publik lainnya, sehingga dapat dipastikan jika tidak dilakukan

pengendalian secara baik maka akan mempercepat kerusakan

ekosistem lingkungan hidup. Kerusakan ekosistem dengan

mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali akan

cenderung menimbulkan bencana longsor dan banjir.

Bencana gempa bumi, air pasang, angin ribut walaupun tidak

(26)

masa 20 tahun mendatang, sehingga upaya-upaya penanggulangan

bencana dan penyadaran masyarakat bahwa wilayah Kabupaten

Lingga merupakan daerah yang rawan bencana harus terus

dilakukan.

2.1.4. Demografi

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari suatu

pembangunan, sebagaiman tertuang dalam Garis-Garis Besar

Haluan Negara (GBHN). Pembangunan yang dilaksanakan adalah

dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya, untuk itu,

maka pemerintah pusat telah melaksanakan berbagai usaha dalam

rabgka untuk memecahkan masalah kependudukan. Salah satu usaha

untuk menekan laju pertumbuhan penduduk tersebut dilakukan

pemerintah melalui program Keluarga Berencana (KB)

Jumlah penduduk di Kabupaten Lingga meningkat yaitu

sebesar 0,95% bila dibandingkan tahun 2004, dimana pada tahun

2009 berjumlah 85,867 jiwa, sedangkan pada tahun 2004

berjumlah 81,898 jiwa. Dengan tingkat kepadatan penduduk 39

jiwa per km2.

Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah

setiap tahun tidak diimbangi dengan persebaran penduduk.

Menurut hasil Sensus Penduduk 2010 penduduk dari Kabupaten

Lingga tercatat 86.244 jiwa dengan kepadatan penduduk 41 jiwa

per km2. Dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2000

penduduk Kabupaten Lingga bertambah sebanyak 6.793 jiwa.

Penduduk terbanyak dan kepadatan tertinggi tercatat di

Kecamatan Singkep yaitu sebanyak 28.005 jiwa dengan kepadatan

57 jiwa per km2. Kecamatan yang memiliji penduduk paling rendah

adalah Kecamatan Lingga Utara yaitu 10.186 jiwa dengan

(27)

LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK

KABUPATEN LINGGA, 1990 - 2010

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2011

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kepadatan penduduk

tahun 2009–2030, kepadatan penduduk tahun 2025 di Kabupaten

Lingga secara menyeluruh masih berada di bawah 1 jiwa/Ha,

atau 83 jiwa/Km2. Kecamatan Lingga merupakan kecamatan dengan

kepadatan penduduk paling rendah/kecil, yaitu hanya sebesar 47

jiwa/Km2. Dilihat dari kategori kepadatan penduduk, kepadatan

penduduk Kabupaten Lingga baik dirinci perkecamatan atau untuk

kabupaten pada akhir tahun rencana (tahun 2025) tergolong

kedalam kepadatan penduduk dengan kategori “rendah”.

Kapasitas/daya tampung Kabupaten Lingga terhadap jumlah

penduduk tahun 2030, secara umum “masih mencukupi” untuk

menampung jumlah penduduk pada tahun 2030 yang berjumlah

174.942 jiwa. Begitu juga bila dirinci perkecamatan, daya

tampung semua kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga pada

tahun 2030 mendatang masih dapat menampung jumlah penduduk

yang bertambah. Meskipun begitu perlu dilakukan arahan

penyebaran penduduk agar merata dan tidak hanya terkonsentrasi

di suatu tempat.

Ketenagakerjaan

Data tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia 15

tahun keatas yang termasuk angkatan kerja hampir berbanding

1.23

0.24

0.82

0.00 0.50 1.00 1.50

(28)

sama dengan jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja. Jumlah

penduduk yang merupakan angkatan kerja sebanyak 36.219 jiwa

(26,378%) dan jumlah penduduk bukan angkatan kerja sebanyak

37.223 jiwa (42,14%). Dalam kurun waktu 5 tahun (2004-2008)

secara persentase terjadi peningkatan yang tidak terlalu

besar, hanya berkisar 5–6% untuk jumlah penduduk berdasarkan

angkatan kerja. Dan dengan mengasumsikan bahwa persentase

angkatan kerja serta bukan angkatan kerja pada Tahun 2008 sama

dengan Tahun 2009, maka jumlah penduduk angkatan kerja di

Kabupaten Lingga laki – laki adalah 34.159 jiwa dan perempuan

27.281 jiwa.

Gambar. G-II.2

Diagram Persentase Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas Berdasarkan Angkatan Kerja Tahun 2009

Sumber:

Jumlah penduduk Kabupaten Lingga menurut lapangan usaha

dikelompokkan ke dalam penduduk yang bekerja di lapangan usaha

pertanian, industri pengolahan, perdagangan, jasa dan lainnya.

Dilihat dari lapangan usaha yang ada dan dengan menggunakan

persentase yang diperkirakan sama pada tahun 2009 sebagian

besar penduduk di Kabupaten Lingga bekerja di sektor

6.10%

33.85%

3.74% 53.52%

2.79%

Bekerja

Mencari Pekerjaan

Sekolah

Mengurus Rumah tangga

(29)

pertanian, yaitu sebanyak 13.508 jiwa atau sebesar 39,54 %.

Selain bekerja di sektor pertanian, penduduk di Kabupaten

Lingga juga banyak bekerja di sektor jasa yaitu sebanyak 6.947

jiwa atau sebesar 20,34 %.

Dilihat dari laju pertumbuhan menurut lapangan usaha,

persentase jumlah penduduk menurut usaha pertanian pada tahun

2004 mendominasi yaitu sekitar 55,90% dan menurun lebih 15%

pada tahun 2008. Penurunan presentase pada lapangan usaha

pertanian terserap pada lapangan usaha industri pengolahan

serta jasa.

1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan tentang

perkembangan kesejahteraan Kabupaten Lingga, ditinjau dari

sisi kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi,

kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.

a. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Gambaran umum ditinjau dari kesejahteraan masyarakat dan

pemerataan ekonomi didasarkan atas indikator pertumbuhan

ekonomi, PDRB perkapita dan pendapatan perkapita serta penduduk

miskin. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator

ekonomi makro yang dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan

ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lingga pada tahun

2009 adalah sebesar 6,63%, mengalami perlambatan jika

(30)

Gambar. G-II.3

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Tahun 2005-2009

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 Ket:

*)Angka Perbaikan **)Angka Sementara

Jika dilihat pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha

pada tahun 2005-2009 hampir seluruh sektor mengalami

pertumbuhan positif. Bahkan untuk beberapa sektor laju

pertumbuhannya mencapai lebih dari 10%. Namun, perlu

diperhatikan bahwa walaupun secara persentase, kenaikan laju

pertumbuhan beberapa sektor tersebut cukup besar namun secara

besaran nominal nilainya masih sangat kecil.

Laju pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha untuk 3

sektor tertinggi adalah sektor Bangunan(13,16%), Pengangkutan

dan Komunikasi(12,03%),dan Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan (11,60%). Sektor bangunan terjadi pertumbuhan

setiap tahunnya dikarena meningkatnya pembangunan fisik

diKabupaten Lingga,seperti pembangunan gedung sekolah,gedung

perkantoran,pustu, polindes, pembangunan infrastruktur jalan,

jembatan dan dermaga serta pembangunan fisik lainnya. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel. T-II.1 berikut ini. 6.05

6.5

6.71 6.65

6.63

(31)

Tabel. T-II.1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005–2009(%)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**

1. Pertanian 4,15 5,60 5,35 4,37 3,56

2. Pertambangan & Penggalian 7,47 10,07 10,67 10,72 10,73

3. Industri Pengolahan 6,13 (3,30) (1,19) (0.97) (0,08)

4. Listrik,Gas & Air Bersih 6,25 5,16 4,77 6,69 5,80

5. Bangunan 8,09 12,15 13,01 13,15 13,16

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8,79 11,88 11,05 11,29 11,26

7. Pengangkutan & Komunikasi 9,28 13,16 11,46 12,06 12,03

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

7,44 13,42 11,25 11,66 11,60

9. Jasa-Jasa 4,71 10,81 10,43 10,67 10,66

PDRB 6,05 6,50 6,71 6,65 6,63

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 Keterangan:

*)Angka Perbaikan **) Angka Sementara

Tabel. T-II.2.

Kontributor Pembentukan PDRB Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (%)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008* 2009**

1. Pertanian 41,63 40,41 39,26 38,16 37,01

2. Pertambangan & Penggalian 1,58 1,64 1,72 1,77 1,82

3. Industri Pengolahan 15,82 14,16 12,92 11,66 10,73

4. Listrik,Gas & Air Bersih 0,24 0,24 0,23 0,23 0,22

5. Bangunan 5,97 6,98 7,92 8,57 9,12

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 18,71 19,53 20,24 21,18 22,00

7. Pengangkutan & Komunikasi 7,98 8,60 8,95 9,49 9,88

8. Keuangan, Persewaan &

JasaPerusahaan 3,60 3,79 3,90 3,98 4,13

9. Jasa-Jasa 4,46 4,66 4,86 4,97 5,09

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: LKPJ-AMJ Tahun Anggaran 2005-2010 Keterangan:

(32)

Tabel. T-II.2 menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki

peranan yang sangat besar dalam penciptaan nilai tambah pada

perekonomian Kabupaten Lingga dalam kurun waktu empat tahun

terakhir, dengan kontribusi diatas 37%, namun memiliki

kecenderungan sumbangan yang terus menurun dari 41,63% pada

tahun 2005 menjadi 37,01 pada tahun 2009. Subsektor yang

memegang peranan penting pada sektor ini adalah perikanan.

Kemudian kontributor terbesar kedua adalah sektor perdagangan,

hotel dan restoran yaitu 22,00%. Berbeda dengan sektor

pertanian, sektor ini memiliki kecendrungan yang positif,

yaitu 18,71% pada tahun 2005 menjadi 22,00% pada tahun 2009.

Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini masih menjanjikan

untuk diminati oleh para pedagang karena wilayah Kabupaten

Lingga merupakan daerah persimpangan atau transit perjalanan

laut. Sub sektor perdagangan besar dan eceran merupakan

kontributor terbesar terhadap pembentukan nilai tambah di

sektor ini. Sedangkan sektor yang paling kecil memberikan

kontribusi pembentukan PDRB adalah sektor Listrik, Gas dan Air

bersih yang hanya 0,22%.

Pengeluaran Rumah Tangga

Salah satu survei yang diselenggarakan BPS setiap tahun

dan sangat dibutuhkan pemerintah sebagai alat monitoring

program pembangunan khususnya bidang sosial adalah Survei

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data yang dicakup pada

kegiatan Susenas ini diantaranya adalah pengeluaran rumah

tangga dan konsumsi rumah tangga yang dibedakan menjadi

konsumsi makanan dan bukan makanan.

Data pengeluaran yang dibedakan menurut kelompok makanan

dan bukan makanan ini dapat digunakan untuk melihat pola

(33)

dari pendapatan) dapat pula dihitung tingkat ketimpangan

pendapatan. Pada kondisi pendapatan terbatas, pemenuhan

kebutuhan makanan akan menjadi prioritas utama sehingga pada

kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa

sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan.

Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun akan

terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi

pendapatan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan

untuk bukan makanan.

Secara umum, pengeluaran rata-rata per kapita di Kabupaten

Lingga mengalami kenaikan, yaitu dari Rp 598.239 pada tahun

2010 menjadi Rp 734.482 pada tahun 2011.

Gambar. G-II.4

Persentase Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Penduduk

Selama Sebulan Di Kabupaten Lingga

2008-2011 (Persen)

Dari data susenas 2011 tercatat bahwa penduduk Kabupaten

Lingga menghabiskan sekitar 55,85 persen dari pendapatannya

2008 2009 2010 2011

62.34 64.19 61.36 55.85

37.66 35.81 38.64 44.15

(34)

untuk belanja makanan, angka ini cenderung menurun dari tahun

sebelumnya yang sebesar 61,36 persen. Sedangkan 44,15 persen

sisanya digunakan untuk belanja non makanan yang jika dilihat

persentasenya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.

Distribusi Pendapatan

Salah satu indikator ekonomi makro untuk menilai tingkat

ketidakmerataan (ketimpangan) pendapatan penduduk adalah

dengan menggunakan Indeks Gini atau Gini ratio dan Kriteria

Bank Dunia. Semakin kecil indeks Gini maka semakin kecil

ketimpangan distribusi pendapatan.

Pada tahun 2011, 40 persen penduduk yang berpengeluaran

rendah menerima 20.81 persen dari seluruh pendapatan. Angka

ini menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 21.53.

Penurunan juga terjadi pada kelompok penduduk berpengeluaran

sedang yaitu dari 39.49 menjadi 38.31. Sedangkan pada kelompok

penduduk berpengeluaran tinggi terjadi peningkatan persentase

yaitu dari 38.99 pada tahun 2010 menjadi 40.88 pada tahun

2011.

Tabel. T-II.3.

Distribusi Pembagian Pengeluaran per Kapita dan Rasio Gini

di Kabupaten Lingga, 2007 - 2010

Tahun

2011 20.81 38.31 40.88 0.312

2010 21.53 39.49 38.99 0.303

2009 21.28 38.97 39.75 0.308

2008 20.36 40.32 39.32 0.315

2007 23.48 42.67 33.86 0.242

(35)

Indeks gini mengalami peningkatan yaitu sebesar 0.303 pada

tahun 2009 menjadi 0.312 pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan

bahwa pola distribusi pengeluaran penduduk cenderung membaik.

Penduduk Miskin

Indikator jumlah dan persentase penduduk miskin merupakan

salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan

penduduk. Mengindentifikasi seseorang dikatakan miskin

bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan karakteristik

penduduk miskin antar daerah seringkali berbeda. Sementara di

sisi lain, penentuan kriteria penduduk miskin juga menuntut

agar keterbandingan antar daerah dapat dilakukan.

Gambar. G-II.5

Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Lingga Tahun 2008-2011

Dari gambar di atas dapat dilihat penduduk miskin dan

tingkat kemiskinan (persentas penduduk miskin) di Kabupaten

Lingga dari tahun ke tahun mengalami penurunan secara

signifikan. Pada tahun 2008 tingkat kemiskinan Kabupaten

16.0700 14.8600 13.6500 12.0500

(36)

Lingga 18,19%, tahun 2011 mengalami penurunan yang signifkan

menjadi 12,98%. Hal ini disebabkan karena adanya

program-program pemerintah daerah yang menjadi prioritas dalam

pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga dapat mengurangi

jumlah penduduk miskin.

Walau secara umum terjadi penurunan persentase penduduk

miskin di Lingga dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir,

namun bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di

Provinsi Kepulauan Riau, maka Lingga menempati posisi tingkat

kemiskinan yang paling tinggi.

Tabel. T-II.4.

Jumlah Penduduk Miskin, Nilai P0, P1 dan P2

Kabupaten/Kota Se-Provinsi Kepulauan Riau, 2011

Kabupaten/ Kota

Provinsi Kepri 122.500 6,79 0,98 0,25

Indonesia 29,89 juta 12,36 2,05 0,53

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2011

Diantara ke 7 (tujuh) kabupaten/kota se-Provinsi

Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga memiliki tingkat kemiskinan

paling tinggi yakni sebesar 12,98%, walaupun secara absolut

nilai tersebut secara riil kalah dengan Batam yang hanya 6,11%

tetapi dari jumlah penduduk miskinnya Batam memiliki jumlah

penduduk miskin yang paling tinggi bandingkan dengan Lingga.

Jika dianalisis, dari nilai P1 dan P2 terlihat bahwa

angka kedua indikator tersebut untuk Kabupaten Lingga masih

(37)

Provinsi Kepulauan Riau dan demikian juga bila dibandingkan

dengan nilai nasional. Pada tahun 2011, tingginya nilai P1

menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata pengeluaran penduduk dan

garis kemiskinan di Kabupaten Lingga merupakan yang tertinggi

di-Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan besarnya nilai P2 yang

mencerminkan ketimpangan pengeluaran yang terjadi diantara

penduduk miskin, angkanya masih sedikit lebih baik

dibandingkan Kota Tanjungpinang.

b. Kesejahteraan Sosial

Pada fokus kesejahteraan sosial Kabupaten Lingga diukur

dengan sejumlah indikator yang terkait dengan pendidikan,

kesehatan, ekonomi dan sosial. Bidang pendidikan, kesehatan

dan ekonomi secara langsung terkait dengan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sejak terbentuknya Lingga menjadi Kabupaten pada tahun

2003 dan dikeluarkannya nilai IPM tahun 2004, nilai IPM

Kabupaten Lingga telah mencapai 67,7. Meskipun tergolong baru,

tingkat pencapaian angka IPM tahun 2004 ini telah memposisikan

Kabupaten Lingga pada peringkat ke-236 dari total sebanyak 434

Kabupaten/Kota Se-Indonesia.

Jika dilihat pada Gambar. G-II.6 nilai IPM Kabupaten Lingga

dari tahun 2004 s.d 2009 menngkat dari 67,7%tahun 2004,

meningkat sebesar 69,4% tahun 2005, meningkat sebesar 69,6% pada

tahun 2006, tahun 2007 meningkat sebesar 69,7%, dan meningkat

sebesar 70,4% pada tahun 2008serta meningkat sebesar 71.05 pada

tahun 2009. Peningkatan angka IPM yang sangat signifikan diduga

dipengaruhi oleh meningkatnya penduduk masuk ke Kabupaten Lingga

(38)

lainnya, utamanya dibagian pemerintahan, pendidikan dan

kesehatan. Selain itu, berbagai program pemerintah yang

menyentuh masyarakat sudah mulai digulirkan.

Gambar. G-II.6

Nilai IPM Kabupaten Lingga Tahun 2004-2009

Sumber:Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2008 dan 2009

Secara persentase, IPM Kabupaten Lingga meningkat dari

tahun ke tahun, namun secara peringkat terjadi penurunan. Pada

tahun 2008 dengan IPM sebesar 70,74. menempatkan Kabupaten

Lingga berada pada peringkat lima diantara tujuh Kabupaten/Kota

di Propinsi Kepulauan Riau. Sedangkan untuk peringkat nasional,

Kabupaten Lingga berada pada peringkat 220 diantara 440

Kabupaten/Kota di Indonesia,Sedangkan pada tahun 2009 dengan IPM

sebesar 71,05 turun satu level ke peringkat 6 dari tujuh

Kabupaten/Kota di Propinsi Riau, dan untuk nasional berada pada

peringkat 231 dari 497 Kabupaten/Kota di Indonesia.

Selengkapnya,IPM kabupaten Lingga dapat dilihat pada Tabel.

T-II.5berikut ini. 67.7

69.4 69.6 69.7

70.74 71.05

(39)

Tabel. T-II.5.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota/Propinsi Se-Kepulauan Riau, dan Indonesia, serta Peringkatnya Tahun 2009

Kabupaten/

Karimun 69,86 95,19 7,81 636,34 73,15133

Bintan 69,66 94,50 8,00 644,59 73,66111

Natuna 68,21 95,92 6,93 615,21 70,11290

Lingga 70,02 91,11 7,22 625,42 71,05231

Kep. Anambas 67,23 90,00 5,35 626,35 67,94393

Batam 70,76 98,85 10,71 648,13 77,5116

Tanjungpinang 69,56 97,31 9,24 633,65 74,3188

Prop. Kepri 69,75 96,08 8,96 641,63 74,546

Indonesia 69,21 92,58 7,72 631,50

71,76-Sumber:Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Berdasarkan data yang bersumber dari Kabupaten Lingga

Dalam Angka Tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah penyandang

masalah kesejahteraan sosial yang ada di Kabupaten Lingga

sebanyak 981 orang, terbanyak adalah dewasa cacat yaitu 288

orang, kemudian lansia terlantar berjumlah 249 orang, tuna

daksa sebanyak 131 orang, dan 93 orang penyandang tuna netra.

Angkatan Kerja

Tenaga kerja adalah modal dasar bagi geraknya roda

pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus

mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses

demografi. Angkatan Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke

atas yang bekerja, sementara tidak bekerja atau sedang mencari

(40)

melakukan pekerjaan guna memenuhi suatu kebutuhan hidup tidak

dikategorikan sebagai angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan

bagian dari aspek demografi penduduk yang mempunyai

kecenderungan bertambah atau menurun sejalan dengan perubahan

yang dialami oleh penduduk itu sendiri. Hal ini terjadi karena

faktor alamiah sepeti kelahiran, kematian maupun perpindahan

yang menyebabkan jadi bergesernya pola kependudukan secara

keseluruhan.

Tabel. T-II.6.

Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin

Uraian Laki - laki Perempuan Lk + Pr

1. Angkatan Kerja 83,44 34,17 57,26

1.Bekerja 79,02 31,03 53,52

2.Mencari Pekerjaan 4,42 3,14 3,74

2. Bukan Angkatan Kerja 16,56 65,83 42,74

1.Sekolah 7,80 4,60 6,10

2.Mengurus Rumah Tangga 4,62 59,63 33,85

3.Lainnya 4,14 1,61 2,79

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik,

pada tahun 2009 terdapat 57,26% penduduk angkatan kerja dan

42,74% penduduk bukan angkatan kerja. Bila dibandingkan

berdasarkan jenis kelamin, ditahui bahwa penduduk laki-laki

yang bekerja sebanyak 79,02% sementara penduduk perempuan yang

bekerja sebanyaj 31,03%.

Berdasarkan Tabel-II.14, penduduk di Lingga yang bekerja,

sebagian besar bekerja di sektor pertanian, kehutanan,

perburuan dan perikanan (39,54%) dan sektor Jasa

Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan (20,34%). Sementara

(41)

oleh penduduk Lingga yaitu sektor Listrik, gas dan air minum

yaitu 0,15%.

Tabel. T-II.7.

Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin

Lapangan Usaha

Laki-Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan

Perikanan 47,59 21,47

39,5 4 2

. Pertambangan dan Penggalian 5,18 0,55 3,76

3

. Industri Pengolahan 6,96 16,07 9,76

4

. Listrik, Gas dan Air Minum 0,22 0,00 0,15

5

. Konstruksi 5,56 0,00 3,85

6 .

Perdagangan Besar, Eceran, Rumah MakanDan

Hotel 11,91 25,21

16,0 0 7

. Transportasi, Pergudangan dan komunikasi 6,55 3,57 5,64 8

.

Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha

Persewaanan Jasa Perusahaan 1,11 0,61 0,96

9 .

Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan

Perorangan 14,91 32,52

20,3 4

Jumlah 100,00 100,00 100,

00

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2009

Dari jenis pekerjaan yang ada di Kabupaten Lingga,

wiraswasta adalah yang paling banyak dijalankan oleh penduduk.

Tabel. T-II.8 menunjukkan penduduk yang bekerja

sebagaiwiraswasta sebanyak 4.161 jiwa atau 8,68% dari

keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga.

Kemudian diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai buruh/nelayan

perikanan sebanyak 3.989 jiwa atau 8,32% dari keseluruhan

(42)

Tabel. T-II.8.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kabupaten Lingga Tahun 2009

(penduduk usia kerja/ usia 15 tahun ke atas)

No Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase

1 Wiraswasta 4.161 8,68

2 Buruh/ Nelayan Perikanan 3.989 8,32

3 Nelayan/ Perikanan 3.687 7,69

4 Buruh Harian Lepas 2.049 4,27

5 Karyawan Swasta 981 2,05

6 Pegawai Negeri Sipil 639 1,33

7 Guru 575 1,20

8 Karyawan Honorer 525 1,10

9 Petani/ Pekebun 437 0,91

10 Pembantu Rumah Tangga 437 0,91

11 Lainnya 30.456 63,53

Jumlah 47.936 100,00

Sumber: Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2009

c. Seni Budaya dan Agama

Perkembangan sosial budaya masyarakat Kabupaten Lingga

menunjukkan adanya adat, budaya, tradisi dan warisan budaya

yang sampai saat ini masih dipegang kuat meskipun terjadi

perkembangan yang pesat menuju modernisasi. Mayoritas

masyarakat Kabupaten Lingga adalah melayu dan sebagian

kecilnya adalah pendatang yang bergabung melebur bersama

masyarakat setempat dan para pendatang tersebut masih tetap

mempertahankan tradisi dan adat mereka.

Demikian pula dalam penggunaan bahasa, masyarakat asli

dan pendatang menggunakan Bahasa Melayu namun tetap ditemukan

bahasa para pendatang seperti Cina, dan lainnya. Jenis pakaian

tradisional yang dikenal orang Melayu Kepulauan Lingga adalah

Baju Kurung. Baju ini bentuknya bermacam–macam, seperti Cekak

Musang, Teluk Belanga, Empat Saku, Pesak Sebelah, Gunting

Jubah, Kancing Tujuh dan Belah Bentan.

Masyarakat Melayu Riau memiliki daya tarik yang kuat

(43)

dikembangkan dan dikenalkan, seperti kesusasteraan (Gurindam,

Kompang, Gazal), seni tari rakyat (Joget, Zapin), seni teater

(Teater Bangsawan) dan lainnya.

Kabupaten Lingga memiliki grup kesenian yang berjumlah 26

buah yang tersebar di beberapa Kecamatan, terbanyak terdapat

di Kecamatan Singkep yaitu 10 buah, Kecamatan Lingga 6 buah, 4

buah di Kecamatan Lingga Utara dan Kecamatan Singkep Barat dan

Kecamatan Lingga Utara masing-masing 4 buah, dan Kecamatan

Senayang 2 buah.

Keagamaan

Pembangunan dibidang fisik harus diimbangi dengan

pembangunan dibidang mental spiritual sehingga akan ada

keseimbangan dan keserasian antara kepentingan duniawi dan

ukhrawi. Kehidupan beragama yang harmonis antara umat beragama

di Kabupaten Lingga telah terjalin dengan kokoh. Melaksanakan

ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam. Jumlah jemaah

haji dari Kabupaten Lingga yang diberangkatkan pada tahun 2010

adalah sebanyak 50 orang atau naik 11% dibandingkan dengan

tahun 2009.

1.3. Aspek Pelayanan Umum

Bagian aspek pelayanan umum berikut ini mejelaskan

perkembangan kinerja yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten

Lingga, baik pada urusan wajib maupun urusan pilihan.

2.3.1. Urusan Pelayanan Wajib

Urusan Pelayanan wajib merupakan urusan pemerintahan yang

wajib diselengarakan oleh pemerintah daerah yang beekaitan

dengan pelayanan dasar. Secara umum, penyelengaran pelayanan

(44)

meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat secara baik. 26

urusan wajib dan 8 urusan pilihan.

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam

pembangunan, untuk itu Pemerintah Kabupaten Lingga terus

berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang ada

serta meningkatkan kualitas tenaga pendidik. Pengembangan

sarana pendidikan dilakukan sesuai dengan peningkatan kualitas

dan kuantitas yang dibutuhkan oleh penduduk seoptimal mungkin

dan pemerataan penyebaran jumlah penduduk yang akan dilayani

dan perkiraan tingkat kebutuhan yang telah ditetapkan.

Pada tahun 2009persentase angka melek huruf usia 10 tahun

keatas sebesar 92%. Artinya ada 8% yang masih buta huruf.

Berdasarkan kelompok umur, usia 50 +memiliki tingkat buta

huruf terbanyak yaitu 15,82%. Data menunjukkan bahwa angka

melek huruf penduduk usia muda jauh lebih tinggi dari penduduk

usia tua.

Kabupaten Lingga memiliki persentase penduduk berusia 15

tahun keatas yang menamatkan hingga ke jenjang SLTP sampai

perguruan tinggi sebesar 36%. Tingkat pendidikan penduduk di

dominasi oleh tamatan SD/MI dan SMU/MA/SMK yaitu masing-masing

sebesar 30,13% dan 20,90%.

Di Kabupaten Lingga, angka partisipasi sekolah hanya

kelompok umur 7-12 tahun yang mendekati angka 100% sedangkan

kelompok umur lainnya masih di bawah 90%, terutama untuk

kelompok umur 19-24 tahun yang hanya 6.11%. Sedangkan jika

dilihat berdasarkan jenis kelamin perbedaan yang cukup berarti

terjadi pada kelompok umur 16-18 tahun, dimana perempuan

(45)

Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan proporsi anak

sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat

pada tingkat yang sesuai dengan kelompokumurnya. Menurut

definisi, besarnya APM akan selalu lebih kecil daripada APK.

Nilai APM yang lebih kecildaripada nilai APKnya dapat

menunjukkan komposisi umur penduduk yang sedang bersekolah

pada suatu jenjang pendidikan.Di Kabupaten Lingga capaian APM

tahun 2009 untuk SD sebesar 89.8%, berarti selisih dengan APK

sebesar 17.46% artinya bahwa diantara murid SD sebanyak

17.46%nya berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12

tahun, sedangkan untuk APM SLTP sebesar 63.23% ada selisih

10.87% terhadap APK, APM-nya SLTA sebesar 49.68% dan APM PT

sebesar 3.86%.

Gambar. G-II.7

Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009

Sumber:Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2009

Rasio murid-sekolah terbanyak adalah SMU/SMK/MA yaitu

1:191 yang artinya 1 sekolah menampung 191 murid sedangkan

rasio yang paling sedikit adalah di SD/MI yaitu 1:83 (1

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

SD / 7-12 SLTP / 13 -15 SLTA / 16-18 PT / 19-24

Laki+laki Perempuan

(46)

sekolah menampung 83 murid) sedangkan Rasio guru-murid

menunjukkan beban kerja guru dalam mengajar, untukSLTP/MTs dan

SMU/SMK/MA, masing-masing 1:11 (1 guru mengajar 11 murid)

sedangkan ratio untuk SD/MI yaitu 1:8 (1 guru mengajar 8

murid). Hal ini dapat dilihat pada Tabel. II.9 dan Tabel.

T-II.10 berikut ini.

Tabel. T-II.9.

Jumlah Murid, Sekolah dan Rasio Murid Sekolah menurut Jenjang Tahun 2009

Jenjang Jumlah Murid Jumlah Sekolah Rasio Murid Sekolah

SD/MI

Sumber:Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009

*) Termasuk sekolah kelas jauh

Tabel. T-II.10.

Jumlah Murid, Guru dan Rasio Murid Guru Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2009

Jenjang Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid Guru

SD/MI

Sumber:Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2009

Rata-rata lama sekolah digunakan untuk mendapatkan

informasi tentang sejauh mana tingkat pendidikan yang dicapai

oleh penduduk dengan merujuk kepada rata-rata jenjang

pendidikan yang telah diselesaikan oleh penduduk berusia 15

tahun. Pada tahun 2009 rata-rata lama sekolah penduduk

Kabupaten Lingga adalah 7,22 tahun, sedangkan rata-rata

nasional pada tahun 2009 adalah mencapai 8,25. Hal ini berarti

(47)

pendidikan sampai dengan kelas I SMP atau putus sekolah

dikelas II SMP. Kondisi ini menegaskan bahwa partisipasi

pendidikan di Kabupaten Lingga perlu ditingkatkan dengan

melibatkan instansi terkait, tentunya didukung olehpartisipasi

aktif dari masyarakat.

Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan di kabupaten Lingga bertujuan

agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan

kesehatan secara merata dan murah. Pembangunan di bidang

kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat

memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah. Dengan

tujuan tersebut diharapkan akan meningkatkan derajat kesehatan

dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, pembangunan

kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan dengan

menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh

sumberdaya yang memadai.Sarana kesehatan yang terdapat di

Kabupaten Lingga terdiri dari: Rumah Sakit 1 buah, Puskemas

sebanyak 8 buah, Puskesmas Pembantu sebanyak 36 buah,

Puskesmas Keliling sebanyak 6 buah, dan polindes 67 buah.

Untuk menunjang sarana kesehatan yang ada, diperlukan

tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhannya, Jumlah

tenaga kesehatan dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Hal

ini untuk mengakomodir pemenuhan kebutuhan kesehatan yang

semakin meningkat, dengan diikuti meningkatnya sarana

kesehatan. Tenaga kesehatan tersebut terdiri dari dokter dan

paramedis.

Nilai Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Lingga pada

tahun 2009 sekitar 70,02. Artinya, bayi yang lahir pada tahun

2009 di Kabupaten Lingga diperkirakan akan dapat hidup selama

70 tahun 07 hari dengan syarat besarnya kematian atau kondisi

Gambar

Diagram Persentase Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas Berdasarkan Angkatan Kerja Tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

Jawab: untuk mempermudah analisa penetapan, sebab beberapa zat memiliki warna, bau, bentuk kristal, sifat higroskopis, nyala api dan reaksi-reaksi lainnya yang spesifik seperti

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Miftahudin (2011), tentang penerapan mulok HIV/AIDS pada siswa SMP Negeri 5 di Kota Sorong menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh

Interaksi antara SSTS dan partikel tanah pair terjadi melalui gugus polar yang dimiliki rantai polyester dengan SiO pada tanah pasir, dengan interaksi ini

Penelitian tahap tiga ini diarahkan untuk membuktikan efek nikotin dalam mekanisme hambat aterosklerosis tingkat seluler pada arteri koroner jantung, yang didukung

Pengertian Binocular Disparity adalah perbedaan dalam posisi dari sebuah objek yang ditangkap dalam dua retina, dimana objek yang berjarak lebih dekat akan terlihat lebih

4.7.3 Analisis Pengaruh Pelatihan terhadap Kinerja PNS pada Biro SDM Polda Jabar ... Pengaruh Tidak Langsung antara pelatihan terhadap Kinerja PNS Polda

Pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita hukum serta cita-cita moral luhur yang meliput suasana kejiwaan serta watak dari bangsa Indonesia itu pada tanggal 18 Agustus 1945

Penelitian dilakukan oleh Rahmana pada tahun 2009, Dalam penelitian ini masalah yang dibahas adalah tentang pengaruh E-commers terhadap UMKM di Indonesia dengan melihat indikator