• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Suhu dan Kelembapan dalam Kajian Iklim Mikro di Kota Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Suhu dan Kelembapan dalam Kajian Iklim Mikro di Kota Malang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Suhu dan Kelembapan dalam Kajian Iklim Mikro di Kota Malang

Heni Masruroh Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang E-mail: henimasruroh@rocketmail.com

ABSTRAK: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peningkatan suhu di Kota Malang yang

semakin hari semakin meningkat. Terjadinya peningkatan suhu ini salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggal di Kota Malang. Meningkatnya jumlah penduduk ini berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan hidup yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim mikro terutama peningkatan suhu dan penurunan kelembapan udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah terdapat hubungan kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap suhu dan kelembapan dalam kajian iklim mikro di Kota Malang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Berdasarkan hasil pengukuran suhu selama 2 hari diperoleh data bahwa suhu rata-rata di Kota Malang sebesar 27.90C. Rata-rata suhu terendah berada di Taman Slamet yaitu sebesar 26.70C sedangkan rata-rata suhu tertinggi berada di Lapangan Gajayana yaitu sebesar 28.70C Analisis korelasi suhu menggunakan SPSS menunjukkan hasil yang signifikan. Berdasarkan hasil pengukuran kelembapan udara selama 2 hari diperoleh data bahwa kelembapan udara rata-rata di Kota Malang sebesar 45%. Kelembapan rata terendah berada di Lapangan Rampal yaitu 41% sedangkan rata-rata kelembapan tertinggi berada di Taman Slamet yaitu sebesar 55%. Analisis korelasi kelembapan menggunakan SPSS menunjukkan hasil yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Perlunya pengelolahan RTH secara lebih serius untuk mengurangi peningkatan suhu udara di Kota Malang. (2) Pengelolahan RTH sebaiknya tidak hanya memperhatikan luasnya, tetapi yang terpenting memaksimalkan RTH yang tersedia dengan memperbanyak pohon, disertai tanaman perdu dan rumput, sehingga dapat mengurangi peningkatan suhu udara di Kota Malang. Kata Kunci: Suhu, Kelembapan, RTH

Kota merupakan salah satu tempat yang dalam perkembangannya relatif lebih cepat daripada desa. Perkembangan ini didukung oleh beberapa faktor pendukung seperti penyediaan fasilitas umum, sarana dan prasarana yang lainnya. Dengan adanya beberapa faktor ini menjadikan wilayah perkotaan menjadi sangat padat penduduknya. Pertambahan ini tidak diimbangi dengan pertambahan fasilitas umum, sarana dan prasarana sehingga pada wilayah perkotaan muncul ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dengan fasilitas umum, sarana dan prasarana dan daya dukung lingkungan.

Selain penyediaan fasilitas umum, sarana dan prasarana faktor pendukung lain yang menyebabkan padatnya penduduk di wilayah perkotaan merupakan pusat

(2)

barang dan jasa. Pada saat ini wilayah perkotaan menjadi wilayah tujuan dari pengembangan bisnis bagi pengusaha untuk mengembangkan bisnisnya. Salah satu bentuk dari pengembangan bisnis di wilayah perkotaan ini berupa pembangunan-pembangunan ruko, pasar, mall, swalayan sehingga wilayah perkotaan dapat dikatakan sebagai mesin pertumbuhan bagi para pengusaha (Inoguchi, 2003:37).

Kota Malang merupakan salah satu Kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Pada tahun 2011 perkembangan penduduk di Kota Malang mencapai 894.653 jiwa (BPS, 2012). Menurut Data Badan Pusat Statistik Kota Malang 2006-2012, menjelaskan bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk di Kota Malang

semakin meningkat (Tabel 1.1). Peningkatan penduduk yang terjadi di Kota Malang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap keberadaan RTH di Kota Malang. Sebab, pertambahan penduduk akan berbanding lurus dengan kebutuhan tempat tinggal. Semakin banyak penduduk yang berada di suatu Kota maka kebutuhan lahan untuk tempat tinggal juga akan semakin meningkat.

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Malang Tahun 2005 s/d 2011

TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

2005 394.713 391.996 786.709 2006 398.107 395.469 793.576 2007 402.367 399.598 801.965 2008 415.757 419.400 835.157 2009 428.301 430.936 859.273 2010 2011 445.210 447.617 444.603 447.036 889.813 894.653 Sumber: BPS Kota Malang 2006 s/d 2012

Dari hasil Tabel 1.1 menunjukkan bahwa semakin bertambahnya tahun perkembangan jumlah penduduk semakin padat. Pertambahan jumlah ini berdampak negatif pada penggunaan lahan yang berada di Kota Malang. Realitas yang terjadi saat ini di Kota Malang banyak bangunan baru di area kawasan Ruang Terbuka Hijau. Kawasan yang semestinya merupakan kawasan terbuka hijau pada saat ini telah dikonversi menjadi lahan terbangun.

Berkaitan dengan berkurangnya RTH yang berada di Kota Malang akan

berdampak pada kenaikan suhu di Kota Malang (Tabel 1.3). Keterkaitan antara RTH dengan kenaikan yaitu pada RTH akan tersedia banyak tumbuhan yang dapat menyerap karbondioksida (CO2) (Anshori, 2008:14). Dengan memiliki Ruang

(3)

Terbuka Hijau (RTH) yang luas maka akan sangat berpengaruh positif terhadap kesejukan bagi suatu tempat.

Tabel 1.3 Kondisi iklim Kota Malang

DataSuhu Udara, Kelembapan Dan Intesitas Penyinaran Matahari Di Kota Malang .

Unsur Klimatologi Tahun Satuan Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Temperatur Rata-rata 0C 22,19 23,6 23,93 23,53 23,17 Temperatur Maksimum 0C 31,5 30,3 29,2 29,8 30,3 Temperatur Minimum 0C 18,4 17,6 19,8 17,0 16,7 Temperatur Maksimum Absolut 0 C 34 32,9 30,6 30,9 32,6 Temperatur Minimum Absolut 0C 16 15,6 18 14,8 14,2 Lembab Nisbi Rata-rata % 74,92 75,33 81,5 76,42 73,93 Lembab Nisbi Maksimum % 99 100 99 100 98

Lembab Nisbi Minimum % 40 29 45 40 31

Radiasi Matahari Kal/cm2 313,94 353,72 336,73 370,9 365,53 Sumber: Sumarmi (2012)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan ruang terbuka hijau terhadap suhu di Kota Malang, (2) Hubungan ruang terbuka hijau terhadap

kelembapan di Kota Malang.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan metode survey. Teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu dalam pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap memiliki keterkaitan dengan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dangan kata lain pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Subjek dalam penelitian ini yaitu kota Malang yang menggunakan teknik Purposive Sampling. Pada penelitian ini mengambil sampel 30 dengan rincian 4 berupa

Lapangan, 4 Hutan dan 22 Taman. Pengambilan sampel paling banyak berupa Taman sebab dalam rincian RTH Kota Malang paling banyak berupa RTH Taman.

Pengambilan sampel sebesar 30 ini didasarkan pada perbedaan kondisi karakteristik RTH yang diambil disetiap wilayah Kecamatan yang berada di Kota Malang.

Analisis Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu: tabulasi, grafik, dan analisis statistik menggunakan SPSS 16. Untuk menganalisis kondisi RTH

(4)

menggunakan analisis luasan penutupan tajuk vegetasi dengan matode Braun-Blanquet.

a. Perhitungan luasan penutup tajuk vegetasi.

Kondisi RTH tidak terlepas dari luas penutupan tajuk vegetasi sehingga penelitian ini menggunakan perhitungan luas tanaman penutup permukaan yang terdapat di setiap titik pengukuran.

Menurut Teori Braun-Blanque rumus yang digunakan untuk mengukur luas penutupan tajuk vegetasi yaitu:

% penutupan tajuk = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢 𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎 𝑘𝑎𝑛𝑜𝑝𝑖

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖 Tabel 3.1 Kisaran Penutup Kanopi Braun-Blanquet

Kelas Penutupan Kanopi

Kisaran Penutupan Kanopi (%) Rata-rata

5 75-100 87.5 4 50-75 62.5 3 25-50 37.5 2 5-25 15.0 1 1-5 2.5 + <1 0.1 R <<1 *

Keterangan: * Individu muncul hanya sekali, penutupan diabaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Suhu di Kota Malang Berdasarkan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pengukuran suhu udara yang dimulai mulai dari pukul 06.00-18.00, diketahui bahwa suhu udara maksimal terjadi pada pukul 14.00 dan minimum pada pukul 06.00. Suhu rata-rata pada pukul 14.00 sebesar 31.50C. Sedangkan pada pukul 06.00 suhu rata-rata sebesar 21.40C. Suhu maksimal pada pukul 14.00 dan suhu minimum terjadi pada pukul 06.00 sesuai dengan pendapat Sudjono dalam tauhid (2008) yang menyatakan bahwa suhu maksimal udara terjadi pada pukul 13.00-14.00 (jam lokal) dan mencapai titik maksimum pada pukul 05.00-06.00 (jam lokal).

Kondisi kenaikan suhu yang dimulai dari pukul 12.00-14.00 kemudian mengalami penurunan hingga pukul 18.00 ini berkaitan radiasi matahari yang

(5)

dipancarkan ke permukaan bumi. Pada pukul 12.00-14.00 radiasi yang dipancarkan matahari mendekati garis tegak lurus dengan permukaan bumi.

Menurut Tjasyono (2004) fenomena suhu yang sangat tinggi ketika tengah hari bersifat menyeluruh di seluruh permukaan bumi yang utamanya berada di sekitar khatulistiwa. Pada kawasan perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingan sub urban. Hal ini dikarenakan adanya geliat aktifitas kota dan beberapa sumber panas yang dapat memicu peningkatan suhu udara kota seperti mobilitas kendaraan, aktifitas industri, rumah tangga dan berbagai aktifitas yang melibatkan pembakaran bahan fosil.

Kondisi suhu udara di Kota Malang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010 masing-masing memiliki suhu rata-rata sebesar 23.20 C, 23.60 C , 22.20 C dan 23.90 C (BPS, 2008-2010). Pada tahun 2011-2012 suhu maksimum yaitu 30.90 C dan 32.6 0 C (Sumarmi, 2012). Berdasarkan grafik suhu rata-rata harian di Kota Malang yang diukur selama 2 hari di 30 titik sampel pengamatan dengan pengukuran mulai pukul 06.00-18.00 dengan rentangan waktu pengukuran selama 2 jam sekali diperoleh suhu rata-rata di Kota Malang sebesar 27.90 C. Peningkatan suhu di Kota Malang yang setiap tahunnya tidak hanya disebabkan oleh mobilitas kendaraan dan adanya aktifitas lain yang melibatkan pembakaran fosil melainkan juga disebabkan oleh berkurangnya Ruang Terbuka Hijau di setiap tahunnya. Berdasarkan data penggunaan lahan tahun 2011 terjadi ketidakseimbangan lahan terbangun dan tidak terbangun. Untuk lahan yang terbangun sebesar 7.058.84 Ha sedangkan yang tidak terbangun 1.394.44 Ha (BPS, 2012). Pada tahun 2012 persentase RTH di Kota Malang hanya sebesar 18.14% dengan luas 1.752.15 Ha. Pada pengelolahan RTH Kota yang baik luas RTH minimal yaitu 30% dari luas kota keseluruhan. Rincian RTH kota Malang yang hanya mencapai 18.14% tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu Hutan Kota 0.35%, Taman 1.82%, Lapangan 0.61%, Makam 0.98%, Jalur Hijau Jalan 2.26%, Sempadam SUTT 0.26%, Sempadan Sungai 11.41% dan Sempadan Rel KA 0.45%. (DKP, 2012)

Pada pengukuran yang dilakukan di 30 titik sampel pengamatan di Kota Malang dapat diketahui bahwa suhu terendah berada di Taman Slamet yaitu 26,70C. Taman

(6)

Slamet memiliki jumlah tanaman sebanyak 15 pohon dengan 7 perdu dengan luas pengamatan seluas 100 M2. Pada Taman Slamet penutup permukaan yang tertutup rumput di bawah kanopi pohon sebesar 80% sehingga dengan jumlah pohon dan perdu yang lebih banyak dan penutup permukaan tertutup rumput di bawah kanopi pohon seluas 80% dari 100 M2 menyebabkan suhu di Taman Slamet paling rendah. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara Ruang Terbuka Hijau dengan suhu.

Adanya hubungan Kondisi Ruang Terbuka Hijau yang baik yang berada di Taman Slamet dengan dengan penurunan suhu udara disekitar Ruang Terbuka Hijau dikarenakan adanya proses fisiologis tumbuhan yang berupa transpirasi. Menurut Lakitan (1997) meyatakan bahwa dengan adanya vegetasi yang banyak maka sistem tajuk vegetasi akan memacu untuk meningkatkan laju transpirasinya (terutama untuk menjaga stabilitas suhu tumbuhan). Pada proses tranpirasi ini tumbuhan akan menggunakan sebagian besar air yang berhasil diserap dari tanah. Setiap gram air yang diuapkan akan menggunakan energi sebesar 580 kalori. Karena besarnya energi yang digunakan untuk menguapkan air pada proses transpirasi ini, maka hanya sedikit panas yang tersisa yang akan dipancarkan ke udara sekitarnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya pengaruh vegetasi terhadap suhu udara. Selain itu, jenis tanaman juga berpengaruh terhadap suhu. Pengaruh jenis tanaman terhadap suhu disebabkan karena setiap jenis tanaman mempunyai tingkatan yang berbeda-beda terhadap penyerapan CO2 . Jenis tanaman yang terletak di Taman Slamet termasuk

dalam tingkatan jenis tanaman yang baik dalam penyerapan CO2. Jenis tanaman di

Taman Slamet antara lain beringin (Ficus Benjamina), mangga (mangifera indica), angsana (pterocarpus indicus). Selain mampu menyerap CO2 yang baik tanaman

tersebut mampu menghasilkan O2 dan H2O dalam jumlah yang besar (Dephut, 2007)

Adanya Ruang Terbuka Hijau juga erat kaitannya dengan banyaknya pohon yang rindang. Semakin banyak jumlah pohon yang rindang dalam suatu wilayah maka kualitas RTH nya akan baik (Prasetya, 2012). Dengan kondisi Ruang Terbuka Hijua yang baik maka suhu udara yang berada di tempat tersebut akan lebih terasa dingin. Hal ini dikarenakan tanaman mampu menyerap energi sinar matahari dan mampu

(7)

menyerap CO2. Oleh karena, dengan jumlah tanaman yang banyak dan rindang

mampu menyerap energi sinar matahari dan menyerap CO2 maka suhu udara di

Taman Slamet rendah.

Suhu rata-rata tertinggi pada pengukuran yang dilakukan selama 2 hari yaitu berada di Lapangan Gajayana. Hal ini disebabkan di Lapangan Gajayana penutup lahan 100% berupa rumput sehingga tidak ada vegetasi yang berupa pohon yang dapat menyerap sinar matahari. Kondisi Ruang Terbuka Hijau yang kurang baik pada lokasi ini menyebabkan terjadinya peningkatan suhu. Pada siang hari di lokasi ini udara sangat tinggi sehingga udara panas dan pada malam hari suhu masih tetap tinggi. Penyebabnya dikarenakan pada kawasan ini tidak ada vegetasi yang dapat menyerap panas sehingga Lapangan Gajayana mengalami panas sepanjang hari. Dari hasil pengukuran suhu yang dimulai pukul 06.00-18.00 menunjukkan terjadi peningkatan suhu dan penurunan suhu. Terjadinya peningkatan suhu berada pada kisaran pukul 06.00-14.00 sedangkan penurunan suhu berada pada kisaran pukul 14.00-18.00. Peningkatan dan penurunan suhu yang terjadi pada pukul tersebut karena dipengaruhi oleh radiasi matahari yang dipancarkan ke permukaan bumi.

Untuk mengetahui hubungan Ruang Terbuka Hijau dengan suhu udara di Kota Malang analisis data menggunakan SPSS 16. Pada analisis ini mengggunakan Sig. (2-tailed) adalah 0,000 dan acuan korelasi 0,01. Ho diterima jika signifikansi >0,01, dan Ho ditolak jika besarnya signifikansi <0,01. Dari hasil uji SPSS menunjukkan nilai signifikansi 0,000. Dengan demikian Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara variabel kondisi RTH dengan suhu udara di Kota Malang.

2. Kondisi Kelembapan Udara di Kota Malang

Kondisi rata-rata kelembapan udara di Kota Malang pada pengukuran yang dilakukan selama 2 hari diketahui sebesar 47%. Berdasarkan grafik pengukuran rata-rata kelembapan diperoleh data kelembapan tertinggi berada di Taman Slamet yaitu sebesar 55%. Kelembapan terendah yaitu berada di Lapangan rampal yaitu sebesar 41%. Perbedaan kelembapan tertinggi dengan terendah pada pengukuran rata-rata ini sebesar 14%. Taman Slamet memiliki kelembapan yang tinggi disebabkan pada lokasi ini memiliki kondisi RTH yang rapat. Dari 100 M2 luas pengamatan jumlah

(8)

pohon dan perdu di lokasi ini masing-masing berjumlah 15 pohon dan 7 perdu, dan penutup permukaan tertutup rumput di bawah kanopi pohon sebesar 80%. Kondisi RTH pada Taman Slamet berbeda dengan di hutan Malabar. Pada luas pengamatan yang sama seluas 100 M2 di hutan Malabar hanya terdapat 16 pohon dan 5 perdu. Selain itu, luas penutup permukaan di hutan Malabar yang tertutup rumput dibawah kanopi pohon hanya 75,4% sedangkan di Taman Slamet sebesar 80%. Perbedaan jumlah vegetasi dan penutup permukaan di bawah kanopi pohon ini yang menyebabkan kelembapan udara yang berada di Taman Slamet lebih tinggi daripada di Hutan Malabar. Hal ini terjadi karena dengan rapatnya jumlah pohon maka dapat menyerap radiasi matahari dan menghasilkan H2O. Dari hasil Peningkatan H2O dan

penyerapan CO2 ini yang mempengaruhi peningkatan kelembapan udara (Tauhid,

2008).

Faktor lain yang menyebabkan di Taman Slamet memiliki kelembapan yang lebih tinggi dibandingan Hutan Malabar dikarenakan Hutan Malabar dipengaruhi oleh aktivitas kendaraan bermotor yang relatif ramai sehingga berpengaruh terhadap penurunan kelembapan udara di lokasi ini. Jenis tanaman yang berada di Taman Slamet seluas pengamatan yaitu beringin (Ficus Benjamina), mangga (mangifera indica), angsana (pterocarpus indicus) yang mana pohon ini dapat menyerap CO2

lebih baik daripada jenis pohon yang berada di hutan malabar yaitu Jati (tectona Sp), belimbing dan flamboyant (delonix regia) (Dephut, 2007)

Kelembapan terendah rata-rata yaitu berada di Lapangan rampal. Rendahnya kelembapan di Lapangan rampal disebabkan oleh kondisi RTH pada lokasi ini hanya berupa rumput seluas 100 M2. Rumput merupakan struktur vegetasi yang biasa digunakan sebagai penutup permukaan tanah. Jika dibandingkan dengan struktur vegetasi yang lainnya, manfaat rumput sebagai pereduksi suhu termasuk dalam kategori yang paling kecil yang dapat mereduksi suhu. Oleh karena, rumput merupakan pereduksi suhu yang paling kecil maka hal ini berpengaruh terhadap kelembapan. Dengan kondisi RTH yang hanya berupa rumput dan dibandingkan dengan lokasi lain yang memiliki jumlah pohon dan perdu sekaligus penutup permukaan di bawah kanopi pohon Lapangan Rampal memiliki kelembapan yang

(9)

relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Perbedaan tingkat kelembapan antara Lapangan Rampal dengan Lapangan Gajayana yaitu disebabkan karena adanya pengaruh campur tangan manusia. Pada lokasi di Lapangan Gajayana pada siang hari dilakukan penyiraman di area Lapangan. Akibatnya tanah di Lapangan Gajayana akan lebih banyak menyerap air daripada di Lapangan Rampal

Dari hasil pengukuran kelembapan yang dimulai pukul 06.00-18.00 menunjukkan terjadi peningkatan dan penurunan kelembapan. Terjadinya peningkatan kelembapan berada pada kisaran pukul 14.00-18.00 sedangkan penurunan kelembapan berada pada kisaran pukul 06.00-14.00. Peningkatan dan penurunan kelembapan yang terjadi pada pukul tersebut karena dipengaruhi oleh radiasi matahari yang dipancarkan ke permukaan bumi.

Untuk mengetahui hubungan Ruang Terbuka Hijau dengan suhu udara di Kota Malang analisis data menggunakan SPSS 16. Pada analisis ini mengggunakan Sig. (2-tailed) adalah 0,000 dan acuan korelasi 0,01. Ho diterima jika signifikansi >0,01, dan Ho ditolak jika besarnya signifikansi <0,01. Dari hasil uji SPSS menunjukkan nilai signifikansi 0,000. Dengan demikian Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara variabel kondisi RTH dengan kelembapan udara di Kota Malang.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat hubungan antara kondisi RTH terhadap suhu udara di Kota Malang.

Semakin rapat kondisi RTH maka semakin rendah suhu udara. Kondisi digambarkan dengan kerapatan vegetasi dan penutup kanopinya. Semakin rapat vegetasi dan semakin luas penutup kanopinya maka semakin rendah suhu udaranya. Rata-rata Suhu udara terendah pada 30 titik sampel pengukuran berada di Taman Slamet yaitu sebesar 26.70C. sedangkan rata-rata suhu udara tertinggi berada di Lapangan Gajayana sebesar 28.70C.

2. Terdapat hubungan antara kondisi RTH terhadap kelembapan udara di Kota Malang. Semakin rapat kondisi RTH maka semakin tinggi pula kelembapan udara

(10)

sehingga untuk menjaga agar kelembapan tetap baik maka harus menjaga kondisi RTH. Rata-rata kelembapan tertinggi pada 30 titik sampel pengukuran berada di Taman Slamet 55% sedangkan kelembapan terendah di Lapangan Rampal 41%.

B. Saran

Kondisi RTH sangat berpengaruh terhadap iklim mikro Kota Malang. Pengaruh iklim mikro yaitu dapat meningkatkan tingkat kenyamanan hidup di Kota Malang dan berpengaruh positif pula terhadap aktivitas masyarakat yang berada di Kota Malang. Adapun hal yang harus dilakukan agar kondisi RTH tetap baik dan iklim mikro bisa stabil hendaknya Pemerintah Kota Malang harus melakukan:

1. Perlunya pengelolahan RTH secara lebih serius untuk mengurangi peningkatan suhu udara di Kota Malang.

2. Pengelolahan RTH sebaiknya tidak hanya memperhatikan luasnnya, tetapi yang terpenting memaksimalkan RTH yang tersedia dengan memperbanyak pohon, disertai tanaman perdu dan rumput, sehingga dapat mengurangi peningkatan suhu udara di Kota Malang..

3. Membuat peraturan yang tegas terhadap pengaturan RTH baik RTH public maupun private.

DAFTAR RUJUKAN

Anshory, Nasrudin. 2008. Kearifan Lingkungan Dalam Perspektif Budaya Jawa. Penerbit yayasan obor. Jakarta

Azhima. 2001. Distribusi Cahaya di Hutan Muara Kuamang Jambi. Skripsi tidak DKP Kota Malang. 2013. Profil Bidang Pertamanan.

DKP Kota Malang. 2013. Keputusan Walikota Malang Nomor

188.45/220/35.73.112/2013 Tentang Penetapan Hutan Kota. Dephut – Departemen Kehutanan. 2007a. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan

Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. (Online), (www.dephut.go.id) Diakses 23 Agustus 2013

(11)

Faruq. 2011. Tingkat Kenyamanan Kawasan Permukiman Berdsarkan Kajian Iklim Mikro di Kecamatan Klojen. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Geografi UM

Husein, dkk. 2010. Analysis of Environmental Quality and Comformity in the Urban Forest of Malang City Jurnal agritek Vol. 18 No. 2 April 2010 ISSN 0852-5426

Inoguchi, takashi. 2004. Kota dan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit LP3S Lakitan, B. 1997. Dasar-dasar Klimatologi, Raja Grafindo Persada: Jakarta Prasetyo. 2008. Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro di Kota Pasuruan. Skripsi

tidak diterbitkan. Malang: Geografi UM

Sarwono, Jonathan. 2009. Statistik Itu Mudah Panduan Lengkap Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: Penerbit Andi

Sumarmi. 2010. Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (Rth) Pemukiman Melalui Pendidikan. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: FIS UM

Sumarmi. 2012. Model Pengelolahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jalan Raya Untuk Mengurangi Suhu Udara dan Emisi CO2 di Kota Malang. Penelitian

tidak diterbitkan. Malang: Geografi UM

Suyitno. 2006. Pertukaran Zat dan Proses Hilangnya Air.

(Online),(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyitno- aloysius-drs-ms/pengayaan-materi-transpirasi-tumbuhan-bagi-siswa-sma-8.pdf) Diakses 5 Juli 2013

Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung: ITB

Utomo, Dwiyono Hari. 2009. Meteorologi Klimatologi Dalam Studi Geografi. Malang : UM Press

Tauhid. 2008. Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara Pada Siang Hari di Perkotaan. Thesis tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro

Referensi

Dokumen terkait

Kecemasan diri yang sifatnya abstrak akan sulit jika divisualkan secara langsung tanpa ditampilkan secara simbolik. Maka dari itu ungkapan secara simbolik digunakan

Zona kumpulan III merupakan zona antara sampel 15-25. Terjadi penyusutan vegetasi Lowland Forest. Persentase Graminae dan Lycopodium sp. cenderung menurun pada zona

Berdasarkan hasil plot tersebut yang di overlay dengan type curve Ganesh Thakur, maka dapat dilihat bahwa hasil plot berhimpitan dengan type curve nomor 2,

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prioritas Nasional Tahun 2019- 2024, ditetapkan 6 (enam) Sasaran Strategik Kementerian Dalam Negeri. Adapun tujuan dan Sasaran

tim penyusun menjadi persiapan pertama dalam penyusunan RKJM/RKT atau disebut juga Rencana Strategis (Renstra) di SMK Negeri 1 Magelang. Penyusunan Renstra di SMK

Reading skill meliputi kajian mengenai bagaimana memahami: main idea questions; stated detail TXHVWLRQV ILQG ¶XQVWDWHG¶ GHWDLOV LPSOLHG GHWDLO questions; vocabulary

Dari sisi pengeluaran, pada Triwulan II-2017, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 7,41 persen, kemudian diikuti oleh

Pemilihan MFCC sebagai metode ekstraksi ciri dan codebook sebagai metode identifikasi suara diharapkan dapat memberikan hasil berupa jumlah orang yang bertepuk tangan