• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PRODUKSI PROGRAM "TEENLICIOUS" DI GLOBAL TV UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROGRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PRODUKSI PROGRAM "TEENLICIOUS" DI GLOBAL TV UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROGRAM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PRODUKSI PROGRAM

"TEENLICIOUS" DI GLOBAL TV

UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

PROGRAM

Maryati, Nuria

Binus University, Jakarta, Indonesia

Abstract

TUJUAN PENELITIAN, tujuan yang penulis harapkan adalah untuk mengetahui strategi produksi program televisi dari mulai pra produksi, produksi, sampai dengan pasca produksi. Selain itu juga, Untuk mengetahui kualitas sebuah program televisi dengan menggunakan analisis SWOT.

METODE PENELITIAN yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari para informan yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic. Teknik pengumpulan data didapat dari hasil wawanacara mendalam dan observasi yang merupakan data primer, sedangkan data sekunder didapat dari dokumen Global TV, website Global TV, dan profile penonton program “Teenlicious” dari AC Nielsen.

HASIL YANG DICAPAI, hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah strategi tim produksi dalam pembuatan program “Teenlicious” dari mulai pra produksi, produksi, sampai pasca produksi. Kemudian mengukur kualitas programnya dengan menggunakan Analisis SWOT. SIMPULAN dari penelitian ini adalah tim produksi sudah melakukan kinerja yang baik dalam pembuatan program “Teenlicious” di Global TV. Untuk meningkatkan kualitas programnya, tim produksi selalu menayangkan konten-konten yang menarik disukai oleh penonton.

Kata Kunci

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Televisi menyediakan berbagai sumber pemuas kebutuhan seperti kebutuhan edukasi, entertainment, hingga kebutuhan rileksasi dengan menyajikan informasi yang dikemas dengan menarik melalui program talkshow, drama, film, musik, religi, variety show, sport, dan infotainment atau informasi yang kita kenal sebagai berita. Di tengah-tengah persaingan stasiun-stasiun televisi di dunia khususnya di Indonesia, para pekerja televisi berlomba-lomba untuk mengemas program yang menarik untuk memikat hati penonton.

Program yang cukup diminati oleh masyarakat Indonesia khususnya remaja adalah tayangan

entertainment. Program entertainment di samping memberikan informasi, tetapi juga memberikan hiburan

bagi para penonton. Maka dari itu, GLOBAL TV yang bekerja sama dengan majalah ”High & Teen” menayangkan program “Teenlicious”.

“Teenlicious” merupakan program magazine yang di setiap episode nya memiliki empat segmen

dengan informasi variatif, ringan, dan menghibur khas remaja. “Teenlicious” sendiri merupakan representasi dari ”The Extraordinary Generation” dimana maksudnya adalah generasi muda yang memiliki

good looking, smart, lincah, berwawasan luas, asyik, berbakat, dan terasa akrab dengan penontonnya.

Segmen pertama merupakan segmen Celeblicious yang menyajikan informasi seputar selebriti Hollywood, gosip, musik, film, lifestyle, dan sebagainya. Segmen kedua merupakan segmen Reportage yang menyajikan liputan berbagai event anak muda paling aktual di Jakarta seperti Launching event, Behind The

Scene, Fashion Show, konser musik, dan sebagainya. Segmen ketiga merupakan segmen Teen Zone yang

berisi Make Over, Trivia Quiz, dan Video Clip. Segmen keempat merupakan segmen Fashionlicious yang menyajikan informasi, rekomendasi, dan tutorial seputar fashion internasional.

Melihat persaingan program televisi yang semakin marak dewasa ini dengan munculnya banyak program yang informatif, inovatif, dan menghibur, maka pelaku media di stasiun televisi harus dapat mempertahankan eksistensi programnya, antara lain dengan memberikan tayangan yang berkualitas sesuai dengan keinginan penonton. Hal ini dilakukan juga oleh Global Tv yang menyajikan program-program menarik, salah satunya adalah program Teenlicious. Dalam hal ini, tim produksi melakukan proses pembuatan program dari mulai pra produksi, produksi, sampai pasca produksi.

Dalam penelitian yang berjudul ”Strategi Proses Produksi Program “Teenlicious” di Global TV untuk Meningkatkan Kualitas Program”, peneliti akan membahas mengenai proses produksi program televisi dari mulai pra produksi, produksi, sampai pasca produksi program “Teenlicious” ini sehingga kualitas programnya sesuai dengan harapan penonton. Lalu, bagaimana strategi produksi program

“Teenlicious” ini sehingga kualitasnya bisa terus ditingkatkan? Inilah alasan peneliti mengangkat masalah

ini menjadi sebuah penelitian, karena dalam proses produksi program televisi pasti mengalami kendala – kendala yang harus dipecahkan solusinya sehingga kualitas isi informasinya tetap terjaga.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang akan di teliti adalah berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka pembatasan masalah serta ruang lingkup penelitian perlu dilakukan. Hal ini agar peneliti tidak keluar dari masalah yang ada. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi oleh:

1. Obyek peneliti: Penelitian ini akan membahas mengenai proses produksi program televisi dari mulai pra produksi, produksi, sampai pasca produksi program “Teenlicious” di Global Tv sehingga kualitas programnya sesuai dengan harapan penonton.

2. Lingkup penelitian: Dalam penulisan skripsi ini penulis menganalisis strategi produksi program

Teenlicious di Global Tv dalam meningkatkan kualitas program. Teknik analisis yang digunakan adalah

teori SWOT, yang digunakan untuk menentukan kekuatan proses produksi yang akan dijadikan peluang untuk mendapatkan strategi terbaik dalam membuat program yang berkualitas demi persaingannya dengan program lain dan untuk mengidentifikasi kelemahan dimana tahapan proses produksinya mungkin akan mengalami ancaman baik dari eksternal maupun internal. Kepanjangan dari teori SWOT sendiri adalah:

Strength atau Kekuatan

Weakness atau Kelemahan

Opportunity atau Peluang

(3)

Selain itu, untuk menganalisis strategi produksi pada program “Teenlicious” di Global Tv, digunakan konsep tahapan produksi. Menurut Fred Wibowo (Wibowo, 2009, pp. 38-45) tahapan produksi program di televisi yang terdiri dari tiga bagian dan lazim disebut standar operation procedure (SOP).

3. Lingkup waktu: penulis membatasi waktu pelaksanaan penelitian yaitu dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juni 2012.

4. Lingkup lokasi: Penulis membatasi lokasi penelitian yaitu di kantor Global Tv yang berlokasi di Gedung Ariobimo – Kuningan, Jakarta Selatan

Tujuan Penelitian

Dari masalah penelitian diatas, dengan demikian penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui strategi produksi program televisi dari mulai pra produksi, produksi, sampai dengan pasca produksi dengan menggunakan analisis SWOT.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana metode ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Dalam penelitian ini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukan banyaknya (kuantitas) data. (Kriyantono, 2006:56-57)

Untuk melakukan kegiatan penelitian yang sistematis dan bisa dipertanggungjawabkan untuk menganalisa “Strategi Proses Produksi Program “Teenlicious” di Global TV untuk Meningkatkan Kualitas Program”, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut. (Ruslan, 2003:215)

Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif yang menyajikan gambaran yang lengkap Jenis atau tipe penelitian yang digunakan adalah Deskriptif. Jenis riset ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Penelitian ini menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel. (Rachmat Kriyantono, 2006)

Data yang dikumpulkan pada penelitian deskriptif adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya pendekatan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kuncu terhadap apa yang sudah diteliti. Pada penulisan laporan demikian, penulis dalam menganalisa data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. (Moleong, 2004:11)

Dalam penelitian ini akan memberikan gambaran secara deskriptif mengenai berbagai realitas yang ada pada proses produksi program “Teenlicious” di Global TV berdasarkan pola kerja yang dilakukan oleh tim produksi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas program tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai saran penggalian interpretasi data yang disajikan dalam bentuk deskripsi detail, kutipan-kutipan atau komentar yang berasal dari wawancara mendalam dan catatan lapangan selama peneliti melakukan observasi.

Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengutip Rosady Ruslan dalam bukunya Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, bahwa teknik pengumpulan data diperoleh melalui dua cara, yaitu: (Ruslan, 2003:29-30)

(4)

Data Primer (primary data)

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok, dan organisasi. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu:

A. Metode Survei

Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dan dengan subyek (responden) penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Data penelitian berupa data subyek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik subyek penelitian secara individual atau secara kelompok. Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data deskriptif, meskipun demikian, pengumpulan data dengan metode survei dapat dirancang untuk menjelaskan sebab-akibat atau mengungkapkan ide-ide (Indrianto & Supomo, 2002:152). Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) dalam memperoleh pengumpulan data. Menurut Rachmat Kriyantoro dalam bukunya Riset Komunikasi, metode wawancara mendalam adalah metode penelitian dimana peneliti melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus menerus (lebih dari satu kali) untuk menggali informasi dari responden. Karena itu, responden disebut juga informan. Karena wawancara dilakukan lebih dari sekali, maka disebut juga

“intensive-interview”. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan alasan detail dari jawaban

responden yang antara lain mencakup opininya, motivasinya, nilai-nilai ataupun pengalaman-pengalamannya (Kriyantono, 2006:100). Peneliti mendapatkan data secara langsung dari Produser, Kreatif, dan Editor dari Tim Produksi “Teenlicious” Global TV dengan melakukan wawancara secara mendalam (in-depth interview). Hasil wawancara selanjutnya dicatat oleh peneliti sebagai data penelitian.

B. Metode Observasi

Metode observasi adalah prosesn pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda), atau kejadian sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Kelebihan metode observasi dibandingkan dengan metode survei bahwa data yang dikumpulkan umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan bebas dari response bias. Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti melakukan observasi langsung (direct observation) dengan menjadi participant

observation, yaitu observasi dengan cara melibatkan diri atau menjadi bagian dari lingkungan sosial

atau organisasi yang diamati. (Indrianto & Supomo, 2002:157-159) Peneliti melakukan observasi dengan terjun langsung menjadi Tim Produksi untuk melakukan tahapan produksi “Teenlicious” Global TV dari mulai pra produksi, produksi, sampai pasca produksi. Melalui metode ini, peneliti dapat memperoleh data yang relatif lebih banyak dan akurat, karena peneliti dapat secara langsung mengamati perilaku dan kejadian-kejadian dalam lingkungan sosial yang diteliti.

Data Sekunder (secondary data)

Memperoleh data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan (Ruslan, 2003:30). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data sekunder dari perusahaan AC Nielsen untuk memperoleh profile audience “Teenlicious” di Global TV dan dari website Global TV dan MNC Group untuk memperoleh data perusahaan (company profile)

Teknik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara mendalam, pengamatan yang dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokmen resmi, gambar, foto dan sebagainya. (Moleong, 2004:247)

Koding

Koding dimaksudkan untuk mengorganisasi dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Secara praktis dan efektif, langkah awal koding dapat dilakukan melalui: pertama, peneliti menyusun transkripsi verbatim (kata demi kata) atau catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar disebelah kiri dan kanan transkrip. Hal ini akan memudahkannya membutuhkan kode-kode atau catatan tertentu di atas transkrip tersebut. Kedua, peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip dan atau catatan lapangan. Sebagian peneliti mengusulkan pemberian nomor secara urut dari satu baris kebaris lain, sementara peneliti lain mengusulkan penomoran baru untuk tiap paragraph baru. Ketiga, peneliti memberikan nama masing-masing berkas dengan kode tertentu. Kode

(5)

yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling paling tepat mewakili berkas tersebut dan selalu membubuhkan tanggal di tiap berkas. (Poerwandari, 2007:3)

Keabsahan Penelitian

Untuk menetapkan data, diperlukan teknik pemeriksaan terhadap data. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan dalam menetapkan penelitian, yaitu:

A. Credibility ( Kepercayaan )

Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kreadibiltas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriterium ini berfungsi: Pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang telah diteliti. (Moleong, 2006:324)

Melibatkan penetapan bahwa hasil penelitian kualitatif itu kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif peserta penelitian. Hal ini karena tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan dan memahami fenomena dari sudut pandang kepentingan peserta penelitian. Hal ini karena tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan dan memahami fenomena dari sudut pandang kepentingan peserta penelitian, maka peserta penelitian merupakan satu-satunya pihak yang bisa mensahkan tingkat krediabilitas dari hasil penelitian ini. (Bryman, 2008:377)

Dalam penelitian ini, untuk memenuhi standar atau kriteria credibility peneliti melampirkan pernyataan bahwa penelitian ini benar-benar dilakukan oleh informan. Selain itu dilakukan observasi secara langsung dengan terjun langsung kedalam proses produksi agar peneliti bisa menyelami lebih dalam apa yang terjadi sesuai dengan realitas yang ada. Peneliti juga melakukan transkrip dari wawancara, kemudian coding ke dalam tahapan coding, mulai dari open coding, axial coding, dan

selective coding, sehingga bisa dianalisis dengan akurat.

B. Transferability ( Keteralihan )

Kriteria keteralihan berbeda dengan validitas eksternal non kualitatif. Konsep validitas tersebut menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat ditetapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar yang diperoleh pada sampel secara representatif. (Moleong, 2006:324)

Transferability juga menjelaskan apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang

lain. Konsep validitas menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representative mewakili populasi itu. (Bryman, 2008:377)

Dengan melampirkan transkrip dari hasil wawancara beserta tahapan coding, orang lain bisa mengetahui bagaimana peneliti melakukan penelitian sehingga bisa di aplikasikan dalam konteks yang bereda.

C. Dependability ( Kebergantungan )

Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Menekankan kebutuhan peneliti untuk memperkirakan penelitiannya untuk konteks-konteks yang selalu berubah selama penelitian ini berlangsung. Penelitian ini bertanggung jawab untuk menggambarkan perubahan yang terjadi dalam setting penelitian dan bagaimana perubahan-perubahan ini mempengaruhi cara penelitian ini mendapatkan hasil penelitian. Dependability adalah parallel keandalan. Sebagai parallel keandalan data riset kualitatif, peneliti perlu memastikan bahwa arsip-arsip lengkap harus dijaga dari semua tahap yang menyangkut riset itu. Proses perumusan masalah, pemilihan peserta riset, mencatat lingkungan kerja, catatan wawancara, analisis data dan cara lain yang tak kalah diakses. Kemudian peneliti bertindak sebagai auditor, dan pasti pada bagian akhir untuk menetapkan prosedur diberapa banyak dan termasuk yang sudah diikuti. Ini juga meliputi tingkat untuk membuat kesimpulan yang benar. Auditing tidak mempunyai pendekatan popular untuk menambah dependability dari riset kualitatif. Beberapa studi yang menyoroti permasalahan dihubungkan dengan gagasan auditing. Ini sangat menuntut auditor, mengingat riset kualitatif itu menghasilkan frekuensi data yang besar. (Sugiyono, 2007:277)

Dalam penelitian ini, kriteria Dependability diukur dari bagaimana peneliti menentukan masalah atau fokus memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukan peneliti. Dari data yang telah diubah menjadi kata-kata, peneliti menganalisanya, menyusun, dan membandingkan dengan konsep-konsep yang ada. Sehinga akan ditarik kesimpulan dari data yang didapatkan.

D. Confirmability ( Kepastian )

Hampir sama dengan dependability, yaitu menguiji hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian maka proses tersebut telah memenuhi standar confirmability. Confirmability mempunyai kaitan dengan objektivitas yang lengkap di dalamnya riset sosial, peneliti harus berbuat secara jujur, dengan kata lain harus nyata dalam

(6)

melakukan riset. Terdapat beberapa jenis strategi untuk meningkatkan confirmability. Peneliti bisa mendokumentasikan prosedur untuk melakukan cek dan ricek data yang didapat dari penelitian. Penelitian bisa juga aktif mencari dan menggambarkan berbagai kelemahan atau hal-hal kontradiktif yang ada dalam observasi sebelumnya. Setelah peneliti melakukan riset, seseorang bisa bertindak sebagai auditor yang menguji teknik pengumpulan data dan menganalisi prosedur serta melakukan penelitian tentang kemungkinan adanya bias atau distorsi. (Bryman, 2008:379).

Dalam memenuhi standar confirmability, peneliti melampirkan surat pernyataan dari para informan yang menyatakan bahwa peneliti benar-benar telah melakukan penelitian dan informan telah memberikan informasi sebagaimana adanya, sehingga penelitian ini bisa dibuktikan kebenarannya.

HASIL DAN BAHASAN

Analisis dan Interpretasi Data Program “Teenlicious” di Global TV

Analisis data pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara mendalam (In-dept Interview), pencatatan dari hasil observasi lapangan, dan pengumpulan data untuk kemudian diklasifikasikan kedalam kerangka pemikiran yang telah disusun berdasarkan teori-teori yang ada sebagai pisau analisis untuk menganalisis strategi produksi pada program “Teenlicious” di Global Tv.

Analisis Konsep Program “Teenlicious” di Global TV

Pada saat ini, industri media massa sedang mengalami pergolakan di masyarakat. Gejolak bisnis media pun menjadi sangat esensial untuk mencapai kesuksesan media itu sendiri. Maka dari itu, majalah

“High&Teen” yang dipimpin oleh Ibu Lilliana Tanoesodibjo memberikan perintah langsung kepada

Global TV untuk membuat program acara televisi yang bisa mendongkrak popularitas majalah tersebut agar dikenal oleh masyarakat, khususnya remaja. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka Global TV dan majalah “High&Teen” yang merupakan satu keluarga dari MNC Group membuat program acara televisi bernama “Teenlicious” dengan konsep Magazine, dimana konten-konten yang ada di majalah

“High&Teen” dibuat dalam bentuk audio visual.

Konsep awal dari program “Teenlicious” adalah sebuah program ‘terjemahan’ dari majalah ke dalam bentuk audio visual. Artinya, informasi yang ada di majalah ditayangkan juga di program

“Teenlicious” dalam bentuk suara dan gambar yang bergerak. Selain itu, program ini dipandu oleh host

dan beberapa reporter laki-laki dan perempuan yang karakternya merupakan image dari karakter remaja masa kini. “Teenlicious” sendiri merupakan representasi dari ”The Extraordinary Generation” dimana maksudnya adalah generasi muda yang memiliki good looking, smart, lincah, berwawasan luas, asyik, berbakat, dan terasa akrab dengan penontonnya. Program “Teenlicious” mempunyai beberapa segmen tetap yang selalu ada di setiap episode nya. Segmen pertama merupakan segmen Celeblicious yang menyajikan informasi seputar selebriti Hollywod, gosip, musik, film, lifestyle, dan sebagainya. Segmen

(7)

kedua merupakan segmen Reportage yang menyajikan liputan berbagai event anak muda paling aktual di Jakarta seperti Launching event, Behind The Scene, Fashion Show, konser musik, dan sebagainya. Segmen ketiga merupakan segmen Teen Zone yang berisi Make Over, Trivia Quiz, dan Video Clip. Segmen keempat merupakan segmen Fashionlicious yang menyajikan informasi, rekomendasi, dan tutorial seputar fashion internasional..

Analisis Strategi Pra Produksi Program “Teenlicious” di Global TV

Pada tahapan pra produksi program “Teenlicious”, peranan tim produksi yang meliputi Produser, Asisten Produser, PA (production assistant), dan tim kreatif adalah sebagai konseptor yang membuat konsep program dan mewujudkan konsep tersebut. Produser adalah pembuat keputusan atau decision

maker untuk konten-konten program yang akan ditayangkan, tim kreatif bertugas mengembangkan

konsep dari konten yang sudah ditentukan, sedangkan PA (production assistant) yang menginterpretasikan konsep tersebut untuk dijadikan program acara.

Pada saat meeting content, tim produksi mencari konsep untuk konten yang akan dibahas di setiap segmen nya. Segmen pertama merupakan segmen Celeblicious yang menyajikan informasi seputar selebriti Hollywod, gosip, musik, film, lifestyle, dan sebagainya. Segmen kedua merupakan segmen Reportage yang menyajikan liputan berbagai event anak muda paling aktual di Jakarta seperti

Launching event, Behind The Scene, Fashion Show, konser musik, dan sebagainya. Segmen ketiga

merupakan segmen Teen Zone yang berisi Make Over, Trivia Quiz, dan Video Clip. Segmen keempat merupakan segmen Fashionlicious yang menyajikan informasi, rekomendasi, dan tutorial seputar

fashion internasional. Konsep-konsep pada setiap segmen di tiap minggunya merupakan informasi yang

sedang trend dan banyak dibicarakan sehingga lahirlah konten yang menarik dan disukai penonton program “Teenlicious”.

Analisis Strategi Produksi Program “Teenlicious” di Global TV

Setelah melakukan penemuan ide, perencanaan, dan persiapan, saatnya tim produksi mewujudkan konsep yang sudah dibuat selanjutnya. Pada tahapan produksi, tim produksi program

“Teenlicious” melakukan shooting host yang diadakan setiap dua minggu sekali untuk dua episode.

Pada saat proses produksi, tim melakukan shooting host. Produser menjadi pemimpin yang mengkoordinasikan tim produksi agar proses shooting berjalan dengan baik. Shooting itu sendiri dilakukan setiap dua minggu sekali untuk dua episode. Sebelum melakukan shooting, tim produksi mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada saat shooting. Dari mulai lokasi yang akan dipakai

(8)

untuk proses shooting, alat-alat yang digunakan, para kru yang akan bertugas, sampai host atau talent yang akan dipakai untuk memamtau jalannya program acara “Teenlicious”.

Analisis Strategi Pasca Produksi Program “Teenlicious” di Global TV

Program “Teenlicious” meupakan program taping, maka dari itu pada tahapan pasca produksi dilakukan proses pengeditan hingga akhirnya akan di preview oleh tim produksi sehingga bisa ditayangkan di televisi.

Pada saat proses pasca produksi yang dilakukan editor adalah editing offline dengan melakuka

capture media, yaitu proses pemindahan data dari kaset ke komputer. Setelah itu melakukan editing

online dengan melakukan pengeditan mixing dan finishing. Setelah itu melakukan review bersama tim

produksi. Bila tidak ada revisi, maka melanjutkan proses print to tab yaitu memindahkan format video yang sudah diedit kedalam bentuk beta cam atau dv-cam, atau ke dalam format data sehingga bisa ditayangkan di OAP atau On Air Presentation.

Analisis SWOT Program “Teenlicious” di Global TV

Saat ini, program televisi nasional di Indonesia jarang membahas tentang lifestyle remaja secara mendalam seperti yang ditayangkan program “Teenlicious”. Inilah kekuatan yang dimiliki program

“Teenlicious” dibanding program televisi nasional lainnya. Sebelumnya, Global TV mempunyai

program-program MTV dalam membahas lifestyle anak muda terlebih pembahasan event-event atau konser musik yang ditujukan untuk anak muda. Namun saat ini, program “Teenlicious” hadir sebagai program yang mewakili keinginan remaja, salah satunya memberikan liputan event-event atau konser musik dengan menyajikan performance musik artis dan atmosfir yang ada pada event-event atau konser musik tersebut. Hal ini dijadikan kekuatan program "Teenlicious".

Persaingan program televisi semakin marak dengan hadirnya program berita yang beragam sehingga muncul program berita yang berformat Magazine. Program “Teenlicious” sendiri memiliki jumlah saingan program televisi yang lebih dikenal masyarakat dan tentunya memberikan informasi yang terkini. Sedangkan program “Teenlicious” sebagai program yang menyajikan informasi terkini hanya tayang seminggu sekali. Sedangkan untuk menyajikan informasi yang terkini minimal harus tayang setiap hari secara stripping, sehingga informasi liputannya harus menunggu program

“Teenlicious” ditayangkan. Terkadang liputan event bisa saja ditayangkan program lain lebih dulu,

(9)

Namun diantara kelemahan-kelemahan tersebut, program “Teenlicious” masih memiliki peluang untuk bisa menyaingi program lain. Hal ini bisa dilihat dari kekuatan program ini sendiri. Yaitu, tidak ada program dari stasiun televisi lain yang membahas konten-konten remaja sedalam yang dibahas oleh

“Teenlicious”. Dari segmen Fashionlicious, Celeblicious, Make Over, sampai liputan konser belum ada

yang bisa menyaingi program “Teenlicious”.

Namun diantara kelemahan-kelemahan tersebut, program “Teenlicious” masih memiliki peluang untuk bisa menyaingi program lain. Hal ini bisa dilihat dari kekuatan program ini sendiri. Yaitu, tidak ada program dari stasiun televisi lain yang membahas konten-konten remaja sedalam yang dibahas oleh

“Teenlicious”. Dari segmen Fashionlicious, Celeblicious, Make Over, sampai liputan konser belum ada

yang bisa menyaingi program “Teenlicious”.

Tetapi, ancaman yang dihadapi program Teenlicous cukup berat dengan saingan program televisi lain yang sudah dikenal masyarakat. Untuk saat ini, ancaman dari program televisi lain adalah program

Re-run Indonesian Idol yang tayang pada jam yang bersamaan dengan “Teenlicious”. Tentunya,

masyarakat secara umum lebih memilih menonton Indonesian Idol dibanding program “Teenlicious” walaupun itu adalah tayangan ulang. Hal ini dikarenakan Indonesian Idol sudah dikenal masyarakat sejak lama.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Dari penelitian terhadap program “Teenlicious” di Global TV, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dalam proses Pra Produksi program “Teenlicious” di Global TV, tim produksi melakukan Penemuan

Ide lewat meeting content untuk menentukan konten apa yang akan ditayangkan di setiap episode nya. Pada proses perencanaan, tim produksi menjadwalkan waktu untuk proses liputan dan shooting host. Selain itu, tim kreatif membuat script untuk host dan voice over, dan PA (production assistant) melakukan crew call untuk menghubungi crew yang akan bertugas, seperti kameramen, make up artist,

driver, dan lain sebgainya. Kemudian menentukan lokasi yang akan digunakan untuk shooting host.

Pada proses persiapan, tim mempersiapkan berbagai peralatan dan properti yang akan dipakai untuk keperluan shooting. Selain itu, melakukan survey lokasi yang akan digunakan untuk shooting host berikut melakukan kerjasama dengan pihak pemilik lokasi tersebut.

2. Dalam proses Produksi program “Teenlicious” di Global TV, tim produksi melakukan shooting host yang dilakukan setiap dua minggu sekali untuk dua episode. Program “Teenlicious” tayang setiap hari minggu pukul 14.00 WIB, namun saat ini program ini sudah pindah jam tayang menjadi pukul 11.30 WIB. Host atau pembawa acara dari program “Teenlicious” berasal dari model-model majalah

High&Teen yang dinamakan High&Teen, karena program “Teenlicious” bekerja sama dengan majalah High&Teen. Peran host adalah mengantarkan program acara dari satu segmen ke segmen selanjutnya

sesuai dengan rundown yang sudah dibuat dan ditambahkan berbagai gimmick agar menambah variasi. 3. Dalam proses Pasca Produksi program “Teenlicious” di Global TV, dilakukan proses pengeditan oleh

editor karena program ini adalah program taping. Dimulai dari editing offline dengan melakukan

capture media, yaitu proses pemindahan data dari kaset ke komputer. Setelah itu masuk ke proses editing online dengan melakukan pengeditan mixing dan finishing. Kemudian tim produksi melakukan review, pada proses ini akan ditentukan apakah program ini layak ditayangkan atau tidak. Jika program

ini layak tayang, maka tahapan selanjutnya adalah print to tab yaitu memindahkan format video yang sudah diedit kedalam bentuk beta cam atau dv-cam, atau ke dalam format data sehingga bisa

(10)

ditayangkan di OAP atau On Air Presentation. Ciri khas tampilan program “Teenlicious” adalah full

colour dengan berbagai efek-efek dinamis seperti bouncing, picture in picture, mountage gambar, dan

lain sebagainya. Musik untuk backsound yang dipakai adalah lagu-lagu yang sedang terkenal di kalangan anak muda.

4. Penulis juga melakukan Analisis SWOT untuk menganalisis kualitas program “Teenlicious” bila dilihat dari skala internal dan eksternal program ini, dengan menganalisis Strenght (Kekuatan),

Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan Threat (Ancaman). Kekuatan program “Teenlicious” adalah konten yang menyajikan informasi seputar lifestyle remaja yang disajikan secara

mendalam, sedangkan program televisi lain jarang ada yang membahas informasi seperti yang dimiliki program ini. Kelemahan dari program “Teenlicious” adalah durasi yang kurang panjang, sehingga informasi yang diberikan terlalu singkat. Selain itu, program “Teenlicious” sangat segmented sehingga yang menonton adalah kalangan tertentu saja. Hal ini berakibat pada rendahnya persentase rating dan share yang didapat bila dibandingkan dengan ptogram televisi lainnya. Kurangnya persentase rating dan share juga diakibatkan oleh promosi iklan yang kurang, sehingga program “Teenlicious” kurang dikenal banyak masyarakat secara umum. Peluang yang dimiliki program “Teenlicious” agar bisa lebih unggul adalah pada segmen Celeblicious dan Fashionlicious juga menjadi kekuatan dari program ini, karena program televisi lain jarang ada yang membahas seputar informasi selebritis luar negeri dan tren berbusana remaja seperti yang dibahas di program “Teenlicious”. Namun, program “Teenlicious” harus menghadapi ancaman yang cukup berat. Terbukti dengan adanya program televisi lain yang cukup dikenal banyak masyarakat, seperti program Re-run Indonesian Idol. Biasanya, masyarakat lebih suka menonton program yang lebih dikenal dibandingkan program “Teenlicious”. Namun, kekhawatiran ini akhirnya bisa diatasi dengan merubah jam tayang menjadi pukul 11.30 WIB per mei 2012.

Saran

1. Sebaiknya pihak Global TV memberikan promo iklan yang lebih gencar untuk program “Teenlicious” agar lebih dikenal masyarakat secara umum, khususnya remaja. Program ini berpotensi untuk menjadi program panutan remaja di Indonesia karena membahas kehidupan remaja dari segala aspek, bukan hanya tayangan hiburan semata namun memberikan pelajaran yang tidak akan ditemukan oleh remaja di dunia akademis. Contohnya, pengetahuan seputar perbedaan genre musik, pengetahuan dunia fashion. Tentunya remaja dituntut untuk menjadi lebih kreatif agar bisa diterima di pergaulannya.

2. Menambahkan durasi program yang awalnya berdurasi 30 menit agar bisa menyajikan informasi lebih mendalam tanpa harus ditekan oleh waktu yang singkat.

3. Menambahkan waktu penayangan karena program ini menyajikan konten reportase dimana informasinya harus segera disajikan agar tidak cepat basi.

4. Menjaga segmentasi target audience agar tetap A-B, sehingga program “Teenlicious” tetap menyajikan konten yang berkualitas bagi penonton dan tidak bergantung pada hasil rating dan share.

5. Mengatur manajemen waktu yang baik agar tidak membuang waktu karena produksi program

“Teenlicious” memiliki waktu yang sangat terbatas.

(11)

REFERENSI BUKU

Baksin, A. (2009). Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Biagi, S. (2010). Media/Impact: Pengantar Media Massa Edisi 9. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Bryman, A. (2008). Social Research Methods. New York: Oxford University Press.

Cangara, M. P. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Effendy, O. U. (2003). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. CITRA ADITYA BAKTI. Effendy, U. O. (2006). Teori Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA. Elvinaro, A. (2000). Komunikasi Massa Suatu Penghantar. Bandung: Simbiosa Rektama Media.

Elvinaro, A., Komala, L., & Karlinah, S. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Heene, P. D., Desmidt, S., Affif, F., & Abdullah, I. (2010). Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. Bandung: PT. Refika Aditama.

Indrianto, M. A., & Supomo, M. A. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE - Yogyakarta.

Kriyantoro, R. (2008). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Teori Komunikasi; Theories of Human Communication, 9th ed. Jakarta: Salemba Humanika.

Moleong, L. J. (2004). Metode Penelitian Kebudayaan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Moleong, L. J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Morrisan, M. (2008). Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana.

Mulyana, D. (2008). Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Nawawi, H. (2005). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Media University Press. Nurudin. (2009). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA. Poerwandari, E. K. (2007). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: LPSP3. Ruslan, R. (2003). Metode Penelitian: Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO

PERSADA.

Sendjaja, D., Pradekso, T., & Rahardjo, T. (2002). Teori Komunikasi Massa: Media, Efek dan Audien,

modul Teori Komunikasi. Pusat Penerbitan Univarsitas Terbuka.

Severin, W. J., & Tankard, J. J. (2007). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media

Massa. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan ( Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, R&D ). Bandung: Alfabeta.

Triartanto, A. I. (2010). Broadcasting Radio: Panduan Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

(12)

WEBSITE www.globaltv.co.id

Wibisono, A. (2010, Januari 28). Analisis SWOT (Strenght, Weaknes, Opportunity, dan Threats). Retrieved Maret 28, 2012, from Aguswibisono.com: http://aguswibisono.com/2010/analisis-swot-strength-weakness-opportunity-threat/

Skripsi, I. (n.d.). Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi - Metode Penelitian Kualitatif: Grounded

Theory Approach. Retrieved April 24, 2012, from Info Skripsi:

http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Kualitatif-Grounded-Theory-Approach.html

REFERENSI LAIN Dokumen Global TV

Profile Penonton Program “Teenlicious” Global TV oleh AC Nielsen

RIWAYAT PENULIS

Nuria Maryati lahir di kota Cianjur pada tanggal 3 Maret 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Marketing Communication pada tahun 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Proyek-Proyek yang dikerjakan di divisi ini antara lain, rencana produksi program televisi Hijab Make Over, membuat video untuk event yang diselenggarakan Dunamis, yakni MAKE

Sedangkan pada tahap pasca produksi yang dilakukan oleh tim produksi adalah mengumpulkan seluruh materi program seperti hasil shooting, video dan gambar dari

Pembagian berita dalam program berita tv parlemen yaitu menyajikan berita-berita yang memiliki nilai berita yang tinggi pada segmen awal dan menempatkan berita-berita

Melaksanakan kegiatan Pembinaan Kesehatan Lingkungan meliputi Pengawasan dan Pembinaan SAB, Pengawasan dan Pembinaan JAGA, Pengawasan dan Pembinaan TTU / TPM / Pestisida,

Prinsip dalam memutuskan alternatif-alternatif tersebut adalah alternatif yang memerlukan penanaman modal paling sedikit dan menghasilkan hasil yang secara fungsional

Deklarasi penyerahan dan verifikasi pengajuan dari sebuah artikel menyiratkan bahwa pekerjaan dijelaskan belum dipublikasikan sebelumnya (kecuali dalam bentuk abstrak atau

PTSL adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua obyek pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia dalam

  Hipertensi  pada  usia  lanjut  mempunyai  ciri  khas  tersendiri  sebagai  salah  satu  faktor  risiko  kejadian  kardiovaskuler,  serebrovaskuler