• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman pada Ny. A Gangguan Penglihatan (katarak) di Lingkungan III Kel. Harjosari Kec. Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman pada Ny. A Gangguan Penglihatan (katarak) di Lingkungan III Kel. Harjosari Kec. Medan Amplas"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No. DX Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

1 Rabu, 19 Juni 2013 11.00 WIB

11.05 WIB

11.10 WIB

11.15 WIB

11.25 WIB

11.28 WIB

11.30 WIB

1. Menggunakan pendekatan yang menenangkan (melakukan komunikasi terapeutik)

2. Memberi informasi/pengetahuan dasar tentang penyakit yang diderita dan penanganannya.

3. Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan penglihatan

4. Mengkaji/melakukan tes tajam penglihatan dan mendokumentasikan ketajaman penglihatan (visus) dasar.

5. Menentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.

6. Mendapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien.

(2)

11.35 WIB

11.38 WIB

11.40WIB

8. Meletakkkan alat-alat yang dibutuhkan dalam jangkauan dan pandangan klien.

9. Mencegah glare (sinar yang menyilaukan).

(3)

No. DX Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

2 Rabu, 19 Juni 2013 11.50 WIB

11.55 WIB

12.00 WIB

12.05 WIB

12.10 WIB

12.15 WIB

12.20 WIB

1. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.

2. Memberi pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.

3. Menyarankan klien untuk tidak menyentuh matanya / menggaruk matanya.

4. Memberikan pencahayaan yang paling sesuai dengan klien.

5. Mengingatkan pasien menggunakan kacamata yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan ferifer hilang. Dan buta titik mungkin ada.

6. Mendorong klien menggunakan alat-alat adaptif seprti tongkat berjalan jika diperlukan.

(4)

No. DX Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

1 Jumat, 20 Juni 2013 13.00 WIB

13.05 WIB

13.10 WIB

13.15 WIB

13.25 WIB

13.28 WIB

13.30IB

1. Mengkaji dan mendokumentasikan ketajaman penglihatan (visus) dasar.

2. Menentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.

3. Mendapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien.

4. Mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara mengorientasikan klien pada lingkungan.

5. Meletakkkan alat-alat yang dibutuhkan dalam jangkauan dan pandangan klien.

6. Mencegah glare (sinar yang menyilaukan).

(5)

No. DX Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

2 Jumat, 21 Juni 2013 13.35 WIB

13.40 WIB

13.45 WIB

13.50 WIB

14.05 WIB

14.10 WIB

14.15 WIB

1. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.

2. Memberi pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.

3. Menyarankan klien untuk tidak menyentuh matanya / menggaruk matanya.

4. Memberikan pencahayaan yang paling sesuai dengan klien.

5. Mengingatkan pasien menggunakan kacamata yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan ferifer hilang. Dan buta titik mungkin ada.

6. Mendorong klien menggunakan alat-alat adaptif seprti tongkat berjalan jika diperlukan.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anna K, Budi. 1994. Proses Keperawatan. Jakarta : EGC

Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Carpenito & Linda. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Christensen, Paula dan W. Kenney, Janet. 2009. Aplikasi Model

Konseptual. Jakarta: EGC

Marylin. E, Doenges. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman

untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.

Jakarta: EGC

M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi Nic

dan Kriteria Hasil Noc. Jakarta: EGC

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 1. Jakarta: EGC

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 2. Jakarta: EGC

R. Siti, Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

(7)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 17 Juni

2013 di Lingkungan III Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

mengenai status kesehatan Ny. A bahwa Ny. A mengalami gangguan rasa aman

dan nyaman yang disebabkan sakit yang dideritanya yaitu katarak. Hal ini dapat

diketahui dari penjelasan Ny. A yang mengalami gangguan penglihatan. Klien

mengatakan penglihatannya seperti terhalang asap yang semangkin lama

semangkin menebal, klien juga sulit mengenali sesuatu dan dalam beraktivitas

klien sering meraba-raba agar tidak menabrak barang-barang yang ada dirumah.

Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan glaukoma/katarak pada mata klien,

pupil dilatasi, pengembunan pada pupil, lensa bewarna putih dan jarak pandang

klien (-) 5m.

Hasil analisa data yang didapat dari pengkajian pada kasus Ny. A

didapatkan masalah keperawatan yaitu : Gangguan sensorik perseptual (visual)

b/d katarak d/d lensa tampak keruh, lensa berwarna putih susu, klien mengatakan

pandangan kabur sulit mengenali sesuatu, hasil pengkajian visus terdapat

penurunan yang signifikan, konsentrasi buruk dan Resiko cedera (jatuh) b/d

penurunan ketajaman penglihatan d/d pandangan berkabut dan kabur, klien tidak

memakai alat bantu penglihatan (kacamata) dalam melakukan aktivitas, klien

tampak berjalan dengan perlahan, meraba saat berjalan, kondisi penerangan

dirumah klien cukup baik, kondisi lingkungan tampak kurang baik (pencahayaan

kurang/redup, lantai yang tidak rata, bergelombang dan berlubang).

Implementasi yang dilakukan penulis dalam pelaksaan asuhan

keperawatan adalah dengan memberikan pencahayaan yang sesuai, mencegah

glare (sinar yang menyilaukan), menciptakan lingkungan aman dan nyaman,

meletakkan barang-barang yang dibutuhkan dalam jangkauan dan pandangan

klien.

(8)

Evaluasi dari semua tindakan keperawatan yang terefektif adalah dengan

memberikan pencahayaan yang sesuai, sehingga semua masalah keperawatan

sudah teratasi sesuai dengan kriteria hasil masing-masing masalah keperawatan.

3.2 Saran

a. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Diharapkan perawat dapat mempertahankan asuhan keperawatan yang

berkualitas disemua aspek dalam memberikan perawatan pada klien secara

komprehensif untuk mencapai tujuan yang optimal. Dalam menerapkan aspek

diharapkan perawat untuk menjalin hubungan kerjasama yang baik antara sesama

teman sejawat serta dengan klien sendiri guna mempermudah keberhasilan

perawatan.

b. Bagi pendidikan / mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan terus meningkatkan kualitas

dan kuantitas dalam pembekalan, pengetahuan dan keterampilan terutama dalam

pemberian ASKEP (Asuhan Keperawatan) dengan pemenuhan kebutuhan rasa

aman dan nyaman pada klien dengan gangguan penglihatan (katarak), serta

tindakan-tindakan yang akan diambil dalam membuat ASKEP yang bermutu dan

bermanfaat bagi pasien. Mahasiswa bisa membandingkan antara teori dan kasus

yang terjadi di lapangan / lahan praktek yang terkadang ketidaksinkronan dan

kesinkronan yang wajar. Semoga bermanfaat bagi semua mahasiswa dan

membantu dalam pembuatan ASKEP kelak.

c. Bagi penulis

Bagi penulis semoga pengalaman dan pengetahuan yang didapat dalam

melakukan penelitian serta pengkajian di lapangan/lahan praktek bermanfaat bagi

penulis dan membantu dalam pembuatan ASKEP (Asuhan Keperawatan) di dunia

(9)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman

Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa

juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006). Perubahan kenyamanan

adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan

dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual,

2000). Sedangkan kenyamanan/ rasa nyaman adalah suatu keadaan telah

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman /suatu

kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari, kelegaan/ kebutuhan telah

terpenuhi, dan transenden/ keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan

nyeri (Potter & Perry, 2005). Jadi kebutuhan keamanan dan kenyamanan sangat

dibutuhkan untuk membantu melindungi klien dari bahaya (Potter & Perry, 2005).

2.2. Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman

2.2.1.Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.Tahap pengkajian

merupakan pemikiran dasar dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai

dengan kebutuhan individu. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan,

kebenaran data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan

dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu

(Muttaqin. Arif, 2010)

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,

verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah

menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang

berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien

(Potter & Perry, 2005).

(10)

Adapun pengkajian kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman meliputi :

a. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misalnya

perubahan status mental, tingkat keracunan, keletihan, usia, kematangan,

dan defisit motorik/ sensorik (misalnya berjalan dan keseimbangan).

b. Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh (lantai

licin, karpet yang sobek, anak tangga yang berlubang, jendela dan kolam

renang).

c. Periksa klien apakah mengalami/ terkena konstriksi karena bekuan darah,

tersayat, luka bakar atau memar (Judith M, 2007).

2.2.2.Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian

tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar

perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus

inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,

simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu

dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma

dileher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain..

b. Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan

jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data,

misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi dan ukuran.

c. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan

tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan)

dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi

lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua

(11)

d. Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat

yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung,

suara nafas dan bising usus.

e. Head to toe (kepala ke kaki)

Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke

kaki. Mulai dari: keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga,

hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal,

punggung, genetalia, rectum dan ektremitas.

f. Neurosensori

Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan

kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap

penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa

diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi

disekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,

fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak

kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah atau

mata keras dan kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata).

2.2.3.Analisa Data

Selama pengkajian, data dikumpulkan dari berbagai sumber, divalidasi dan

diurut ke dalam kelompok yang membentuk pola. Data dasar secara kontiniu

direvisi sejalan dengan perubahan dalam fisik status dan emosi klien. Hal ini juga

mencakup hasil laboratorium dan diagnostik. Selama langkah ini, perawat

menggunakan pengetahuan dan pengalaman, menganalisis dan menginterpretasi

dan menarik konklusi tentang kelompok dan pola data (Benner, 1994; Carneasli et

al, 1984; Carlson et al, 1991; Bandman & Bandman, 1995). Analisis data

(12)

pola kesehatan yang normal, dan menarik konklusi tentang respon klien (Potter &

Perry, 2005).

Tabel 1. Analisa Data Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

No Analisa data

1. a. Data Subjektif : adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan

mereka (Potter & Perry, 2005). Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu.

b. Data Objektif : adalah pengamatan atau pengukuran yang dibuat

oleh pengumpul data (Potter & Perry, 2005). Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.

2.2.4.Masalah Keperawatan

Sebelum merumuskan diagnosa keperawatan, perawat mengidentifikasi

masalah perawatan kesehatan umum klien. Namun, sebelum memberikan

perawatan masalah harus ditetapkan secara lebih spesifik (Potter & Perry, 2005).

Untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat harus lebih dulu menentukan

apa masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual

(Potter & Perry, 2005). Adapun masalah yang sering muncul pada gangguan rasa

aman dan nyaman ialah :

1. Gangguan persepsi sensorik (visual).

2. Resiko cedera (jatuh).

Resiko cedera fisik berhubungan dengan perubahan penglihatan/

(13)

2.2.5.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual

atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin

dan berkompeten untuk mengatasinya (Potter & Perry, 2005). Diagnosa

keperawatan biasanya terdiri dari tiga kompenen yaitu respon manusia (atau

masalah), faktor yang berhubungan, serta tanda dan gejala (Lyer & Camp,2004).

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul dari kebutuhan dasar rasa aman

dan nyaman adalah :

a. Resiko jatuh (cedera)

Defenisi : beresiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan

yang berinteraksi dengan sumber adaftif dan sumber defisit individu.

Kemungkinan berhubungan dengan :

1. Penurunan ketajaman penglihatan.

2. Keterbatasan penglihatan.

3. Perubahan/keterbatasan mobilisasi.

4. Penataan lingkungan fisik.

5. Nyeri.

Kemungkinan data yang ditemukan :

1. Gangguan dalam pergerakan.

2. Keterbatasan dalam pergerakan.

3. Kerusakan Mobilitas Fisik.

4. Intoleran aktivitas.

5. Kurang Perawatan Diri (total atau sebagian).

6. Perubahan Pemeliharaan Kesehatan.

Tujuan yang diharapkan :

a. Meningkatkan perasaan nyaman dan aman individu.

b. Meningkatkan kemampuan individu untuk dapat melakukan aktifitas fisik

yang diperlukan untuk penyembuhan (misal; berjalan, batuk, nafas dalam,

ambulasi).

(14)

2.2.6.Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuannya

berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi

keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005).

Intervensi keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang

diuraikan dalam hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2005). Rencana asuhan

keperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan klien (Potter & Perry,

2005).

Tabel 2. Rencana Tindakan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Rencana Tindakan Rasional

1. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.

1. Mengurangi potensi yang berbahaya dari lingkungan klien.

2. Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.

2. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit.

3. Sarankan klien untuk tidak menyentuh matanya / menggaruknya.

3. Menurunkan stress pada mata/ menurunkan TIO.

4. Berikan pencahayaan yang paling sesuai dengan klien.

4. Meningkatkan penglihatan klien lokasi katarak akan memengaruhi apakah cahaya gelap atau terang yang lebih baik.

5. Ingatkan pasien menggunakan kacamata yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan ferifer hilang. Dan buta titik mungkin

5. Perubahan ketajaman

penglihatan dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan

(15)

ada. sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.

6. Dorong klien menggunanakan alat-alat adaftif seperti tongkat berjalan jika diperlukan.

6. Memberi keamanan yang sesuai sehingga masalah tidak aktual.

7. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.

7. Digunakan untuk

melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.

Kolaborasi:

8. Berikan obat sesuai indikasi:

Antiemetic, contoh proklorperazin (Compazine),

Asetazolamid.

Kolaborasi:

8. Mual/muntah dapat

meningkatkan TIO. Memerlukan tindakan segera untuk mencegah cedera okuler. Diberikan untuk menurunkan TIO bila

terjadi peningkatan. Membatasi kerja enzim pada produksi akueus humor.

2.2.7.Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat

dari klien (Budi Anna, 1994).

a. Mencakup intervensi yang sepesifik untuk mengurangi resiko pada setiap

kelompok perkembangan usia.

b. Intervensi lingkungan untuk memodifikasi lingkungan, sehingga dapat

(16)

2.2.8.Evaluasi

Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan (Budi Anna,

1994). Evaluasi dapat dibedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi

proses dievaluasi setiap selesai melakukan perawatan dan evaluasi hasil

berdasarkan rumusan tujuan terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan

acuan tentang perencanaan lanjutan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh

pasien.

a. Hasil yang diharapkan meliputi lingkungan fisik yang aman.

b. Pengetahuan klien bertambah tentang faktor-faktor yang menunjukan

keamanan dan tindakan pencegahan.

(17)

FORMAT KELOLAAN PRIMER Pengkajian Keperawatan Gerontik

2.3. Asuhan Keperawatan Kasus

---

2.3.1. Pengkajian

I. Identitas

a. Nama : Ny. A

b. Tempat/tanggal lahir : 73 tahun (tidak ingat tanggal lahir)

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Status perkawinan : Menikah (janda)

e. Agama : Islam

f. Suku : Jawa

g. Pendidikan : SMP

h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

i. Alamat : Jln. Garu III, Gg. Jabrik No. 45

Kelurahan Harjosari

Kec. Medan Amplas

Sumatera Utara

Komposisi keluarga lansia

Klien memiliki 5 (lima) orang anak, 2 (dua) orang anak laki-laki dan 3 (tiga)

orang anak perempuan. Suami klien sudah meninggal 6 (enam) tahun yang

(18)

II. Riwayat Kesehatan Keluarga / genogram

Gambar 1. Bagan Genogram

Ny. A (73 Tahun)

Keterangan :

: laki-laki

: laki-laki meninggal

: laki-laki klien

: perempuan

: perempuan meninggal

: perempuan klien

--- : tinggal serumah

______ : bercerai

III. Riwayat Kesehatan saat ini

Klien mengatakan penglihatannya semangkin kabur dan tidak jelas seperti

berasap. Jika beraktivitas klien sering meraba-raba agar tidak menabrak

(19)

IV. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit. Biasanya kalau klien sakit

hanya berobat ke puskesmas atau hanya membeli obat diwarung.

V. Riwayat sehari-hari

a. Persepsi lansia terhadap sehat sakit

Klien menyatakan dirinya sehat apabila klien dapat melihat secara jelas,

tidak kabur dan klien mengatakan sakit itu disaat sekarang dimana

matanya yang tidak dapat melihat secara jelas dan rabun.

b. Kebiasaan

Kebiasaan klien setiap hari hanya dirumah saja sambil menonton televisi

dan melakukan kegiatan rumah yaitu memasak, membersihkan rumah.

c. Pola nutrisi

Dalam kebutuhan nutrisi klien makan 3x sehari (pagi, siang dan malam)

dengan nasi, sayur serta lauk yang cukup dan nafsu makan baik. Klien

memiliki kebiasaan berdoa sebelum makan. Klien tidak memiliki riwayat

alergi terhadap makanan dan tidak ada pantangan makan. Pada saat makan

klien tidak memiliki keluhan-keluhan. Klien selalu menghabiskan porsi

makan dan minum air putih sekitar 2-3 liter perhari.

d. Pola istirahat / tidur

Klien tidur pada malam hari jam 22.00 WIB dan bangun jam 05.00 WIB.

Klien tidur malam selama 7 jam, dan tidur siang tidak tentu bisa 1-2 jam.

e. Pola eliminasi

Klien BAK sehari ± 7x dengan BAK pada malam hari sebanyak 3x.

Klien tidak memiliki keluhan yang berhubungan dengan BAK, warna

(20)

Klien BAB sehari 1x (biasanya di pagi hari) dengan konsistensi semi

padat, warna kuning dan tidak ada keluhan yang berhubungan dengan

BAB.

f. Kebiasaan olah raga

Klien tidak pernah melakukan kegiatan olahraga lagi semenjak

penglihatannya tidak jelas. Klien takut terjatuh saat melakukan olahraga

karna penglihatannya tidak jelas lagi.

g. Kemampuan melakukan aktivitas

Klien setiap harinya melakukan aktivitas sebagaimana biasanya, seperti

membersihkan rumah, memasak, mencuci semuanya masih dilakukan

klien.

h. Rekreasi

Klien mengatakan jarang berpergian atau rekreasi, klien lebih senang

berkumpul dengan keluarga di rumah.

VI. Riwayat psikologi

Klien selalu merasa sedih dan cemas dengan keadaan dirinya. Klien belum

aepenuhnya menerima keadaan sakitnya. Karena penyakit yang dialaminya

sangat mengganggu aktivitas klien sehari-hari.

VII. Riwayat sosial

Klien mengikuti perwiritan yang ada didaerah sekitar rumahnya. Klien juga

masih sering ikut berkumpul kerumah tetangganya meski hanya sekedar

bercerita.

VIII. Riwayat spiritual & kultural

Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama islam, ajaran agama

dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah sholat 5(lima)

(21)

diselenggarakan oleh masjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun

oleh masyarakat setempat.

IX. Kondisi lingkungan tempat tinggal

a. Pencahayaan ruangan redup / gelap karna kurangnya ventilasi dirumah.

b. Lantai yang tak rata,banyak terdapat gelombang pada lantai dan lubang.

X. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Wajah klien tampak segar, penampilan rapi, kulit putih bersih, berbicara

lancar dan jelas, kuku tangan dan kuku kaki bersih, penglihatan kabur

dan tidak jelas.

b. Tanda-tanda vital

TD : 130/80 mmHg Nadi : 96 x/i

RR : 22 x/i T : 370C

c. Pemeriksaan head to toe

1. Kepala dan rambut

a. Kepala

o Bentuk : simetris

o Kulit kepala : kulit kepala tampak bersih

b. Rambut

o Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rata dan rambut tampak sudah beruban.

o Bau : rambut terasa bau keringat

2. Mata

(22)

o Ketajaman penglihatan : kurang baik, penglihatan kabur dan tidak jelas

o Konjungtiva : anemia (-)

o Skela : tidak ikterus

o Pupil : isokor (kanan dan kiri)

o Pemakai alat bantu : tidak memakai alat bantu penglihatan

3. Hidung

o Bentuk : simetris

o Fungsi penciuman : baik, dapat membedakan bau

o Perdarahan : tidak ada perdarahan

4. Telinga

o Bentuk : simetris antara kanan dan

kiri

o Lubang telinga : terdapat serumen (dalam batas normal)

o Ketajaman pendengaran : kurang baik karena proses penuaan

5. Mulut dan faring

o Keadaan bibir : lembab

o Keadaan gigi dan gusi : tidak ada perdarahan gigi dan gusi, gigi tampak

bersih dan tidak lengkap

o Keadaan lidah : tidak ada tanda

perdarahan

6. Leher

o Tyroid : tidak tampak perbesaran

(23)

o Suara : jelas

o Nadi : teraba

d. Pemeriksaan integumen

o Kebersihan klien : klien tampak bersih dan rapi

o Warna : kulit kuning langsat

o Turgor : turgor kulit cepat kembali

o Kelembaban : kulit lembab sedikit

keriput

e. Pemeriksaan payudara dan ketiak

Tidak dilakukan pemeriksaan.

f. Sistem pernafasan

o Frekuensi : 22 x/i

o Irama nafas : teratur

o Tanda kesulitan bernafas : tidak ada

o Palpasi getaran suara : terdengar dan teratur

o Perkusi : resonan

o Auskultasi : suara nafas teratur

g. Sistem kardiovaskuler

o Tekanan darah : 130/80 mmHg

o Nadi : 96 x/i

o Inspeksi : kulit normal (tidak pucat)

o Palpasi : -

o Perkusi : dulness

(24)

h. Sistem gastrointestinal

o Inspeksi : bentuk abdomen normal,

simetris, tidak terdapat

tanda-tanda asietas dan

distensi

o Palpasi : nyeri tekan (-), benjolan /

massa (-), asietas (-),

pembesaran hepar (-)

o Perkusi : terdengar suara tymphani

o Auskultasi : peristaltik usus 8-15 x/i

i. Sistem genitourinary

Klien sudah menoupause, klien mempunyai 5 orang anak, sumbatan pada

saluran perkemihan (-), warna dan bau (normal).

j. Sistem muskuloskeletal

Klien masih dapat menggerakkan kedua tangan dan kakinya walau kaki

klien sering kram/ kesemutan.

o Kesimetrian otot : simetris kanan dan kiri o Pemeriksaan edema : tidak ada edema

o Kekuatan otot : kekuatan otot berkurang

o Kelainan ektremitas : tidak ada

k. Sistem neurologi

1. Tingkat kesadaran

a. GCS : 15 ( E : 4, V : 5, M : 6 )

2. Status mental

o Kondisi emosi/perasaan : Stabil

o Orientasi : orientasi waktu, tempat

(25)

o Proses berpikir : ingatan klien masih kuat, klien masih ingat akan

kejadian masalalunya.

o Motivasi : klien iingin cepat sembuh

dan dapat melihat secara

jelas lagi

o Persepsi : klien tidak yakin akan

kesembuhan penyakitnya

secara total

o Bahasa : klien menggunaankan

bahasa indonesia dan

bahasa jawa.

3. Nervus Cranialis

a. Nervus Olfaktorius/ N1

Klien dapat membedakan bau-bauan.

b. Nervus Optikus/ N II

Lapangan pandang klien mengalami gangguan Visus mata

terganggu pada jarak jauh.

c. Nervus Okulomotoris/ N III, Trochealis/ N IV, Abdusen/ N VI

Terdapat glaukoma/katarak, edema kelopak mata (-), heperemi

konjungtiva (-), reaksi pupil terhadap cahaya (lambat), ukuran

mata kanan dan kiri normal, tidak ada tanda perdarahan, gerakan

bola mata normal.

d. Nervus Trigeminus/ N V

Klien dapat merasakan dengan baik rasa raba di kulit wajah pada

bagian maxila dan mandibulla kanan dan kiri. Klien dapat

merasakan nyeri, sentuhan panas dan dingin serta getaran yang

(26)

normal, kekuatan otot masester dan temporalis kanan dan kiri

serta gerakan mandibulla simetris.

e. Nervus Fasialis/ N VII

Identifikasi terhadap rasa asam, pahit, manis dan asin baik.

Kekuatan otot wajah atas dan bawah baik.

f. Nervus Vestibulocochlearis/ N VIII

Klien dapat berdiri tegak.

g. Nervus Glossopharingeus/ N IX, Vagus/ N X

Gerakan palatum dan vulva normal, palatum normal, palatum

lunak dan sedikit terangkat, letak uvula ditengah. Gerakan

menelan klien baik dan vokal suara jelas.

h. Nervus Assesorius/ N XI

Gerakan bahu kanan dan kiri simetris, rentang gerak sendi

servikal normal, kekuatan daya dorong disisi bahu klien baik,

kekuatan otot sternokledomastoideus klien baik.

i. Nervus Hipoglosus/ N XII

Gerakan lidah klien normal dan baik. Kekuattan otot lidah baik.

4. Fungsi motorik

a. Cara berjalan

Klien sulit berjalan karena pandangan rabun.

b. Romberg test

Klien dapat berdiri tegak.

c. Tes jari-jari

(27)

d. Pronasi-supinasi test

Klien mampu melakukan gerakan pronasi dan supinasi di atas

tempat tidur dengan baik.

e. Heel to shin test

Heel to shin test klien normal dan baik.

5. Fungsi sensorik

a. Identifikasi sentuhan ringan

Klien dapat mengetahui area kulit tubuh yang disentuh oleh

perawat.

b. Test tajam tumpul

Klien dapat mengidentifikasi barang yang tajam dan tumpul yang

disentuhkan ke kulitnya.

c. Test panas dingin

Klien dapat mengidentifkasi rasa panas dan dingin yang disentuh

ke kulitnya.

d. Test getaran

Klien dapat merasakan getaran dengan baik yang disentuhkan di

area wajahnya.

e. Streognosis test

Kurang baik.

f. Graphestesia test

Kurang baik.

g. Membedakan dua titik

Klien mampu membedakan dua titik bagian yang disentuh ke

kulitnya.

h. Topognosis test

(28)

6. Reflek

a. Reflek bisep

Terangsang dengan baik pada motorik atas kanan dan kiri.

b. Reflek trisep

Terangsang dengan baik pada motorik atas kanan dan kiri.

c. Reflek brachioradialis

Terangsang dengan baik pada motorik atas kanan dan kiri.

d. Reflek patelar

Terangsang dengan baik pada motorik atas kanan dan kiri.

e. Reflek tendon achiles

Terangsang dengan baik pada motorik atas kanan dan kiri.

f. Reflek plantar

Terangsang dengan baik pada motorik atas kanan dan kiri.

XI. Pemeriksaan penunjang

Tidak pernah dilakukan pemeriksaan.

XII. Riwayat terapi

Klien mengatakan tidak pernah melakukan pengobatan untuk memperbaiki

(29)

2.3.2. Analisa data

Tabel 3. Analisa Data Asuhan Keperawatan

No Data Etiologi Masalah

 Pupil dilatasi  Pengembunan

(30)

2 Data subjektif kabur dan tidak jelas seperti berasap sejak beberapa tahun yang lalu.

 Klien berjalan agak

Blocking sinar yang masuk ke kornea

Pandangan kabur

Gangguan sensori perceptual (visual)

Penurunan ketajaman penglihatan

Resiko tinggi cedera (jatuh)

Resiko cedera

(31)

2.3.3. Rumusan Masalah / Diagnosa Keperawatan

I. Gangguan sensorik perseptual (visual) b/d katarak d/d lensa tampak

keruh, lensa berwarna putih susu, klien mengatakan pandangan kabur

sulit mengenali sesuatu, hasil pengkajian visus terdapat penurunan

yang signifikan, konsentrasi buruk.

II. Resiko cedera (jatuh) b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d

pandangan berkabut dan kabur, klien tidak memakai alat bantu

penglihatan (kacamata) dalam melakukan aktivitas, klien tampak

berjalan dengan perlahan, meraba saat berjalan, kondisi penerangan

dirumah klien cukup baik, kondisi lingkungan tampak kurang baik

(pencahayaan kurang/redup, lantai yang tidak rata, bergelombang dan

(32)

2.3.4. Perencanaan

Tabel 4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Hari / tanggal

No. Dx

a. Tujuan:

Respon klien terhadap rangsang meningkat sehingga disorientasi klien dapat dikurangi

b. Kriteria Hasil :

1. klien mampu mendemonstrasikan perbaikan terhadap rangsang visual dan mengkomunikasian keterbatasan visual.

2. klien mampu mengidentifikasi faaktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatannya. 3. klien mampu mengidentifikasi faktor-faktor

atau sumber alternatif stimuli.

Rabu, 19/6/2013

1 Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji dan

dokumentasikan ketajaman

penglihatan (visus) dasar.

1. Menentukan seberapa bagus visus klien.

2. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.

2. Kehilangan

pengihatan terjadi lambat dan progresif, tetapi biasanya hanya satu mata yang diperbaiki per prosedur.

3. Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien.

3. Memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan bagaimana hal tersebut memengaruhi

(33)

4. Adaptasikan

lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara orientasikan klien pada lingkungan.

4. Memfasilitasi

kebebasan bergerak dengan aman.

5. Letakkan barang

yang dibutuhkan dalam jangkauan dan pandangan klien.

5. Memungkinkan

pasien melihat objek lebih mudah.

6. Cegah glare (sinar yang menyilaukan).

6. Mencegah distres. Katarak akan memecah sinar lampu

yang akan menyebabkan distres.

7. Perhatikan tentang penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.

7. Gangguan

penglihatan iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun

Masalah resiko tidak menjadi aktual.

b. Kriteria Hasil :

1. Klien tidak mengalami cedera.

2. Klien mampu mengidentifikasi dan menghilangkan bahaya lingkungan.

3. Klien melaporkan tidak jatuh.

(34)

Rabu, 19/6/2013

2 Rencana Tindakan Rasional

9. Ciptakan

lingkungan yang aman dan nyaman.

9. Mengurangi potensi yang berbahaya dari lingkungan klien.

10.Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak

sakit sesuai keinginan.

10.Menurunkan

tekanan pada mata yang sakit.

11.Sarankan klien untuk tidak menyentuh matanya

/ menggaruknya.

11.Menurunkan stress

pada mata/ lokasi katarak akan memengaruhi

apakah cahaya gelap atau terang yang lebih baik.

13.Ingatkan pasien menggunakan

kacamata yang tujuannya

memperbesar

kurang lebih 25%, penglihatan ferifer hilang. Dan buta titik mungkin ada.

(35)

14.Dorong klien

14.Memberi keamanan

yang sesuai

15.Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.

Kolaborasi:

16.Berikan obat sesuai indikasi:

16.Mual/muntah dapat meningkatkan TIO. Memerlukan

(36)

2.3.5. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 5. Pelaksanaan Keperawatan

Hari/tanggal No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Rabu, apakah satu atau kedua mata terlibat.

3. Mendapatkan

deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien.

4. Mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara mengorientasikan

klien pada lingkungan.

5. Meletakkkan alat-alat yang dibutuhkan dalam jangkauan dan pandangan klien.

6. Mencegah glare

(sinar yang menyilaukan).

7. Memperhatikan tentang penglihatan kabur dan iritasi mata dengan obat tetes mata.

S : Pasien mengatakan kedua mata tidak mampu melihat dengan jelas.

O :Pasien tampak kesulitan melihat pada tes tajam penglihatan

A :Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi

(37)

Rabu, 19/6/2013

2 1. Menciptakan

lingkungan yang aman dan nyaman.

2. Memberi pasien

posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.

3. Menyarankan klien

untuk tidak paling sesuai dengan klien.

hilang. Dan buta titik mungkin ada.

(38)

Hari/tanggal No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) apakah satu atau kedua mata terlibat.

3. Mendapatkan

deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien.

4. Mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara mengorientasikan

klien pada lingkungan.

5. Meletakkkan alat-alat yang dibutuhkan dalam jangkauan dan pandangan klien.

6. Mencegah glare

(sinar yang menyilaukan).

7. Memperhatikan

tentang penglihatan kabur dan iritasi mata dengan obat tetes mata. aman dan nyaman.

S : -a. Klien

(39)

2. Memberi pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.

3. Menyarankan klien

untuk tidak paling sesuai dengan klien.

5. Mengingatkan

pasien menggunakan kacamata yang tujuannya

memperbesar kurang

lebih 25%, penglihatan ferifer

hilang. Dan buta titik mungkin ada.

6. Mendorong klien menggunakan alat-alat adaptif seprti tongkat berjalan jika diperlukan.

O : Tidak terdapat luka Cedera (jatuh)

A : Masalah teratasi

(40)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan

makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga

usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak

pula pada semua alat panca indra manusia termasuk mata. Mata merupakan

bagian panca indra yang sangat penting dibanding indra lainnya. Mata sering

disebut sebagai jendela karena mampu menyerap semua yang memantulkan.

Fatalnya banyak faktor yang menyebabkan gangguan pada mata hingga

menimbulkan kebutaan. Penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak.

Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan

yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia.

Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat

katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera

1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.

Prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini

meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).

Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan

tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak.

Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan

terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi

vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma,

infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti

diabetes mellitus, genetik dan myopia.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh M.Rahman (2012) denga judul “Katarak akibat Trauma di RSUP. H. Adam Malik pada Juni 2010 - Juni 2012”. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya ada yang dapat dihindari masyarakat untuk mencegah percepatan terjadinya katarak, misalnya merokok. Hal yang menarik di sini adalah merokok merupakan faktor resiko terjadinya katarak. Tetapi banyak masyarakat yang belum mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan lensa mata. Kebanyakan merokok hanya dikaitkan dengan masalah pernafasan, jantung dan

(41)

pembuluh darah, kanker, kehamilan, dan seksualitas. Padahal masih banyak efek samping rokok yang belum diketahui masyarakat termasuk katarak.

Dengan keterbatasan pandangan sipenderita, kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan dasarnya pun berkurang. Sedangkan kebutuhan dasar manusia

merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan

keseimbangan fisiologi maupun psikologis. Ada beberapa ahli yang menyebutkan

tentang kebutuhan dasar diantaranya menurut A. Maslow dan Virginia Henderson.

Menurut Maslow kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki,

mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi

(aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan

bahwa manusia memiliki 5 (lima) macam kebutuhan yaitu physiological needs

(kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love

and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan

aktualisasi diri).

Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa katarak dapat mengurangi

kemampuan sipenderita dalam melakukan aktivitasnya, diakibatkan kurangnya

kemampuan sipenderita dalam melihat. Sehingga resiko terjadinya cedera

sangatlah besar. Dan dengan itu dinyatakan bahwa kebutuhan dasar akan safety

and security needs (kebutuhan akan rasa aman) terganggu. Berdasarkan masalah

itu saya mengambil sebuah judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

Dasar Rasa Aman dan Nyaman pada Ny. A Gangguan Penglihatan (katarak)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, dapat dirumuskan

suatu rumusan masalah dalam penulisan ini “Bagaimana melakukan asuhan

keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman

(42)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum :

Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui

bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan dengan prioritas masalah

kebutuhan dasar aman dan nyaman pada pasien dengan penyakit katarak.

Tujuan khusus :

a. Menjelaskan pengertian dari masalah kebutuhan dasar rasa aman dan

nyaman yang berhubungan dengan pasien gangguan penglihatan (katarak).

b. Melakukan pengkajian data dari masalah kebutuhan dasar rasa aman dan

nyaman pada pasien gangguan penglihatan (katarak).

c. Menganalisa data hasil pengkajian dengan masalah kebutuhan dasar rasa

aman dan nyaman pada pasien gangguan penglihatan (katarak).

d. Melakukan rencana tindakan dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman

dan nyaman pada pasien gangguan penglihatan (katarak)

e. Melakukan tindakan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar rasa

aman dan nyaman pada pasien gangguan penglihatan (katarak).

f. Mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan dengan masalah kebutuhan

dasar rasa aman dan nyaman pada pasien gangguan penglihatan (katarak).

1.4. Manfaat

a. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi institusi dalam menangani

kasus-kasus asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman dan

nyaman pada klien gangguan pada penglihatan (katarak).

b. Bagi pendidikan / mahasiswa

Menjadi bahan tambahan bagi mahasiswa yang bermanfaat dalam

penelitian yang akan datang tentang asuhan keperawatan dengan prioritas

masalah kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman pada klien gangguan

(43)

c. Bagi penulis

Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan penulis dalam

memahami asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar

(44)

KARYA TULIS ILMIAH

Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Rasa Aman

dan Nyaman pada Ny. A Penderita Katarak di Lingkungan III

Kel. Harjosari Kec. Medan Amplas Sumatera Utara

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Sri Kam Ulina Boru Ginting 102500063

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(45)

Lembar Pengesahan

KARYA TULIS ILMIAH

Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Rasa Aman dan Nyaman pada Ny. A Penderita Katarak

Di Lingkungan III Kel. Harjosari Kec. Medan Amplas

Medan, Juli 2013

Pembimbing

ISMAYADI, S.Kep, Ns, CWCCA, M.Kes

NIP. 19750629 200212 1 002

Penguji

IWAN RUSDI, S. Kp. MNS

NIP. 19730909 200003 1 001

Prodi DIII Keperawatan Ketua

(46)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan akhir komprehensif dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman pada Ny. A Gangguan Penglihatan

(katarak) di Lingkungan III Kel. Harjosari Kec. Medan Amplas ’’.

Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan

hasil ujian komprhensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan

Diploma III Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penyusunan laporan akhir

ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak dengan memberikan

butir-butir pemikiran yang yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam rangka kesempatan yang baik ini

penulis akan menyampaikan penghargaan setinggi tingginya dan ucapan terima

kasih yang tulus kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep sebagai ketua Program Studi DIII

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kebijakannya.

3. Bapak Ismayadi, S. Kep, Ns, CWCCA, M.Kes selaku pembimbing

yang telah meluangkan waktu, pemikiran serta dengan sabar

memberikan bimbingan dan saran-saranya yang sangat bermanfaat

bagi penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

4. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen penguji ujian

komprehensif yang telah meluangkan waktu, serta dengan sabar

(47)

5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

6. Kedua orang tua yang telah mendukung dan memberi semangat dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini. Mamake Romsyah Manurung dan

Bapake Antoni Pere-pere Close Ginting terima kasih untuk semua

cinta dan kasih sayang, kesabaran serta doa yang tak hentinya buat

adek yang teramat tulus, ibunda dan ayahanda yang nomor satu

diseluruh dunia, setitik ilmu telah kukecap, sebagai bekal

kehidupanku, semua pengorbanan tidakkan mampu terbalaskan

dengan apapun, tanpa ibu dan ayah adek tidak akan pernah ada. Dan

buat abang tertua Sandro Ibrahim Ginting, kakak pertama Santi

Natalia Ginting dan Kastalani Harahap, kakak kedua Agustina Ginting

dan abah birong Yulfri Sahwin Sinurat, adek termalas Padli sandro

Ginting, buat kurcaci-kurcaci tante si judes Salwa Sabila Harahap, si

cina Regina Apriza Harahap, abang ganteng Mahdan Alkadri Azmi

Harahap dan Cahaya Ainun Ginting sebagai pelengkap anugrah yang

saya terima dari Allah SWT. Terima kasih atas semua pengorbanan,

semangat, dukungan, kasih sayang dan doa yang telah diberikan.

7. Pasukan kost Harmonika terkhusus buat satu opung Sonia Sinalsal

GM, Farida Hanum Manurung “Gumawoo”, Mami Stevani

Telambanua dan Opung Gabe Maruba Nainggolan, Marwiyah dan

Rahman Swadana sukses TA nya ya ^_^. Buat penyeludup kost

Murniati dan Abang Oyas yang tak hentinya mengganggu dalam

pembuatan tulisan ini dan para mantan pasukan kost Juanita Purba dan

Retno Vita Sari. Terima kasih buat kisah 3 tahun yang luar biasa ini.

8. Teman-teman seperjuangan Yulia Warni, Chairunnisa Nokman, Nini

Anggriani, Dewi Kartini, Evi Yuliana, Novia Astarina, Wijaya

Pranata dan Eko Aprizone Nanda anggota terasing, senior muda

Andelia Fitriani dan semuanya yang telah membantu saya dalam

(48)

9. Teristimewa buat kamu yang selalu menghadirkan seribu kejutan

beserta mawar indah yang tak pernah tergantikan dengan jutaan

mawar yang bertebaran, terima kasih buat kesetiaan, semangat dan

cintanya Bapak Asisten Alwan Pardamean Sirait, Sp.

10.Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang

telah memberikan saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh

karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari.

Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga

ALLAH SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin

Medan, Juli 2013

Penulis

(49)

DAFTAR ISI

Lembar Sampul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Masalah ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman ... 5 2.2 Asuhan Keperawatan ... 5 2.2.1 Pengkajian ... 5

2.2.2 Pemeriksaan Fisik ... 6

2.2.3 Analisa Data ... 7

2.2.4 Masalah Keperawatan ... 8

2.2.5 Diagnosa Keperawatan ... 9

2.2.5 Perencanaan ... 10

2.2.6 Implementasi ... 11

(50)

2.3 Asuhan Keperawatan Kasus ... 13

2.3.1 Pengkajian ... 13

2.3.2 Analisa Data ... 25

2.3.3 Rumusan Masalah ... 27

2.3.4 Perencanaan ... 28

2.3.5 Implementasi dan Evaluasi ... 32

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 36

3.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(51)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Analisa Data Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ... 8

Tabel 2 Rencana Tindakan Konsep DasarAsuhan Keperawatan ... 10

Tabel 3 Analisa Data Asuhan Keperawatan ... 25

Tabel 4 Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 28

Tabel 5 Pelaksanaan Keperawatan ... 32

(52)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Tabel 1. Analisa Data Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Tabel 2. Rencana Tindakan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Gambar 1. Bagan Genogram
Tabel 3. Analisa Data Asuhan Keperawatan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan. dasar

Hasil studi menunjukan bahwa pengelolaan asuhan Keperawatan Pada Pasien dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman dengan masalah keperawatan Hipertermi yang dilakukan

Mengingatkan pasien menggunakan kacamata yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan ferifer hilang.. Dan buta titik

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien pasca operasi fraktur dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan masalah

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan masalah

Hasil studi menunjukkan bahwa di ruang flamboyan 3 RSUD Salatiga, pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan

Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman dengan masalah nyeri yang dilakukan tindakan

Hasil studi Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien CHF dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman yang dilakukan tindakan terapi pijat punggung selama 3 hari didapatkan hasil