• Tidak ada hasil yang ditemukan

BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI ANCAMAN KONFLIK. Disusun sebagai Karya Esai Kritis Limas Oleh: Elsa Safira Hestriana Ilmu Hubungan Internasional 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI ANCAMAN KONFLIK. Disusun sebagai Karya Esai Kritis Limas Oleh: Elsa Safira Hestriana Ilmu Hubungan Internasional 2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI ANCAMAN KONFLIK

Disusun sebagai Karya Esai Kritis Limas 2015

Oleh:

Elsa Safira Hestriana

Ilmu Hubungan Internasional 2013

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PUITIK UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

2

Pendahuluan

Sonny H.B. Harmadi, Kepala Lembaga Demografi FEUI, mengatakan bahwa bonus demografi terjadi ketika penurunan tingkat fertilitas mengubah struktur penduduk menurut usia, sehingga kebutuhan investasi bagi kelompok usia muda menurun, dan alokasi dana dialihkan untuk investasi pembangunan ekonomi serta kesejahterraan keluarga.1 Bonus demografi dapat memberikan kesempatan bagi suatu negara untuk memaksimalkan kapabilitas sumber daya manusianya. Namun di sisi lain, bonus demografi juga dapat memberikan dampak buruk bahkan ancaman pada negara. Esai ini bertujuan untuk meninjau lebih lanjut mengenai bagaimana pertumbuhan demografi dapat mengganggu keamanan negara.

Konsep Human Security

Konsep Human Security menurut Kofi Annan tidak hanya dilihat dari ketidakhadiran konflik kekerasan. Human Security juga melibatkan nilai-nilai HAM, pemerintahan yang baik, akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, serta memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan dan pilihan untuk memenuhi potensi mereka. Kofi Annan menyatakan bahwa setiap langkah menuju Human Security merupakan langkah menuju penghapusan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pencegahan konflik. 2 Dewasa ini, banyak akademisi

dan pembuat kebijakan yang telah mengadopsi kerangka human security yang lebih luas di mana terdapat empat elemen di dalamnya, yaitu keberlangsungan hidup dan keamanan fisik; kesejahteraan kesehatan dan ekonomi; pemerintahan yang absah, terpercaya, dan memiliki kemampuan yang cukup; serta kehormatan individu.3

Tingkat keamanan dalam satu populasi dapat bersifat tidak seimbang di mana populasi yang lebih miskin dan termarginalkan memiliki risiko yang lebih besar terhadap kekerasan fisik dan kesulitan dalam mendapatkan akses pendidikan,

1http://web.kominfo.go.id/sites/default/files/users/12/Siapa%20Mau%20Bonus%20

%20Sonny%20Harry%20Budiutomo%20Harmadi%20.pdf

2 Kofi Annan. “Secretary-General Salutes International Workshop on Human Security in

Mongolia.” Two-Day

Session in Ulaanbaatar, May 8-10, 2000. Press Release SG/SM/7382.

<http://www.un.org/News/Press/docs/2000/20000508.sgsm7382.doc.html> 08/27/01

3 Beebe, SD and M Kaldor. 2010. The Ultimate Weapon Is No Weapon: Human Security and the

(3)

3 perumahan, dan pekerjaan. Ketika human security tidak terpenuhi, maka konflik akan semakin sulit untuk dicegah dan mengancam keamanan negara. Tren demografi dapat menjadi penghalang tercapainya human security ini sehingga juga berpotensi untuk mengganggu keamanan negara.

Bagaimana Populasi Berdampak pada Keamanan

Banyak pemerintah negara di dunia yang telah memikirkan bagaimana menyelaraskan pertumbuhan populasi pemuda di negara mereka dengan kebutuhan yang mereka miliki. Populasi merupakan variabel pokok dalam memicu konflik.4 Perubahan demografi memang tidak secara langsung dapat menyebabkan kekerasan politik, namun perubahan demografi dapat memengaruhi pemicu konflik lainnya. Konteks sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan juga berpengaruh dalam hal ini. Tidak ada rumusan khusus dalam pencegahan konflik.5 Pemuda dalam jumlah yang besar dalam suatu populasi jika dipertemukan dengan masalah-masalah sosioekonomi akan cenderung lebih rentan untuk melakukan pemberontakan. Terbatasnya kesempatan kerja dan kesempatan untuk memperbaiki kehidupan dapat memicu timbulnya keluhan dan membuat partisipasi dalam aksi kekerasan menjadi tampak tidak terlalu berisiko.6 Tumbuhnya struktur umur pemuda juga meningkatkan angka pencari kerja, namun dengan terbatasnya lapangan pekerjaan pada pihak-pihak yang memiliki koneksi, kesempatan para pemuda ini pun juga semakin berkurang.

Kebijakan luar negeri Amerika Serikat telah meningkatkan fokusnya pada ancaman yang ditimbulkan oleh negara-negara yang tidak bisa memenuhi kebutuhan penduduknya. Para pembuat kebijakan di Amerika Serikat menyadari pentingnya demografi dalam mengevaluasi risiko.7 The National Intelligence Council dalam penilaian Global Trends 2025, menandai “arc of instability” demografi yang banyak terjadi di sub-Sahara Afrika, Timur Tengah, dan Asia

4 Urdal, H. 2006. “A Clash of Generations? Youth Bulges and Political Violence.” International

Studies Quarterly 50(3): 607-629.

5 Ibid. 6 Ibid. 7 Ibid.

(4)

4 Selatan sebagai faktor risiko konflik sipil.8 Pada tahun 2010, Panglima Komando Amerika Serikat untuk Afrika dalam pidatonya menyatakan bahwa tantangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan populasi memberikan dampak pada aspek pembangunan lainnya, seperti keamanan pangan, kesehatan, dan lingkungan.9

Struktur Umur dan Risiko Terjadinya Konflik Sipil

Peneltian oleh Population Action International menunjukan bahwa antara tahun 1970 dan 2007, 80% dari jumlah konflik sipil yang terjadi di negara-negara dengan struktur umur yang sangat muda. Negara-negara ini mencakup 44% populasi dunia. Enam dari 9 konflik sipil yang terjadi di antara tahun 2000 sampai 2007 terjadi di negara-negara di mana paling tidak 2/3 dari penduduknya berusia kurang dari 30 tahun.10 Penelitian dari Peace Reasearch Institute Oslo menunjukan bahwa negara-negara dengan populasi pemuda yang besar memiliki kemungkinan mengalami konflik sipil 1,5 kali lebih besar pada abad ke-20 dibandingkan dengan negara-negara dengan struktur umur yang lebih seimbang.11 Negara-negara dengan

struktur umur yang muda juga memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami konflik jika negara-negara tersebut juga menghadapi tingkat pendidikan lanjutan yang rendah. Hal ini menunjukan pentingnya pembangunan yang lebih luas.

Konsiderasi Kebijakan

Struktur umur yang muda dapat muncul sebagai kesempatan baik sekaligus sebagai tantangan. Hal ini ditentukan oleh kapasitas dan kesediaan pemerintah untuk memasukan faktor demografi ke dalam kebijakan negara yang dapat memperkuat human security. Dalam membahas pembangunan jangka pendek, pemerintah harus memprioritaskan ketersediaan pendidikan, lapangan pekerjaan, dan layanan kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga,

8 National Intelligence Council. 2008. Global Trends 2025: A Transformed World. Washington, DC:

National Intelligence Council.

9 Center for Strategic & International Studies. 2010. “Gen. William E. Ward,

Commander, U.S. Africa Command.” http://csis.org/multimedia/audio-militarystrategy-forum-gen-william-e-ward-commander-us-africa-command.

10 Center for Strategic & International Studies. 2010. “Gen. William E. Ward, Commander, U.S.

Africa Command.” http://csis.org/multimedia/audio-militarystrategy-forum-gen-william-e-ward-commander-us-africa-command.

(5)

5 untuk populasi pemuda mereka.12 Struktur umur sendiri dapat berubah seiring waktu sebagai respon terhadap kebijakan baru dan komitmen pemerintah. Salah satu contohnya terjadi di Meksiko, di mana pada tahun 1970-an 72% dari populasinya berusia kurang dari 30 tahun dan tingkat kesuburannyaa mencapai 6,5 anak per perempuan.13 Dalam merespon hal tersebut, pemerintah Meksiko mengeluarkan program perencanaan keluarga, dan program ini mengalami kesuksesan dengan menurunkan tingkat reproduksi hingga 12%.14 Namun kesuksesan yang sama tidak terjadi di sub-Sahara Afrika dan sebagian wilayaah di Timur Tengah dan Asia Selatan. Perempuna-perempuan yang ingin menghindari kehamilan tidak memiliki akses terhadap perencanaan keluarga yang disediakan oleh pemerintah.15 Kebijakan program perencanaan keluarga perlu diprioritaskan untuk membuat perubahan terkait hal ini. Selain itu, kesenjangan gender seperti ketidakberdayaan dan akses yang rendah terhadap pendidikan merupakan faktor penting penyebab meningkatnya angka reproduksi.

Tren demografi dan proyeksi ke depan merupakan aspek yang penting dalam perencanaan kebijakan luar negeri. Berbeda dengan kondisi sosioekonomi lainnya, pola dalam struktur umur dapat menjadi proyeksi yang terpercaya untuk beberapa dekade mendatang berdasarkan tingkat kesuburan, kematian, dan migrasi saat ini.16 Proyeksi ini dapat membantu mengidentifikasi negara-negara dengan populasi yang berpotensi dapat memberikan dampak pada kemampuan pemerintah dalam menyediakan human security untuk penduduknya, dan mengdientifikasi peningkatan kemungkinan konflik. Hal-hal ini harus menjadi pertimbangan dalam rencana dan strategi yang lebih besar demi mencapai keamanan dan kestabilan global.

Saran bagi Pemuda Indonesia

12 United Nations Population Division. 2009. World Population Prospects: The 2008 Revision. New

York: UN Population Division.

13 Ibid. 14 Ibid. 15 Ibid. 16 Ibid.

(6)

6 Pemuda Indonesia sebagai kelompok populasi yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap negara dan pemerintahan dapat berperan dengan mengadvokasi kebijakan-kebijakan kepada pemerintah. Kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk mencegah dampak buruk dari bonus demografi adalah kebijakan yang dapat menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk yang juga berjalan bersamaan dengan pemerataan akses terhadap pendidikan, lapangan pekerjaan, dan layanan kesehatan. Kegiatan advokasi yang dapat dilakukan oleh pemuda dapat dilakukan melalui berbagai bentuk, baik yang bersifat akademis maupun yang lebih kontemporer. Namun, hal yang terpenting sebelum melakukan advokasi adalah dengan memahami dengan benar masalah sebenarnya yang sedang terjadi dan yang akan terjadi. Pemuda sebagai aktor-aktor yang akan menjalankan negara di masa depan harus mampu memproyeksikan keadaan beberapa dekade ke depan untuk merencanakan kebijakan yang harus dibuat.

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bonus demografi dapat menjadi sumber ancaman bagi individu atau yang disebut sebagai human security. Jika human security tidak terpenuhi maka hal tersebut dapat mengganggu keamanan nasional. Banyaknya jumlah penduduk usia muda di suatu negara dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik di negara tersebut. Hal ini disebabkan oleh ketidakmerataan akses terhadap pendidikan, lapangan pekerjaan, serta layanan kesehatan. Meningkatnya jumlah penduduk usia produktif tidak berjalan searah dengan meningkatnya akses yang tersedia. Oleh karena itu, pemerintah harus menciptakan kebijakan yang dapat mengurangi jumlah pertumbuhan penduduk yang juga disertai pemerataan akses terhadap aspek-aspek yang dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. Pemuda dalam hal ini dapat mengambil peran dengan mengadvokasi kebijakan-kebijakan tersebut kepada pemerintah.

Daftar Pustaka

Beebe, SD and M Kaldor. 2010. The Ultimate Weapon Is No Weapon: Human Security and the

New Rules of War and Peace. New York: PublicAffairs.

(7)

7

Center for Strategic & International Studies. 2010. “Gen. William E. Ward, Commander, U.S. Africa Command.” http://csis.org/multimedia/audio-militarystrategy-forum-gen-william-e-ward-commander-us-africa-command.

Commander, U.S. Africa Command.” http://csis.org/multimedia/audio-militarystrategy-forum-gen-william-e-ward-commander-us-africa-command.

http://web.kominfo.go.id/sites/default/files/users/12/Siapa%20Mau%20Bonus%20

%20Sonny%20Harry%20Budiutomo%20Harmadi%20.pdf

Kofi Annan. “Secretary-General Salutes International Workshop on Human Security in Mongolia.” Two-Day

National Intelligence Council. 2008. Global Trends 2025: A Transformed World. Washington, DC: National Intelligence Council.

Session in Ulaanbaatar, May 8-10, 2000. Press Release SG/SM/7382.

<http://www.un.org/News/Press/docs/2000/20000508.sgsm7382.doc.html> 08/27/01

United Nations Population Division. 2009. World Population Prospects: The 2008 Revision. New York: UN Population Division.

Urdal, H. 2006. “A Clash of Generations? Youth Bulges and Political Violence.” International

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus terakhir selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran make a match pada tabel 5 di atas

Berdasarkan hasil analisis batuan intibor pada sumur Logan 06 didapatkan 16 jenis litofasies berbeda yaitu batupasir lapisan silang siur sejajar (Sp), batupasir laminasi bersilang

Tingginya obesitas pada remaja ada kecenderungan mengalami peningkatan, dengan pola makan yang sudah berubah serta aktivitas fisik yang kurang dengan latar

• Pembayaran terkait operasional kantor (antara lain: honor terkait operasional kantor, bahan makanan, penambah daya tahan tubuh (hanya diberikan kepada pegawai yang bekerja di

Hasil penelitian diperoleh kemajuan pada anak autisme yang menjalani terapi perilaku, terapi wicara dan terapi okupasi dengan diet CFGF dan tanpa diet CFGF

KaProdi memberikan Berita Acara Skripsi (Asli) kepada mahasiswa yang telah menyelesaikan proses revisi dari dewan penguji dan membuat 1(satu) salinan masing-masing untuk Prodi

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ordinal seperti tersebut di atas, maka dapat dinyatakan bahwa parameter yang paling banyak mempengaruhi terjadinya longsor

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) memberikan soal pretest pada siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen, (2)