• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA PLURALISME : MENURUT MAHASISWA JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA PLURALISME : MENURUT MAHASISWA JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA PLURALISME MENURUT MAHASISWA

(PEMAHAMAN MAHASISWA PRODI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata 1 (S1) Ilmu Theologi Dalam Bidang

Perbandingan Agama

Oleh:

AHMAD ALIF

E02211011

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

PROGRAM PERBANDINGAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)

MAKNA PLURALISME MENURUT MAHASISWA

(PEMAHAMAN MAHASISWA PRODI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Menyelesaikan Program Strata 1 (S1) Ilmu Theologi Dalam

Bidang Perbandingan Agama

Oleh:

AHMAD ALIF

E02211011

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

PROGRAM PERBANDINGAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Alif, A. 2015. Makna Pluralisme (menurut mahasiswa jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya). Skripsi Program Studi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing: Muhammad Afdillah, M.Si, M.A.

Kata Kunci: Makna Pluralisme

Tulisan ini berupaya mendriskipsikan pemahaman pluralisme menurut mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Ditemukan bahwa pemahaman tentang pluralisme menurut mahasiswa sangat beragam. Pluralisme diartikan mahasiswa sebagai suatu sikap yang seharusnya dimiliki oleh semua umat khususnya masyarakat Indonesia yang pada dasarnya adalah berbeda dari segi apapun, karena dilihat dari arti pluralisme sendiri adalah

“menerima kemajemukan,” dan kemajemukan tersebut merupakan hukum alam

dan tidak bisa dipungkiri adanya. Kehidupan yang berdampingan bukan berarti menghapus ciri khas dan keontetikan masing-masing entitas, melainkan usaha untuk memahami dan mencerna bahwa apapun yang mempunyai latar belakang berbeda membuat entitas lain dapat teridentifikasi, tidak menjadi persoalan yang mendasar. Dengan ini diharapkan akan tercipta suatu kehidupan bersama antar agama yang harmonis, penuh toleransi, dan saling menghargai.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deep observation dan depth interview. Jenis penelitian ini adalah penelitian kasus. Partisipan dalam penelitian ini adalah Dosen Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah Reduksi Data, Display Data, dan Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO... ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... x

DAFTAR ISI... xii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kerangka Teori ... 6

F. Tinjauan Pustaka ... 17

G. Metode Penelitian ... 20

H. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II: JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA ... 26

A. Profil Jurusan Perbandingan Agama ... 26

B. Kurikulum Pembelajaran Mahasiswa Perbandingan Agama Tentang Pluralisme 27 1. Mata kuliah Kompetensi Utama ... 28

a. Pluralisme dan Multikulturalisme ... 29

(8)

c. Ilmu Perbandingan Agama ... 31

d. Agama dan Isu-isu Kontemporer ... 33

2. Mata Kuliah Kompetensi Pendukung ... 34

a. Fiqih Lintas Agama ... 35

b. Studi Praktek Keagamaan ...36

C. Pengajaran Dosen Tentang Pluralisme ... ... 37

BAB III: TEMUAN LAPANGAN ... 40

A. Pengetahuan Mahasiswa Tentang Pluralisme Secara Teoritis ... 40

1. Kurikulum yang ditempuh Mahasiswa Menyangkut Pluralisme ... 42

2. Pemahaman Pluralisme dari Pengajaran Dosen kepada Mahasiswa ... 44

3. Referensi Teori yang Menjadi Pilihan Mahasiswa... . ... 46

B. Pandangan Mahasiswa Tentang Pluralisme di Indonesia ... 48

1. Pandangan Mahasiswa Tentang Permasalahan Sosial Agama di Indonesia .... 51

2. Pandangan Mahasiswa Tentang Aliran Eksklusif di Indonesia ... 53

3. Pandangan Mahasiswa Tentang Fatwa Majelis Ulama’ Indonesia yang Mengharamkan Pluralisme di Indonesia ... 56

C. Implementasi dari Pemahaman Pluralisme Mahasiswa dalam Kesehariannya ... ..59

D. Implementasi Perilaku Mahasiswa dalam Berhubungan dengan Masyarakat Antar Agama... .. ...61

E. Pengalaman Mengikuti Ritual Lintas Agama... ...63

F. Dasar Hukum Mengucapkan Selamat Hari Besar Tehadap Agama Lain Menurut Mahasiswa Berdasakan Ayat-ayat Al-Qur’an ... 64

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN... ...68

A. Makna Pluralisme Menurut Mahasiswa ... 68

B. Pluralisme di Masyarakat Menurut Mahasiswa ... ...69

C. Pluralisme di Indonesia Menurut Mahasiswa ... ... 71

1. Implementasi dari Bhineka Tunggal Ika Menurut Mahasiswa ... 71

2. Fatwa Majelis Ulama’ Indonesia Tentang Pengharaman Pluralisme Menurut Mahasiswa ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... ...80

(9)

PEDOMAN WAWANCARA... ... ...83

DAFTAR NAMA-NAMA NARA SUMBER ... ...85

LAMPIRAN DOKUMENTASI ...91

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan yang telah kita jalani sehari-hari sering dijumpai

interaksi yang dapat memicu perselisihan atau perbedaan pendapat, hal ini karena adanya kemajemukan di sekitar kehidupan kita yang telah menjadi menjadi hukum alam, dan pastinya kita harus menerima kemajemukan itu

dengan cara menanamkan sifat saling toleransi terhadap keragaman yang telah ada. Maka penelitian ini dilakukan untuk menggali pemahaman dari akademisi Perbandiangan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

yang sebagaimana hal tersebut menjadi misi dari disiplin ilmu pengetahuan yang ada di dalam sebuah lembaga pembelajaran di negara Indonesia yang

beragam ini.

Pemahaman pluralisme oleh mahasiswa yang mengambil jurusan

Perbandingan Agama adalah sesuatu hal yang dibutuhkan bagi seorang akademisi Perbandingan Agama, karena pemahaman pluralisme keagamaan akan mempengaruhi kemampuan seorang akademisi Perbandingan Agama di

dalam menyebarkan agamanya masing-masing. Pemahaman pluralisme agama tersebut akan menjadi pembeda dari perdamaian dan konflik antar agama,

(11)

2

Negara Indonesia adalah negara yang paling beragam di dunia, dari segi budaya, adat, suku, bahasa, dan agama yang dianut oleh masyarakatnya. Dan

sudah semestinya masyarakat Indonesia mempunyai pemahaman tentang toleransi untuk menerima adanya kemajukan yang ada. Kemajukan itu sendiri

sebagai sebuah fenomena yang tidak mungkin kita hindari, kita hidup dalam kemajemukan dan merupakan bagian dari proses kemajemukan aktif maupun pasif. Ia berada dalam setiap dan seluruh kehidupan kita, tak terkecuali juga

dalam hal kepercayaan. Sehingga kita menghadapi adanya kenyataan dalam berbagai agama dengan umatnya masing-masing, dalam menghadapi

kemajemukan seperti itu, kita tidak mungkin mengambil sifat anti pluralisme.1

Banyak konflik terjadi di Indonesia yang menjadi faktor utamanya adalah agama yang apabila sifat pluralismenya tidak diterapkan dalam negara yang

plural ini. Munculnya pertikaian antar agama tak lepas dari cara pandang mereka berdasarkan agama yang dianutnya. Mereka mengklaim bahwa teks-teks agama itu bersifat konsisten dan penuh klaim kebenaran, final, lengkap,

serta tidak ada kebenaran selain dari agamanya sendiri, dan teks tersebut dianggap sebagai satu-satunya jalan menuju keselamatan. Pemikiran tersebut

banyak memberikan andil dalam memicu terjadinya konflik apabila dipahami oleh kaum yang ekslusif dan fundamentalis. Besarnya jumlah penduduk dan

perbedaan ini dengan mudah dapat memicu ketegangan dan perselisihan dalam masyarakat kita, terbukti dengan tercatatnya 832 insiden konflik keagamaan dalam periode waktu Januari 1990 hingga Agustus 2008 dimana

1

(12)

3

285 insiden diantaranya adalah aksi kekerasan.2 Sebut saja konflik yang terjadi beberapa waktu lalu yang terjadi di beberapa daerah yang disebabkan

oleh bebrapa kaum yang tidak sependapat yaitu, konflik Poso (Islam-Kristen), Ambon, Maluku, dan disusul oleh konflik Sampang (Sunni-Syi‟ah) yang

sampai saat ini masih hangat diperbincangkan.

Pokok permasalahan yang sedang kita hadapi dewasa ini adalah tentang kegagalan banyak kaum dalam memaknai pluralisme. Mayoritas penduduk

Indonesia adalah beragama Muslim, yang tentunya memiliki nilai-nilai yang terkandung berdasarkan ajaran agama Islam yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, persamaan hak dan

mengakui adanya pluralitas yang sesuai dengan dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Peran Islam pada negara Indonesia sangat utama dalam memajukan

Indonesia kedepannya, umat Islam diharapkan pro-aktif dalam menerima setiap hal yang terjadi di negeri ini, tidak terkecuali tentang pluralisme.

Dapat diasumsikan bahwa Indonesia yang mempunyai keragaman ini wajib memiliki sikap pluralisme tersebut demi keberlangsungan dan kemajuan bangsa. sikap toleransi dan saling menghargai antara satu dengan yang lain

harus dijaga dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian keberadaan agama-agama, semestinya dihargai dan diakui eksistensinya.

Karena keberagaman itu merupakan hukum alam yang harusnya kita lestarikan.

2

(13)

4

Mengingat konsentrasi pendidikan peneliti adalah Perbandingan Agama, titik berat penelitian ini adalah bahasan pemahaman pluralisme agama yang

menurut Anis Malik Thoha adalah “ Pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar agama (dalam arti yang luas) yang berbeda-beda

dalam suatu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama.”3

Indonesia memiliki motto Bhinneka Tunggal Ika yang mencuplik

kakawin Soetasoma karya Empu Tantular di abad ke-14, pupuh 139 bait 5;

bhinneka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa yang diartikan menjadi

“berbeda-beda tetapi tetap satu jua, tidak ada kebenaran yang rancu,” dan

dasar hukum Undang-Undang dasar 1945 pasal 28E yang menyatakan :

1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.4

Hal tersebut di atas membuat peneliti menganggap pemahaman yang

tepat akan pluralisme agama menjadi salah satu kunci utama untuk menjaga persatuan, kesatuan dan keutuhan di Indonesia.

Dari berbagai permasalahan di atas ditambah dengan keluarnya Fatwa

Majelis Ulama Indonesia yang dikeluarkan pada tahun 2005 yang mengharamkan tentang Pluralisme Agama telah menjadikan keinginan bagi

(14)

5

peneliti untuk melakukan penelitian terhadap mahasiswa Perbandingan Agama yang sesuai dengan lingkungan akademis peneliti.

Alasan melakukan penelitian pada mahasiswa Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel ini berawal dari alih status Institut

Agama Islam Negeri menjadi Universitas Islam Negeri pada tahun 2013. Penelitian ini bermaksud untuk mencari tahu dan memberikan penjelasan deskriptif tentang pengertian dan penerapan teori pluralisme agama di

Indonesia menurut pandangan mahasiswa jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pluralisme Agama menurut mahasiswa jurusan

Perbandingan Agama Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya?

2. Bagaimana penerapan Pluralisme Agama di Indonesia menurut mahasiswa

jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengertian Pluralisme Agama menurut mahasiswa jurusan

Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

2. Mengetahui penerapan Pluralisme Agama di Indonesia menurut

mahasiswa jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan

(15)

6

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan gambaran obyektif tentang pemahaman Pluralisme keagamaan oleh mahasiswa jurusan Perbandingan Agama yang kemudian diharapkan dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan

pemahaman Pluralisme beragama di dalam kurikulum pengajaran maupun kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler mahasiswa Perbandingan Agama

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

E. Kerangka Teori

1. Konsep Pluralisme Agama

Perbedaan merupakan suatu hal yang wajar yang dimiliki oleh semua manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai interaksi yang pastinya

memicu perselisihan atau perbedaan pendapat, bahkan perbedaan pemahaman yang disebabkan oleh agama yang dianutnya berbeda serta lingkungan budaya disetiap daerah yang beragam, tetapi tidak semua manusia bisa mentolerir atau

menerima adanya suatu perbedaan dari kemajemukan itu. Orang yang mengakui dan memahami adanya kemajemukan disebut pluralistik. Dalam hal

ini Anis Malik Thoha mengelompokkan ciri-ciri masyarakat yang memahami tentang pluralistik dalam beragama. Adapun ciri-ciri masyarakat pluralistik menurut Thoha adalah sebagai berikut:

1. Terdapat koeksistensi lebih dari satu agama, pandangan hidup atau weltanschauung, yang berada dalam hubungan konflik (dalam konsep Galtung).

(16)

7

3. Ada semacam kesadaran bahwa koeksistensi inkompatibilitas-inkompatibilitas ini bernilai positif, baik untuk komunitas secara umum maupun untuk setiap kelompok yang tercakup di dalamnya itu sendiri.5

Pluralisme adalah mentoleransi dengan adanya keberagaman pemikiran,

agama, dan budaya, bahkan mengakui kebenaran masing-masing pemahaman. Secara umum dapat dikatakan bahwa pluralisme itu adalah toleransi, dan

pluralisme agama adalah toleransi antar umat beragama.

Secara menyeluruh pokok masalahnya adalah tentang kegagalan banyak kaum dalam memaknai pluralisme sendiri. Seperti yang dikatakan oleh

Adhi.T pluralisme tidak bermaksud mengatakan kita sama atau mengatakan semua agama 100% sama, tetapi pluralisme mengatakan bahwa perbedaan adalah natural adanya, dan kemudian kita masing-masing menghormati

perbedaan itu.6 Dalam bukunya yang berjudul “Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama,” Alwi Shihab telah memperkuat teori yang

diutarakan di atas, bahwa pluralisme tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan. Namun yang dimaksud adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Pluralisme agama dapat

dijumpai di mana-mana, pengertian pluralisme agama adalah bahwa tiap pemeluk dituntut bukan saja mengakui keberadaan serta hak agama lain, tetapi

juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan dalam kebhinekaan.7 Menjadi Kristen. Jakarta: Gunung Mulia. 2008, hal. 190

7

(17)

8

Berdasarkan uraian di atas sikap pluralisme lebih tepat disebut dengan sikap pluralisme sosial yang mempunyai arti bahwa semua agama

mengajarkan tentang kemanusiaan, misalnya kasih sayang terhadap sesama manusia, tolong-menolong, bekerja sama, dan lain sebagainya. Dalam setiap

perbedaan, pasti ada persamaan dan kesatuan. Oleh karena itu, agar tidak terjatuh pada pluralisme yang mengarah pada relativisme, seorang pluralis dituntut untuk komitmen terhadap apa yang diyakininya.8

Pluralisme juga tidak bisa diartikan sebagai mencampuradukkan serta memadukan unsur-unsur tertentu saja yang menguntungkan dan mengarah pada pengaburan, tetapi bagaimana perbedaan itu memperkaya

pengalamannya. Seperti halnya yang merah tetap merah, hijau tetap hijau, kuning tetap kuning, dan biru tetap biru. Karena adanya perbedaan warna

itulah pelangi, dan kerananya pulalah pelangi menjadi indah dan sedap dipandang.9

Yang perlu digarisbawahi di sini adalah apabila konsep pluralisme diadaptasikan di Indonesia, maka ia harus memiliki syarat satu hal, masing-masing pemeluk agama menjalankan komitmennya untuk meyakini dan

memegang secara kokoh keyakinan masing-masing pemeluk agama. Tetapi kita harus meyakini bahwa semua agama telah mengajarkan kebenaran yang

sama-sama sahih, dan kita seharusnya tidak boleh mengklaim bahwa agamanya yang benar sedangkan agama yang lain salah. Seorang pluralis,

(18)

9

dalam berinteraksi dengan aneka ragam paham agama, tidak saja di tuntut untuk membuka diri, belajar dan menghormati sekelilingnya. Tetapi yang

paling penting justru ia harus komitmen terhadap agama yang dianutnya. Hanya dengan sikap demikian masyarakat beragama bisa menghindari

ancaman paham sinkretisme dan relativisme yang jelas-jelas memudarkan agama itu sendiri.

2. Realisasi dan Tantangan Pluralisme di Indonesia

a. Realisasi Pluralisme di Indonesia

Indonesia adalah mayoritas penduduknya beragama Muslim, yang

tentunya memiliki nilai-nilai yang terkandung berdasarkan ajaran agama

Islam yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang menjunjung

tinggi nilai kemanusiaan, persamaan hak dan mengakui adanya pluralitas

yang sesuai dengan dasar negara Indonesia yaitu pancasila. Maka dari itu,

dengan adanya kemajemukan agama yang meyakini bahwa agama yang

kita peluk adalah agama yang paling benar, begitu juga dengan penganut

agama lain yang mengatakan bahwa agamanya yang paling benar. Dari

keyakinan inilah yang melahirkan sikap menghargai, saling menghormati

dan memberikan kesempatan orang lain untuk beribadah sesuai dengan

keyakinan masing-masing. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh

Oentoro (2010) yang menyatakan bahwa:

Indonesia adalah negara paling plural di dunia. Penduduk warna-warni di atas ribuan pulau, dengan ratusan bahasa, suku dengan adat dan budaya sendiri-sendiri, dengan hampir semua agama dunia, dan agama-agama itu sendiri jauh dari monolit. Maka jelas juga bahwa Indonesia hanya bisa bersatu, kalau kemajemukan itu diakui. Pada tahun 1945 para pendiri

(19)

10

untuk menerima bahwa negara yang baru diproklamasikan kemerdekaannya ini dimiliki oleh semua warganya, tanpa membedakan antara mayoritas dan minoritas, itulah hakekat Pancasila.10

Di Indonesia pluralisme dilambangkan dengan moto Bhineka Tunggal

Ika. Negeri ini terdiri dari berbagai pulau, suku bangsa, tradisi, agama dan

lain-lain. Karena, itu Indonesia memerlukan pengembangan konsep

pluralisme untuk mempertahankan persatuannya.11 Pluralisme bagi masyarakat Indonesia juga mengandung pluralisme agama sebuah

keniscayaan pemahaman dan pengakuan bahwa doktrin agama tidak

mungkin diintegrasikan, tetapi mesti saling menolong dalam kehidupan

sosial dan saling menghormati perbedaan masing-masing. Jadi perlu digali

unsur-unsur penyatuan dan perdamaian dari agama, dan bukan unsur yang

membedakan antara agama yang satu dengan agama yang lain.12

Pluralisme agama di Indonesia memiliki basis-basis yang kuat dalam

menjamin kemaslahatan karena karakter dasar dari masyarakat Indonesia

yang beragam dan telah terbiasa dengan perbedaan.13 Berbagai konflik,

kekerasan, dan radikalisme agama yang terjadi begitu dekat dalam

kehidupan sehari-hari, harus dipandang dalam suatu kerangka di luar

agama, di dalam suatu struktur hubungan kekuasaan dan ekonomi politik

bangsa.14 Sehubungan dengan hal tersebut, pluralisme sebagai proses aktif

(Bandung: Nuansa, 2005), hlm. 67 12

FPUB(Forum Persaudaraan Umat Beriman). Spiritualitas Multikultur sebagai Landasan Gerakan Sosial Baru. Yogyakarta: KANISIUS. 2008

13

Suhadi. Kawin Lintas Agama: Perspektif Kritik Nalar Islam. Yogyakarta: LkiS. 2006. Hal, 34

(20)

11

mensyaratkan tiga hal utama yang dapat menjadi kondisi dan strategi

dalam menciptakan kehidupan umat beragama yang lebih sejuk, yaitu:

a. Pluralisme mensyaratkan adanya suatu konfigurasi budaya (cultural configuration), baik berupa nilai maupun kelembagaan, yang berfungsi mengendalikan kehidupan bersama secara lebih baik. Akomodasi kultural yang terjadi antara budaya daerah/ lokal dengan agama akan melahirkan suatu definisi bersama tentang religiusitas masyarakat.

b. Transformasi kehidupan sosial yang berorientasi pada ikatan-ikatan fungsional, profesi dan kelas sosial, dapat mencairkan batas-batas agama dan keyakinan. Mencairnya teritori agama akan menciptakan suatu ruang publik yang lebih terbuka dan interaktif.

c. Pluralisme yang dapat menjadi dasar bagi kemaslahatan hanya bisa terwujud jika persoalan-persoalan diskriminasi kelas yang bersifat vertikal, ketimpangan kaya-miskin, dapat diselesaikan terlebih dahulu. Persoalan ketimpangan sosial dewasa ini telah menjadi faktor yang jauh lebih substansial dalam melahirkan kekerasan dan radikalisme agama.15

Menanggapi uraian dari ketiga hal tersebut, tidak terasa bahwa kita

diantarkan pada penciptaan perdamaian dan upaya menanggulangi konflik

yang akhir-akhir ini marak baik di luar negeri maupun di Indonesia

sendiri, sebab nilai dasar dari pluralisme adalah penanaman dan

pembumian nilai toleransi, empati, simpati, dan solidaritas sosial. Akan

tetapi untuk merealisasikan tujuan pluralisme seperti itu, perlu

memperhatikan konsep unity in diversity sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Muhaimin (2009) dengan menanamkan kesadaran bahwa

keragaman dalam hidup sebagai suatu kenyataan dan memerlukan

kesadaran bahwa moralitas dan kebijakan bisa saja lahir (dan memang

ada) dalam konstruk agama-agama lain. Tentu saja penanaman konsep

15

(21)

12

seperti ini dengan tidak mempengaruhi kemurnian masing-masing agama

yang diyakini kebenarannya oleh kita semua.16

Dalam hal ini beberapa tokoh menyebutkan tujuan pluralisme dalam

berbagai pendapatnya antara lain. Menurut Jalaluddin Rahmat tujuan

pluralisme agama ialah untuk menegaskan unsur asasi yang

mempersatukan semua agama dan menjadi syarat untuk memperoleh

pahala Allah.17 Selanjutnya Abdurrahman Wahid pluralisme bertujuan

untuk mempertahankan atau penyatu dan perekat suatu negara. Oleh

karena itu, Indonesia memerlukan pengembangan konsep pluralisme. Di

samping itu pluralisme juga bertujuan menghormati perbedaan, karena

semakin mengeratkan nilai pluralisme (keragaman) yang diyakini oleh

seseorang. Maka dengan itu, muncul sikap menghormati keyakinan

agama lain sehingga tercipta perdamaian abadi dan saling menghormati

antar umat beragama, bangsa, dan antar manusia.18

Dari pemaparan di atas terlihat jelas bahwa tujuan pluralisme agama

adalah pluralisme sebagai alat untuk penyatu dan perekat suatu negara,

baik itu dari golongan bawah, menengah maupun golongan atas. Di

samping itu seorang pluralis yang mengusung pluralisme dengan cara-cara

pluralisasi harus mengakui dan menjaga adanya perbedaan, dan

kemajemukan ini untuk dijadikan hal yang bermanfaat.

16

Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: Grafindo, 2009), hlm. 91

17

Jalaluddin Rahmat, Islam dan Pluralisme: Akhlak Qur’an Menyikapi Perbedaan, (Jakarta: Serambi,2006), hlm. 25

18

Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi,

(22)

13

b. Tantangan Pluralisme di Indonesia

Dalam sebuah aliran, gerakan, organisasi, ataupun sebuah paham

tentu mempunyai sebuah tantangan, begitu pula dengan pluralisme agama

yang tidak asing lagi. Harus diakui bahwa pemahaman dan sekaligus

kesadaran sebagian kaum Muslim di Indonesia terhadap pluralisme masih

mengalami kesenjangan yang sangat jauh. Pluralisme masih diposisikan

sebagai musuh bersama atas nama ‟agama‟ yang harus dilenyapkan dari

segenap nalar kaum Muslim di Indonesia. Hal ini dikatakan oleh

Notonegoro bahwa “pluralisme dipandang sebagai satu paham yang

mengarah pada praktik penghancuran terhadap batas-batas agama, dan

akibat lanjutannya adalah kabur atau hilangnya identitas agama.”19

Indonesia merupakan negara yang kaya akan warna etnis, bahasa,

budaya, dan agama. Dalam kondisi masyarakat majemuk itu, tentu sangat

rentan terjadinya perpecahan bangsa. Guna menjaga persatuan dan

kesatuan, diperlukan perekat yang kuat yang mampu mengantisipasi dan

menyelesaikan berbagai masalah yang timbul. Fathimah (2002) juga

berpendapat bahwa “Indonesia memiliki Pancasila yang disepakati

mewadahi dan melindungi kelestarian kemajemukan tadi, sehingga

diharapkan ia dapat menjadi perekat yang kuat bagi keutuhan bangsa.”20

Namun dalam kenyataan, Pancasila belum sepenunya dijadikan

sebagai perekat bangsa, terbukti masih ada konflik bahkan kerusuhan yang

19

Abd. Sidiq Notonegoro, Dilema Mnuju Islam Dialogis: Beajar Dari Kasus Moh. Shofan dalam Moh. Shofan, Menegakkan Pluralisme Fundamentalisme-Konservatif di Tubuh Muhammadiyah, hlm. 261

20

(23)

14

berlatar belakang kesukuan, pertikaian antar golongan atau partai politik,

dan konflik yang berlatar belakang perbedaan agama yang masih terjadi

dimana-mana. Selain itu, sering pula terjadi perlakuan diskriminatif dan

dominasi mayoritas terhadap minoritas, atau penindasan yang kuat

terhadap yang lemah. “Apapun alasannya, jika hal itu terjadi, persatuan

bangsa akan sulit dipertahankan. Itulah sebabnya, di sini diperlukan

kearifan dan kesadaran dari berbagai pihak, demi keutuhan dan persatuan

bangsa yang majemuk seperti Indonesia ini,” menurut Fathimah.21

Di kalangan agamawan Islam maupun Kristen di Indonesia,

pluralisme agama juga direspons dan dimaknai secara berbeda-beda. Bagi

kelompok Islam radikal seperti Majlis Mujahidin Indonesia (MMI), Hizbut

Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI), dengan tegas

mereka menolak pluralisme agama. Sebagaimana yang ditegaskan oleh

Ismail Yusanto, juru bicara HTI, bahwa pluralisme agama adalah absurd. Senada dengan Anis Malik Thoha, Yusanto menegaskan, bahwa

pluralisme agama adalah paham dari Barat yang dikembangkan dari

teologi inklusif yang bertentangan dengan QS. 3: 85 yang berbunyai,

“Barang siapa yang mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah

diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang merugi.” Berdasarkan

ayat tersebut, Yusanto yakin, bahwa kebenaran hanyalah milik dan

monopoli umat Islam.22 Di kalangan Kristen, pandangan ini sudah dikenal

21

Ibid, 86

22

(24)

15

lama bahkan sejak abad pertama, sehingga dikenal ungkapan extra ecdesiam nulla salus (tidak ada keselamatan di luar gereja). Tokohnya antara lain Karl Bath dan Hendrick Kraemer dan pada umumnya para

teolog evangelis.23

Sementara itu Fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) yang

mengharamkan pluralisme agama adalah pluralisme dalam pengertian,

bahwa “semua agama adalah sama.” Karena menurut MUI, implikasi

pemahaman seperti ini akan mengubah aspek-aspek baku dari suatu ajaran

dengan mengikuti ajaran lain, yang demikian itu tidak dikehendaki oleh

ajaran manapun.24 Sehubungan dengan MUI, Frans Magnis Suseno juga tidak setuju dengan paham relativisme agama-agama ini. Menurut Suseno,

pluralisme bukanlah relativisme dan bukan pula paham yang mengakui

bahwa semua agama adalah sama benarnya, melainkan pluralisme adalah

suatu realitas yang harus diterima bahwa manusia hidup bersama dalam

keberbedaan baik budaya maupun agama.25

Sampai saat ini pula masih menjadi momok yang menakutkan bagi

kalangan masyarakat Indonesia pasca keluarnya fatwa Majlis Ulama

Indonesia (MUI) keragaman yang semestinya dapat mendorong kita pada

kehidupan yang harmonis, justru diciderai oleh fatwa yang tidak

bertanggungjawab tersebut. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan

23

Budhy Munawar Rahman, Pluralisme dan Teologi Agama-Agama Kristen-Islam…, 171. Lebih detail pembahsan ini bisa dibaca dalam tulisan Coward, Pluralisme dan Tantangan Agama-Agama, (Yogyakarta:Kanisius, 1989), 31-86.

24

http://id.wikipedia.org/wiki/polemik Pluralisme Agama di Indonesia.Sabtu 30 mei 2015, 02.15

25

(25)

16

bahwa sebelum fatwa MUI tersebut, kehidupan masyarakat beragama

yang relatif harmonis, tiba-tiba berubah menjadi ketegangan yang pada

akhirnya berbuah konflik di mana-mana, seperti di Ambon, Poso, dan

Maluku. Konflik tersebut juga tidak menutup kemungkinan di tahun-tahun

mendatang akan terus menjadi ancaman sekaligus tantangan

agama-agama.26

Berdasarkan pemaparan di atas, tantangan pluralisme yang ada di

Indonesia adalah bersumber dari tokoh masyarakat itu sendiri (MUI) yang

tidak setuju dengan adanya pluralisme agama yaitu dengan mengeluarkan

fatwanya yang secara tegas melarang adanya pluralisme agama. Justru

dengan adanya fatwa tersebut menjadi pemicu awal konflik yang terjadi

dimana-mana. Tetapi dalam hal ini juga berdasarkan pada pendapat para

tokoh di atas, terdapat perdebatan mengenai pluralisme agama. Maka

penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pluralisme agama di

Indonesia dapat dibenarkan dan menjadi lambang dasar negara Indonesia

apabila pluralisme tersebut dilihat dari sisi sosial dan bukan dari sisi

teologis, yaitu tentang pandangan bahwa semua agama mengajarkan

tentang kebenaran, keselamatan, hidup damai, tolong menolong, dan

ajaran kasih sayang antar sesama. Sebagai negara yang kaya akan adat,

suku, budaya, ras, dan agama. Maka, Indonesia wajib memiliki sikap

pluralisme tersebut demi keberlangsungan dan kemajuan bangsa. sikap

toleransi dan saling menghargai antara satu dengan yang lain harus dijaga

26

(26)

17

dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian keberadaan

agama-agama, semestinya dihargai dan diakui eksistensinya.

F. Tinjauan Pustaka

Pluralisme Agama sudah tidak asing lagi pada telinga masyarakat zaman

sekarang ini, hal ini dapat disaksikan melalui berbagai mass media, electronik dan cetak, yang disampaikan lewat mimbar-mimbar politik resmi, seminar,

konferensi, dan bangku perkuliyahan. Salah satu penulis buku dalam lingkup akademisi yang menulis telaah kritis tentang pluralisme adalah Anis Malik Thoha (2005) yang berjudul Tren Pluralisme Agama:Tinjauan Kritis.

Buku yang ditulis oleh Anis lebih mencermati wacana “Pluralisme” pada

umumnya, dan “Pluralisme Agama” pada khususnya, yang telah marak di

sekitar kita pada dasawarsa pertama abad ke-21 ini. Menurutnya masalah pendefinisian pluralisme adalah masalah tuntutan logis belaka, yang jika diabaikan maka secara tidak terhindarkan akan menciptakan kerancuan atau

kebingungan (confusion), tapi juga pada akhirnya mengaburkan dan bahkan menyesatkan (misleading).27

Penelitian lain yang mengangkat tema pluralisme agama menurut pandangan Nurcholish Madjid dilakukan oleh Fihif Dhillah (2003) dengan judul Pluralisme Agama dalam Pandangan Nurcholish Madjid. Dhillah

menyatakan bahwa adanya kesadaran akan kesatuan pesan dasar dari masing-maisng agama, diyakini Nurcholish akan adanya titik temu. Berdasarkan titik

27

Mencermati Doktrin dan Ciri-ciri Fahaman Pluralisme Agama _ MUAFAKAT.htm (diakses

(27)

18

temu tersebut diharapkan setiap pemeluk agama bergandengan tangan untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan tanpa terganggu oleh adanya perbedaan

dalam level eksoteris agama. Lebih lanjut, Dhillah menyatakan bahwa dengan adanya kenyataan pluralitas keagamaan sebagai sunnatullah, hendaknya umat

beragama untuk saling berlomba-lomba dalam meraih kebaikan.28

Sedangkan menurut Taslim HM. Yasin dengan jurnalnya yang berjudul

Pluralisme Agama Sebuah Keniscayaan yang menyatakan bahwa terdapat

perdebatapn mengenai pluralisme agama. Bagi yang menolak, alasan teologisnya adalah tidak mungkin agama itu sama, baik dilihat dari segi konsep ketuhanan, syariat maupun konsep akhlak. Bagi yang menerima,

berpandangan bahwa semua agama mengajarkan tentang kebenaran, keselamatan, hidup damai, tolong menolong, dan ajaran kasih sayang antar

sesama.29 Terlepas dari kedua sudut pandang di atas, yang dapat dipahami bahwa dalam masyarakat yang majemuk (suku, ras, bahkan agama), sikap toleransi dan saling menghargai antara satu dengan yang lain mestilah dijaga

dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian keberadaan agama-agama, semestinya dihargai dan diakui eksistensinya.

Pluralisme Keagamaan (Tinjauan Atas Pemikiran Hasyim Muzadi). Oleh Moh. Zamzani Mubarrak (2008), membahas tentang pandangan pluralisme

Hasyim Muzadi sejauh mana relevansi pandangan pluralisme Hasyim Muzadi

28Fihif Dhillah. “Pluralisme agama dalam pandangan Nurcholish Madjid”

(Skripsi, Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 2003)

29

(28)

19

terhadap kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.30

Pluralisme agama di Indonesia menurut pandangan Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid sering diperbincangkan oleh masyarakat, sehingga

banyak pihak yang ingin mempelajari lebih dalam mengenai pluralisme agama di Indonesia menurut pandangan dari dua tokoh tersebut. Salah satu peneliti yang mempelajari pluralisme agama di Indonesia adalah Abdul Mukti

dalam skripsi yang berjudul PLURALISME AGAMA DI INDONESIA (Studi Komparasi Pemikiran Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid). Skripsi yang ditulis Mukti lebih memfokuskan pada konsep pluralisme. Diajukan tiga

fokus penelitian, di antaranya adalah 1) pengertian pluralisme, 2) alasan pluralisme diperlukan di Indonesia, 3) konsep pluralisme menurut

Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid. Ketiga fokus penelitian Mukti terkonsep secara mengerucut, dari yang terluas sampai yang tersempit. Fokus pertama mengenai pluralisme secara luas, sedangkan fokus yang terakhir

menurut pemikiran dari tokoh pluralisme.

Berbeda dengan beberapa penelitian yang telah diuraikan di atas,

penelitian ini lebih fokus pada pluralisme menurut sudut pandang mahasiswa dari jurusan Perbandingan Agama UIN sunan Ampel Surabaya. Untuk

mengetahui pemahaman dari pendapat masing-masing mahasiswa. Peneliti mengambil sudut pandang tersebut dengan berbagai alasan. Alasan yang

(29)

20

utama definisi pluralisme menurut pandangan mahasiswa. Alasan kedua adalah penerapan pluralisme di Indonesia yang dipahami oleh mahasiswa dari

jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dan alasan yang terakhir yaitu secara tidak langsung dapat

diketahui oleh generasi berikutnya bahwa mahasiswa yang berlatar belakang dan mempunyai misi seorang pluralis telah memahami pluralisme secara demikian.

Analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah pemikiran yang diajukan oleh Anis Malik Thoha. Anis Malik Thoha mengajukan teori mengenai Pemahaman Kritis Pluralisme Agama yang mencoba memecahkan

teori yang diutarakan oleh John Hick sebagai seorang nabi pluralisme. Melalui pemikiran ini, akan dicoba menganalisis pemahaman mahasiswa tentang

makna pluralisme.

G. Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif (qualitative approach) dengan ciri khas penggunaan metode deep observation dan depth interview

sebagai instrumen pengumpulan data utama.31 Pendekatan kualitatif berkecenderungan mengungkap dan memformulasikan data lapangan dalam bentuk narasi verbal yang utuh dan mendeskripsikan realitas aslinya untuk

kemudian data tersebut dianalisis.

31

(30)

21

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kasus, yakni mengkaji pemahaman pluralisme agama secara khusus dengan lingkup mahasiswa Jurusan

Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang masih aktif pada tahun akademik 2014-2015. Peran peneliti dalam proses

pengumpulan data adalah sebagai pengamat penuh dan sekaligus sebagai pengamat partisipan. Hal ini ditempuh guna memahami dan mengetahui apa dan bagaimana yang sesungguhnya tentang pemahaman pluralisme agama

pada mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Persoalan atau masalah-masalah yang ditemui di

lapangan adalah sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian ini adalah di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan

Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi,

dan studi dokumentasi. Wawancara mendalam digunakan untuk

mengetahui perspektif mahasiswa yang dipilih secara acak dan purposive (snowballing sampling) tentang pluralisme agama dan segala hal yang terkait dengan tema ini.

2. Observasi digunakan untuk mengetahui perilaku mahasiswa ketika

berhadapan dengan komunitas yang berbeda (baik dari segi agama,

pemahaman terhadap agama, mazhab, organisasi keagamaan, dan

organisasi kemahasiswaan). Jenis observasi yang digunakan adalah

pengamat langsung. Studi dokumentasi digunakan dalam penelitian ini

(31)

22

mahasiswa dan berbagai aktivitasnya yang didokumentasikan, terutama jika

ada yang terkait dengan tema penelitian.

3. Analisis data merupakan proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian

dasar.32 Analisis data penelitian ini menggunakan bentuk interaktif analisis,33 dengan model interaktif siklus yang dilakukan selama pengumpulan dan sekaligus setelah pengumpulan data34. Analisis data

dalam penelitian ini ditandai dengan proses yang dilakukan dengan tiga

tahap, yaitu:35 (a) reduksi data, (b) display data, (c) pengambilan

kesimpulan, dan verifikasi.36

a. Reduksi data ditandai dengan editing, yakni menentukan dan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian,

menyempurnakan catatan yang kosong, memperjelas sandi-sandi, dan

coretan-coretan sehingga dapat menghilangkan keraguan, mengubah

kependekan-kependekan menjadi kalimat penuh dan sempurna,

mengecek konsistensi data, dan kesesuaian jawaban dengan

pertanyaan.

32

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 103.

33

Setya Yuwana Sudikan, Metode Penelitian Kebudayaan (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press, 2001), hlm. 80.

34Ibrahim Bafadal, “Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif,” dalam Masykuri Bakri. Ed, Metodologi Penelitian Kualitatif: Tinjauan Teoritis dan Praktis. (Malang: Lemlit Unisma dan Visipress, 2002), hlm. 173-186.

35

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 86-87.

36

(32)

23

b. Display data ditandai dengan proses unitizing, organizing, dan

kategorizing yakni menyajikan data dalam bentuk kategori, baik dalam bentuk matrik, network, grafik dan sebagainya.

c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi, yakni aktivitas mencari

pola, model, persamaan dan sebagainya dari data yang telah

terkumpul untuk kemudian dapat ditarik kesimpulan yang lebih

akurat. Data yang telah dikumpulkan di lapangan diedit,

dikelompokkan berdasarkan ketegori jawaban, sehingga diketahui

titik masalahnya untuk kemudian disimpulkan dan

digeneralisasikan serta menghasilkan teorisasi.

H. Sistematika Pembahasan

1. BAB I Pendahuluan: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan,

Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Tinjauan Pustaka, Metode

Penelitian, dan Sistematika Pembahasan

Dalam bab pendahuluan, peneliti memberikan gambaran tentang latar

belakang masalah yang akan diteliti. Setelah itu menentukan rumusan

masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyatakan tujuan dan manfaat

penelitian, dilanjutkan dengan kerangka teori, telaah pustaka, metodologi

(33)

24

2. BAB II Jurusan Perbandingan Agama: Profil Jurusan Perbandingan

Agama, Kurikulum Pembelajaran Tentang Pluralisme, Pengajara

Dosen Tentang Pluralisme

Dalam bab profil Jurusan Perbandingan Agama beserta Kurikulum

yang didapat dari perkuliahan, maka pembahasan dalam bab kedua ini

akan menyuguhkan tentang Visi dan Misi dari Jurusan Perbandingan

agama sendiri dan menunujukkan beberapa mata kuliah yang diberikan

pihak Jurusan Perbandingan Agama kepada mahasiswanya berdasarkan

Kurikulum yang ada.

3. BAB III Temuan Lapangan: Pengetahuan Mahasiswa Tentang

Pluralisme Secara Teoritis, Pandangan Mahasiswa Tentang Pluralisme

di Indonesia, Implementasi Pluralisme dalam Keseharian Mahasiswa,

Implementasi Perilaku Mahasiswa dalam Berhubungan dengan

Masyarakat Antar Agama, Pengalaman Mengikuti Ritual Lintas

Agama

Dalam bab III ini penulis akan menyajikan pemahaman dari makna

pluralisme yang dipahami oleh mahasiswa Perbandingan Agama

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan.

4. BAB IV Analisis Pembahasan

Dalam bab analisis data, penulis memberikan gambaran tentang

data-data yang dikemas dalam bentuk analisis deskripsi. Setelah itu akan

(34)

25

5. BAB V Penutup

Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan permasalahan

dalam penelitian selain itu juga memberikan rekomendasi kepada para

(35)

26

BAB II

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

A. Profil Jurusan Perbandingan Agama

Perbandingan Agama merupakan disiplin ilmu yang diperkenalkan di Indonesia sejak Mukti Ali menjabat sebagai Menteri Agama pada tahun

1970-an, yang bertujuan untuk mendalami keyakinan keagamaan dengan mengetahui agama-agama lain. Dengan mengambil fakta pada masyarakat

Indonesia yang multikultural dari segi agama, budaya, ras, dan bahasa, maka dari itu Indonesia sering dianggap sebagai masyarakat yang wajib memiliki sifat toleran terhadap berbagai perbedaan dan kemajemukan dalam keyakinan,

kepercayaan dan agama. Namun pada tahun 1990-2000an sebutan sebagai bangsa yang multikultural dan penuh penghargaan telah digugat seiring

dengan banyaknya kejadian tentang kekerasan, perusakan, dan pengeboman yang sering diklaim sebagai doktrin atau ajaran sebuah kepercayaan, keimanan, dan agama.37 Berdasarkan fakta di atas menumbuhkan keinginan

bagi jurusan Perbandingan Agama untuk mengambil bagian dalam meningkatkan kerukunan, ketentraman, keharmonisan, dan perdamaian yang

dilandasi dengan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel telah ikut serta dalam menerapkan

keharmonisan tersebut dengan mendirikan Jurusan Perbandingan Agama yang

37

(36)

27

berada di dalam fakultas Ushuluddin. Jurusan ini menempatkan diri sebagai ruang belajar yang nyaman bagi mahasiswa untuk mengenal, memahami, dan

mendalami topik-topik keagamaan dan kebudayaan. Mata kuliah yang disediakan oleh jurusan Perbandingan Agama didesain untuk mengembangkan

semangat menghargai perbedaan dan menghormati keberagaman. Jurusan ini tidak semata berpijak pada landasan-landasan normatif dalam mempelajari agama, tetapi juga memperhatikan pijakan historis, antropologis, sosiologis

dan psikologis. Pendekatan yang dilakukan jurusan Perbandingan agama adalah pendekatan saintifik-objektif, bukan pendekatan teologis.38

Tujuan utama dari jurusan Perbandingan Agama adalah mencetak sarjana

yang toleran, humanis, pluralis, teguh menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya, sekaligus menghormati ajaran dan keyakinan di luar agamanya,

serta memiliki kepekaan sosial dengan kesiapannya menjadi ulama‟ pluralis dan fasilitator atau mediator dalam pembinaan dan pengembangan kerukunan umat beragama di berbagai lembaga keagamaan.

B. Kurikulum Pembelajaran Mahasiswa Perbandingan Agama tentang

Pluralisme

Jurusan Perbandingan Agama telah menyediakan sejumlah mata kuliah yang mempelajari pluralisme, dengan harapan bahwa seorang akademisi

Perbandingan Agama mampu menjadi seorang pluralis di dalam masyarakat yang multi-kultural.

38

(37)

28

Di dalam jurusan Perbandingan Agama terdapat pengelompokkan mata kuliah berdasarkan kompetensinya, yaitu mata kuliah kompetensi dasar,

kompetensi utama, pendukung, dan kompetensi tambahan atau pilihan. Pembelajaran mengenai pluralisme terdapat di dalam kelompok mata kuliah

kompetensi utama, dan pendukung.

Mata kuliah yang disediakan oleh jurusan Perbandingan Agama kepada mahasiswa yang berkaitan dengan pemahaman tentang pluralisme, yaitu :

1. Mata kuliah Kompetensi Utama

Dalam kelompok mata kuliah kompetensi utama yang ada dalam

kurikulumnya, mahasiswa Perbandingan Agama diharapkan dapat

memiliki pemikiran yang pluralis dan kritis dalam menangani

perkembangan isu-isu keagamaan di Indonesia, serta mampu beradaptasi

dengan lingkungan dan memiliki kepekaan dan kepedulian sosial

keagamaan yang tinggi, sehingga mampu menampilkan pribadi yang

kreatif dan inovatif serta progresif terhadap permasalahan keagamaan di

Indonesia, untuk melakukan tindakan reflektif dan preventif terhadap isu

SARA. Mahasiswa Perbandingan Agama harus mampu membuat jaringan

komunikasi dengan umat beragama sebagai penerapan dari jiwa inklusif

dan tidak melakukan truth claim yang didasarkan pada Al-Qur‟an dan As -Sunnah.39

Secara ringkas kompetensi utama ini diberikan dengan harapan agar

mahasiswa menjadi seseorang yang mampu menerima

39

(38)

29

perspektif kebenaran di luar keyakinannya tanpa kehilangan keyakinan

dan komitmen terhadap agamanya sendiri. beberapa mata kuliah yang

terdapat di dalam kompetensi utama, sebagai berikut :

a. Pluralisme dan Multikulturalisme

Mata kuliah Pluralisme dan Multikulturalisme yang dikelompokkan dalam Kompetensi Utama ini merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa, karena mata kuliah ini

menyangkut tentang pembelajaran untuk memahami kehidupan yang beraneka ragam serta cara menyikapinya. Mata kuliah tersebut diberikan di semester 8 dengan bobot 3 unit Sistem Kredit Semester

(SKS) ini mempunyai standar kompetensi kelulusan (SKL) yaitu mampu memahami pengertian dasar, teori dan metodologi mengenai

pluralisme dan multikulturalisme dari perspektif agama-agama. Metode yang dipakai dalam pengajarannya adalah diskusi kelompok

serta presentasi atau menyampaikan pemahaman pluralisme dan multikulturalisme berdasarkan teori-teori para tokoh dengan referensi sebagai berikut, yaitu:40

1) Richad E Wentz, The Culture of religious pluralism, Colorado: Westview press, 1998

2) Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nur, Jakarta: Kompas, 2001

3) Oliver Roy, Geneologi Islam Radikal, terj. Nasrul Ompu, Yogyakarta: Genta press, 2005

40

(39)

30

4) Charles Kruzman, Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global, Jakarta: Paramadina, 2001 5) Jhon D. Caputo, Agama Cinta Agama Masa Depan, Bandung:

Mizan, 2001

6) Paul Knitter, Pengantar Teologi Agama-agama, Yogyakarta: Kanisius, 2008

7) Jalaluddin Rahmat, Islam dan Pluralisme, Jakarta: Serambi, 2006 8) Mahmoud Ayoub, “The Qur’an and Religious Pluralism” dalam

Islam and Global Dialogue, USA: Ashgate, 2005

9) Abu Hatsin, Islam dan Humanisme, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007.

Mata kuliah ini diberikan dengan harapan agar mahasiswa mampu

menjelaskan definisi umum tentang plusralisme dan multikulturalisme bersama dengan pengertian inklusifisme, eksklusifisme, radikalisme,

sekularisme, fundamentalisme agama dan konflik-konflik yang muncul karena persoalan etnisitas.

b. Hubungan antar Agama

Mata kuliah ini diberikan kepada mahasiswa semester 5 yang berbobot 3 unit sistem kredit semester (SKS) dengan tujuan agar

mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perspektif yang moderat tentang relasi keagamaan, menjelaskan peran agama dalam kerukunan hidup manusia, historisitas dari agama yang dianggap sebagai sumber

(40)

31

kuliah kompetensi utama berdasarkan metode yang dipakai dalam pengajaran mata kuliah ini adalah model diskusi dan presentasi.

Sumber-sumber yang digunakan adalah:41

1) Depag RI; Bingkai Teologi, Kerukunan Hidup Umat Beragama di Indonesia

2) Ahmad Syafii Mufi, Dialog Agama dan Kebangsaan

3) Baranuddin Daya, Agama Dialogis; Merenda Dialektika Idealita dan Realita Hubungan Anatar Agama, Raimondo Panikhakh: Dialog Intra Religius

4) Abdurrahman Wahid, Dialog Kritik Identitas Agama

5) Huston Smith, Titik Temu Agama-agama

6) Paul. F Knitter, Satu Bumi Banyak Agama: Dialog Multi Agama dan Tanggung Jawab Global, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003).

c. Ilmu Perbandingan Agama

Mata kuliah ini diberikan untuk memberi pemahaman atas berbagai keyakinan dan ajaran agama-agama serta fenomenanya. Fokus mata

kuliah ini pada pendalaman dan pemahaman ilmu Perbandingan Agama. Kemudian dibahas juga dasar metodologi dan berbagai

dasar-dasar teologis dari berbagai agama dan kepercayaan lokal yang berkembang di Indonesia. Dengan membandingkan satu agama dengan

agama yang lain maka akan dapat diketahui oleh mahasiswa berbagai persamaan dan perbedaannya. Pengetahuan ini yang dapat memberikan

41

(41)

32

pengertian dan dasar-dasar timbulnya rasa toleransi beragama. dengan referensi sebagai berikut:42

1) A.Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pemahaman Tentang Metodos dan Sistima), Yogyakarta: Yayasan Nida, 1975. 2) Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agama Pengenalan

Awal Metodologi Studi Agama-agama, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

3) Burhanuddin Daya, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia dan Belanda, Jakarta: INIS, 1992.

4) Halord Coward, Scipture in The World Religions, Oxford: One World, 2000.

5) Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama Inti dan Bentuk

Pengalaman Keagamaan, (terj. Jam’anuri), Jakarta: Rajawali 1984.

6) Mircea Alide dan Joseph M. Kitagawa, The History of Religions, Chicago: The University of Chicago Press, 1959.

7) Mujahid Abd. Manaf, Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.

8) Mahmud Manan, Asal usul dan Sejarah Agama-agama, Surabaya: Sunan Ampel Press, 2011.

9) Rodney Stark, One True God Resiko Sejarah Bertuhan Satu, terj. Sadat Ismail, Yogyakarta: Penerbit Qolam, 2003.

10)Romdon, Metodologi Perbandingan Agama Suatu Pengantar Awal, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

42

(42)

33

11)Zakiah Daradjad, Perbandingan Agama, 1-2. Jakarta: Ditbinpertiais, Departemen Agama, 1984.

Dengan metode pengajaran presentasi dan tanya jawab di kelas,

mahasiswa diharapkan mampu menjabarkan definisi etimologi. epistemologi, ruang lingkup, tujuan, manfaat ilmu perbandingan agama, menjabarkan sejarah ilmu perbandingan agama di dunia Timur

dan Barat serta mengetahui tokoh-tokohnya sehingga dapat memberikan pendekatan kritis dalam dialog antar agama dan

problematikanya.

d. Agama dan Isu-isu Kontemporer

Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan agar mahasiswa mampu

menganalisis isu-isu kontemporer dan mempunyai pengetahuan mendasar tentang agama sebagai keyakinan dan kekuatan. Agama

tetap menjadi kekuatan utama dalam dunia modern. Dan peran pentingnya dalam setiap aktivitas masyarakat telah memunculkan banyak persoalan yang harus diselesaikan mulai dari masalah

perdamaian, gender hingga pemahaman terhadap hakekat agama. Isu-isu yang dibahas itu diangkat dalam konteks agama sebagai kekuatan

sosial, dan bukan sebagai sebuah kebenaran metafisis. Pendekatan yang digunakan dengan demikian, bukan teologis melainkan sosial dan budaya. Lebih lanjut, mata kuliah ini akan fokus pada isu-isu

(43)

34

keunggulan nasional yang kita miliki. Dengan beberapa referensi yang disarankan sebagai berikut:43

1) Bellah, Robert N. Beyond Belief: Memahami Kembali Agama. Jakarta: Paramadina, 2000.

2) Sudamoto, Abdul Hakim. Islam Berbagai Perspektif, Jakarta: LPMI, 1995.

3) Koentjara Ningrat. Agama Jawa, Yogyakarta: UGM Press. 2002. 4) Muhammad, Hussein. Upaya Membangun Keadilan Gender.

Jakarta: Penerbit Insani, 2011.

5) Zahro, Abu. Politik Demi Tuhan: Nasionalisme Religious di Indonesia. Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.

6) Majid, Nurcholish. Islam Keindonesiaan dan Kemoderenan. Jakarta: Paramadina, 1993.

Dalam pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu

memahami ajaran agama tentang perdamaian, dan juga bagaimana kemudian agama dijadikan sebagai pembenaran atau alasan atas

beberapa tindak kekerasan.

2. Mata kuliah Kompetensi Pendukung

Jurusan Perbandingan Agama juga menyediakan pembelajaran dari

kompetensi pendukung yang didalamnya mahasiswa diharapkan memiliki

keterampilan berpikir yang logis, sikap ilmiah dan bertanggung jawab

terhadap ilmu yang dimilikinya dengan keahlian untuk memahami dan

menganalisis sejarah perkembangan pemikiran keagamaan dan

(44)

35

perkembangan aliran keagamaan terutama di dunia Islam, sehingga

mahasiswa mampu berfikir secara efisien berdasarkan kronologis tanpa

mengesampingkan jiwa inklusif dan toleran dengan semua agama dan

aliran kepercayaan yang didasari oleh hukum Islam yang ada.44

Dengan kata lain mata kuliah dalam kelompok kompetensi pendukung

ini diberikan agar mahasiswa menjadi seseorang yang memahami sejarah

perkembangan pemikiran keagamaan dan kepercayaan sehingga dapat

berpikir secara ilmiah, inklusif, dan toleran ketika menggunakan dasar

hukum Islam dalam menanggapi dan menganalisa permasalahan

keagamaan di Indonesia.

Mata kuliah yang terdapat di dalam kompetensi pendukung yang

berkaitan dengan pliralisme yaitu mata kuliah Fiqih Lintas Agama dan

mata kuliah Studi Praktek Keagamaan. Mata kuliah tersebut

dikelompokkan dalam kompetensi pendukung karena aspek-aspek yang

dibahas yaitu mengenai hubungan antar agama di dalam masyarakat yang

beragam berdasarkan hukum yang terdapat di dalam Al-Qur‟an dan As

-Sunnah. Beberapa mata kuliah tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

a. Fiqih Lintas Agama

Mata kuliah ini menjelaskan tentang hukum dari hubungan antar

agama di dalam Islam dan memberikan wawasan hukum normatif Islam tentang perbuatan hukum yang antar pelakunya menginteraksikan ajaran agama yang berbeda dengan Islam baik

44

(45)

36

menyangkut aspek ritual atau norma keagamaan. Mata kuliah ini menggunakan metode pengajaran diskusi dan presentasi dengan

referensi literatur keilmuan sebagai berikut:45

1) Zainul Kamal, Fiqh Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis.

2) Adian Husaini, Hegemoni Kristen Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi.

3) R. Michael Feener, Muslim Legal Thought in Modern Indonesia.

Mahasiswa diharapkan untuk dapat memahami dan menjelaskan

kegiatan keagamaan yang berinteraksi dengan agama lainnya.

b. Studi Praktek Keagamaan (Ritual Keagamaan)

Diberikan kepada mahasiswa semester 5 dengan bobot sistem kredit semester (SKS) 3. Mata kuliah ini mempunyai standar kompetensi kelulusan yaitu mahasiswa harus mampu mengetahui dan

memahami fenomenologi agama melalu studi praktek keagamaan, sehingga menumbuhkan sikap empati dan menghargai budaya lokal.

Pemahaman tersebut juga didukung oleh sumber-sumber literatur sebagai berikut:46

1) Maria Susai Davamany, Fenomenologi Agama. 2) Dale Cannon, Enam Cara Beragama.

3) Michael Keene, Agama-Agama di Dunia.

45

Ibid 46

(46)

37

4) M. Amin Abdullah, Studi Agama; Normativitas atau Historitas.

5) Pieter Nella Van Doorn-Harder, Lima Titik Temu Agama-Agama.

6) Hustin Smith, Agama-Agama Manusia.

7) Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama.

8) Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama.

Berdasarkan referensi-referensi di atas diharapkan mahasiswa

mampu memahami dan menjelaskan kegiatan praktek keagamaan secara ekspresif, memaknai ritualnya dan mampu memahami dan membedakan antara magi dan religius yang dilakukan di dalam setiap

agama. Pemahaman tersebut disampaikan dengan cara berdiskusi dan tanya jawab di dalam kelas.

Penelitian ini bermaksud untuk mempelajari lebih lanjut pemahaman pluralisme agama di lingkungan mahasiswa baik yang sudah menempuh sejumlah mata kuliah tersebut di atas maupun belum.

C. Pengajaran Dosen tentang Pluralisme

Dalam perkuliahan mahasiswa di jurusan perbandingan agama UIN Sunan

Ampel, para dosen juga mengajarkan beberapa mata kuliah yang akan menunjang dan memperdalam wawasan-wawasan pluralisme dan humanisme.

Untuk mendalami metode dan tujuan kurikulum jurusan PA tentang pemahaman pluralisme agama, peneliti mewawancarai kaprodi dan beberapa dosen jurusan perbandingan agama. Dalam wawancaranya Bapak Siddiq,

(47)

38

“Dalam pembelajaran matakuliah-matakuliah di PA akan temukan, misalnya mata kuliah Agama-Agama Dunia yang nantinya akan mempelajari agama-agama di luar agama-agama Islam, kebudayaan, hubungan antar umat beragama-agama, ilmu perbandingan agama, mutikulturalisme dan pluralisme. Itu semua mengarah pada membentuk karakter mahasiswa yang pluralis dan humanis.

Tentu saja akan banyak pemahaman tentang apa itu pluralisme.”47

Berdasarkan sejumlah mata kuliah di atas yang disampaikan dosen kepada mahasiswa dengan metode pembelajaran yang baik maka akan membentuk

paradigma dan pola perilaku tentang pluralisme dan memperkuat keyakinan agama sendiri serta menghargai agama orang lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Nasruddin selaku dosen mata kuliah Agama Budha:

“Yang saya inginkan adalah dengan membaca agama lain itu bukan berarti meninggalkan agamanya sendiri. Tetapi semakin meyakinkan bahwa kami ini berbeda. Tetapi di mana titik perbedaan itu yang kita akui, dan di mana titik

persamaan itu yang harus dijunjung tinggi.”48

Pembelajaran pluralisme yang disampaikan dosen tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa jurusan perbandingan agama mempunyai maksud yang

sederhana yaitu menghargai dan menghormati keragaman dan keyakinan di luar agama kita dengan dasar berkomitmen terhadap keyakinan

masing-masing.

Pluralisme niscaya dibutuhkan di Indonesia walaupun pada kenyataannya MUI justru memfatwakan pluralisme agama sebagai suatu yang haram di

Indonesia yang multikultural, multi etnis, dan multi agama ini sehingga dapat disimpulkan bahwa pengajaran yang disampaikan oleh dosen bertujuan untuk

memberi mahasiswa pemahaman inklusif akan keyakinan dan teologi yang

47

Akhmad Siddiq, wawancara 11 juni 2015

48

(48)

39

diharapkan akan menanam dan mengembangkan sifat pluralisme. Seperti yang dikatakan oleh Pak Nasruddin sewaktu ditanya oleh peneliti mengenai

ormas-ormas yang notabene Islam eksklusif:

“Ya memberikan gambaran ormas-ormas tipenya seperti ini. Tapi kan sudah ada identifikasi awal bahwa ini aliran-aliran keras, aliran ini kayak begini tidak mau berteman dengan Islam yang liberal, pluralis, multikultural, dsb. Sementara di PA tidak mencetak seperti itu. Karena apa, karena kita mempelajari agama orang lain. kita mempelajari agama orang lain bukan berarti menyalahkan agama orang lain, tetapi untuk memahami. Kemudian dari pemahaman itu kita sadari, ternyata dari perbedaan itu tidak harus kita sikapi dengan ekslusifisme, tetapi kita sikapi dengan persaudaraan, dengan rasa kita memiliki Indonesia yang sama. Tidak mungkin tercipta Indonesia yang sekarang kalau umat-umat yang lain tidak mau menerima. Dalam konteks perjuangan bukan hanya milik Islam meskipun sejarah mencatat bahwa Islam ikut andil yang besar dalam kemerdekaan Indonesia. Tetapi bukan berarti umat Islam bisa sewenang-wenang.”49

Penerapan sifat pluralisme mahasiswa dapat dilihat dari interaksi mahasiswa dengan masyarakat sekitarnya, sebagaimana yang disampaikan

oleh Kaprodi Perbandingan Agama, “apabila mahasiswa masih menghakimi, menyalahkan, dan belum memahami agama lain, dan mengklaim

keyakinannya sendiri yang paling benar, berarti mahasiswa tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai seorang yang pluralis.”

49

(49)

40

BAB III

TEMUAN LAPANGAN

Untuk mengetahui lebih jelas tentang pemahaman mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama dalam menguasai pemahaman pluralisme agama akan di uraikan dalam bab ini yang di kategorikan menjadi tiga kelompok atau sub bab.

Pertama, membahas tentang pemahaman mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama mengenai pluralisme secara teoretis. Kedua, pandangan mahasiswa

tentang pluralisme di Indonesia, dan yang ketiga tentang Implementasi dari pemahaman pluralisme mahasiswa dalam kesehariannya. Melalui pemahaman ini diharapkan generasi selanjutnya dapat memahami betapa pentingnya peran

pluralisme di Indonesia.

A. Pengetahuan Mahasiswa Tentang Pluralisme Secara Teoritis

Pengetahuan merupakan pemahaman baik secara individu maupun kelompok terhadap sesuatu. Istilah pluralisme agama sering disalah artikan oleh semua atau sebagian orang meskipun secara terminologi telah populer

dan tampak disambut antusias secara universal. Kata pluralisme berasal dari bahasa Inggris yaitu pluralism yang berarti jama‟ atau lebih dari satu. Jadi

pluralisme agama adalah sikap menjaga kestabilan dan bersikap toleransi antar sesama atau antar umat beragama dengan cara menghormati agama lain bahwa semua agama itu benar dan Allah telah memberikan kebebasan kepada semua

(50)

41

Pemahaman pluralisme menurut pandangan mahasiswa yang sebagai narasumber bagi peneliti, banyak sekali pemahaman-pemahaman yang

dilontarkan dari setiap individu. Sebagian mahasiswa mengatakan bahwa pluralisme dilihat dari agamanya sendiri dan mengatakan bahwa Islam adalah

agama yang paling benar tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa agama lain juga benar. Kebenaran tersebut tidak berasal dari nenek moyang tetapi merupakan sebuah proses untuk menerima kebenaran yang ada di dalam Islam

melalui studi perbandingan agama. Dari hal tersebut bukan berarti sepenuhnya setuju bahwa agama Islam merupakan agama yang paling benar, tetapi juga

membuka ruang bagi agama lain untuk menghormati dan bersikap toleran terhadap agama lain.50

Islam adalah agama yang toleran terhadap semua agama. Hal itu

merupakan suatu sikap menunjukkan bahwa Islam sangat mengormati agama lain. Kemudian mahasiswa lain juga memiliki pandangan sendiri terhadap

pengetahuan pluralisme menurut pengalaman maupun teori dari mata kuliah yang diajarkan oleh dosen bahwa pluralisme adalah sebagai alat untuk memahami agama lain tanpa ada maksud untuk menyamakan semua agama.

Hal ini sangat bertentangan sekali dengan sejumlah teori yang digagas oleh tokoh pluralisme seperti Jhon Hick, Nurcholish Madjid, Ulil Absor Abdallah,

dan lain-lain.51

50

Muhammad Taufiq, Wawancara 26 Mei 2015

51

Referensi

Dokumen terkait

(J radu su korticeni proteini kttce za geneticleu karakterizaciju genotipoua kuleuruza kao i za uturdiuanjegeneticke cistoce semena. Eiektroforezom proteini klice su razduojeni

Banyak orang yang datang untuk membuat perjanjian perikatan jual beli namun dalam hal ini perjanjian perikatan jual beli (PPJB) diganti dengan Surat Keterangan

Unsur-unsur dari pengambilan keputusan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Tujuan dari pengambilan keputusan, adalah mengetahui lebih dahulu apa tujuan dari

Penguasaan kemahiran profesional adalah penting untuk membolehkan graduan menggunakan maklumat dan mengoptimakan pengetahuan ( IFAC 1996). Perbincangan dapatan kajian

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan ketercapaian KKM hasil belajar matematika dalam

Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain faktorial ganda 3x3, variabel bebas adalah subtitusi tepung sorgum 10%, 20%, dan 30% dari berat total tapioka

Dengan kemudahan dalam mengukur IC pada model Pulic maka penelitian ini bertujuan untuk mengukur IC perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Indeks LQ45

Buku Ajar ini merupakan buku ajar mata kuliah vocabulary 2 yang didedikasikan untuk mahasiswa program studi pendidikan Bahasa Inggris STKIP PGRI Trenggalek.. Buku