• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEGON MATA PELAJARAN AKHLAQ MENGGUNAKAN STRATEGI READING ALOUD BAGI SISWA KELAS III B SDIT SAROJA KUTISARI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEGON MATA PELAJARAN AKHLAQ MENGGUNAKAN STRATEGI READING ALOUD BAGI SISWA KELAS III B SDIT SAROJA KUTISARI SURABAYA."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEGON MATA PELAJARAN AKHLAQ MENGGUNAKAN STRATEGI READING

ALOUD BAGI SISWA KELAS III B SDIT SAROJA KUTISARI

SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

SITI MASLACHATUL UMMAH NIM : D77212099

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Siti Maslachatul Ummah, 2016. Peningkatan Keterampilan Membaca Pegon Mata Pelajaran Akhlaq Menggunakan Strategi Reading Aloud Bagi Siswa Kelas III B SDIT SAROJA Kutisari Surabaya.

Kata Kunci : Keterampilan Membaca Pegon dan Strategi Reading Aloud

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil temuan bahwa di SDI Terpadu Saroja Kutisari masih terdapat kurang lebih 48% siswa dikelas III B yang masih minim dalam keterampilan membaca pegon, sehingga banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 70. Hal tersebut disebabkan karena strategi yang dipakai guru monoton dan guru tidak membuat RPP pada setiap kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai aspek kognitif pada mata pelajaran akhlaq, siswa harus memiliki keterampilan membaca

pegon agar dapat memahami materi yang dipaparkan di Kitabul Akhlaq. Untuk

meningkatkan keterampilan membaca pegon peneliti mengambil tindakan untuk melakukan pembelajaran dengan menggunakan strategi reading aloud pada materi sifat mustahil Allah yang dilaksanakan pada dua siklus.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Kurt Lewin. Tiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan

(planning), tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflection).

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan strategi

reading aloud dalam meningkatan keterampilan membaca pegon pada mata

pelajaran akhlaq dan bagaimana peningkatan keterampilan membaca pegon pada mata pelajaran akhlaq dengan menggunakan strategi reading aloud bagi siswa kelas III B SDIT Saroja Kutisari Surabaya.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tindakan yang Dipilih ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 8

E. Lingkup Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

G.Manfaat Penelitian ... 11

H.Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A.Keterampilan Membaca ... 13

1. Pengertian Membaca ... 13

2. Tujuan Membaca ... 16

3. Manfaat Membaca ... 19

(8)

5. Indikator dalam Keterampilan Membaca ... 23

B.Pegon ... 25

a. Pengertian Pegon ... 25

b. Kaedah Penulisan Huruf Arab Pegon ... 26

C.Pembelajaran Akhlaq ... 28

a. Pengertian Pembelajaran Akhlaq ... 28

b. Dasar dan Tujuan Pembelajaran Akhlaq... 29

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akhlaq ... 30

D.Strategi Reading Aloud ... 33

1. Pengertian Strategi Reading Aloud ... 33

2. Tujuan Strategi Reading Aloud ... 34

3. Langkah-Langkah Strategi Reading Aloud ... 35

4. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Reading Aloud ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 39

B.Setting dan Subjek Penelitian ... 42

C.Variabel yang diteliti... 43

D.Rencana Tindakan ... 43

E. Data dan Cara Pengumpulan Data ... 52

F. Teknik Analisis Data... 57

G.Indikator Kinerja ... 60

H.Tim Peneliti dan Tugasnya ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Penggunaan Strategi Reading Aloud ... 63

1. Siklus I ... 63

2. Siklus II ... 83

B. Pembahasan ... 100

(9)

2. Aktivitas Siswa ... 103 C. Peningkatan Keterampilan Membaca Pegon Siswa Mata

Pelajaran Akhlaq………... 106

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 111 B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran Akhlaq merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang sekolah madrasah. Akhlaq adalah bentuk jamak dari kata al khuluqu yang berada antara kata kholiqun dan makhluqun Dengan demikian akhlaq mempunyai dua dimensi hubungan, yaitu hubungan vertikal kepada tuhan (kholiq) dan hubungan horisontal kepada sesama ciptaan tuhan

(makhluq). Jadi, Akhlaq adalah sikap dan tingkah laku jiwa yang mantap dan

mapan yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa pertimbangan apapun, melainkan timbul dengan sendirinya, tanpa dibuat-buat, pura-pura, basa-basi dan memang apa adanya (natural).1 Pembelajaran akhlaq merupakan sarana untuk mengenal Allah. Dalam pembelajaran akhlaq siswa harus memahami materi yang dipaparkan melalui kegiatan membaca. Setelah memahami materi siswa diharapkan dapat mengimplementasikan apa yang telah dipelajari dan dipahaminya dalam kehidupan sehari-hari.

Membaca adalah sebuah cara untuk mendapatkan informasi yang melibatkan simbol-simbol atau frasa dan membutuhkan pemahaman agar dapat mengerti apa yang kita baca. Melalui kegiatan membaca kita juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Menumbuhkan minat membaca sejak dini sangat diperlukan agar generasi penerus kita gemar membaca. Membaca juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia diantaranya

1Asy’ari, Ahm, dkk.

(11)

2

adalah untuk memperoleh informasi secara konkrit dan menambah pengetahuan.2

Calon guru dan guru harus belajar membaca dan mengajarkan membaca secara intensif. Ini tuntutan mutlak profesi mereka. Mereka harus belajar membaca untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mereka sendiri, dan mereka harus mengajar membaca untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka punya kepada para siswa harapan nusa dan bangsa di masa depan.

Keterampilan membaca sangat dibutuhkan dalam semua kompetensi dasar mata pelajaran sekolah. Tanpa membaca seseorang tidak akan mendapatkan informasi secara teoritis yang dipaparkan pada tiap buku. Belajar mata pelajaran apapun tidak luput dari kegiatan membaca.

Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang unik dan rumit, sehingga seseorang tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa mempelajarinya, terutama anak usia sekolah dasar yang baru mengenal huruf atau kata-kata. Kemampuan membaca merupakan dasar bagi anak untuk menguasai berbagai bidang studi. Lebih lanjut, dijelaskan oleh J.W. Lerner bahwa anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi di kelas. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar. Melalui keterampilan membaca dan menulis, seseorang dapat

2

(12)

3

mengerti berbagai macam informasi yang terkandung dalam tulisan secara benar.3

Pada mata pelajaran akhlaq kelas III B di SDI Terpadu Saroja menggunakan buku ma’arif di Surabaya. Sekolah ini mengikuti pembelajaran ma’arif dan Diknas. Materi buku Akhlaq dari ma’arif menggunakan tulisan

pegon, oleh karena itu siswa kelas III B tersebut di targetkan dapat membaca

arab pegon pada mata pelajaran Akhlaq.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Akhlaq di SDI Terpadu Saroja, menunjukkan bahwa pada pembelajaran Akhlaq MI di kelas III B pemahaman siswa pada materi tersebut masih rendah, dikarenakan minimnya kemampuan siswa membaca pegon sehingga banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM.4 Sedangkan untuk mencapai aspek kognitif pada mata pelajaran akhlaq, siswa harus memiliki keterampilan membaca pegon agar dapat memahami materi yang dipaparkan di Kitabul

Akhlaq. Diperoleh prosentase nilai kemampuan membaca pegon siswa pada

saat pra siklus yang berhasil mencapai KKM hanya 52%, sedangkan prosentase nilai siswa yang belum berhasil mencapai KKM diperoleh 48%.(Terlampir)

Hal ini sangat memprihatinkan, mengingat sekolahnya berbasis agamis dan para murid dituntut untuk berakhlaqul karimah sesuai visi dan misi sekolah tersebut. Menjadi tantangan bagi guru mata pelajaran Akhlaq apabila materi tersebut tidak bisa mencapai titik KKM (Kriteria Kentuntasan

3

Budi Nuryanta, Pengajaran Keterampilan Berbahasa. (Jakarta: Media Press, 1998), hlm 77 4

(13)

4

Minimal) yang telah ditetapkan yaitu nilai 70 untuk semua bidang studi atau mata pelajaran.

Berbagai upaya sudah dilakukan guru tetapi belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Para wali murid meminta agar guru mata pelajaran dapat meningkatkan keterampilan membaca pegon pembelajaran akhlaq pada materi sifat mustahil Allah. Karena pelajaran akhlaq dianggap sangat penting dalam kehidupan seorang siswa untuk mengenalkan tuhan dan menanamkan akhlak terpuji pada diri siswa

Pelajaran Akhlaq kelas III B SDI Terpadu Saroja dikelola oleh ibu Farida Hasani Triwulandari, S. Pd. I beliau lulusan Strata 1 IAIN Sunan Ampel Surabaya. Kelas ini memiliki fasilitas yang lengkap berupa meja, bangku duduk, kipas, papan tulis, dan sebagainya. Jumlah siswa dalam satu kelas sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Suasana pembelajaran dikelas ini berlangsung tenang. Sebab dari 25 siswa 5 siswa bermain sendiri saat pembelajaran berlangsung dan 20 siswa lainnya mendengarkan penjelasan guru. Kelas III ini pertama kali mengenal huruf pegon. Proses pembelajaran dikelas ini tidak dikelola dengan terlebih dahulu menyusun RPP, dalam kegiatan belajar mengajar guru mengajar sesuai dengan materi yang ada di buku (menggunakan pegon) dan siswa mendengarkan penjelasan guru. Guru sering memakai metode ceramah, bernyanyi dan membaca dalam mengajar, selain itu guru jarang sekali memberikan permainan di dalam kelas.

(14)

5

membaca arab pegon karena latar belakang orang tua, rendahnya motivasi sehingga tidak ada yang memandu untuk mempelajari materinya saat dirumah serta minimnya variasi metode yang digunakan saat pembelajaran, akibatnya para siswa sulit untuk mempelajarinya karena baginya pegon merupakan bentuk tulisan yang baru dan belum pernah dipelajarinya.

Ada beberapa altenatif untuk mengatasi masalah ini. Diantara alternative tersebut adalah penggunaan Media Audiovisual, Metode Drill, dan Strategi

Reading Aloud. Melihat Permasalahan tersebut peneliti bersama guru sepakat

menggunakan Strategi Reading Aloud dengan pertimbangan :5 1. Dapat membangkitkan konsentrasi siswa

2. Mendorong siswa untuk bertanya 3. Mendorong melakukan diskusi

Strategi pembelajaran aktif Reading Aloud (mambaca dengan

keras) adalah strategi pembelajaran untuk mengaktifkan siswa agar berperan

aktif dalam proses pembelajaran dikelas. Membaca teks dengan keras dapat membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, dan merangsang diskusi. Strategi tersebut dapat membantu memusatkan perhatian siswa dan membuat suatu kelompok yang kohesif.6

Dari latar belakang tersebut maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul ”Peningkatan Keterampilan Membaca Pegon Mata

5

Melvin L. Silberman, Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Raisul Muttaqien, 2004), hlm. 159-160

(15)

6

Pelajaran Akhlaq Dengan Menggunakan Strategi Reading Aloud Bagi Siswa Kelas III B SDIT Saroja Kutisari Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan strategi reading aloud dalam meningkatan keterampilan membaca pegon pada mata pelajaran akhlaq bagi siswa kelas III B SDIT Saroja Kutisari Surabaya?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan membaca pegon pada mata pelajaran akhlaq setelah menggunakan strategi reading aloud bagi siswa kelas III B SDIT Saroja Kutisari Surabaya?

C. Tindakan yang dipilih

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan strategi Reading

Aloud terhadap peningkatan keterampilan membaca dengan judul

“Peningkatan Keterampilan Membaca Pegon Mata Pelajaran Akhlaq Dengan

Menggunakan Strategi Reading Aloud Bagi Siswa Kelas III B SDIT Saroja Kutisari Surabaya”.

(16)

7

yaitu penelitian tindakan kelas, penelitian ini menggunakan model Kurt

Lewin. Pada masing-masing siklus terdiri dari kegiatan sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan peneliti menyusunan instrumen dan skenario penelitian, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyusun instrumen bservasi, menyiapkan alat peraga/ media dan sumber belajar.

2. Tindakan (action)

Tahap ini peneliti melakukan implementasi mengenai strategi reading

aloud untuk meningkatkan keterampilan membaca pegon yang mengacu

pada RPP dan skenario pembelajaran. 3. Pengamatan (observation)

Pengumpulan data pengamatan berupa lembar observasi guru dan siswa selama proses pembelajaran, untuk selanjutnya diolah, dianalisis dan diinterprestasikan. Pada tahap pengamatan ini hal-hal yang perlu diamati adalah sebagai berikut :

a. Keseluruhan aktifitas guru dan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar instrumen observasi guru dan lembar instrumen observasi siswa.

b. Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP.

4. Refleksi (reflection)

(17)

8

mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu dan waktu dari setiap macam tindakan, memperbaiki pelaksanakan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penerapan strategi reading aloud dalam meningkatan

keterampilan membaca pegon pada mata pelajaran akhlaq bagi siswa kelas III B SDIT Saroja Kutisari Surabaya.

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca pegon pada mata pelajaran akhlaq dengan menggunakan strategi reading aloud bagi siswa kelas III B SDIT Saroja Kutisari Surabaya.

E. Lingkup Penelitian

Agar lingkup penelitian mengarah pada tujuan yang akan dicapai, maka dari latar belakang masalah di atas dibuat lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas III B SDI Terpadu Saroja Kutisari Surabaya semester ganjil tahun ajaran 2015/2016, karena kelas ini terdapat kesulitan membaca pegon pada mata pelajaran Akhlaq dengan indikator siswa mampu membaca teks pegon sifat mustahil Allah sesuai dengan ketepatan pelafalan abjadnya serta siswa mampu membaca teks

pegon sifat mustahil Allah sesuai dengan ketepatan intonasi tanda baca

(18)

9

2. Penelitian difokuskan pada mata pelajaran Akhlaq kelas III B semester genap materi sifat mustahil Allah menggunakan strategi Reading Aloud dengan sumber belajar Kitabul Akhlaq.

3. Standar Kompetensi : 1. Mengenal sifat mustahil Allah

Kompetensi Dasar : 1.2 Mengartikan lima sifat mustahil Allah SWT. Indikator : - Mampu membaca teks pegon sifat mustahil Allah

dengan tepat dalam pelafalan hurufnya.

- Mampu membaca teks pegon sifat mustahil Allah dengan intonasi yang tepat sesuai dengan tanda baca kalimat.

- Mampu mengartikan arti sifat mustahil Allah

F. Definisi Oprasional :

1. Keterampilan Membaca Pegon

Keterampilan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.7

2. Pegon

Pegon merupakan tulisan dengan huruf Arab tapi menggunakan bahasa

lokal. Dikatakan bahasa lokal karena ternyata tulisan Arab pegon itu tidak

7

(19)

10

hanya menggunakan Bahasa Jawa saja tapi juga dipakai di daerah Jawa barat dengan menggunakan Bahasa Sunda, di Sulawesi menggunakan Bahasa Bugis, dan di wilayah Sumatera menggunakan Bahasa Melayu.8 3. Mata Pelajaran Akhlaq

Pelajaran Akhlaq merupakan ilmu yang mepelajari tentang cara mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.9

4. Strategi Reading Aloud

Strategi dalam pembelajaran merupakan rencana yang akan dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan pembelajaran). Sedangkan reading aloud merupakan salah satu bentuk dari strategi yang artinya membaca dengan keras.10

Dengan demikian, maksud dari penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan membaca pegon siswa kelas III pada mata pelajaran Akhlaq dengan menggunakan strategi reading aloud. Dengan indikator siswa mampu membaca teks pegon sifat mustahil Allah sesuai dengan ketepatan dalam pelafalan serta ketepatan dalam intonasinya.

8

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta, INIS, 1994), Cet.I, hlm 6.

9

Tadjab, Muhaimin, Abd. Mujib, Dimensi-Dimensi Studi Islam (Surabaya: Karya Abditama, 1994) Hlm. 241-242

10

(20)

11

G. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Diharapkan dapat membantu dan menambah inspirasi guru dalam meningkatkan keterampilan membaca pegon siswa dikelas pada mata pelajaran Akhlaq.

2. Bagi Siswa

Siswa mempunyai bekal untuk meningkatkan kemampuan membaca

pegon dan dapat mengembangkan dirinya dengan kemampuan membaca

yang dimiliki. 3. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien dengan menerapkan strategi pembelajaran Reading Aloud.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peran guru dalam meningkatkan keterampilan membaca pegon pada pelajaran Akhlaq.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan selengkapnya dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(21)

12

Rumusan Masalah, (c) Tindakan yang dipilih, (d) Tujuan Penelitian, (e) Lingkup Penelitian dan Definisi Operasional, (f) Manfaat Penelitian, (g) Sistematika Pembahasan.

BAB II : Kajian Teori, yang meliputi: (a) Keterampilan Membaca

Pegon,

(b) Pelajaran Akhlaq, (c) Strategi Reading Aloud.

BAB III : Metode dan Rencana Penelitian, yang meliputi: (a) Metode Penelitian, (b) Setting dan Subjek Penelitian, (c) Variabel yang diselidiki, (d) Rencana Tindakan, (e) Data dan Teknik Pengumpulan Data, (f) Analisis Data, (g) Indikator Kinerja, (h) Tim Peneliti dan Tugasnya.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang meliputi: (a) Hasil Penelitian per Siklus, (b) Hasil Wawancara, (c) Pembahasan Temuan Hasil Tindakan.

(22)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Keterampilan Membaca 1. Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam pembelajaran bahasa dengan kemampuan menyimak yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bahasa lisan, sedangkan kemampuan membaca untuk bahasa tulis.11 Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambanng bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf. Tahapan pada membaca adalah pertama, membaca permulaan/membaca mekanik, membaca permulaan diberikan dikelas rendah yaitu pada kelas satu sampai dengan kelas tiga. Disinilah anak-anak harus dilatih agar mampu membaca dengan lancar sebelum memasuki membaca lanjut. Kedua, membaca pemahaman/membaca lanjut, membaca pemahaman diberikan dikelas tinggi yaitu dikelas empat sampai dengan lima.12

Menurut Tarigan, membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dalam hal ini membaca adalah suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.13

11

..Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011), hlm 247.

12 Dalman, Keterampilan Membaca. (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm 87.

13

(23)

14

Sejalan dengan pendapat di atas menurut Klein dkk, mengemukakan bahwa membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peran yang utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca adalah interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa membaca merupakan proses memahami kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum isi bacaan tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri.14

Membaca merupakan kegiatan mengeja dan melafalkan tulisan didahului oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan. Kegiatan melihat dan memahami merupakan suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan dan informasi yang tertulis. Seseorang dikatakan memiliki keterampilan membaca apabila ia dapat memahami fungsi dan makna yang

14

(24)

15

dibaca dengan jalan mengucapkan bahasa, mengenal bentuk tulisan dan memahami isi bacaan.15

Berdasarkan beberapa definisi tentang membaca yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna. Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini sangat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk menginterprestasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi yang dibutuhkan.16

Keterampilan membaca merupakan landasan bagi pertumbuhan intelektual. Pada masyarakat global, individu terpelajar menjadi sangat penting kedudukannya bagi pengembangan sosial dan ekonomi. Semakin terpelajar suatu masyarakat maka semakin dekat masyarakat tersebut menuju pada suatu masyarakat madani yang dicita-citakan: adil, demokratis, beradap dan bermutu taraf kehidupannya. Untuk meningkatkan mutu tersebut, Negara berkewajiban memaksimalkan potensi sumber daya manusia, sumber daya social dan sumber daya material. Salah satunya adalah melalui peningkatan kualitas membaca.17

15

A. S. Broto, Pengajaran Bahasa di Sekolah Dasar. (Jakarta : bulan Bintang, 1980), hlm 22.

16

Dalman, Keterampilan Membaca. (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm 7.

17

(25)

16

2. Tujuan Membaca

Farida Rahim mengemukakan bahwa tujuan membaca mencakup hal-hal meliputi: kesenangan, menyempurnakan membaca nyaring, menggunakan strategi tertentu, memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik. Selain itu, membaca juga bertujuan untuk mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, mengkonfirmasi atau menolak prediksi, menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks serta untuk menjawab berbagai pertanyaan yang spesifik.18

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri.19

Henry Guntur Tarigan, secara lebih rinci menyebutkan beberapa tujuan dari membaca adalah sebagai berikut:20

a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta

(reading for details or facts), di mana dengan membaca akan

mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh,

18

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm 3.

19

Jauharoti Alfin, Keterampilan Dasar Berbahasa, (Surabaya: Pustaka Intelektual, 2009), hlm 85.

20

(26)

17

apa yang telah dibuat oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.

b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas), dengan membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topic yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.

c. Membaca untuk mengetahui urutan atau organisasi cerita (reading for

sequance or organization), dengan membaca untuk menemukan atau

mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua dan ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian dibuat dramatisasi.

d. Membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi (reading of

inference), dengan membaca untuk menemukan serta mengetahui

menganggap para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.

e. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan

(reading to classify), dengan membaca untuk menemukan serta

(27)

18

tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.

f. Membaca untuk menilai, (reading to evaluate), dengan membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.

g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading

to compare or contrast), dengan membaca untuk bagaimana hidupnya

berbeda dan kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita rnempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Dari ketujuh tujuan membaca yang disampaikan di atas, semua dapat dicapai sesuai dengan kepentingan pembaca. Dalam hal ini, teks bacaan (fiksi atau nonfiksi) yang digunakan untuk membaca perlu disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pembaca perlu mencari teks yang sesuai dengan tujuan membacanya. Apabila kita keliru menentukan teks bacaan tersebut, maka bisa jadi tujuan yang ingin dicapai juga keliru. Oleh sebab itu, sebelum membaca, sebaiknya kita tentukan dulu tujuan membaca kita agar informasi yang kita inginkan tercapai.21

Beberapa pendapat ahli yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa membaca bertujuan untuk memperoleh informasi. Informasi yang dicari oleh pembaca digunakan sebagai hiburan, meningkatkan pengetahuan atau sebagai panduan untuk melakukan kegiatan atau aktivitas belajar.

21

(28)

19

Untuk mendapatkan informasi tersebut maka setiap pembaca perlu untuk memahami isi bacaan. Apabila dikaitkan dengan proses belajar di sekolah membaca sangat diperlukan dalam transfer informasi (materi) dan peningkatan pengetahuan siswa.

3. Manfaat Membaca

Membaca bermanfaat untuk memperkaya pikiran, memperlancar kemampuan menulis dan membuat seseorang memiliki kekuatan bahasa. Banyak sekali manfaat yang akan didapat dengan membaca. Manfaat dari membaca antara lain adalah sebagai berikut :22

a. Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.

b. Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk dalam kebodohan. c. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa

berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja.

d. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.

e. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.

f. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.

22

(29)

20

4. Jenis-jenis Membaca

Henry Guntur Tarigan menyampaikan jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu: 23

a. Membaca Nyaring

Mambaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap atau memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang pengarang.

Sejalan dengan pendapat tersebut, membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras.24

Dari pendapat tesebut, dapat dikatakan bahwa membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacannya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik berupa pikiran, perasaan ataupun sikap.25

23

Ibid, hlm 23.

24

Dalman, Keterampilan Membaca. (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm 63.

25

Ibid, hlm 64.

Membaca

(30)

21

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pembaca dalam membaca nyaring:26

1) Pembaca harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan.

2) Pembaca harus mempelajari lambang-lambang tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekanan sesuai dengan ujaran.

3) Pembaca harus memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pendangan mata yang jauh.

4) Pembaca harus mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknannya bagi pendengar.

Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaranya adalah:27

1) Menggunakan ucapan yang tepat 2) Menggunakan intonasi suara yang tepat 3) Menguasai tanda baca

4) Membaca dengan terang dan jelas

Tujuan membaca nyaring yaitu agar seseorang mampu mempergunakan ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan tidak terbata-bata, membaca dengan menggunakan intonasi yang tepat dan jelas.28

26

Ibid, hlm 64.

27

Ibid, hlm 64.

28

(31)

22

b. Membaca dalam Hati

Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau dalam hati, kecepatan mata dalam membaca tiga kata per detik, menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati dan dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan itu.29

Dalam membaca senyap pembaca hanya mempergunakan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Latihan-latihan pada membaca senyap haruslah dimulai sejak sini sehingga anak-anak sudah dapat membaca sendiri, dan pada tahap ini anak hendaknya dilengkapi bahan bacaan tambahan yang penekanannya diarahkan pada keterampilan menguasai isi bacaan dan memperoleh serta memahami ide-ide dengan usahanya sendiri.30

Keterampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati aantara lain sebagai berikut:31

1) Membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun.

2) Membaca tanpa ada gerakan kepala.

3) Membaca lebih cepat dibanding dengan membaca nyaring. 4) Mengerti dan memahami bahan bacaan.

5) Membaca dengan pemahaman yang baik.

29

Ibid, hlm 67.

30

Henry Guntur Tarigan, Membaca Ekspresif, (Bandung:Angkasa, 1994), hlm 30.

31

(32)

23

5. Indikator dalam Keterampilan Membaca

Setiap orang yang akan belajar membaca terlebih dahulu memasuki tahap membaca permulaan. Tahap ini merupakan tahapan awal dalam belajar membaca. Dalam hal ini membaca permulan bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Membaca permulaan merupakan suatu keterampilan awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh pembaca. Membaca permulaan adalah tingkat awal agar orang bisa membaca.32

Membaca permulaan ini mencakup : (1) pengenalan bentuk huruf, (2) pengenalan unsur-unsur linguistik, (3) pengenalan hubungan korespondensi pola ejaan atau bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis) dan (4) kecepatan membaca bertaraf lambat.33

Dalam membaca permulaan anak diharapkan:34 a. Membaca dengan pelafalan yang benar.

Pelafalan berhubungan dengan bagaimana cara mengucapkan kata atau kalimat yang terdapat dalam kalimat atau teks pendek.

b. Dan membaca dengan intonasi yang tepat.

Intonasi berhubungan dengan cara melagukan kata/kalimat yang terdapat dalam teks.

Tabel 2.1

32

Ibid, hlm 85.

33

Ibid, hlm 86.

34

[image:32.595.140.512.246.546.2]
(33)

24

Deskripsi Ketepatan Pelafalan dan Ketepatan Intonasi35

No Indikator Deskripsi Skor

1 Ketepatan dalam pelafalan

Tidak terdapat kesalahan dalam pelafalan

hurufnya. 5

Terdapat satu bagian kalimat yang salah dalam

pelafalan hurufnya. 4

Terdapat lebih dari dua bagian kalimat salah

dalam pelafalan hurufnya. 3

Terdapat lebih dari tiga bagian kalimat salah

dalam pelafalan hurufnya. 2

Tidak dapat melafalkan bacaan. 1

2 Ketepatan dalam intonasi

Tidak terdapat kesalahan dalam penggunaan intonasi sesuai dengan tanda baca kalimat. 5 Terdapat satu bagian kalimat yang salah dalam penggunaan intonasi sesuai dengan tanda baca kalimat.

4

Terdapat lebih dari dua bagian kalimat salah dalam penggunaan intonasi sesuai dengan tanda baca kalimat.

3

Terdapat lebih dari tiga bagian kalimat salah dalam penggunaan intonasi sesuai dengan tanda baca kalimat.

2

Tidak menggunakan intonasi sesuai dengan

tanda baca kalimat. 1

Oleh sebab itu, teknik membaca nyaring sangat baik diterapkan dalam membaca permulaan. Dalam hal ini, anak perlu diberikan contoh mambaca yang benar sehingga anak bisa meniru cara membaca kita.

Membaca permulaan diberikan di kelas rendah sekolah dasar (SD), yaitu kelas satu sampai kelas tiga. Disinilah anak-anak harus dilatih agar mampu membaca dengan lancar sebelum memasuki membaca lanjut atau pemahaman. Pada saat anak-anak memasuki kelas empat sekolah dasar,

35

Eni Purwati, “Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Siswa Kelas I MI An-Nur

Menggunakan Metode Kata Lembaga”, Laporan Penelitian (Semarang : Unnes, 2011), hlm

(34)

25

mereka tidak diperkenankan lagi membaca permulaan atau mekanik, mereka harus memasuki tahap membaca pemahaman.36

B. Pegon

1. Pengertian Pegon

Arab pegon, sebenarnya hanya merupakan ungkapan yang digunakan oleh orang Jawa, sedangkan untuk daerah Sumatera disebut dengan aksara Arab-Melayu. Jadi, huruf Arab pegon atau disebut dengan aksara Arab-Melayu ini merupakan tulisan dengan huruf Arab tapi menggunakan bahasa lokal. Dikatakan bahasa lokal karena ternyata tulisan Arab pegon itu tidak hanya menggunakan Bahasa Jawa saja tapi juga dipakai di daerah Jawa barat dengan menggunakan Bahasa Sunda, di Sulawesi menggunakan Bahasa Bugis, dan di wilayah Sumatera menggunakan Bahasa Melayu.37

Keberadaan Arab pegon di Nusantara sangat erat kaitannya dengan syi’ar Agama Islam, diduga merupakan salah satu cara yang dilakukan

oleh para ulama sebagai upaya menyebarkan Agama Islam. Selain itu aksara Arab ini juga digunakan dalam kesusasteraan Indonesia. Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat, dalam kesusasteraan Jawa ada juga yang ditulis dengan tulisan pegon atau gundhil, penggunaan huruf ini terutama untuk kesusasteraan Jawa yang bersifat agama Islam, aksara Arab yang dipakai dalam Bahasa Jawa disebut dengan aksara Pegon. Bukan hanya kesusasteraan Jawa saja tapi ternyata mencakup Nusantara karena menurut

36

Ibid, hlm 86.

37

(35)

26

Drs. Juwairiyah Dahlan, bagi mereka yang mempelajari kesusasteraan Indonesia seringkali menggunakan aksara Arab ini, bahkan di Malaysia disebut dengan aksara Jawi.38

Dengan aksara Arab ini, telah ditulis dan dikarang ratusan buku mengenai ibadah, hikayat, tasawuf/akhlaq, sejarah nabi-nabi dan rosul serta buku-buku roman sejarah. Pada zaman penjajahan Belanda, sebelum tulisan latin diajarkan di sekolah-sekolah, seringkali aksara Arab dipergunakan dalam surat menyurat, bahkan dikampung-kampung pada umumnya sampai zaman permulaan kemerdekaan, banyak sekali orang yang masih buta aksara latin tetapi tidak buta aksara Arab, karena mereka sekurang-kurangnya dapat membaca aksara Arab, baik untuk membaca Al-Qur’an maupun menulis surat dalam bahasa daerah dengan aksara Arab.39

2. Kaedah Penulisan Huruf Arab Pegon a. Huruf Hijaiyyah

b. Aksara Arab yang diambil untuk aksara Pegon

خل ………حخجث

[image:35.595.133.514.223.659.2]

c. Transkripsi huruf Pegon kedalam huruf Jawa dan Latin (abjad) Tabel 2.2

Transkripsi huruf Pegon kedalam huruf Jawa dan Latin (abjad) No Aksara Jawa Aksara Latin Aksara Pegon

1 Ha H/A أ /

2 Na N ن

38

Ibid, hlm 8.

39

(36)

27

3 Ca C چ

4 Ra R ر

5 Ka K ك

6 Da D ڎ

7 Ta T

8 Sa S س

9 Wa W

10 La L

11 Pa P ڤ

12 Da Dh ڎ

13 Ja J ج

14 Ya Y

15 Nya Ny

16 Ma M

17 Ga G ڮ

18 Ba B

19 Tha Th ط

20 Nga Ng ڠ

Huruf Pegon ini merupakan huruf konsonan sebelum digandeng dengan huruf vokal dan sandangan huruf lain. Untuk menjadikan huruf vokal maka harus ditambahkan huruf vokal yaitu :

1) Alif ( ) : untuk bunyi A

2) Ya ( ) : untuk bunyi I

3) Wawu ( ) : untuk bunyi u

Serta harus ditambah sandangan (bantu) yaitu fathah ( َ) , pȇpȇt (~) dan Hamzah (ء).40

Contoh : Tidak Akan Rusak ناكا ءاديت :كاسور

40

(37)

28

C. Pembelajaran Akhlaq

1. Pengertian Pembelajaran Akhlaq

Pembelajaran adalah sebuah kata dari kata dasar ajar (awalan Ber – ajar) menjadi kata belajar yang kemudian mendapat awalan pe dan akhiran an (menjadi pembelajaran) yang mengandung arti proses. Kata Pembelajaran berarti proses, yang berarti cara menjadikan orang atau mahluk hidup untuk belajar dan menjadi lebih baik. Dan sudah tentu dalam hal ini konteksnya/pesertanya adalah manusia.41

Imam Al-Ghozali menyebutkan bahwa:42

ر ف ل ج ح ر غ نم رس ل سب عفأ ردصت ع خس ر سف ل ف ه نع ر ع ق خل . ؤر Artinya : “Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan”.

Ilmu Akhlaq sering disebut dengan istilah ilmu-ilmu perilaku. (Ulum

as-suluk) sebagai “pengetahuan tentang apa yang baik dan tidak baik”.

Ilmu Akhlaq membahas tentang diri manusia dari segi kecenderungan-kecenderungan, hasrat-hasratnya, dan beragam potensi yang membuat manusia condong pada kebaikan atau keburukan. Ilmu akhlaq juga memiliki kaitan erat dengan kajian-kajian psikologi, sebab ilmu akhlaq dapat membantu meluruskan perilaku manusia sehingga menjadi pribadi yang baik dan mampu mengontrol keinginannya dalam berbuat segala sesuatu43.

41

Tatapangsara Humaidi, Akhlaq Yang Mulia. (Surabaya: Bina Ilmu, 1980), hlm 13.

42

Hamzah Tualeka, Zn, dkk. Akhlaq Tasawuf. (Surabaya : IAIN SA Press, 2011), hlm 2.

43

(38)

29

Ilmu akhlaq ini mengacu pada seputar teori-teori yang berkaitan dengan pengetahuan tentang baik atau buruknya suatu perbuatan dan perilaku manusia. Ilmu akhlaq merupakan seperangkat pengetahuan yang mempunyai metode tertentu. 44

Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran akhlaq adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan siswa untuk mempelajari tentang akhlaq/perbuatan kepada antar sesama manusia dan perbuatan antara makhluq (manusia) dengan sang

khaliq (tuhan).

2. Dasar dan Tujuan Pembelajaran Akhlaq

Dasar pembelajaran akhlaq adalah merupakan bagian dari dasar pendidikan agama Islam. Dasar pendidikan Agama Islam pada sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat terlepas dari dasar pandidikan nasional negara kita. Kemudian dasar pembelajaran akhlaq merupakan bagian dari dasar pendidikan agama secara substansial yang terkonsentrasi pada kompetensi keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah. Sedangkan dasar ideal pembelajaran akhlaq adalah :

a. Al-Qur’an b. Hadis

Tujuan ilmu Akhlaq agar diri kita memperoleh moralitas yang membuat seluruh perbuatan kita terpuji sehingga menjadi diri kita pribadi

44

(39)

30

yang mudah, tanpa beban dan kesulitan. Selain itu bertujuan agar manusia menjalankan perilaku yang baik dan santun tanpa unsur ketertekanan maupun keberatan.45

Tujuan pembelajaran akhlaq adalah merupakan bagian dari tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam, yang secara garis tujuan tersebut akan bermuara pada kedekatan seorang hamba dengan kholiqnya.

Imam Al Ghozali, tujuan pembelajaran akhlaq adalah Kesempurnaan manusia yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kesempurnaan manusia yang dimaksud adalah tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tujuan inilah yang dimaksud dengan Insan Kamil, yang dalam mewujudkannya memerlukan proses yang amat panjang, tahapan-tahapan serta syarat-syarat yang amat banyak.46

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akhlaq

Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.47

45

Ibid, hlm 225.

46

Ibid, hlm 226.

47

(40)

31

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:48

a. Aspek akidah (keimanan) meliputi:

1) Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah, basmalah, alhamdulillaah, subhanallaah, Allaahu Akbar,

ta’awwudz, maasya Allah, assalaamu’alaikum, salawat, tarji’, laa

haula walaa quwwata illaa billah, dan istighfaar.

2) Al-asma’ al-husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: Ahad,

al-Khaliq, ar-Rahmaan, ar-Rahiim, as- Samai’, ar-Razzaaq, al-Mughnii,

Hamiid, asy-Syakuur, Qudduus, ash-Shamad, Muhaimin,

al-„Azhiim, al- Kariim, Kabiir, Malik, Baathin, Walii,

al-Mujiib, al-Wahhiab, al-’Aliim, azh-Zhaahir, ar-Rasyiid, al-Haadi,

as-Salaam, al-Mu’min, al-Latiif, Baaqi, Bashiir, Muhyi,

al-Mumiit, al-Qawii, al-Hakiim, al-Jabbaar, al-Mushawwir, al-Qadiir,

al-Ghafuur, al-Afuww, ash-Shabuur, dan al-Haliim.

3) Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat

thayyibah, al-asma’ al-husna dan pengenalan terhadap salat lima

waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.

4) Meyakini rukun iman (Iman Kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan Hari akhir serta Qada dan Qadar Allah).

48

(41)

32

b. Aspek akhlak meliputi:

1) Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan patuh, siddiq, amanah, tabligh, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan tawakal.

2) Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad.

c. Aspek adab Islami, meliputi:

1) Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/kecil, berbicara, meludah, berpakaian, makan, minum, bersin, belajar, dan bermain.

2) Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah. 3) Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, dan

teman.

(42)

33

masa remaja Nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kan’an, Tsa’labah,

Masithah, Abu Lahab, Qarun. Materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak, sehingga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi, tetapi ditampilkan dalam kompetensi dasar dan indikator.

D. Strategi Reading Aloud

1. Pengertian Strategi Reading Aloud

Secara etimologi strategi berasal dari kata strategos (dalam bahasa Yunani). Adapun strategos dapat diterjemahkan sebagai “komandan militer” pada zaman demokrasi Athena. Pada mulanya istilah strategi

digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan.49

Menurut Ensiklopedia pendidikan sebagaimana di kutip oleh W Gulo, strategi ialah : The Art Of Bringing To The Battle Field In

Favourable Position. Dalam pengertian ini strategi adalah suatu seni,

yaitu seni membawa pasukan ke dalam posisi yang paling menguntungkan.50

Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatakan pola umum, sebab suatu strategi pada hakekatnya belum mengarah kepada hal-hal yang bersifat praktis, masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh.

49

David Hunger dan Thomas L. Wheelen, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Armilo, 2003), hlm 4.

50

(43)

34

Sedangkan untuk mencapai tujuan, strategi disusun untuk tujuan tertentu.51

Sedangkan reading aloud terdiri dari dua kata yaitu reading dan

aloud. Reading adalah membaca dan aloud adalah suara keras atau suka

membaca dengan keras.52

Reading aloud merupakan bentuk strategi membaca suatu teks

dengan keras yang dapat membantu memfokuskan perhatian secara mental menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merancang diskusi. Strategi ini mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif.53

Menurut Hisam Zaini Reading aloud (membaca dengan keras) adalah sebuah strategi ini dapat membantu peserta didik dalam berkonsentrasi, mengajukan pertanyaan, dan menggugah diskusi.54

Jadi strategi reading aloud adalah teknik pembelajaran yang mengarahkan pada pemahaman materi dengan menggunakan kekuatan membaca dengan keras.

2. Tujuan Strategi Reading Aloud

Tujuan strategi reading aloud adalah untuk lebih memotivasi pembelajaran aktif secara individu dan metovasi belajar aktif bersama

(cooperative learning).55

51 Wina Senjaya, Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm 99.

52

James E. Collin, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2011), hlm 61.

53

Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), hlm 76.

54

(44)

35

Membaca sebuah teks dengan keras-keras ternyata dapat membantu siswa memfokuskan pikiran, mengajukan pertanyaan dan menstimulasi diskusi. Strategi ini agak serupa dengan pelajaran mengkaji kitab suci. Cara ini memiliki dampak berupa terfokusnya perhatian dan terciptanya kelompok yang padu.56

Banyak para ahli yang menyatakan bahwa tujuan membaca dengan kemampuan membaca mempunyai hubungan yang signifikan. Hal inilah yang mendorong para ahli sepakat bahwa tujuan utama membaca termasuk membaca dengan keras adalah modal utama dalam belajar.

Menurut Hernowo tujuan strategi reading aloud juga berarti mendengar aktif (active listening), suara-suara yang keluar dari bacaan dapat menjadi komunikasi bagi para pendengarnya dengan jelas.57

3. Langkah-Langkah Strategi Reading Aloud

Langkah-langkah penerapan strategi reading aloud sebagai berikut:58 a. Pilih satu teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras.

Usahakan teks tersebut tidak terlalu panjang.

b. Perkenalkan teks itu pada peserta didik, perjelas poin-poin atau masalah pokok untuk diangkat.

55

,Melvin L. Silberman, Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Raisul Muttaqien, 2004), hlm 159-160.

56

Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm 77.

57 Ibid. hlm 163.

(45)

36

c. Bagilah bacaan teks itu dengan alinea-alinea atau beberapa cara lainnya. Ajaklah sukarelawan-sukarelawan untuk membaca keras bagian-bagian yang berbeda.

d. Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, hentikan di beberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu, munculkan beberapa pertanyaan, atau berilah contoh-contoh. Buatlah diskusi-diskusi singkat jika para peserta didik menunjukkan minat dalam hal tertentu. Berilah pertnyaan kepada peserta didik apa yang ada dalam teks.

e. Kemudian lanjutkan dengan menguji apa yang ada dalam teks. Strategi pembelajaran ini dapat dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan kebutuhan dan kondisi peserta didik.

4. Kelebihan dan Kelemahan Stratrgi Reading Aloud

a. Kelebihan strategi reading aloud59

1) Dengan membaca keras sebuah teks bacaan, perhatian peserta didik lain akan terfokus pada kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.

2) Perhatian yang terfokus pada teks yang dibacakan secara keras akan merangsang peserta didik berpikir secara aktif melalui indera pendengarannya dengan melibatkan indera penglihatannya melalui menyimak teks materi pembelajaran yang berlangsung.

59

(46)

37

3) Pada saat berhenti pada penjelasan poin – poin penting, peserta didik akan lebih memusatkan perhatiannya pada materi yang di bahas dan akan memancing diskusi melalui tanya jawab.

4) Metode ini melibatkan peserta didik secara langsung untuk aktif dalam belajar dengan membaca dengan keras, bertanya dan berdiskusi dan menulis hal–hal penting yang dibahas.

5) Suasana kelas akan hidup dan tidak menimbulkan rasa bosan karena metode pembelajaran bervariasi.

6) Karena masing–masing peserta didik sudah memegang setiap kopian teks, kefahaman mereka lebih dalam akan materi.

7) Dapat melatih dan mengembangkan rasa percaya diri peserta didik pada saat maju ke depan kelas sebagai wakil kelompok untuk membaca teks dengan keras.

b. Kelemahan strategi reading aloud60

1) Karena metode ini berpusat pada indera pengucap, maka volume suara peserta didik menjadi faktor yang dominan dalam pelaksanaannya, sedangkan suara peserta didik yang dipercaya untuk mewakili kelompoknya membaca keras di depan kelas tidak semuanya bersuara keras, sehingga dapat mengalihkan perhatian peserta didik lain yang mendengar.

2) Waktu yang dibutuhkan untuk membaca dan berdiskusi pada poin-poin penting relative lama.

60

(47)

38

(48)
(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas, penelitian ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis penelitian yang lain. Dikatakan demikian karena penelitian tindakan kelas dapat dilakukan di dalam kelas yang memiliki tujuan untuk memperbaiki pembelajaran.61 Penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan

(treatmen) yang sengaja dimunculkan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru

bersama-sama dengan peserta didik, atau oleh peserta didik dibawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.62

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata ini, yaitu: (1) Penelitian, (2) tindakan, (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.63 Tujuan utama

61

Hamzah B. Uno, Menjadi Peneliti PTK yang Profesional, (Jakarta:PT. Bumi Aksara. 2012), hlm 43.

62

Mulyasa H. E, Praktik Penelitian Tindakan Kelas (Bandung:PT. Rosdakarya. 2009), hlm 11.

63

(50)

40

penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca pegon dalam pembejaran mata pelajaran akhlaq di kelas.

Penelitian tindakan kelas ini dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif. Dikatakan demikian karena data kualitatif berupa kata-kata dan tindakan-tindakan orang, dan tanpa adanya penghitungan statistik.64 Namun peneliti juga menggunakan angka-angka dalam mengelola data dan kemudian akan dianalisis secara kualitatif. Data kualitatif adalah ungkapan yang mengekspresikan peserta didik tentang proses dan hasil belajar yang diperolehnya.

Dalam pelaksanaannya, penelitian tindakan kelas ini akan mengacu pada model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin merupakan model yang menjadi acuan daripada semua model PTK yang dikembangkan. Kurt Lewin adalah orang yang pertama kali memperkenalkan Classroom Action Reasearch (CAR). Model penelitian ini sangat sederhana dan mudah dilakukan. Selain itu, proses pelaksanaan penelitian tindakan dalam satu lingkaran dilakukan secara terus-menerus. 65Adapun langkah-langkah kegiatan dalam penelitian ini akan dilaksanakan dalam empat tahap diantarannya:

1. Planning (perencanaan)

2. Acting (tindakan)

3. Observing (observasi)

4. Reflecting (refleksi)

64

TIM Lapis PGMI, Penelitian tindakan Kelas, (Surabaya:Amanah Pustaka, 2009), hlm 27. 65

(51)

[image:51.595.134.513.116.543.2]

41

Gambar 3.1. Prosedur Model PTK Kurt Lewin

Apabila dicermati, model yang dikemukakan Kurt Lewin pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat yang terdiri dari empet komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan.

(52)

42

menerapkan siklus berikutnya. Dengan demikian peneliti dapat menerapkan prosedur penelitian tindakan kelas.

B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian, siklus PTK dan subyek penelitian.

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian atau lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDI Terpadu Saroja Kutisari Surabaya.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pada bulan Januari 2015. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik madrasah, karena penelitian tindakan kelas (PTK) memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas. c. Siklus PTK

Penelitian ini direncanakan menggunakan dua siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan

(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Melalui

kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan keterampilan membaca

pegon siswa mata pelajaran Akhlaq dengan menggunakan metode Reading

(53)

43

d. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SDI Terpadu Saroja dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang, terdiri dari 12 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Mata pelajaran Akhlaq pokok bahasan sifat mustahil Allah semester II tahun ajaran 2015-2016.

C. Variabel yang Diselidiki

Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu :

1. Variabel Input :

Siswa kelas III SDI Terpadu Saroja Kutisari Surabaya.. 2. Variabel Proses :

Penerapkan strategi Reading Aloud 3. Variabel Output :

Peningkatan keterampilan membaca pegon mata pelajaran Akhlaq.

D. Rencana Tindakan

(54)

44

guru merancang pelaksanaan pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran membaca pegon mata pelajaran Akhlaq.

Model penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah modal Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok yaitu: (1) Perencanaan (Planning), (2) Tindakan

(Action), (3) Pengamatan (Observation), dan (4) Refleksi (Reflection).

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Penyusunan instrumen dan skenario penelitian

2) Menetapkan indikator keterampilan membaca dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

3) Menyusun instrument observasi

4) Menyiapkan alat peraga/media dan sumber belajar 5) Menyusun rencana tindakan

Tindakan yang akan diberikan adalah penerapan strategi Reading

Aloud, dan bidang pengembangan yang diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan membaca pegon siswa pada mata pelajaran Akhlaq bagi siswa kelas III B SDI Terpadu Saroja.

b. Pelaksanaan Tindakan

(55)

45

mengacu dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.

Pada siklus I penerapan strategi reading aloud di implementasikan pada kagiatan ini. Diantara skenario pembelajarannya adalah sebagai berikut:

Kegiatan Awal

1) Siswa menjawab salam guru dan membaca do’a sebelum belajar. 2) Siswa disapa oleh guru dengan menanyakan kabarnya.

3) Guru mengecek kehadiran siswa.

4) Guru melakukan apersepsi yakni mengenai pembelajaran sebelumnya mengenai “Sifat Wajib Allah” dengan bertanya “ ada

berapa sifat wajib Allah itu anak-anak?” dan “Selain Allah memiliki sifat wajib, Allah juga memiliki sifat yang tidak mungkin ada pada Allah atau yang disebut apa anak-anak sifat tersebut?. 5) Siswa dipersiapkan terlebih dahulu dengan menggunakan ice

breaking tepuk warna.

6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa terkait materi sifat mustahil Allah.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

1) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok.

(56)

46

3) Siswa ditanya guru mengenai gambar tersebut.

4) Guru memilih teks pegon materi sifat mustahil Allah untuk dibaca. 5) Siswa diperkenalkan oleh guru mengenai teks tersebut dengan cara

mencontohkan cara membacanya.

Elaborasi

1) Tiap kelompok mendapatkan topik yang berbeda-beda mengenai bacaan tersebut (adam, hudust, fana’, mumatslatu lilhawaditsi,

qiyamuhu bighoirihi).

2) Siswa diajak membaca secara bersama-sama dengan suara yang keras dengan bimbingan guru terlebih dahulu.

3) Perwakilan tiap kelompok membaca wacana sesuai dengan kelompoknya dengan bimbingan guru.

4) Ketika bacaan sedang berlangsung, berhenti pada beberapa tempat untuk menekankan arti penting poin-poin tertentu,untuk bertanya, atau memberi contoh mengenai sifat mustahil Allah adam, hudust,

fana’, mumatslatu lilhawaditsi, qiyamuhu bighoirihi.

Konfirmasi

1) Siswa diberi kesempatan bertanya oleh guru, jika ada materi yang belum dipahami.

(57)

47

4) Guru memberi penguatan apabila ada kesalahan dalam menjawab pertanyaan, dengan menjelaskan jawaban yang benar dari soal tersebut.

5) Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok, bagi kelompok yang mendapat skor paling banyak akan mendapatkan reward berupa bulpoint.

Kegiatan Akhir

1) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.

2) Siswa diberi guru umpan balik dengan beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman siswa.

3) Guru memberikan evaluasi unjuk kerja membaca pegon secara individu pada materi Sifat-Sifat mustahil Allah (membaca pegon). 4) Siswa ditanya guru mengenai perasaan siswa setelah pembelajaran. 5) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya dan memberi tugas membaca materi selanjutnya di rumah.

6) Siswa membaca do’a setelah belajar dan menjawab salam penutup guru secara bersama-sama.

c. Tahap Observasi

(58)

48

peningkatan keterampilan membaca pegon pada mata pelajaran akhlaq materi sifat mustahil Allah.

Dalam proses observasi yang menjadi fokus pengamatan adalah: 1) Keseluruhan aktifitas guru dan siswa dalam proses kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan lembar instrument observasi guru dan lembar instrument observasi siswa. (Terlampir)

2) Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP. d. Tahap Refleksi

Yang dimaksud refleksi adalah mengulas data secara kritis, terutama yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tindakan kelas, baik pada diri siswa, suasana kelas maupun pada diri guru.66 Berikut hal-hal yang dilakukan ketika melaksanakan refleksi :

1) Implementasi tindakan:

a) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi reding aloud pada keterampilan membaca pegon siswa materi sifat mustahil Allah.

2) Observasi

a) Melakukan refleksi terhadap penggunaan strategi reading

aloud dalam meningkatkan keterampilan membaca pegon

siswa.

66

(59)

49

b) Melakukan refleksi terhadap proses belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.

3) Tes unjuk kerja

a) Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa mengenai keterampilan membaca pegon.

4) Merumuskan tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan strategi reading aloud dalam meningkatkan keterampilan membaca pegon siswa mata pelajaran Akhlaq materi sifat mustahil Allah.

2) Menyiapkan lembar observasi siswa pada saat pembelajaran. 3) Menyiapkan lembar observasi guru pada saat pembelajaran.

4) Merencanakan criteria keberhasilan pembelajaran, dalam penelitian ini keberhasilan pembelajaran ditetapkan sekurang-kurangnya 80% siswa mencapai ketuntasan belajar dengan nilai minimal 70.

b. Pelaksanaan Tindakan

(60)

50

1) Guru memberi salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Siswa membaca pegon materi sifat mustahil Allah secara

bersama-sama kemudian satu per satu (dari perwakilan kelompok).

3) Bermain game group, untuk kelompok pemenang akan mendapatkan reward berupa pencil.

4) Melakukan evaluasi berupa tes unjuk kerja.

5) Melakukan perbandingan setiap siklus dengan KKM c. Tahap Observasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

1) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi reading

aloud, pengamatan ini menggunakan lembar observasi guru dan

siswa.

2) Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP.

Selain itu dalam pengamatan ini juga diberikan tes yang berupa unjuk kerja secara individu. Tes tersebut digunakan untuk mengukur tingkat hasil belajar siswa mengenai keterampilan membaca pegon pada mata pelajaran Akhlaq.

d. Tahap Refleksi

Berikut hal-hal yang dilakukan ketika melaksanakan refleksi: 1) Implementasi Tindakan

(61)

51

keterampilan membaca pegon materi sifat mustahil Allah mata pelajaran Akhlaq.

2) Observasi

a) Menganalisis temuan saat melakukan observasi.

b) Melakukan refleksi terhadap penggunaan strategi reading aloud dalam meningkatkan keterampilan membaca pegon pada mata pelajaran Akhlaq.

c) Melakukan refleksi terhadap proses belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.

3) Tes Unjuk Kerja

a) Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.

4) Merumuskan tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.

(62)

52

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data

Setiap penelitian mempunyai sumber data untuk menunjang suatu penelitian tersebut.

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Gambar 3.1. Prosedur Model PTK Kurt Lewin
Tabel 3.1  Kriteria Penilaian Unjuk Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

pada sore hari,palang merah, drum band, pramuka dan lain-lain. Pengaruh Ketersediaan Koleksi Terhadap Minat Kunjung Terhadap Minat Kunjung Siswa Madrasah Aliyah di

This result indicated that in the presence of screening of blood pressure, cholesterol, blood sugar, uric acid and protein urine, increase the awareness and

Setelah penambahan pati sampai dengan 100 psl, pengaruh iradiasi sinar gamma pada tegangan putus dan perpanjangan putus campur- an LLDPE-pati memiliki kecenderungan perubah- an

Setelah melalui beberapa tahap, yang dimulai dari tahap penelitian hingga tahap implementasi bilateral filter untuk mencari koefisien terbaik maka dapat disimpulkan

Hasil analisis ragam yang dilakukan terhadap kadar lemak menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu proses presto dan frekuensi perebusan menunjukkan ada

Sehingga keputusan yang diambil adalah terima

Tabel 3. Daya serap, Efektivitas pembelajaran dan Ketuntasan Indikator Keterampilan Proses Pada Materi Cahaya Setelah Pelaksanaan Pembelajaran.. Setelah pelaksanaan

adalah jumlah biaya yang diakui sebagai aset tetap yang harus dicatat sampai 29.. dengan konstruksi tersebut