• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Konsep Kontemporer dengan Pendekatan Analogi pada Bentuk Bangunan Museum Dayang Sumbi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Konsep Kontemporer dengan Pendekatan Analogi pada Bentuk Bangunan Museum Dayang Sumbi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Konsep Kontemporer dengan

Pendekatan Analogi pada Bentuk Bangunan

Museum Dayang Sumbi

Rd. Januargo Suwito

Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung

Email: januargo22@gmail.com

ABSTRAK

Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa [1]. Sarana wisata rekreasi dan edukasi dibutuhkan oleh semua kalangan, baik anak anak, remaja, hingga keluarga sebagai tempat rekreasi menghabiskan waktu luang di luar aktivitas sehari hari maupun sebagai sarana pembelajaran di luar sekolah. Museum direncanakan dibangun di Kota Baru Parahyangan. Alasan dipilihnya Kota Baru Parahyangan sebagai lokasi proyek karena lokasi tersebut terletak di Jawa barat yang memiliki jumlah wisatawan cukup tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. Museum yang akan dirancang memiliki tujuan sebagai langkah awal dalam mengajak masyarakat untuk mengenal kembali budaya lokal khususnya budaya sunda dengan cara membuat bangunan dengan bentuk yang tidak biasa dan lebih terkesan moderen dengan penerapan konsep kontemporer dengan pendekatan analogi, dimana bentuk gubahan bangunan menerapkan analogi Gunung Tangkuban Perahu. Bentuk dasar gubahan massa mengadopsi bentuk dasar dari Gunung Tangkuban Perahu, dimana gunung tersebut merupakan salah satu gunung di Provinsi Jawa Barat yang cukup terkenal. Dengan dibuatnya bangunan yang memiliki bentuk unik dan moderen, diharapkan bisa memiliki daya tarik bagi masyarakat serta menambah rasa keingin tahuan lebih lanjut untuk mengetahui isi dari bangunan ini.

Kata kunci: analogi, kontemporer, museum.

ABSTRACT

Museum is an institution, a place for storing, maintaining, securing and utilizing material evidence of human culture as well as nature and its environment in order to support efforts to protect and preserve the nation's cultural wealth [1]. Recreational and educational tourism facilities are needed by all groups, including children, adolescents, and families as a place for recreation to spend leisure time outside of daily activities or as a means of learning outside of school. The museum is planned to be built in Kota Baru Parahyangan. The reason for choosing Kota Baru Parahyangan as the project location is because the location is located in West Java which has a fairly high number of tourists and continues to increase every year. The museum that will be designed has the aim of being a first step in inviting the public to get to know local culture, especially Sundanese culture by making buildings with unusual shapes and more modern impressions with the application of contemporary concepts with an analogical approach, where the shape of the building applies the analogy of Mount Tangkuban Perahu. . The basic form of the mass composition adopts the basic form of Mount Tangkuban Perahu, where the mountain is one of the mountains in West Java Province which is quite famous. With the creation of a building that has a unique and modern shape, it is hoped that it can appeal to the community and increase the sense of further curiosity to find out the contents of this building.

(2)

1. PENDAHULUAN

Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa [1]. Sarana wisata rekreasi dan edukasi dibutuhkan oleh semua kalangan, baik anak anak, remaja, hingga keluarga sebagai tempat rekreasi menghabiskan waktu luang di luar aktivitas sehari hari maupun sebagai sarana pembelajaran di luar sekolah. Tujuan utama proyek yang merupakan museum budaya sunda adalah untuk mengajak masyarakat yang mulai berkurang ketertarikannya akan budaya lokal untuk mengenal kembali budaya lokal khususnya budaya sunda.

Alasan dipilihnya karakter Dayang Sumbi sebagai nama museum ini karena Dayang Sumbi dikisahkan memiliki kecantikan yang abadi, tak lekang oleh waktu, sehingga diharapkan museum ini dapat membuat budaya sunda tetap lestari tak hilang seiring perkembangan zaman. Alasan dipilihnya Kota Baru Parahyangan sebagai lokasi proyek karena lokasi tersebut terletak di Jawa barat yang memiliki jumlah wisatawan cukup tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya, yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Wisatawan Jawa Barat Tahun 2014-2018

Sumber : Provinsi Jawa Barat dalam Angka, 2019 [2]

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

2.1 Deskripsi Proyek

Nama proyek yang akan dirancang adalah Museum Dayang Sumbi yang memiliki sumber dana dari swasta. Proyek bersifat fiktif, dengan lokasi proyek berada di Jl. Parahyangan Raya, Kotabaru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Lahan memiliki luas ± 17.761 m2 dengan ketentuan KDB 50%, KLB 2, KDH 20% (minimal), serta GSB 5,5 meter.

2.2 Lokasi Proyek

Tapak berada di Jl. Parahyangan Raya , Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung barat, Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Tapak

Sumber : google earth, diakses Juli 2020, telah diedit 2.3 Definisi Tema

Arsitektur Kontemporer adalah suatu style aliran arsitektur terntentu pada eranya yang mencerminkan kebebasan berkarya sehingga menampilkan sesuatu yang berbeda, dan merupakan suatu aliran baru atau penggabungan dari beberapa gaya arsitektur lainya. [3].

SITE 17.671m2

(3)

Pernyataan ini maksudnya adalah bahwa pendekatan analogi bukan hanya sekedar menjiplak bentuk objek alam yang dianalogikan, tapi diperlukan proses-proses analisis dan merangkainya sehingga menghasilkan bentuk baru yang masih memeiliki kemiripan visual dengan objek yang dianalogikan. Desain untuk tema Kontemporer ini memiliki beberapa ciri dan prinsip Arsitektur Kontemporer menurut para ahli dan strategi pencapaian Arsitektur Kontemporer. Berikut prinsip Arsitektur Kontemporer menurut Ogin Schirmbeck, yakni bangunan yang kokoh, gubahan yang ekspresif dan dinamis, konsep ruang terkesan terbuka,harmonisasi ruangan yang menyatu dengan ruang luar, memiliki fasad transparan, kenyamanan Hakiki, serta eksplorasi elemen lansekap area yang berstruktur. [5]

2.4 Elaborasi Tema

Elaborasi tema perancangan Museum Dayang Sumbi dengan tema Arsitektur Kontemporer dan pendekatan Analogi pada bentuk bangunannyadapat dilihat pada Tabel 2.

(4)

3. HASIL RANCANGAN

3.1 Konsep dan Rancangan Tapak

Kendaraan pribadi dan bus masuk ke dalam site melalui entrance site (A), bus parkir di area parkir bus (B) sedangkan kendaraan pribadi menurunkan penumpang pada titik drop off (C) sebelum akhirnya diarahkan menuju area parkir di lantai semi basement. Mobil pribadi maupun bus keluar di titik yang sama, yakni titik keluar site (D).

Gambar 2 Siteplan

3.2 Konsep Gubahan Massa

Bentuk dasar gubahan massa mengadopsi bentuk dasar dari Gunung Tangkuban Perahu, dimana gunung tersebut merupakan salah satu gunung di Provinsi Jawa Barat yang cukup terkenal.

Gambar 3 Gunung Tangkuban Perahu

Sumber: www.google.com diakses Agustus 2020, telah diedit

Bentuk dasar bangunan merupakan persegi panjang, yang mengalami substraktif dan additive pada area tertentu sehingga pada akhirnnya membentuk sebuah trapesium dimana bentuk tersebut merupakan analogi dari Gunung Tangkuban Perahu, dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Transformasi bentuk

(5)

3.3 Konsep Fasad

Material utama pada fasad bangunan Museum Dayang Sumbi menggunakan ACP (Aluminium Composite Panel) dengan corak stainless agar bangunan memiliki kesan moderen yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Perspektif Eksterior Bird Eye View Museum Dayang Sumbi

3.4 Denah

Bangunan ini terbagi atas 4 lantai yang terdiri dari Lantai SB (Semi Basement), Lantai LG (Lower Ground), Lantai GF (Ground Floor), serta Lantai 2 yang memiliki zonasi sebagai berikut :

3.4.1 Denah Lantai SB (Semi Basement)

Lantai SB terbagi atas 2 zona, yakni zona publik dan zona servis. Zona publik terdiri atas lobby lift, sedangkan zona service terdiri atas ruang genset, ruang LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel), ruang reservoir ruang pompa, toilet, serta loading dock restoran. Pembagian zona dapat dilihat pada gambar 6

(6)

3.4.2 Denah Lantai LG

Lantai LG terbagi atas 3 zona, yakni zona privat, zona publik dan zona servis. Zona publik terdiri atas area restoran, toko souvenir, serta musholla, sedangkan zona service terdiri atas toilet, ruang panel, dapur restoran, Gudang took souvenir. Sedangkan untuk zona privat terdapat ruang perpustakaan khusus, ruang kurasi serta ruang penyimpanan koleksi (storage). Pembagian zona dapat dilihat pada gambar 7

Gambar 7 Denah Lantai LG

3.4.3 Denah Lantai GF

Lantai GF terbagi atas 3 zona, yakni zona privat, zona publik dan zona servis. Zona publik terdiri atas hall, area ticketing, ruang pamer serta auditorium, sedangkan zona service terdiri atas toilet dan ruang panel. Sedangkan untuk zona privat terdapat ruang kepala, ruang rapat, ruang karyawan, ruang administrasi serta ruang arsip. Benda pamer yang ditampilkan di lantai GF adalah koleksi pamer biologi, geografi, arkeologi, sejarah, etnografika serta filogika. Pembagian zona dapat dilihat pada gambar 8

(7)

Lantai GF terbagi atas 2 zona, yakni zona publik dan zona servis. Zona publik terdiri atas r. pamer, sedangkan zona service terdiri atas toilet dan ruang panel. Untuk pengunjung baik umum maupun rombongan menggunakan ramp sebagai akses untuk mencapai lantai 2 dari lantai GF. Benda pamer yang ditampilkan di lantai 2 adalah koleksi seni tari dan musik, keramilogika, serta teknologika. Pembagian zona dapat dilihat pada gambar 9

Gambar 9 Denah Lantai 2

3.5 Tampak

Material utama pada fasad bangunan Museum Dayang Sumbi menggunakan ACP (Aluminium Composite Panel) dengan corak stainless yang dikombinasi dengan plester kasar finish cat weathershield warba abu sebagai aksen dimana pada bidang tersebut terdapat tulisan “Museum Dayang Sumbi” yang menggunakan aksara sunda, dapat dilihat pada gambar 10

Gambar 10 Tampak Bangunan Museum Dayang Sumbi

Material ACP yang diterapkan pada bangunan ini terhubung langsung dengan struktur bangunan dan ditopang menggunakan rangka, dimana detail teknisnya dapat dilihat pada gambar 11

(8)

3.6 Interior

Terdapat 3 macam material pada interior bangunan, dimana meja resepsionis berbahan multiplek lapis HPL motif kayu, lantai menggunakan granit motif semen dengan pemasangan seamless, serta plafond menggunakan gypsumboard dicat warna putih yang disamakan dengan warna sebagian besar dinding interior. Suasana interior Museum Dayang Sumbi dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Perspektif Interior Museum Dayang Sumbi

3.7 Struktur

Sistem dan material struktur yang digunakan sesuai dengan konsep yang direnacakan sebelumnya. Struktur atap menggunakan balok pascatarik untuk mendukung konsep gubahan masa, dimana bangunan diharuskan memiliki atap datar agar secara visual dapat mengekspresikan bentuk Gunung Tangkuban Perahu. Ketentuan yang ditetapkan dalam desain Museum Dayang Sumbi yakni menggunakan pondasi jenis Bore Pile dengan diameter 90cm, struktur kolom beton dengan ukuran 80 x 80 cm, balok induk beton dengan ukuran tinggi 70 cm dan lebar 35 cm, balok anak beton bertulang dengan ukuran tinggi 35 cm lebar 20 cm, serta balok pasca Tarik dengan ukuran tinggi 85 cm lebar 75 cm yang dapat diligat pada Gambar 13.

(9)

Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa [1]. Tema yang diterapkan pada bangunan museum ini adalah arsitektur kontemporer dengan pendekatan analogi, dimana fasad bangunan menggunakan material ACP dengan corak stainless, serta bentuk gubahan bangunan yang merupakan analogi dari gunung tangkuban perahu dimana gunung tersebut merupakan salah satu gunung di Provinsi Jawa Barat yang cukup terkenal. Penerapan konsep tersebut diharapkan dapat menambah daya Tarik wisatawan untuk mengunjungi bangunan museum ini, untuk kemudian mempelajari dan mengingat Kembali budaya sunda. Bangunan ini terbagi atas 4 lantai yang terdiri dari Lantai SB (Semi Basement), Lantai LG (Lower Ground), Lantai GF (Ground Floor), serta Lantai 2. Sistem dan material struktur yang digunakan sesuai dengan konsep yang direnacakan, dimana struktur atap menggunakan balok pascatarik untuk mendukung konsep gubahan masa, dimana bangunan diharuskan memiliki atap datar agar secara visual dapat mengekspresikan bentuk Gunung Tangkuban Perahu.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995

[2] Provinsi Jawa Barat dalam Angka, 2019

[3] Hilberseimer, L. (1964). “Contemporary Architects”. Chicago : Paul Theobald and Company [4] Broadbent, Geoffrey. (1973). “Design in Arch”. London : Wiley

[5]

Schimerbeck, Egon. (1987) “Idea, form and architecture : design principles in

Gambar

Tabel 1. Jumlah Wisatawan Jawa Barat Tahun 2014-2018
Tabel 2. Elaborasi Tema
Gambar 3 Gunung Tangkuban Perahu  Sumber: www.google.com diakses Agustus 2020, telah diedit
Gambar 5 Perspektif Eksterior Bird Eye View Museum Dayang Sumbi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Rekam medis elektronik dengan sistem terbuka/konvensional tak ubahnya seperti rekam medis kertas yang dielektronikkan sehingga tidak memiliki kemampuan untuk

Untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap kinerja personil proyek konstruksi diantara ketiga variabel bebas kemampuan kerja,intruksi kerja dan

(1992) menyatakan bahwa tanah sulfat masam adalah tanah yang memiliki lapisan pirit atau sulfidik pada kedalaman kurang dari 50 cm dan semua tanah yang memiliki

Pada tugas akhir ini, pondasi mesin tertanam di kedalaman 2 m, pada tanah pasir kelanauan (kohesif), dengan nilai c (kohesi) 107 kN/m 2 yang ditafsir dari

Warga Papua Barat menginginkan penegakkan hak asasi manusia di Papua juga karena banyaknya kekerasan, tekanan dan ancaman dari aparat TNI sendiri yang membuat warga Papua sendiri

Slameto (2010:2) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keterampilan mengajar guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa melalui penerapan model Take and Give berbantu media

Konsep perancangan pada bangunan Akademik Tata Boga di Kabupaten Bandung Barat ini mengacu pada Tema “Kultural Kontemporer”, dimana perpaduan antara arsitektur kontemporer