SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.KOM.I)
Oleh :
Lia Nurvita Anggraini
B01210030
Oleh:
Lia Nurvita Anggraini
NIM. B01210030
PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
iii Bismillahirrahmaanirrahiim
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Lia Nurvita Anggraini
NIM : B01210030
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Alamat : Ds. Balongmojo RT. 04 RW. 02 Kec. Benjeng Kab. Gresik
Menyatakan dengaan sesungguhnya bahwa:
1) Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi mana pun untuk mendapatkan gelar akademik apapun
2) Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan merupakan plagiasi atas karya orang lain
3) Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai hasil plagiasi, saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi hukum yang terjadi.
Surabaya, 28 Januari 2015 Yang Menyatakan,
ii Skripsi oleh :
Nama : Lia Nurvita Anggraini
NIM : B01210030
Fak/Jur : Dakwah dan Komunikasi/KPI
Judul : ANALISIS SEMIOTIK STRATEGI DAKWAK KH. HASYIM
ASY’ARI DALAM FILM “SANG KIAI”
Ini telah diperiksa akan disetujui untuk diujikan.
Surabaya, 28 Januari 2015
Pembimbing,
iv
Mengesahkan, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Dekan,
Dr. Hj. Suhartini, M.Si NIP: 19580113 198203 2 001
Tim Penguji Ketua,
Wahyu Ilaihi, MA NIP: 19780402 200801 2 026
Sekretaris,
H. Fahrur Razi, S.Ag, M.Hi NIP. 19690612 200604 1 018
Penguji I,
Lukman Hakim, S.Ag, M.Si, MA NIP. 19730821 200501 1 004
Penguji II,
vi
Segala puji bagi Allah dan Rasulnya, ku bersyukur atas segala kemudahan yang Allah berikan dalam setiap kehidupan, tidak terkecuali bersyukur atas
terselesainya tugas akhir studi SI di UIN Sunan Ampel Surabaya. Ku persembahkan karya ini teruntuk Ibunda tercinta, yang selama ini selalu
memberi motivasi dan doa, dan yang telah memberikan pendidikan sebagai warisan terbesar dalam hidupku, berserta ayahanda yang sudah bekerja keras
dan berdoa untuk kesuksesan anaknya. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertainya.
Tidak lupa kupersembahkan teruntuk adikku tersayang yang tangguh, rajin dan cerewet Shofiatul Zahro’ jangan pernah terlintas give up untuk terus melangkah
ke depan.
Dan kepada Bapak dan Ibu Dosen yang selama ini mendidikku, khususnya bagi Dosen Pembimbing, Ibu Wahyu Ilaihi, MA. Yang begitu sabar dan telaten untuk
selalu mendidik dan membimbingku.
Kepada keluarga besar KH. Husen Rifa’i di PP. Jabal Noer Geluran-Taman-Sidoarjo, dan keluarga besar KH. Imam Chambali di PPM. Al-Jihad Surabaya,
yang selalu memberikan ilmu dan doa selama ini, karena dengan nasehat dari beliau-beliau saya bisa bertahan hidup jauh dari keluarga dan bertanggung
jawab atas kewajiban. Terima kasih tak terkira teruntuk guru-guruku. Dan kepada teman-teman pondok Al-Jihad seperjuangan di kamar Siti Masyitoh,
Nurul Hidayati, Siti Nurjannah, Kunti Fadhila, Ulifatul Badriah, Munirotul Fitriah, teman-teman kamar Ummi Kulsum yang rempong, mbk Athur, mbk Vika, Nanda, Khoir, Dewi, Ifadah, Azizah, Sasa, Wahida, Ofi, Titik, Nia, Ilvin, Fira, Ifa,
sahabat saya Liana Nur Sa’adah dan Fenni Damayanti, kalian semua selalu mendorong dan menyemangati agar selalu maju dan tidak berputus asa, dan selalu saling mengingatkan dalam kebaikan. Sukses bersama-sama untuk kita
semua. Aamiin.
Kepada teman-teman KPI, KKN, Alumni PP. Jabal Noer yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu terimakasih banyak atas saran, motivasi, dan pengalaman
vii
LIA Nurvita Anggraini, NIM, B01210030, 2015, ANALISIS SEMIOTIK, STRATEGI DAKWAH KH. HASIM ASY’ARI DALAM FILM “SANG KIAI”. Skripsi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Kata Kunci: Semiotik, Film, Strategi Dakwah, KH. Hasyim Asy’ari
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah (1) Apa saja strategi dakwah yang digunakan KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai” (2) Bagaimana strategi dakwah KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai”. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui apa saja strategi dakwah yang digunakan KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai” dan mengetahui bagaimana strategi dakwah KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai” berdasarkan teori analisis semiotik model Charles Sander Pierce.
Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, dalam penelitian ini digunakan metode kualitatf non kancah. Kemudian data yang diperoleh, peneliti melakukan observasi dan dokumentasi. Data kemudian dianalisis menggunakan analisis semiotik model Charles Sander Pierce.
x
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Konseptual ... 7
F. Sistematika Pembahasan ... 9
BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Pustaka ... 11
1. Strategi Dakwah ... 11
2. KH. Hasyim Asy’ari ... 18
3. Film Sebagai Media Dakwah ... 21
xi
C. Tahapan Penelitian ... 40
BAB IV : PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 43
1. Seputar Profil Rapi Film ... 43
2. Synopsis Film Sang Kiai ... 47
3. Sekilas Profil Pemain Film Sang Kiai ... 50
B. Analisis Data ... 54
1. Keberpihakan Kepada Kaum Dhu’afa ... 54
2. Internalisasi Agama Dalam Kehidupan Sehari-hari ... 59
3. Nasionalisme ... 66
C. Relevansi Teoritis dengan Ilmu Dakwah. ... 83
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 87
1
A. Latar Belakang
Setiap agama yang timbul di kehidupan manusia di dunia dapat
dipastikan mempunyai tujuan untuk menyebarkan ajaran kebenaran kepada
seluruh umat manusia. Agama islam sendiri dalam penyebaran syari’at islam
telah ada sejak diutusnya Nabi Muhammad SAW dan usaha untuk
menyebarkan kebenaran agama yang diyakini datang dari Tuhan dan
menganutnya dianggap sebagai suatu tugas suci dan pengabdian kepada
tantangan dan tuntutan dakwah, komunikasi dakwah terus menerus mengikuti
perkembangan peradaban manusia.
Semakin tepat dan efektif media yang dipakai semakin efektif pula
upaya pemahaman ajaran Islam pada komunikan dakwah, untuk mencapai
maksimalitas dari tujuan dakwah.2 Untuk menyampaikan dakwah pada saat
ini tidak hanya dapat dilakukan melalui TV, Radio, Surat Cetak, maupun
internet. Namun Film bioskop juga tepat untuk dijadikan proses dalam
menyampaikan pesan dakwah.
Film merupakan salah satu media dakwah yang efisien karena
menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan dan informasi. Penggunaan media modern
seperti media film sudah selayaknya digunakan bagi aktifis dakwah, agar
dakwah dapat diterima oleh publik secara komprehensif.3
Perkembangan film religi di Indonesia mulai bangkit sejak adanya
film Ayat-Ayat Cinta pada tahun 2008, kemudian film Ketika Cinta Bertasbih. Selanjutnya adalah film Emak Ingin Naik Haji, film Perempuan Berkalung Sorban, film Do’a yang Mengancam, film Kun Fayakun, film Sang Pencerah dan juga film Sang Kyai.
Film Sang Kyai, merupakan film Indonesia terbaru di tahun 2013. Film ini telah diputar perdana pada tanggal 30 Mei 2013, di bioskop seluruh
Indonesia. Film yang disutradari oleh Rako Projanto ini menampilkan karya
2Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), h.105
yang komplek dimana film terbaru ini di lengkapi dengan unsur drama,
perang dan dakwah.
Film yang mengangkat kehidupan KH Hasyim Asy'ari dinobatkan
sebagai film terbaik Festival Film Indonesia 2013. Hal itu diumumkan di
malam anugerah FFI 2013 yang digelar di Marina Convention Center,
Semarang.4
Film tersebut berhasil unggul dari "5 Cm", "Belenggu", "Habibie & Ainun" serta "Laura & Marsha". Penghargaan ini sekaligus menempatkan "Sang Kiai" membawa piala citra terbanyak di ajang tersebut. Sebelumnya "Sang Kiai" juga mendapat penghargaan untuk kategori Sutradara Terbaik.5
Secara umum Film Sang Kiai ini bercerita tentang perjalanan perjuangan umat islam tatkala melawan penjajah dan mempertahankan
kemerdekaan NKRI.Sebuah perjuangan revolusiner agama dan bangsa, K.H.
Hasyim Asy’ari. Pada tahun 1942, Jepang untuk pertama kalinya mendarat di
Banten dan melakukan ekspansi ke Indonesia. Keadaan beberapa daerah di
Jawa Timur sempat tidak kondusif. Di pesantren Tebuireng, K.H. Hasyim
Asy’ari dan para santrinya mendiskusikan masalah terkait ekspansi yang akan
dilakukan oleh Jepang hingga ke pesantren Tebuireng atau tidak.
Selang beberapa hari kemudian, tentara Jepang mengobrak-abrik
pesantren Tebuireng dan melakukan penahanan terhadap K.H. Hasyim
Asy’ari. Jepang menuduh K.H. Hsyim Asy’ari terlibat dalam cukir
(kerusuhan pabrik gula). Keadaan ini membuat kericuhan di pesantren
4http://www.republika.co.id/berita/video/umat/13/12/11/mxn0fc-film-sang-kiai-terbaik
Tebuireng dan menimbulkan reaksi dari para putra beliau K.H. Wahid
Hasyim, Karim Hasyim, dan Yusuf Hasyim serta para santri yang ada di
Tebuireng seperti Baidlowi (menantunya), Kang Solichin, orang kepercayaan,
serta tiga santri mudanya, Harun, Hamid dan Abdi.
Harun dan Hamid menyusul ketempat Sang Kiai (KH. Hasyim
Asy’ari) ditahan. Di tengah perjalanan ketika mengintai, sewaktu dikejar
tentara Jepang Hamid ditembak dari belakang oleh tentara Jepang, karena
mengaku sebagai santri Tebuireng. Harun yang melihat hal tersebut langsung
menggotong jasad temannya dan membawa ke Tebuireng. Suasana menjadi
panas. Pada pagi hari, para santri Tebuireng berontak dengan
menggedor-gedor pagar tempat Sang Kiai ditahan.
Usaha untuk membebaskan K.H. Hasyim Asy’ari terus dilakukan
K.H. Wahid Hasyim bersama KH. Wahab Hasbullah meminta agar Sang Kiai
dibebaskan. Tapi upayanya tidak diindahkan oleh Kepala Kempetei Jepang.
Saat santri Tebuireng dan K.H. Wahid Hasyim menuju tempat ditahannya
K.H. Hasyim Asy’ari, tentara Jepang terus menyiksa K.H. Hasyim Asy’ari
dengan menyambuk tangan beliau. Hingga akhirnya K.H. Wahid Hasyim
memilih cara yang lebih halus untuk melunakkan Jepang. Sayangnya hal
tersebut membuat K.H. Hasyim Asy’ari dipindah penjara hingga tiga kali,
yakni mulai dari daerah Jombang, Mojokerto hingga Bubutan Surabaya.
Harun mengajak istrinya untuk keluar dari Tebuireng, karena rasa
kecewanya terhadap sang kyai. Namun, Sri enggan untuk pergi karena
terhadap Harun dan Sri. Disisi lain ia teringat akan pesan Bu Nyai Masduro
“Perempuan itu ibarat pakaian bagi laki-laki, menghangatkan di musim hujan
dan meneduhkan di musim kemarau”. “Mas, terkadang mata itu bisa
menyesatkan apa yang kita lihat”. Tapi hal tersebut tidak digubris oleh Harun,
dan keputusannya meninggalkan pesantren Tebuireng pun dijalaninya.
Jepang mulai mengalami kalah perang, tapi mengembalikan
kedaulatan kepada Sekutu. Utusan Presiden Soekarno menghadap K.H.
Hasyim Asy’ari. Pesan Presiden Soekarno itu soal hukumnya membela tanah
air. Terjadilah resolusi jihad di Surabaya. Para santri bersiap untuk berjihad.
Pada titik ini, Harun mulai terbuka matanya. Peristiwa matinya Mallaby ini
adalah awal perang dahsyat 10 November 1945 yang melibatkan rakyat,
berbagai barisan pemuda serta Laskar Hizbullah bentukan K.H. Hasyim
Asy’ari yang terdiri dari para santri.
Berdasarkan penjelasan diatas kita bisa memahami bahwa sosok KH.
Hasyim Asy’ari sebagai tokoh agama yang mampu memberikan pengaruh
besar terhadap tokoh-tokoh seperti Bung Tomo, anak-anaknya dan para santri
dalam memperjuangkan kemerdekaan. Hal itu tidak terlepas dari peran beliau
dalam berdakwah. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini kami akan mencari:
1. Apa saja strategi dakwah yang digunakan KH. Hasyim Asy’ari dalam film
“Sang Kiai”?
2. Bagaimana strategi dakwah KH. Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai”?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan materi dan rumusan yang telah dipaparkan diatas
maka penulis melakukan penelitian dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui apa saja strategi dakwah yang digunakan KH. Hasyim
Asy’ari dalam film “Sang Kiai”?
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah yang digunakan KH.
Hasyim Asy’ari dalam film “Sang Kiai”?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
a. Hasil dari penelitian dapat memberikan konstribusi berupa ilmu
pengetahuan dan pemikiran baru terhadap perkembangan keilmuan
dibidang komunikasi khususnya pada prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI)
b. Hasil penelitian ini setidaknya dapat menjadi khasanah
dan Penyiaran Islam (KPI) khususnya pada konsentrasi Radio dan
Televisi Dakwah (RTV)
2. Manfaat Secara Praktis
a. Memberikan pengetahuan kepada kaum muslim tentang strategi
dakwah yang disampaikan dalam film.
b. Memperluas ajaran agama islam dengan cara berdakwah melalui
film.
c. Peneltian ini bisa dijadikan tambahan keilmuan dan pengembangan
bagi Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya prodi Komunikasi
dan Penyiaran Islam (KPI).
E. Definisi Konseptual
Untuk memperoleh pemahaman mengenai penelitian ini, maka penulis
perlu menjelaskan definisi pokok dan teori-teori yang dikembangkan sesuai
dengan judul, untuk menghindari salah pemahaman atau ketumpang tindihan
makna dalam masalah penelitian ini. Maka peneliti akan menguraikan sebagai
berikut:
1. Analisis Semiotik
Pengertian semiotik secara terminologis merupakan ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh
kebudayaan sebagai tanda. Dalam kajian ilmu komunikasi semiotik sering
periklanan, tanda-tanda non-verbal, film, komik kartun dan sastra sampai
kepada musik.
Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami bahwa analisis semiotik
adalah upaya untuk mempelajari linguistik bahasa dan lebih luas dari hal
tersebut adalah semua perilaku manusia yang mengandung mkna atau fungsi
sebagai tanda. Bahasa merupakan bagian dari obyek yang dikaji dalam
semiologi.
Selain bahasa yang merupakan representasi terhadap obyek tertentu.
Pemikiran tertentu atau makna tertentu, obyek semiotika juga mempelajari
pada masalah-masalah linguistik.
Dalam kajian penelitian ini penulis menggunakan analisis semiotik
untuk mengkaji film dalam hal adegan, pemikiran dan simbol lainnya yang
berkenaan dengan strategi dakwah sang tokoh dalam hal ini adalah KH.
Hasyim Asy’ari.
2. Strategi Dakwah
Dalam kamus umum bahasa indonesia "strategi" berarti: akal (tipu muslihat) untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan kata strategi itu sendiri
berasal dari bahasa inggris "strategy" yang artinya siasat. Selanjutnya Anwar Arifin memberikan pengertian bahwa suatu strategi adalah keseluruhan
keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai
tujuan.6
Strategi dakwah artinya metode, siasat, taktik yang digunakan dalam
aktifitas (kegiatan) dakwah.7
Film merupakan salah satu media dakwah. Strategi dakwah dalam
film dimaksudkan bagaimana seorang tokoh enggunakan strategi dakwah
dalam menampaikan pesan, tindakan atau pikirannya. Sehingga tujuan dari
dakwahnya bisa tercapai.
3. Film Sang Kiai
Sang Kiai adalah film dramaIndonesia tahun 2013 yang mengangkat
kisah seorang pejuang kemerdekaan sekaligus salah satu pendiri Nahdlatul
Ulama dari Jombang, Jawa Timur yakni Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.
Film ini dibintangi oleh Ikranagara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati
Dolken.
Film ini terpilih sebagai wakil Indonesia untuk kategori Film
Berbahasa Asing Terbaik dalam Academy Awards ke-86.
Berkat kemenangannya dalam Festival Film Indonesia 2013 untuk
kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik
dan Tata Suara Terbaik, film ini dipertontonkan kembali kepada khalayak
ramai di layar lebar pada 9 Januari 2014.8
F. Sistematika Pembahasan
BAB I: PENDAHULUAN. Berisi tentang latar belakang masalah
yang membantu pembaca untuk memahami penelitian tentang “Bagaimana
7 Syukir Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya, Al-Iklas, 1983), h. 32
Strategi Dawah KH. Hasyim Asy’ari dalam Film “Sang Kiai””. Selain itu bab ini dilengkapi dengan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual dan Sistematika Pembahasan.
BAB II: KERANGKA TEORITIK. Berisi kerangka teoritik
mengenai penyampaian dakwah melalui media film, meliputi tiga sub bab, yaitu kajian pustaka, kajian teoritik dan penelitian terdahulu yang relevan.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menjelaskan
secara rinci dan operasional tentang metode dan teknik yang akan digunakan dalam mengkaji subyek penelitian yaitu meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, jenis dan sumber data, unit analisis, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Berisi penyajian
dan analisis data dari bab-bab sebelumnya, yang memuat tentang deskripsi obyek penelitian, penyajian data, analisis data, serta pembahasan.
BAB V: PENUTUP. Bab ini merupakan bab terakhir pada penulisan
11 A. Kajian Pustaka
1. Strategi Dakwah
a. Pengertian Strategi Dakwah
Strategi pada dasarnya adalah penentuan cara yang harus
dilakukan agar mungkin memperoleh hasil yang optimal, efektif,
dan dalam jangka waktu yang relatif singkat, serta tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan.1
Setiap kegiatan apapun tidak akan mencapai kesuksesan
yang maksimal tanpa didorong oleh strategi yang matang. Kegiatan
dengan strategi yang matang pun kadang-kadang terjadi kegagalan
yang berakhir dengan tujuan tak tercapai. Apalagi tanpa
perencanaan sebuah strategi, bisa dibayangkan apa yang nantinya
akan terjadi. Itulah sebabnya mengapa strategi perlu disebar luaskan
penjelasannya, agar semua orang mengenal apa itu strategi dan apa
manfaatnya.
Berikut pendapat tentang strategi dakwah:
a) Ali Aziz
Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
1 H Malayu S.P Hasibunan, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: Bumi
dakwah tertentu, yang artinya arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu,
sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang
jelas serta dapat diukur keberhasilannya.2
b) Asmuni Syukir
Strategi dakwah artinya siasat atau taktik, yang
dipergunakan dalam aktivitas dakwah yang harus
memperhatikan beberapa dari azas-azas dakwah.3
c) Purnomo Setiawan Hari
Kata strategi itu sebenarnya berasal dari bahasa Yunani
“Strategos” kata itu diambil dari kata stratus yang berarti
militer dan Ag yang berarti memimpin. Jadi strategi dalam
konteks awalnya ini diartikan sebagai generalship yang artinya
sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral dalam membuat
rencana untuk menakhlukkan musuh dan memenangkan
peperangan.4
d) Halim
Strategi adalah sebuah seni dalam menentukan
rancangan untuk membangun sebuah perjuangan (pergerakan)
2 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana. 2004, h. 349
3 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), h. 32
4 Setiawan Hari Purnomo, Management Strategi: Sebuah Konsep Pengantar (Jakarta:
yang dapat dijadikan siasat yang biasanya lahir dari pemkiran,
penelitian dan pengalaman seseorang untuk mencapai tujuan.5
e) Napa J. Awat
Yang dimaksud dengan strategi adalah suatu kesatuan
rencana yang komprenship dan terpadu yang menghubungkan
kondisi internal organisasi dengan situasi lingkungan eksternal
agar tujuan organisasi dapat tercapai.6
Dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi dakwah
membutuhkan penyesuaian yang tepat, yakni dengan memperkecil
kelemahan dan ancaman serta memperbesar keunggulan dan
peluang, karena strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Artinya sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan
yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.
Dalam konteks perubahan dan perkembangan sosial yang
seringkali keluar dari nilai dan moralitas agama. Sajian dan
pencapaian dakwah memerlukan penanganan dan perencanaan yang
strategis. Karenanya proses dan aktifitas dakwah yang dipahami
sebagai rekayasa sosial untuk merubah tata pikir dan tata kehidupan
masyarakat menjadi lebih baik.
Meskipun dakwah mengajak kepada kebenaran, tetapi
apabila tidak dirancang dan dikelola dengan baik maka ia akan
5 A. Halim, Strategi Dakwah Yang Terabaikan, dalam jurnal Ilmu Dakwah (Surabaya:
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2002), h. 43
6 Napa J. Ajwat, Manajemen Strategi: Suatu Pendekatan Sistem (Yogyakarta: Liberty,
dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir dengan baik. Pilihan
strategi dalam proses dakwah merupakan salah satu dari pilar-pilar
utama keberhasilan dakwah.
b. Macam-Macam Strategi Dakwah
Al-Bayanuni mendefinisikan strategi dakwah sebagai
ini diterapkan oleh Rasulullah SAW, saat menghadapi kaum
musyrik makkah. Menekankan aspek kemanusiaan semacam
kebersamaan, perhatian kepada fakir miskin, kasih sayang
kepada anak yatim dan sebagainya. Ternyata, para pengikut
Nabi Muhammad SAW pada masa awal umumnya berasal dari
golongan kaum lemah. Dengan strategi ini, kaum lemah merasa
dihargai dan kaum mulia merasa dihormati.
b) Strategi Rasional (al-manhaj al-‘aqli)
Strategi rasional adalah dakwah dengan beberapa
metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini
mendorong mitra dakwah untuk berpikir, merenungkan dan
mengambil pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi, atau
penampilan contoh dan bukti sejarah merupakan dari beberapa
metode dari strategi rasional.
Rasulullah SAW menggunakan strategi ini untuk
menghadapi argumentasi para pemuka Yahudi. Mereka terkenal
dengan kecerdikannya. Kepada mereka, strategi rasional adalah
strategi yang paling tepat.
c) Strategi Indrawi (al-manhaj al-hissi)
Strategi indrawi juga dapat dinamakan dengan strategi
eksperimen atau strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem
dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada
percobaan. Metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah
praktik keagamaan dan keteladanan. Nabi Muhammad SAW
mempraktikkan Islam sebagai perwujudan strategi indrawi yang
disaksikan oleh sahabat. Para sahabat bisa menyaksikan
mukjizat nabi secara langsung, seperti terbelahnya rembulan,
bahkan menyaksikan malaikat Jibril dalam bentuk manusia.
Sedangkan strategi dakwah berdasarkan surat al-Baqarah
ayat 129 dan 151, ali Imran ayat 164, dan al-Jumu’ah ayat 2 adalah
ada tiga:8
a) Strategi Tilawah yaitu strategi yang meminta mitra dakwahnya
untuk mendengarkan penjelasan pendakwah atau mitra dakwah
diminta membaca sendiri pesan yang ditulis oleh pendakwah.
b) Strategi Tazkiyah (menyucikan jiwa) yakni menggunkan aspek
kejiwaan.
c) Strategi Ta’lim yaitu strategi yang hampir sama dengan
strategi tilawah namun strategi ta’lim ini lebih bersifat
mendalam, dilakukan secara formal dan sistematis. Artinya
metode ini hanya dapat diterapkan pada mitra dakwah yang
tetap, dengan kurikulum yang telah dirancang, dilakukan secara
bertahap, serta memiliki target dan tujuan tertentu. Misalnya
nabi mengajarkan Al-Qur’an kepada para sahabat dan akhirnya
sahabat hafal dengan Al-Qur’an dan Hadis. Strategi ini
8 http://tihurua.blogspot.com/2012/03/kesempitan-dan-kegelisahan-hidup.html diakses
memang mebutuhkan waktu yang lebih lama dari strategi
lainnya.
c. Asas-Asas Strategi Dakwah
Strategi dakwah artinya sebagai metode, siasat, taktik yang
dipergunakan dalam aktivitas dakwah, yang dipergunakan di dalam
usaha dakwah.9
Strategi dakwah yang dipergunakan di dalam usaha dakwah
harus memperhatikan beberapa azas dakwah antara lain:10
a) Azas Filosofis: azas ini terutama membicarakan masalah yang
erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
dalam proses atau dalam aktifitas dakwah.
b) Azas Kemampuan dan Keahlian Da’i (achievement and
professional).
c) Azas Sosiologis: azas ini membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya
politik pemerintah setempat, mayoritas agama didaerah
setempat, filosofis sasaran dakwah. Sosiokultural sasaran
dakwah dan sebagainya.
d) Azas Psychologis: azas ini membahas masalah yang erat
hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah
manusia, begitupun sasaran dakwahnya yang memiliki karakter
9 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
32
(kejiwaan) yang unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi
masalah agama, yang merupakan masalah idiologi atau
kepercayaan (rakhaniah) tak luput dari masalah-masalah
psychologis sebagai azas (dasar) dakwahnya.
e) Azas Efektifias dan Efisiensi: azas ini maksudnya adalah di
dalam aktifitas dakwah harus berusaha menseimbangkan antara
biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkan dengan
pencapaian hasilnya, bahkan kalau bisa waktu, biaya dan tenaga
sedikit dapat memperoleh hasil yang maksimal mungkin.
Dengan kata lain ekonomis biaya, tenaga dan waktu tapi dapat
mencapai hasil yang semaksimal mungkin atau
setidak-tidaknya seimbang antara keduanya.
Melihat azas-azas strategi dakwah di atas, seorang da’i perlu
sekali memiliki pengetahuan-pengetahuan yang erat hubungnnya
dengan azas-azas tersebut.11
2. KH. Hasyim Asy’ari
a. Profil KH. Hasyim Asy’ari
KH. Hasyim Asy’ari lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek,
Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 10 April 1875. Meninggal
di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun.
(4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan 1366 H). Beliau dimakamkan di
Tebuireng Jombang. KH. Hasyim Asy’ari adalah salah seorang Pahlawan
Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (organisasi
massa Islam yang terbesar di Indonesia). Dikalangan Nahdliyin dan ulama
pesantren ia dijuluki dengan sebutan "Hadratus Syeikh" yang berarti
“maha guru”12
KH. Hasyim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan
kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di
Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di berbagai
pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren
Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren
Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.13
Pada tahun 1892, KH. Hasyim Asy'ari pergi menimba ilmu ke
Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh
Mahfudh at-Tarmisi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim
Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal,
Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid
Husein Al-Habsyi.14
Di Makkah, awalnya KH. Hasyim Asy'ari belajar dibawah
bimgingan Syaikh Mafudz dari Termas (Pacitan) yang merupakan ulama
dari Indonesia pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Makkah. Syaikh
Mafudz adalah ahli hadis dan hal ini sangat menarik minat belajar KH.
12 http://id.wikipedia.org/wiki/Hasjim_Asy%27ari diakses pada tanggal 14 juli 2014, jam
Hasyim Asy'ari sehingga sekembalinya ke Indonesia pesantren ia sangat
terkenal dalam pengajaran ilmu hadist. Ia mendapatkan ijazah langsung
dari Syaikh Mafudz untuk mengajar Sahih Bukhari, dimana Syaikh
Mahfudz merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (isnad)
hadis dari 23 generasi penerima karya ini. Selain belajar hadis ia juga
belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan
Naqsyabandiyah.15
KH. Hasyim Asy'ari juga mempelajari fiqih madzab Syafi'i di bawah
asuhan Syaikh Ahmad Katib dari Minangkabau yang juga ahli dalam
bidang astronomi (ilmu falak), matematika (ilmu hisab), dan aljabar. Di
masa belajar pada Syaikh Ahmad Katib inilah KH. Hasyim Asy'ari
mempelajari Tafsir Al-manar karya monumental Muhammad Abduh.
Pada prinsipnya ia mengagumi rasionalitas pemikiran Abduh akan tetapi
kurang setuju dengan ejekan Abduh terhadap ulama tradisionalis.16
Gurunya yang lain adalah termasuk ulama terkenal dari Banten yang
mukim di Makkah yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani. Sementara guru yang
bukan dari Nusantara antara lain Syaikh Shata dan Syaikh Dagistani yang
merupakan ulama terkenal pada masa itu. Pada tahun 1899, sepulangnya
dari Mekah, KH. Hasyim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebuireng, yang
kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20.
15 Ibid
Pada tahun 1926, KH Hasyim Asy'ari menjadi salah satu pemrakarsa
berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.17
3. Film Sebagai Media Dakwah
a. Pengertian Film
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, film adalah selaput
tipis yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negatif (yang
akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan
di bioskop).18 Sedangkan secara etimologis, film adalah gambar hidup
cerita hidup, sedangkan menurut beberapa pendapat, film adalah
susunan gambar yang ada dalam selliloid. Kemudian diputar menurut
teknologi proyektor yang sebetulnya telah menawarkan nafas
demokrasi, dan bisa ditafsirkan dalam berbagai makna.19
Film adalah sekumpulan gambar-gambar bergerak yang
dijadikan satu untuk disajikan kepada penonton (public). Film
mempunyai kelebihan bermain pada sisi emosional dan mempunyai
pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi pemirsa, film
hadir dalam bentuk penglihatan dan pendengaran inilah penonton
dalam melihat langsung nilai-nilai yang terkandung dalam film.20
17 Ibid
18 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 316
19 Gatot Prakoso, Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental & Documenter
FFTV-IKJ dengan YLP (Jakarta: Fatma Perss, 1977), h. 22.
20 Syukriadi Sambas, Komunikasi Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah
Film dapat dijadikan media dakwah dengan kelebihan
sebagai audio visual, keunikan film sebagai wasilah dakwah antara
lain:21
1) Secara psikologis penyuguhan secara hidup dan tampak yang
dapat berlanjut dengan “Animation” memiliki kecenderungan
yang unik dalam keunggulan daya efektifnya terhadap penonton.
2) Media film yang menyuguhkan pesan yang hidup dapat
mengurangi keraguan, apa yang disuguhkan mudah diingat dan
mengurangi kelupaan.
b. Jenis-jenis Film
Film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita,
film documenter dan film kartun.
a) Film Cerita
Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik
sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang
dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual,
yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang
dapat dilihat dengan suara yang dapat didengar, dan yang
merupakan suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati,
sungguh merupakan suatu medium yang bagus untuk mengolah
unsur-unsur tadi.22
21 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), h. 153
22 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
b) Film Berita
Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta,
peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka
film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita
(newsvalue). Kriteria berita itu adalah penting dan menarik. Yang
terpenting dalam film berita adalah peristiwanya terekam secara
utuh.
Film berita sudah tua usianya, lebih tua dari film cerita.
Bahkan film cerita yang pertama-tama dipertunjukkan kepada
publik kebanyakan berdasarkan film berita.23
c) Film Dokumenter
Film documenter (documnetary film) didefinisikan oleh
Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan
(creative treatment of actuality)”. Berbeda dengan film berita
yang merupakan kenyataan, maka film dokumenter merupakan
hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan
tersebut.
Raymond Spottiswoode dalam bukunya A Grammar of the
film menyatakan: “Film Dokumenter dilihat dari segi subjek dan
pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang
didramatisir dengan kehidupan kelembagaannya, baik lembaga
industri, sosial, maupun politik dan dilihat dari segi teknik
23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
merupakan bentuk yang kurang penting dibandingkan dengan
isinya.24
d) Film Kartun
Film kartun (cartoon film) dibuat untuk dikonsumsi
anak-anak. Tujuan utama dari flm kartun adalah untuk menghibur.
Walaupun tujuan utamanya untuk menghibur, tapi terdapat pula
film-film kartun yang mengandung unsur-unsur pendidikan
didalamnya.25
Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini
adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya sinematografi
telah menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan
gambar-gambar yang mereka lukis. Titik berat pembuatan film
kartun adalah seni lukis. Dan setiap lukisan memerlukan
ketelitian. Satu per satu dilukis dengan seksama untuk kemudian
dipotret satu per satu pula. Film kartun tidak dilukis oleh satu
orang tetapi oleh pelukis-pelukis dalam jumlah banyak.26
c. Perkembangan Dakwah Melalui Film
Perkembangan tekhnologi membawa perubahan besar
terhadap peradaban manusia. Dengan semakin majunya tekhnologi
informasi membuat bumi menjadi sangat sempit. Hasil kemajuan
24 Ibid, h. 215
25 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media) h. 138
26 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
dibidang ini berdampak pada derasnya arus informasi yang tak
mengenal batas ruang dan waktu. Derasnya arus informasi ini
didukung oleh berbagai media sebagai corong penyampai pesan baik
itu komunikasi yang bersifat massa maupun pribadi. Film merupakan
media komunikasi yang efektif dalam mengkomunikasikan nilai-nilai
kepada masyarakat sehingga prilaku penonton dapat berubah
mengikuti apa yang disaksikannya dalam berbagai film yang
disaksikannya. Melihat hal demikian film sangat memungkinkan
sekali media film digunakan sebagai sarana penyampai syiar Islam
kepada masyarakat luas.27
Film sebagai salah satu media komunikasi, tentunya
memiliki pesan yang akan disampaikan. Maka isi pesan dalam film
merupakan dimensi isi, sedangkan Film sebagai alat (media) berposisi
sebagai dimensi hubungan. Dalam hal ini, pengaruh suatu pesan akan
berbeda bila disajikan dengan media yan berbeda. Misalnya, suatu
cerita yang penuh dengan kekerasan dan seksualisme yang disajikan
oleh media audio-visual (Film dan Televisi) boleh jadi menimbulkan
pengaruh yang jauh lebih hebat, misalnya dalam bentuk peniruan oleh
anak-anak atau remaja yang disebabkan oleh tontonan sebuah film,
bila dibanding dengan penyajian cerita yang sama lewat majalah dan
radio, karena film memiliki sifat audio visual-visual,sedangkan
majalah mempunyai sifat visual saja dan radio mempunyai sifat audio
27 http://hilwanisari.wordpress.com/2012/01/04/film-sebagai-media-dakwah/ diakses pada
saja. Berkenaan dengan ini, tidaklah mengejutkan bila Marshall
Mcluhan mengatakan The medium is the message.28
Film sebagai salah satu produk kemajuan teknologi
mempunyai pengaruh yang besar terhadap arus komunikasi yang
terjadi ditengah-tengah masyarakat. Bila dilihat lebih jauh film bukan
hanya sekedar tontonan atau hiburan belaka, melainkan sebagai suatu
media komunikasi yang efektif. Melalui film kita dapat
mengekspresikan seni dan kreativitas sekaligus mengkomunikasikan
nilai-nilai ataupun kebudayaan dari berbagai kondisi masyarakat.
Dengan demikian melalui film bisa disampaikan identitas suatu
bangsa. Layaknya sebuah pemandangan, Film tidak hanya sebagai
tontonan belaka. Akan tetapi dalam film terkandung pesona dan
kehebatan melalui cerita-cerita yang sangat lokal, para pembuat film
yang tahu kehidupan, mengerti masyarakatnya, bisa menyampaikan
pesan-pesan universal untuk seluruh umat manusia. Film tidak
mengenal batasan geografis, yang memang dibuat orang bukan untuk
kepentingan politik. Bahasa film cuma satu, bahasa umat manusia.29
Film-film yang baik, tentunya akan memberikan pengalaman
batin dan pengalaman audio visual baru mengenai sebuah masyarakat,
suatu kebudayaan, yang unik dan sering tak terduga bagi orang yang
menontonya. Film merupakan media komunikasi yang efektif dalam
mengkomunikasikan nilai-nilai kepada masyarakat sehingga prilaku
penonton dapat berubah mengikuti apa yang disaksikannya dalam
berbagai film yang disaksikannya. Melihat hal demikian film sangat
memungkinkan sekali digunakan ssebagai sarana penyampai syiar
Islam kepada masyarakat luas. Dalam penyampaian pesan melalui
Film terjadi proses yang berdampak signifikan bagi para penontonnya.
Ketika menonton sebuah film, terjadi identifikasi psikologis dari diri
penonton terhadap apa yang disaksikannya. Penonton memahami dan
merasakan seperti apa yang dialami salah satu pemeran. Pesan-pesan
yang termuat dalam sejumlah adegan film akan membekas dalam jiwa
penonton, sehingga pada akhirnya pesan-pesan itu membentuk
karakter penonton. Seperti apa yang diungkapkan Asep Kusnawan
(2004) yang mengutip Onong Uchayana E (2000), film merupakan
medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi
juga untuk penerangan dan pendidikan. Dengan demikian lebih jauh
film diharapkan dapat memperbaiki kondisi masyarakat melalui
pesan-pesan yang disampaikannya.30
Keberhasilan dakwah melalui media televisi tidak hanya
tergantung kepada kelebihan-kelebihan yang dimiliki media. Akan
tetapi sangat tergantung pula pada orang yang mempergunakan media
ini yang hal ini sejalan dengan istilah The Man Behind The Gun.
Sehingga bagaimanapun canggihnya sebuah karya teknologi termasuk
televisi, akan tetapi apabila orang yang ingin memanfaatkan peralatan
itu ternyata tidak mampu mengoperasionalkannya, maka peralatan itu
tidak akan ada gunanya. Demikian juga bagi seorang da’i yang ingin
memanfaatkan media televisi untuk berdakwah, ia dituntut untuk
memahami betul bagaimana penggunaan media ini, termasuk di
dalamnya penentuan metode dan teknik dakwahnya. Karena tanpa
adanya metode dan teknik dakwah yang tepat dalam mempergunakan
media televisi, justru hanya akan membuang tenaga dan biaya, serta
juga akan menambah jauhnya kegiatan dakwah dengan masyarakat.
Dari hasil pengamatan penulis, baik melalui literatur yang
sudah ada serta pengamatan langsung terhadap perkembangan dakwah
melalui media televisi di Indonesia, dengan pendekatan sedikit
pengetahuan penulis mengenai dasar-dasar produksi program televisi
dan metodologi dakwah, kelihatannya ada perkembangan di dalam
penggunaan metode dan teknik dakwahnya (secara khususnya
tekniknya) yang hal itu juga dipengaruhi oleh perkembangan industri
pertelevisian di Indonesia itu sendiri. Untuk lebih mempermudah
identifikasi dan klasifikasi metode dan teknik dakwah yang
dipergunakan.
d. Peran Film Sebagai Media Dakwah
Televisi sebagai salah satu produk ilmu pengetahuan dan
tekhnologi (IPTEK) dalam bidang komunikasi telah hadir
ditengah-tengah kehidupan umat manusia. Sebagai sarana informasi televisi
lewat tayangan-tayangan hiburan, talk shaw, dan film. Dalam tulisan
ini akan diketengahkan tentang peran film sebagai sarana untuk
menyiarkan dakwah Islamiyah. Dakwah mengandung pengertian
sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan,
tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan
berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara
individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman
terhadap ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya
dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan. Dengan demikian maka
esensi dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi),
rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima
ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan
pribadinya sendiri bukan untuk kepentingan juru dakwah atau juru
penerang.31
Film itu seperti diketahui merupakan salah satu acara yang
ditayangkan televisi. Terdapat beberapa pesan moral yang dapat
diangkat atau diambil maknanya dari tayangan-tayangan film yang
disesuaikan dengan alur atau jalan cerita dari isi film tersebut. Sebab
film memberikan peluang untuk terjadinya peniruan apakah itu positif
ataupun negatif. Dikarenakan dampak yang ditimbulkan lewat
acara-acara film begitu besar maka sungguh pas dan tepat jika proses
31 http://hilwanisari.wordpress.com/2012/01/04/film-sebagai-media-dakwah/ diakses pada
dakwah pun dilakukan melalui film-film yang bertemakan dakwah.
Salah satu film yang memberikan pesan dakwah adalah Kiamat Sudah
Dekat, dalam film itu menceriatakan tentang pemuda modern yang
funky dan gaul dan jauh dari agama. Ia mencintai seorang gadis
muslimah anak Pak Haji. Pada akhir cerita ini pemuda tersebut
akhirnya dapat menikahi gadis muslimah tersebut dengan
persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh orang tuanya yang pada akhirnya
membuat pemuda itu menjadi sadar dan taat beribadah.32
“Kiamat Sudah Dekat” bukan satu-satunya film televisi
yang mengandung unsur dakwah, sebagaimana film-film yang lainnya.
Bahkan bila kita amati masih banyak lagi film-film yang dikonsumsi
oleh pemirsa (mad’u) seperti film Rahasia Illahi, Demi Masa, Insyaf,
Taubat, dan masih banyak lagi film yang lain yang diwarnai oleh
pesan-pesan dakwah Islamiyah. Salah satu fungsi film yang
ditayangkan oleh televisi yaitu sebagai alat komunikasi. Sebab
komunikasi adalah salah satu faktor yang penting bagi perkembangan
hidup manusia sebagai makhluk sosial. Tanpa mengadakan
komunikasi individu tidak mungkin dapat berkembang dengan normal
dalam lingkungan sosialnya. Oleh karena tak ada manusia individu
yang berkembang tanpa komunikasi dengan manusia individu yang
lainnya.33
32 Ibid
Sejak manusia dilahirkan, oleh tuhan diberinya
kemampuan-kemampuan dasar untuk berkomunikasi denngan orang lain atau
dengan situasi lingkungan dengan menggunakan berbagai macam
media yang salah satunya melalui acara-acara yang ditayangkan oleh
televisi. Dengan melihat permasalahan di atas maka bisa dikatakan
bahwa komunikasi dakwah lewat film bisa mempengaruhi kondisi
psikologis pemirsa yang menyaksikannya sehingga dapat menerima
ajaran-ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan sasaran dakwah yang
menjadi tujuan dakwah yaitu ” Amar ma’ruf nahi Munkar“.34
e. Kelebihan dan Kekurangan Film Sebagai Media Dakwah
Film memberikan pengaruh yang besar pada jiwa manusia.
Dalam satu proses menonton film, terjadi suatu gejala yang disebut
oleh ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologis. Ketika proses
decoding terjadi, para penontn kerap menyamakan atau meniru
seluruh pribadinya dengan peran film. Penonton bukan hanya dapat
memahami atau merasakan seperti yang dialami oleh salah satu
pemeran, lebih dari itu mereka juga seolah-olah mengalami sendiri
adegan-adegan dalam film. Pengaruh film bukan hanya sampai disitu.
Pesan-pesan yang termuat dalam film akan membekas dalam jiwa
penonton. Lebih jauh pesan itu akan membentuk karakter penonton.35
34 Ibid
1) Kelebihan Film sebagai media dakwah ini antara lain:36
a) Secara Psikologis, penyuguhan secara hidup dan nampak yang
dapat berlanjut dengan animation mempunyai kecenderungan
umum yang unik dalam keunggulan daya efektifitasnya terhadap
penonton. Banyak hal-hal yang abstrak dan samar-samar serta
sulit diterangkan, dapat disuguhkan pada khalayak secara lebih
baik dan efisien oleh media film ini.
b) Bahwa media film yang menyuguhkan pesan yang hidup akan
mengurangi keraguan apa yang disuguhkan, lebih mudah diingat
dan mengurangi kelupaan.
c) Khusus bagi khalayak anak-anak dan sementara kalangan orang
dewasa cenderung menerima secara bulat, tanpa lebih banyak
mengajukan pertanyaan terhadap seluruh kenyataan situasi yang
disuguhkan film.
2) Kekurangan film sebagai media dakwah:
Pakar komunikasi Rogers & Shoemaker menyatakan bahwa
komunikasi adalah proses pesan yang disampaikan dari sumber
kepada penerima. Komunikasi yang menyebar melalui media
massa akan memiliki dampak vertikal (mengalami taraf
internalisasi/penghayatan) apalagi jika para tokoh
(opinion-leaders) ikut menebarkannya. Sementara pakar komunikasi lain,
36 Drs. H. Hasan Bisri WD, MA, Ilmu Dakwah, (Surabaya: Biro Penerbitan dan
Lazarfield menyatakan bahwa jalannya pesan melalui media massa
akan sangat mempengaruhi masyarakat penerimanya.37
Dalam aspek kehadirannya terjadinya perubahan
penjadwalan kegiatan sehari-hari dalam keluarga muslim dan
muslimah. Sebagai contoh adalah, waktu selepas maghrib yang
biasanya digunakan anak-anak muslim-muslimah untuk mengaji
dan belajar agama berubah dengan menonton acara-acara yang
kebanyakan tidak bermanfaat atau bahkan merusak. Sementara
bagi para remaja dan orangtua, selepas bekerja atau sekolah
dibandingkan datang ke pengajian dan majlis-majlis taklim atau
membaca buku, kebanyakan lebih senang menghabiskan waktunya
dengan menonton TV. Sebenarnya TV dapat menjadi sarana
dakwah yang luar biasa, sesuai dengan teori komunikasi yang
menyatakan bahwa media audio-visual memiliki pengaruh yang
tertinggi dalam membentuk kepribadian seseorang maupun
masyarakat, asal dikemas dan dirancang agar sesuai dengan
nilai-nilai yang Islami.38
B. Penelitian Dahulu yang Relevan
Adapun penelitian terdahulu yang dapat dijadikan panduan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
37 http://hilwanisari.wordpress.com/2012/01/04/film-sebagai-media-dakwah/ diakses pada
Sri Utami, 2010, Dakwah Dalam Film Sang Pencerah (Analisis
Semiotik Strategi Dakwah Dalam Film Sang Pencerah), Mahasiswa Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel
Surabaya. Dalam skripsi ini penelitian ini menggunakan metode kualitatif
non kancah dan menggunakan analisis semiotik Charles Sanders Peirce.
Skripsi ini menghasilkan sejauh mana strategi dan model dakwah yang
digunakan Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah.
Adapun persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang
sekarang adalah sama-sama menggunakan metode kualitatif non kancah dan
menggunakan analisis semiotik Charles Sanders Peirce dan sama-sama
menggunakan media film dalam penelitiannya. Dan perbedaan dari
penelitian terdahulu adalah film yang diteliti dan tujuan penelitiannya.39
Maulidia Arianti Yosita, 2013, Tawassul Sebagai Strategi Dakwah
KH. Muhammad Hasan Di Pondok Pesantren Baitul Ulum Tempel Gempol
Pasuruan. Dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis
penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menyimpulkan, bahwa proses
tawassul yang dilakukan oleh KH. Muhammad Hasan adalah membaca
fatihah, kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Ikhlas, surat
Al-Falaq, surat An-Naas, surat Al-Fatihah, Istighfar, Sholawat dan Syahadat.
Persamaan penelitian yang dahulu sama sekarang adalah sama-sama
menggunakan strategi dakwah. Dan adapun perbedaannya adalah peneliti
39 Sri Utami, Dakwah Dalam Film Sang Pencerah (Analisis Semiotik Strategi Dakwah
yang dahulu menggunakan media pondok pesantren sebagai objek
penelitiannya dan penelitian yang sekarang menggunakan media film.40
Fitri Munadiro, 2008. Dakwah Islam di JTV (Analisis Semiotik Nama
Progam Wak Kaji Show). Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Skripsi ini
menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Penelitian ini mengangkat
topik tentang makna yang terkandung dalam nama progam wak kaji show,
dikarenakan kita sebagai manusia adalah makhluk sosial yang hidup penuh
dengan lambang atau symbol.
Adapun perbedannya adalah penelitian yang dahulu menggunakan
analisis semiotik Roland Barthes. Sedangkan penelitian yang sekarang
menggunakan analisis semiotik Charles Sanders Pierce.41
40 Maulidia Arianti Yosita, Tawassul Sebagai Strategi Dakwah KH. Muhammad Hasan
Di Pondok Pesantren Baitul Ulum Tempel Gempol Pasuruan, (Surabaya: Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya,2013)
1 Fitri Munadiro, Dakwah Islam di JTV (Analisis Semiotik Nama Progam Wak Kaji
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan
masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya
dicarikan jalan keluarnya. Sehingga dengan kata lain, metodelogi ini menjadi
pisau bedah bagi penelitian untuk mengupas penelitian, sehingga tercipta
hasil karya penelitian yang akurat. Yaitu dengan menggunakan data yang
pasti dengan membaca informasi tertulis, berfikir dan melihat objek. Dengan
demikian peneliti memaparkan serta menjabarkan secara rinci dan
menyeluruh sehingga menghasilkan suatu bentuk data yang menyeluruh.1
Pendekatan dalam penelitan ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, perepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistic,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.2
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
1 Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda, 1989), h.49
2Moleong Lexy, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung, Remaja
lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic
(utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi
ke dalam variabel atau hipotesis. Tetapi, perlu memandangnya sebagai bagian
dari sesuatu keutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Sedangkan dalam bukunya Introduction to Qualitatif yang diterjemahkan oleh
Arief Furqon, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menfhasilkan data
diskriptif baik ucapan maupun tulisan dan perilaku yang dapat diambil dari
orang-orang atau subyek itu sendiri.3 Selain itu peneliti menggunakan model
deskriptif karena peneliti yang berusaha untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data jadi ia juga menyajikan
data, menganalisis dan menginteprestasi.4
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis teks semiotik karena
peneliti memfokuskan pada kajian makna strategi dakwah KH. Hasyim
Asy’ari dalam film sang kiai, yang terkait dengan perilaku, perepsi, motivasi, dan tindakan.
Robert Bogdan, Steven J. Taylor, Introduction to Qualitatif Methode, (Surabaya:
Terjemah Arif Furqon, Usaha Nasional, 1992), 21-22.
4MulyanaDedi, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis semiotik model Charles
Sanders Peirce. Pada semiotik model pierce ini, lebih menekankan pada
logika dan filosofi dari tanda-tanda yang ada di masyarakat.5
Yang dimaksud tanda ini sangat luas. Pierce membedakan tanda atas
lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index). Dapat dijelaskan sebagai berikut:6
1. Lambang: suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya
merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional.
Lambing ini adalah tanda yang dibentuk karena adanya consensus dari
para pengguna tanda.
2. Ikon: suatu tanda yang mana hubungan antara tanda dan acuannya
berupa hubungan berupa kemiripan. Jadi, ikon adalah bentuk tanda yang
dalam berbagai bentuk menyerupai objek dari tanda tersebut.
3. Indeks: suatu tanda yang mana hubungan tanda dan acuannya timbul
karena adanya kedekatan eksistensi. Jadi indeks adalah suatu tanda yang
mempunyai hubungan langsung (kausalitas) dengan objeknya.
Dalam analisis semiotic Charles S. Pierce, Semiotika berasal dari tiga
elemen utama, yang disebut Pierce teori segitiga makna atau triangle meaning, yaitu:7
5 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta, kencana, 2009), h. 264
6 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta, kencana, 2009), h. 264
Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh
panca indra manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk
(merepresentasikan) hal lain diluar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini disebut
objek. Acuan tanda atau objek adalah konteks sosial yang menjadi referensi
dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau
makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah
tanda. Hal yang terpenting dalam pross semiosis adalah bagaimana makna
muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat
berkomunikasi.
Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian tersebut, peneliti
mencoba menjelaskan atau mengungkap tanda dalam bentuk bahasa dan
gambar mengenai Strategi Dakwah KH. Hasyim Asy’ari dalam Film “Sang Kiai”.
Sign
B. Unit Analisis
Unit analisisnya adalah film Sang Kiai yang di sutradarai oleh Rako Prijanto yang menceritakan tentang perjalanan KH. Hasyim Asy’ari tatkala
melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan NKRI. Dalam film ini
dilengkapi dengan unsur drama, perang, dan dakwah. Secara keseluruhan
durasi film Sang Kiai adalah 134 menit yang nantinya akan dianalisis dengan menggunakan analisis semiotic model Charles Sanders Peirce.
Pada penelitan ini yang termasuk dalam ruang lingkup penelitiannya
adalah shot dan scene yang telah dipilih, hanya shot dan scene yang memiliki
muatan strategi dakwah yang dianalisis. Analisis semiotika digunakan pada
analisis media dengan asumsi media dikomunikasikan oleh seperangkat
tanda, dan film merupakan salah satu fenomena komunikasi yang sarat akan
tanda-tanda tersebut. Dalam film pesan yang disampaikan oleh pembuat film
atau sutradara belum tentu dapat diterima oleh penonton. Karena dalam film
banyak dijumpai tanda-tanda ataupun symbol yang mempunyai makna
tersembunyi.
C. Tahapan Penelitian
a. Penjajakan
Tahap ini adalah untuk memperoleh gambaran umum mengenai
objek yang akan diteliti, yaitu film Sang Kiai. Langkah yang dilakukan peneliti adalah menyusun rangkaian penelitian, mula-mula peneliti
dakwah di dalamnya, lalu peneliti mengkonsultasikan serta mengusulkan
judul skripsi kepada ketua jurusan dan setelah disetujui oleh ketua
jurusan, peneliti membuat proposal penelitian dengan diberi pengarahan
oleh dosen pembimbing dan dilanjutkan dengan ujian proposal.
b. Mencari dan Menentukan Tema
Tahap ini merupakan orientasi untuk memperoleh gambaran
umum mengenai strategi dakwah yang terdapat dalam film Sang Kyai, langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah mencari dan menentukan
tema yang sesuai dengan penelitian ini, dan tema yang dipilih adalah
kegiatan tentang isi pesan dan bahasa dalam film yaitu strategi dakwah.
Disini juga menentukan rumusan masalah peneliti yang hendak dicapai
dari penelitian ini hingga pada rasional mengapa topic diputuskan untuk
dikaji.
c. Mengumpulkan Data
Dalam tahap ini peneliti akan mengumpulkan data dari video
Film Sang Kiai, mengenai shot dan scene yang mengandung strategi dakwah.
d. Tahap analisis data
Tahap ini untuk membedah gambar dan bahasa yang ada
kemudian dianalisis menggunakan analisis semiotic model Charles
Sanders Peirce. Setelah itu menarik kesimpulan untuk memperoleh arti
dan makna dari tanda yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil
e. Menarik kesimpulan
Menarik kesimpulan dengan membuat laporan penelitian yang
A. Setting Penelitian
1. Seputar Profil Rapi Films
Rapi Films adalah perusahaan produksi film
veteran di industri perfilman Indonesia. Mereka sudah
bergerak di industri ini selama lebih dari 35 tahun.
Sebagai salah satu produser terkemuka di Negara ini, Rapi Films bukan hanya
memproduksi film untuk pasar domestik, tetapi selama 15 tahun terakhir ini
mereka juga sudah berhasil menembus pasar internasional.1
Rapi Films yang didirikan pada tahun 1968, memulai operasinya
dengan mengimport film dari Amerika dan Eropa ke Indonesia. Pada tahun
1971, mereka memulai divisi baru untuk memproduksi film panjang. Sampai
dengan hari ini, Rapi Films telah menyelesaikan 95 produksi film panjang
dan telah menerima penghargaan Film Terbaik dan Pencapaian Box-Office
Tertinggi untuk beberapa film produksi mereka.2
Di antara merebaknya film-film hantu, Rapi Film nekad menggarap
film Sang Kyai. Tahun 2012 banyak film Indonesia yang mulai berkualitas. Sebut saja 5cm, Habibie dan Ainun, Brandal-Berandal Ciliwung, Di Timur Matahari, Negeri 5 Menara, Tanah Surga Katanya, Perahu Kertas, The Raid,
1http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/production.php?comid=763 di
aksespadatanggal 2 juli 2014 jam 9.41
2http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/production.php?comid=763 di
Soegija, dan Republik Twitter. Tak termasuk film instan yang dibintangi oleh para hantu seleb. Banyaknya film yang memiliki misi inspiratif ini boleh jadi
merupakan tanda kebangkitan perfilman Indonesia.
Film garapan RAPI Film yang berdurasi 136 menit ini menyabet
empat Piala Citra, sekaligus dinobatkan sebagai film bioskop terbaik pada
Malam Penganugrahan Festifal Film Indonesia (FFI) 2013 yang berlangsung
di Marina Convention Centre (MCC) Semarang, pada tanggal 7 Desember
2013 malam. Empat ketegori Piala Citra yang dimenangi “Sang Kiai” produksi PT. Rapi Film, yakni film bioskop terbaik pada tahun 2013,
sutradara terbaik, pemeran pendukung pria terbaik dan penata suara terbaik.3
Film merupakan media komunikasi yang mengemas sebuah kejadian
dan peristiwa untuk dapat dinikmati sebagai hiburan dan sekaligus
pencerahan. Sebagai media penghibur dan sekaligus pencerah (mendidik)
sebuah film diproduksi secara serius. Unsur hiburan tak akan berkesan jika
tak ada pesan yang mudah dicerna oleh penonton. Film-film serius yang
kutulis di atas merupakan contoh bagaimana film dibuat bukan sebagai
tontonan hiburan tetapi juga tontonan inspiratif.
Sang Kiai headline Film tentang tokoh panutan bagi bangsa Indonesia termasuk yang penggarapannya serius. Film seperti ini adalah tontonan yang
menghibur sekaligus mendidik. Film yang digarap oleh RAPI Film, Sang Kiai adalah film yang mengisahkan perjuangan KH. Hasyim Asy’ari ini
diharapkan dapat menggenahkan kaum muda terhadap sosok sang pahlawan.
Siapa yang tahu kalau beliaulah Kyai Pertama di Indonesia yang menyerukan
Jihad kepada para santri, melawan Sekutu hingga pecah perang 10 November
1945.
Film yang disutradarai oleh Rako Priyanto ini melibatkan beberapa
aktor antara lain, Ikra Negara sebagai K.H. Hasyim Asy’ari, Christine Hakim
sebagai Nyai Kapu, Agus Kuncoro sebagai Wahid Hasyim, Adipati Dolken
sebagai Harun, dan Dimas Aditya sebagai Husyein. Syuting film ini
dituntaskan di Gedung Joeang 45 Solo, setelah Kediri, Nggondang, Klaten,
Magelang, Ambarawa, dan Semarang. Sang Kiai direncanakan tayang pada pertengahan 2013.4
Berikut ini adalah profil singkat seputar film Sang Kiai, serta nama-nama sejumlah orang yang terlibat didalamnya, yakni sebagai berikut:
“Sang Kiai”
4 http://mataharitimoer.com/sang-kyai-di-antara-para-hantu/, diakses pada tanggal 26