• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar/Umum 2.1.1 Pelatihan

Menurut Hendry Simamora (1997: p342), pelatihan adalah proses sitematik pengubahan perilaku dan kemampuan para karyawan dalam satu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasional.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:p859), perilaku adalah tanggapan atau reaksi yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan, terhadap rangsangan atau lingkungan.

Proses pengubahan perilaku karyawan merupakan suatu proses penambahan kemampuan dan pengubahan sikap yang dimiliki oleh seorang karyawan agar lebih baik lagi. Dalam suatu pelatihan sangat dituntut adanya perubahan kinerja karyawan sehingga dapat mendukung untuk meningkatkan tujuan dari organisasi tersebut. Jika tujuan dari organisasi dapat ditingkatkan, maka dapat mencerminkan adanya efektivitas dari diadakannya pelatihan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:p644), pelatihan adalah proses melatih; kegiatan atau pekerjaan melatih. Melatih didefinisikan dengan membiasakan orang atau makhluk hidup agar mampu melakukan sesuatu.

Proses membiasakan sangat identik dengan mengubah perilaku. Sedangkan mampu melakukan sesuatu sama artinya dengan pengubahan kinerja untuk mencapai tujuan.

(2)

Pelatihan menurut http://abconaids.org/ABC/asp/view.asp?PageID=9& SiteID=0&LangID=10&MenuID=4&SponsorID=50, merupakan proses terus menerus dan interaktif, dengan memperhitungkan gaya belajar setiap individu dan kebutuhan pelatihan secara kelompok. Pelatihan yang baik berupaya menciptakan lingkungan pelatihan yang mendorong proses belajar dua arah (two-way learning) yang melibatkan seluruh peserta dalam keseluruhan proses pelatihan. Selain itu, pelatihan di tempat kerja yang baik akan memperhitungkan baik kebutuhan maupun kendala yang ada di tempat kerja

Pelatihan menurut http://www.p2par.itb.ac.id/pelatihan.htm, menjelaskan pengertian pelatihan merupakan salah satu cara untuk menyebarluaskan pengetahuan dan pengalaman, yang diperoleh melalui penelitian dan konsultasi, kepada ilmuwan, perencana, manajer dan aparat pemerintah sebagai pembekalan keahlian dalam pembangunan sumber daya manusia kepariwisataan yang berkualitas.

Berdasarkan analisis teori-teori diatas, yang dimaksud dengan pelatihan adalah proses perubahan perilaku dari karyawan dan penambahan kemampuan dari karyawan untuk mencapai tujuan.

2.1.2 Pembelajaran

Menurut Arief. S. Sadiman, et al., (dalam M.Sobry Sutikno, 2005: p27) Pembelajaran adalah suatu usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik.

Dalam pembelajaran harus terdapat suatu usaha yang terencana dengan memanipulasi sumber-sumber belajar untuk membuat suatu rangkaian proses belajar kepada peserta didik yang baik.

(3)

Menurut Iskandar (dalam M.Sobry Sutikno, 2005: p27), pembelajaran adalah suatu upaya untuk membelajarkan siswa.

Pembelajaran mempunyai unsur penting, yaitu upaya belajar atau dengan kata lain adalah usaha yang terencana dalam melakukan proses belajar. Unsur penting lainnya yaitu adanya siswa atau yang disebut dengan peserta didik. Suatu proses belajar tidak mungkin terjadi jika tidak melibatkan peserta didik.

Menurut http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTedaEna.doc. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar

Pembelajaran menurut http://elearning.unpad.ac.id/datafile/1016200412930 bukupanduan-webct-Pendahuluan.pdf, menjelaskan pengertian dari pembelajaran adalah proses sosial. Siswa dapat belajar saling tukar informasi satu dengan yang lain seperti dengan instruktur.

Proses komunikasi merupakan salah satu komponen utama dalam proses pembelajaran, dimana terdapat interaksi komunikasi sebagai media pelaksanaan pembelajaran antara pengajar dengan orang yang diajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:p438), Inter adalah bentuk terikat, (di) antara dua, (di) antara, ditengah. Aksi adalah gerakan, tindakan, tingkah laku, sikap dan gerak gerik. Interaksi adalah hal saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi, antar hubungan.

Berdasarkan analisis teori-teori diatas, yang dimaksud dengan pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar dan proses pertukaran informasi pada diri peserta didik.

(4)

2.1.3 Sistem Informasi

Menurut Robert C. Nickerson (2001: p4), information system is a collection

of componenets that work together to provide information to help in the operations and management of an organization. Sistem informasi adalah komponen-komponen

yang bekerjasama untuk menyediakan informasi yang membantu dalam operasi dan mengatur sebuah organisasi.

Komponen merupakan bagian yang penting dalam sebuah sistem informasi. Sama halnya dengan pelatihan sistem informasi pembelajaran komponen pada sistem informasi merupakan bagian yang berguna untuk menyimpan, memproses data menghasilkan data yang diinginkan. Tanpa adanya komponen sistem informasi tidak dapat berfungsi dengan semestinya.

Menurut James A. O’Brien (2003: p7), an information system can be any

organized combination of people, hardware, software, communications networks, and data resources that collects, transforms, and disseminates, information in an organization. Sistem informasi dapat dijalankan oleh gabungan antara manusia,

perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

Manusia adalah pengguna sebuah sistem informasi. Tanpa adanya manusia sebuah sistem informasi yang sebagus apapun tidak akan berguna. Manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah sistem informasi, karena manusia dan sistem informasi adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Begitu juga pada pelatihan sistem informasi pembelajaran, tanpa adanya dosen sebagai user, maka pelatihan sistem informasi pembelajaran menjadi tidak berfungsi. User adalah semua orang yang secara langsung berhubungan dengan suatu sistem.

(5)

Perangkat keras adalah sesuatu yang harus ada dalam sebuah sistem informasi dan membantu dalam mempermudah suatu pekerjaan. Perangkat keras merupakan bentuk fisik dari sebuah sistem informasi. Tanpa adanya perangkat keras, maka dosen tidak dapat menggunakan pelatihan sistem informasi pembelajaran tersebut.

Perangkat lunak merupakan sesuatu yang sangat penting dan harus dimiliki pada sebuah sistem informasi. Perangkat lunak berfungsi sebagai program yang menjalankan sistem informasi. Tanpa adanya perangkat lunak pada pelatihan sistem informasi pembelajaran, dosen tidak dapat mengoperasikan pelatihan sistem informasi pembelajaran dengan baik.

Jaringan komunikasi sangat penting dalam sebuah sistem informasi karena berfungsi untuk menghubungkan antara sistem informasi yang satu dengan sistem informasi yang lainnya atau dengan server. Dengan terhubung melalui jaringan informasi, sistem informasi dapat menyediakan data yang dibutuhkan dosen. Pada pelatihan sistem informasi pembelajaran, komputer satu dengan lainnya akan terhubung ke server melalui jaringan informasi. Dengan demikian pelatihan sistem informasi pembelajaran dapat terus menyediakan informasi yang dibutuhkan dosen.

Sumber data harus ada pada sebuah sistem informasi, karena sumber data berfungsi menyediakan data yang dibutuhkan sistem informasi untuk menghasilkan data yang dibutuhkan oleh dosen. Pada pelatihan sistem informasi pembelajaran, sumber data berfungsi menyediakan data yang dibutuhkan guna menghasilkan informasi yang dibutuhkan dosen.

Menurut Alter (1999: p42), sistem informasi adalah suatu jenis sistem kerja yang menggunakan teknologi informasi untuk mengumpulkan, meneruskan,

(6)

menyimpan, mendapatkan kembali, memanipulasi, ataupun menampilkan informasi, sehingga sehingga mendukung satu atau lebih sistem kerja.

Sistem kerja merupakan sistem dimana manusia berpartisipasi untuk melakukan proses bisnis menggunakan teknologi informasi dan sumber daya lain untuk menghasilkan suatu produk bagi pihak internal maupun eksternal.

Sistem informasi menurut http://www.members.tripod.com/kamii_yogyakarta /SI.htm sistem informasi

diartikan sebagai suatu sistem dalam suatu organisasi yang mengolah data menjadi bentuk yang lebih berguna untuk mencapai suatu tujuan.

Dalam sebuah sistem informasi, selalu terjadi pengolahan data menjadi informasi yang berguna bagi dosen. Sama halnya seperti pada pelatihan sistem informasi pembelajaran, pengolahan data dilakukan oleh sistem informasi untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan dosen.

Menurut http://www.id.wikipedia.org/wiki/ilmu_komputer#sistem_informasi sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, perawatan komputer, perangkat lunak dan data.

Setiap sistem informasi pasti memiliki aplikasi. Aplikasi dalam sistem informasi berguna untuk mendukung operasi. Pada pelatihan sistem informasi pembelajaran, aplikasi mendukung dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh dosen. Apabila aplikasi dalam sistem pembelajaran tersebut kurang baik, maka dosen akan merasa tidak puas. Demikian sebaliknya apabila sistem pembelajaran yang diterapkan lengkap, maka dosen akan merasa puas terhadap pelatihan sistem informasi tersebut.

(7)

Menurut Sanyoto (2003: p3), sistem informasi dapat diartikan sebagai pengorganisasian peralatan untuk mengumpulkan, meng-input, memproses, menyimpan, mengatur, mengontrol, dan melaporkan informasi untuk pencapaian tujuan perusahaan. Mukhtar (1999, p4 dikutip dalam Sanyoto, 2003, p22) juga menyimpulkan bahwa agar suatu informasi bisa berguna harus memiliki beberapa ciri atau karakteristik berikut ini:

1. Reliable (dapat dipercaya)

Informasi harus bebas dari kesalahan dan harus akurat dalam mempresentasikan suatu kejadian atau kegiatan dari suatu organisasi.

Setiap sistem informasi haruslah bebas dari kesalahan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, misalnya pada saat mengaplikasikan sistem informasi tidak terjadi error. Selain itu sistem informasi harus akurat, maksudnya adalah kondisi dimana informasi yang dihasilkan dari pelatihan

(output) sesuai dengan harapan dosen dan tidak menyebabkan keraguan di lain

hari.

2. Relevan (cocok atau sesuai)

Informasi yang relevan harus memberikan arti (berguna) kepada pembuat keputusan. Informasi ini bisa mengurangi ketidakpastian dan bisa meningkatkan nilai dari suatu kepastian.

Setiap informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi harus dapat meningkatkan nilai dari suatu kepastian yg dicari oleh user. Demikian pula pada pelatihan sistem informasi pembelajaran, informasi yang dihasilkan dapat memberikan manfaat (berguna) kepada dosen sehingga dengan adanya pelatihan ini dosen akan semakin menguasai sistem informasi, misalnya : dosen yang ingin

(8)

mahir dalam memberikan presentasi akan diikutkan dalam pelatihan Ms. Power

Point.

3. Timely (tepat waktu)

Informasi yang disajikan tepat pada saat dibutuhkan (tepat waktu) dan bisa mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Pelatihan sistem informasi pembelajaran yang baik seharusnya tepat waktu sesuai dengan kebutuhan dosen, dengan kata lain pelatihan sistem informasi pembelajaran sebaiknya diadakan pada saat dosen membutuhkan pelatihan tersebut, misalnya : dosen diberikan pelatihan mengenai Multi Channel Learning (MCL) sebelum periode pengajaran dimulai, sehingga pada saat menggunakan dosen tidak lagi mengalami kesulitan.

4. Complete (lengkap)

Informasi yang disajikan lengkap termasuk didalamnya semua data-data yang relevan dan tidak mengabaikan kepentingan yang diharapkan oleh pembuat keputusan.

Pada pelatihan sistem informasi pembelajaran, sistem informasi yang disajikan haruslah detil dan terperinci tanpa ada kekurangan data didalamnya sehingga dapat membantu dosen dalam pelatihan. Sistem informasi dikatakan detil bila materi yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan.

5. Understandable (dimengerti)

Informasi yang disajikan hendaknya dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh pembuat keputusan.

Pelatihan sistem informasi pembelajaran dikatakan mudah dimengerti, jika dosen dengan mudah memahami penjelasan pelatihan sistem informasi

(9)

pembelajaran yang diberikan, misalnya dalam pelatihan diberikan pelatihan contoh-contoh yang bervariasi.

Berdasarkan analisis teori-teori diatas, yang dimaksud dengan pelatihan sistem informasi pembelajaran adalah suatu rangkaian proses melatih yang menyangkut komponen yang saling bekerjasama yang terdiri dari manusia, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi, dan sumber data yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan mendapatkan data atau informasi dalam mencapai tujuannya, dalam hal ini adalah adanya proses pertukaran informasi yang mencakup dimensi: 1. Reliable (dapat dipercaya) dengan indikator bebas dari kesalahan dan akurat, 2. Relevan (cocok atau sesuai) dengan indikator berguna, 3. Timely (tepat waktu) dengan indikator tepat, 4. Complete (lengkap) dengan indikator lengkap, dan 5. Understandable (dapat dimengerti) dengan indikator mudah dimengerti.

Berdasarkan sintesis dari teori-teori tersebut di atas, yang dimaksud dengan pelatihan sistem informasi pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu proses pengubahan perilaku dan penambahan kemampuan dosen dalam memberikan informasi, dengan cara mengkombinasikan komponen-komponen yang ada seperti manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan informasi, dan data menjadi satu kesatuan yang dilakukan pada LRC (Lecturer Resource Center) Universitas Bina Nusantara kepada dosen pengajar yang mencakup dimensi : 1. Relevan (cocok atau sesuai) dengan indikator berguna, 2. Timely (tepat waktu) dengan indikator tepat, 3.

Complete (lengkap) dengan indikator lengkap, dan 4. Understandable (dapat

(10)

2.1.4 Kinerja Dosen

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, pasal 1, ayat 6, sebagai berikut: Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Menurut Undang-Undang tersebut diatas bahwa dosen termasuk kelompok pendidik, sehingga tugas dosen tidak hanya mentransfer ilmu saja. Dalam proses pembelajaran dosen bertugas sebagai komunikator atau penyampaian informasi, agar terjadi komunikasi yang efektif perlu komunikasi dua arah dengan pembelajar atau mahasiswa.

Menurut http://sma1kudus.onesite.com/ dosen adalah pendidik dan ilmuwan profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang memiliki kompetensi mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) melalui penelitian ilmiah dan pengabdian kepada masyarakat.

Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000: p67) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Bambang Kusriyanto (1996: p3) definisi kinerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu”. Kinerja sebagai perilaku didefinisikan sebagai penyelesaian yang diharapkan, spesifik atau bersifat normal oleh masing-masing anggota organisasi (Linsday, 1997: p266). Dalam suatu organisasi yang terdiri dari berbagai tanggung jawab, kinerja

(11)

didefinisikan sebagai apa yang harus dilakukan seseorang, bukan apa yang dihasilkan.

Aspek kinerja yang terkait diantaranya: 1). Komunikasi lisan dan tertulis, 2). Upaya yang ditunjukkan secara konsisten dan sering, 3). Disiplin pribadi, 4). Pemberian kemudahan seperti memberi dukungan dan bertindak sebagai peran model yang baik, 5). Penyeliaan dan kepemimpinan, dan 6). Manajemen dan administrasi (Schuler, 1999: p1)

Menurut Stolovitch dan Keeps (dalam Veithzal Rivai, 2005) kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu pekerjaan yang diminta.

Menurut Hersley dan Blanchard (dalam Veithzal Rivai, 2005) kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu.

Menurut Benardin dan Russell (dalam Moeljono 2003) menyatakan kinerja merupakan hasil keluaran yang dihasilkan pada fungsi atau aktivitas kerja tertentu pada periode tertentu http://library.gunadarma.ac.id/files/disk1/13/jbptgunadarma-gdl-s1-2004-bambangsus-615-babi.pdf..

Whitmore (1997: p104) yang mendefinisikan kinerja sebagai pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang www1.bpkpenabur.or.id/jurnal/02/017-034.pdf.

Menurut Anak Agung (2004: p18) yang dimaksud dengan kinerja dosen adalah penampilan kerja pendidik atau dosen dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang menggambarkan: 1). Kualitas pekerjaan, 2). Jumlah pekerjaan, 3).

(12)

Pengetahuan tugas pekerjaan, 4). Inisiatif, 5). Kerjasama, 6). Tanggung jawab, 7). Tingkat kehadiran, 8). Waktu penyelesaian tugas.

Kinerja dosen dalam kaitan dengan pelatihan sistem informasi pembelajaran yang diterima dikatakan berkualitas jika dosen mampu menerapkan hasil pelatihan dalam kegiatan akademis dosen (kegiatan mengajar) dan dosen juga harus mampu mengaplikasikan sistem informasi yang didapatkan dari pelatihan.

Standar kuantitas berkaitan dengan kinerja dosen dapat digambarkan dengan pemberian materi perkuliahan ataupun contoh-contoh yang berkaitan dengan pelatihan sistem informasi pembelajaran dosen yang dilihat dari segi jumlah (kuantitas), misal dosen menggunakan banyak sistem informasi pembelajaran seperti

Microsoft Word, Power Point, MCL (Multi Chanel Learning), dsb.

Pengetahuan yang dimiliki oleh dosen dapat digunakan untuk mengukur kinerja yang dilihat dari sudut pandang tingkat kemampuan. Didalam suatu instansi pendidikan, pengetahuan yang digunakan sebagai tolok ukur kinerja dosen dapat berupa pengalaman yang dimiliki dengan membaca banyak buku yang berkaitan dengan pembelajaran, dan latar belakang yang sesuai dengan mata kuliah yang akan diajar/diampu.

Inisiatif merupakan salah satu contoh dari aspek kinerja dosen berkaitan dengan upaya yang ditunjukkan secara konsisten dan sering. Hal ini dapat dilihat dari pemberian materi tambahan atau pendukung yang didapat dari pelatihan sistem informasi pembelajaran pada saat mengajar perkuliahan. Inisiatif juga dapat berupa pencarian materi perkuliahan dari internet untuk menambah wawasan dan digunakan pada saat mengajar.

(13)

Kerja sama di lingkungan kerja sangat berpengaruh pada kinerja dosen, dosen harus mampu bekerja sama dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dosen tidak akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas. Wujud kerja sama yang dapat dilakukan oleh dosen dapat berupa, membahas masalah sistem informasi yang tidak dimengerti atau sistem informasi yang masih baru bersama dengan instruktur atau pelatih dari tempat pelatihan (LRC) ataupun dosen lain yang lebih memahami sistem informasi tersebut, dosen juga dapat memberikan masukkan kepada pelaksanan pelatihan untuk menyelenggarakan pelatihan dengan topik sistem informasi pembelajaran tertentu, misal: VB.Net, SQL Server dan sistem informasi lainnya.

Seorang dosen harus memiliki tanggung jawab (komitmen) yang dilaksanakan sebaik-baiknya, berkaitan dengan pelatihan sistem informasi pembelajaran, dosen harus memiliki tanggung jawab, misalnya: dosen mengikuti pelatihan sistem informasi pembelajaran guna menunjang bahan ajar yang disampaikan dikelas atau hasil pelatihan dosen akan dioptimalkan dalam proses pembelajaran.

Selain bertanggung jawab, dosen juga harus memperhatikan tingkat kehadiran atau keikutsertaan dalam pelatihan, maksudnya dosen selalu mengikuti pelatihan jika ada sistem informasi yang belum dipahami, misal: setiap ada topik pelatihan baru, dosen mengikuti pelatihan tersebut.

Seorang dosen dikatakan memiliki kinerja yang baik jika dalam pelatihan sistem informasi pembelajaran mampu menyelesaikan tugas dengan baik, demikian pula dalam proses pengajaran, dosen mampu menyelesaikan perkuliahan dengan cepat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, misal: Dalam pelatihan LRC dosen

(14)

mampu menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang singkat dari waktu yang telah ditetapkan.

Berdasarkan analisis teori-teori di atas, yang dimaksud dengan kinerja dosen adalah hasil kerja yang dicapai tenaga pendidik (dosen) yang dinilai dengan menggunakan indikator-indikator : 1). Kualitas, 2). Kuantitas(jumlah), 3). Pengetahuan, 4). Inisiatif, 5). Kerjasama, 6). Tanggung jawab, 7). Tingkat kehadiran, 8). Waktu penyelesaian tugas.

Berdasarkan sintesis teori-teori di atas, yang dimaksud dengan kinerja dosen adalah hasil kerja tenaga pendidik (dosen) Fasilkom yang mengikuti pelatihan pada LRC (Lecturer Resource Center) Universitas Bina Nusantara dengan indikator-indikator : 1). Kualitas, 2). Kuantitas(jumlah), 3). Pengetahuan, 4). Inisiatif, 5). Kerjasama, 6). Tanggung jawab, 7). Tingkat kehadiran, 8). Waktu penyelesaian tugas.

2.1.5 Tabel Kisi-kisi

Tabel 2.1

Tabel Kisi-kisi Variabel, Dimensi, dan Indikator Penelitian No Variabel

Penelitian Dimensi Indikator

1.1 Relevant (cocok atau sesuai) Berguna 1.2 Timely (tepat waktu) Tepat 1.3 Complete (lengkap) lengkap

1.4 Understandable (dimengerti) Mudah dimengerti 1 Pelatihan

Sistem Informasi Pembelajaran

(15)

Kualitas Kuantitas / jumlah Pengetahuan Inisiatif Kerjasama Tanggung jawab Tingkat kehadiran 2 Kinerja Dosen

Waktu penyelesaian tugas

2.1.6 Kerangka Berpikir

Pelatihan sistem informasi pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu proses pengubahan perilaku dosen dalam berinteraksi dengan mahasiswa, dengan cara mengkombinasikan komponen-komponen yang ada seperti manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan informasi, dan data menjadi satu kesatuan yang dilakukan oleh LRC (Lecturer Resource Center) Universitas Bina Nusantara kepada dosen pengajar yang mencakup dimensi : 1. Relevan (cocok atau sesuai) dengan indikator berguna, 2. Timely (tepat waktu) dengan indikator tepat, 3. Complete (lengkap) dengan indikator relevan, dan 4. Understandable (dapat dimengerti) dengan indikator mudah dimengerti.

Kinerja dosen adalah hasil kerja tenaga pendidik (dosen) Fasilkom Universitas Bina Nusantara yang dinilai dengan menggunakan indikator-indikator : 1). Kualitas, 2). Kuantitas(jumlah), 3). Pengetahuan, 4). Inisiatif, 5). Kerjasama, 6). Tanggung jawab, 7). Tingkat kehadiran, 8). Waktu penyelesaian tugas.

(16)

Pelatihan sistem informasi pembelajaran merupakan suatu sarana yang digunakan untuk menambah kemampuan (skill) bagi dosen di lingkungan pendidikan, dimana dengan adanya penambahan kemampuan seorang dosen akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan dosen untuk mengajar. Kemampuan dosen dalam mengajar akan mempengaruhi prestasi yang akan dicapai oleh dosen itu sendiri yang dinilai dalam kinerja dosen.

Dengan demikian, diduga bahwa pelatihan sistem informasi pembelajaran oleh LRC mempunyai hubungan dengan kinerja dosen Fasilkom pada Universitas Bina Nusantara.

2.1.7 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu: Terdapat hubungan antara pelatihan sistem informasi pembelajaran dengan kinerja dosen Fasilkom pada LRC (Lecturer Resource Center) Universitas Bina Nusantara. Perumusan statistiknya yaitu:

H0 : ρ1 = 0, Ha : ρ1 > 0,

Sumber: Sudjana, Metode Statistika, (Tarsito : Bandung 1996) hal. 379

Keterangan :

Ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan H0 = hipotesis nol

(17)

2.2 Teori Khusus 2.2.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004, p72).

Menurut Hasan (2002, p.58) Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karateristik tertentu, jelas, lengkap yang akan diteliti.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2004, p73).

Menurut Sugiyono (2004, p74), teknik sampling dikelompokan menjadi 2 yaitu: 1. Probability Sampling: teknik sampling yang memberikan peluang yang sama

bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:

a. Simple Random Sampling

Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.

b. Proportionate Startified Random Sampling

Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.

(18)

d. Cluster Sampling (area sampling)

Teknik sampling daerah digunakan untuk menetukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi, kabupaten.

2. Nonprobability Sampling: teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi:

a. Sampling Sistematis

Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

b. Sampling Kuota

Teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

c. Sampling Aksidental

Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

d. Sampling Purpopsive

Teknik penentuan sapel dengan pertimbangan tertentu. e. Sampling Jenuh

Teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

(19)

Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.

Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut:

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (CV. Alfabeta : Jakarta 2004), hal 81

Keterangan:

λ² dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10% P = Q = 0,5

D = 0,05 dengan s = jumlah sampel

λ².N.P.Q s =

d² (N-1) + λ².P.Q

(20)

Tabel 2.2

Tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1%, 5%, dan 10% S S S N 1% 5% 10% N 1% 5% 10% N 1% 5% 10% 10 10 10 10 280 197 155 138 2800 537 310 247 15 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 248 20 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 251 25 24 23 23 320 216 167 147 4000 569 320 254 30 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 255 35 33 32 31 360 234 177 155 5000 586 326 257 40 38 36 35 380 242 182 158 6000 598 329 259 45 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 261 50 47 44 42 420 257 191 165 8000 613 334 263 55 51 48 46 440 265 195 168 9000 618 335 263 60 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 263 65 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 266 70 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 267 75 67 62 59 550 301 213 182 30000 649 344 268 80 71 65 62 600 315 221 187 40000 653 345 269 85 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 269 90 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 270 95 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270 100 87 78 73 800 363 243 202 150000 661 347 270 110 94 84 78 850 373 247 205 200000 661 347 270 120 102 89 83 900 382 251 208 250000 662 348 270 130 109 95 88 950 391 255 211 300000 662 348 270 140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 662 348 270 150 122 105 97 1100 414 265 217 400000 662 348 270 160 129 110 101 1200 427 270 221 450000 663 348 270 170 135 114 105 1300 440 275 224 500000 663 348 270 180 142 119 108 1400 450 279 227 550000 663 348 270 190 148 123 112 1500 460 283 229 600000 663 348 270 200 154 127 115 1600 469 286 232 650000 663 348 270 210 160 131 118 1700 477 289 234 700000 663 348 270 220 165 135 122 1800 485 292 235 750000 663 348 270 230 171 139 125 1900 492 294 237 800000 663 348 271 240 176 142 127 2000 498 297 238 850000 663 348 271 250 182 146 130 2200 510 301 241 900000 663 348 271 260 187 149 133 2400 520 304 243 950000 663 348 271 270 192 152 135 2600 529 307 245 1000000 663 348 271 664 349 272

(21)

2.2.2 Teknik Regresi Linier Sederhana

Bentuk dari persamaan regresi linier sederhana adalah sebagai berikut: Ŷ = a + bX

Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (CV.Alfabeta: Jakarta 2004), hal. 204

Selain itu harga a dan b dapat dicari dengan rumus berikut: (ΣYi) (ΣXi²) - (ΣXi) (ΣXiYi)

a =

nΣXi² - (Σxi)²

nΣXiYi - (Σxi) (ΣYi) b =

nΣXi² - (Σxi)²

Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (CV.Alfabeta: Jakarta 2004), hal. 204

Dimana:

Ŷ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel. Bila b (+) maka naik, bila (-) maka terjadi penurunan X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

2.2.3 Korelasi

Rumus korelasi Product Moment Pearson

ΣXY

r xy =

(22)

n Σ xiyi - ( Σxi ) ( Σyi ) r xy =

√ {nΣxi² - ( Σxi )²} {nΣyi² - ( Σyi )²}

Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (CV. Alfabeta : Jakarta 2004), hal. 182

Uji signifikansi korelasi product moment pearson ditunjukan pada rumus: r √ (n-2)

t =

√ (1- r²)

Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (CV. Alfabeta : Jakarta 2004), hal. 184

Dimana:

r = Koefisien korelasi xi = Variabel bebas x yang ke-i yi = Variabel terikat y yang ke-i n = Banyaknya pasangan data

Tabel 2.3

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.0 - 0.199 0.20 – 0.399 0.40 – 0.599 0.60 – 0.799 0.80 – 1.000 Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (CV.Alfabeta : Jakarta 2004), hal. 183

2.2.4 Kuesioner

Menurut Sugiyono (2004, p135), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memebrikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

(23)

Menurut Arikunto (2002, p128), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.

Tujuan pokok dari penyusunan kuesioner ialah:

1. Merupakan informasi yang relevan dengan tujuan survei.

2. Memberikan urutan pertanyaan yang logis dan terarah pada pokok persoalan kepada responden.

3. Memberikan format standar pencatatan fakta, pendapat dan sikap. 4. Memudahkan pengolahan data.

2.2.5 Skala Likert

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2004, p86), Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Variabel penelitian yang dikur dengan skala likert ini dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian akan dijadikan titik tolak penyusunan instrumen memiliki ukuran yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata, berupa: Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju.

Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka jawaban-jawaban tersebut diberi angka atau nilai. Contohnya: Sangat Setuju=5, Setuju=4, Ragu-Ragu=3, Tidak Setuju=2, dan Sangat Tidak Setuju=1.

(24)

2.2.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2004, p97).

Untuk mendapatkan sebuah instrumen penelitian yang baik, maka ada 2 syarat yang harus dipenuhi oleh instrumen tersebut, yaitu: reliabilitas dan validitas. 2.2.6.1 Pengujian Validitas

Validitas berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Validitas internal instrumen yang berupa tes harus memenuhi construct

validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Instrumen yang

mempunyai validitas konstruksi, jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Instrumen yang harus mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berbentuk tes yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achievement) dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan (Sugiyono, 2004, p109).

Pengujian validitas instrumen :

a. Pengujian validitas konstruksi (construct validity)

Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts).

(25)

Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.

c. Pengujian validitas eksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi dilapangan.

Validitas instrumen diuji dengan menggunakan koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total (r hitung). Hasil pengujian validitas kemudian akan dibandingkan dengan r tabel. Dari pengambilan uji validitas ini adalah:

• Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid.

• Jika hasil r tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

Rumus yang digunakan untuk menguji validitas adalah sebagai berikut: n Σ xiyi - ( Σxi ) ( Σyi )

r xy =

√ {nΣxi² - ( Σxi )²} {nΣyi² - ( Σyi )²}

Sumber: Sudjana, Metoda Statistika, (Tarsito : Bandung 1996), hal. 369

Keterangan:

r = Menunjukan koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total. n = Jumlah responden

x = Skor butir y = Skor total

(26)

2.2.6.2 Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan:

a. Test-retest

Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda.

b. Ekuivalen

Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan dengan bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda.

c. Gabungan

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali, pada responden yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua.

d. Internal consistency

Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu.

(27)

Rumus perhitungan koefisien reliabilitas (Alpha Cronbach): k Σ σb² (k-1) 1 σ1² r11 =

Sumber : Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Rineka Cipta : Jakarta 2002), hal. 171

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Σσb² = Jumlahnya varians butir

σ1² = Varians total Tabel 2.4 Analisis Reliabilitas Nilai Hubungan <0.20 0.20<0.40 0.40<0.70 0.70<0.90 0.90<1.00 =1.00

Hubungan yang sangat kecil dan diabaikan Hubungan yang kecil (tidak erat)

Hubungan yang cukup erat Hubungan yang erat (reliabel)

Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel) Hubungan yang sempurna

(28)

2.2.7 Varians

Rumus perhitungan varians: nΣxi² - ( Σxi )² s² =

n(n-1)

Sumber : Sudjana, Metoda Statistika, (Tarsito : Bandung 1996), hal.94

Dimana:

n = Jumlah sampel s² = Varians butir xi = Skor butir

2.2.8 Statistik

Menurut J. Supranto (2000, p11) dalam arti sempit,statistik berarti data ringkasan berbentuk angka (kuantitatif), sedangkan dalam arti luas statistik berarti suatu ilmu yang mempelajari cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data serta cara pengambilan keputusan secara umum berdasarkan hasil penelitian yang tidak menyeluruh.

Menurut Sugiyono ( 2004, p142 ), terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu :

1. Statistik Deskriptif dan Statistik Inferensial

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.

(29)

Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random.

2. Statistik Parametris dan Statistic Non-Parametris

Penelitian ini menggunakan statistik parametris, karena sampel diambil dari populasi. Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Dalam statistik, pengujian parameter melalui statistik (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistik. Oleh karena itu penelitian yang berhipotesis statistik adalah penelitian yang menggunakan sampel. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio.dan statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas.

Statistik non-parametris tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji distribusi. Statistik non-parametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi. Oleh karena itu, statistik non-parametris sering disebut “distribusi free” ( bebas distribusi ). Statistik non-parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal.

(30)

Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis.

Gambar

Tabel Kisi-kisi Variabel, Dimensi, dan Indikator Penelitian  No Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusganda Suria Manda (2018) yang menjelaskan bahwa Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan verifikatif

Berdasarkan temuan alat-alat batu yang ada menunJukkan bahwa penghuni Gua Macan memiliki keahlian teknologi yang baik, hal tersebut dibuktikan dengan kondisi

Kerjasama dengan dealer lebih diarahkan untuk kerjasama secara avalist agar tidak menimbulkan kerugian di pihak PT. Tamsan Dharma dimana tanggung jawab untuk

Penelitian ini bertujuan untuk membuat penjadualan perkuliahan dengan metode integer linear programming. Penjadualan perkuliahan ini menggunakan pendekatan action research

Untuk memperoleh perlekatan yang baik, diperlukan infiltrasi bahan primer dan/atau resin ke dalam dentin yang sudah didemineralisasi dengan asam

Berbagai ulasan di atas seputar fenomena tentang pagelaran musik dangdut yang kerap kali menimbulkan aksi kekerasan yang di lakukan oleh para penonton dan yang pada akhirnya

Menurut Syafitri, 2019 menyatakan bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien terhadap layanan kesehatan yang diterimanya karena orang yang bekerja lebih

SANDER B(D/H KLINIK HOSANA MEDICA CIBITUNG) JL. MANGUN JAYA INDAH II BLOK G10 NO. KARTIKA HUSADA SETU JL. ADAM TALIB JL. TAMAN HARAPAN BARU JL. PUSPA HUSADA JL. RAYA PONDOK TIMUR