• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 1, No 1, Agustus 2021 (90-106) https://e-journal.stteriksontritt.ac.id/index.php/prosiding

Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Vonny Ells1, Norce L. Saleky2, Ninik Tri Utami3, Jevri Terok4, Marlina Nasrani J.5 1,2,3,4,5Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt

Abstract: Christian Religious Education is one thing that is very important to be taught to

everyone. Christian religious education is not an option for everyone but is a very important thing because it is a mandate given by God to humans with the aim that humans can teach God's truth specifically in the family. This article provides an understanding of the importance of Christian Religious Education in the Family. By using a qualitative approach and using a case study description method, it is concluded that Christian Religious Education in the family is something that is very ungen to be implemented in today's Christian families.

Keywords: Christian education; Christian family

Abstrak: Pendidikan Agama Kristen merupakan satu hal yang sangat penting untuk

diajarkan kepada semua orang. Pendidikan Agama Kristen bukan suatu pilihan bagi setiap orang tetapi merupakan suatu hal yang sangat penting karena merupakan mandat yang diberikan oleh Allah kepada manusia dengan tujuan agar manusia dapat mengajarkan mengenai kebenaran Allah secara khusus dalam keluarga. Artikel ini memberikan sebuah pemahaman betapa pentingnya Pendidikan Agama Kristen di Keluarga. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskripsi studi kasus, disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan sesuatu yang sangat ungen untuk dilaksanakan di dalam keluarga Kristen masa kini.

Kata Kunci: keluarga Kristen; pendidikan agama Kristen

PENDAHULUAN

Pada masa ini Pendidikan Agama Kristen di keluarga Kristen seringkali kurang mendapat perhatian bahkan diabaikan oleh banyak keluarga-keluarga Kristen. Ada banyak keluarga Kristen yang melepaskan tanggung jawabnya dalam melaksanakan Pendidikan Agama Kristen di keluarga dan memberikan tanggung jawab itu kepada gereja dan sekolah-sekolah. Kebanyakan orang Kristen bila ditanyakan mengenai Pendidikan Agama Kristen akan menyebutkan hanya sekolah minggu, katekisasi dan Pendidikan Agama Kristen di sekolah-sekolah.1 Bahkan terlalu sering orang tua atau keluarga pada masa kini menyerahkan beban Pendidikan Agama Kristen kepada sekolah-sekolah dan gereja untuk memikul tanggung jawab terbesar dalam memberikan Pendidikan Agama Kristen tersebut kepada anak-anak mereka.2 Sehingga orang Kristen lupa bahwa lembaga pendidikan terbaik di dunia adalah

1 L. Humes, Arah Pendidikan Kristen Jilid I, (Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 1983), 23.

(2)

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 91

keluarga dan kebanyakan masyarakat atau keluarga pada masa kini telah melalai-kan kesempatan ini dan mencoba menjadimelalai-kan sekolah, televisi, dan juga gereja sebagai gantinya.3

Melihat akan beberapa pendapat di atas, sudah jelas bahwa ada banyak kelu-arga-keluarga Kristen pada masa kini yang memberikan tanggung jawabnya dalam melaksanakan Pendidikan Agama Kristen kepada sekolah-sekolah dan gereja saja dan memiliki pemahaman yang keliru atau kurang benar tentang PAK di keluarga. Hal tersebut jika dibiarkan dapat memberi pengaruh yang buruk bagi keluarga-keluarga itu sendiri, bagi gereja dan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Orang Kristen harus tahu bahwa gereja itu terdiri dari keluarga-keluarga, dan masyarakat juga terdiri dari keluarga-keluarga, jadi jika kehidupan rohani keluarga-keluarga Kristen rapuh, maka hal ini juga mempengaruhi kehidupan rohani dalam gereja dan masyarakat yang lebih luas. apabila keluarga rapuh maka gereja pun akan rapuh. Jadi jika kita menginginkan gereja dan bangsa yang kuat maka kita harus membina keluarga-keluarga untuk menjadi keluarga yang kuat. Itulah sebabnya gereja dan keluarga harus bekerja sama memikirkan bagaimana caranya untuk dapat membina atau membangun keluarga yang kokoh dalam pendidikan Agama Kristen.

Artikel ini bertujuan menegaskan pentingnya Pendidikan Agama Kristen di Keluarga. Tesis penelitian ini adalah, mengajarkan tentang Pendidikan Agama Kris-ten di Keluarga itu sangat penting, supaya setiap keluarga KrisKris-ten tahu bahwa Pendidikan Agama Kristen di keluarga dapat menolong setiap anggota keluarga untuk mengenal siapa Kristus dan mampu melaksanakan Pendidikan Agama Kristen itu di dalam keluarga.

METODE PENELITIAN

Untuk mengungkapkan persoalan Pendidikan Agama Kristen di keluarga, maka dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini merupakan studi pustaka dengan mendeskrupsikan beberapa kasus pembelajaran PAK di Keluarga. Studi ini merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, ling-kungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami sesuatu hal4 khususnya digunakan untuk dapat mengungkapkan secara mendalam dan luas tentang pendidikan agama Kristen di keluarga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen di Keluarga

Pendidikan Agama Kristen adalah merupakan soal yang amat penting dalam kehidupan gereja dan umat-Nya. Sejak gereja yang paling tua hingga gereja di abad modern ini gereja terus menggumuli peranan Pendidikan Agama Kristen dalam ke-hidupan Kristen. Pertama-tama bahwa Pendidikan Agama Kristen merupakan tugas utama gereja, kemudian berkembang ke luar gereja, lingkungan keluarga,

masya-3 Tim Lahaye, Kebahagiaan Pernikahan Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 87. 4 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 187-188.

(3)

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

rakat hingga lingkungan pendidikan. Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman yang benar tentang Pendidikan Agama Kristen dan tujuan Pendidikan Agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus, yang dinyatakannya dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungannya.5

Pendidikan Agama Kristen juga berarti proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus dan bergantung pada kuasa Roh Kudus yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan, yang melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan para murid.6

Pengertian yang lain tentang Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang sadar, sistematis, dan berkesinambungan untuk mewariskan, membangkitkan atau memperoleh baik pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, atau kepekaan-kepekaan, maupun hasil dari usaha tersebut.7 Dengan demikian Pendidikan Agama Kristen adalah dengan menerima pendidikan itu, segala pelajar, muda dan tua, memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri, dan oleh dan dalam Dia mereka terhisap pula pada persekutuan jemaatNya yang mengakui dan mempermuliakan namaNya di segala waktu dan tempat,8 karena Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang berisi ajaran tentang iman Kristen, yang menekankan ketiga aspek pendidikan yaitu pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai-nilai (afektif) dan ketrampilan (psikomotor) yang berdasarkan iman Kristen.9

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang dilakukan secara sadar, sistematis dan berkesinambungan untuk mewariskan dan menumbuhkan serta mengembangkan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami kasih dan rencana Allah melalui Yesus Kristus dalam setiap aspek kehidupannya dan menyatakannya dalam kehidupan sehari-hari baik terhadap sesama maupun terhadap lingkungannya dan mengakui serta memuliakan nama Yesus Kristus di segala waktu dan tempat. Dan didalamnya menekankan ketiga aspek pendidikan yaitu pengetahuan, sikap dan nilai-nilai serta ketrampilan.

Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah: Pertama, untuk menjadikan mere-ka murid-murid yang meyakinmere-kan baik dengan mere-kata-mere-kata maupun perbuatan di tengah-tengah dunia, jadi tujuan akhir dari Pendidikan Agama Kristen adalah

5 Dame Taruli Simamora dan Rida Gultom, Pendidikan Agam Kristen Kepada Remaja dan

Pemuda,

(Medan: Mitra, 2011), 10. 6 Ibid, 11.

7 J. M. Nainggolan, Strategi Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Generasi Info Media, 2008), 2. 8 E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 39.

(4)

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 93

menjadikan peserta didik murid sejati, apa pun arti dari ungkapan menjadi murid.10 Kedua, untuk membimbing individu-individu pada semua tingkat perkembangan-nya, dengan cara pendidikan kontemporer, menuju pengenalan serta pengalaman akan tujuan serta rencana Allah dalam Kristus melalui setiap aspek kehidupan, dan juga untuk memperlengkapi mereka demi pelayanan yang efektif. Di dalam tujuan yang kedua ini, ada dua tujuan akhir, yakni: pengenalan serta pengalaman akan tujuan dan rencana Allah dalam Kristus,dan menjadi pelayan yang efektif.11

Komisi PAK dari Dewan Gereja-gereja di Indonesia pernah merumuskan tujuan akhir dari Pendidikan Agama Kristen dengan kata-kata sebagai berikut: “Mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang ke da-lam suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Hal ini dinyatakan dada-lam kasih-nya terhadap Allah dan sesamakasih-nya manusia, yang dihayati dalam hidupkasih-nya sehari-hari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh Kristus yang hidup.”12 Nainggolan berpendapat bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Kristen mengandung tiga aspek penting yaitu: Pertama; Aims, yaitu tujuan yang akan dicapai pada akhirnya (menuju kedewasaan iman). Kedua; Goals, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu (paket). Dan ketiga; Objektives, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam suatu proses belajar-mengajar dalam satu kali tatap muka. Definisi yang paling tepat dalam kaitannya dengan Pendidikan Agama Kristen adalah untuk mencapai kedewasaan iman. Seluruh proses Pendidikan Agama Kristen haruslah bertujuan untuk membawa peserta didik kepada taraf kedewasaan iman.13 Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Kristen adalah untuk membawa peserta didik mengenal Allah di dalam Yesus Kristus dan menjadikan peserta didik dewasa di dalam iman serta menyatakan iman tersebut di dalam kehidupannya setiap hari.

Pentingnya Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga

Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan suatu keharusan yang harus dilaksanakan bukan suatu pilihan, seperti yang dijelaskan oleh Howard Hendriks, seorang profesor pendidikan Kristen di Seminary Teological Dalas. Howard mengatakan: “Christian education is not an option, it is an order, it is not a luxury, it is a life. It is not something nice to have, it is something nesessary to have. It is not a part of the work the church, it is the work of the church. It is not extraneous, it is essential. It is our obligation, not merely an option”. (Pendidikan Kristen bukan pilihan, tetapi suatu perintah; itu bukan merupakan sebuah barang yang mewah, tetapi sebuah kehidupan. Itu bukan sesuatu hal yang bagus sehingga harus dimiliki tetapi suatu kebutuhan yang harus dimiliki. Itu bukan merupakan sebagian dari pekerjaan gereja, tetapi itu adalah pekerjaan gereja. Itu bukan sesuatu

10 Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 30. 11 Ibid., 31.

12 Ibid.

(5)

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

hal yang tak ada hubungannya (sampingan), tetapi suatu hal yang utama. Itu kewajiban kita dan bukan pilihan kita).14

Oleh karena Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu merupakan suatu keha-rusan maka otomatis itu merupakan sesuatu yang sangat penting. Ada tiga alasan mengapa Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu penting, yaitu yang pertama Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu sangat penting oleh karena Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan perintah dari Allah (Ul. 6:7; Ef. 6:4). Alasan yang kedua, adalah karena Pendidikan Agama Kristen di Keluarga memiliki manfaat-manfaat yang besar. Dan yang keempat yaitu karena ada akibat negatif yang kita dapati apabila kita melalaikan Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga.

PAK di keluarga adalah Perintah Allah, Dalam Perjanjian Lama terdapat bagian firman Tuhan yang kaya dan relevan yang berhubungan dengan mendidik anak yaitu dalam Kitab Ulangan fasal 6, dimana dalam Ulangan 6:1-3 bangsa Israel diperintahkan Allah untuk melakukan ketetapan dan peraturan yang diberikan Allah dengan tujuan supaya bangsa Israel dan keturunan mereka takut akan Tuhan (Ul. 6:2a) dan supaya mereka lanjut umur (Ul. 6:2b). Untuk itu bangsa Israel mengajar anak-anak mereka tentang kasih Allah tersebut (Ul. 6:4-7), Kalau kita perhatikan nats tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya Musa sedang berbicara dengan para orang tua mengenai hubungan orang tua dengan Tuhan mereka. Orang tua harus mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan jiwa serta kekuatan mereka, sebelum mereka mengajar anak-anak mereka. Karena sebelum mengajar kasih Allah kepada anak-anak mereka, orang tua harus sudah lebih dahulu mengasihi Allah dan mempunyai hidup yang benar secara rohani sehingga dapat mendidik dan mengajar dengan baik dan berhasil.

Musa berkata dengan tegas, “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan” (Ul. 6:6). Salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Allah (Ul. 6:5) ialah memperdulikan kesejahteraan rohani anak-anak kita dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah. Dikatakan demikian oleh karena pembinaan rohani anak-anak seharusnya meru-pakan perhatian utama semua orang tua. Juga pengarahan rohani harus berpusat di dalam rumah, dan melibatkan ayah dan ibu. Pengabdian kepada Allah di dalam rumah tangga wajib dilakukan; hal itu adalah perintah langsung dari Tuhan (Ul. 6:7-9). Tujuan dari pengarahan orang tua ialah mengajar anak-anak untuk takut akan Tuhan, berjalan pada jalanNya, mengasihi dan menghargai Dia, serta melayani Dia dengan segenap hati dan jiwa. Oleh sebab itu orang percaya harus dengan tekun memberikan kepada anak-anaknya pendidikan yang berpusatkan Allah di mana segala sesuatu dihubungkan dengan Allah dan jalan-jalanNya.15

Inilah tugas yang sangat penting yang berulang-ulang diperintahkan Allah di dalam Alkitab, seperti juga yang tertulis di dalam Ulangan 11:18 – 20 dan di dalam

14 Howard Hendriks. Christian Education Foundation For The Future. (Chicago: Moody Press, 1991), 12.

(6)

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 95

Amsal 22:6 dan Amsal 29 : 17. Dalam kedua ayat dalam Amsal 22 : 6 dan Amsal 29 : 17, dijelaskan bahwa orang tua harus mendidik anak-anaknya. Didikan itu harus menurut jalan yang patut baginya. Adapun didikan menurut “jalan yang patut baginya” yaitu dengan cara mengajarkan prinsip-prinsip atau perintah-perintah Allah di dalam keluarga.

Orang tua harus mengabdikan diri mereka untuk memberikan didikan disiplin roahni kepada anak-anak mereka. Kata Ibrani untuk “mendidik” berarti “meng-abdikan”. Jadi, didikan Kristen bertujuan mengabdikan anak-anak kita kepada Allah dan kehendakNya. Ini tercapai dengan memisahkan mereka dari pengaruh-pengaruh jahat dunia dan mengajar mereka berperilaku saleh. Akar kata yang sama juga bisa berarti “memberi atau meningkatkan kegemaran akan”; orang tua harus mendorong anak-anak mereka agar mereka sendiri mencari Allah dan dengan demikian dapat menikmati pengalaman-pengalaman rohani yang takkan mereka lupakan. Kata “ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu”. Ini berarti bahwa seorang anak yang telah dididik dengan benar tidak akan menyimpang dari jalan saleh yang telah diajarkan orang tuanya. 16

Jadi mengajar Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan tanggung jawab bahkan merupakan kewajiban yang diberikan Allah kepada orang tua Kristen, karena itu kewajiban maka harus dilaksanakan. Apabila tanggung jawab tersebut sudah dijalankan maka firman Tuhan berjanji bahwa anak-anak itu tidak akan menyimpang dari apa yang telah mereka dengar dari ajaran orang tua mereka dan anak-anak itu juga akan memberikan ketentraman serta mendatangkan sukacita bagi orang tua. Dan terlebih lagi anak-anak itu dapat mengikuti perintah atau hukum-hukum Tuhan dan dapat menghadapi tantangan-tantangan dalam hidup ini. Seperti yang dijelaskan oleh paraNavigator dalam buku “Orang Tua dan Anak” bahwa: “Apabila kita mendidik anak-anak kita sejak awalnya maka kita telah menolong dan membimbing mereka untuk hidup di dalam Tuhan serta memper-siapkan mereka sungguh-sungguh mengenal Tuhan dan dapat menghadapi tan-tangan hidup ini.”17

Dalam ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menghendaki agar perintah atau hukum-hukum Tuhan yang pada masa ini disebut dengan Pendidikan Agama Kristen itu dilaksanakan di dalam keluarga. Dan oleh karena Pendidikan Agama Kristen itu sesuatu yang penting dan harus untuk dilaksanakan, maka tidak ada alasan bagi keluarga-keluarga Kristen untuk tidak melaksanakannya. Dalam Perjanjian Baru, mandat Allah tentang pendidikan itu dapat kita lihat terutama dalam surat rasul Paulus yang terdapat di dalam Efesus 6 : 4. Dalam ayat ini ada dua perintah yang diberikan kepada orang tua khususnya bapa-bapa. Perintah tersebut adalah, yang pertama, jangan menyakiti hati anak-anak sehingga membuat mereka menjadi marah. Dan perintah yang kedua adalah perintah untuk mendidik anak-anak mereka.

16 Ibid, 994.

(7)

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

Kewajiban yang penting dari para orang tua ialah memberikan kepada anak mereka ajaran dan teguran yang termasuk pengasuhan Kristen. Orang tua harus menjadi teladan dalam kehidupan dan perilaku Kristen, serta lebih mempedulikan keselamatan anak mereka daripada pekerjaan, profesi, pelayanan mereka di gereja atau kedudukan sosial mereka. Menurut perkataan Paulus dalam ayat tersebut di atas, maka orang tua harus bertanggung jawab untuk memberi asuhan dan didikan kepada anak mereka yang akan mempersiapkan mereka untuk hidup berkenan kepada Allah. Yang terutama bertanggung jawab memberikan didikan alkitabiah dan rohani kepada anak-anak adalah keluarga, bukan gereja atau sekolah minggu. Gereja dan sekolah minggu hanya membantu didikan dari orang tua. Inti peng-asuhan Kristen ialah: hati bapa harus berpaling kepada hati anaknya agar dapat membawa hati anak itu kepada hati Juruselamat.18 Warren Wiersbe meng-ungkapkan bahwa, kata asli didiklah (bahasa Yunani: Ektrefete) yang diterjemahkan menjadi “mendidik” yang terlihat dalam ayat 4 di atas, sama dengan kata yang terdapat dalam Efesus 5:29 yang diterjemahkan menjadi “mengasuh” (bahasa Yunani: ektrefetei). Di mana orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan mengasihi dan memberikan dorongan di dalam Tuhan. Tidak cukup kalau ia hanya membesarkan atau memelihara anak-anak secara jasmani tetapi juga harus memelihara mereka secara emosional dan spiritual.19 Orang tua harus mengasuh anak-anak dalam segala hal, baik itu dalam hal memenuhi kebutuhan jasmani mereka dan memenuhi kebutuhan rohani mereka, dan kedua hal ini harus dipenuhi oleh orang tua.

Selanjutnya Wiersbe menjelaskan bahwa kata “didiklah” (bahasa Yunani:

paideia) juga mengandung arti belajar melalui disiplin. Kata ini diterjemahkan

menjadi menghajar dalam Ibrani 12. Di mana orang tua harus mendisiplin anak-anak mereka. Mendisiplin di sini bukan berarti tidak mengasihi mereka tetapi disiplin merupakan prinsip kehidupan yang sangat penting dan itu merupakan suatu bukti kasih, itu dapat kita lihat dalam Ibrani 12:6 dan Amsal 13:24.”20 Arti kata “nasehat” (bahasa Yunani: nouthesia) dalam ayat tersebut di atas mengandung arti bahwa orang tua harus mengajar dan mendidik anak-anak mereka. Dalam mendidik anak, orang tua tidak hanya menggunakan tindakan untuk mendidik anak, tetapi juga melalui kata-kata dan tentu saja ajaran orang tua harus selalu berkaitan dengan firman Tuhan.21 Ini berarti bahwa orang tua harus mengasuh atau mendidik anak-anak itu di dalam disiplin dan nasehat Tuhan. Nasehat ini berupa pendidikan lisan atau koreksi yang diberikan atau dengan kata lain memperingati. Hal ini jelas sekali terlihat dalam terjemahan versi New English Bible: “You Fathers, again, must not goad your children to resentment, but give them the instruction, and the

18 Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. (Malang: Gandum Mas, 2003), 1994

19 Warren W. Wiersbe, Kaya di Dalam Kristus, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, t.t), 146. 20 Ibid.

(8)

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 97

correction, which belong to a Christian upbringing.”22 Yang berarti, “Kamu bapa-bapa, sekali lagi, janganlah mendorong anak-anakmu kepada kemarahan, melainkan memberi kepada mereka baik pendidikan maupun koreksi yang berkaitan dengan pengasuhan Kristen.” Jelas sekali bahwa di dalam keluargalah tempat di mana anak-anak belajar mengenai Tuhan dan kehidupan Kristen. Untuk itulah sudah waktunya orang tua Kristen mulai mendidik anak-anak mereka dan untuk melaksanakan Pendidikan Agama Kristen di keluarga mereka.

Selain Pendidikan Agama Kriten di Keluarga penting karena merupakan perintah Allah, tetapi juga Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu penting karena memiliki banyak manfaat. Adapun manfaat-manfaat yang diperoleh apabila Pendidi-kan Agama Kristen itu dilaksanaPendidi-kan di dalam keluarga adalah sebagai berikut: Pertama, anak-anak itu dapat mengenal dan percaya akan Tuhan Yesus dan mem-peroleh keselamatan. Ruth Laufer mengatakan bahwa keselamatan dimem-peroleh oleh anak dengan cara menerima apa yang Tuhan sediakan. Oleh karena untuk seorang anak tidak kesulitan menerima sesuatu. Sehingga pada waktu seorang anak mendengar dan mengerti tentang kasih Allah, yang sudah mengirim Tuhan Yesus karena dosanya, maka anak itu juga dapat membuka hati dan menerima keselamatan yang disediakan bagi anak tersebut.23

Manfaat Kedua, jika Pendidikan Agama Kristen itu dilaksanakan maka anak-anak tersebut tidak akan meninggalkan didikan orang tuanya dan tidak menyimpang dari jalan yang diajarkan dalam firman Tuhan. Karena anak tersebut dapat mempertahankan kelakuan mereka yang bersih jika mereka terus mendengar pengajaran orang tua melalui firman Tuhan. Seperti kata firman Tuhan dalam Mazmur 119:9, “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” Tetapi seringkali kita takut bahwa anak yang percaya akan Tuhan Yesus tidak tetap iman mereka. Tetapi sesuai dengan firman Tuhan di dalam Amsal 22:6, Tuhan berjanji bahwa anak yang diajarkan jalan Tuhan tidak akan menyimpang dari padanya pada masa tuanya.24 Juga seperti yang dijanjikan Tuhan dalam Yesaya 55:11, Firman Tuhan akan terus berbicara di dalam hati anak sehingga ia mampu untuk mempertahankan kehidupan yang bersih dan tidak akan menyimpang dari jalan yang diajarkan dalam firman Tuhan.

Manfaat yang ketiga adalah anak tersebut akan bertindak hati-hati sesuai dengan firman Tuhan yang telah diterimanya dari ajaran orang tua dan kehidupan keluarga tersebut akan berhasil dan beruntung, seperti yang dijelaskan dalam Yosua 1:7 dan 8. Manfaat yang keempat adalah anak-anak dapat memuliakan Allah, apabila kita sebagai orang tua dapat memperkenalkan Tuhan Yesus kepada anak-anak maka reaksi mereka ketika mengetahui perbuatan Allah yang sungguh luar biasa dalam

22 _________, Eight Translation New Testement, (Wheaton Illinois: Tyndale House Publishers, 1974), 1415.

23 Ruth Laufer, Pedoman Pelayanan Anak, (Batu Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia Departemen Pembinaan Anak dan Pemuda, 1983), 10.

(9)

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

hidupnya adalah dengan langsung mereka dapat memuliakan Allah. Anak kecil lebih spontan dala hal menyanyi dan memuji Tuhan dari pada orang dewasa. Pujian dari hati anak berkenan kepada Bapa di sorga, seperti yang tertulis dalam Mazmur 8:3 dan Matius 21:15–16.”25 dan Manfaat yang kelima apabila Pendidikan Agama Kristen itu dilaksanakan di keluarga maka, anak tersebut dapat menjadi garam dan terang dunia bagi masyarakat, negara bahkan bagi generasi yang akan datang. Apabila nanti kelak anak itu bekerja dalam pemerintahan, anak itu dapat membawa berkat bagi masyarakat karena kehidupannya yang jujur dan bertanggung jawab. Seperti yang terlihat dalam kehidupan Ester yang mana melalui dia bangsa Yahudi diselamatkan. Juga melalui Daniel, raja dan bangsa kafir mengenal Allah, melalui Yusuf bangsa kafir diselamtkan dan ia menyelamatkan bangsa Mesir dari kelaparan. Ini semua oleh karena semenjak kecil mereka diajarkan hukum Tuhan atau Firman Tuhan di dalam keluarga mereka.26 Melihat akan manfaat-manfaat yang besar yang akan diperoleh maka seharusnya keluarga-keluarga Kristen pada masa kini lebih lagi bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan Pendidikan Agama Kristen di dalam keluarganya.

Apabila kita melakukan Pendidikan Agama Kristen maka kita akan memper-oleh banyak manfaat di dalamnya, tetapi jika kita mengabaikannya maka akan ada akibat negatif yang akan diperoleh. Dalam Alkitab ada beberapa contoh keluarga yang tidak sungguh-sungguh melaksanakan Pendidikan Agama Kristen. Pertama, dapat dilihat dalam kehidupan Imam Eli, di mana walaupun ia seorang imam tetapi firman Tuhan katakan bahwa anak-anaknya adalah orang-orang dursila yang tidak mengindahkan Tuhan. Anak-anak Eli menjadi jahat dan disebut orang-orang dursila oleh karena Eli tidak mendidik mereka dengan baik. Padahal ia telah membesarkan Samuel dengan baik. Bekker mengatakan bahwa Eli bukan seorang yang tegas dan kuat. Sehingga kedua anaknya, yaitu Hofni dan Pinehas, dibiarkan saja berbuat jahat. Memang betul Eli menegur kedua anaknya, tetapi ia tidak menghukum mereka, sehingga makin hari makin menjadi nyata.27

Akibat dari semuanya itu Allah menghukum keluarga Eli, seperti yang terdapat dalam 1 Samuel 3:13. Adapun bentuk hukuman yang Allah berikan bagi kedua anak Eli, yaitu keduanya tidak hidup lama, karena Tuhan akan mematikan mereka, dan itu terbukti di mana akhirnya kedua anak itu tewas dalam pertempuran melawan orang Filistin (1Sam. 2:25c; 4:11). Bagi Eli sendiri bentuk hukuman yang dialami yaitu Eli juga mati akibat jatuh dari kursi dan lehernya patah (1Sam. 4:18). Dan tidak ada keturunannya yang menggantikan dia sebagai imam oleh karena semua keturunannya mati terbunuh (1Sam. 2:31, 33). Seperti yang dijelaskan Bekker bah-wa karena dosa-dosa Eli maka segala orang laki-laki dari keturunan Eli akan mati pada masa akil baliq. Dan pangkat imam besar akan diserahkan kepada orang lain. Nubuatan itu terjadi kemudian pada waktu imam-imam di Nob dibunuh oleh Raja

25 Laufer, Pedoman Pelayanan Anak, 11. 26 Ibid, 12.

(10)

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 99

Saul (1Sam. 22).28 Oleh karena perbuatan-perbuatan anak-anak Eli, bangsa Israel juga ikut melakukan pelanggaran dan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan Tuhan menghukum bangsa Israel, yaitu bangsa Israel kalah melawan orang Filistin dan tabut Tuhan dirampas oleh orang Filistin (1Sam. 4:10, 17).

Contoh yang lain dapat kita lihat juga di dalam Hakim-hakim 2:6-15, dimana dijelaskan bahwa setelah Yosua mati dan angkatan pada masa Yosua mati, maka bangkitlah angkatan yang lain yang tidak mengenal Tuhan, dan orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (Hak. 2:8–11). Ini menunjukkan bahwa angkatan-angkatan pada masa Yosua mengabaikan pengajaran tentang perintah-perintah Tuhan dan perbuatan-perbuatan yang besar yang dilakukan Tuhan kepada keturunan mereka, sehingga akhirnya angkatan sesudah mereka sungguh-sungguh tidak mengenal Tuhan dan melakukan yang jahat di mata Tuhan.

Seperti yang dikatakan dalam Hakim-hakim 2:10–11: “Setelah seluruh ang-katan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilaku-kanNya bagi orang israel. Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.” Akhirnya Tuhan menjadi marah atas perbuatan mereka dan menghukum mereka (Hak. 2:14-15). Adapun bentuk hukuman yang Tuhan berikan yaitu Tuhan menyerahkan mereka ke tangan perampok dan menjual mereka kepada musuh mereka oleh karena tangan Tuhan selalu melawan mereka dan mendatangkan malapetaka kepada mereka (Hak. 2:14-15). Contoh yang ketiga dapat kita lihat dari kehidupan keluarga Samuel, di mana anak-anak Samuel juga sama seperti anak-anak Eli yang hidup tidak sesuai dengan Firman Tuhan dan berlaku jahat di mata Tuhan yaitu mereka selalu mengejar laba dan menerima suap dan memutarbalikkan keadilan, seperti yang dikatakan dalam 1 Samuel 8:3. Anak-anak Samuel menjadi orang-orang jahat. Itu mungkin disebabkan oleh karena Samuel terlalu mementingkan pelayanan keluar dan mengabaikan pelayanan dalam keluarganya sendiri, ia sibu melayani orang lain dari pada keluarganya sendiri.29 Akibat dari kejahatan anak-anak Samuel, bangsa Israel me-minta seorang raja dan menolak Tuhan sebagai raja mereka. Seperti yang dikatakan dalam Ensiklopedia Umum: “Akibat dari kejahatan anak-anaknya itu menyebabkan adanya ketidakpuasan bangsa Israel terhadap sistem pemerintahan hierarki dan menuntut sistem yang lain yaitu sistem monarki, di mana harus ada seorang raja”30 Dari ketiga contoh firman Tuhan ini maka dapat disimpulkan bahwa ada akibat yang fatal jika kita tidak mengajarkan hukum-hukum Tuhan dan perbuatan Tuhan yang besar kepada anak.

Akibat buruk jika kita tidak mengajarkan Pendidikan Agama Kristen di dalam keluarga, adalah:

28 Ibid, 461.

29 __________, Hebrew, Greek Key Study Bible, Strong’s Dictionary Concordance Vocabulary, (AMG Publishers, t.th), 376.

30 ___________, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997), 376.

(11)

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

Bagi Anak Itu Sendiri

Pertama-tama anak itu sendiri tidak akan mengenal Tuhan dan tidak percaya kepada Tuhan dan akhirnya hidupnya jauh dari jalan-jalan Tuhan serta melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan dan tidak dapat memuliakan Allah dalam kehidupannya setiap hari. Kedua, karena mereka menyimpang dari jalan Tuhan, maka Tuhan tidak memberkati dan bahkan menghukum mereka. Seperti Hofni dan Pinehas serta keturunan Yosua yang hidup jauh dari ketetapan Tuhan maka Tuhan juga akan menghukum anak yang melakukan kejahatan. Telah dijelaskan di atas bahwa kedua anak Eli mati karena pelanggarannya. Keturunan Yosua diserahkan kepada perampok dan dijual kepada musuh, serta Tuhan sendiri melawan dan mendatangkan malapetaka kepada mereka karena hati mereka yang jauh dari Tuhan atau tidak mengenal Allah (1Sam. 2:25c; 14:11; Hak. 2:14-15).

Akibat Bagi Keluarga itu Sendiri

Pendidikan Agama Krisnten yang diabaikan dalam keluarga bukan saja ber-akibat buruk bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi keluarga itu. Keluarga akan mendapat malu akibat dari perbuatan anak-anaknya yang tidak sesuai dengan firman Tuhan dan akan mendapat banyak masalah di dalam keluarga dan kehi-dupan keluarga tidak akan berhasil dan beruntung serta bahagia. Dalam kitab Amsal dijelaskan bahwa apabila anak itu tidak menuruti firman Tuhan yang merupakan akibat dari orang tua yang mengabaikan pengajaran rohani, maka ayah dan ibunya akan menjadi dukacita dan menjadi sakit hati serta mendatangkan bencana bagi keluarga tersebut. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Amsal yang berkata: “Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya. Anak yang bijak menggembirakan ayahnya, tetapi orang yang bebal menghina ibunya. Anak yang bebal menyakiti hati ayahnya... anak yang bebal adalah bencana bagi ayahnya.” (Ams. 10:1; 15:20; 17:25a; 19:13a). Dalam kasus keluarga Eli, bukan saja nama buruk yang mereka terima, tetapi hukuman Allah juga menimpa Eli sebagai orang tua karena mengabaikan pengajaran rohani. Adapun hukuman yang diterima oleh Eli yaitu Eli sendiri mati dan tidak ada keturunannya yang menggantikan dia sebagai imam oleh karena semua keturunannya mati terbunuh (1Sam. 2:13, 33). Bisa jadi seperti hukuman yang ditimpa oleh Eli, maka Allah juga akan menghukum keluarga yang tidak melaksanakan Pendidikan Agama Kristen di dalam keluarganya.

Akibat Bagi Masyakarat Luas

Bukan saja ada akibat bagi anak dan keluarga, tetapi juga bagi masyarakat lu-as. Di dalam masyarakat anak itu tidak dapat menjadi garam dan terang, tetapi malah menjadi anak yang dapat merusakkan dan menggangu kehidupan masya-rakat di sekitarnya. Seperti kejahatan yang dilakukan kedua anak Eli membuat bangsa Israel mengikuti melakukan pelanggaran kepada Tuhan maka kemungkinan besar juga masyarakat di sekitar anak itu bisa mengikuti perbuatan anak yang jahat itu, dan akhirnya masyarakat akan hidup tidak tentram akibat dari perbuatannya.

(12)

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 101

Melihat akan akibat-akibat buru tersebut di atas maka seharusnya ini menjadi pendorong bagi keluarga-keluarga Kristen untuk melaksanakan Pendidikan Agama Kristen di keluarga dengan serius.

Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di Keluarga

Pendidikan Agama Kristen di keluarga harus dilakukan dan yang menjadi guru dalam mengajar anak-anak dalam Pendidikan Agama Kristen adalah orang tua. Soerjono Soekanto menegaskan bahwa Ayah dan ibu sebagai orang tua yang paling bertanggung jawab terhadap anak-anak sejak mereka dilahirkan, dan alangkah sedihnya bila pendidikan si anak terpaksa harus diserahkan kepada pihak lainnya yang kurang dapat menyadari tanggung jawabnya, misalnya saja sering kita temui bagaimana anak-anak diserahkan atau ditinggalkan di rumah bersama pembantu.31 Jadi, sebenarnya tugas mendidik itu bukan tugas bapak saja, atau ibu saja tetapi tugas kedua-duanya sebagai orang tua. Dan orang tua harus ingat bahwa mereka bukan saja sebagai orang tua dari anak-anak mereka tetapi juga sebagai guru dalam keluarga. Oleh karena mereka juga adalah guru dalam keluarga, maka perlu sekali orang tua mengajarkan segala hal supaya anak-anak bertambah dalam pengetahuan. Norman Wright memberikan empat prinsip yang harus diperhatikan oleh orang tua sebagai seorang guru atau pendidik yaitu: Pertama, Children Learn by Imitation (Anak Bertambah Pengetahuan Oleh Peniruan). Kedua, Indiiduals Learn Better When

They Ask to be Taught Something (Seorang anak akan belajar lebih baik dengan

banyak bertanya). Ketiga, For children, learning is more likely to occur when the

learning activity is enjoyable or has an obvious purpose in it. (Anak belajar lebih baik

kalau pelajaran itu menarik perhatian mereka atau kalau ada tujuan yang jelas). Keempat, Children and adults learn more easily if learning has immediate meaning (Anak belajar lebih baik kalau ada arti atau makna yang diterapkan pada waktu belajar).32

Mengenai isi pengajaran dapat kita lihat dalam Ulangan 6:1 yang berkata: “Inilah perintah yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya.” Menurut ayat ini, isi pengajaran yang harus diajarkan dalam Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga adalah “ketetapan” dan “peraturan Allah.” Secara ringkas isi dari Pendidikan Agama Kristen, menurut Dobson menca-kup lima konsep Alkitabiah yang harus dengan sengaja diajarkan kepada anak-anak yaitu: mengajar anak mengasihi Tuhan Allah, mengajar anak mengasihi sesama manusia, mengajar anak melakukan kehendak Tuhan, Mengajar anak berpegang pada perintah-perintah Tuhan, dan Mengajar anak menguasai diri.

Di atas telah dibahas tentang orang tua adalah sebagai pendidik atau guru dalam keluarga. Di mana orang tua diperintahkan Allah untuk mengajar anak-anaknya. Sebagai pendidik atau guru yang baik orang tua harus mengetahui cara-cara atau metode yang efektif untuk mengajar anak-anaknya. Tetapi kadang-kadang

31 Soerjono Soekanto, Anak dan Perilakunya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 106. 32 H. Norman Wright, The Family That Listens, (Wheaton Illinois: Victor Books, 1978), 57.

(13)

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

orang tua telah berusaha mengajar namun tidak berhasil. Ini disebabkan oleh karena mereka tidak tahu cara untuk mengajar anak-anaknya. James dan Merry berkata: “Banyak orang tua memperlemah kekuatan mengajar mereka dan meng-gunakan metode-metode yang tidak efektif.33 Dan memang banyak sekali orang tua yang mengajar dengan tidak menggunakan metode yang efektif, dan tidak tahu caranya untuk mengajar anaknya. Akibat dari ketidaktahuan dan ketidakberhasilan dalam mengajar maka cenderung orang tua memberikan tanggung jawab itu kepada orang lain. Itu sebabnya orang tua harus berusaha memikirkan metode apa yang baik yang dapat digunakan dalam mengajar, karena dengan demikian orang tua dimotivasikan untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik. Hal tersebut diatas juga dijelaskan oleh James Slaughter demikian: By having some

understanding of effective teaching methods the parent – teacher finds himself better equipped and more highly motivated to full fill his responsibility in the home. More than any other factor it keeps him from accomplishing the work of teaching his

children spiritual things.34 Melihat betapa pentingnya orang tua harus mengetahui

cara mengajar yang efektif maka ada beberapa metode yang dapat membantu orang tua dalam mengajar, yaitu:

Mengajar Anak Melalui Perkataan

Orang tua dapat mengajar anak-anak melalui perkataan. Rasul Paulus juga menunjukkan bagaimana ia juga mengajar anak-anak rohaninya melalui perkataan-perkataannya. Dalam Filipi 4:9 dikatakan: “Dan apa yang telah. . . kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu.” Kata “dengar” menunjukkan bahwa Rasul Paulus mengajar dengan perkataan. Joyce dan Isaac serta Margaret berkata bahwa dengan berbicara kita menolong anak-anak kita supaya mereka memahami kebenaran-kebenaran Allah. Kita juga dapat menerangkan bagaimana caranya hidup yang menyenangkan Allah. Dan inilah cara yang baik karena dengan kata-kata kita dapat menerangkan banyak hal kepada anak-anak kita.35

Juga di dalam Ulangan 6:6–7 menjelaskan bahwa di dalam mengajar yang harus dilakukan oleh orang tua sambil duduk, berjalan, berbaring dan bangun yaitu mereka harus berbicara, dan hal-hal yang harus dibicarakan adalah perintah-perintah Allah, inilah salah satu cara kita mengajar anak-anak kita. Tetapi kaadang kala orang tua tidak mempunyai waktu untuk berbicara kepada anak-anak oleh karena kesibukan mereka. Itu sebabnya orang tua sebaiknya selalu menyediakan waktu bersama anak-anak untuk dapat berbicara walaupun di tengah kesibukan mereka. Pengajaran dengan perkataan merupakan cara yang baik, dengan kata-kata kita dapat menerangkan banyak hal kepada anak-anak kita. Tetapi perlu diingat

33 James dan Mary Kenny, Dari Bayi Sampai Dewasa, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), 63. 34 James R. Slaugther, The Christian Educator’s Hand Book On Teaching, (Canada, England: Victor Books, 1998), 298.

35 Joyce Coon, Isaac & Margaret Sembiri, Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, t.t.), 200-201.

(14)

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 103

bahwa perkataan saja belum cukup, kita harus mengajar anak dengan perkataan tetapi juga teladan yang baik bagi mereka.

Mengajar Anak Melalui Teladan

Menjadi “teladan” selalu diulang-ulang dalam Alkitab, misalnya dalam Filipi 4:9 berkata: “dan apa yang telah . . . kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu.” Kata-kata “kamu lihat padaku” di sini menunjukkan bahwa Paulus mengajar melalui teladannya. Ia mengajar hal-hal yang harus dilakukan dalam kehiduapan mereka dengan perkataan kemudian melalui teladannya, ia menunjukkan bagaimana mereka harus melakukan perkataan itu.36 Paulus telah menjadi teladan bagi anak-anak rohaninya. Itu sebabnya Paulus menyuruh orang-orang supaya menirunya, oleh karena Paulus telah meniru teladan Kristus seperti yang dikatakan dalam 1 Korintus 11:1 yang berkata: “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” Inilah yang patut dilakukan oleh orang tua, di mana orang tua harus meniru Kristus dan memberikan suatu teladan yang baik kepada anak-anaknya. Sarumpaet mengatakan bahwa mengajar anak dengan memberikan teladan akan lebih berhasil dari pada memberitahukan segala peraturan dan nasehat tanpa contoh. Dan orang tua akan lebih tidak berhasil dalam mengajar anaknya jika isi perkataannya bertentangan dengan kehidupannya.37 Benarlah apa yang dikatakan James bahwa: “Parents can use modeling in a highly

effective way to teach children in the family.38

Mengajar Melalui Kebaktian Keluarga

Kebaktian keluarga adalah waktu yang khusus bagi keluarga dan merupakan persekutuan dengan Allah setiap hari. Di dalam kebaktian keluarga ini ada kesem-patan untuk mengajar hal-hal rohani kepada anak-anak. Para navigator berkata bahwa suatu metode yang mungkin dapat kita gunakan untuk mengajar anak-anak ialah dengan mengadakan kebaktian atau persekutuan keluarga.39 Clyde juga mengemukakan bahwa salah satu ciri seorang anak ialah anak selalu berubah, maka kebaktian keluarga sangat penting bagi seorang anak oleh karena pandangan hidupnya dibentuk oleh pengertian rohaninya, ini menolong menentukan akan menjadi apa ia kelak.40

Jadi kebaktian keluarga bukan saja merupakan kesempatan untuk mengajar hal-hal rohani saja tetapi juga dapat membina suatu persekutuan yang akrab, di mana orang tua dan anak-anak mendapat kesempatan untuk berdoa bersama dan saling bertukar pendapat tentang kehidupan anak dan sebagainnya. Maka sudah seharusnya kita sebagai orang tua menyediakan waktu untuk mengadakan kebak-tian keluarga. Tetapi sayang pada zaman ini banyak keluarga yang tidak menga-dakan kebaktian keluarga dengan alasan terlalu sibuk, malas dan lain sebagainnya. Ini semua menjadi hambatan dalam melaksanakan kebaktian keluarga.

36 Ibid., 201.

37 R.I. Sarumpaet, Rahasia Mendidik Anak, (Bandung: Indonesia Publishing House, 1987), 55. 38 Slaugther, The Christian Educator’s Hand Book On Teaching, 300.

39 Navigator, Orang Tua dan Anak-anak, 73.

(15)

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

Mengajar Anak melalui Disiplin

Disiplin ialah suatu aturan dan tata tertib yang digunakan dalam menjalankan sebuah kehidupan baik itu di sekolah maupun di dalam keluarga. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, disiplin berarti “latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.41 Karena disiplin itu merupakan suatu latihan supaya menaati tata tertib atau peraturan yang ada maka orang tua hendaknya memberikan peraturan-peraturan yang bijaksana yang harus ditaati oleh anak. Sarumpaet berkata bahwa di dalam keluarga tanpa disiplin akan mengalami kesukaran. Oleh karena pendidikan tanpa aturan-aturan tertentu, tidak akan berhasil banyak.42 Disiplin adalah salah satu metode mengajar atau mendidik di dalam keluarga. Di mana perlu adanya ketegasan dalam hal apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang dan tidak boleh dilakukan.43 Disiplin berfungsi untuk mengajar anak agar mematuhi semua peraturan-peraturan yang ada dan melatih anak untuk taat semua peraturan yang diberikan oleh orang tua.

Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di Keluarga yang harus diperhatikan juga adalah tempat dan waktu dalam melaksanakan Pendidikan Agama Kristen di keluarga. Tempat yang utama untuk kita mengajarkan Pendidikan Agama Kristen seperti yang sudah dijelaskan yaitu di dalam keluarga. Oleh karena keluarga merupakan lembaga pusat Pendidikan Agama Kristen. Wes Haystead mengatakan bahwa rumah tangga atau keluarga merupakan pusat dari tanggung jawab bagi pengajaran rohani.44 Dalam Ulangan 6:7 berkata: “Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apa-bila engkau duduk di rumahmu, apaapa-bila engkau sedang dalam perjalanan, apaapa-bila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Jadi tempat kita mengajarkan Pendidikan Agama Kristen bukan saja di rumah melainkan di mana saja tempat yang memungkinkan kita untuk mengajar.

Sedangkan waktu untuk mengajarkan Pendidikan Agama Kristen di keluarga seperti yang terlihat di dalam Ulangan 6:6–7 menjelaskan kepada kita tentang waktu untuk pengajaran Pendidikan Agama Kristen itu diberikan. Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa waktu untuk pengajaran Pendidikan Agama Kristen adalah kapan saja di mana ada kesempatan untuk mengajar. Misalnya saja pada waktu di rumah di mana kita berkumpul dengan keluarga, orang tua dapat menga-jarkan firman Tuhan kepada anak-anak mereja dan juga pada waktu berjalan-jalan orang tua dapat mengajarkan firman Tuhan kepada anaknya. Juga pada waktu berbaring baik itu siang hari maupun pada malam hari. Kita dapat mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak kita, misalnya dengan membacakan satu ayat firman Tuhan sebelum ia tidur. Dan pada waktu bangun tidur, kita bisa mengajak

41 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), 254.

42 R.I. Sarumpaet, Rahasia Mendidik Anak, (Bandung: Indonesia Publishing House, 1987), 101. 43 Y. Singgih D Gunarsa & Singgih D. Gurnarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 136.

(16)

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 105

anak kita untuk berdoa mengucap syukur dan mengingatkan anak bagaimana Tuhan telah melindungi dari malam hingga pada pagi hari. Berkenaan dengan tempat dan waktu pengajaran, Masmukit mengatakan bahwa orang tua harus meng-ajarkan anaknya bukan saja di rumah melainkan juga jika berada dalam perjalanan, bukan Cuma di waktu senggang melaikan juga jika sedang sibuk.45 Jadi waktu untuk mengajar adalah sepanjang waktu dan harus diingat bahwa pemupukan rohani anak tidak mengenal batas waktu dan tempat.

KESIMPULAN

Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan suatu keharusan yang harus dilaksanakan bukan suatu pilihan. Oleh karena Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu merupakan suatu keharusan maka otomatis itu merupakan sesuatu yang sangat penting. Pendidikan Agama Kristen di keluarga penting karena itu merupakan perintah Allah yang harus dilaksanakan oleh setiap keluarga Kristen dan memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan keluarga Kristen. Jika dalam keluarga memegang peranan yang terpenting dalam Pendidikan Agama Kristen, maka keluarga itu akan kokoh dan sehat. Kalau keluarga sehat dan kokoh maka masyarakat pun turut menjadi kokoh dan sehat. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Kristen sebaiknya mulai diajarkan dalam lingkup keluarga.

Dengan mengajarkan Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga maka akan dihasilkan keluarga yang bahagia, jemaat yang bahagia dan juga masyarakat yang bahagia. Karena jika kehidupan rohani keluarga-keluarga kristen rapuh, maka hal ini juga mempengaruhi kehidupan rohani dalam gereja dan masyarakat yang lebih luas. Dimana keluarga rapuh maka gerejapun akan rapuh. Jadi jika kita mengingingkan gereja dan bangsa yang kuat maka kita harus membina keluarga-keluarga untuk menjadi keluarga-keluarga yang kuat dan bertumbuh dalam kehidupan rohaninya.

REFERENSI

__________. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 2003 Bakker, F.L. Sejarah Kerajaan Allah Jilid 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996 Barney, Kenneth. Rumah Tangga Kristen. Malang: Gandum Mas, 1982.

Budiyana, Hardi. Dasar-dasar Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarta: ANDI Offset, 2011

Dobson, James. Masalah Membesarkan Anak, Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Dwijosiswojo Masmukit. Pendidikan anak-anak Dalam Keluarga Kristen. Surabaya:

Yakin, 1980

_________. Eight Translation New Testement, Wheaton Illinois: Tyndale House Publishers, 1974

_________. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997

Haystead, Wes. Mengajar Anak Tentang Allah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988

45 Masmukit Dwijosiswojo, Pendidikan anak-anak Dalam Keluarga Kristen, (Surabaya: Yakin, 1980), 13.

(17)

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

__________. Hebrew, Greek Key Study Bible, Strong’s Dictionary Concordance

Vocabulary. AMG Publishers.

Gunarsa Y. Singgih & Singgih D. Gurnarsa. Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.

Haystead Wes. Mengajar Anak Tentang Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988 Hendriks Howard. Christian Education Foundation For The Future, Chicago: Moody

Press., 1991

Homrighausen, E. G. dan Enklaar, H. I. Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.

Humes L. Arah Pendidikan Kristen Jilid I, Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 1983.

Joyce Coon, Isaac & Margaret Sembiri. Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

Lahaye, Tim. Kebahagiaan Pernikahan Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000 Laufer, Ruth. Pedoman Pelayanan Anak, Batu Malang: Yayasan Persekutuan

Pekabaran Injil Indonesia Departemen Anak dan Pemuda, 1983

Narramore, Clyde. Mengadakan Renungan Keluarga, Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

Nainggolan J.M. Strategi Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: Generasi Info Media, 2008

Nuhamara Daniel. Pembimbing PAK, Bandung: Jurnal Info Media, 2007.

Para Navigator. Orang Tua dan Anak-anak, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1980. Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka,

1976.

Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Sarumpaet, R.I. Rahasia Mendidik Anak, Bandung: Indonesia Publishing House, 1987. Sembiri, Margaret, Coon Joyce dan Isaac. Rencana Allah Bagi Rumah Tangga

Kristen, Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

Simamora Dame Taruli dan Rida Gultom. Pendidikan Agam Kristen Kepada Remaja

dan Pemuda, Medan: Mitra, 2011.

Slaughter, James R. The Christian Educator’s Hand Book on Teaching, Canada: Victor Books, 1988.

Soekanto Soerjono. Anak dan Perilakunya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985. Thiessen, Henry. Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1995.

Wiersbe, Warren W. Kaya di Dalam Kristus, Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Wright H. Norman. The Family That Listens, Wheaton Illinois: Victor Books, 1978. Young, E. Sepuluh Kiat Untuk Membesarkan Anak. Kunci Kebahagiaan Orang Tua.

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini digunakan, karena obyek-obyek yang dipakai dalam proyek ini terdiri dari elemen-elemen multimedia, yaitu : teks, gambar/grafik, animasi dan audio.Untuk

Jika pada alas prisma, dibentuk segi beraturan secara terus menerus, misalnya segidelapan, segienambelas, segitigapuluhdua, dan seterusnya maka alasnya akan menyerupai lingkaran

Ketiga agama ini mengajarkan bagaimana orang memiliki jiwa yang murni agar bisa terlepas dari “kutukan” atau dosa manusia dengan tujuan bisa mengalami apa yang disebut

Pada tulisan ini kemudian menawarkan teori baru yang penulis namakan teori laatract, berbeda dari beberapa teori yang telah ada, teori Laactract yang penulis

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa pada orang perokok berat tidak semuanya mengalami tekanan darah yang tinggi dan kadar posfolifid

Pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah langkah besar dalam memberlakukan undang-undang untuk memperkuat kebijakan hubungan industrial yang sehat dan telah meratifikasi

(1) Melaksanakan kegiatan dana bantuan Penyelenggaraan PAUD Inklusi dan Taman Kanak-Kanak Luar Biasa sesuai dengan proposal yang disetujui Direktorat Pembinaan

Telah melaksanakan program Inklusi atau TK-LB minimal 1 (satu) tahun. Mengajukan proposal Bantuan Penyelenggaraan PAUD Inklusi atau Taman Kanak-Kanak Luar Biasa dilengkapi