MAKNA PLURALISME MENURUT MAHASISWA
(PEMAHAMAN MAHASISWA PRODI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA)
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata 1 (S1) Ilmu Theologi Dalam Bidang
Perbandingan Agama
Oleh:
AHMAD ALIF
E02211011
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
PROGRAM PERBANDINGAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
MAKNA PLURALISME MENURUT MAHASISWA
(PEMAHAMAN MAHASISWA PRODI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA)
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Menyelesaikan Program Strata 1 (S1) Ilmu Theologi Dalam
Bidang Perbandingan Agama
Oleh:
AHMAD ALIF
E02211011
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
PROGRAM PERBANDINGAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Alif, A. 2015. Makna Pluralisme (menurut mahasiswa jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya). Skripsi Program Studi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing: Muhammad Afdillah, M.Si, M.A.
Kata Kunci: Makna Pluralisme
Tulisan ini berupaya mendriskipsikan pemahaman pluralisme menurut mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Ditemukan bahwa pemahaman tentang pluralisme menurut mahasiswa sangat beragam. Pluralisme diartikan mahasiswa sebagai suatu sikap yang seharusnya dimiliki oleh semua umat khususnya masyarakat Indonesia yang pada dasarnya adalah berbeda dari segi apapun, karena dilihat dari arti pluralisme sendiri adalah
“menerima kemajemukan,” dan kemajemukan tersebut merupakan hukum alam
dan tidak bisa dipungkiri adanya. Kehidupan yang berdampingan bukan berarti menghapus ciri khas dan keontetikan masing-masing entitas, melainkan usaha untuk memahami dan mencerna bahwa apapun yang mempunyai latar belakang berbeda membuat entitas lain dapat teridentifikasi, tidak menjadi persoalan yang mendasar. Dengan ini diharapkan akan tercipta suatu kehidupan bersama antar agama yang harmonis, penuh toleransi, dan saling menghargai.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deep observation dan depth interview. Jenis penelitian ini adalah penelitian kasus. Partisipan dalam penelitian ini adalah Dosen Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah Reduksi Data, Display Data, dan Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO... ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... x
DAFTAR ISI... xii
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Kerangka Teori ... 6
F. Tinjauan Pustaka ... 17
G. Metode Penelitian ... 20
H. Sistematika Pembahasan ... 23
BAB II: JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA ... 26
A. Profil Jurusan Perbandingan Agama ... 26
B. Kurikulum Pembelajaran Mahasiswa Perbandingan Agama Tentang Pluralisme 27 1. Mata kuliah Kompetensi Utama ... 28
a. Pluralisme dan Multikulturalisme ... 29
c. Ilmu Perbandingan Agama ... 31
d. Agama dan Isu-isu Kontemporer ... 33
2. Mata Kuliah Kompetensi Pendukung ... 34
a. Fiqih Lintas Agama ... 35
b. Studi Praktek Keagamaan ...36
C. Pengajaran Dosen Tentang Pluralisme ... ... 37
BAB III: TEMUAN LAPANGAN ... 40
A. Pengetahuan Mahasiswa Tentang Pluralisme Secara Teoritis ... 40
1. Kurikulum yang ditempuh Mahasiswa Menyangkut Pluralisme ... 42
2. Pemahaman Pluralisme dari Pengajaran Dosen kepada Mahasiswa ... 44
3. Referensi Teori yang Menjadi Pilihan Mahasiswa... . ... 46
B. Pandangan Mahasiswa Tentang Pluralisme di Indonesia ... 48
1. Pandangan Mahasiswa Tentang Permasalahan Sosial Agama di Indonesia .... 51
2. Pandangan Mahasiswa Tentang Aliran Eksklusif di Indonesia ... 53
3. Pandangan Mahasiswa Tentang Fatwa Majelis Ulama’ Indonesia yang Mengharamkan Pluralisme di Indonesia ... 56
C. Implementasi dari Pemahaman Pluralisme Mahasiswa dalam Kesehariannya ... ..59
D. Implementasi Perilaku Mahasiswa dalam Berhubungan dengan Masyarakat Antar Agama... .. ...61
E. Pengalaman Mengikuti Ritual Lintas Agama... ...63
F. Dasar Hukum Mengucapkan Selamat Hari Besar Tehadap Agama Lain Menurut Mahasiswa Berdasakan Ayat-ayat Al-Qur’an ... 64
BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN... ...68
A. Makna Pluralisme Menurut Mahasiswa ... 68
B. Pluralisme di Masyarakat Menurut Mahasiswa ... ...69
C. Pluralisme di Indonesia Menurut Mahasiswa ... ... 71
1. Implementasi dari Bhineka Tunggal Ika Menurut Mahasiswa ... 71
2. Fatwa Majelis Ulama’ Indonesia Tentang Pengharaman Pluralisme Menurut Mahasiswa ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... ...80
PEDOMAN WAWANCARA... ... ...83
DAFTAR NAMA-NAMA NARA SUMBER ... ...85
LAMPIRAN DOKUMENTASI ...91
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan yang telah kita jalani sehari-hari sering dijumpai
interaksi yang dapat memicu perselisihan atau perbedaan pendapat, hal ini karena adanya kemajemukan di sekitar kehidupan kita yang telah menjadi menjadi hukum alam, dan pastinya kita harus menerima kemajemukan itu
dengan cara menanamkan sifat saling toleransi terhadap keragaman yang telah ada. Maka penelitian ini dilakukan untuk menggali pemahaman dari akademisi Perbandiangan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
yang sebagaimana hal tersebut menjadi misi dari disiplin ilmu pengetahuan yang ada di dalam sebuah lembaga pembelajaran di negara Indonesia yang
beragam ini.
Pemahaman pluralisme oleh mahasiswa yang mengambil jurusan
Perbandingan Agama adalah sesuatu hal yang dibutuhkan bagi seorang akademisi Perbandingan Agama, karena pemahaman pluralisme keagamaan akan mempengaruhi kemampuan seorang akademisi Perbandingan Agama di
dalam menyebarkan agamanya masing-masing. Pemahaman pluralisme agama tersebut akan menjadi pembeda dari perdamaian dan konflik antar agama,
2
Negara Indonesia adalah negara yang paling beragam di dunia, dari segi budaya, adat, suku, bahasa, dan agama yang dianut oleh masyarakatnya. Dan
sudah semestinya masyarakat Indonesia mempunyai pemahaman tentang toleransi untuk menerima adanya kemajukan yang ada. Kemajukan itu sendiri
sebagai sebuah fenomena yang tidak mungkin kita hindari, kita hidup dalam kemajemukan dan merupakan bagian dari proses kemajemukan aktif maupun pasif. Ia berada dalam setiap dan seluruh kehidupan kita, tak terkecuali juga
dalam hal kepercayaan. Sehingga kita menghadapi adanya kenyataan dalam berbagai agama dengan umatnya masing-masing, dalam menghadapi
kemajemukan seperti itu, kita tidak mungkin mengambil sifat anti pluralisme.1
Banyak konflik terjadi di Indonesia yang menjadi faktor utamanya adalah agama yang apabila sifat pluralismenya tidak diterapkan dalam negara yang
plural ini. Munculnya pertikaian antar agama tak lepas dari cara pandang mereka berdasarkan agama yang dianutnya. Mereka mengklaim bahwa teks-teks agama itu bersifat konsisten dan penuh klaim kebenaran, final, lengkap,
serta tidak ada kebenaran selain dari agamanya sendiri, dan teks tersebut dianggap sebagai satu-satunya jalan menuju keselamatan. Pemikiran tersebut
banyak memberikan andil dalam memicu terjadinya konflik apabila dipahami oleh kaum yang ekslusif dan fundamentalis. Besarnya jumlah penduduk dan
perbedaan ini dengan mudah dapat memicu ketegangan dan perselisihan dalam masyarakat kita, terbukti dengan tercatatnya 832 insiden konflik keagamaan dalam periode waktu Januari 1990 hingga Agustus 2008 dimana
1
3
285 insiden diantaranya adalah aksi kekerasan.2 Sebut saja konflik yang terjadi beberapa waktu lalu yang terjadi di beberapa daerah yang disebabkan
oleh bebrapa kaum yang tidak sependapat yaitu, konflik Poso (Islam-Kristen), Ambon, Maluku, dan disusul oleh konflik Sampang (Sunni-Syi‟ah) yang
sampai saat ini masih hangat diperbincangkan.
Pokok permasalahan yang sedang kita hadapi dewasa ini adalah tentang kegagalan banyak kaum dalam memaknai pluralisme. Mayoritas penduduk
Indonesia adalah beragama Muslim, yang tentunya memiliki nilai-nilai yang terkandung berdasarkan ajaran agama Islam yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, persamaan hak dan
mengakui adanya pluralitas yang sesuai dengan dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Peran Islam pada negara Indonesia sangat utama dalam memajukan
Indonesia kedepannya, umat Islam diharapkan pro-aktif dalam menerima setiap hal yang terjadi di negeri ini, tidak terkecuali tentang pluralisme.
Dapat diasumsikan bahwa Indonesia yang mempunyai keragaman ini wajib memiliki sikap pluralisme tersebut demi keberlangsungan dan kemajuan bangsa. sikap toleransi dan saling menghargai antara satu dengan yang lain
harus dijaga dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian keberadaan agama-agama, semestinya dihargai dan diakui eksistensinya.
Karena keberagaman itu merupakan hukum alam yang harusnya kita lestarikan.
2
4
Mengingat konsentrasi pendidikan peneliti adalah Perbandingan Agama, titik berat penelitian ini adalah bahasan pemahaman pluralisme agama yang
menurut Anis Malik Thoha adalah “ Pluralisme agama adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar agama (dalam arti yang luas) yang berbeda-beda
dalam suatu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama.”3
Indonesia memiliki motto Bhinneka Tunggal Ika yang mencuplik
kakawin Soetasoma karya Empu Tantular di abad ke-14, pupuh 139 bait 5;
bhinneka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa yang diartikan menjadi
“berbeda-beda tetapi tetap satu jua, tidak ada kebenaran yang rancu,” dan
dasar hukum Undang-Undang dasar 1945 pasal 28E yang menyatakan :
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.4
Hal tersebut di atas membuat peneliti menganggap pemahaman yang
tepat akan pluralisme agama menjadi salah satu kunci utama untuk menjaga persatuan, kesatuan dan keutuhan di Indonesia.
Dari berbagai permasalahan di atas ditambah dengan keluarnya Fatwa
Majelis Ulama Indonesia yang dikeluarkan pada tahun 2005 yang mengharamkan tentang Pluralisme Agama telah menjadikan keinginan bagi
5
peneliti untuk melakukan penelitian terhadap mahasiswa Perbandingan Agama yang sesuai dengan lingkungan akademis peneliti.
Alasan melakukan penelitian pada mahasiswa Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel ini berawal dari alih status Institut
Agama Islam Negeri menjadi Universitas Islam Negeri pada tahun 2013. Penelitian ini bermaksud untuk mencari tahu dan memberikan penjelasan deskriptif tentang pengertian dan penerapan teori pluralisme agama di
Indonesia menurut pandangan mahasiswa jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pluralisme Agama menurut mahasiswa jurusan
Perbandingan Agama Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya?
2. Bagaimana penerapan Pluralisme Agama di Indonesia menurut mahasiswa
jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengertian Pluralisme Agama menurut mahasiswa jurusan
Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
2. Mengetahui penerapan Pluralisme Agama di Indonesia menurut
mahasiswa jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan gambaran obyektif tentang pemahaman Pluralisme keagamaan oleh mahasiswa jurusan Perbandingan Agama yang kemudian diharapkan dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan
pemahaman Pluralisme beragama di dalam kurikulum pengajaran maupun kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler mahasiswa Perbandingan Agama
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
E. Kerangka Teori
1. Konsep Pluralisme Agama
Perbedaan merupakan suatu hal yang wajar yang dimiliki oleh semua manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai interaksi yang pastinya
memicu perselisihan atau perbedaan pendapat, bahkan perbedaan pemahaman yang disebabkan oleh agama yang dianutnya berbeda serta lingkungan budaya disetiap daerah yang beragam, tetapi tidak semua manusia bisa mentolerir atau
menerima adanya suatu perbedaan dari kemajemukan itu. Orang yang mengakui dan memahami adanya kemajemukan disebut pluralistik. Dalam hal
ini Anis Malik Thoha mengelompokkan ciri-ciri masyarakat yang memahami tentang pluralistik dalam beragama. Adapun ciri-ciri masyarakat pluralistik menurut Thoha adalah sebagai berikut:
1. Terdapat koeksistensi lebih dari satu agama, pandangan hidup atau weltanschauung, yang berada dalam hubungan konflik (dalam konsep Galtung).
7
3. Ada semacam kesadaran bahwa koeksistensi inkompatibilitas-inkompatibilitas ini bernilai positif, baik untuk komunitas secara umum maupun untuk setiap kelompok yang tercakup di dalamnya itu sendiri.5
Pluralisme adalah mentoleransi dengan adanya keberagaman pemikiran,
agama, dan budaya, bahkan mengakui kebenaran masing-masing pemahaman. Secara umum dapat dikatakan bahwa pluralisme itu adalah toleransi, dan
pluralisme agama adalah toleransi antar umat beragama.
Secara menyeluruh pokok masalahnya adalah tentang kegagalan banyak kaum dalam memaknai pluralisme sendiri. Seperti yang dikatakan oleh
Adhi.T pluralisme tidak bermaksud mengatakan kita sama atau mengatakan semua agama 100% sama, tetapi pluralisme mengatakan bahwa perbedaan adalah natural adanya, dan kemudian kita masing-masing menghormati
perbedaan itu.6 Dalam bukunya yang berjudul “Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama,” Alwi Shihab telah memperkuat teori yang
diutarakan di atas, bahwa pluralisme tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan. Namun yang dimaksud adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Pluralisme agama dapat
dijumpai di mana-mana, pengertian pluralisme agama adalah bahwa tiap pemeluk dituntut bukan saja mengakui keberadaan serta hak agama lain, tetapi
juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan dalam kebhinekaan.7 Menjadi Kristen. Jakarta: Gunung Mulia. 2008, hal. 190
7
8
Berdasarkan uraian di atas sikap pluralisme lebih tepat disebut dengan sikap pluralisme sosial yang mempunyai arti bahwa semua agama
mengajarkan tentang kemanusiaan, misalnya kasih sayang terhadap sesama manusia, tolong-menolong, bekerja sama, dan lain sebagainya. Dalam setiap
perbedaan, pasti ada persamaan dan kesatuan. Oleh karena itu, agar tidak terjatuh pada pluralisme yang mengarah pada relativisme, seorang pluralis dituntut untuk komitmen terhadap apa yang diyakininya.8
Pluralisme juga tidak bisa diartikan sebagai mencampuradukkan serta memadukan unsur-unsur tertentu saja yang menguntungkan dan mengarah pada pengaburan, tetapi bagaimana perbedaan itu memperkaya
pengalamannya. Seperti halnya yang merah tetap merah, hijau tetap hijau, kuning tetap kuning, dan biru tetap biru. Karena adanya perbedaan warna
itulah pelangi, dan kerananya pulalah pelangi menjadi indah dan sedap dipandang.9
Yang perlu digarisbawahi di sini adalah apabila konsep pluralisme diadaptasikan di Indonesia, maka ia harus memiliki syarat satu hal, masing-masing pemeluk agama menjalankan komitmennya untuk meyakini dan
memegang secara kokoh keyakinan masing-masing pemeluk agama. Tetapi kita harus meyakini bahwa semua agama telah mengajarkan kebenaran yang
sama-sama sahih, dan kita seharusnya tidak boleh mengklaim bahwa agamanya yang benar sedangkan agama yang lain salah. Seorang pluralis,
9
dalam berinteraksi dengan aneka ragam paham agama, tidak saja di tuntut untuk membuka diri, belajar dan menghormati sekelilingnya. Tetapi yang
paling penting justru ia harus komitmen terhadap agama yang dianutnya. Hanya dengan sikap demikian masyarakat beragama bisa menghindari
ancaman paham sinkretisme dan relativisme yang jelas-jelas memudarkan agama itu sendiri.
2. Realisasi dan Tantangan Pluralisme di Indonesia
a. Realisasi Pluralisme di Indonesia
Indonesia adalah mayoritas penduduknya beragama Muslim, yang
tentunya memiliki nilai-nilai yang terkandung berdasarkan ajaran agama
Islam yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan, persamaan hak dan mengakui adanya pluralitas
yang sesuai dengan dasar negara Indonesia yaitu pancasila. Maka dari itu,
dengan adanya kemajemukan agama yang meyakini bahwa agama yang
kita peluk adalah agama yang paling benar, begitu juga dengan penganut
agama lain yang mengatakan bahwa agamanya yang paling benar. Dari
keyakinan inilah yang melahirkan sikap menghargai, saling menghormati
dan memberikan kesempatan orang lain untuk beribadah sesuai dengan
keyakinan masing-masing. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
Oentoro (2010) yang menyatakan bahwa:
Indonesia adalah negara paling plural di dunia. Penduduk warna-warni di atas ribuan pulau, dengan ratusan bahasa, suku dengan adat dan budaya sendiri-sendiri, dengan hampir semua agama dunia, dan agama-agama itu sendiri jauh dari monolit. Maka jelas juga bahwa Indonesia hanya bisa bersatu, kalau kemajemukan itu diakui. Pada tahun 1945 para pendiri
10
untuk menerima bahwa negara yang baru diproklamasikan kemerdekaannya ini dimiliki oleh semua warganya, tanpa membedakan antara mayoritas dan minoritas, itulah hakekat Pancasila.10
Di Indonesia pluralisme dilambangkan dengan moto Bhineka Tunggal
Ika. Negeri ini terdiri dari berbagai pulau, suku bangsa, tradisi, agama dan
lain-lain. Karena, itu Indonesia memerlukan pengembangan konsep
pluralisme untuk mempertahankan persatuannya.11 Pluralisme bagi masyarakat Indonesia juga mengandung pluralisme agama sebuah
keniscayaan pemahaman dan pengakuan bahwa doktrin agama tidak
mungkin diintegrasikan, tetapi mesti saling menolong dalam kehidupan
sosial dan saling menghormati perbedaan masing-masing. Jadi perlu digali
unsur-unsur penyatuan dan perdamaian dari agama, dan bukan unsur yang
membedakan antara agama yang satu dengan agama yang lain.12
Pluralisme agama di Indonesia memiliki basis-basis yang kuat dalam
menjamin kemaslahatan karena karakter dasar dari masyarakat Indonesia
yang beragam dan telah terbiasa dengan perbedaan.13 Berbagai konflik,
kekerasan, dan radikalisme agama yang terjadi begitu dekat dalam
kehidupan sehari-hari, harus dipandang dalam suatu kerangka di luar
agama, di dalam suatu struktur hubungan kekuasaan dan ekonomi politik
bangsa.14 Sehubungan dengan hal tersebut, pluralisme sebagai proses aktif
(Bandung: Nuansa, 2005), hlm. 67 12
FPUB(Forum Persaudaraan Umat Beriman). Spiritualitas Multikultur sebagai Landasan Gerakan Sosial Baru. Yogyakarta: KANISIUS. 2008
13
Suhadi. Kawin Lintas Agama: Perspektif Kritik Nalar Islam. Yogyakarta: LkiS. 2006. Hal, 34
11
mensyaratkan tiga hal utama yang dapat menjadi kondisi dan strategi
dalam menciptakan kehidupan umat beragama yang lebih sejuk, yaitu:
a. Pluralisme mensyaratkan adanya suatu konfigurasi budaya (cultural configuration), baik berupa nilai maupun kelembagaan, yang berfungsi mengendalikan kehidupan bersama secara lebih baik. Akomodasi kultural yang terjadi antara budaya daerah/ lokal dengan agama akan melahirkan suatu definisi bersama tentang religiusitas masyarakat.
b. Transformasi kehidupan sosial yang berorientasi pada ikatan-ikatan fungsional, profesi dan kelas sosial, dapat mencairkan batas-batas agama dan keyakinan. Mencairnya teritori agama akan menciptakan suatu ruang publik yang lebih terbuka dan interaktif.
c. Pluralisme yang dapat menjadi dasar bagi kemaslahatan hanya bisa terwujud jika persoalan-persoalan diskriminasi kelas yang bersifat vertikal, ketimpangan kaya-miskin, dapat diselesaikan terlebih dahulu. Persoalan ketimpangan sosial dewasa ini telah menjadi faktor yang jauh lebih substansial dalam melahirkan kekerasan dan radikalisme agama.15
Menanggapi uraian dari ketiga hal tersebut, tidak terasa bahwa kita
diantarkan pada penciptaan perdamaian dan upaya menanggulangi konflik
yang akhir-akhir ini marak baik di luar negeri maupun di Indonesia
sendiri, sebab nilai dasar dari pluralisme adalah penanaman dan
pembumian nilai toleransi, empati, simpati, dan solidaritas sosial. Akan
tetapi untuk merealisasikan tujuan pluralisme seperti itu, perlu
memperhatikan konsep unity in diversity sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Muhaimin (2009) dengan menanamkan kesadaran bahwa
keragaman dalam hidup sebagai suatu kenyataan dan memerlukan
kesadaran bahwa moralitas dan kebijakan bisa saja lahir (dan memang
ada) dalam konstruk agama-agama lain. Tentu saja penanaman konsep
15
12
seperti ini dengan tidak mempengaruhi kemurnian masing-masing agama
yang diyakini kebenarannya oleh kita semua.16
Dalam hal ini beberapa tokoh menyebutkan tujuan pluralisme dalam
berbagai pendapatnya antara lain. Menurut Jalaluddin Rahmat tujuan
pluralisme agama ialah untuk menegaskan unsur asasi yang
mempersatukan semua agama dan menjadi syarat untuk memperoleh
pahala Allah.17 Selanjutnya Abdurrahman Wahid pluralisme bertujuan
untuk mempertahankan atau penyatu dan perekat suatu negara. Oleh
karena itu, Indonesia memerlukan pengembangan konsep pluralisme. Di
samping itu pluralisme juga bertujuan menghormati perbedaan, karena
semakin mengeratkan nilai pluralisme (keragaman) yang diyakini oleh
seseorang. Maka dengan itu, muncul sikap menghormati keyakinan
agama lain sehingga tercipta perdamaian abadi dan saling menghormati
antar umat beragama, bangsa, dan antar manusia.18
Dari pemaparan di atas terlihat jelas bahwa tujuan pluralisme agama
adalah pluralisme sebagai alat untuk penyatu dan perekat suatu negara,
baik itu dari golongan bawah, menengah maupun golongan atas. Di
samping itu seorang pluralis yang mengusung pluralisme dengan cara-cara
pluralisasi harus mengakui dan menjaga adanya perbedaan, dan
kemajemukan ini untuk dijadikan hal yang bermanfaat.
16
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: Grafindo, 2009), hlm. 91
17
Jalaluddin Rahmat, Islam dan Pluralisme: Akhlak Qur’an Menyikapi Perbedaan, (Jakarta: Serambi,2006), hlm. 25
18
Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi,
13
b. Tantangan Pluralisme di Indonesia
Dalam sebuah aliran, gerakan, organisasi, ataupun sebuah paham
tentu mempunyai sebuah tantangan, begitu pula dengan pluralisme agama
yang tidak asing lagi. Harus diakui bahwa pemahaman dan sekaligus
kesadaran sebagian kaum Muslim di Indonesia terhadap pluralisme masih
mengalami kesenjangan yang sangat jauh. Pluralisme masih diposisikan
sebagai musuh bersama atas nama ‟agama‟ yang harus dilenyapkan dari
segenap nalar kaum Muslim di Indonesia. Hal ini dikatakan oleh
Notonegoro bahwa “pluralisme dipandang sebagai satu paham yang
mengarah pada praktik penghancuran terhadap batas-batas agama, dan
akibat lanjutannya adalah kabur atau hilangnya identitas agama.”19
Indonesia merupakan negara yang kaya akan warna etnis, bahasa,
budaya, dan agama. Dalam kondisi masyarakat majemuk itu, tentu sangat
rentan terjadinya perpecahan bangsa. Guna menjaga persatuan dan
kesatuan, diperlukan perekat yang kuat yang mampu mengantisipasi dan
menyelesaikan berbagai masalah yang timbul. Fathimah (2002) juga
berpendapat bahwa “Indonesia memiliki Pancasila yang disepakati
mewadahi dan melindungi kelestarian kemajemukan tadi, sehingga
diharapkan ia dapat menjadi perekat yang kuat bagi keutuhan bangsa.”20
Namun dalam kenyataan, Pancasila belum sepenunya dijadikan
sebagai perekat bangsa, terbukti masih ada konflik bahkan kerusuhan yang
19
Abd. Sidiq Notonegoro, Dilema Mnuju Islam Dialogis: Beajar Dari Kasus Moh. Shofan dalam Moh. Shofan, Menegakkan Pluralisme Fundamentalisme-Konservatif di Tubuh Muhammadiyah, hlm. 261
20
14
berlatar belakang kesukuan, pertikaian antar golongan atau partai politik,
dan konflik yang berlatar belakang perbedaan agama yang masih terjadi
dimana-mana. Selain itu, sering pula terjadi perlakuan diskriminatif dan
dominasi mayoritas terhadap minoritas, atau penindasan yang kuat
terhadap yang lemah. “Apapun alasannya, jika hal itu terjadi, persatuan
bangsa akan sulit dipertahankan. Itulah sebabnya, di sini diperlukan
kearifan dan kesadaran dari berbagai pihak, demi keutuhan dan persatuan
bangsa yang majemuk seperti Indonesia ini,” menurut Fathimah.21
Di kalangan agamawan Islam maupun Kristen di Indonesia,
pluralisme agama juga direspons dan dimaknai secara berbeda-beda. Bagi
kelompok Islam radikal seperti Majlis Mujahidin Indonesia (MMI), Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI), dengan tegas
mereka menolak pluralisme agama. Sebagaimana yang ditegaskan oleh
Ismail Yusanto, juru bicara HTI, bahwa pluralisme agama adalah absurd. Senada dengan Anis Malik Thoha, Yusanto menegaskan, bahwa
pluralisme agama adalah paham dari Barat yang dikembangkan dari
teologi inklusif yang bertentangan dengan QS. 3: 85 yang berbunyai,
“Barang siapa yang mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah
diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang merugi.” Berdasarkan
ayat tersebut, Yusanto yakin, bahwa kebenaran hanyalah milik dan
monopoli umat Islam.22 Di kalangan Kristen, pandangan ini sudah dikenal
21
Ibid, 86
22
15
lama bahkan sejak abad pertama, sehingga dikenal ungkapan extra ecdesiam nulla salus (tidak ada keselamatan di luar gereja). Tokohnya antara lain Karl Bath dan Hendrick Kraemer dan pada umumnya para
teolog evangelis.23
Sementara itu Fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) yang
mengharamkan pluralisme agama adalah pluralisme dalam pengertian,
bahwa “semua agama adalah sama.” Karena menurut MUI, implikasi
pemahaman seperti ini akan mengubah aspek-aspek baku dari suatu ajaran
dengan mengikuti ajaran lain, yang demikian itu tidak dikehendaki oleh
ajaran manapun.24 Sehubungan dengan MUI, Frans Magnis Suseno juga tidak setuju dengan paham relativisme agama-agama ini. Menurut Suseno,
pluralisme bukanlah relativisme dan bukan pula paham yang mengakui
bahwa semua agama adalah sama benarnya, melainkan pluralisme adalah
suatu realitas yang harus diterima bahwa manusia hidup bersama dalam
keberbedaan baik budaya maupun agama.25
Sampai saat ini pula masih menjadi momok yang menakutkan bagi
kalangan masyarakat Indonesia pasca keluarnya fatwa Majlis Ulama
Indonesia (MUI) keragaman yang semestinya dapat mendorong kita pada
kehidupan yang harmonis, justru diciderai oleh fatwa yang tidak
bertanggungjawab tersebut. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan
23
Budhy Munawar Rahman, Pluralisme dan Teologi Agama-Agama Kristen-Islam…, 171. Lebih detail pembahsan ini bisa dibaca dalam tulisan Coward, Pluralisme dan Tantangan Agama-Agama, (Yogyakarta:Kanisius, 1989), 31-86.
24
http://id.wikipedia.org/wiki/polemik Pluralisme Agama di Indonesia.Sabtu 30 mei 2015, 02.15
25
16
bahwa sebelum fatwa MUI tersebut, kehidupan masyarakat beragama
yang relatif harmonis, tiba-tiba berubah menjadi ketegangan yang pada
akhirnya berbuah konflik di mana-mana, seperti di Ambon, Poso, dan
Maluku. Konflik tersebut juga tidak menutup kemungkinan di tahun-tahun
mendatang akan terus menjadi ancaman sekaligus tantangan
agama-agama.26
Berdasarkan pemaparan di atas, tantangan pluralisme yang ada di
Indonesia adalah bersumber dari tokoh masyarakat itu sendiri (MUI) yang
tidak setuju dengan adanya pluralisme agama yaitu dengan mengeluarkan
fatwanya yang secara tegas melarang adanya pluralisme agama. Justru
dengan adanya fatwa tersebut menjadi pemicu awal konflik yang terjadi
dimana-mana. Tetapi dalam hal ini juga berdasarkan pada pendapat para
tokoh di atas, terdapat perdebatan mengenai pluralisme agama. Maka
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pluralisme agama di
Indonesia dapat dibenarkan dan menjadi lambang dasar negara Indonesia
apabila pluralisme tersebut dilihat dari sisi sosial dan bukan dari sisi
teologis, yaitu tentang pandangan bahwa semua agama mengajarkan
tentang kebenaran, keselamatan, hidup damai, tolong menolong, dan
ajaran kasih sayang antar sesama. Sebagai negara yang kaya akan adat,
suku, budaya, ras, dan agama. Maka, Indonesia wajib memiliki sikap
pluralisme tersebut demi keberlangsungan dan kemajuan bangsa. sikap
toleransi dan saling menghargai antara satu dengan yang lain harus dijaga
26
17
dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian keberadaan
agama-agama, semestinya dihargai dan diakui eksistensinya.
F. Tinjauan Pustaka
Pluralisme Agama sudah tidak asing lagi pada telinga masyarakat zaman
sekarang ini, hal ini dapat disaksikan melalui berbagai mass media, electronik dan cetak, yang disampaikan lewat mimbar-mimbar politik resmi, seminar,
konferensi, dan bangku perkuliyahan. Salah satu penulis buku dalam lingkup akademisi yang menulis telaah kritis tentang pluralisme adalah Anis Malik Thoha (2005) yang berjudul Tren Pluralisme Agama:Tinjauan Kritis.
Buku yang ditulis oleh Anis lebih mencermati wacana “Pluralisme” pada
umumnya, dan “Pluralisme Agama” pada khususnya, yang telah marak di
sekitar kita pada dasawarsa pertama abad ke-21 ini. Menurutnya masalah pendefinisian pluralisme adalah masalah tuntutan logis belaka, yang jika diabaikan maka secara tidak terhindarkan akan menciptakan kerancuan atau
kebingungan (confusion), tapi juga pada akhirnya mengaburkan dan bahkan menyesatkan (misleading).27
Penelitian lain yang mengangkat tema pluralisme agama menurut pandangan Nurcholish Madjid dilakukan oleh Fihif Dhillah (2003) dengan judul Pluralisme Agama dalam Pandangan Nurcholish Madjid. Dhillah
menyatakan bahwa adanya kesadaran akan kesatuan pesan dasar dari masing-maisng agama, diyakini Nurcholish akan adanya titik temu. Berdasarkan titik
27
Mencermati Doktrin dan Ciri-ciri Fahaman Pluralisme Agama _ MUAFAKAT.htm (diakses
18
temu tersebut diharapkan setiap pemeluk agama bergandengan tangan untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan tanpa terganggu oleh adanya perbedaan
dalam level eksoteris agama. Lebih lanjut, Dhillah menyatakan bahwa dengan adanya kenyataan pluralitas keagamaan sebagai sunnatullah, hendaknya umat
beragama untuk saling berlomba-lomba dalam meraih kebaikan.28
Sedangkan menurut Taslim HM. Yasin dengan jurnalnya yang berjudul
Pluralisme Agama Sebuah Keniscayaan yang menyatakan bahwa terdapat
perdebatapn mengenai pluralisme agama. Bagi yang menolak, alasan teologisnya adalah tidak mungkin agama itu sama, baik dilihat dari segi konsep ketuhanan, syariat maupun konsep akhlak. Bagi yang menerima,
berpandangan bahwa semua agama mengajarkan tentang kebenaran, keselamatan, hidup damai, tolong menolong, dan ajaran kasih sayang antar
sesama.29 Terlepas dari kedua sudut pandang di atas, yang dapat dipahami bahwa dalam masyarakat yang majemuk (suku, ras, bahkan agama), sikap toleransi dan saling menghargai antara satu dengan yang lain mestilah dijaga
dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian keberadaan agama-agama, semestinya dihargai dan diakui eksistensinya.
Pluralisme Keagamaan (Tinjauan Atas Pemikiran Hasyim Muzadi). Oleh Moh. Zamzani Mubarrak (2008), membahas tentang pandangan pluralisme
Hasyim Muzadi sejauh mana relevansi pandangan pluralisme Hasyim Muzadi
28Fihif Dhillah. “Pluralisme agama dalam pandangan Nurcholish Madjid”
(Skripsi, Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 2003)
29
19
terhadap kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.30
Pluralisme agama di Indonesia menurut pandangan Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid sering diperbincangkan oleh masyarakat, sehingga
banyak pihak yang ingin mempelajari lebih dalam mengenai pluralisme agama di Indonesia menurut pandangan dari dua tokoh tersebut. Salah satu peneliti yang mempelajari pluralisme agama di Indonesia adalah Abdul Mukti
dalam skripsi yang berjudul PLURALISME AGAMA DI INDONESIA (Studi Komparasi Pemikiran Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid). Skripsi yang ditulis Mukti lebih memfokuskan pada konsep pluralisme. Diajukan tiga
fokus penelitian, di antaranya adalah 1) pengertian pluralisme, 2) alasan pluralisme diperlukan di Indonesia, 3) konsep pluralisme menurut
Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid. Ketiga fokus penelitian Mukti terkonsep secara mengerucut, dari yang terluas sampai yang tersempit. Fokus pertama mengenai pluralisme secara luas, sedangkan fokus yang terakhir
menurut pemikiran dari tokoh pluralisme.
Berbeda dengan beberapa penelitian yang telah diuraikan di atas,
penelitian ini lebih fokus pada pluralisme menurut sudut pandang mahasiswa dari jurusan Perbandingan Agama UIN sunan Ampel Surabaya. Untuk
mengetahui pemahaman dari pendapat masing-masing mahasiswa. Peneliti mengambil sudut pandang tersebut dengan berbagai alasan. Alasan yang
20
utama definisi pluralisme menurut pandangan mahasiswa. Alasan kedua adalah penerapan pluralisme di Indonesia yang dipahami oleh mahasiswa dari
jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dan alasan yang terakhir yaitu secara tidak langsung dapat
diketahui oleh generasi berikutnya bahwa mahasiswa yang berlatar belakang dan mempunyai misi seorang pluralis telah memahami pluralisme secara demikian.
Analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah pemikiran yang diajukan oleh Anis Malik Thoha. Anis Malik Thoha mengajukan teori mengenai Pemahaman Kritis Pluralisme Agama yang mencoba memecahkan
teori yang diutarakan oleh John Hick sebagai seorang nabi pluralisme. Melalui pemikiran ini, akan dicoba menganalisis pemahaman mahasiswa tentang
makna pluralisme.
G. Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif (qualitative approach) dengan ciri khas penggunaan metode deep observation dan depth interview
sebagai instrumen pengumpulan data utama.31 Pendekatan kualitatif berkecenderungan mengungkap dan memformulasikan data lapangan dalam bentuk narasi verbal yang utuh dan mendeskripsikan realitas aslinya untuk
kemudian data tersebut dianalisis.
31
21
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kasus, yakni mengkaji pemahaman pluralisme agama secara khusus dengan lingkup mahasiswa Jurusan
Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang masih aktif pada tahun akademik 2014-2015. Peran peneliti dalam proses
pengumpulan data adalah sebagai pengamat penuh dan sekaligus sebagai pengamat partisipan. Hal ini ditempuh guna memahami dan mengetahui apa dan bagaimana yang sesungguhnya tentang pemahaman pluralisme agama
pada mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Persoalan atau masalah-masalah yang ditemui di
lapangan adalah sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian ini adalah di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan
Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi,
dan studi dokumentasi. Wawancara mendalam digunakan untuk
mengetahui perspektif mahasiswa yang dipilih secara acak dan purposive (snowballing sampling) tentang pluralisme agama dan segala hal yang terkait dengan tema ini.
2. Observasi digunakan untuk mengetahui perilaku mahasiswa ketika
berhadapan dengan komunitas yang berbeda (baik dari segi agama,
pemahaman terhadap agama, mazhab, organisasi keagamaan, dan
organisasi kemahasiswaan). Jenis observasi yang digunakan adalah
pengamat langsung. Studi dokumentasi digunakan dalam penelitian ini
22
mahasiswa dan berbagai aktivitasnya yang didokumentasikan, terutama jika
ada yang terkait dengan tema penelitian.
3. Analisis data merupakan proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar.32 Analisis data penelitian ini menggunakan bentuk interaktif analisis,33 dengan model interaktif siklus yang dilakukan selama pengumpulan dan sekaligus setelah pengumpulan data34. Analisis data
dalam penelitian ini ditandai dengan proses yang dilakukan dengan tiga
tahap, yaitu:35 (a) reduksi data, (b) display data, (c) pengambilan
kesimpulan, dan verifikasi.36
a. Reduksi data ditandai dengan editing, yakni menentukan dan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian,
menyempurnakan catatan yang kosong, memperjelas sandi-sandi, dan
coretan-coretan sehingga dapat menghilangkan keraguan, mengubah
kependekan-kependekan menjadi kalimat penuh dan sempurna,
mengecek konsistensi data, dan kesesuaian jawaban dengan
pertanyaan.
32
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 103.
33
Setya Yuwana Sudikan, Metode Penelitian Kebudayaan (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press, 2001), hlm. 80.
34Ibrahim Bafadal, “Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif,” dalam Masykuri Bakri. Ed, Metodologi Penelitian Kualitatif: Tinjauan Teoritis dan Praktis. (Malang: Lemlit Unisma dan Visipress, 2002), hlm. 173-186.
35
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 86-87.
36
23
b. Display data ditandai dengan proses unitizing, organizing, dan
kategorizing yakni menyajikan data dalam bentuk kategori, baik dalam bentuk matrik, network, grafik dan sebagainya.
c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi, yakni aktivitas mencari
pola, model, persamaan dan sebagainya dari data yang telah
terkumpul untuk kemudian dapat ditarik kesimpulan yang lebih
akurat. Data yang telah dikumpulkan di lapangan diedit,
dikelompokkan berdasarkan ketegori jawaban, sehingga diketahui
titik masalahnya untuk kemudian disimpulkan dan
digeneralisasikan serta menghasilkan teorisasi.
H. Sistematika Pembahasan
1. BAB I Pendahuluan: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan,
Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Tinjauan Pustaka, Metode
Penelitian, dan Sistematika Pembahasan
Dalam bab pendahuluan, peneliti memberikan gambaran tentang latar
belakang masalah yang akan diteliti. Setelah itu menentukan rumusan
masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyatakan tujuan dan manfaat
penelitian, dilanjutkan dengan kerangka teori, telaah pustaka, metodologi
24
2. BAB II Jurusan Perbandingan Agama: Profil Jurusan Perbandingan
Agama, Kurikulum Pembelajaran Tentang Pluralisme, Pengajara
Dosen Tentang Pluralisme
Dalam bab profil Jurusan Perbandingan Agama beserta Kurikulum
yang didapat dari perkuliahan, maka pembahasan dalam bab kedua ini
akan menyuguhkan tentang Visi dan Misi dari Jurusan Perbandingan
agama sendiri dan menunujukkan beberapa mata kuliah yang diberikan
pihak Jurusan Perbandingan Agama kepada mahasiswanya berdasarkan
Kurikulum yang ada.
3. BAB III Temuan Lapangan: Pengetahuan Mahasiswa Tentang
Pluralisme Secara Teoritis, Pandangan Mahasiswa Tentang Pluralisme
di Indonesia, Implementasi Pluralisme dalam Keseharian Mahasiswa,
Implementasi Perilaku Mahasiswa dalam Berhubungan dengan
Masyarakat Antar Agama, Pengalaman Mengikuti Ritual Lintas
Agama
Dalam bab III ini penulis akan menyajikan pemahaman dari makna
pluralisme yang dipahami oleh mahasiswa Perbandingan Agama
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan.
4. BAB IV Analisis Pembahasan
Dalam bab analisis data, penulis memberikan gambaran tentang
data-data yang dikemas dalam bentuk analisis deskripsi. Setelah itu akan
25
5. BAB V Penutup
Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan permasalahan
dalam penelitian selain itu juga memberikan rekomendasi kepada para
26
BAB II
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
A. Profil Jurusan Perbandingan Agama
Perbandingan Agama merupakan disiplin ilmu yang diperkenalkan di Indonesia sejak Mukti Ali menjabat sebagai Menteri Agama pada tahun
1970-an, yang bertujuan untuk mendalami keyakinan keagamaan dengan mengetahui agama-agama lain. Dengan mengambil fakta pada masyarakat
Indonesia yang multikultural dari segi agama, budaya, ras, dan bahasa, maka dari itu Indonesia sering dianggap sebagai masyarakat yang wajib memiliki sifat toleran terhadap berbagai perbedaan dan kemajemukan dalam keyakinan,
kepercayaan dan agama. Namun pada tahun 1990-2000an sebutan sebagai bangsa yang multikultural dan penuh penghargaan telah digugat seiring
dengan banyaknya kejadian tentang kekerasan, perusakan, dan pengeboman yang sering diklaim sebagai doktrin atau ajaran sebuah kepercayaan, keimanan, dan agama.37 Berdasarkan fakta di atas menumbuhkan keinginan
bagi jurusan Perbandingan Agama untuk mengambil bagian dalam meningkatkan kerukunan, ketentraman, keharmonisan, dan perdamaian yang
dilandasi dengan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel telah ikut serta dalam menerapkan
keharmonisan tersebut dengan mendirikan Jurusan Perbandingan Agama yang
37
27
berada di dalam fakultas Ushuluddin. Jurusan ini menempatkan diri sebagai ruang belajar yang nyaman bagi mahasiswa untuk mengenal, memahami, dan
mendalami topik-topik keagamaan dan kebudayaan. Mata kuliah yang disediakan oleh jurusan Perbandingan Agama didesain untuk mengembangkan
semangat menghargai perbedaan dan menghormati keberagaman. Jurusan ini tidak semata berpijak pada landasan-landasan normatif dalam mempelajari agama, tetapi juga memperhatikan pijakan historis, antropologis, sosiologis
dan psikologis. Pendekatan yang dilakukan jurusan Perbandingan agama adalah pendekatan saintifik-objektif, bukan pendekatan teologis.38
Tujuan utama dari jurusan Perbandingan Agama adalah mencetak sarjana
yang toleran, humanis, pluralis, teguh menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya, sekaligus menghormati ajaran dan keyakinan di luar agamanya,
serta memiliki kepekaan sosial dengan kesiapannya menjadi ulama‟ pluralis dan fasilitator atau mediator dalam pembinaan dan pengembangan kerukunan umat beragama di berbagai lembaga keagamaan.
B. Kurikulum Pembelajaran Mahasiswa Perbandingan Agama tentang
Pluralisme
Jurusan Perbandingan Agama telah menyediakan sejumlah mata kuliah yang mempelajari pluralisme, dengan harapan bahwa seorang akademisi
Perbandingan Agama mampu menjadi seorang pluralis di dalam masyarakat yang multi-kultural.
38
28
Di dalam jurusan Perbandingan Agama terdapat pengelompokkan mata kuliah berdasarkan kompetensinya, yaitu mata kuliah kompetensi dasar,
kompetensi utama, pendukung, dan kompetensi tambahan atau pilihan. Pembelajaran mengenai pluralisme terdapat di dalam kelompok mata kuliah
kompetensi utama, dan pendukung.
Mata kuliah yang disediakan oleh jurusan Perbandingan Agama kepada mahasiswa yang berkaitan dengan pemahaman tentang pluralisme, yaitu :
1. Mata kuliah Kompetensi Utama
Dalam kelompok mata kuliah kompetensi utama yang ada dalam
kurikulumnya, mahasiswa Perbandingan Agama diharapkan dapat
memiliki pemikiran yang pluralis dan kritis dalam menangani
perkembangan isu-isu keagamaan di Indonesia, serta mampu beradaptasi
dengan lingkungan dan memiliki kepekaan dan kepedulian sosial
keagamaan yang tinggi, sehingga mampu menampilkan pribadi yang
kreatif dan inovatif serta progresif terhadap permasalahan keagamaan di
Indonesia, untuk melakukan tindakan reflektif dan preventif terhadap isu
SARA. Mahasiswa Perbandingan Agama harus mampu membuat jaringan
komunikasi dengan umat beragama sebagai penerapan dari jiwa inklusif
dan tidak melakukan truth claim yang didasarkan pada Al-Qur‟an dan As -Sunnah.39
Secara ringkas kompetensi utama ini diberikan dengan harapan agar
mahasiswa menjadi seseorang yang mampu menerima
39
29
perspektif kebenaran di luar keyakinannya tanpa kehilangan keyakinan
dan komitmen terhadap agamanya sendiri. beberapa mata kuliah yang
terdapat di dalam kompetensi utama, sebagai berikut :
a. Pluralisme dan Multikulturalisme
Mata kuliah Pluralisme dan Multikulturalisme yang dikelompokkan dalam Kompetensi Utama ini merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa, karena mata kuliah ini
menyangkut tentang pembelajaran untuk memahami kehidupan yang beraneka ragam serta cara menyikapinya. Mata kuliah tersebut diberikan di semester 8 dengan bobot 3 unit Sistem Kredit Semester
(SKS) ini mempunyai standar kompetensi kelulusan (SKL) yaitu mampu memahami pengertian dasar, teori dan metodologi mengenai
pluralisme dan multikulturalisme dari perspektif agama-agama. Metode yang dipakai dalam pengajarannya adalah diskusi kelompok
serta presentasi atau menyampaikan pemahaman pluralisme dan multikulturalisme berdasarkan teori-teori para tokoh dengan referensi sebagai berikut, yaitu:40
1) Richad E Wentz, The Culture of religious pluralism, Colorado: Westview press, 1998
2) Sukidi, Teologi Inklusif Cak Nur, Jakarta: Kompas, 2001
3) Oliver Roy, Geneologi Islam Radikal, terj. Nasrul Ompu, Yogyakarta: Genta press, 2005
40
30
4) Charles Kruzman, Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global, Jakarta: Paramadina, 2001 5) Jhon D. Caputo, Agama Cinta Agama Masa Depan, Bandung:
Mizan, 2001
6) Paul Knitter, Pengantar Teologi Agama-agama, Yogyakarta: Kanisius, 2008
7) Jalaluddin Rahmat, Islam dan Pluralisme, Jakarta: Serambi, 2006 8) Mahmoud Ayoub, “The Qur’an and Religious Pluralism” dalam
Islam and Global Dialogue, USA: Ashgate, 2005
9) Abu Hatsin, Islam dan Humanisme, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007.
Mata kuliah ini diberikan dengan harapan agar mahasiswa mampu
menjelaskan definisi umum tentang plusralisme dan multikulturalisme bersama dengan pengertian inklusifisme, eksklusifisme, radikalisme,
sekularisme, fundamentalisme agama dan konflik-konflik yang muncul karena persoalan etnisitas.
b. Hubungan antar Agama
Mata kuliah ini diberikan kepada mahasiswa semester 5 yang berbobot 3 unit sistem kredit semester (SKS) dengan tujuan agar
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perspektif yang moderat tentang relasi keagamaan, menjelaskan peran agama dalam kerukunan hidup manusia, historisitas dari agama yang dianggap sebagai sumber
31
kuliah kompetensi utama berdasarkan metode yang dipakai dalam pengajaran mata kuliah ini adalah model diskusi dan presentasi.
Sumber-sumber yang digunakan adalah:41
1) Depag RI; Bingkai Teologi, Kerukunan Hidup Umat Beragama di Indonesia
2) Ahmad Syafii Mufi, Dialog Agama dan Kebangsaan
3) Baranuddin Daya, Agama Dialogis; Merenda Dialektika Idealita dan Realita Hubungan Anatar Agama, Raimondo Panikhakh: Dialog Intra Religius
4) Abdurrahman Wahid, Dialog Kritik Identitas Agama
5) Huston Smith, Titik Temu Agama-agama
6) Paul. F Knitter, Satu Bumi Banyak Agama: Dialog Multi Agama dan Tanggung Jawab Global, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003).
c. Ilmu Perbandingan Agama
Mata kuliah ini diberikan untuk memberi pemahaman atas berbagai keyakinan dan ajaran agama-agama serta fenomenanya. Fokus mata
kuliah ini pada pendalaman dan pemahaman ilmu Perbandingan Agama. Kemudian dibahas juga dasar metodologi dan berbagai
dasar-dasar teologis dari berbagai agama dan kepercayaan lokal yang berkembang di Indonesia. Dengan membandingkan satu agama dengan
agama yang lain maka akan dapat diketahui oleh mahasiswa berbagai persamaan dan perbedaannya. Pengetahuan ini yang dapat memberikan
41
32
pengertian dan dasar-dasar timbulnya rasa toleransi beragama. dengan referensi sebagai berikut:42
1) A.Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pemahaman Tentang Metodos dan Sistima), Yogyakarta: Yayasan Nida, 1975. 2) Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agama Pengenalan
Awal Metodologi Studi Agama-agama, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
3) Burhanuddin Daya, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia dan Belanda, Jakarta: INIS, 1992.
4) Halord Coward, Scipture in The World Religions, Oxford: One World, 2000.
5) Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama Inti dan Bentuk
Pengalaman Keagamaan, (terj. Jam’anuri), Jakarta: Rajawali 1984.
6) Mircea Alide dan Joseph M. Kitagawa, The History of Religions, Chicago: The University of Chicago Press, 1959.
7) Mujahid Abd. Manaf, Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.
8) Mahmud Manan, Asal usul dan Sejarah Agama-agama, Surabaya: Sunan Ampel Press, 2011.
9) Rodney Stark, One True God Resiko Sejarah Bertuhan Satu, terj. Sadat Ismail, Yogyakarta: Penerbit Qolam, 2003.
10)Romdon, Metodologi Perbandingan Agama Suatu Pengantar Awal, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
42
33
11)Zakiah Daradjad, Perbandingan Agama, 1-2. Jakarta: Ditbinpertiais, Departemen Agama, 1984.
Dengan metode pengajaran presentasi dan tanya jawab di kelas,
mahasiswa diharapkan mampu menjabarkan definisi etimologi. epistemologi, ruang lingkup, tujuan, manfaat ilmu perbandingan agama, menjabarkan sejarah ilmu perbandingan agama di dunia Timur
dan Barat serta mengetahui tokoh-tokohnya sehingga dapat memberikan pendekatan kritis dalam dialog antar agama dan
problematikanya.
d. Agama dan Isu-isu Kontemporer
Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan agar mahasiswa mampu
menganalisis isu-isu kontemporer dan mempunyai pengetahuan mendasar tentang agama sebagai keyakinan dan kekuatan. Agama
tetap menjadi kekuatan utama dalam dunia modern. Dan peran pentingnya dalam setiap aktivitas masyarakat telah memunculkan banyak persoalan yang harus diselesaikan mulai dari masalah
perdamaian, gender hingga pemahaman terhadap hakekat agama. Isu-isu yang dibahas itu diangkat dalam konteks agama sebagai kekuatan
sosial, dan bukan sebagai sebuah kebenaran metafisis. Pendekatan yang digunakan dengan demikian, bukan teologis melainkan sosial dan budaya. Lebih lanjut, mata kuliah ini akan fokus pada isu-isu
34
keunggulan nasional yang kita miliki. Dengan beberapa referensi yang disarankan sebagai berikut:43
1) Bellah, Robert N. Beyond Belief: Memahami Kembali Agama. Jakarta: Paramadina, 2000.
2) Sudamoto, Abdul Hakim. Islam Berbagai Perspektif, Jakarta: LPMI, 1995.
3) Koentjara Ningrat. Agama Jawa, Yogyakarta: UGM Press. 2002. 4) Muhammad, Hussein. Upaya Membangun Keadilan Gender.
Jakarta: Penerbit Insani, 2011.
5) Zahro, Abu. Politik Demi Tuhan: Nasionalisme Religious di Indonesia. Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.
6) Majid, Nurcholish. Islam Keindonesiaan dan Kemoderenan. Jakarta: Paramadina, 1993.
Dalam pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu
memahami ajaran agama tentang perdamaian, dan juga bagaimana kemudian agama dijadikan sebagai pembenaran atau alasan atas
beberapa tindak kekerasan.
2. Mata kuliah Kompetensi Pendukung
Jurusan Perbandingan Agama juga menyediakan pembelajaran dari
kompetensi pendukung yang didalamnya mahasiswa diharapkan memiliki
keterampilan berpikir yang logis, sikap ilmiah dan bertanggung jawab
terhadap ilmu yang dimilikinya dengan keahlian untuk memahami dan
menganalisis sejarah perkembangan pemikiran keagamaan dan
35
perkembangan aliran keagamaan terutama di dunia Islam, sehingga
mahasiswa mampu berfikir secara efisien berdasarkan kronologis tanpa
mengesampingkan jiwa inklusif dan toleran dengan semua agama dan
aliran kepercayaan yang didasari oleh hukum Islam yang ada.44
Dengan kata lain mata kuliah dalam kelompok kompetensi pendukung
ini diberikan agar mahasiswa menjadi seseorang yang memahami sejarah
perkembangan pemikiran keagamaan dan kepercayaan sehingga dapat
berpikir secara ilmiah, inklusif, dan toleran ketika menggunakan dasar
hukum Islam dalam menanggapi dan menganalisa permasalahan
keagamaan di Indonesia.
Mata kuliah yang terdapat di dalam kompetensi pendukung yang
berkaitan dengan pliralisme yaitu mata kuliah Fiqih Lintas Agama dan
mata kuliah Studi Praktek Keagamaan. Mata kuliah tersebut
dikelompokkan dalam kompetensi pendukung karena aspek-aspek yang
dibahas yaitu mengenai hubungan antar agama di dalam masyarakat yang
beragam berdasarkan hukum yang terdapat di dalam Al-Qur‟an dan As
-Sunnah. Beberapa mata kuliah tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
a. Fiqih Lintas Agama
Mata kuliah ini menjelaskan tentang hukum dari hubungan antar
agama di dalam Islam dan memberikan wawasan hukum normatif Islam tentang perbuatan hukum yang antar pelakunya menginteraksikan ajaran agama yang berbeda dengan Islam baik
44
36
menyangkut aspek ritual atau norma keagamaan. Mata kuliah ini menggunakan metode pengajaran diskusi dan presentasi dengan
referensi literatur keilmuan sebagai berikut:45
1) Zainul Kamal, Fiqh Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis.
2) Adian Husaini, Hegemoni Kristen Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi.
3) R. Michael Feener, Muslim Legal Thought in Modern Indonesia.
Mahasiswa diharapkan untuk dapat memahami dan menjelaskan
kegiatan keagamaan yang berinteraksi dengan agama lainnya.
b. Studi Praktek Keagamaan (Ritual Keagamaan)
Diberikan kepada mahasiswa semester 5 dengan bobot sistem kredit semester (SKS) 3. Mata kuliah ini mempunyai standar kompetensi kelulusan yaitu mahasiswa harus mampu mengetahui dan
memahami fenomenologi agama melalu studi praktek keagamaan, sehingga menumbuhkan sikap empati dan menghargai budaya lokal.
Pemahaman tersebut juga didukung oleh sumber-sumber literatur sebagai berikut:46
1) Maria Susai Davamany, Fenomenologi Agama. 2) Dale Cannon, Enam Cara Beragama.
3) Michael Keene, Agama-Agama di Dunia.
45
Ibid 46
37
4) M. Amin Abdullah, Studi Agama; Normativitas atau Historitas.
5) Pieter Nella Van Doorn-Harder, Lima Titik Temu Agama-Agama.
6) Hustin Smith, Agama-Agama Manusia.
7) Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama.
8) Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama.
Berdasarkan referensi-referensi di atas diharapkan mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan kegiatan praktek keagamaan secara ekspresif, memaknai ritualnya dan mampu memahami dan membedakan antara magi dan religius yang dilakukan di dalam setiap
agama. Pemahaman tersebut disampaikan dengan cara berdiskusi dan tanya jawab di dalam kelas.
Penelitian ini bermaksud untuk mempelajari lebih lanjut pemahaman pluralisme agama di lingkungan mahasiswa baik yang sudah menempuh sejumlah mata kuliah tersebut di atas maupun belum.
C. Pengajaran Dosen tentang Pluralisme
Dalam perkuliahan mahasiswa di jurusan perbandingan agama UIN Sunan
Ampel, para dosen juga mengajarkan beberapa mata kuliah yang akan menunjang dan memperdalam wawasan-wawasan pluralisme dan humanisme.
Untuk mendalami metode dan tujuan kurikulum jurusan PA tentang pemahaman pluralisme agama, peneliti mewawancarai kaprodi dan beberapa dosen jurusan perbandingan agama. Dalam wawancaranya Bapak Siddiq,
38
“Dalam pembelajaran matakuliah-matakuliah di PA akan temukan, misalnya mata kuliah Agama-Agama Dunia yang nantinya akan mempelajari agama-agama di luar agama-agama Islam, kebudayaan, hubungan antar umat beragama-agama, ilmu perbandingan agama, mutikulturalisme dan pluralisme. Itu semua mengarah pada membentuk karakter mahasiswa yang pluralis dan humanis.
Tentu saja akan banyak pemahaman tentang apa itu pluralisme.”47
Berdasarkan sejumlah mata kuliah di atas yang disampaikan dosen kepada mahasiswa dengan metode pembelajaran yang baik maka akan membentuk
paradigma dan pola perilaku tentang pluralisme dan memperkuat keyakinan agama sendiri serta menghargai agama orang lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Nasruddin selaku dosen mata kuliah Agama Budha:
“Yang saya inginkan adalah dengan membaca agama lain itu bukan berarti meninggalkan agamanya sendiri. Tetapi semakin meyakinkan bahwa kami ini berbeda. Tetapi di mana titik perbedaan itu yang kita akui, dan di mana titik
persamaan itu yang harus dijunjung tinggi.”48
Pembelajaran pluralisme yang disampaikan dosen tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa jurusan perbandingan agama mempunyai maksud yang
sederhana yaitu menghargai dan menghormati keragaman dan keyakinan di luar agama kita dengan dasar berkomitmen terhadap keyakinan
masing-masing.
Pluralisme niscaya dibutuhkan di Indonesia walaupun pada kenyataannya MUI justru memfatwakan pluralisme agama sebagai suatu yang haram di
Indonesia yang multikultural, multi etnis, dan multi agama ini sehingga dapat disimpulkan bahwa pengajaran yang disampaikan oleh dosen bertujuan untuk
memberi mahasiswa pemahaman inklusif akan keyakinan dan teologi yang
47
Akhmad Siddiq, wawancara 11 juni 2015
48
39
diharapkan akan menanam dan mengembangkan sifat pluralisme. Seperti yang dikatakan oleh Pak Nasruddin sewaktu ditanya oleh peneliti mengenai
ormas-ormas yang notabene Islam eksklusif:
“Ya memberikan gambaran ormas-ormas tipenya seperti ini. Tapi kan sudah ada identifikasi awal bahwa ini aliran-aliran keras, aliran ini kayak begini tidak mau berteman dengan Islam yang liberal, pluralis, multikultural, dsb. Sementara di PA tidak mencetak seperti itu. Karena apa, karena kita mempelajari agama orang lain. kita mempelajari agama orang lain bukan berarti menyalahkan agama orang lain, tetapi untuk memahami. Kemudian dari pemahaman itu kita sadari, ternyata dari perbedaan itu tidak harus kita sikapi dengan ekslusifisme, tetapi kita sikapi dengan persaudaraan, dengan rasa kita memiliki Indonesia yang sama. Tidak mungkin tercipta Indonesia yang sekarang kalau umat-umat yang lain tidak mau menerima. Dalam konteks perjuangan bukan hanya milik Islam meskipun sejarah mencatat bahwa Islam ikut andil yang besar dalam kemerdekaan Indonesia. Tetapi bukan berarti umat Islam bisa sewenang-wenang.”49
Penerapan sifat pluralisme mahasiswa dapat dilihat dari interaksi mahasiswa dengan masyarakat sekitarnya, sebagaimana yang disampaikan
oleh Kaprodi Perbandingan Agama, “apabila mahasiswa masih menghakimi, menyalahkan, dan belum memahami agama lain, dan mengklaim
keyakinannya sendiri yang paling benar, berarti mahasiswa tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai seorang yang pluralis.”
49
40
BAB III
TEMUAN LAPANGAN
Untuk mengetahui lebih jelas tentang pemahaman mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama dalam menguasai pemahaman pluralisme agama akan di uraikan dalam bab ini yang di kategorikan menjadi tiga kelompok atau sub bab.
Pertama, membahas tentang pemahaman mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama mengenai pluralisme secara teoretis. Kedua, pandangan mahasiswa
tentang pluralisme di Indonesia, dan yang ketiga tentang Implementasi dari pemahaman pluralisme mahasiswa dalam kesehariannya. Melalui pemahaman ini diharapkan generasi selanjutnya dapat memahami betapa pentingnya peran
pluralisme di Indonesia.
A. Pengetahuan Mahasiswa Tentang Pluralisme Secara Teoritis
Pengetahuan merupakan pemahaman baik secara individu maupun kelompok terhadap sesuatu. Istilah pluralisme agama sering disalah artikan oleh semua atau sebagian orang meskipun secara terminologi telah populer
dan tampak disambut antusias secara universal. Kata pluralisme berasal dari bahasa Inggris yaitu pluralism yang berarti jama‟ atau lebih dari satu. Jadi
pluralisme agama adalah sikap menjaga kestabilan dan bersikap toleransi antar sesama atau antar umat beragama dengan cara menghormati agama lain bahwa semua agama itu benar dan Allah telah memberikan kebebasan kepada semua
41
Pemahaman pluralisme menurut pandangan mahasiswa yang sebagai narasumber bagi peneliti, banyak sekali pemahaman-pemahaman yang
dilontarkan dari setiap individu. Sebagian mahasiswa mengatakan bahwa pluralisme dilihat dari agamanya sendiri dan mengatakan bahwa Islam adalah
agama yang paling benar tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa agama lain juga benar. Kebenaran tersebut tidak berasal dari nenek moyang tetapi merupakan sebuah proses untuk menerima kebenaran yang ada di dalam Islam
melalui studi perbandingan agama. Dari hal tersebut bukan berarti sepenuhnya setuju bahwa agama Islam merupakan agama yang paling benar, tetapi juga
membuka ruang bagi agama lain untuk menghormati dan bersikap toleran terhadap agama lain.50
Islam adalah agama yang toleran terhadap semua agama. Hal itu
merupakan suatu sikap menunjukkan bahwa Islam sangat mengormati agama lain. Kemudian mahasiswa lain juga memiliki pandangan sendiri terhadap
pengetahuan pluralisme menurut pengalaman maupun teori dari mata kuliah yang diajarkan oleh dosen bahwa pluralisme adalah sebagai alat untuk memahami agama lain tanpa ada maksud untuk menyamakan semua agama.
Hal ini sangat bertentangan sekali dengan sejumlah teori yang digagas oleh tokoh pluralisme seperti Jhon Hick, Nurcholish Madjid, Ulil Absor Abdallah,
dan lain-lain.51
50
Muhammad Taufiq, Wawancara 26 Mei 2015
51