• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keterkaitan Motivasi Diri dengan Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan kepada Pasien di Ruang HCU (High Care Unit) T1 462007021 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keterkaitan Motivasi Diri dengan Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan kepada Pasien di Ruang HCU (High Care Unit) T1 462007021 BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka Motivasi Diri

Dibawah ini akan diuraikan mengenai teori motivasi yang

digunakan yaitu:

2.1.1 Pengertian Motivasi Diri

Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa Latin yaitu

Movere, yang berarti “menggerakkan” (to move). Motivasi adalah

karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada

tingkat komitmen seseorang.

Motivasi menurut Mc.Clelland (dalam Suarli, 2002) adalah

sesuatu yang menjadi dorongan seseorang untuk memenuhi tujuan

dan kebutuhannya. Menurut Mc.Clelland (dalam Suarli, 2002) ada

tiga hal yang melatar belakangi motivasi seseorang yaitu The Need

for Achievement atau Kebutuhan akan Prestasi/Pencapaian, The Need for Authority and Power atau Kebutuhan akan Kekuasaan,

dan The Need for Affiliation atau Kebutuhan akan Afiliasi atau

Keanggotaan. Menurut Gray (dalam Winardi, 2007) motivasi

merupakan hasil dari sejumlah proses yang bersifat internal atau

eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap

antusias dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan tertentu.

Menurut Stoner dan Freeman (dalam Suarli, 2002), motivasi

(2)

pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor-faktor

yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah

laku manusia dalam arah tekad tertentu. Menurut Ngalim Purwanto

(dalam Suarli, 2002) motivasi adalah segala sesuatu yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Menurut Sortell dan Kaluzny (dalam Suarli, 2002) motivasi

adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang

melakukan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam

berperilaku. Menurut Gibson et al. (2005,hal 94), motivasi adalah

konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada

dalam diri karyawan yang memulai dan mengarahkan perilaku.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah sesuatu yang menjadi dorongan seseorang untuk memenuhi

tujuan dan kebutuhannya dan menggerakkan orang agar mau

bekerja dengan semangat dan mau menunjukkan kemampuan

yang dimiliki untuk mencapai tujuan sesuai dengan peran fungsi

untuk keberhasilan suatu organisasi.

2.1.2 Tujuan Peningkatan Motivasi

Menurut Siagian (2004), tujuan atau perlunya peningkatan

motivasi antara lain sebagai berikut:

1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan

(3)

3. Mempertahankan kestabilan karyawan

4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan

5. Mengaktifkan pengadaan karyawan

6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik

7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan

8. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap

tugas-tugasnya.

Gibson et al. (1997) mengatakan bahwa tujuan peningkatan

motivasi yang terpenting adalah untuk meningkatkan dan

mengarahkan perilaku seseorang untuk tetap mempertahakankan

penampilan kerja yang berdampak pada prestasi kerja yang dimiliki.

2.1.3 Teori Motivasi dari Mc.Clelland

David C. Mc. Clelland (dalam Suarli, 2002) mengidentifikasi

tiga jenis kebutuhan dasar yaitu kebutuhan untuk berkuasa,

kebutuhan berafiliasi, dan kebutuhan untuk berprestasi. Kebutuhan

dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Kebutuhan untuk berkuasa

Motif berkuasa adalah motif yang dapat mendorong

seseorang untuk menguasai dan mengendalikan serta

mendominasi orang lain. Orang ini mempunyai ciri-ciri seperti

(4)

berusaha mencapai kedudukan puncak dan kepemimpinan, senang

kegiatan yang keras dan dinamis yang memerlukan banyak tenaga

dan pikiran, penuh gaya dan semangat, senang membantu orang

suka bicara dan mengajar.

2) Kebutuhan untuk berprestasi

Motif berprestasi adalah motif yang mendorong seseorang

untuk mengejar dan merncapai tujuan atau hasil yang lebih baik.

Orang ini mempunyai ciri-ciri seperti suka berprestasi dan

keberhasilan, senang tantangan dan berkompetensi dengan orang

lain dan dirinya sendiri, inofatif dan kreatif, senang meningkatkan

karir yang lebih baik untuk yang akan datang, realitas terhadap

resiko keberhasilan dan kegagalan, senang tanggung jawab.

3) Kebutuhan Berafiliasi

Motif berafiliasi adalah motif yang mendorong seseorang

untuk mengadakan hubungan manusiawi yang erat dengan orang

lain dan saling menyenangkan. Orang ini mempunyai ciri-ciri seperti

senang memelihara hubungan yang erat dan akrab serta kasih

sayang, emosional, mudah sedih dan gembira, senang kegiatan

yang bersifat karya bersama, senang kebersamaan dan

persahabatan.

Karakteristik dan sikap motivasi menurut Mc. Clelland

(5)

1. Kreatif

Seseorang yang kreatif adalah seseorang yang berusaha

melakukan sesuatu dengan cara-cara yang baru, mempunyai ide

atau gagasan-gagasan baru dalam pekerjaannya, serta mampu

melakukan pekerjaan dengan cara yang kreatif dan inovatif. Mereka

yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi lebih suka

menetapkan sendiri tujuan prestasinya.

2. Menerima saran dan masukan

Orang yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi

lebih menyukai balikan (feedback) yang cepat dan efisien mengenai

prestasi mereka. Memiliki rekan sekerja yang dapat memotivasi dan

memberikan dukungan dalam evaluasi pekerjaan yang mereka

lakukan.

3. Berani menanggung resiko

Orang yang mempunyai kebutuhan berprestasi lebih tinggi

biasanya lebih berani menerima resiko sehingga diberikan

kesempatan untuk berprestasi kembali dan memiliki peluang untuk

berprestasi lebih baik.

4. Tanggung jawab

Orang yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi

berani bertanggungjawab atas perbuatan yang telah dilakukan,

(6)

diperbuatnya serta suka bertanggung jawab terhadap pemecahan

masalah.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Syadan (dalam Sayuti, 2006) menyebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi motivasi seseorang didalam melaksanakan

pekerjaannya terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor internal yang berasal

dari proses psikologis dalam diri seseorang, dan faktor eksternal

yang berasal dari luar diri (environment factors).

a) Faktor internal

Faktor internal terdiri dari:

1. Kematangan pribadi

Orang bersifat egois dan kemanja-manjaan biasanya akan

kurang peka dalam menerima motivasi yang diberikan sehingga

agak sulit untuk dapat bekerjasama dalam membuat motivasi kerja.

Oleh sebab itu kebiasaan yang dibawanya sejak kecil, nilai yang

dianut dan sikap bawaan seseorang sangat mempengaruhi

motivasinya.

2. Tingkat pendidikan

Seorang pegawai yang memiliki tingkat pendidikan yang

lebih tinggi, biasanya akan lebih termotivasi karena sudah memiliki

wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan karyawan yang

(7)

tingkat pendidikan yang dimilikinya tidak digunakan secara

maksimal atau tidak dihargai sebagaimana layaknya oleh manajer

maka hal ini akan membuat karyawan tersebut mempunyai motivasi

yang rendah didalam bekerja.

3. Keinginan dan harapan pribadi

Seseorang mau bekerja keras bila ada harapan pribadi yang

hendak diwujudkan menjadi kenyataan.

4. Kebutuhan

Kebutuhan biasanya berbanding sejajar dengan motivasi,

semakin besar kebutuhan seseorang untuk dipenuhi, maka

semakin besar pula motivasi seseorang untuk bekerja.

5. Kelelahan dan kebosanan

Faktor kelelahan dan kebosanan mempengaruhi gairah dan

semangat kerja yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi

motivasi kerjanya.

6. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja mempunyai korelasi yang sangat kuat

kepada tinggi rendahnya motivasi kerja seseorang. Karyawan yang

puas terhadap pekerjaannya, akan mempunyai motivasi yang tinggi

dan commited terhadap pekerjaannya.

Tinggi dan rendahnya kepuasan kerja seseorang dapat

tercermin dari produktivitas kerjanya yang tinggi, jarang basen,

(8)

sejumlah indikator positif lainnya yang dapat berpengaruh pada

peningkatan kinerja perusahaan atau tempat kerjanya.

Mathis dan Jackson (2006), menyatakan bahwa banyak

karyawan yang masih menginginkan keamanan dan stabilitas,

pekerjaan yang menarik, supervisor yang baik dan mereka hormati,

serta gaji yang menunjang dan kompetetif. Ketika perusahaan

melakukan merger, mengeluarkan banyak karyawan,

mengontrakkan pekerjaan luar (outsource), serta banyak

menggunakan pekerja temporer, maka karyawan hampir tidak

dapat menemukan alasan mengapa mereka harus loyal kepada

para pemberi kerja sebagai imbas atas hilangnya kenyamanan

kerja.

b) Faktor eksternal

Faktor eksternal terdiri dari:

1. Kondisi lingkungan kerja

Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana

kerja, yang ada disekitar karyawan yang sedang melakukan

pekerjaan, yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu

sendiri. Lingkungan pekerjaan meliputi tempat bekerja, fasilitas dan

alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan,

termasuk juga hubungan antara orang-orang yang berada di tempat

(9)

2. Kompensasi yang memadai

Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang

paling ampuh bagi perusahaan untuk memberikan dorongan

kepada karyawan untuk bekerja secara baik. Menurut Mathis dan

Jackson (2006), penghargaan nyata yang diterima karyawan

karena bekerja dalam bentuk gaji, insentif, dan tunjangan.

Raymond (2001) mengatakan bahwa upah yang rendah tidak akan

membangkitkan motivasi pekerja dan pengalaman mengindikasikan

bahwa motivasi meningkat ketika upah naik.

3. Supervisi yang baik

Mathis dan Jackson (2006), menyatakan bahwa pekerjaan

yang dilakukan oleh seorang supervisor dalam memberikan

inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain (pegawai)

untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini

dimaksudkan untuk mengingatkan orang-orang atau pegawai agar

mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana di

kehendaki dari orang tersebut.

4. Ada jaminan karir (penghargaan atas prestasi)

Karir adalah rangkaian posisi yang berkaitan dengan kerja

yang ditempati seseorang sepanjang hidupnya. Para karyawan

mengejar karir untuk dapat memenuhi kebutuhan individual secara

mendalam. Setiap orang akan berusaha bekerja secara lebih keras

(10)

perusahaan, jika ia menyakini ada jaminan karir yang jelas dalam

melakukan pekerjaan (Mathis dan Jackson, 2006).

5. Status dan tanggung jawab

Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan

dambaan dan harapan setiap karyawan yang bekerja. Karyawan

bukan hanya mengharapkan kompensasi semata, tetapi suatu saat

mereka mengharapkan akan mendapatkan kesempatan untuk

menduduki jabatan dalam perusahaan atau instansi ditempatnya

bekerja. Seseorang yang menduduki jabatan akan merasa dirinya

dipercayai, diberi tanggungjawab dan wewenang yang lebih besar

untuk melakukan kegiatan-kegiatannya. Status dan kedudukan

merupakan stimulus atau dorongan untuk memenuhi sense of

achievement dalam tugas sehari-hari.

6. Peraturan yang fleksibel

Peraturan lain yang diketahui dapat mempengaruhi motivasi

adalah didasarkan pada hubungan yang dimiliki para karyawan

dalam berorganisasi. Bidang-bidang seperti kelayakan dari

kebijakan manajemen, keadilan dari tindakan disipliner, cara yang

digunakan untuk memutuskan hubungan kerja dan peluang kerja

semua akan mempengaruhi retensi karyawan, apabila karyawan

merasakan bahwa kebijakan itu terlalu kaku atau diterapkan secara

tidak konsisten, mereka cenderung untuk memiliki motivasi kerja

(11)

2.2 Tinjauan Pustaka Kinerja Perawat

Di bawah ini akan diuraikan mengenai teori kinerja yang

digunakan yaitu:

Standar Penilaian Kinerja Perawat

Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada

pasien digunakan standar asuhan keperawatan yang merupakan

pedoman bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan.

Standar asuhan keperawatan telah disusun oleh tim Departemen

Kesehatan RI (2000) dengan tahapan proses keperawatan

yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,

implementasi, evaluasi dan dokumentasi.

High Care Unit

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

834/Menkes/Sk/VII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pelayanan High Care Unit (HCU) Di Rumah Sakit menyebutkan

bahwa High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan di Rumah

Sakit bagi pasien dengan kondisi respirasi, hemodinamik, dan

kesadaran yang stabil yang masih memerlukan pengobatan,

perawatan dan observasi secara ketat. Pelayanan HCU adalah

pelayanan medik pasien dengan kebutuhan memerlukan

pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat dengan tingkat

(12)

rawat inap (tidak perlu perawatan ICU) namun belum dapat dirawat

di ruang rawat biasa karena memerlukan observasi yang ketat.

Penyelenggaraan HCU disesuaikan dengan kemampuan sumber

daya manusia, sarana dan prasarana rumah sakit masing-masing.

Pelayanan HCU dilakukan oleh tim yang terdiri dari dokter

spesialis dan dokter serta dibantu oleh perawat. Tim Pelayanan

HCU tersebut telah mendapatkan pelatihan dasar HCU yang

diselenggarakan oleh Organisasi Profesi.

Adapun susunan Tim Pelayanan HCU adalah sebagai

berikut1:

1) Koordinator: dokter spesialis yang telah mengikuti pelatihan

dasar-dasar ICU.

2) Anggota: dokter spesialis, yakni dokter yang telah mengikuti

pelatihan Basic Life Support dan perawat yang telah mengikuti

pelatihan Basic Life Support dan dapat melakukan pemantauan

menggunakan peralatan monitor.

Jumlah dokter spesialis, dokter dan perawat disesuaikan

dengan jam kerja pelayanan HCU 24 jam, beban kerja dan

kompleksitas kasus pasien yang membutuhkan pelayanan HCU.

Sumber daya manusia pelayanan HCU diharuskan untuk mengikuti

pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan guna

1

(13)

mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya sesuai dengan

perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.

Standar Pelayanan High Care Unit

Pelayanan HCU adalah tindakan medis yang dilaksanakan

melalui pendekatan Tim multidisiplin yang terdiri dari Dokter

Spesialis dan dokter serta dibantu oleh perawat yang bekerja

secara interdisiplin dengan fokus pelayanan pengutamaan pada

pasien yang membutuhkan pengobatan, perawatan dan observasi

secara ketat sesuai dengan standar prosedur operasional yang

berlaku di Rumah Sakit. Pelayanan HCU meliputi pemantauan

pasien secara ketat, menganalisis hasil pemantauan dan

melakukan tindakan medik dan asuhan keperawatan.

Ruang lingkup pemantauan yang harus dilakukan antara

lain:

a. Tingkat kesadaran.

b. Fungsi pernapasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal

4 (empat) jam atau disesuaikan dengan keadaan pasien.

c. Oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara terus

menerus.

d. Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8

(14)

Tindakan medik dan asuhan keperawatan yang dilakukan

adalah:

1. Bantuan Hidup Dasar/Basic Life Support (BHD/BLS) dan

Bantuan Hidup Lanjut Advanced Life Support (BHL/ALS) yang

meliputi:

a. Sirkulasi (Circulation): mampu melakukan resusitasi cairan,

mampu melakukan defibrilasi, mampu melakukan kompresi

jantung luar.

b. Jalan nafas (Airway): membebaskan jalan nafas (sampai

dengan melakukan intubasi endotrakeal).

c. Pernafasan ventilasi (Breathing): mampu melakukan bantuan

nafas (breathing support).

2. Terapi oksigen.

3. Penggunaan obat-obatan untuk pemeliharaan stabilisasi (obat

inotropik, obat anti-nyeri, obat aritmia jantung, obat-obat yang

bersifat vasoaktif, dan lain-lain).

4. Nutrisi enteral atau parenteral.

5. Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien.

(15)

2.3 Keterkaitan Motivasi Diri Dengan Kinerja Perawat

Seorang perawat yang memiliki kinerja kerja yang baik

adalah seorang perawat yang memiliki motivasi diri yang tinggi

untuk mengembangkan dirinya (Sayuti, 2006). Motivasi dianggap

sebagai salah satu faktor yang paling dominan dan berpengaruh

terhadap kinerja seorang perawat. Motivasi merupakan salah satu

aspek yang sangat penting dalam menentukan perilaku seseorang,

termasuk perilaku kerja (Sitotus, 2006). Motivasi adalah salah satu

faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam

pemberian asuhan keperawatan kepada pasien (Rifai, 2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Marni Siregar (2008)

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan kinerja

seorang perawat dalam bekerja mengatakan motivasi yang tinggi

tidak selamanya didukung oleh kinerja yang baik pula. Menurut

Siregar (2008), ada orang yang memiliki motivasi yang sedang

tetapi memiliki kinerja yang tinggi dalam pekerjaannya dan

sebaliknya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga

motivasi yang sedang atau bahkan rendah memiliki kinerja yang

baik dalam pekerjaannya. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Usia

Usia berpengaruh terhadap perfoma kerja seseorang. Menurut

Hurlock (dalam Suryani 2002) mengatakan bahwa usia merupakan

(16)

dewasa dua puluh tahun sampai dengan diatas tiga puluh tahun

memiliki perfoma kerja yang tinggi. Hal ini dikarena mereka sudah

banyak berpengalaman terhadap bidang kerja yang mereka tekuni.

Kepuasan kerja yang mereka peroleh sudah menjadi suatu

kebanggaan bagi diri mereka sendiri untuk tetap mempertahankan

kinerja mereka.

2. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang baik akan mendukung penampilan kerja

yang baik juga dari karyawannya. Lingkungan yang baik akan

menimbulkan rasa nyaman dari karyawannya untuk melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya.

3. Gaji yang mendukung

Imbalan atau penghargaan yang memadai dan sesuai dengan

beban kerja yang diberikan dapat meningkatkan motivasi dan

penampilan kerja dari karyawannya. Imbalan yang sesuai

merupakan bentuk apresiasi terhadap kinerja dari karyawannya.

4. Lama bekerja dan banyaknya pengalaman

Lamanya seseorang bekerja juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja seseorang sekalipun ia tidak memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi. Karyawan yang telah lama bekerja pada

suatu instansi akan banyak memiliki pengalaman kerja terhadap

(17)

terhadap suatu pekerjaan yang ditekuni dapat mempengaruhi

motivasi dan kinerja dari karyawan itu sendiri.

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah konsep yang dipakai sebagai

landasan berfikir dalam kegiatan ilmu (Sugiyono, 2008). Gambar

dibawah ini adalah kerangka konseptual dari keterkaitan motivasi

diri dengan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan

[image:17.516.85.436.252.545.2]

kepada pasien di ruang HCU.

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian gambaran keterkaitan motivasi diri dengan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien di ruang HCU RS Panti Wilasa Citarum Semarang

Keterangan :

: tidak di teliti : di teliti

Kinerja Perawat (hasil yang diharapkan dalam asuhan keperawatan)

• Pengkajian

• Diagnosa

• Perencanaan

• Implementasi

• Evaluasi Motivasi Diri

• Kreatif

• Feedback

• Resiko yang moderat

• Tanggung jawab

Faktor yang mempengaruhi

• Faktor internal

Usia, tingkat pendidikan, kematangan pribadi

• Faktor eksternal

(18)

Penjelasan:

Motivasi diri adalah dorongan dalam diri seseorang untuk

berusaha melakukan sesuatu agar dapat memenuhi kebutuhan dan

tujuannya. Ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu faktor

internal atau faktor yang berasal dalam diri sendiri dan faktor

eksternal atau faktor yang berasal dari luar.

Menurut Syadan (dalam Sayuti 2006) faktor internal yang

dapat mempengaruhi motivasi seseorang yaitu kematangan pribadi,

tingkat pendidikan, usia, dan kebutuhan. Sedangkan faktor internal

berupa gaji, fasilitas kerja, lingkungan kerja, serta peraturan yang

fleksibel. Motivasi yang tinggi akan mempengaruhi kinerja

seseorang. Perawat adalah salah satu profesi yang memerlukan

kinerja yang tinggi. Menurut Nursalam (2006) kinerja perawat

sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat

pendidikan, usia, pengalaman kerja, serta fasilitas kerja. Motivasi

dan kinerja sangat berhubungan satu dengan yang lain.

Hal inilah yang menjadi acuan bagi peneliti mengambil

motivasi diri dan kinerja perawat dalam pemberian asuhan

keperawatan kepada pasien untuk mengetahui bagaimana

gambaran motivasi dan kinerja perawat dalam pemberian asuhan

Gambar

Gambar  2.1. Kerangka Konseptual Penelitian gambaran keterkaitan motivasi diri dengan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien di ruang HCU RS Panti Wilasa Citarum Semarang

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang menyatakan bahwa “Apabila tidak ada yang lulus

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

LPSE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan menyelenggarakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah secara elektronik. Bagi Penyedia Jasa yang berminat

This centrality measures the number of direct relationships possessed by an actor in a network.. If the network is a directed network (relationships have a direction), then the

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Contoh Soal..

Perbarkan Jalan Usaha'I'ani Desa Tawia Kecamdan Angkinang (belanja modal kegiatan perluasan dan pengelolaan lahan). Perbaikan Jalan Usaha Tani Desa Tabihi KecamaUn

Hasundutan Tahun Anggaran 2012, mengundang Penyedia Barang/Jasa untuk Pembuktian Kualifikasi. yang akan dilaksanakan