• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

138 BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Konflik TNI-Polri selama periode pasca Reformasi, 80% merupakan aksi perkelahian dalam bentuk penganiayaan, penembakan, pengeroyokan dan bentrokan; dan 20% sisanya merupakan aksi penyerangan dalam bentuk perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik TNI-Polri pun lebih luas dibandingkan dengan aksi penyerangan.

Insiden aksi perkelahian terkait konflik TNI-Polri terjadi di 23 provinsi, sedangkan aksi penyerangan terkait konflik TNI-Polri terjadi di 9 provinsi dari total 35 provinsi di Indonesia. Provinsi-provinsi dengan tingkat insiden konflik TNI-Polri paling tinggi, yaitu Sulawesi Selatan dan Maluku. Dari segi unit yang terlibat dalam insiden konflik TNI-Polri di Indonesia pasca Reformasi, unit TNI yang terlibat didominasi oleh Kesatuan TNI Angkatan Darat (AD), sedangkan unit Polri yang terlibat didominasi oleh Kesatuan Brigade Mobile (Brimob).

Konflik TNI-Polri sebagian besar melibatkan isu balas dendam, yaitu sebesar 29%, diikuti sebesar 24% melibatkan isu konflik ketersinggungan, 21% melibatkan isu konflik egoisme pribadi, 19% melibatkan isu konflik salah paham, dan sisanya sebesar 3% melibatkan isu bisnis ilegal dan isu asmara.

(2)

139 Walaupun isu balas dendam merupakan isu penyebab insiden konflik TNI-Polri terbanyak, namun isu konflik yang paling banyak menimbulkan aksi perkelahian dalam insiden konflik TNI-Polri adalah isu ketersinggungan, diikuti dengan isu balas dendam, isu kesalahpahaman, isu egoisme pribadi, isu asmara, isu bisnis ilegal, dan lainnya. Sedangkan, isu konflik yang paling banyak menimbulkan aksi penyerangan adalah isu balas dendam, isu egoisme pribadi, isu kesalahpahaman, dan isu ketersinggungan.

Isu konflik TNI-Polri bervariasi menurut rentang waktu atau periodenya. Intensitas masing-masing isu konflik TNI-Polri juga bervariasi menurut periodenya. Isu balas dendam merupakan isu konflik TNI-Polri yang terutama dihadapi oleh rezim demokrasi baru. Masing-masing isu konflik TNI-Polri juga terkonsentrasi diwilayah-wilayah tertentu. Konflik TNI-Polri yang terkait isu balas dendam paling banyak terjadi di Papua. Sedangkan, konflik TNI-Polri yang terkait isu ketersinggungan dan isu egoisme pribadi paling banyak terjadi di Sulawesi Selatan. Kemudian, konflik TNI-Polri yang terkait isu kesalahpahaman paling banyak terjadi di Maluku dan Papua Barat.

Konflik TNI-Polri pasca Reformasi telah mengakibatkan korban jiwa setidaknya 253 orang. Diantaranya, sebanyak 50 orang merupakan korban tewas, dan sebanyak 203 orang lainnya merupakan korban luka-luka. Korban jiwa ini pun tidak hanya melibatkan anggota TNI dan Polri, tetapi juga melibatkan warga sipil. Dari segi harta benda, konflik TNI-Polri mengakibatkan 208 unit material, yang terdiri dari kendaraan bermotor roda dua, kendaraan bermotor roda empat rumah, kantor, dan material lainnya.

(3)

140 Untuk alat senjata yang digunakan Polri dalam konflik TNI-Polri, 61% menggunakan tangan kosong, 27% menggunakan senjata api, 4% menggunakan benda tumpul, dan 1% menggunakan benda tajam. Sedangkan untuk TNI, 36% menggunakan tangan kosong, 16% menggunakan senjata api, 16% menggunakan benda tumpul, 12% menggunakan senjata tajam, 10% menggunakan benda tajam, dan 3% menggunakan bahan peledak.

Informasi penanganan atau penyelesaian konflik TNI-Polri yang diberitakan oleh media massa khususnya surat kabar sangat minim. Dari keseluruhan insiden konflik TNI-Polri yang dijadikan data penelitian ini, sebesar 65% tidak memiliki informasi mengenai penanganan konflik TNI-Polri baik pada saat bentrokan terjadi maupun setelah bentrokan terjadi, 26% yang memiliki informasi mengenai penanganan konflik pada saat bentrokan terjadi, 6% yang memiliki informasi mengenai penanganan konflik setelah bentrokan terjadi, dan 3% yang memiliki informasi mengenai penanganan konflik pada saat bentrokan terjadi dan setelah bentrokan terjadi.

Hanya 1 insiden yang memberitakan mengenai penanganan konflik melalui mediasi, yaitu insiden yang terjadi di Alor, NTT, pada 6 Januari 2009. Pada insiden ini bentrokan dapat diredakan setelah pimpinan TNI dan Polres Alor serta Ketua DPD Alor turun ke TKP dan menjadi fasilitator perdamaian. Namun demikian, informasi lengkap mengenai proses mediasi yang berlangsung tidak turut diinformasikan.

(4)

141 Bentuk penanganan atau penyelesaian konflik TNI-Polri pada saat konflik terjadi yang diinformasikan oleh media massa, antara lain: peleraian oleh Polisi, peleraian oleh TNI, tembakan peringatan oleh Polisi, turunnya pimpinan dari masing-masing kesatuan di lapangan pada saat bentrokan terjadi, peleraian oleh warga, dan peleraian oleh polisi militer. Dari keenam bentuk tersebut, yang paling banyak berhasil untuk menghentikan konflik adalah turunnya pimpinan dari masing-masing kesatuan di lapangan pada saat bentrokan terjadi.

Informasi mengenai penanganan dan penyelesaian konflik TNI-Polri yang minim menunjukkan bahwa media massa khususnya surat kabar tidak menganggap hal tersebut sebagai suatu hal yang penting untuk dibahas. Sebagian besar pemberitaan di media massa hanya mendeskripsikan mengenai banyaknya korban atau besarnya kerugian yang diakibatkan oleh insiden konflik tersebut dan besarnya jumlah aktor yang terlibat dalam insiden konflik.

Bentuk penanganan atau penyelesaian konflik TNI-Polri setelah konflik terjadi yang diinformasikan oleh media massa, antara lain: pemecatan, pencopotan tanda jabatan, pelarangan bagi anggota TNI dan Polri untuk keluar dari markas, dan pembentukan tim investigasi gabungan, serta penyidikan dan koordinasi gabungan antara TNI dan Polri. Bentuk penanganan lainnya adalah rekonsiliasi yang dilakukan oleh TNI dan Polri.

Pihak ketiga yang terlibat dalam mediasi konflik TNI-Polri dapat berasal dari pihak diluar anggota TNI maupun anggota Polri. Salah satu pihak ketiga yang terlibat dalam mediasi konflik ini adalah pimpinan daerah dari wilayah yang

(5)

142 menjadi lokasi terjadinya konflik TNI-Polri. Pemilihan pemimpin daerah diluar kesatuan TNI dan Polri sebagai mediator seperti dalam kasus insiden konflik TNI-Polri di Masohi tersebut mendukung terwujudnya netralitas mediasi.

VI.2 Rekomendasi

Kepada media massa:

Seharusnya media massa khususnya surat kabar dapat melakukan liputan yang lebih lengkap terkait dengan suatu insiden konflik TNI-Polri. Sebaiknya media massa khususnya surat kabar tidak hanya melakukan liputan dan memberitakan insiden konflik pada saat terjadi bentrokan saja, melainkan juga melakukan liputan dan memberitakan hingga ke proses penanganan konfliknya. Selain itu, alternatif yang mungkin dapat dilakukan oleh media massa khususnya surat kabar dalam rangka melakukan liputan dan menyajikan berita secara lebih komprehensif adalah dengan membuat laporan investigasi pasca terjadinya bentrokan atau insiden konflik TNI-Polri.

Kepada TNI dan Polri:

Pemberian informasi mengenai penyelesaian konflik TNI-Polri juga seharusnya tidak mengandalkan media massa saja. Masing-masing kesatuan yang terlibat, yaitu baik TNI maupun Polri, seharusnya juga dapat memberikan informasi mengenai bagaimana konflik yang melibatkan kesatuan mereka

(6)

masing-143 masing diselesaikan. Misalnya, TNI dan Polri dapat melakukan press conference dengan mengundang media massa dan memberikan press release kepada media untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat, baik dilakukan secara bersama-sama maupun dilakukan secara terpisah.

Agar potensi terjadinya konflik diantara anggota di kedua institusi dapat dikurangi tentunya perlu segera ditetapkan upaya antisipasi yang dapat dilakukan melalui cara-cara, antara lain: memperbaiki tingkat kesejahteraan anggota agar tidak terjadi kesenjangan yang sangat tinggi diantara masing-masing anggota, latihan gabungan secara berkesinambungan, pemberian tindakan tegas terhadap pimpinan yang lalai dalam melaksanakan tanggung jawab pembinaan guna menimbulkan efek jera; pemberian tindakan tegas kepada anggota yang terlibat dalam bentrokan guna menghindarkan munculnya anggapan adanya upaya melindungi anggota, dan pembenahan sistem perundang-undangan yang mengatur lingkup tugas masing-masing sehingga tidak memunculkan perebutan kewenangan.

Kepada Pemerintah:

Untuk mencegah terulangnya konflik TNI-Polri, pemerintah harus melakukan langkah-langkah perbaikan kesejahteraan anggota TNI-Polri, memperbaiki proses perekrutan dan pendidikan, memperkuat kendali pasukan dan kontrol senjata oleh para pimpinan satuan, dan meluruskan kembali pemahaman jiwa korsa yang keliru. Menindak anggota-anggota yang terlibat dalam bisnis

(7)

144 ilegal, dan membangun komunikasi antar anggota yang konstruktif, juga harus dilakukan. Fungsi intelijen Polri juga harus dimaksimalkan, dalam arti begitu ada tanda-tanda konflik, intelijen langsung melaporkan untuk kemudian diantisipasi supaya ada koordinasi antara pimpinan TNI dan Polri diwilayah setempat.

Referensi

Dokumen terkait

 Mencari beberapa contoh gaya ( style ), format dan struktur tulisan karya ilmiah yang sesuai dengan bidang dan jenis riset, target pembaca, dan wadah publikasinya (Alley 1998).

Tabel 4.21 Hasil Analisis Regresi dan Pengaruh Antara Variabel Pada Seluruh Responden Untuk Iklan Parfum Axe Versi Trailer Kisah Chicco

Berdasarkan preseden yang telah dikaji, bangunan Pusat Kerajinan Cendera Mata di Bumijo, Yogyakarta, akan memfasilitasi aktifitas produksi, edukasi, pemasaran,

Dalam kondisi elastisitas substitusi yang lebih kecil dari satu, perusahaan pada industri rotan di Jawa Barat cenderung akan mengurangi substitusi input antara tenaga kerja

Alinea 4: Perjelas pertanyaan penilitian artikel ini: Pedoman/petunjuk manakah yg dapat diberi kepada jemaat masa kini untuk memilihara pergaulan dgn Tuhan melalui doa.. Alinea

Dari tabel di atas, nilai F menunjukkan angka sebesar 9.282 dengan nilai signifikansi 0.000 (sig < 0.05) menunjukkan bahwa model ini dapat digunakan untuk

Penelitian yang berjudul Analisis Semantik Nama-nama Hotel di Kawasan Lokawisata Baturraden, Kabupaten Banyumas bertujuan untuk mendeskripsikan jenis penamaan dan makna

Ari Prasetyo mengungkapkan, apabila dalam sebuah gendhing menggunakan pancer lebih dari satu, maka pada tabuhan pancer yang dimaksud adalah balungan maju kembar yang