• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI DI KABUPATEN LAMONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI DI KABUPATEN LAMONGAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 412

EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN

PERUNTUKAN INDUSTRI DI KABUPATEN LAMONGAN

Lidya Ningrum1,*, Anak Agung Sagung Alit Widyastuty2 1Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Indonesia

*Email: lidyaningrum13@gmail.com, sagungalit@unipasby.ac.id Abstrak

Penggunaan lahan Kabupaten Lamongan, berupa lahan terbangun 7.19% dan lahan non terbangun berupa sawah 43,76%, dengan aksesbilitas yang dilalui jalan arteri primer. Kabupaten Lamongan diarahkan menjadi kawasan peruntukan industri di Jawa Timur, sesuai RTRW Kabupaten Lamongan kawasan peruntukan industri diarahkan pada kawasan Utara Kabupaten Lamongan. Berdirinya industri-industri baru diluar kawasan peruntukan industri-industri yang telah ditetapkan oleh RTRW Kabupaten Lamongan dapat memicu berbagai masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kemampuan lahan, mengevaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan peruntukan industri berdasarkan RTRW Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis spasial overlay untuk menghitung kemampuan lahan dan juga untuk evaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan industri. Kemampuan lahan dihitung berdasarkan satuan kemampuan lahan dan didapat hasil Kabupaten Lamongan memiliki kemampuan pengembangan tinggi, cukup, dan sedang dengan Persentase kemampuan pengembangan cukup sebesar 118.307 Ha (63,7%) diikuti oleh kemampuan sedang seluas 58.523 Ha (32,3%) dan kemampuan pengembangan tinggi 4.450 Ha (2,5%). Tingkat Kesesuaian lahan eksisting terhadap kemampuan lahan di Kabupaten Lamongan memiliki presentase sesuai sebesar 96% dengan luas 173.855 Ha dari total luas Kabupaten Lamongan dan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan sebesar 4% atau seluas 7.425. peruntukan lahan industri di Kabupaten Lamongan yang sudah sesuai yaitu seluas 447 Ha atau 75,25% dari total luas Peruntukan lahan Industri di Kabupaten Lamongan. Sedangkan penggunaan lahan industri yang belum sesuai seluas 147 Ha atau 25,75%. Kesesuaian pola ruang RTRW dengan Kemampuan lahan pada Kabupaten Lamongan yaitu luas pola ruang yang sesuai dengan kemampuan lahan seluas 164.810 Ha atau 90,9%, sedangkan pola ruang yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan seluas 16.470 Ha atau 9,1% dari total luas Kabupaten Lamongan.

Kata Kunci : Kawasan Peruntukan Industri, Kemampuan Lahan, Kesesuaian Lahan

PENDAHULUAN

Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan 2011-2031 (Pemerintahan Kabupaten Lamongan, 2010) menyatakan bahwa Kabupaten Lamongan menjadi kawasan Pusat Kegiatan Nasional terdapat di perkotaan Lamongan yang merupakan Gerbangkertosusila. Luas wilayah Gerbangkertosusila adalah 592.584 Ha yang mencakup 7 wilayah Administrasi. Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang mempunyai luas kurang lebih 1.812,8 Km2 atau 3,78% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur dengan luas panjang garis pantai sepanjang 47 Km. Kabupaten Lamongan terbagi

(2)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 413 atas 27 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 474 desa/kelurahan (462 desa/12 kelurahan). Kondisi Topografi Kabupaten Lamongan ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter diatas permukaan air laut. Kepadatan penduduk tahun 2018 adalah sebesar 814jiwa/km². Penggunaan lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Lamongan, berupa lahan terbangun 7.19% dan lahan non terbangun berupa sawah 43,76%. Aksesbilitas wilayah Kabupaten Lamongan dilalui jalan arteri primer yang menghubungkan Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Tuban.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031 (Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Timur, 2010) menyebutkan bahwa Kabupaten Lamongan diarahkan menjadi kawasan peruntukan industri dan kawasan industri di Jawa Timur, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan peruntukan industri di Kabupaten lamongan dibagi menjadi 2 yaitu pengembangan industri besar berada pada wilayah utara Kabupaten Lamongan dan industri kecil menengah tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Kawasan peruntukan industri bentang lahan yang diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kabupaten Lamongan menurut data BPS tahun 2019 terdapat 45 industri besar tersebar di Kecamatan Sambeng, Kecamatan Mantup, Kecamatan Kembangbahu, Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Babat, Kecamatan Pucuk, Kecamatan Lamongan, Kecamatan Tikung, Kecamatan Deket, dengan jumlah terbanyak pada Kecamatan Paciran dan Kecamatan Brondong.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2019 Tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Di Kawasan Gresik - Bangkalan Mojokerto - Surabaya - Sidoarjo Lamongan, Kawasan Bromo - Tengger Semeru, Serta Kawasan Selingkar Wilis Dan Lintas Selatan (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2019, 2019) menyebutkan bahwa pemicu terbangunnya industrialisasi adalah adanya Oil Tank Terminal di Kabupaten Lamongan yang memicu berdirinya Kawasan-Kawasan Industri baik yang sudah dalam bentuk kawasan (dikelola oleh Pengembang Industrial Estate), maupun rencana-rencana kawasan industri baru diluar kawasan peruntukan industri yang telah diatur dalam rencana pola ruang RTRW Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031 (Pemerintahan Kabupaten Lamongan, 2010). Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu adanya evaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan peruntukan industri berdasarkan kemampuan lahan untuk kegiatan industri di wilayah pengembangan industri yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan.

METODE

(3)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 414

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer, yaitu data yang diperoleh dari observasi. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu BPS Kabupaten Lamongan, Bappeda Kabupaten Lamongan, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lamongan.

B. Metode Analisa

Metode analisis yang digunakan dalam mencapai tujuan terdiri atas dua tahapan yaitu 1) Menganalisis Kemampuan Lahan Untuk Pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industri

Analisis kemampuan lahan variabel yang digunakan adalah variable yang seperti kemiringan lereng, banjir, tingkat erosi, gerak tanah, curah hujan, jenis tanah dan penggunaan lahan terbangun. Metode yang digunakan yaitu metode skoring, overlay dan metode deskriptif yang berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007) Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Output yang dihasilkan dari analisis ini yaitu berupa peta kesesuaian lahan perumahan berdasarkan aspek fisik. Berikut merupakan informasi mengenai skor yang ditentukan untuk menganalisis kondisi fisik lahan.

a. Satuan Kemampuan Lahan Morfologi

Besar sudut dan kemiringan lereng, untuk mengetahui kelas kemiringan lereng digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 1 Pembobotan (SKL) Morfologi Peta

Kemiringan (%)

Nilai Peta Morfologi Nilai SKL Morfologi

(Nilai) Nilai 0-2 5 Dataran 5 Tinggi (9-10) 5 2-5 4 Landai 4 Cukup (7-8) 4

5-15 3 Perbukitan Sedang 3 Sedang (5-6) 3

15-40 2 Pegunungan/ Perbukitan Terjal 2 Kurang (3-4) 2 >40 1 Pegunungan/ Perbukitan Sangat Terjal 1 Rendah (1-2) 1 Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

b. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng

Kestabilan lereng memiliki variabel yang ada dapat juga meningkatkan kualitas lereng menjadi lebih baik sehingga akan memberikan dampak pembangunan masa depan.

(4)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 415

Tabel 2 Pembobotan SKL Kestabilan Lereng

Ketinggian Nilai Kemiringan Nilai Morfologi Nilai SKL Kestabilan Lereng Nilai

< 500 5 0 - 2 % 5 Dataran 5 Tinggi (14-15) 5 2 - 5 % 4 Landai 4 Cukup (12-13) 4 500 -1500 4 5 -15 % 3 Perbukitan Sedang 3 Sedang (9-11) 3

1500 – 2500 3 15 - 40 % 2 Pegunungan/Perbukitan Terjal 2 Kurang (6-8) 2 > 40 % 1 Pegunungan/Perbukitan Sangat Terjal 1 Rendah (4-5) 1

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007) c. Satuan Kemampuan Lahan Bencana Alam

Kerentanan terhadap banjir, parameter ini dapat dinilai berdasarkan interpretasi penggunaan lahan maupun berdasarkan data yang diperoleh dari badan terkait. Klasifikasi dan kriteria lama penggenangan akibat banjir disajikan sebagai berikut:

Tabel 3 Pembobotan SKL Bencana Alam Gerakan Tanah Nila

i Rawan Gempa Nilai

SKL Bencana

Alam

Nilai

Tinggi 5 Zona Tinggi >0,4 g 5 Tinggi (10-9) 5 Menengah 4 Zona Sedang 0,3-0,4 g 4 Sedang (8-7) 4

Rendah 3

Zona Rendah 0,1-0,2 g

3 Rendah (5-6) 3 Sangat Rendah 2

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007) d. Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air

Tingkat Ketersedian sumber daya air dapat dilihat pada variabel dibawah untuk menyesuiakan kebutuhan dengan kondisi eksisting. Bobot SKL ketersediaan air disajikan sebagai berikut:

Tabel 4 Pembobotan SKL ketersediaan air Peta DAS Nilai Peta Curah

Hujan Nilai Peta Guna Lahan Nilai SKL Ketersediaan Air Nilai Baik merata 5 4000-4500 mm 5 Terbangun 2 Tinggi (11-12) 5 3500-4000 mm 4 Cukup (9-10) 4 Baik tidak merata 4 3000-3500

mm 3 Non

Terbangun 1

Sedang (7-8) 3

Setempat terbatas 3 2500-3000

mm 2 Kurang (5-6) 2

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007) e. Satuan Kemampuan Lahan Drainase

(5)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 416

Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mematuskan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari SKL drainase berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mematuskan air hujan secara alami.

Tabel 5 Pembobotan SKL Drainase Peta

Ketinggian Nilai

Peta Kemiringan

(%)

Nilai Peta Curah

Hujan Nilai SKL Drainase Nilai

<500 5 0 - 2 % 5 2500-3000 mm 2 Tinggi (12-14) 3 2 - 5 % 4 3000-3500 mm 3 Cukup (6-11) 2 500-1500 4 5 - 15 % 3 3500-4000 mm 4 1500-2500 3 15 - 40 % 2 4000-4500 mm 5 Kurang (3-5) 1 >40% 1

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

f. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi

SKL kestabilan pondasi berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan.

Tabel 6 Pembobotan SKL Kestabilan Pondasi SKL Kestabilan Lereng Jenis Tanah Nilai SKL Kestabilan Lereng Nilai Ketinggian Nilai Kemiringan Nilai Morfologi Nilai

< 500 5

0 - 2 % 5 Dataran 5 Alluvial 5 Tinggi (18-20) 5

2 - 5 % 4 Landai 4 Latosol 4 Cukup (15-17) 4

500 -1500 4 5 -15 % 3 Perbukitan Sedang 3 Mediteran, Brown Forest 3 Sedang (11-14) 3 1500 –2500 3 15 - 40 % 2 Pegunungan/

Perbukitan Terjal 2 Podsol Merah Kuning 2 Kurang (8-10) 2 > 40 % 1 Pegunungan/Perb ukitan Sangat Terjal 1 Rendah (5-7) 1

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

(6)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 417

Satuan kemampuan lahan gerakan tanah didasarkan pada kenampakan erosi yang terdapat diwilayah studi. Kriteria kenampakan erosi dinilai sebagai berikut :

Tabel 7 Pembobotan SKL Erosi Curah

Hujan Nilai Jenis Tanah Nilai Morfologi Nilai Kemiringan Nilai SKL Erosi Nilai

2500 - 3000 1 Podsol Merah Kuning 2

Perbukitan

sangat terjal 1 0 -2 % 5 Tinggi (7-10) 5

3000 - 3500 2

Mediteran,

Brown Forest 3 perbukitan terjal 2 2 -5 % 4 Cukup (11-15) 4 Latosol 4 5 - 15 % 3 Kurang (16-20) 3 3500-4000 3 Alluvial 5 Perbukitan Sedang 3 15 -40 % 2 Rendah (21-24) 2 > 40 % 1

Sumber (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

h. Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah

Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan limbah merupakan satuan untuk mengetahui daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.

Tabel 8 Pembobotan SKL Pembuangan Limbah Ketinggian Nilai Kemiringan

(%) Nilai Curah Hujan Nilai

Guna Lahan Nilai SKL Pembuangan Limbah Nilai <500 5 0 - 2 % 5 2500-3000 mm 2 Non Terbangun 1 Tinggi (4-6) 5 2 - 5 % 4 3000-3500 mm 3 Cukup (7-8) 4 500-1500 4 5 - 15 % 3 3500-4000 mm 4 Terbangun 2 Sedang (9-10) 3 1500-2500 3 15 - 40 % 2 4000-4500 mm 5 Kurang (11-12) 2 >40% 1 Rendah (13-14) 1

Sumber :(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

i. Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan

SKL kemudahan dikerjakan berfungsi untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali / dimatangkan dalam proses pembangunan / pengembangan kawasan.

(7)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 418

Ketinggian Nilai Kemiringan

(%) Nilai Jenis Tanah Nilai

SKL Kemudahan Di Kerjakan Nilai <500 5 0 - 2 % 5 Alluvial 5 11-15 Tinggi 5 2 - 5 % 4 Latosol 4 10-7Sedang 4 500-1500 4 5 - 15 % 3 Brown Forest, Mediteran 3 6-3Kurang 3 15 - 40 % 2 1500-2500 3 >40% 1 Podsol Merah Kuning 2 0-3Rendah 2

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

Mengoverlay setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil pengalian nilai akhir (tingkatan kemampuan lahan paada setiap SKL) dengan bobotnya secara satu persatu sehingga diperoleh peta jumlah nilai akhir dikalikan bobot seluruh SKL secara kumulatif (Djayanegara, 2013). Pembobotan satuan kemampuan lahan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan

No. Satuan Kemampuan Lahan Bobot

1. SKL Morfologi 5 2. SKL Kemudahan Dikerjakan 1 3. SKL Kestabilan Lereng 5 4. SKL Kestabilan Pondasi 3 5. SKL Ketersediaan Air 5 6. SKL Terhadap Erosi 3 7. SKL Untuk Drainase 5 8. SKL Pembuangan Limbah 0 9. SKL Terhadap Bencana Alam 5

Sumber: (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

Pembuatan peta nilai kemampuan lahan merupakan penjumlahan nilai dikalikan bobot dengan melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh dari hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan secara kumulatif (Hardjowigeno & Widyatmaka, 2018). Sehingga didapatkan klasifikasi pengembangan kemampuan lahan yang dijabarkan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Klasifikasi Pengembangan Kemampuan Lahan Nilai Total Kelas Kemampuan

Lahan Keterangan

0 - 6 Zona E Kemampuan Pengembangan Rendah 6 – 15 Zona D Kemampuan Pengembangan Kurang 16 – 25 Zona C Kemampuan Pengambangan Sedang 26 – 35 Zona B Kemampuan Pengembangan Cukup 36 – 45 Zona A Kemampuan Pengembangan Tinggi

(8)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 419 2) Evaluasi kesesuaian pemanfaatan lahan kawasan peruntukan industri terhadap RTRW Kabupaten

Lamongan

Evaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan lahan peruntukan industri terhadap RTRW Kabupaten Lamongan menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik overlay. Data yang digunakan adalah peta kemampuan lahan, peta penggunaan kawasan peruntukan industri eksisting Kabupaten Lamongan dan peta pola ruang RTRW Kabupaten Lamongan dari sumber Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan. Dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 12 Kriteria Kesesuaian Lahan

SKL Kestabil an Lereng SKL Morfolo gi SKL Ketersedia an Air SKL Kemudah an Dikerjaka n SKL Pembuang an Limbah SKL Draina se SKL Erosi SKL Benca na Alam SKL Kestabil an Pondasi Peta Guna Lahan Eksistin g Kesesuai an Kestabil an Lereng Tinggi 0-15%, Datar, relative datar, berbukit

TInggi Tinggi Tinggi Tinggi Ting gi Tidak berada pada daerah rawan tsuna mi, dan geraka n tanah sedang Tinggi Bukan merupak an daerah sawah irigasi Sesuai Kestabil an Lereng Cukup

Cukup Cukup Cukup Cukup Cuku

p Cukup

Sumber: (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/Prt/M/2007, 2007) HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kemampuan Lahan Untuk Pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industri di Kabupaten Lamongan

Kemampuan menggambarkan potensi fisik tanah secara unum untuk berbagai penggunaan dengan mempertimbangkan resiko kerusakan tanah dan faktor-faktor pembatas tanah (limiting factors) Sadyohutomo, (2012). Berdasarkan Permen PU 20/PRT/M/2007 yang membahas tentang SKL analisis kemampuan lahan terdiri dari 9 satuan kemampuan lahan (SKL) yaitu SKL Morfologi, SKL Kemudahan Dikerjakan, SKL Kestabilan Lereng, SKL Kestabilan Pondasi, SKL Kestabilan Ketersediaan Air, SKL Drainase, SKL Erosi, SKL Pembuangan Limbah, dan SKL Bencana Alam. 9 variabel tersebut akan dilakukam penjumlahan nilai dikalikan bobot dengan melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh dari hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan secara kumulatif.

(9)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 420

Kabupaten Lamongan terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Timur, dengan luas keseluruhan wilayah mencapai 181.280 Ha dan secara administrasi sampai dengan tahun 2019 wilayahnya terbagi atas 27 Kecamatan.

1) Satuan Kemampuan Lahan Morfologi

SKL morfologi pada Kabupaten Lamongan menghasilkan 4 kelas SKL morfologi yaitu tinggi, cukup, sedang, kurang, dan rendah. SKL Morfologi dengan persentase tertinggi yaitu 54% berada pada kelas SKL Morfologi Tinggi dengan luas 98.452 Ha sedangkan SKL Morfologi terendah dengan persentase 1% adalah kelas SKL Morfologi Rendah seluas 1.534 Ha. Peta analisis SKL Morfologi dapat dlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Analisis SKL Morfologi Kabupaten Lamongan Tahun 2020

2) Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng

Analisis SKL kestabilan lereng pada Kabupaten Lamongan meliputi kelas kestabilan lereng tinggi, cukup, sedang dan kurang. Kestabilan lereng terluas pada kelas kestabilan lereng tinggi sebesar 92.169 Ha atau 51% sedangkan terkecil pada kelas kestabilan lereng kurang sebesar 4.872 Ha atau 2% dari luasan Kabupaten Lamongan. Analisis Kestabilan Lereng untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng di suatu wilayah atau kawasan dalam menerima beban pada pengembangan wilayah dan kawasan. Kabupaten Lamongan berdasarkan analisis SKL kestabilan lereng memiliki pengembangan kemampuan lahan yang dapat dikembangkan mencapai 118.939 Ha. Peta analisis SKL kestabilan lereng dapat dilihat pada Gambar 2.

(10)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 421

Gambar 2 Peta Analisis SKL Kestabilan Lereng Kabupaten Lamongan Tahun 2020

3) Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi

Analisis kemampuan lahan kestabilan pondasi bahwa luas lahan yang tertinggi pada SKL kestabilan pondasi adalah pada kelas kestabilan cukup dengan luas mencapai 46.154 Ha memiliki persentase sebesar 25% dan untuk kelas kestabilan tinggi mencapai 76.345 Ha dengan persentase 42%. Kabupaten Lamongan berdasarkan analisis SKL kestabilan pondasi memiliki pengembangan kemampuan lahan yang dapat dikembangkan mencapai 178.406 Ha dalam memudahkan pengembangan dan pembangunan. Peta analisis SKL kestabilan pondasi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta Analisis SKL Kestabilan Lereng Tahun 2020

4) Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air

Analisis ketersedian air dapat digunakan untuk mengetahui tingkat ketersediaan air dan kemampuan penyediaan air, guna pengembangan kawasan budidaya di atasnya. hasil analisis

(11)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 422

memiliki ketersedian air yang didominasi oleh kelas kestabilan sedang yaitu mencapai 147.371 Ha dan kelas kestabilan cukup mencapai 33.909 Ha. Peta analisis SKL Ketersediaan Air dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Peta Analisis SKL Ketersediaan Air Kabupaten Lamongan Tahun 2020

5) Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi

Analisis Kemampuan lahan terhadap erosi di Kabupaten Lamongan bahwa nilai yang dapat dijadikan kelas yaitu Rendah dengan luas sebesar 63.854 Ha dan kelas Kurang dengan luas sebesar 111.231 Ha, Satuan kemampuan lahan erosi pada Kabupaten Lamongan adalah kelas rendah dan kelas kurang sehingga tidak tingkat erosi pada Kabupaten Lamongan cukup rendah. Peta analisis SKL terhadap erosi dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Peta Analisis SKL Terhadap Erosi Kabupaten Lamongan Tahun 2020

6) Satuan Kemampuan Lahan untuk Drainase

Analisis SKL drainase pada Kabupaten Lamongan yang berpotensi sebagai kawasan yang satuan kemampuan lahan kelas cukup untuk dengan luas 119.931 Ha dan kemampuan lahan

(12)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 423

kelas rendah seluas 61.349 Ha yang memenuhi kebutuhan yang kemungkinan tergenang air tidak akan berpotensi besar ini dikarenakan lokasi yang berkontur bisa mengalirkan air ke daerah aliran sungai. Peta analisis SKL untuk drainase dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Peta Analisis SKL Drainase Kabupaten Lamongan Tahun 2020

7) Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah

Analisis SKL pembuangan limbah di Kabupaten Lamongan terdapat empat kelas pembuangan limbah yaitu Pembuangan limbah kelas tinggi seluas 5.197 Ha, pembuangan limbah cukup seluas 46.803 Ha, pembuangan limbah kelas sedang seluas 24.949 Ha dan pembuangan limbah kelas kurang seluas 104.331 Ha. Kabupaten Lamongan berdasarkan analisis SKL pembuangan limbah memiliki pengembangan kemampuan lahan yang dapat dikembangkan mencapai 76.949 Ha yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Peta analisis SKL pembuangan limbah dapat dilihat pada Gambar 7.

(13)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 424

Gambar 7 Peta Analisis SKL Pembuangan Limbah Kabupaten Lamongan Tahun 2020

8) Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Bencana

Analisis SKL rawan bencana pada Kabupaten Lamongan terdapat 2 kelas kemampuan lahan yaitu kelas kemampuan sedang dan kelas kemampuan rendah. Bencana alam kelas rendah mencapai luas 176.138 Ha atau sebesar 97% dari luas Kabupaten Lamongan sedangkan bencana alam kelas sedang seluas 5.142 Ha. Oleh sebab itu lahan yang berada pada rawan bencana rendah masih termasuk daerah yang dapat direncanakan karena rawan bencana masih bisa diberi arahan. Peta analisis SKL terhadap bencana dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Peta Analisis SKL Bencana Alam Kabupaten Lamongan Tahun 2020

9) Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan

Analisis SKL kemudahan dikerjakan pada Kabupaten Lamongan menghasilkan 2 kelas SKL kemudahan dikerjakan tinggi dan sedang. Kelas kemudahan dikerjakan Tinggi dengan luas sebesar 58.649 Ha, sedangkan kelas kemudahan dikerjakan sedang dengan luas sebesar 122.631 Ha. Satuan kemampuan lahan kemudahan di kerjakan pada Kabupaten Lamongan yang dapat dimanfaatkan pada kelas Tinggi seluas 58.649 Ha memiliki kemudahan lahan untuk digali / dimatangkan dalam proses pembangunan / pengembangan kawasan. Peta analisis SKL kemudahan dikerjakan dapat dilihat pada Gambar 9.

(14)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 425

Gambar 9 Peta Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan Kabupaten Lamongan Tahun 2020

10) Kemampuan Lahan

Kemampuan lahan Kabupaten Lamongan memiliki rentang nilai dari 16 sampai 45 atau pada kemampuan pengembangan Tinggi (Zona A) seluas 4450 Ha yang terdapat di sebagian Kecamatan Babat, Brodong, Deket, Glagah, Kalitengah, Karangbinangun, Karanggeneng, Lamongan, Laren, Maduran, Pucuk, Solokuro, Sugio, Sukorame, Tikung dan Turi, kemampuan pengembangan Cukup (Zona B) seluas 118.307 Ha terdapat di sebagian Kecamatan Babat, Blubuk, Brondong, Deket, Glagah, Kalitengah, Karangbinangun, Karanggeneng, Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Laren, Maduran, Modo, Ngimbang, Paciran, Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Pucuk, Solokuro, Sugio, Sukodadi, Sukorame, Tikung dan Turi. Kemampuan Lahan dengan kriteria kemampuan pengembangan sedang (Zona C) seluas 58.523 Ha yang berada di sebagian Kecamatan Babat, Blubuk, Brondong, Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Mantup, Modo, Ngimbang, Paciran, Pucuk, Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Solokuro dan Sukodadi. Lahan pada kemampuan pengembangan tinggi dan cukup merupakan lahan yang sesuai untuk dikembangkan budidaya berupa lahan terbangun, sedangkan pada kemampuan lahan sedang harus memiliki pembatas dan ancaman sehingga perlu dijadikan kawasan lindung (Inkantriani, 2008). Luasan kelas kemampuan lahan di Kabuaten Lamongan dapat dilihat pada Tabel 13 dan peta analisis kemampuan lahan dapat dilihat pada Gambar 10.

(15)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 426

Tabel 13 Analisis Kemampuan Lahan di Kabupaten Lamongan

No Keterangan Zona Luas (Ha) Persenta

se (%) Nilai

1 Kemampuan Pengembangan Tinggi Zona A 4.450 2,5 36 – 45

2 Kemampuan Pengembangan Cukup Zona B 118.307 63,5 26 – 35

3 Kemampuan Pengembangan Sedang Zona C 58.523 32,3 16 – 25

Jumlah 181.280 100

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2020

Gambar 10 Peta Analisis Kemampuan Lahan Kabupaten Lamongan Tahun 2020

B. Evaluasi Kesesuaian pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industru terhadap RTRW Kabupaten Lamongan

1) Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Eksisting Terhadap Kemampuan Lahan

Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan eksisting terhadap kemampuan lahan bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan lahan eksisting yang sesuai atau tidak sesuai berdasarkan kemampuan lahan (Hutomo & Rahayu, 2013), sehingga didapatkan kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dengan kemampuan lahan di Kabupaten Lamongan menunjukkan bahwa 96% atau 173.855 Ha penggunaan lahan eksisting sesuai dengan kemampuan lahannya sedangkan 4% atau 7.425 Ha penggunaan lahan eksisting tidak sesuai dengan kemampuan lahannya dan untuk kesesuaian peruntukan lahan industri eksisting di Kabupaten Lamongan dengan total luas 594 Ha menunjukan bahwa 75,25%

(16)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 427

penggunaan lahan industri eksisting sesuai dengan kemampuan lahannya sedangkan 24,75% tidak sesuai dengan kemampuan lahannya. dikarenakan masih terdapat lahan terbangun pada kawasan sawah irigasi atau pada kawasan lindung. Peta Kesesuaian penggunaan lahan eksisting terhadap kemampuan lahan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Peta Evaluasi Kesesuaian Pemanfaatan Lahan Eksisting dengan Kemampuan Lahan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh beberapa kesimpulan bahwa Kabupaten Lamongan memiliki Kemampuan Lahan dengan kriteria kemampuan pengembangan tinggi yang terdapat di sebagian Kecamatan Babat, Brodong, Deket, Glagah, Kalitengah, Karangbinangun, Karanggeneng, Lamongan, Laren, Maduran, Pucuk, Solokuro, Sugio, Sukorame, Tikung dan Turi dengan memiliki luas 4.450 Ha (2,5 %). Sedangkan Kemampuan Lahan dengan kriteria kemampuan pengembangan cukup seluas 118.307 Ha (63,5%) terdapat di sebagian Kecamatan Babat, Blubuk, Brondong, Deket, Glagah, Kalitengah, Karangbinangun, Karanggeneng, Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Laren, Maduran, Modo, Ngimbang, Paciran, Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Pucuk, Solokuro, Sugio, Sukodadi, Sukorame, Tikung dan Turi. Kemampuan Lahan dengan kriteria kemampuan pengembangan sedang seluas 58.523 Ha (32,3%) yang berada di sebagian Kecamatan Babat, Blubuk, Brondong, Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Mantup, Modo, Ngimbang, Paciran, Pucuk, Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Solokuro dan Sukodadi.

Kesesuaian lahan eksisting terhadap kemampuan lahan di Kabupaten Lamongan memiliki presentase sesuai sebesar 96% dengan luas 173.855 Ha dari total luas Kabupaten Lamongan dan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan sebesar 4% atau seluas

(17)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 428

7.425 Ha dari total luas Kabupaten Lamongan. kawasan peruntukan lahan industri di Kabupaten Lamongan memiliki luas 594 Ha yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Lamongan. Berdasarkan kesesuaian penggunaan lahan eksisting dengan kemampuan lahan, peruntukan lahan industri di Kabupaten Lamongan yang sudah sesuai yaitu seluas 447 Ha atau 75,25% dari total luas Peruntukan lahan Industri di Kabupaten Lamongan. Sedangkan penggunaan lahan industri yang belum sesuai seluas 147 Ha atau 25,75%. Kesesuaian pola ruang RTRW dengan Kemampuan lahan pada Kabupaten Lamongan yaitu luas pola ruang yang sesuai dengan kemampuan lahan seluas 164.810 Ha atau 90,9% dari luas total Kabupaten Lamongan, sedangkan pola ruang yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan seluas 16.470 Ha atau 9,1% dari total luas Kabupaten Lamongan..

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima Kasih kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan yang telah membatu dalam memberikan data untuk mendukung penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Djayanegara, A. (2013). Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Kawasan Industri Besar Di Kota Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Hardjowigeno, S., & Widyatmaka. (2018). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta: UGM Press.

Hutomo, I. A., & Rahayu, S. (2013). Identifikasi Perkembangan Dan Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Kawasan Industri Di Kota Semarang. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Dan Kota), 2(3).

Inkantriani, B. P. (2008). Evaluasi Daya Dukung Lingkungan Zona Industri Genuk Semarang. Universitas Diponegoro, Semarang.

Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Timur. (2010). Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031.

Pemerintahan Kabupaten Lamongan. (2010). Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007. (2007). Tentang Pedoman Teknik Analisa Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/Prt/M/2007. (2007). Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya Modul Terapan.

(18)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 429

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2019. (2019). Tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Di Kawasan Gresik - Bangkalan - Mojokerto - Surabaya - Sidoarjo - Lamongan, Kawasan Bromo -Tengger - Semeru, Serta Kawasan Selingkar Wilis Dan Lintas Selatan.

Gambar

Tabel 1 Pembobotan (SKL) Morfologi  Peta
Gambar 1. Peta Analisis SKL Morfologi Kabupaten Lamongan Tahun 2020  2)  Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng
Gambar 3 Peta Analisis SKL Kestabilan Lereng Tahun 2020  4)  Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air
Gambar 4 Peta Analisis SKL Ketersediaan Air Kabupaten Lamongan Tahun 2020  5)  Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi
+5

Referensi

Dokumen terkait

terhadap loyalitas kerja karyawan pada perusahaan kecap murni jaya kediri, dengan nilai t hitung pada variabel tunjangan adalah sebesar 2,917 dengan tingkat signifikansi

Melihat besarnya peranan pengencer terhadap kualitas semen selama penyimpanan, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penambahan glukosa pada

Dari Grafik pengujian permeabilitas laboratorium untuk campuran 10% abu sekam padi, didapatkan hasil kesimpulkan yang sama bahwa semakin lama waktu pengujian nilai

Sistem perpipaan harus mempunyai fleksibilitas yang cukup, agar pada saat terjadi ekspansi termal dan kontraksi, pergerakan dari penyangga dan titik persambungan pada system

Demikian pula energi yang diproduksi tiap tahun (baru mulai diproduksi pada masa operasi) juga dirinci dalam nilai tahunan, sehingga akan ada sebanyak 40 nilai

Hidroponik berasal dari bahasa Latin yang berarti “Working Water atau Pemberdayaan Air”.Kenyataannya hidroponik adalah menanam tanaman tanpa tanah, atau sering

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis pengaruh kualitas produk, harga dan promosi terhadap keputusan pembelian produk air minum isi ulang (Studi Kasus masyarakat

baik dalam keadaan hidup atau mati akan mengakibatkan perubahan histopatologi pada usus mencit jika diinokulasikan secara oral yang nantinya hasil penelitian ini akan membuktikan