• Tidak ada hasil yang ditemukan

192 PERENCANAAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENYONSONG UNDANG UNDANG DESA NO 6 TAHUN 20144

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "192 PERENCANAAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENYONSONG UNDANG UNDANG DESA NO 6 TAHUN 20144"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1Program Studi Arsitektur, Universitas Islam Indonesia 2Program Studi Ekonomi Manajemen, Universitas Islam Indonesia

e-mail: prihatmaji@uii.ac.id

ABSTRAK

Partisipasi masyarakat memiliki posisi yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan Desa , karena pada dasarnya masyarakat adalah pihak yang paling mengetahui masalah dan kebutuhannya sendiri, oleh karena itu perencanaan pembangunan desa yang partisipatif menjadi amanat undang-undang no 6 tahun 2014 yang harus di laksanakan oleh pelaku pembangunan sehingga perencanaannya harus dimulai dari wilayah unsur pemerintahan desa yang paling bawah yaitu dusun. Desa Purwobinangun merupakan desa yang terletak di Kecamatan Pakem Sleman, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Perencanaan dan pengembangan skala dusun menjadikan permasalahan tersendiri bagi desa ini dikarenakan warga belum memiliki kemampuan untuk memotret potensi wilayah yang ada sehingga perencanaan dan pengembangan wilayah pedusunan masih bersifat parsial yang disusun tanpa perlibatan masyarakat. Berdasarkan hasil focus group discusion dengan tokoh masyarakat di putuskan prioritas penyelesaian masalah yang harus diselesaikan meliputi peningkatan kapasitas kelompok masyarakat dalam melakukan perencanaan, pemetaan dan pengembangan kawasan. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah menggunakan pendekatan partisipatif masyarakat, sehingga target yang dihasilkan dari kegiatan KKN PPM ini adalah terciptanya peningkatan kapasitas pelaku masyarakat, dokumen perencanan yang terintegrasi, dan pemetaan potensi wilayah

Kata Kunci:Perencanaan, partisipasi masyarakat, dan peningkatan kapasitas

ABSTRACT

Community participation has a very important position in the development plan village, because basically people are most likely to know the problems and needs, therefore the rural development planning participatory be mandated by law No. 6 of 2014 which must be carried by development actors that planning should start from the territory of the government under which the village hamlet. The village Purwobinangun is a village located in Pakem Sleman, Sleman Yogyakarta. Planning and development scale of a problem for the village makes this village because residents do not have the ability to photograph potential of existing areas so that the planning and development of the rural area is only partially compiled without the involvement of the community. Based on the results of focus group discusion with community leaders at the disconnect problem solving priorities that must be resolved include increasing the capacity of community groups in planning, mapping and development of the area. The method used in this activity is to use a participatory approach of society, so that the target generated from KKN PPM activities is the creation of capacity building society actors, integrated planning document, and mapping potential areas

Keywords: planning, public participation, and capacity building

4 Artikel ini merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata-Program Pemberdayaan Masyarakat) yang di danai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat (DRPM), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

PERENCANAAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENYONSONG UNDANG-UNDANG DESA NO 6 TAHUN 20144

(2)

LATAR BELAKANG

Secara etimologis masyarakat berasal dari bahasa Arab syaraka yang berarti ikut serta dan berpartisipasi. Sedangkan menurut Soekanto (2003) masyarakat adalah kumpulan manusia

yang membentuk suatu kelompok yang hidup bersama-sama dan saling membantu satu sama

lain dalam hubungannya atau saling berinteraksi. Dalam konteks desa, masyarakat adalah

kumpulan manusia yang tinggal di suatu desa dan berinteraksi sesuai dalam suatu sistem

kebudayaan. Dalam pasal 68 Undang-Undang Desa disebutkan bahwa masyarakat Desa

memiliki sejumlah hak, yaitu hak untuk meminta dan mendapatkan informasi, memperoleh

pelayanan, menyampaikan aspirasi, memilih dan di pilih, dan mendapatkan pengayoman dan

perlindungan dari gangguan ketenteraman dan ketertiban. Di sisi lain masyarakat desa juga

memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dan aktif mendukung kegiatan di Desa.

Menurut Koentjaraningrat, partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan memiliki

dua prinsip yang berbeda yaitu: 1.) Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama dalam

proyek-proyek pembangunan yang khusus; 2.) Partisipasi sebagai individu di luar aktivitas-aktivitas

bersama dalam pembangunan. Dalam setiap kegiatan pembangunan desa, masyarakat selalu

memiliki tempat untuk berpartisipasi baik secara kelompok atau individu, sebagai perencana

atau pelaksana, atau sebatas menjadi pendukung.

Disahkannya Undang-Undang Desa telah menjadi titik tolak dari kebangkitan partisipasi

masyarakat desa dalam pembangunan. Masyarakat kini mempunyai “tanggung jawab” lebih

yang telah diatur dalam Undang-Undang Desa untuk ikut serta dalam menyukseskan

pembangunan tempat tinggalnya. Menurut Moeljarto terdapat beberapa alasan pentingnya

partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu:

1. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir pembangunan, partisipasi merupakan

akibat logis dari dalil tersebut.

2. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut serta

dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat.

3. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi tentang sikap,

aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan tidak terungkap.

Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya pembangunan.

4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari mana rakyat berada dan dari

apa yang mereka miliki.

5. Partisipasi memperluas kawasan penerimaan proyek pembangunan.

6. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintahan kepada seluruh

(3)

7. Partisipasi menopang pembangunan.

8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif bagi baik aktualisasi potensi manusia

maupun pertumbuhan manusia.

9. Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat untuk

pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas daerah.

10. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu untuk dilibatkan

dalam pembangunan mereka sendiri.

Pandangan diatas memperlihatkan bahwa partisipasi masyarakat memiliki potensi untuk

mempengaruhi dan menentukan pembangunan. Masyarakat desa dapat berfungsi sebagai

pelaksana, pengawas, pendukung, dan peninjau dalam suatu program. Semua fungsi tersebut

perlu dilandasi komitmen yang kuat dari setiap individu.

Salah satu model perencanaan yang bisa dijadikan sebagai wadah partisipasi masyarakat

adalah perencanaan partisipatif. Perencanaan partisipatif merupakan proses penyusunan

rencana yang dilakukan oleh masyarakat secara sadar untuk mencapai suatu tujuan atau

menyelesaikan permasalahan. Pembuat keputusan rencana adalah masyarakat/pemangku

kepentingan terkait dan dapat dibantu oleh para ahli. Model perencanaan ini akan lebih

demokratis dan bisa menumbuhkan rasa memiliki terhadap rencana yang disusun.

Desa Purwobinangun Pakem Sleman merupakan desa yang berada di Kecamatan Pakem

Kabupaten Sleman. Merupakan Desa dengan jumlah pedukuhan terbanyak di Kecamatan

Pakem dengan jumlah 18 pedukuhan yaitu Turgo, Ngepring, Kemiri, Ngelosari, Tawangrejo,

Wringin Lor meliputi Wringin Lor dan Sudimoro, Wringin Kidul meliputi Wringin Kidul dan

Potro, Watuadeg, Jamblangan, Beneran, Kradangan, Bunder, Gatep, Kadilobo, dan Sembung.

Banyaknya jumlah pedukuhan menjadikan permasalahan tersediri bagi desa dalam membuat

sebuah perencanaan pengembangan fisik dan non fisik dalam menyongsong undang-undang

desa tahun 2014. Oleh karena itu perlu dilaksanakan program pendampingan perencanaan

partisipatif dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini.

PERMASALAHAN

Permasalahan lemahnya sumber daya manusia, dan keterbatasan pengetahuan perangkat

desa dalam menyusun perencanaan yang partisipatif dapat menjadikan arah pengembangan

desa menjadi stagnant tanpa adanya arah tujuan yang jelas dan berkelanjutan. Sebagai pilot project pelaksanaan perencanaan partisipatif tingkat pedukuhan desa memilih pedukuhan

(4)

wilayah Gunung Merapi dan memiliki potensi alam yang belum terkelola dengan baik. Potensi

tanaman bambu, tanaman anggrek, tanaman salak, tanaman kopi, tanaman teh, tanaman obat,

sumber mata air yang berlimpah dengan suasana alam yang indah menjadikan ke empat wilayah

tersebut perlu dikembangkan sebagai potensi ekonomi masyarakat di Desa Purwobinangun.

Berlimpahnya potensi tersebut saat ini belum terkelola dengan baik akibat dari rendahnya

sumber daya manusia masyarakat yang sebagian besar didominasi oleh masyarakat petani.

Bambu yang dihasilkan dari Dusun Ngelosari, Tritis Turgo, Ngepring, dan Kemiri merupakan

bambu yang memiliki kualitas bambu yang baik dan biasanya hanya dijual sebagai bahan

kerajinan untuk wilayah D.I.Yogyakarta. Bambu-bambu tersebut diantaranya adalah bambu

apus, wulung dan pethung.

Disamping adanya potensi tersebut di atas Dusun Ngelosari, Tritis Turgo, Ngepring, dan

Kemiri memiliki permasalahan berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan skala Dusun,

warga belum memiliki kemampuan untuk memotret potensi wilayah yang ada sehingga

perencanaan dan pengembangan wilayah pedusunan masih bersifat parsial yang disusun tanpa perlibatan masyarakat. Berdasarkan hasil Focus Group Discusion dengan perangkat dan warga masyarakat di temukan permasalahan yang belum direncanakan dan dikembangkan dengan

baik di antaranya sebagai berikut:

No Potensi Permasalahan

1.

Sumber daya alam

 Berlimpahnya tanaman bambu yang berkualitas yang belum terkelola dengan baik

 Terdapatnya sumber mata air yang berlimpah yang belum

terkelola dengan baik

 Potensi dan keindahan sungai yang masih alami dan belum

dikembangkan untuk potensi wisata

 Berlimpahnya tanaman obat yang tidak termanfaatkan

2. Kerajinan

 Adanya potensi kerajinan anyaman bambu yang tidak

berkembang

 Tidak adanyanya keberlanjutan pemasaran produk

anyaman akibat dari lemahnya jejaringan dan pemasaran

produk

3. Kuliner

 Adanya potensi makanan olahan dari produk lokal yang

tidak berkembang

(5)

4. Kesenian

 Adanya kesenian Jathilan yang tidak terkelola dengan baik

 Kesenian Jathilan belum dapat dijadikan sebagai komoditi

wisata

5. Wisata

 Dusun Ngelosari, Tritis Turgo, Ngepring, dan Kemiri

berada di kawasan yang sangat strategis wisata akan tetapi

belum dapat mengambil peluang mendukung wisata

 Potensi rumah adat yang tidak termanfaatkan

 Tidak teroptimalnya potensi alam dalam mendukung

wisata

METODE ANALISIS

Berdasarkan permasalahan tesebut dapat dilakukan analisis SWOT untuk menemukan

strategi penyelesaian masalah. Analisis mengunakan analisis SWOT adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang harus dilakukan untuk

menyelesaikan masalah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersama-sama dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan kebijakan organisasi. Dengan

demikian kebijakan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi yang terdiri

atasa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kondisi yang ada saat ini (Suharto, 2010;

Wardhani, 2010). Hasil ini disebut dengan analisis situasi yang diimplementasi dalam model

diagram empat bidang. Tahapan analisis SWOT sebagai berikut:

1) Menentukan faktor-faktor strategi eksternal

Faktor-faktor eksternal dapat diperoleh dengan cara menganalisis lingkungan eksternal

perusahaan dengan kegiatannya seperti analisis terhadap competitor, analisis terhadap

nasabah, kreditur, kondisi perekonomian, demografi, kebijakan pemerintah dan

sebagainya. Faktor-faktor strategi eksternal merupakan peluang dan ancaman bagi

perusahaan. Setelah faktor-faktor strategi perusahaan ditentukan selanjutnya menyusun

faktor tersebut ke dalam matrik faktor strategi eksternal EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary).

2) Menentukan faktor strategi internal

Faktor-faktor ini diperoleh berdasarkan gambaran keadaan internal perusahaan seperti

sumber daya, kemampuan produksi, kondisi keuangan dan sebagainya. Faktor strategi

(6)

Faktor-faktor internal tersebut kemudian diidentifikasi dalam bentuk table IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary).

3) Merumuskan alternatif strategi dengan membuat matrik internal-eksternal dalam matrik

SWOT.

Tahap selanjutnya adalah mentransfer peluang, ancaman serta kekuatan dan kelemahan

perusahaan didasarkan pada analisis faktor internal-eksternal ke dalam matrik SWOT.

Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan matrik ini adalah:

a) Dalam sel opportunities (O) buat 5 sampai 10 peluang eksternal. Sel itu harus mempertimbangkan deregulasi industry sebagai salah satu faktor strategis.

b) Dalam sel Treats (T) buat 5 sampai 10 anacaman eksternal yang harus dihadapi perusahaan.

c) Dalam sel Strengths (S) buat kekuatan yang dimiliki baik saat ini maupun masa mendatang.

d) Dalam sel Weakness (W) susun 5 samapi 10 kelemahan yang dimiliki perusahaan. 4) Merumuskan alternatif strategi pemasaran berdasarkan analisis SWOT

Berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta disesuaikan dengan

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, buat berbagai alternative strategi berdasarkan

kombinasi keempat faktor tersebut.

a) Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan pada pemanfaatan seluruh kekuatan untuk membuat

dan memanfaatkan seluruh kekuatan sebesar-besarnya.

b) Strategi ST

Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatur

ancaman.

c) Strategi WO

Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

d) Strategi WT

Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan meminimalkan

(7)

Tabel 1. Diagram Matrik SWOT

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil analisis SWOT

Dengan mengaplikasikan metode analisis SWOT sebagaimana digambarkan pada Gambar 1,

dan memasukkan berbagai aspek permaslahan yang ada, maka dapat dirumuskan berbagai

strategi pemecahan maalah yang dipaparkan pada matrik SWOT sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Analisis SWOT

IFAS

EFAS

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

 Adanya potensi wisata

 Kelembagaan Desa terdiri

dari unsur anggota yang

(8)

memiliki jiwa gotong

royong

sebuah perencanaan yang

disusun secara partisipatif

Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O

Terciptnya dokumen

kerajinan, kuliner dan

kesenian

warga dan pembentukan

kepengurusan perencananan

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T

 Tidak adanya peta

informasi dan profil desa

1. Terciptanya peta Desa

2. Pembuatan

perencanaan dalam

bentuk masterplan

3. Membentuk sarana

informasi dan profil

desa

1. Meningkatkan kemampuan

SDM dalam meyusun

perencanaan

2. Pendampingan

kelembagaan desa dalam

menyusun informasi desa

3. Perbaikan media informasi

Hasil dari analisis SWOT sebagaimana dipaparkan pada tabel 2 tersebut kemudian dapat

dibuat urutan prioritas program berdasarkan masing-masing aspek, yaitu aspek sumber daya

(9)

Tabel 3. Prioritas kegiatan program KKN-PPM Perencanaan partisipatif di Desa

Purwobinangun Pakem Sleman

No Potensi Permasalahan Prioritas Program

1. Sumber daya alam

 Berlimpahnya tanaman

bambu yang berkualitas

yang belum terkelola

dengan baik

 Terdapatnya sumber mata

air yang berlimpah yang

belum terkelola dengan

baik

 Potensi dan keindahan

sungai yang masih alami

dan belum dikembangkan

untuk potensi wisata

 Berlimpahnya tanaman

obat yang tidak

termanfaatkan

 Pemetaan potensi sumber daya

alam

 Pengembangan potensi wisata

air dan sungai

2. Kerajinan

 Adanya potensi kerajinan

anyaman bambu yang

tidak berkembang

 Tidak adanyanya

keberlanjutan pemasaran

produk anyaman akibat

dari lemahnya jejaringan

dan pemasaran produk

 Pendampingan peta potensi

kerajinan

 Pendampingan jejaringan dan

pemasaran

3. Kuliner

 Adanya potensi makanan

olahan dari produk lokal

yang tidak berkembang

 Pengemasan produk tidak

berkualitas mutu

 Peta potensi makanan olahan

 Membentuk jejaringan dan

pasar

 Perbaikan packaging dan

pengemasan

 Perbaikan kualitas, mutu dan

(10)

olahan

4. Kesenian

 Adanya kesenian Jathilan yang tidak terkelola dengan

baik

 Kesenian Jathilan belum

dapat dijadikan sebagai

komoditi wisata

 Pendampingan kelembagaan

kesenian

 Pendampingan pemasaran

kesenian sebagai daya tarik

wisata

alam dalam mendukung

wisata

 Pemetaan potensi wisata

 Membentuk kelompok

masyarakat sadar wisata

 Optimalisasi sumber daya

alam sebagai sarana

penunjang wisata

Pelaksanaan Program

Dalam mengatasi permasalahan tersebut diatas maka metode yang digunakan supaya

program dapat berkelanjutan adalah dengan kaderisasi, pelatihan, pendampingan, studi

lapangan, dan implementasi

Profil Mitra kerjasama

Untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui PKM ini dibutuhkan

jalinan kerjasama yang baik dengan banyak pihak. Upaya untuk membangun jalinan

kerjasama ini diharapkan dapat melibatkan beberapa lembaga mitra yang memiliki

komitmen untuk bekerjasama dalam pengelolaan PKM ini yaitu :

1) Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Sleman

Melalui bidang perindustrian yang mengelola usaha kecil di Kabupaten Sleman, Dinas

(11)

2) Pemerintah Desa Purwobinangun, dan perangkat Dusun.

Peran Pemerintah di sini adalah pengalokasian dana dari APBD sesuai yang telah

dianggarkan dalam musrenbang Desa Purwobinangun di bidang ekonomi dan sarana

prasarana sehingga dapat mensuport keberlanjutan hasil perencanaan ini.

Adapun susunan kelompok masyarakat sasaran: (1) Perangkat Desa dan Dusun mulai

dari pamong Desa, Kepala Dusun, Ketua RW/RT, Lembaga Desa; (2) Kelompok

Pemuda karangTaruna; (3) Kumpulan bapak-bapak, (4) PKK ; (5) Kelompok pengelola

desa wisata

Untuk menjalankan program dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka

pelaksanaan kegiatan ini memuat tahapan sebagai berikut:

3) Persiapan dan Pembekalan

a) Sosialisasi ke masayarakat penguna program

b) Persiapan dan pembekalan

4) Pelaksanaan kegiatan

a) Pendampingan pemetaan potensi unggulan

b) Pendampingan pembuatan profil wilayah

c) Pendampingan penyusunan masterplan desa

d) Pendampingan kewirausahaan (Kerajinan dan kuliner)

e) Studi banding ke sentra bambu

Tabel 3. Rincian kegiatan PPM

No Nama Pekerjaaan Program Prioritas

1.

Pendampingan pemetaan potensi

unggulan Desa Purwobinangun

Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat

dalam melakukan pemetaan potensi unggulan

2.

Pendampingan Penyusunan

Profil desa

Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat

dalam melakukan penyusunan profil desa

3.

Pendampingan penyusunan

masterplan desa

Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat

dalam menyusun masterplan berdasarkan potensi

yang dimiliki di setiap dusun

4.

Pendampingan peningkatan

kapasitas SDM berbasis

Kewirausahaan

Peningkatan kapasitas SDM produksi kerajinan

melalui studi banding, dan dan tata kelola potensi

kesenian serta kuliner

5. Seminar Hasil PKM Sosialisasi program pelaksanaan PKM ke pihak

(12)

Tahapan Realisasi Program

Untuk pelaksanaan pendampingan telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi

program-program kepada masyarakat sasaran, yaitu mempersiapkan masyarakat sasaran untuk terlibat

kegiatan yang disepakati bersama masyarakat. Untuk menjalankan program kegiatan dimulai

dari proses pertemuan bersama masyarakat sasaran, dimaksud mewujudkan atau membangun

kesepahaman dan kesepakatan dalam kerjasama.

1) Pendampingan pemetaan potensi unggulan desa Purwobinangun

Desa Purwobinagun memiliki potensi sumber bahan baku bambu yang berlimpah dengan

luas area mencapai 30 HA yang tersebar di pedukuhan Dusun Ngelosari, Tritis Turgo,

Ngepring, dan Kemiri. Bambu yang berasal dari Desa Purwobinagun meupakan bambu

dengan kualitas terbaik dan biasanya di gunakan untuk bahan baku kerajinan. Potensi

tersebut selama ini belum termanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh masyarakat di Desa

Purwobinangun. Hal tersebut dikarenakan bambu bagi masyarakat desa tidak dapat

dikelola dengan baik untuk pengembangan potensi wisata. Luaran dari kegiatan ini adalah

terciptanya pemetaan potensi bambu di Desa Purwobinangun.

Gambar 1. Potensi Unggulan di Desa Purwobinangun

2) Pendampingan penyusunan profil desa

Profil desa memiliki banyak manfaat untuk kemajuan desa, namun hal ini belum disadari

oleh pemerintah Desa Purwobinagun. Dengan adanya profil akan memudahkan pihak luar

untuk mengetahui potensi dan pengembangan di Desa Purwobinangun. Ketiadaan tersebut

akibat dari kelemahan sumber daya manusia desa dalam menyusun sebuah profil desa.

Luarannya adalah tersusunnya profil pada tingkat desa.

3) Pendampingan penyusunan masterplan desa

Masterplan Desa sangat penting keberadaannya, hal ini di karenakan dengan adanya

masterplan dapat memudahkan desa dalam menyusun sebuah perencanaan untuk jangka

(13)

masyarakat. Dengan adanya proses ini maka penyusunan masterplan dapat lebih optimal

untuk kemajuan desa.

Gambar 3. Masterplan Desa Purwobinangun berbasis potensi lokal

4) Pendampingan peningkatan kapasitas SDM berbasis kewirausahaan

Masyarakat Desa Purwobinangun Dusun Tritis Turgo, Ngelosari, Ngepring, dan Kemiri

memiliki kemampuan dalam menghasilkan kerajinan anyaman bambu, pengolahan

makanan tradisional, Rendahnya kualitas Sumber daya manusia dalam optimalisasi

pengembangan kerajinan anyaman dan kuliner menyebabkan kegiatan ini tidak mampu

berkembang untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Permasalahan tersebut akibat dari

rendahnya kualitas produk, desain, pemasaran, pengemasan, dan pemasaran. Disamping

hal tersebut kesenian tradisional belum terkelola dengan baik akibat tata kelola kesenian

dilakukan secara asal-asalan.

Gambar 4. Kegiatan Pengembangan ekonomi desa

5) Penguatan sumber daya manusia melalui studi banding

Kegiatan ini dalam rangka membuka wawasan masyarakat desa dupaya dapat belajar

(14)

dilatar belakangi karena sebagian besar masyarakat di Desa Moyudan sebagai perajin

anyaman bambu.

Gambar 5.Studi Banding ke Moyudan Sleman

KESIMPULAN

Dalam pelaksanaan laporan kegiatan kemajuan pendampingan perencanaan berbasis

partisipasi masyarakat dalam menyonsong undang-undang desa no 6 tahun 2014 ini adalah

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Pelaksanaan KKN-PPM ini mendapatkan respon yang positif dari pemerintah desa, Dinas

Perindutrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman dan masyarakat Desa

Purwobinangun

2) Hasil dari perencanaan /masterplan di gunakan sebagai usulan dana desa pada tahun 2017

3) Kegiatan KKN-PPM ini dapat menjadi kegiatan yang berkelanjutan pelaksanaan KKN

pada periode berikutnya dengan program pendampingan realisasi program

SARAN

Saran dalam pelaksanaan kegiatan PPM pendampingan perencanaan berbasis partisipasi

masyarakat dalam menyonsong undang-undang desa no 6 tahun 2014 ini dapat ditindak lanjuti

dengan kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka pengembangan

potensi yang ada di Desa Purwobinangun sehingga dapat tewujud desa yang mandiri dan

sejahtera

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian masyarakat

(DRPM), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana

hibah untuk pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat KKN-PPM (Kuliah Kerja

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Soetrisno, Loekman.2000. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Efektivitas Implementasi Kebijkan Otonomi Daerah. Jakarta:

Penerbit Citra Utama

Yuwono, Teguh. 2001. Manajemen Otonomi Daerah : Membangun Daerah Berdasarkan

Paradigma Baru. Semarang: Ciyapps Diponegoro Universiti

Hetifah, Sumarto, Sj. 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. Jakarta: Penerbit

Yayasan Obor Indonesia

Pattinama, M. J., (2009), Pengetasan Kemiskinan Dengan Kearifan Lokal (Studi Kasus di Pulau

Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat), Jurnal Makara Sosial Humaniora, 13 (1), 1-12. Situmorang, J., (2007), Kaji Tindak Peningkatan Peran Koperasi dan UKM sebagai Lembaga

Keuangan Alternatif, Jurnal Infokop, 2, 24-35.

Gambar

Tabel  1. Diagram Matrik SWOT
Tabel 3. Prioritas kegiatan program KKN-PPM Perencanaan partisipatif di Desa
Tabel 3. Rincian kegiatan PPM
Gambar 1. Potensi Unggulan di Desa Purwobinangun
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal di suatu daerah tidak terdapat teh celup, dapat diganti dengan teh yang biasa digunakan di daerah setempat dengan jumlah kebutuhan yang setara atau kopi bubuk yang

subround maupun antar tahun lebih banyak disebabkan umur panen yang bervariasi dan juga. dipengaruhi

(2) Dalam hal pencari kerja memenuhi persyaratan jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf b, instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan

Laju inflasi tahun kalender Provinsi Sumatera Barat sampai Februari 2014 adalah sebesar 1,30 persen, sedangkan laju inflasi year on year (Februari 2014 terhadap Februari

Rumah Sakit Pendidikan Satelit adalah rumah sakit yang merupakan jejaring rumah sakit pendidikan utama dan/atau jejaring fakultas kedokteran atau fakultas

Kenaikan yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,88 persen, sementara di sisi lain indeks harga yang dibayar petani mengalami

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Untuk Kegiatan Penyusunan Sistem Pengadaan Secara Elektronik Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, telah melakukan

Judul Skripsi : Analisis Pengolahan Skripsi Elektronik (E-Skripsi) Sebagai Salah Satu Bentuk Dokumen Elektronik Dengan Menggunakan Perangkat Lunak Aplikasi Senayan Pada