• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pros. SemNas. Peningkatan Mutu Pendidikan Volume 1, Nomor 1, Januari 2020 Halaman E-ISSN: Model pendidikan karakter untuk meningkatk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pros. SemNas. Peningkatan Mutu Pendidikan Volume 1, Nomor 1, Januari 2020 Halaman E-ISSN: Model pendidikan karakter untuk meningkatk"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pros. SemNas. Peningkatan Mutu Pendidikan Volume 1, Nomor 1, Januari 2020

Halaman 344 - 353 E-ISSN: 2745-5297

Model pendidikan karakter untuk meningkatkan soft skill

mahasiswa kebidanan

Risnati Malinda1 , Azhar1, Uli Anto hutagalung2, Winning Amintas Kartika Waruwu3,

dan Ade Amriani4

1)STIKes Bustanul Ulum Langsa-Aceh, Langsa, Aceh, Indonesia 2)Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, Padang Sidimpuan, Indonesia

3)AKPER PemKab Nias, Nias Selatan, Indonesia

4)Mahasiswa Pascasarjana S3 MP UNIMED, Subulussalam, Aceh, Indonesia

Email: linda.ristama@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh positif penerapan pendidikan karakterterhadap peningkatan etika moral, keterampilan komunikasi dan kerja tim mahasiswa kebidanan.Jenis penelitian adalah ActionResearch, dilakukan terhadap 50 orang mahasiswi tingkat I semester II Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa pada bulan Maret sampai Juni 2019. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan (n=25) dan kelompok tanpa perlakuan (n=25). Kelompok perlakuan diberikan pendidikan karakter dalam mata kuliah komunikasi dalam praktik kebidanan sebanyak 6 siklus dalam 6 kali pertemuan di kelas. Sedangkan kelompok tanpa perlakuan hanya mendapat mata kuliah komunikasi dalam praktik kebidanan tanpa pendidikan karakter. Penilaian dilakukan dua kali, pre test dilakukan sebelum siklus berjalan, dan post test dilakukan segera setelah 6 siklus pendidikan karakter diberikan. Instrumen penelitian menggunakan cheklist yang berisi indikator soft skill yang peneliti sediakan. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney dan Wilcoxon.Hasil penelitian menunjukkan skor pre test dan post test etika moral kelas perlakuan (A) mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 54,1% sedangkan pada kelas tanpa perlakuan (B) meningkat 40,3% dan perbedaan ini secara statistik bermakna (p=0,037), keterampilan komunikasi kelas perlakuan (A) mengalami peningkatan sebesar 67,7% sedangkan kelas tanpa perlakuan (B) meningkat 46,7% dan perbedaan ini secara statistik bermakna (p=0,004), kerja tim kelas perlakuan (A) mengalami peningkatan yaitu sebesar 70,1% sedangkan kelas tanpa perlakuan (B) meningkat sebesar 40,9% dan perbedaan ini secara statistik bermakna (p<0,001). Simpulan penelitian ini adalah penerapan pendidikan karakter berpengaruh positif terhadap peningkatan etika moral, keterampilan komunikasi dan kerja tim mahasiswa kebidanan, dan peningkatan etika moral, keterampilan komunikasi dan kerja tim mahasiswa kelas perlakuan lebih tinggi dibandingkan kelas tanpa perlakuan.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, soft skill, kebidanan

ABSTRACT

The purpose of this to analyze the positive effect on the improvement of the moral ethics, communication skills and teamwork the student academy of obstetrics Bustanul Ulum Langsa-Aceh.The type of research used in this study is action research conducted againts 50 people coed level I in academi midwifery Bustanul Ulum langsa. Samples were divided into two groups, namely the treatment group (n=25) and without treatment (n=25). The treatment given the character education in the course of communication in midwifery practice as much 6 cycles in 6 times in classrooms. While the group without treatment only communication course in the practice. While the group without treatment only communication courses in the practice of midwifery education without character. The assessment was done twice, pre test carried out before the cycle runs, and post test done immediately after 6 cycles of character education is given. Research instrument using a list which contains indicator cheklist was that reseachers provide. The analysis performed using Wilcoxon and Mann-Whitney test.The results showed skore pre test and post test moral ethical treatment of class (A) experienced a significant increase of 54,3% whereas in class without treatment (B) increase by 40,3% and this difference is statistically significant (p=0,037). Communication skill treatment of class (A) has increased by 67,7% whereas in class without treatment (B) increase by 46,7% and this difference is statistically significant (p=0,004), teamwork treatment of class (A) experienced a significant increase of 70,1% whereas in class without treatment (B) increase by 40,9% and this difference is statistically significant (p<0,001).The conclution of this research the application of character education a positive effect on the improvement of moral ethics, communication skill and teamwork of midwifery students. And improvement of moral ethics, communication skill and teamwork meaningfully different treatment class students than classroom without treatment.

(2)

1. PENDAHULUAN

Pendidikan Kebidanan dalam fungsinya untuk menghasilkan tenaga bidan profesional melalui peningkatan soft skill mempunyai peran yang sangat strategis, karena para lulusannya dipersiapkan bukan hanya untuk dapat terjun ke dunia kerja tetapi juga dipersiapkan untuk dapat merubah perilaku masyarakat. Oleh karena itu mahasiswa kebidanan selain dibekali dengan hard skill juga harus dibekali dengan soft skill yang memadai. Dengan demikian dosen harus memiliki soft skill yang memadai untuk diajarkan kepada mahasiswa sehingga bisa menghasilkan lulusan yang memiliki soft skill yang dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja (Soebandi, 2009).

Kenyataannya, proses pembelajaran di Diploma III kebidanan yang ada saat ini belum cukup membekali karakter yang diharapkan didunia kerja. Berdasarkan hasil observasi peneliti dan wawancara pada beberapa pendidik yang terlibat dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa kerangka berfikir dosen kebidanan belum mengarah pada pembelajaran berbasis dunia kerja, sehingga proses pembelajaran hanya berorientasi pada konsep saja. Soft skill merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk diri sendiri, berkelompok ataupun bermasyarakat. Dengan mempunyai soft skill membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat, seperti keterampilan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, etika dan moral serta keterampilan spiritual (Lickona, 2012).

Penelitian di Harvard University membuktikan bahwa soft skills menyumbang 80% atas kesuksesan seseorang. Sayangnya sumbangan yang besar atas kesuksesan seseorang ini sering terlupakan, pendidikan kita justru mengejar kecerdasan intelektual yang sejatinya hanya berperan 20% dalam menentukan keberhasilan seseorang. Untuk memasukkansoft skills dalam pembelajaran, maka harus menata ulang RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Unsur soft skills harus dicari dalam materi pelajaran yang diajarkan yang kemudian secara eksplisit harus ditulis dalam RPP, termasuk di dalamnya bagaimana mempraktikkan soft skills tersebut di kelas (Muslich, 2011).

Hubungan antara hard skill, soft skill, dunia kerja dan sistem pendidikan ditunjukkan dari rasio kebutuhan soft skill dan hard skill di dunia kerja serta rasio soft skill yang diberikan dalam sistem pendidikan. Menurut Neff dan Citrin, rasio kebutuhan soft skill dan hard skill di dunia kerja yang membawa atau mempertahankan orang di dalam sebuah kesuksesan di lapangan kerja yaitu 80% ditentukan oleh pola pikiryang dimilikinya dan 20% ditentukan olehketerampilan teknis. Namun sistem pendidikan saat ini, soft skill hanya diberikan rata-rata 10% saja dalam kurikulum (Made. dkk, 2011).

Penelitian tentang pendidikan karakter untuk meningkatkan soft skill mahasiswa kebidanan secara nasional maupun ditempat penelitian belum peneliti temukan, tetapi penelitan pendidikan karakter di pendidikan umum telah banyak dilakukan seperti penelitian Nanik Marianie tahun 2011 tentang pengembangan karakter cerdas melalui pembinaan kesantunan berbahasa dalam pembelajaran bahasa inggris di SMP melalui action research diperoleh kesimpulan bahwa kesantunan berbahasa siswa terbentuk dengan melihat dan belajar dari orang-orang disekitar mereka. Selain keluarga dirumah, guru adalah orang yang paling dekat dengan siswa dan mempunyai

Salah satu fungsi dari pendidikan karakter adalah mengasah soft skill pada siswa di sekolah. Pembentukan karakter menjadi sebuah jalan setapak yang dapat digunakan untuk membentuk insanyang prima, sehingga diharapkan dapat memiliki soft skill yang prima pula. Proses pembentukan karakter yang secara perlahan tersebut tidak langsung dapat memberikan stimulus kepada penguasaan soft skill siswa, tetapi berujung pada pembentukan mental individu yang stabil dalam menghadapi tantangan hidup ke depan (Rusminingsih, 2012)

Terdapat korelasi positif antara implementasi pendidikan karakter dengan indikator pencapaian prestasi akademik siswa di sekolah, seperti hasil penelitian yang dikemukakan oleh Benninga, dkk pada tahun tahun 2003 di california pada 681 Sekolah Dasar. Sekolah yang menerapkan pendidikan karakter secara menyeluruh cenderung memiliki skor akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah yang tidak menerapkan pendidikan karakter. (Benninga. dkk, 2003)

Penelitian lain juga mengemukakan hal yang serupa, bahwa pendidikan karakter merupakan cara

(3)

yang efektif mengembangan sosial, moral, emosional dan prestasi akademik siswa di sekolah. Dalam penerapannya di sekolah harus melibatkan pimpinan dan seluruh staff pendidikan yang ada di sekolah, melibatkan organisasi kemhasiswaan, mengintegrasikan pendidikan karakter pada setiap kegiatan akademik, memberi kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah moral secara langsung, serta melibatkan orang tua. (Berkowitz dan Bier, 2004)

Berdasarkan survei pendahuluan yang penulis lakukan di Kota Langsa pada bulan Februari 2019, pengelola pelayanan kebidanan di rumah sakit, puskesmas dan lembaga pendidikan kebidanan melalui wawancara langsung menunjukkan adanya ketidakpuasan mereka selaku pengguna lulusan akademi kebidanan terhadap mutu lulusan, terutama dilihat dari soft skillnya. Kurangnya kemampuan berkomunikasi secara aktif, inisiatif, bekerja sama, disiplin dan tanggung jawab yang mendominasi soft skill yang tidak dimiliki oleh lulusan. Ditambah lagi dengan jumlah lulusan bidan yang sangat banyak setiap tahunnya mengakibatkan pihak pengguna lulusan harus melakukan seleksi untuk mendapatkan tenaga bidan yang memiliki kompetensi tidak hanya dibidang hard skill namun juga soft skill nya.

Pada konteks mikro pengembangan karakter berlangsung dalam konteks suatu satuan pendidikan atau satuan pendidikan secara holistik. Satuan pendidikan sebagai leading sector, berupaya memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus menerus proses pendidikan karakter di satuan pendidikan. Secara mikro pengembangan nilai/ karakter dapat dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar dikelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler dan atau ekstra kurikuker, serta kegiatan keseharian dirumah dan dalam masyarakat (Gede, 2011).

2. METODE PENELITIAN

2.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah ActionResearch. Dalam rancangan penelitian ini dilakukan evaluasi sebelum perlakuan (01) pada kelas perlakuan (A) dan kelas tanpa perlakuan (B), diikuti intervensi action research Pendidikan Karakter (X) pada kelas perlakuan. Action research pendidikan karakter dilakukan selama 6 siklus dengan satu siklus untuk 1 RPP dan dilakukan dalam waktu 100 menit setiap siklusnya, atau dengan kata lain 6 kali pertemuan pada mata kuliah komunikasi dalam praktik kebidanan. Setelah itu dilakukan

evaluasi setelah perlakuan(02) pada kedua kelompok tersebut. Alat pengumpulan data kuantitatif yaitu daftar tilik indikator soft skill yang sudah peneliti siapkan dan digunakan oleh dosen mitra untuk mengobservasi mahasiswa pada kelas perlakuan dan tanpa perlakuan (Alwasilah, 2011). 2.2. Prosedur pada penelitian ini meliputi: 2.2.1. Persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti akan mengirimkan surat permohonan untuk ujin penelitian kepada Ketua Yayasan Bustanul Ulum Langsa dan Kepada Direktur Akademi Kebidanan Bustanul Ulum Langsa. Sebelum dilakukan penelitian, daftar tilik yang telah dibuat diperiksa kelengkapannya dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

2.2.2. Pengumpulan Data

Sebelum dilakukan penelitian dilakukan evaluasi sebelum (01) pada kelompok perlakuan dan juga pada kelompok tanpa perlakuan. Kemudian diberikan perlakuan pendidikan karakter pada kelompok perlakuan yang berlangsung selama 6 siklus dalam 6 kali pertemuan selama 6 minggu, dan setelah itu pada kedua kelas diberikan evaluasi sesudah (02) dengan daftar daftar tilik yang sama.

Pendidikan karakter yang diberikan terdiri atas 3 soft skill yaitu: etika moral, keterampilan komunikasi, kerja tim dan semua kegiatan pembelajaran pendidikan karakter telah terencana dan tergambar secara jelas dalam RPP mata kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan.

2.2.3. Pengolahan data

Pengolahan data kuantitatif dengan tahap sebagai berikut:

1) Mengumpulkan dan mengkode data (editing dan coding)

Kuisioner yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapannya. Selanjutnya peneliti melakukan pengkodean data. Langkah ini dilakukan untuk pengecekan kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data.

2) Masukkan data (data entry)

Data yang telah terkumpul selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan pilihan-pilihan responden berdasarkan skor atau kode yang telah ditentukan.

3) Tabulasi data

Dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan variabel-variabel yang akan diteliti. Hal ini dilakukan untuk mengetahui skor setiap dimensi sehingga memudahkan dalam melakukan analisis.

(4)

Rancangan analisis pada data kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan melalui analisis statistik yaitu:

1) Analisis univariabel

Analisis univariabel digunakan untuk melihat distribusi frekuensi serta presentase dari masing-masing variabel yang diteliti.

Pada analisis deskriptif ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

P : Presentase yang dicari f : frekuensi

n : Jumlah responden 2) Analisis bivariabel

Analisis bivariabel digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas dan terikat. Untuk melihat perbedaan antara nilaipada evaluasi sebelum dan evaluasi sesudah perlakuan pada kelas A dan B dilakukan uji Mann-Whitney jika skor tidak berdistribusi normal, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

U = Nilai uji Mann-Whitney N1= sampel 1

N2= sampel 2

Ri = Ranking ukuran sampel

Untuk melihat perbedaan antara nilai evaluasi sebelum dan evaluasi sesudah antara kelompok perlakuan dan kelompok tanpa perlakuan menggunakan uji wilcoxon jika skor tidak berdistribusi normal dengan rumus sebagai berikut:

Bila Z hitung ≥ Z tabel, maka perbedaan n₁ dan n₂ adalah signifikan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa tingkat I semester II yang sedang mengikuti mata kuliah komunikasi dalam praktik kebidanan. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 25 mahasiswa pada kelompok perlakuan pendidikan karakter dan 25 mahasiswa pada kelompok tanpa perlakuan. Hasil penelitian dapat dilihat pada Table 1.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa skor pre test pada kelas perlakuan (A) dan kelas tanpa perlakuan (B) berada pada kriteria yang sama yaitu inisiasi awal dan belum muncul. Dari hasil analisis juga terlihat bahwa ketiga variabel menunjukkan nilai p> 0,05, artinya bahwa kelas perlakuan (A) dan kelas tanpa perlakuan (B) memiliki tingkat soft skill yang setara sehingga dapat dibandingkan.

Tabel 1. Kesetaraan Soft skill Subjek Pada Kelas Perlakuan (A) dan Kelas Tanpa Perlakuan (B) Berdasarkan Skor Pre test

Variabel

Pre test Nilai p*

Perlakuan (A) n=25 Tanpa Perlakuan (B) n=25 F % f % Etika Moral 0,301 1. Inisiasi awal 11 44 8 32 2. Belum muncul 14 56 17 68 Median 28 25 Rentang 18-36 18-36 Komunikasi 0, 590 1. Inisiasi awal 7 28 7 28 2. Belum muncul 18 72 18 72 Median 22 22 Rentang 15-30 15-30 Kerja Tim 0,930 1. Inisiasi awal 9 36 13 52 2. Belum muncul 16 64 12 48 Median 23 26 Rentang 16-32 16-32 % 100 x n f P =

(

)

(

2n 1

)

1) n(n 24 1 1 n n 4 1 -T z + + + =

(5)

Tabel 2. Perbandingan skor Pre test dan Post testSoft skill mahasiswa pada Kelas Perlakuan (A) dan Kelas tanpa perlakuan (B)

Kelas Pre test Post test Nilai p*

f % f %

Kelas Perlakuan (A)

Etika Moral <0,001 1. Cenderung menetap 0 0 7 28 2. Sewaktu-waktu 0 0 11 44 3. Inisiasi awal 11 44 7 28 4. Belum muncul 14 56 0 0 Komunikasi <0,001 1. Cenderung menetap 0 0 5 20 2. Sewaktu-waktu 0 0 13 52 3. Inisiasi awal 7 28 7 28 4. Belum muncul 18 72 0 0 Kerja Tim <0,001 1. Cenderung menetap 0 0 9 36 2. Sewaktu-waktu 0 0 12 48 3. Inisiasi awal 9 36 4 16 4. Belum muncul 16 64 0 0 Tanpa Perlakuan (B) Etika Moral <0,001 1. Cenderung menetap 0 0 0 0 2. Sewaktu-waktu 0 0 9 36 3. Inisiasi awal 8 32 11 44 4. Belum muncul 17 68 5 20 Komunikasi <0,001 1. Cenderung menetap 0 0 2 8 2. Sewaktu-waktu 0 0 8 32 3. Inisiasi awal 7 28 9 36 4. Belum muncul 18 72 6 24 Kerja Tim <0,001 1. Cenderung menetap 0 0 4 16 2. Sewaktu-waktu 0 0 9 36 3. Inisiasi awal 13 52 5 20 4. Belum muncul 12 48 7 28 Keterangan:*Uji Wilcoxon

Tabel 2 menunjukkan skor pre test dan post test pada soft skill kelas perlakuan (A) dan kelas tanpa perlakuan (B) sama-sama mengalami peningkatan. Dari hasil analisis juga terlihat bahwa ketiga variabel menunjukkan nilai p< 0,05 yang artinya bahwa peningkatan skor pre test dan post test pada kelas perlakuan (A) dan kelas tanpa perlakuan (B) signifikan atau bermakna.

Hasil analisis menunjukkan skor post test ketiga variabel soft skill pada kelas perlakuan (A) dan kelas tanpa perlakuan (B) menunjukkan nilai P<0,05 yang artinya bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara peningkatan skor post testsoft skill pada kelas perlakuan (A) dan kelas tanpa perlakuan (B) (Tabel 3).

Tabel 4 menunjukkan perbandingan peningkatan skor pre test dan post testsoft skill pada pada kelas perlakuan (A) dan kelas tanpa perlakuan (B) pada variabel etika moral, keterampilan komunikasi dan kerja tim menunjukkan nilai p<0,05 artinya ada perbedaan yang bermakna antara peningkatan skor pre test dan skor post testsoft skill pada kelas perlakuan (A) dan kelas tanpa perlakuan (B).

Tabel 5 menunjukkan terjadi peningkatan soft skill pada kelas perlakuan setelah diberikan penerapan pendidikan karakter dari soft skill kurang menjadi mayoritas menjadi soft skill baik, sedangkan pada kelas tanpa perlakuan mayoritas soft skill mahasiswa tetap pada kategori kurang. Nilai p<0,05 artinya bahwa ada perbedaan yang signifikan antara peningkatan soft skill pada kelas perlakuan (A) dan kelas tanpa perlakuan (B).

Berdasarkan hasil penelitian, hasil pengolahan data pre test pada kelas perlakuan (A) dan kelas tanpa perlakuan (B) menunjukkan bahwa kriteria soft skill etika moral yang dimiliki relative sama yaitu pada level inisiasi awal dan belum muncul. Hal ini karena mahasiwa yang menjadi responden pada penelitian ini masih berada pada pada tingkat I semester II di Akademi Kebidanan dan belum pernah mendapatkan pendidikan karakter sebelumnya untuk menguatkan soft skill yang ada pada diri mereka. Hasil analisis yang peneliti lakukan pada nilai post test 1 bulan setelah proses penerapan pendidikan karakter melalui 4 siklus dalam 4 kali pertemuan menunjukkan bahwa peningkatan soft skill yang bermakna pada kelas

(6)

Tabel 3. Perbandingan Skor Post testSoft skill Mahasiswa Pada Kelas Perlakuan (A) dan Kelas Tanpa Perlakuan (B)

Variabel

Post test

Nilai p* Perlakuan

(A) Tanpa Perlakuan (B)

f % f % Post test Etika Moral 0,005 1. Cenderung menetap 7 28 0 0 2. Sewaktu-waktu 11 44 9 36 3. Inisiasi awal 7 28 11 44 4. Belum muncul 0 0 5 20 Median 39 36 Rentang 36-49 22-44 Komunikasi 0,016 1. Cenderung menetap 5 20 2 8 2. Sewaktu-waktu 13 52 8 32 3. Inisiasi awal 7 28 9 36 4. Belum muncul 0 0 6 24 Median 35 30 Rentang 30-45 18-45 Kerja Tim 0,008 1. Cenderung menetap 9 36 4 16 2. Sewaktu-waktu 12 48 9 36 3. Inisiasi awal 4 16 5 20 4. Belum muncul 0 0 7 28 Median 39 34 Rentang 32-48 20-48

Keterangan: *Uji Mann-Whitney

perlakuan pendidikan karakter dengan nilai P< 0,001, bila dibandingkan dengan persen peningkatan etika moral antara kelas perlakuan (A) dan kelas tanpa perlakuan (B) menunjukkan nilai p=0,037 atau ada perbedaan yang bermakna (P<0,05).

Berdasarkan hasil dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan karakter signifikan dapat meningkatkan soft skill etika moral mahasiswa kebidanan. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Lickona yang mengatakan bahwa pada konteks mikro pengembangan karakter berlangsung dalam konteks suatu satuan pendidikan atau satuan pendidikan secara holistik. Satuan pendidikan sebagai leading sector, berupaya memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus menerus proses pendidikan karakter di satuan pendidikan.15 Secara mikro pengembangan

nilai/ karakter dapat dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar dikelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler dan atau ekstra kurikuker, serta kegiatan keseharian dirumah dan dalam masyarakat. Didalam kegiatan belajar mengajar dikelas pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran (embeded approach). Dalam lingkungan satuan pendidikan dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosial kultural satuan

pendidikan memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga satuan pendidikan lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian di satuan pendidikan yang mencerminkan perwujudan nilai/ karakter. Dalam kegiatan ko-kurikuler, yakni kegiatan belajar diluar kelas yang terkait langsung pada suatu materi dari suatu mata pelajaran, atau kegiatan ekstra kurikuler, yakni kegiatan satuan pendidikan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata pelajaran. Dilingkungan keluarga dan masyarakat diupayakan agar terjadi proses penguatan diri dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap prilaku berkarakter mulia yang dikembangkan di satuan pendidikan menjadi kegiatan keseharian dirumah dan dilingkungan masyarakat masing-masing.15

Terdapat tiga jenis pembelajaran pengayaan yang dapat diadaptasi guru untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari pendidikan karakter.

Pertama, kegiatan ekploratori yang bersifat umum

yang dirancang untuk disajikan kepada siswa. Sajian dimaksud berupa peristiwa bersejarah, buku, tokoh masyarakat dan sebagainya yang dinilai memiliki nilai relevansi dengan pendidikan karakter.

Kedua, keterampilan proses yang diperlukan oleh

siswa agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap nilai-nilai pendidikan karakter yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.

(7)

Tabel 4. Peningkatan Skor Pre test dan Post testSoft skill Mahasiswa Pada Kelas Perlakuan (A) dan Kelas Tanpa Perlakuan (B) Peningkatan Kelas Nilai p** Perlakuan (A) (n= 25) (%)* Tanpa Perlakuan (B) ( n= 25) (%)* 1. Etika Moral 54,1 40,3 0,037 2. Keterampilan Komunikasi 67,7 46,7 0,004 3. Kerja Tim 70,1 40,9 <0,001

Keterangan: * dihitung % peningkatan

= 100 x

** Uji Mann-Whitney (uji 1 arah)

Ketiga, pemecahan masalah yang diberikan kepada

siswa yang memiliki kemampuan belajar tinggi berupa pemecahan masalah nyata yang bersinggungan dengan pendidikan karakter.

Pada penelitian ini, pendidikan karakter hanya diintegrasikan pada satu mata kuliah yaitu komunikasi dalam praktik kebidanan dengan action research 4 siklus pendidikan karakter. Dalam proses berjalannya penanaman dan penguatan etika moral, keterampilan komunikasi dan kerja tim mahasiwa kebidanan terlihat sekali bahwa mahasiswa menikmati proses pembelajaran karena dalam aplikasinya dosen model berusaha menciptakan suasana belajar yang akrab dan kekeluargaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan juga tidak sebatas penyampaian materi yang menjadi tujuan instruksional dalam silabus mata kuliah, namun berisi kegiatan dan tugas-tugas yang tujuannya untuk penanaman dan penguatan soft skill yang ingin dibentuk sehingga mahasiswa terbiasa dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan.

Lingkungan belajar dikelas juga di setting selama penerapan pendidikan karakter ini berjalan, seperti penempelan motto-motto yang bertuliskan tentang soft skill yang ingin dikuatkan, tujuannya untuk menciptakan suasana dikelas yang kental dengan soft skill yang ingin dibentuk dan merangsang mahasiwa dari berbagai indra yang dapat digunakan selama proses pembelajaran dikelas berlangsung. Selain itu juga mahasiswa diberikan sarana majalah dinding kelas agar setiap mahasiswa dapat menuliskan atau menempelkan segala sesuatu apa yang ingin di tulis dan mendapatkan umpan balik dari dosen pengajar.

Setiap akhir pembelajaran mahasiswa diberi kesempatan mengisi lembar evaluasi diri tentang apa yang dia alami dan rasakan setelah proses pembelajaran. Hal ini bertujuan agar dosen model tau apa yang dialami mahasiwa serta kendala yang dialami selama proses pembelajaran, serta sarana evaluasi penanaman pendidikan karakter yang sedang berlangsusng sehingga dosen model dapat memberikan umpan solusi dan penyelesaian pada masing-masing mahasiswa melalui pendekatan yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan Kama Abdul Hakam (FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia), yg berjudul model pembudayaan karakter di sekolah dasar menyatakan bahwa guru harus lebih banyak terlibat didalam kelas, berupaya untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menyisipkan pesan-pesan moral dan menciptakan suasana kelas yang kondusif bagi pembudayaan nilai moral dikalangan siswa(Made et al., 2011).

Hasil analisis yang peneliti lakukan pada nilai pre test dan post testsoft skill keterampilan komunikasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada kelas perlakuan pendidikan karakter dan bila dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada kelas tanpa perlakuan dengan nilai P<0,05, artinya dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan karakter berpengaruh positif meningkatkan soft skill keterampilan komunikasi mahasiswa kebidanan.

Proses pendidikan karakter berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat. Dalam masing-masing pilar pendidikan akan ada dua jenis pengalaman belajar yang dibangun melalui dua pendekatan yakni intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan suasana interaksi belajar dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter dengan menerapkan kegiatan yang terstruktur. Agar proses pembelajaran tersebut berhasil guna peran dosen sebagai sosok anutan (role model) sangat penting dan menentukan.

Sementara itu dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi dan penguatan yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, dirumahnya, di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berprilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan melalui proses intervensi. Pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesment program untuk perbaikan berkelanjutan yang sengaja dirancang dan dilaksanakan untuk mendeteksi aktualisasi karakter dalam diri peserta didik sebagai indikator bahwa proses pembudayaan dan pemberdayaan karakter itu berhasil dengan baik.

(8)

Tabel 5. Perbandingan Peningkatan Soft skill mahasiswa Pada Kelas Perlakuan (A) dan Kelas Tanpa Perlakuan (B) Soft skill Kelas Nilai p* Perlakuan (A) n=25 Perlakuan(B) Tanpa n=25 F % f % Pre test 0,045 1. Baik 0 0 0 0 2. Kurang 25 100 25 100 Post test 1. Baik 14 56 7 28 2. Kurang 11 44 18 72

Keterangan: *Uji Chi Kuadrat

Salah satu kegiatan pendidikan karakter yang dilakukan pada penelitian ini adalah model project citizen, yaitu salah satu instrucsional treatment yang berbasis masalah untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan watak demokratis yang memungkinkan dan mendorong keikutsertaan dalam pemerintahan dan masyarakat sipil. Project citizen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan masyarakat sambil mempraktikkan berfikir kritis, dialog, debat, negosiasi, kerjasama, kesantunan, toleransi dan membuat keputusan. Melalui model pembelajaran ini para mahasiswa diberi keleluasaan untuk memilih tema belajar yang menarik bagi dirinya. Dengan demikian tampak bahwa mahasiswa sebenarnya tidak menginginkan pembelajaran yang monoton, hanya mendengarkan ceramah guru, menghafal konsep-konsep, dan pada akhirnya mengerjakan ulangan yang sifatnya untuk mengukur kemampuan hafalan juga.

Dalam kurikulum seharusnya dilakukan pengembangan silabus mata kuliah yang secara jelas memuat tiga aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. (a) kognitif, yang berisi aspek-aspek perencanaan pembelajaran, yaitu mengenai produk dan proses pembelajaran, (b) Psikomotor, yang memungkinkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, (c) Afektif, yang didalamnya terdapat karakter atau nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa melalui pembelajaran, serta keterampilan sosial yang maksudnya membekali siswa agar mampu mengkomunikasikan ide kepada orang lain.

Hasil penelitian Muhammad Mona Adha (2010) menunjukkan bahwa project citizen memeberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempraktikkan berfikir kritis, berinteraksi dan berdiskusi dengan teman sekelas, melakukan negosiasi, bekerja sama, dan pengambilan keputusan terbaik untuk kepentingan umum.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Yuniar (2010) menyatakan bahwa pada umumnya siswa menyenangi model pembelajaran project citizen karna mereka dapat belajar sambil bermain, menambah kreatifitas, dan menurut mereka model

pembelajaran ini mengesankan karna belajar sambil praktik dan dapat memecahkan masalah secara bersama. Hal ini karena project citizen menganut prinsip bahwa belajar itu harus dalam suasana yang menyenangkan (joyfull learning) (Made et al., 2011). Hasil analisis yang peneliti lakukan pada nilai Pre test dan Post testsoft skill kerja tim menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada kelas perlakuan pendidikan karakter dan bila dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada kelas tanpa perlakuan dengan nilai P< 0,05, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan karakter berpengaruh positif meningkatkan soft skill kerja tim mahasiswa kebidanan.

Pendekatan yang digunakan dalam penanaman dan pengutan karakter dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach), yaitu menekankan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Tujuan pendekatan ini adalah: pertama, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai mereka sendiri. Kedua, mendorong siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam pergaulan dengan sesama, yang tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebagai warga dari suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam suatu proses demokrasi. Metode yang digunakan adalah projek-projek tertentu untuk dilakukan di sekolah atau dalam masyarakat, dan praktek keterampilan dalam berorganisasi atau berhubungan antara sesama.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ridhahani yang berjudul transformasi nilai-nilai akhlak pembelajaran sebagai upaya mencegah prilaku radikal, yang menyatakan bahwa terdapat nilai-nilai akhlak atau karakter dalam setiap mata pelajaran seperti dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tekun, tanggung jawab, berani, peduli, jujur dan adil, integritas, kewarganegaraan, disiplin, ketelitian, toleran, kerja sama dan percaya diri.

(9)

Sebagian besar guru mata kuliah telah mengetahui adanya integrasi nilai ahklak atau karakter dalam setiap mata pelajaran dan telah dicantumkan secara eksplisit dalam perencanaan pembelajaran, namun nilai-nilai atau karakter tersebut belum sepenuhnya dapat ditrnasformasikan oleh guru dalam proses pembelajaran karena belum memiliki pengayaan bahan ajar yang berkaitan dengan nilai atau karakter tersebut (Made et al., 2011).

4. SIMPULAN

1) Penerapan pendidikan karakter berpengaruh positif terhadap peningkatan etika moral, keterampilan komunikasi dan kerja tim mahasiswa kebidanan.

2) Peningkatan etika moral, keterampilan komunikasi dan kerja tim mahasiswa kebidanan kelas perlakuan lebih tinggi dibandingkan kelas tanpa perlakuan.

3) Penerapan pendidikan karakter dalam mata kuliah komunikasi dalam praktik kebidanan dapat meningkatkan soft skill etika moral, keterampilan komunikasi dan kerja tim mahaisiswa kebidanan.

5. UCAPAN TERIMAKASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian penelitian ini, yaitu khususnya kepada:

1) Kemenristekdikti yang telah memberikan dana Hibah Penelitian Dosen Pemula (PDP) tahun 2019 sehingga penelitian ini berjalan lancer.

2) STIKes Bustanul Ulum Langsa yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

3) Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Adha, M.M (2010). Model Project Citizen Untuk Meningkatkan Kecakapan Kewarganegaraan Pada Konsep Kemerdekaan Mengungkapkan Pendapat, penelitian kuasi eksperimental pada SMPN 16 Bandar Lampung, Tesis SPs UPI. Adib K. (2010). Pendidikan Watak (Karakter) Bagi

Peserta Didik: Modal Vital Pembangunan SDM di Era Global menuju Indonesia Bermartabat, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Akhmad HB. (2011). Pengembangan Pembinaan

Karakter peduli Melalui Pembelajaran Membaca Cerita Anak (Studi Pengembangan pada Siswa Kelas V SDN Antasan Besar 7 Banjarmasin), Tesis STKIP PGRI Pontianak.

Alwasilah AC. (2011). Pokoknya Action Research. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Baoren Su. (2008). A Comparison and Research on the Sino-U.S Character Education: Journal of Asian Sosial Science, Vol 4. No. 10

Benninga, dkk. (2003). The Relationship Of Character Education Implementation And Academic Achievement In Elementary School.Journal of

Research in Character Education, 1(1), 2003, pp. 19–32ISSN 1543-1223

Berkowitz. M dan Bier. M (2004). Research Based Character Education. Journal Of TheAnnals ofAmerican Academy of Political And Sosial Science, DOI: 10.1177/0002716203260082 2004 591: 72

Budimansyah D. (2012) Dimensi dimensi Praktik Pendidikan Karakter Bandung: Widya Aksara Pers.

Budimansyah D. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis karakter. I ed. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah D. (2009). Inovasi Pembelajaran Project Citizen. Bandung: Program studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana UPI.

Elfindri H, dkk. (2012). Pendidikan Karakter: kerangka, metode, dan aplikasi untuk pendidikan profesional, Jakarta: Baduose Media Jakarta. Gede Raka YM, dkk. (2011) Pendidikan karakter di

Sekolah; Dari gagasan hingga tindakan. Jakarta: PT Gramedia.

Kemenkes. Kurikulum Inti Pendidikan Diploma III Kebidanan: Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Tenaga Kesehatan; 2011.

Seet. L, et al, (2005). Character Development – The Essence for a Holistic Education. Journal of Fairfield Methodist Secondary School.

Lickona T. (2012). Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat Dan Bertanggung Jawab Jakarta: PT Bumi Aksara. Made I. S. Utama, dkk. (2011) Konsep

Pengembangan Panduan Evaluasi Pengembangan Soft Skill Mahasiswa Melalui Proses Pembelajaran di Universitas Udayana, Tim PHK-I Unud, 4-6.

Mariani. N. (2011). Pengembangan karakter Cerdas Melalui Pembinaan Kesantunan Berbahasa Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di SMP, Tesis FKIP Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin. Muslich M. (2011). Pendidikan karakter: Menjawab

Tantangan Krisis Multidimensional PT Bumi Aksara.

Prasetyo. (2012) Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Riswanto AM. (2011). Pembinaan Karakter Remaja Kelurahan Babakan Asih (studi deskriptif eksplorasi tentang model pembinaan karakter remaja di kelurahan babakan asih RT 04 RW 01

(10)

bojong Loa kaler kota Bandung) Bandung, Tesis SPs UPI.

Rusminingsih MP. (2012). Charakter Building Pengalaman Hidup Membentuk Pribadi Yang Kuat Menuju Sukses.

Soebandi B. (2009). Optimalisasi Soft Skill Melalui Pembinaan Organisasi kemahasiswaan. Makalah FPBS UPI.

Winkel WS. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi; 2007.

Witarsa K. (2011). Pembinaan karakter siswa melalui pendidikan agama islam (studi kasus di SMPN 1 Cipeundeuy Kabupaten Bandung). Bandung: Tesis SPs UPI.

Yuniar, F. (2010). Pengaruh Implementasi Pembelajaran Poject Citizen Terhadap Peningkatan Civic Knowledge Siswa Sekolah Dasar Pada Konsep Menghargai keputusan Bersama: Studi kuasi Eksperimental pada SDN Banjarsari 2 Bandung, tesis SPs UPI.

Gambar

Tabel 1. Kesetaraan Soft skill Subjek Pada Kelas Perlakuan (A) dan Kelas Tanpa Perlakuan (B) Berdasarkan Skor Pre test
Tabel 2. Perbandingan skor Pre test dan Post testSoft skill mahasiswa pada Kelas Perlakuan (A) dan Kelas tanpa perlakuan  (B)
Tabel 3. Perbandingan Skor Post testSoft skill Mahasiswa Pada Kelas Perlakuan (A) dan Kelas Tanpa Perlakuan (B)  Variabel
Tabel 4. Peningkatan Skor Pre test dan Post testSoft skill Mahasiswa Pada Kelas Perlakuan (A) dan Kelas Tanpa Perlakuan  (B)  Peningkatan  Kelas  Nilai p** Perlakuan (A)  (n= 25)  (%)*  Tanpa Perlakuan (B) ( n= 25) (%)*  1
+2

Referensi

Dokumen terkait

terhadap persepsi korupsi. Variabel akuntabilitas kinerja berpengaruh negatif terhadap persepsi korupsi. Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dapat mengurangi

kekerasan weld metal tanpa Heat Treatment maupun dengan perlakuan Heat Treatment serta Holding, maka kondisi optimal dalam komposisi terpilih material Mild Steel

Ukuran tubuh yang berbeda antara burung merpati balap datar dengan balap tinggi dan pedaging adalah berat badan, lingkar dada, panjang punggung, dan panjang bulu sayap

Bagaimanapun penjagaan harus dilakukan untuk dapat menjamin campurannya diantara zat obat-obatan dan unsur-unsur formulasi lainnya dari sirup, juga sirup-sirup

Berdasarkan Gambar 9 seperti terlihat pada Gambar (a), Gambar (b) dan Gambar (c) untuk solusi fluxon dapat dilihat bahwa arah pergerakan fluxon bergerak ke arah kanan dengan

Metode ini bertujuan untuk mengungkap suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya serta hubugan antara fenomena yang diteliti melalui pendeskrifsian,pengembangan

Misal untuk mengetahui beban maksimum, tidak perlu sistem diuji dengan beberapa input yang diberikan menaik sampai kinerja tidak berubah, namun dengan metoda

• Hasil Pembinaan Ketahanan Keluarga melalui Kelompok BKB bulan Oktober 2009 : jumlah keluarga yang jadi anggota, pertemuan/penyuluhan, keluarga hadir dalam pertemuan, mengalami