Indicator Perusahaan STE TE HE E SE 0 % – 40% 41 % - 55 % 56 %- 60 % 61 % - 70% 71 % - 100% melakukan pemeriksaan dan pengencangan pada
baut yang longgar
(95%) melakukan pengesekan terhadap temperatur turbin (95%)
Penilaian Scoring Perusahaan
melakukan pengesekan terhadap temperatur turbin (95%) memberikan pelumasan pada bearing (95%) melakukan pengecekan secara visual (95%) melakukan penggantian oli digunakan untuk control oil dan lube oil
(95%)
Penentuan penilaian (scoring) oleh perusahaan untuk menentukan tingkat keefektifan proposed task dilihat dari tiap kategori diketahui dengan cara :
•Score 0%-40% apabila pelaksanaan proposed task di komponen kritis sangat tidak efektif dalam melakukan kegiatan maintenance dengan kata lain kategori yang dimaksud sangat tidak mempunyai dampak untuk meningkatkan keandalan.
•Score 41%-55% apabila pelaksanaan proposed task di komponen kritis tidak efektif dalam melakukan kegiatan maintenance dengan kata lain kategori yang dimaksud tidak mempunyai dampak untuk meningkatkan keandalan.
•Score 56%-60% apabila pelaksanaan proposed task di komponen kritis hampir efektif dalam melakukan kegiatan maintenance dengan kata lain kategori yang dimaksud masih ragu-ragu apakah mempunyai dampak untuk meningkatkan keandalan.
•Score 61%-71% apabila pelaksanaan proposed task di komponen kritis efektif dalam melakukan kegiatan maintenance dengan kata lain kategori yang dimaksud bisa untuk di adaptasi akan tetapi masih perlu penyesuaian untuk meningkatkan keandalan.
•Score 71%-100% apabila pelaksanaan proposed task di komponen kritis sangat efektif dalam melakukan kegiatan maintenance dengan kata lain kategori yang dimaksud mudah untuk di implementasikan atau sudah sangat sesuai untuk meningkatkan keandalan.
Penentuan penilaian (scoring) oleh perusahaan untuk menentukan tingkat keefektifan proposed task dilihat dari tiap kategori diketahui dengan cara :
•Score 0%-40% apabila pelaksanaan proposed task di komponen kritis sangat tidak efektif dalam melakukan kegiatan maintenance dengan kata lain kategori yang dimaksud sangat tidak mempunyai dampak untuk meningkatkan keandalan.
•Score 41%-55% apabila pelaksanaan proposed task di komponen kritis tidak efektif dalam melakukan kegiatan maintenance dengan kata lain kategori yang dimaksud tidak mempunyai dampak untuk meningkatkan keandalan.
•Score 56%-60% apabila pelaksanaan proposed task di komponen kritis hampir efektif dalam melakukan kegiatan maintenance dengan kata lain kategori yang dimaksud masih ragu-ragu apakah mempunyai dampak untuk meningkatkan keandalan.
•Score 61%-71% apabila pelaksanaan proposed task di komponen kritis efektif dalam melakukan kegiatan maintenance dengan kata lain kategori yang dimaksud bisa untuk di adaptasi akan tetapi masih perlu penyesuaian untuk meningkatkan keandalan.
•Score 71%-100% apabila pelaksanaan proposed task di komponen kritis sangat efektif dalam melakukan kegiatan maintenance dengan kata lain kategori yang dimaksud mudah untuk di implementasikan atau sudah sangat sesuai untuk meningkatkan keandalan.
Sebelum Preventive Maintenance
Perhitungan nilai Overall Equipment Effectiveness ( OEE )
pada sistem GTG
1
OEE
Sesudah Preventive Maintenance
Perhitungan nilai OEE pada sistem GTG sebelum
preventive maintenance.
Availability
1 Menghitung MTTR sistem GTG Menghitung MTBF sistem GTG2
Performance
MTTR SISTEM GTG
Data kerusakan time to repair secara keseluruhan sistem
GTG sebagai berikut :
Perhitungan mencari MTTR :
Equipment W aktu Perbaikan TTR (Hari)
27 Januari 1990 0 12 Juni 1990 143 22 Agustus 1990 72 26 Maret 1991 210 6-Nov-91 236 21 Maret 1992 131 15 Juni 1992 87 22 Juli 1993 37 25 Agustus 1992 32 5 Desember 1993 455 19 Juni 2000 63 5 Februari 2001 231 3 Maret 2001 33 13 Maret 2001 10 17 Maret 2001 4 13 Mei 2001 55 18 Mei 2001 5 5 Juni 2001 18 25 Juni 2001 20 11 Juli 2001 16 30-Sep-01 60 4 Oktober 2001 4 1 Mei 2002 210 20 Juni 2002 50 Sistem GTG
Equipment W aktu Perbaikan TTR (Hari)
27 Januari 1990 0 12 Juni 1990 143 22 Agustus 1990 72 26 Maret 1991 210 6-Nov-91 236 21 Maret 1992 131 15 Juni 1992 87 22 Juli 1993 37 25 Agustus 1992 32 5 Desember 1993 455 19 Juni 2000 63 5 Februari 2001 231 3 Maret 2001 33 13 Maret 2001 10 17 Maret 2001 4 13 Mei 2001 55 18 Mei 2001 5 5 Juni 2001 18 25 Juni 2001 20 11 Juli 2001 16 30-Sep-01 60 4 Oktober 2001 4 1 Mei 2002 210 20 Juni 2002 50 Sistem GTG
MTBF SISTEM GTG
Data kerusakan time to failure secara keseluruhan sistem GTG
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil uji data time to failure sistem GTG dengan software
weibull ++ version 6 diperoleh hasil:
data time to failure nya memiliki distribusi weibull dengan parameter:
Shape parameter :0,6018
Scale parameter : 109,3454
Location parameter : 20,57
Berdasarkan hasil uji data time to failure sistem GTG dengan software
weibull ++ version 6 diperoleh hasil:
data time to failure nya memiliki distribusi weibull dengan parameter:
Shape parameter :0,6018
Scale parameter : 109,3454
Location parameter : 20,57
Availability sistem GTG =
% Availability sistem GTG =
MTBF
100 %
MTTR+ MTBF
=
184
100 %
91 + 184
= 66,9%
% Availability sistem GTG =
MTBF
100 %
MTTR+ MTBF
=
184
100 %
91 + 184
= 66,9%
Performance
Data average actual production rate pada GTG (Gas Turbine
Generator) mulai bulan Juli 2008 sampai dengan Juni 2009
Maka Nilai OEE
sebelum preventive
maintenance :
OEE = availablity x performance x quality
OEE = 66,9 % X 78,8% X 100%
= 52,74%
OEE = 66,9 % X 78,8% X 100%
= 52,74%
Perhitungan nilai OEE pada sistem GTG sesudah preventive
maintenance.
Availability
Nilai MTTR sama dengan sebelum preventive maintenance1
Menghitung MTBF baru
2
Performance
Perhitungan nilai MTBF
baru sistem GTG
Melakukan uji distribusi data kerusakan 1
Mencari Nilai reliability setelah dilakukan
preventive maintenance
2
Mencari scale parameter baru 3
Perbandingan Nilai reliability sistem GTG sebelum
Preventive Maintenance dengan Nilai reliability sistem
GTG sesudah Preventive Maintenance
T=24Hari Nilai Reliability sebelum Preventive Maintenance =0,88 Nilai Reliability sesudah Preventive Maintenance =0,92 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 0 100 200 300 400 Reliability Time(days)
Perbandingan Nilai Reliability sebelum Preventive Maintenance dengan Nilai Reliability sesudah
Preventive Maintenance Reliability sebelum preventive maintenance Reliability sesudah preventive maintenance T=24Hari Nilai Reliability sebelum Preventive Maintenance =0,88 Nilai Reliability sesudah Preventive Maintenance =0,92 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 0 100 200 300 400 Reliability Time(days)
Perbandingan Nilai Reliability sebelum Preventive Maintenance dengan Nilai Reliability sesudah
Preventive Maintenance Reliability sebelum preventive maintenance Reliability sesudah preventive maintenance
maka kenaikan nilai
reliability
aktualnya menjadi 0,4975.
maka kenaikan nilai
reliability
Mencari scale parameter yang baru
Dengan mengasumsikan bahwa nilai parameter shape parameter, dan location parameter yang konstan dan yang berubah adalah parameter scale parameter , merupakan parameter yang mempengaruhi besarnya laju penurunan nilai reliability
Shape parameter= 0,6018 Scale parameter = 109,3454
Location parameter =205
Maka didapatkan parameter baru
1 1 MTBF
Availability baru sistem
GTG =
% Availability sistem GTG =
MTBF
100 %
MTTR+ MTBF
=
566
100 %
91 + 566
= 86,1%
% Availability sistem GTG =
MTBF
100 %
MTTR+ MTBF
=
566
100 %
91 + 566
= 86,1%
Maka Nilai OEE
sesudah preventive
maintenance :
OEE = availablity x performance x quality
OEE = 86,1% X 78,8% X 100%
=85,8%
OEE = 86,1% X 78,8% X 100%
=85,8%
Analisa
Analisa Pemilihan Komponen Kritis
Dapat memfokuskan perhatian kebijakan pemeliharaan terhadap komponenkomponen kritis dibandingkan terhadap komponen -komponen penyusun GTG yang lain
Dengan demikian reliability GTG akan mengalami kenaikan yang cukup significant seiring dengan naiknya reliability komponen kritis
Dapat memfokuskan perhatian kebijakan pemeliharaan terhadap komponenkomponen kritis dibandingkan terhadap komponen -komponen penyusun GTG yang lain
Dengan demikian reliability GTG akan mengalami kenaikan yang cukup significant seiring dengan naiknya reliability komponen kritis
Analisa RCM pada sistem GTG
Dengan implementasi RCM ini, PT Pupuk kaltim akan dapat meningkatkan kinerja peralatan serta dapat mengurangi shutdown yang tidak terencana. Dengan demikian, kerugian – kerugian yang
disebabkan karena kegagalan peralatan dapat diminimalkan.
Analisa MTBF sistem GTG setelah implementasi RCM.
Setelah implementasi RCM, distribusi kerusakan GTG yang baru memiliki distribusi kerusakan weibull dengan 3 parameter yaitu shape parameter sebesar 0,6018 , scale
parameter sebesar 109,3454 dan location parameter sebesar
205. Perubahan nilai parameter shape parameter, scale parameter, location parameter dikarenakan adanya
program preventive maintenance.
Dengan melakukan preventive maintenance nilai location
parameter mengalami kenaikan. Dengan kenaikan location parameter dapat dikatakan bahwa laju penurunan nilai reliability semakin lambat maka nilai MTBF nya menjadi lebih tinggi. Dengan distribusi kerusakan yang baru, maka nilai MTBF setelah preventive maintenance nya naik menjadi 311 hari .
Setelah implementasi RCM, distribusi kerusakan GTG yang baru memiliki distribusi kerusakan weibull dengan 3 parameter yaitu shape parameter sebesar 0,6018 , scale
parameter sebesar 109,3454 dan location parameter sebesar
205. Perubahan nilai parameter shape parameter, scale parameter, location parameter dikarenakan adanya
program preventive maintenance.
Dengan melakukan preventive maintenance nilai location
parameter mengalami kenaikan. Dengan kenaikan location parameter dapat dikatakan bahwa laju penurunan nilai reliability semakin lambat maka nilai MTBF nya menjadi lebih tinggi. Dengan distribusi kerusakan yang baru, maka nilai MTBF setelah preventive maintenance nya naik menjadi 311 hari .
Analisa OEE sistem GTG setelah implementasi RCM.
Ditinjau dari penilaian oleh perusahaan mengenai efektifitas dan tingkat keberhasilan dari proposed task RCM (preventive
maintenance) yang dilakukan adalah sebesar 95% Dengan
implementasi metode RCM pada saat T=24 Hari nilai reliability sistem GTG mengalami peningkatan sebesar 4% yaitu dari 0,88
menjadi 0,92 nilai availability sistem juga mengalami kenaikan yaitu dari 66,9% menjadi 86,1% dan nilai OEE pada sistem GTG
mengalami kenaikan sebesar 19,1% yaitu dari 66,7% menjadi 85,8%.
Performance rate yang dihasilkan sebesar 78,8% hal ini
berarti terdapat penurunan kemampuan GTG, sebesar 21,2%.
Ditinjau dari penilaian oleh perusahaan mengenai efektifitas dan tingkat keberhasilan dari proposed task RCM (preventive
maintenance) yang dilakukan adalah sebesar 95% Dengan
implementasi metode RCM pada saat T=24 Hari nilai reliability sistem GTG mengalami peningkatan sebesar 4% yaitu dari 0,88
menjadi 0,92 nilai availability sistem juga mengalami kenaikan yaitu dari 66,9% menjadi 86,1% dan nilai OEE pada sistem GTG
mengalami kenaikan sebesar 19,1% yaitu dari 66,7% menjadi 85,8%.
Performance rate yang dihasilkan sebesar 78,8% hal ini
Kesimpulan
Sistem GTGberfungsi menyediakan sumber energi listrik untuk pabrik amonia dan
pabrik urea.
Terdapat lima komponen kritis pada sistem GTG yaitu filter suction pumpa recet,
turbine, filter air main lube oil, filter air intake, oil reservoir yang perlu dilakukan
analisa reliability untuk menjamin kelangsungan operasional GTG.
Dengan melakukan preventive maintenance maka nilai reliability, MTBF ,
availability, dan OEE sistem akan mengalami perubahan.
Dari hasil penelitian didapatkan nilai performance sebesar 78,8% dan quality
diasumsikan 100% untuk sistem GTG.
Dengan implementasi metode RCM pada saat T=24 Hari nilai reliability sistem GTG
mengalami peningkatan sebesar 4% yaitu dari 0,88 menjadi 0,92 nilai availability
sistem juga mengalami kenaikan yaitu dari 66,9% menjadi 86,1% dan nilai OEE pada
sistem GTG mengalami kenaikan sebesar 19,1% yaitu dari 66,7% menjadi 85,8%.
Sistem GTGberfungsi menyediakan sumber energi listrik untuk pabrik amonia dan
pabrik urea.
Terdapat lima komponen kritis pada sistem GTG yaitu filter suction pumpa recet,
turbine, filter air main lube oil, filter air intake, oil reservoir yang perlu dilakukan
analisa reliability untuk menjamin kelangsungan operasional GTG.
Dengan melakukan preventive maintenance maka nilai reliability, MTBF ,
availability, dan OEE sistem akan mengalami perubahan.
Dari hasil penelitian didapatkan nilai performance sebesar 78,8% dan quality
diasumsikan 100% untuk sistem GTG.
Dengan implementasi metode RCM pada saat T=24 Hari nilai reliability sistem GTG
mengalami peningkatan sebesar 4% yaitu dari 0,88 menjadi 0,92 nilai availability
sistem juga mengalami kenaikan yaitu dari 66,9% menjadi 86,1% dan nilai OEE pada
sistem GTG mengalami kenaikan sebesar 19,1% yaitu dari 66,7% menjadi 85,8%.
Memusatkan perhatian maintenance terhadap usaha-usaha
peningkatan reliability asset.
Perbaikan pencatatan kejadian kerusakan asset untuk
memudahkan melakukan reliability monitoring asset. Perlu alokasi
manpower secara full time untuk pengelolaan dan pengolahan data
kegagalan seluruh peralatan.
Untuk memudahkan penelusuran data oleh pihak-pihak yang
membutuhkan, pencatatan kegagalan perlu dilakukan pada
database.
Perlu dilkaji hasil dari implementasi RCM ini terhadap GTG dengan
menggunakan key performance indicator nilai OEE yang aktual
Saran
Memusatkan perhatian maintenance terhadap usaha-usaha
peningkatan reliability asset.
Perbaikan pencatatan kejadian kerusakan asset untuk
memudahkan melakukan reliability monitoring asset. Perlu alokasi
manpower secara full time untuk pengelolaan dan pengolahan data
kegagalan seluruh peralatan.
Untuk memudahkan penelusuran data oleh pihak-pihak yang
membutuhkan, pencatatan kegagalan perlu dilakukan pada
database.
Perlu dilkaji hasil dari implementasi RCM ini terhadap GTG dengan
menggunakan key performance indicator nilai OEE yang aktual
Daftar Pustaka
- Ebeling, E, Charles. An Introduction to Realiability and Maintenability
Engineering. 2005. Waveland Press Inc. Illinois.
- Hansen, Robert C. A Powerful Production /Maintenance Tool for Increased
Profits. 2001. Press.Inc., New York.
- Mardiani dkk, Ahmad. Pengenalan Proses Bisnis. 2008. Pupuk Kaltim.
- Moubray, John. Reliability Centered Maintenanced. 2000. Industrial Press Inc New York.
- Moubray, John (1997) Reliabilty Centered Maintenance 2nd Edition, Industrial. Press.Inc., New York.
- Priyanta, Dwi. Keandalan dan Perawatan. 2000. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan ITS. Surabaya.
- Rochim, Taufiq. Sistem Informasi. 2002. ITB
- Suzuki, Tokutano. TPM in Process Industries. 1992. Productivity Press, Portland. -Villemeur, Alain (1992) Reliability, Availability, Maintainability and safety
assessment volume 1, John Willey & Sons Inc., Canada.
-www.oee.com
-www.pupukkaltim.com
- Ebeling, E, Charles. An Introduction to Realiability and Maintenability
Engineering. 2005. Waveland Press Inc. Illinois.
- Hansen, Robert C. A Powerful Production /Maintenance Tool for Increased
Profits. 2001. Press.Inc., New York.
- Mardiani dkk, Ahmad. Pengenalan Proses Bisnis. 2008. Pupuk Kaltim.
- Moubray, John. Reliability Centered Maintenanced. 2000. Industrial Press Inc New York.
- Moubray, John (1997) Reliabilty Centered Maintenance 2nd Edition, Industrial. Press.Inc., New York.
- Priyanta, Dwi. Keandalan dan Perawatan. 2000. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan ITS. Surabaya.
- Rochim, Taufiq. Sistem Informasi. 2002. ITB
- Suzuki, Tokutano. TPM in Process Industries. 1992. Productivity Press, Portland. -Villemeur, Alain (1992) Reliability, Availability, Maintainability and safety
assessment volume 1, John Willey & Sons Inc., Canada.
-www.oee.com