• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,

UPAH, DAN KESEMPATAN KERJA TERHADAP

PENGANGGURAN TERDIDIK LULUSAN

UNIVERSITAS DI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI

JAWA BARAT 2014-2019

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Evelyn Harsenovia

175020107111012

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH, DAN KESEMPATAN KERJA TERHADAP PENGANGGURAN TERDIDIK LULUSAN UNIVERSITAS DI

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT 2014-2019 Evelyn Harsenovia1

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: evelynharsenovia0811@gmail.com

ABSTRAK

Jawa Barat menjadi Provinsi dengan jumlah penduduk terpadat. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa pada tahun 2019 jumlah penduduk mencapai 49,02 juta yang mencakup 24,8 juta jiwa laki-laki dan 24,2 juta jiwa perempuan, dan sebanyak 185,34 juta jiwa termasuk golongan usia produktif (usian 15-64 tahun). Selain menjadi provinsi dengan jumlah penduduk terpadat, Jawa Barat juga menjadi Provinsi yang memiliki jumlah perguruan tinggi terbanyak di Pulau Jawa dengan memiliki 397 lembaga perguruan tinggi pada tahun 2018. Pendidikan dianggap menjadi sarana untuk pembelajaran dan pelatihan yang diperlukan oleh Angkatan kerja. Sumber daya manusia seperti inilah yang diharapkan dapat memperbaiki dan mengembangkan pembangunan. Tingkat pendidikan dinilai sebagai sebagai sarana dalam peningkatan kualitas SDM. Namun Lulusan universitas (perguruan tinggi) yang diharapkan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan justru terjebak pada angka pengangguran terdidik, hal ini dikarenakan semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka semakin besar pula keinginan untuk bekerja sesuai dengan Pendidikan yang ditempuh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penagnruh pertubuhan ekonomi, upah, dan kesempatan kerja terhadapt pengangguran terdidik. data diperoleh dari Bdan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel dengan aplikasi Eviews. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, upah dan kesempatan kerja berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Barat

Kata kunci: pengangguran terdidik, pertumbuhan ekonomi, upah, dan kesempatan kerja.

A. PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan potensi kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki. Namun, dalam pengembangan potensi SDA tersebut belum diiringi dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik. Berdasarkan perkiraan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) indonesia akan mengalami masa bonus demografi pada tahun 2030 hingga 2040. Penduduk Indonesia tersebar di 34 Provinsi yang terbagi di beberapa pulau. Salah satu pulau yang memiliki penduduk terpadat adalah pulau jawa dengan Provinsi Jawa Barat sebagai Provinsi dengan jumlah penduduk terpadat. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa pada tahun 2019 jumlah penduduk mencapai 49,02 juta yang mencakup 24,8 juta jiwa laki-laki dan 24,2 juta jiwa perempuan. Kemudian dari total jumlah pennduduk tersebut bahwa sebanyak 66,07 juta jiwa termasuk kedalam golongan usia belum produktif (usia 0-4 tahun), sebanyak 185,34 juta jiwa termasuk golongan usia produktif (usia 15-64 tahun), dan sebanyak 18,2 juta jiwa yang termasuk kedalam penduduk usia yang sudah tidak produktif (usia >65 tahun)

Selain menjadi provinsi dengan jumlah penduduk terpadat, Jawa Barat juga menjadi Provinsi yang memiliki jumlah perguruan tinggi terbanyak di Pulau Jawa dengan memiliki 397 lembaga perguruan tinggi pada tahun 2018. Hal ini membuat Provinsi Jawa barat memiliki peluang yang strategis dalam upaya mempercepat pembanguunan ekonomi karena dengan adanya ketersediaan SDM usia produktif dalam jumlah yang signifikan pada periode bonus demografi.

Dalam meningkatan kualitas SDM, banyak penelitian yang telah menekankan pentingnya modal manusia seperti yang dikemukakan pada teori human capital, manusia termasuk menjadi suatu bentuk kapital atau barang modal sebagaimana barang-barang modal lainnya. Human capital ini merupakan skill, jumlah pengetahuan dan kecerdasan seseorang. Teori ini menyebutkan bahwa manusia merupakan modal tersendiri yang dapat disejajarkan dengan modal fisik. Investasi dalam manusia dilakukan dengan tujuan agar terjadinya pertumbuhan tingkat konsumsi yang lebih tinggi

(3)

di masa mendatang. Kemampuan yang dimiliki melalui Pendidikan dan bermanfaat untuk orang yang memilikinya merupakan pengertian dari Human capital (Rasyidi et al., 2020).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah Pendidikan. Pendidikan dipercaya dapat menjadi salah satu media untuk mengurangi tingkat pengangguran. Pengangguran merupakan masalah utama bagi setiap negara yang harus diatasi. Masalah pengangguran termasuk permasalahan yang selalu dihadapi sebagian besar negara berkembang. Hal ini mengacu pada studi Todaro dan Smith (2004), yang menyatakan bahwa tingkat pengangguran di negara-negara tingkat menengah atau biasa disebut negara berkembang biasanya didominasi oleh kaum muda dan pengangguran terpelajar. Pengangguran jika tidak ditanggulangi dapat menyebabkan kerugian ekonomi, karena dengan tingginya tingkat pengangguran akan menurunkan pendapatan perkapita sehingga biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah juga akan bertambah. Jika pemerintah tidak dapat memenuhi biaya sosial dengan keuangan sendiri maka akan membuat negara untuk berhutang kepada negara lain. Tingginya tingkat pengangguran terdidik mengartikan bahwa masih rendah daya serap tenaga kerja di Jawa Barat. Selain itu kurangnya kualitas sumber daya manusia yang ada juga menjadi penjadi penyebab tingginya pengangguran terdidik. Hal ini dikarenakan saat memasuki dunia kerja, mahasiswa yang baru lulus dituntut tidak hanya memiliki kecerdasaan akademik tetapi juga memiliki kemampuan lain yang dibutuhkan didunia kerja.

Menurut suryadi (1995) tolak ukur dari keberhasilan pendidikan salah satunya adalah pekerjaan. Pendidikan diyakini dapat menghasilkan lulusan yang berwawasan dan dapat menjadi tenaga kerja yang berkualitas, berfikir luas, dan berprestasi. Hal ini dikarenakan Pendidikan dianggap menjadi sarana untuk pembelajaran dan pelatihan yang diperlukan oleh Angkatan kerja. Sumber daya manusia seperti inilah yang diharapkan dapat memperbaiki dan mengembangkan pembangunan. Tingkat pendidikan dinilai sebagai sebagai sarana dalam peningkatan kualitas SDM. Namun Lulusan universitas (perguruan tinggi) yang diharapkan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan justru terjebak pada angka pengangguran terdidik, hal ini dikarenakan semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka semakin besar pula keinginan untuk bekerja sesuai dengan Pendidikan yang ditempuh. Hal ini membuat lulusan perguruan tinggi dengan pendidikan tinggi lebih rentan menganggur, karena pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan keinginannya (Tobing, 1994). Kondisi tersebut menjadi masalah bagi pemerintah karena semakin banyak jumlah penganguran terdidik lulusan universitas mencerminkan bahwa pemerintah belum maksimal dalam memperluas kesempatan kerja serta kurang berhasil dalam menerapkan sistem pendidikan yang tidak hanya mengandalkan kemampuan akademik saja tetapi mengembangkan ataupun melatih kemampuan untuk dapat bersaing di dunia kerja.

Rumusan Masalah

Dari uraian-uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah terdapat pengaruh variabel pertumbuhan penduduk, upah minimum, dan kesempatan kerja terhadap tingkat pengangguran terdidik di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat?”

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh variabel pertumbuhan penduduk, upah minimum, dan kesempatan kerja terhadap tingkat pengangguran terdidik di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

B. LANDASAN TEORI Pengangguran

Pengangguran termasuk kedalam suatu persoalan ekonomi yang makro yang berpengaruh terhadap manusia secara langsung. Menurut Sadono Sukirno (2004) mengatakan dengan standard yang ditetapkan secara internasional, pengertian dari pengangguran yaitu seseorang yang secara angkatan kerja diklasifikasikan sebagai pencari kerja aktif, dengan tingkat upah tertentu, namun belum menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Salah satu penyebab adanya penganguran adalah tidak seimbangnya penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi disebabkan tingkat angkatan kerja yang tinggi, sementara

(4)

permintaan yang ada tidak dapat menampung seluruh penawaran. Keynesians mengatakan bahwa pengangguran dapat terus terjadi dan terdapat 3 (tiga) jenis pengangguran:

a. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment).

Terjadinya Frictional Unemployment diakibatkan oleh pergeseran tingkat pada setiap sektor dan bersifat sementara Adanya perubahan struktur dalam perkonomian yang menyebabkan masyarakat berpindah pekerjaan. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya jenis pengangguran sementara (frictional unemployment).

b. Penganguran Musiman (Seasonal Unemployment).

Pengangguran musiman yaitu pengangguran yang terjadi hanya pada waktu-waktu tertentu dalam satu tahun. Adanya faktor musim dari suatu jenis pekerjaan yang mengakibatkan terjadinya pengangguran musiman, seperti di sektor pertanian adanya musim puncak yaitu saat musim panen dimana banyak orang yang bekerja dan ada pula musim senggang atau bukan masa panen maka petani akan menganggur kemudian akan beralih mencari pekerjaan yang lain.

c. Penganguran yang dibuat (institutional unemployment).

Biasanya pengagguran jenis (institutional unemployment) terjadi karena akibat dari adanya kebijakan pemerintah. Misalnya, naiknya upah minimum yang menjadi penyebab berkuranya permintaan terhadap tenaga kerja. Namun pada saat yang sama pencari kerja cukup banyak sehingga terjadinya penganguran.

Pengangguran Terdidik

Pengangguran terdidik adalah Angkatan kerja dengan minimal tingkat pendidikan menengah keatas dan tidak memiliki pekerjaan. Menurut Carlson (2007), fenomena yang banyak terjadi setelah seorang mahasiswa lulus dari perguruan tinggi yaitu setelah lulus belum mengetahui apa yang harus dipilih dan dilakukan. Bagi lulusan universitas keadaan tersebut dapat menjadi stressor sehingga akan menimbulkan kecemasan yang berujung menjadi penambahan pengangguran terdidik. Menurut konsep yang digunakan SAKERNAS, pengangguran terdidik adalah penduduk yang berusia 15 hingga 24 tahun dengan tingkat pendidikan tertinggi minimal SMA atau SMK.

Terdapat beberapa factor yang menyebabkan adanya pengangguran terdidik yaitu, pertama, Faktor structural. Faktor ini disebabkan oleh keterampilan yang kurang dimiliki pada kelompok muda atau kelompok yang baru menyelesaikan jenjang pendidikan dibandingkan dengan kelompok yang sudah memiliki pengalaman. Kedua, Faktor non-structural. Factor ini disebabkan oleh semakin tingginya tingkat upah mengakibatkan perusahaan membatasi atau bahkan tidak menerima karyawan baru dengan alasan menghemat biaya produksi.

Teori Human Capital

Teori human capital mengemukakan bahwa keterampilan dapat di ajarkan melalui pendidikan sehingga pekerja akan mampu menaikan tingkat produktivitas, sehingga pekerja juga akan menerima penghasilan lebih tinggi. Diharapkan dengan terjadinya peningkatan pada kualitas Pendidikan akan membawa dampak pada peningkatan kualitas pekerja.

Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah saat terjadinya suatu perkembangan pada aktivitas ekonomi yang mengarah pada peningkatan terhadap produksi barang maupun jasa (Sukirno 2004). Dalam jangka panjang proses kenaikan ouput akan ditunjukan melalui laju pertumbuhan ekonomi, artinya dalam kurun waktu tertentu terdapat pertambahan output atau pendapatan nasional agregatif. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui PDRB. Hal ini karena meningkatnya PDRB menandakan terjadinya peningkatan kapasitas produksi yang menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi diwilayah tersebut mengalami peningkatan. Menurut Badan Pusat Statistik (2013:62) menyimpulkan bahwa “Laju pertumbuhan ekonomi selaras dengan penyerapan tenaga kerja” artinya setiap terjadinya kenaikan sebesar 1% pada pertumbuhan ekonomi maka 400 ribu orang tenaga kerja dapat diserap, Maka dapat disimpulkan bahwa adanya penyerapan tenaga karena terjadinya pertumbuhan ekonomi.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran pada suatu wilayah dapat dijelaskan melalui hukum okun (Okun’s Law). Hukum ini menjelaskan Ketika terjadi penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) negara akan menyebabkan naiknya tingkat pengangguran. Kuatnya keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dikarenakan adanya kontribusi melalui

(5)

hasil barang dan jasa dari penduduk yang bekerja. Sedangkan para pengangguran tidak memberikan kontribusi. Menurut hukum okun saat terjadi penurunan sebesar 1 persen dalam pengangguran akan menyebabkan pertumbuhan tambahan dalam PDB Riil yang mendekati 2 persen.

Upah

Berdasarkan UU. No. 13 Tahun 2003 Upah merupakan hak yang diterima sebagai imbalan karena telah melakukan pekerjaan, dari perusahaan kepada para pekerja atau buruh dalam bentuk uang yang termasuk hak yang telah ditetapkan serta harus dibayarkan berdasarkan kesepakatan berupa perjanjian kerja yang diatur menurut peraturan perundang-undangan, baik berupa pemberian subsidi bagi para pekerja atau buruh beserta keluarganya. Sedangkan Upah Minimum Kabupaten/kota (UMK) merupakan upah minimum yang berlaku di dalam wilayah satu kabupaten/kota, hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri ketenagakerjaan No.15 tahun 2018 Pasal 1 ayat 3. upah minimum di tetapkan dengan melalui pertimbangan Kebutuhan Hidup layak (KHL), tingkat ekonomi daerah, tingkat inflasi, daya beli masyarakat, dan kemampuan industri.

Menurut pasal 10 ayat 3 disebutkan bahwa UMK harus lebih besar dari Upah Minimum Provinsi (UMP). Hal ini dikarenakan tingkat KHL disetiap kabupaten/kota berbeda-beda. Daerah industry akan memiliki tingkat KHL yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang tingkat industrinya rendah, sehingga UMP dibuat sebagai batas minimum di propinsi tersebut kemudian jumlah UMK harus lebih tinggi atau setara dengan UMP.

Menurut Sumarsono (2009:259) menyebutkan terdapat hubungan positif antara tingkat upah dan pengangguran. Ketika tingkat upah mengalami peningkatan, maka perusahaan akan melakukan efisiensi yang dapat menyebabkan terjadiya penurunan permintaan akan tenaga kerja sehingga pengangguran akan semakin tingginya tingkat.

Teori Keynesian menyatakan bahwa dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi pada seseorang akan menyebabkan tidak mudahnya suatu perusahaan untuk menurunkan tingkat upah. Teori Keynesian juga berasumsi bahwa upah yang lebih rendah tidak dapat memulihkan lapangan pekerjaan. Hal ini dikarenakan ketika tingkat upah turun maka pendapatan masyarakat akan turun sehingga menyebabkan turunya kemampuan beli masyarakat. Dengan turunnya kemampuan beli masyarakat perusahaan akan memilih untuk tidak meningkatkan produksi barang dan akan melakukan efisiensi tenaga kerja yang akan menyebabkan naiknya tingkat pengangguran. Keynes dalam mulyadi (2003:9) menyatakan bahwa para pekerja memiliki serikat tenaga kerja (Labor Union) yang memiliki tujuan untuk terhindar dari penurunan tingkat upah dalam upaya memperjuangan kepentingan buruh.

Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja termasuk sebagai permintaan dalam suatu kondisi yang menggambarkan adanya ketersediaan pekerjaan yang siap dipenuhi para pencari kerja (job seeker). Terjadinya pertumbuhan tenaga kerja secara terus menerus dan cepat, namun tidak diimbangi dengan kesempatan kerja dapat mengakibatkan peningkatan pada tingkat pengangguran. Di antara penganggur, beberapa penganggur kronis tetap menganggur untuk jangka waktu yang lebih lama dalam setahun; dan beberapa kadang menganggur karena fluktuasi musiman di pasar tenaga kerja. Tingkat kesempatan kerja mengindikasikan besarnya persentase Angkatan kerja yang bekerja. Semakin tinggi tingkat kesempatan kerja, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesempatan kerja semakin tinggi.

Dalam pandangan klasik, perekonomian tidak akan kekurangan permintaan agregat, yang berarti segala barang yang diproduksikan akan dapat dijual, sedangkan tingkat produksi nasional dan kegiatan ekonomi ditentukan oleh faktor produksi yang digunakan. Atas dasar inilah jumlah produksi menjadi dasar untuk menentukan kesempatan kerja. Fungsi produksi merupakan fungsi yang menggambarkan hubungan antara jumlah produksi yang akan diproduksi dengan jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Kesempatan kerja merupakan salah satu aspek penting karena sejalan dengan teori klasik yang menyatakan adanya trade off antara efisiensi produktifitas dan kesempatan kerja (Tandiawan et al., 2012). Menurut BPS kesempatan kerja dapat dilihat melalui perhitungan berikut:

(6)

Dimana:

a = Jumlah Penduduk bekerja b = Jumlah Angkatan Kerja

Hipotesis Penelitian

Hipotesis ialah dugaan atau pernyataan yang masih bersifat sementara dan kebenarannya maish bersifat lemah sehingga perlu dilakukan diuji secara empiris. Dalam penelitian ini terdapat tiga variable independent untuk menentukan pengaruh tehadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yakni:

H1: Diduga pertumbuhan ekonomi berpengaruh negative terhadap pengangguran terdidik di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

H2: Diduga upah berpengaruh positive terhadap pengangguran terdidik di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

H3 : Diduga Kesempatan kerja berpengaruh negative terhadap pengangguran terdidik di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

C. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif didasarkan pada capaian dengan menggunakan prosedur statistic.

Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, upah, dan kesempatan kerja terhadap pengangguran terdidik dengan subjek penelitian 27 kabupaten/kota di provinsi jawa barat.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan sumber data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Penelitian ini menggunakan periode waktu tahun 2014 – 2019.

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan menggunakan Program eviews sebagai alat mengolah data. Adapun tahapan dalam pemilihan model adalah dengan Uji Chow, Uji Hausman dan Uji Lagrange Multiplier. Uji ini dilakukan untuk menentukan model terbaik antara Common Effect Model, Fixed Effect Model, dan Random Effect Model.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Model regresi data panel yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM) dengan hasil estimasi sebagai berikut:

Variabel Koefisien T-Statistik Probabilitas

C 16991.97 1.151979 0.2514 Pertumbuhan Ekonomi -0.000489 -2.762036 0.0066 Upah 0.006266 5.813489 0.0072 Kesempatan Kerja -0.013301 -0.836843 0.0424 R-Square 0.854059 F-Statistic 26.63698 Prob(F-Statistic) 0.000000 Uji T-Statistik

a. Variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap pengangguran terdidik pada tingkat α = 5%. Dapat dilihat dari nilai Probabilitas t-statistic 0.0066 < α. Nilai Koefisien Pertumbuhan Ekonomi sebesar 0,0004 menunjukkan setiap

(7)

kenaikan Pertumbuhan Ekonomi sebesar 1% maka akan menurunkan Pengangguran Terdidik sebesar 0,0004%

b. Variabel Upah berpengaruh secara positive signifikan terhadap Pengangguran terdidik pada tingkat α = 5%. Dapat dilihat dari nilai Probabilitas t-statistic 0.0072 < α. Nilai Koefisien Upah sebesar 0,0062 menunjukkan setiap kenaikan Upah sebesar 1% maka akan menaikkan tingkat Pengangguran Terdidik sebesar 0,0062%

c. Variabel Kesempatan kerja berpengaruh secara negative signifikan terhadap Pengangguran terdidik pada tingkat α = 5%. Dapat dilihat dari nilai Probabilitas t-statistic 0.0424 < α. Nilai Koefisien Pertumbuhan Ekonomi sebesar 0,0133 menunjukkan setiap kenaikan Kesempatan Kerja sebesar 1% maka akan menurunkan Pengangguran Terdidik sebesar 0,0133%

Uji F-Statistik

Berdasarkan hasil estimasi diatas dapat dilihat probability F-statistic sebesar 0,0000. Artinya, variabel Pertumbuhan Ekonomi, Upah dan Kesempatan Kerja secara besamaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengangguran terdidik lulusan Universitas pada tingkat α = 5%.

Koefisien Determinasi (R2 )

Untuk mengetahui seberapa besar proporsi variasi dari variabel dependen yang dijelaskan oleh semua variabel independen digunakakalah koefisien determinasi (R2). Menurut hasil perkiraan diatas dapat dilihat nilai koefisien determinasi sebesar 0.8540. Artinya, variabel Pengangguran Terdidik Lulusan Universitas dapat dijelaskan oleh model sebesar 85,4% dan sisanya 14,6% dijelaskan atas variabel lain di luar model.

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (X1) Terhadap Pengangguran Terdidik

Pertumbuhan ekonomi diketahuii berpengaruh negatif terhadap pengangguran terdidik. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator penting yang memiliki pengaruh pada tingkat pengangguran terdidik. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan dari keadaan perekonomian disuatu daerah. Kondisi pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan mengalami kenaikan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun ke tahun. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi menunjukan sejauh mana kegiatan ekonomi dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dalam periode tertentu. Suatu wilayah dapat dikatakan berkembang dengan baik bila pertumbuhan ekonominya meningkat, sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja yang kemudian mendorong peningkatan kegiatan perekonomian terhadap perusahaan dan berdampak pada meningkatnya penyerapan tenaga kerja.

Pertumbuhan ekonomi pada provinsi Jawa Barat sellau mengalami fluktuasi setiap tahunnya namun cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tumbuh menjadi 5,70% berbeda dengan tahun 2017 yang pertumbuhannya sebesar 5,35%. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat selama beberapa tahun selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional, hal ini menandakan bahwa produksi barang dan jasa Provinsi Jawa Barat berjalan baik. Hal ini didukung karena provinsi jawa barat menjadi salah satu wilayah dengan tingkat indsutri yang tinggi. Seperti pada tahun 2017 terdapat 40 industri di provinsi Jawa Barat, dengan kawasan Bekasi-Cikarang-Karawang sebagai jantung utama. Industri pengolahan dan perdagangan besar dan eceran menjadi sector yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Pada tahun 2019 kedua industry ini dapat menyerap tenaga kerja lulusan universitas sebanyak 303.176 jiwa untuk industry pengolahan dan 324.061 untuk pedagangan besar dan eceran.

Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu oleh Ravika Famala Sari (2019) yang mengatakan terdapat pengaruh negatif dan signifikan dari variabel pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran terdidik artinya bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi jumlah pengangguran terdidik di Provinsi Jawa Timur.

Pengaruh Upah (X2) Terhadap Pengangguran Terdidik

Upah Berpengaruh Positif Terhadap Pengangguran Terdidik. Hal tersebut dikarenakan ketika upah minimum naik maka akan terjadi peningkatkan biaya produksi sehingga suatu perusahaan akan melakukan efisiensi biaya, hal ini akan membuat menurunnya tingkat permintaan tenaga kerja yang akan mengakibatkan pengangguran akan bertambah.

(8)

Peningkatan upah minimum ini dapat membuat jumlah pengangguran terdidik semakin meningkat, hal ini disebabkan karena pengangguran terdidik khususnya lulusan universitas lebih menginginkan tingkat upah yang lebih tinggi. Sehingga jika penawaran tingkat upah semakin tinggi maka akan semakin tinggi yang menawarkan diri untuk bekerja dari sisi pengangguran terdidik. Namun dari sisi perusahaan akan memilih untuk melakukan efisiensi biaya produksi dengan cara mengurangi tenaga kerja atau tidak membuka rekruitmen tenaga kerja. Lebih lanjut perusahaan yang menawarkan upah tinggi akan lebih selektif dalam memilih karyawannya sehingga pengangguran terdidik memerlukan nilai tambah selain dari sisi akademik.

Dalam proses penetapan upah perlu melihat timbal balik antara perusahaan, pecari kerja dan pengaruhnya terhadap perekonomian. Melalui instrument APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) diperlukan adanya campur tangan pemerintah untuk menjadi sarana dalam peningkatan SDM (sumber daya manusia). Dengan banyaknya SDM yang berkualitas maka dapat berpengaruh pada peningkatan produktivitas, sehingga perusahaan tidak akan kesulitan dalam memberikan upah tenaga kerja yang sesuai dengan upah minum yang pemerintah telah tetapkan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Dinar dan Hasan (2018) yang mengatakan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan dari variabel upah minimum terhadap pengangguran terdidik di Provinsi Sulawesi Selatan yang berarti kenaikan upah minimum akan meningkatkan jumlah pengangguran.

Pengaruh Kesempatan Kerja (X3) Terhadap Pengangguran Terdidik

Variabel kesempatan kerja berpengaruh negative terhadap penggangguran terdidik. Hal ini dikarenakan dengan tingginya tingkat kesempatan kerja maka dapat menurunkan tingkat pengangguran terdidik yang ada. Pengangguran terdidik selalu menjadi masalah social dan ekonomi, hal ini karena kurangnya kesempatan kerja yang sesuai dan kurang memadai.

Seorang yang melanjutkan Pendidikan hingga perguruan tinggi beranggapan bahwa mereka telah menghabiskan waktu dan materi mereka untuk melanjutkan ke jenjang universitas sehingga lulusan universitas lebih memilih untuk bekerja di sector formal, hal ini dilakukan karena banyak anggapan bahwa jenjang yang lebih tinggi dapat memberikan mereka keuntungan yang lebih dari mereka yang lulusan Sekolah Menengah Atas.

Namun Sebagaimana diketahui pesatnya kemajuan teknologi menjadi salah satu penyebab perubahan karakteristik pekerjaan yang ada saat ini. Perubahan yang terjadi adalah perubahan perilaku dunia usaha dan dunia industry. Kemajuan teknologi ini semua meliputi digitalisasi yang mengubah tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Sehingga dunia pendidikan harus mampu membuat strategi transformasi yang mempertimbangkan sector sumber daya manusia agar mahasiswa yang telah lulus dapat terserap kedalam dunia kerja.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik sepanjang tahun 2014-2019 lima sektor potensial yang dapat dikembangkan di Provinsi Jawa Barat adalah industry pengolahan, Perdagangan Besar-Eceran; Reparasi Mobil Sepeda Motor, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, konstruksi, dan Transportasi dan Pergudangan. Sektor ini menjadi tingkat teratas dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat. Sektor tersebut terindentifikasi sebagai sektor unggulan yang dapat menyerap tenaga kerja yang tinggi. Tumbuhnya kesempatan kerja maka peluang bagi pengangguran terdidik mendapatkan pekerjaan akan semakin besar sehingga mampu mengurangi jumlah pengangguran terdidik yang ada. Hal ini sesuai dengan penelitian Marchang (2019) yang mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan dari variabel kesempatan kerja terhadap pengangguran terdidik yang berarti penurunan pengangguran sebab dari naiknya kesempatan kerja.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel mana sajakah yang mempunyai pengaruh pada penganggruan terdidik di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah Pertumbuhan Ekonomi, Upah, dan Kesempatan Kerja. Pada penelitian kali ini kesimpulan yang dapat diambil, yaitu:

1. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh terhadap tingkat pengangguran terdidik. Hasil dari analisis pada penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmania et al (2019) dan Priastiwi dan Handayani (2019), yang mengemukakan bahwa naiknya tingkat pertumbuhan ekonomi mampu mengurangi jumlah pengangguran terdidik yang ada. Peningkatan industry mendorong meningkatnya aktivitas produksi yang ada sehingga output yang dihasilkan meningkat. Dengan meningkatnya produksi barang dan

(9)

jasa menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi tumbuh. Hal ini membuat perusahaan membuka lapangan pekerja untuk meningkatkan output mereka. Dengan terbukanya lapangan pekerjaan dapat mengurangi tingkat pengangguran terdidik yang ada.

2. Upah minimum berpengaruh pada pengangguran terdidik. Hasil dari analisis pada penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dinar dan Hasan (2018) yaitu tingkat upah yang semakin tinggi maka akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah pengangguran terdidik. Pada Provinsi Jawa Barat tingkat upah minimum kabupaten atau kota cenderung berada di posisi teratas namun tingkat pengangguran juga menempati posisi teratas. Hal ini karena pengangguran lulusan universitas cenderung untuk menunggu kesesuaiian antara pekerjaan dengan pendidikan, serta keterampilan yang dimiliki dengan upah yang tinggi. Sedangkan tingginya tingkat upah membuat para perusahaan memilih mengganti alat produksi menjadi mesin atau dengan memindahkan perusahaan ke wilayah yang memiliki upah cenderung lebih rendah. 3. Kesempatan kerja memiliki pengaruh terhadap pengangguran terdidik. Hasil analisis ini

sama halnya seperti hasil peneltian yang dilakukan oleh Marchang (2019) yaitu bahwa kurangnya kesempatan kerja dapat meningkatkan jumlah pengangguran. Pengangguran terdidik lebih memilih untuk bekerja disektor formal karena beranggapan dengan Pendidikan yang tinggi akan mempermudah mereka untuk mendapatkan pekerja yang baik, namun kesempatan kerja di sector formal memiliki daya saring yang tinggi dan tidak menyerap tenaga kerja yang banyak. Sehingga menyebabkan tingginya tingkat pengangguran terdidik yang ada.

Berdasarkan hasil di lapangan dan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan produksi barang dan jasa dalam sector padat modal maupun padat karya. 2. Penyesuaian upah minimum sesuai dengan produktivitas yang dihasilkan agar dapat

mengurangi resiko pengurangan jumlah tenaga kerja oleh produsen.

3. Meningkatkan kesempatan kerja baik di sector formal maupun informal terutama dalam industry padat karya.

4. Penelitian selanjutnya di harapkan untuk lebih mengembangkan variabel yang berpengaruh terhadap pengangguran terdidik dengan menambahkan variabel independen lainnya, seperti investasi, inflasi dan variabel ekonomi lainnya dan juga menambah periode penelitian.

UCAPANTERIMAKASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTARPUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2017). Laporan Eksekutif Keadaan Angkatan Kerja Provinsi Jawa Barat Agustus 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2018). Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Barat Agustus 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Jakarta 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Jakarta 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2020). Laporan Eksekutif Keadaan Angkatan Kerja Provinsi Jawa Barat Agustus 2020. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Jakarta 2020. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Dinar, M., & Hasan, M. (2018). Pengaruh Inflasi Dan Upah Minimum Terhadap Tingkat Pengangguran Di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2007-2016. Jurnal Ekonomi, 6(1), 102– 112.

Fahmi, M., & Mulyono, Y. O. (2016). Pendidikan, Human Capital ataukah Signaling? Studi Kasus Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan Indonesia, 15(2), 113. https://doi.org/10.21002/jepi.v15i2.560

(10)

Marchang, R. (2019). Youth and Educated Unemployment in North East India. IASSI Quarterly:

Contributions to Indian Social Science, 38(4), 650–666.

https://www.researchgate.net/publication/338336690_Youth_and_Educated_Unemployment _in_North_East_India

Mulyadi. (2003). Ekonomi SDM Dalam Perspektif Pembangunan. PT. Grafindo Persada, Jakarta. Priastiwi, D., & Handayani, H. R. (2019). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, Upah

Minimum, Dan Pdrb Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka Di Provinsi Jawa Tengah. Diponegoro Journal of Economics, 1(1), 159–169. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/dje Rahmania, M., Wulandari, E. tria, & Purnama sari, W. (2019). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Terdidik di Kota Padang. Eklektik : Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Kewirausahaan, 1(2), 114. https://doi.org/10.24014/ekl.v1i2.7101

Rasyidi, A. M., Raihan, M. A., Ilmi, M., Zaid, M. N., Aulia, Y., Laili, N. R., Aulia, N., & Auliana, R. (2020). Teori human capital. Jurnal Theory Human Capital, February, 0–15.

Ravika Famala Sari, N. (2019). Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap pengangguran Terdidik di Jawa Timur 2010-2014. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 14(01), 71–84. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sumarsono, Sonny. 2009. Teori Dan Kebijakan Publik Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Suryadi, A. 1995. Kesenjangan Struktur Persediaan dan Pemerataan Tenaga Kerja Terdidik. Jakarta: Balai Pustaka.

Tandiawan, E., Naukoko, A., & Wauran, P. (2012). Pengaruh Investasi Swasta Dan Belanja Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Dampaknya Terhadap Kesempatan Kerja Di Kota Manado Tahun 2001-2012. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 181–196.

Tobing, E. 1994. Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik. JJakarta: Media Indonesia. Todaro, M.P. (1991), Economic Development in the Third World, Orient Longman, Delhi.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan

Investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di Kota Gunungsitoli selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta..

Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti mencoba memberikan beberapa saran bagi penelitian selanjutnya yaitu: 1) Bagi penelitian selajutnya diharapkan dapat

Skripsi, Program Studi S1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.. Ikatan Dokter Anak

Formulasi stategi adaptif masyarakat sekitar hutan terhadap periode jeda hujan dan kemarau panjang dalam kurun waktu 30 tahun Lokus penelitian tentang sistem

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimental Designs yang bertujuan untuk mengetahui: (1) Gambaran hasil belajar fisika yang diajar dengan model

yang ada dan juga fakta di lapangan menunjukkan bahwa petani yang sukses sebagai pengusaha agribisnis, mereka umumnya memiliki sebagian besar -jika tidak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua pada masyarakat pesisir pantai yaitu pendidikan yaitu terlihat dari orangtua yang memiliki latar