• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Kerangka berfikir

Fokus penelitian ini terletak pada Manajemen strategi pendidikan khususnya pada perencanaan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu serta daya saing sekolah. Beberapa faktor yang mempengaruhinya berupa sarana dan prasarana, metode pembelajaran, kurikulum yang digunakan serta kualitas pendidik dan tenaga kependidikan (Tendik) yang ada di sekolah itu sendiri.

Seluruh faktor tersebut yang akan mempengaruhi jumlah siswa baru yang masuk ke sekolah dasar Adhyaksa I Jambi, serta jumlah siswa lulus, nilai dan juga prestasi siswa. Bukan hanya berdasarkan dari faktor yang telah peneliti sebutkan diatas. Jumlah siswa, nilai, serta prestasi siswa juga akan mempengaruhi mutu serta daya saing sekolah dasar Adhyaksa I Jambi.

Pada kerangka berfikir ini, Manajemen strategi pendidikan berfokus pada perencanaan kepala sekolah yang berperan pada variabel X atau biasa disebut

(2)

dengan variabel bebas. Sedangkan mutu dan daya saing sekolah termasuk ke dalam variabel Y yang kemudian akan di pisah menjadi kesatuan yang berbeda (Y1 dan Y2). Variabel Y juga biasa disebut dengan variabel terikat.

Variabel X berfungsi sebagai variabel yang akan mempengaruhi variabel lainnya. Artinya perencanaan yang telah di tetapkan oleh kepala sekolah akan memberikan pengaruh terhadap mutu serta daya saing sekolah itu sendiri.

1.2 Perencanaan Kepala Sekolah 1.2.1 Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan adalah suatu proses atau sistem pengelolaan. Manajemen pendidikan sebagai suatu proses atau sistem organisasi dan peningkatan kemanusiaan dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan. Kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk keterlaksanaan proses belajar mengajar yang baik, yang mencakup a) Program kurikulum yang meliputi administrasi kurikulum, metode penyampaian, sistem evaluasi, sistem bimbingan. b) Program ketenagaan. c) Program pengadaan dan pemeliharaan fasilitas dan alat-alat pendidikan. d) Program pembiayaan. dan e) Program hubungan dengan masyarakat.

Pendekatan sistem dalam manajemen pendidikan sebagai akibat dari dianut nya pendekatan dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan adalah suatu kesatuan dari berbagai unsur yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan bergantung didalam mengemban tugas untuk mencapai tujuan sistem tersebut. Unsur-unsur dari luar yang memasuki sistem dan

(3)

kemudian mengalami proses disebut keluaran atau output (Hamalik, 2007: 78).

a. Tujuan Manajemen Pendidikan

Secara umum tujuan Manajemen pendidikan dalam proses pembelajaran adalah untuk menyusun suatu sistem pengelolaan yang meliputi:

a. Administrasi dan organisasi kurikulum. b. Pengelolaan dan ketenagaan.

c. Pengelolaan sarana dan prasarana. d. Pengelolaan pembiayaan.

e. Pengelolaan media pendidikan.

f. Pengelolaan hubungan dengan masyarakat, yang manajemen keterlaksanaan proses pembelajaran yang relevan, efektif dan efisien yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Kemudian jika dilihat secara lebih khusus tujuan dari pelaksanaan manajemen pendidikan adalah terciptanya sistem pengelolaan yang relevan, efektif dan efisien yang dapat dilaksanakan dengan mencapai sasaran dengan suatu pola struktur organisasi pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas antara pemimpin program, tenaga pelatih sebagai fasilitator, tenaga perpustakaan, tenaga teknis lainnya, tenaga tata usaha dan tenaga pembina. Selain itu manajemen pendidikan bertujuan untuk memperlancar pengelolaan program pendidikan dan keterlaksanaan

(4)

proses pembelajaran berdasarkan pendekatan cara belajar siswa aktif (Hamalik, 2007: 80).

b. Fungsi Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang terpadu dengan proses pendidikan khususnya dengan pengelolaan proses pembelajaran. Dalam hubungan ini, terdapat beberapa fungsi manajemen pendidikan, yaitu:

a. Fungsi Perencanaan, mencakup berbagai kegiatan menentukan kebutuhan, penentuan strategi pencapaian tujuan, menentukan isi program pendidikan dan lain-lain. Dalam rangka pengelolaan perlu dilakukan kegiatan penyusunan rencana, yang menjangkau ke depan untuk memperbaiki keadaan dan memenuhi kebutuhan di kemudian hari, menentukan tujuan yang hendak ditempuh, menyusun program yang meliputi pendekatan, jenis dan urutan kegiatan, menetapkan rencana biaya yang diperlukan, serta menentukan jadwal dan proses kerja.

b. Fungsi Organisasi, meliputi pengelolaan ketenagaan, sarana dan prasarana, distribusi tugas dan tanggung jawab, dalam pengelolaan secara integral. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan, seperti: mengidentifikasi jenis dan tugas tanggungjawab dan wewenang, merumuskan aturan hubungan kerja.

(5)

c. Fungsi Koordinasi, yang berupaya menstabilisasi antara berbagai tugas, tanggung jawab dan kewenangan untuk menjamin pelaksanaan dan berhasil program pendidikan.

d. Fungi Motivasi, yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi proses dan keberhasilan program pelatihan. Hal ini diperlukan sehubungan dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab serta kewenangan, sehingga terjadi peningkatan kegiatan personal, yang pada gilirannya diharapkan meningkatkan keberhasilan program.

e. Fungsi Kontrol, yang berupaya melakukan pengawasan, penilaian, monitoring, perbaikan terhadap kelemahan dalam sistem manajemen pendidikan tersebut (Hamalik, 2007: 81).

Berdasarkan kelima fungsi manajemen pendidikan diatas, salah satu fungsi utama yang berperan penting dalam penelitian ini adalah fungsi perencanaan. Yang mana fungsi perencanaan berperan dalam kegiatan menentukan kebutuhan, penentuan strategi pencapaian tujuan, menentukan isi program pendidikan dan lain-lain. Dalam rangka pengelolaan perlu dilakukan kegiatan penyusunan rencana, yang menjangkau ke depan untuk memperbaiki keadaan dan memenuhi kebutuhan di kemudian hari, menentukan tujuan yang hendak ditempuh, menyusun program yang meliputi pendekatan, jenis dan urutan kegiatan, menetapkan rencana biaya yang diperlukan, serta menentukan jadwal dan proses kerja.

(6)

1.2.2 Manajemen Strategi pendidikan

Manajemen strategi adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan yang berhubungan dengan hal vital dan berkesinambungan bagi suatu organisasi. Konsep manajemen strategik digunakan di dunia pendidikan untuk lebih mengefektifkan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Manajemen strategi pendidikan adalah suatu proses pengambilan keputusan dan tindakan yang mendasar mulai dari kegiatan analisis strategi, formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi dalam keseluruhan proses yang terdapat di lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan pendidik secara efektif dan efisien (Mutohar dan Madsuki, 2019).

1.3 Perencanaan Kepala Sekolah

Perencanaan adalah langkah awal merumuskan strategi, dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya organisasi untuk meramalkan kesuksesan di masa mendatang. Perencanaan pada dasarnya dipahami sebagai pintu masuk bagi setiap organisasi untuk menganalisis berbagai kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang yang dapat mempengaruhi organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Menurut Usman dalam Sormin (2017), perencanaan pada hakikatnya adalah proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternative (pilihan)

(7)

mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.

Menurut Siagian dalam Amalia (2018), mengatakan bahwa perencanaan (Planning) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan dating dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Planning, menentukan tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu (Terry & Liesli, 2005). Sedangkan menurut Massie dalam Amalia (2018), Perencanaan ialah proses seorang manajer akan masa depan dan menemukan alternative-alternatif arah langka yang terbuka untuknya. Planning adalah Fungsi manajemen yang berkenan dengan pendefinisian sasaran untuk kinerja organisasi di masa dengan dan untuk memutuskan tugas-tugas dan sumber daya-sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran tersebut, (Amalia, 2018).

Adapun manfaat perencanaan menurut Ibid dalam Sormin (2017), adalah sebagai berikut:

a. Standar pelaksanaan dan pengawasan. b. Pemilihan berbagai alternative terbaik.

c. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan. d. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.

(8)

e. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.

f. Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait. g. Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

1.4 Mutu Sekolah

1.4.1 Pengertian Mutu Sekolah

Suatu sekolah yang berorientasi pada “mutu” dituntut untuk selalu bergerak dinamis penuh upaya inovasi, dan mengkondisikan diri sebagai lembaga atau organisasi pembelajar yang selalu memperhatikan tuntutan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Untuk itu sekolah dituntut untuk selalu berusaha menyempurnakan desain atau standar proses dan hasil pendidikan agar dapat menghasilkan “lulusan” yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, mutu adalah suatu benda, kadar, taraf atau derajat misalnya kepandaian, kecerdasan dan sebagainya (Depdiknas 2001: 768). Secara umum mutu atau kualitas adalah gambaran dan gambaran menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang diharapkan atau tersirat (Depdiknas 2002: 7).

Menurut Koswara dan Triatna (2010) dalam buku Manajemen Pendidikan, pengertian mutu memiliki variasi entri yang di definisikan oleh masing-masing orang atau pihak. Produsen (penyedia barang/jasa) atau

(9)

konsumen (pengguna/pemakai barang/ jasa) akan memiliki definisi yang berbeda mengenai mutu barang /jasa. Perbedaan ini mengacu pada orientasi masing-masing pihak mengenai barang / jasa yang menjadi objeknya. Satu kata yang menjadi benang merah dalam konsep mutu baik menurut konsumen atau produsen adalah kepuasan. Barang atau jasa yang dikatakan bermutu adalah yang dapat memberikan kepuasan baik bagi pelanggan maupun produsen.

Menurut Juran (1993), mutu produk isinya kecocokan fungsi produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk tersebut berdasarkan lima ciri utama (1) teknologi: yaitu kekuatan: (2) psikologis, yaitu rasa atau status; (3) waktu, yaitu kehandalan, (4) kontraktual, yaitu ada jaminan: (5) etika, yaitu sopan santun (Juran, 1993). Menurut Crosby (1979: 58) jaminan kesesuaian dengan persyaratan (kesesuaian dengan persyaratan), yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk yang memiliki mutu tersebut sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi (Crosby, 1979: 58)

Menurut Deming (1982: 176) mutu yang ditentukan kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu artinya perusahaan yang menguasai pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan konsumen. Jika

(10)

konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa.

Menurut Feigenbaum (1986: 7) mutu adalah kepuasan pelanggan (full customer satisfaction). Suatu produk yang dihasilkan bermutu persetujuan dapat memenuhi kepuasan konsumen, yaitu sesuai dengan harapan konsumen atas produk yang dihasilkan. Garvi dan Davis (1994) menyatakan bahwa berita selalu berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat diartikan bahwa mutu sama dengan memiliki kualitas. Jadi pendidikan yang bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Mutu di bidang pendidikan termasuk mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu bersama mampu menciptakan suasana yang PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan).

1.4.2 Ciri-ciri Mutu Pendidikan

Menurut Shaleh (2004: 246), ciri -ciri pendidikan yang bermutu ialah; a. Input, yang fokus terhadap 1) Kebijakan mutu dan harapan, 2) Sumber

daya atau kesediaan masyarakat, 3) Berorientasi siswa, 4) Manajemen berupa pembagian tugas, perencanaan, dan kendali mutu.

(11)

b. Proses, yang fokus terhadap; 1) Pembelajaran berorientasi kepada 4 hal seperti belajar mengetahui, belajar mengerjakan, belajar menjadi, dan belajar hidup bersama. 2) Kepemimpinan yang kuat/demokratis fokus kepada kemampuan manusia manajerial, kemampuan memobilisasi, dan memiliki otonomi luas. 3) Lingkungan yang aman, nyaman dan manusiawi. 4) Pengelolaan tenaga yang efektif berupa perencanaan, pengembangan, penilaian, dan imbal jasa. 5) Memiliki budaya mutu berupa kerja sama, merasa memiliki, mau berubah, mau meningkatkan diri dan terbuka. 6) Tim kerja yang kompak, cerdas, dinamis. 7) Partisipasi masyarakat tinggi. dan 8) Memiliki Akuntabilitas, laporan prestasi, serta respon atau tanggapan masyarakat.

c. Output yang terbagi menjadi beberapa bagian berupa, 1) Prestasi Akademik seperti NEM, STTB, Taraf serap, Lomba karya ilmiah, dan lomba keagamaan. 2) Prestasi Non Akademis berupa olahraga, kerapian/keterlibatan, kepramukaan, kebersihan, toleransi, ketulusan, kesenian, disiplin, kerajinan, solidaritas, dan silaturahmi.

1.4.3 Karakteristik Mutu Pendidikan

Usman (2006 411) mengemukakan 13 (tiga belas) karakteristik yang dimiliki oleh mutu pendidikan yaitu:

a. Kinerja (performance) yang berkaitan dengan aspek fungsional sekolah termasuk: kinerja guru dalam mengajar baik dalam memberikan penjelasan, sehat dan rajin mengajar, dan mempersiapkan bahan pelajaran,

(12)

pelayanan administrasi dan edukatif sekolah baik dengan kinerja yang baik setelah menjadi sekolah favorit.

b. Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar termasuk memulai dan pelajaran yang tepat waktu, waktu ulangan tepat.

c. Handal (Reliability) usia masa bertahan lama. Meliputi pelayanan prima yang diberikan sekolah bertahan lama dari tahun ke tahun, mutu sekolah tetap bertahan dan cenderung bertahan dari tahun ke tahun.

d. Daya tahan (durability) yakni tahan banting misalnya meskipun krisis moneter, sekolah masih tetap bertahan.

e. Indah (aesthetic) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik, guru membuat media-media pendidikan yang menarik.

f. Hubungan manusiawi (personal interface) yakni menjunjung tinggi nilai moral dan profesionalisme. Misalnya warga sekolah saling menghormati, demokrasi, dan menghargai profesionalisme.

g. Mudah penggunaannya (easy of use) yakni sarana dan prasarana dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku perpustakaan mudah dipinjam di kembalikan tepat waktu.

h. Bentuk khusus (feature) yakni keunggulan tertentu misalnya sekolah unggul dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).

i. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifikasi) yakni memenuhi standar tertentu. Misalnya sekolah telah memenuhi standar pelayanan minimal.

(13)

j. Konsistensi (consistency) yakni keajekan, konstan dan stabil, misalnya mutu sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah konsisten dengan perkataanya.

k. Seragam (uniformity) yakni tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam dalam berpakaian sopan.

l. Mampu melayani (serviceability) yakni mampu memberikan pelayanan prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang masuk mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa puas. m. Ketepatan (accuracy) yakni ketepatan dalam pelayanan misalnya sekolah

mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah

1.4.4 Konsep Peningkatan Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan adalah perihal yang dilaksanakan atau tidaknya tujuan pendidikan nasional seperti yang foto di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu, mutu pendidikan dapat dikatakan terjamin pengawasan memenuhi Standar Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menetapkan ada 8 indikator pendidikan, dibawah ini tentang alur Standar Pendidikan Nasional.

(14)

Gambar 2.3: Alur standar pendidikan nasional

Adapun indikator-indikator peningkatan mutu pendidikan menurut Kemendikbud (2017) mencakup delapan Standar Nasional Pendidikan dengan uraian sebagai berikut;

1. Standar Kompetensi Kelulusan

b. Lulusan memiliki Kompetensi pada dimensi sikap c. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan d. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi keterampilan 2. Standar isi

a. Perangkat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi kelulusan b. Kurikulum tingkat satuan pendidikan di kembangkan sesuai

prosedur

c. Sekolah melaksanakan kurikulum sesuai Ketentuan 3. Standar Proses

a. Sekolah merencanakan proses pembelajaran sesuai ketentuan b. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan tepat

(15)

c. Pengawasan dan produksi yang dilakukan dalam proses pembelajaran

4. Standar Penilaian

a. Aspek penilaian sesuai ranah kompetensi b. Teknik penilaian obyektif dan akuntabel c. Penilaian pendidikan ditindak lanjuti d. Instrument penilaian menyesuaikan aspek e. Penilaian dilakukan mengikuti prosedur 5. Standar pendidik dan tenaga kependidikan

a. Ketersediaan dan kompetensi guru sesuai ketentuan

b. Ketersediaan dan kompetensi kepala sekolah sesuai ketentuan c. Ketersediaan dan kompetensi tenaga administrasi sesuai ketentuan d. Ketersediaan dan kompetensi laporan sesuai ketentuan

e. Ketersediaan dan kompetensi pustakawan sesuai dengan ketentuan 6. Standar sarana dan prasarana

a. Kapasitas daya tampung sekolah memadai

b. Sekolah memiliki sarana dari prasarana pembelajaran yang lengkap dan layak

c. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pendukung yang lengkap dan layak

7. Standar pengelolaan

a. Sekolah melakukan perencanaan pengelolaan b. Program yang dilaksanakan sesuai ketentuan

(16)

c. Kepala sekolah berkinerja baik dalam melaksanakan tugas kepemimpinan Sekolah berdasarkan sistem informasi manajemen 8. Standar pembiayaan

a. Sekolah memberikan layanan subsidi silang b. Beban operasional sekolah sesuai ketentuan

c. Sekolah yang melakukan pengelolaan dana dengan baik

Kedelapan standar pendidikan tersebut harus dapat terpenuhi di setiap sekolah karena semuanya saling terhubung satu dengan yang lain. Apabila di sebuah sekolah indikator-indikator tersebut sudah terpenuhi dengan baik, maka dapat dikatakan mutu pendidikan di sekolah tersebut sudah terjamin. Namun apabila di sebuah sekolah ada salah satu dari indikator tersebut yang belum terpenuhi dengan baik, maka dapat dikatakan mutu pendidikan di sekolah tersebut belum terjamin.

Peningkatan mutu pendidikan tidak akan tercapai tanpa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya kepada sekolah selaku ujung tombak untuk memutuskan arah pendidikan yang dituju, sedangkan masyarakat dituntut untuk ikut serta aktif dalam memajukan pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan akan berhasil jika ada integritas yang komprehensif antara Sekolah dan Masyarakat yang saling bahu membahu dalam berbagai hal untuk menunjang proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), misalnya; Visi dan misi yang dijalankan dan dicapai sesuai dengan harapan seluruh warga sekolah, rasa memiliki warga sekolah yang tinggi, lingkungan sekolah yang aman, bersih dan tersier, jiwa ingin berprestasi yang terus bertumbuh dalam

(17)

diri setiap warga sekolah, komunikasi yang intensif antara Pihak masyarakat, orang tua dan komite sekolah sebagai wadah untuk berpartisipasi serta meningkatkan mutu pendidikan

1.5 Daya Saing Lembaga Pendidikan 1.5.1 Pengertian Daya Saing

Ningsih (2017) mengatakan bahwa Daya saing merupakan kemampuan untuk berkompetisi untuk meningkatkan kualitas seseorang atau sebuah lembaga yang melakukannya. Dalam daya saing ada beberapa hal yang menjadi fokus utama diantaranya, keterampilan, kekuatan, pengetahuan, dan sebagainya melalui strategi untuk meningkatkan kualitas dengan mencapai suatu ukuran tertentu, digunakan selera atau kepuasan konsumen yang menjadi tolak ukur atau patokannya, dan sesuai yang di syaratkan sehingga dapat menarik perhatian pasar (masyarakat).

Aset utama organisasi atau lembaga salah satunya ditentukan oleh kualitas human resources management (manajemen sumber daya manusia) yang tumbuh di dalamnya sebagai penggerak suatu instansi. Penjelasan fungsi manajemen sumber daya manusia meliputi fungsi manajemen dan fungsi operatif. Barthos (2012:22) mengungkapkan fungsi operatif mencakup

development (pengembangan), integration (integrasi), maintenance

(perawatan atau pemeliharaan), separation (pemisah), compensation (kompensasi) dan procurement (pengadaan). Berbagai strategi diterapkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM guna menciptakan lembaga yang lebih berdaya saing.

(18)

Daya saing merupakan efisiensi dan efektifitas yang memiliki sasaran yang tepat dalam menentukan arah dan hasil sasaran yang ingin dicapai yang meliputi tujuan akhir dan proses pencapaian akhir dalam menghadapi persaingan. Sumiharjo (2020), memberikan penjelasan tentang istilah daya saing ini, yaitu: “kata daya dalam kalimat daya saing bermakna kekuatan, dan kata saing berarti mencapai lebih dari yang lain, atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu. Artinya daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi lebih dari yang lain atau unggul dalam hal tertentu baik itu yang dilakukan individu, kelompok maupun sebuah institusi”.

Menurut Sumihardjo (2008) mendefinisikan daya saing berasal dari kata daya dalam kalimat daya saing bermakna kekuatan, dan kata saing berarti mencapai lebih dari yang lain, atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu. Artinya, daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang, kelompok atau institusi tertentu.

Sementara itu dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses dinyatakan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tersebut, diperjelas oleh Sumihardjo meliputi: (1) kemampuan memperkokoh posisi pasarnya, (2) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan

(19)

meningkatkan kinerja tanpa henti, dan (4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan (Amirudin, 2019).

Daya saing diidentikkan dengan keunggulan. Ini karena suatu perusahaan atau organisasi yang mampu bersaing bahkan mampu memenangkan persaingan karena memang mereka memiliki keunggulan. Daya saing juga diidentikkan dengan produktivitas sumber daya manusia suatu (SDM) perusahaan. SDM perusahaan yang produktif dapat menghasilkan tingkat output perusahaan yang diharapkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan kebutuhan pelanggan. Setidaknya ada empat kemampuan yang terdapat dalam daya saing. Pertama, kemampuan memperkokoh posisi pasar. Kedua, kemampuan menghubungkan dengan lingkungan. Ketiga, kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti. Keempat, kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan (Wiyani, 2018).

Dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan diatas, dapat penulis tarik kesimpulan bahwa pengertian daya saing adalah kemampuan untuk berkompetisi dengan mengasah keterampilan, meningkatkan kekuatan, dan menambah pengetahuan sehingga dapat lebih unggul daripada pesaingnya

1.5.2 Tujuan Daya Saing

Menurut Wiyani (2018), terdapat beberapa macam tujuan daya saing; yang pertama untuk menghasilkan keunggulan kompetitif pada lembaga pendidikan. Beberapa hal yang perlu dicermati dalam tindakan kompetitif oleh lembaga antara lain; (1) Lembaga harus memiliki keunggulan khas yang

(20)

belum dimiliki oleh pesaing. (2) Tidak sekedar menyelenggarakan layanan, tetapi mulailah menjual kepercayaan kepada masyarakat. (3) Ada jaminan bahwa masyarakat telah dilayani dengan baik. (4) Lembaga melakukan pemutakhiran data, program dan strategi. (5) Tetapkan biaya layanan yang sesuai dengan apa yang didapatkan oleh masyarakat. (6) Pelajari kondisi masyarakat sebagai pelanggan dan pelajari pula kekuatan serta kelemahan pesaing.

Kedua untuk meningkatkan loyalitas masyarakat sebagai pelanggan (customer) lembaga. Kepercayaan menjadi sebuah kunci dimana sebuah lembaga pendidikan akan menyelenggarakan sebuah proses pembelajaran. Jasa layanan pendidikan ini harus sesuai dengan apa yang di inginkan dan dibutuhkan masyarakat. Untuk memperoleh kepercayaan tersebut bukanlah hal yang mudah yang hanya bisa lewat kata-kata mutiara atau motivasi saja. Tetapi harus dengan bukti nyata yang bisa dilihat dan dirasakan. Ketahuilah bahwa masyarakat tidak sekedar ingin anaknya dididik, tetapi juga memiliki minat, kesenangan, dan kepuasan ketika menyekolahkan anaknya. Misalnya ada kebanggaan dan gengsi tersendiri pada diri wali murid ketika bisa menyekolahkan anak-anaknya di lembaga yang bagus.

Ketiga untuk meningkatkan kualitas mutu lembaga pendidikan. Tidak diragukan bahwa mutu adalah sebuah hal yang mutlak dimiliki oleh lembaga pendidikan agar mampu menghasilkan output lulusan yang unggul dan mendapat kepercayaan dari para stakeholder pendidikan.

(21)

Dari ketiga tujuan yang sudah dijelaskan diatas, dapat penulis tarik kesimpulan bahwa tujuan daya sari daya saing itu sendiri adalah untuk menghasilkan keunggulan kompetitif terhadap suatu lembaga, meningkatkan loyalitas masyarakat sebagai pelanggan, dan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan.

1.6 Penelitian yang Relevan

Sejauh yang peneliti ketahui bahwa, belum ada penelitian yang benar-benar relevan dalam membahas permasalahan tersebut. Banyak penelitian yang hampir menyerupai terkait tentang mutu dan daya saing.

Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Wiyatiningsih (2017) di MIS Miftahul Huda Sukolilo Jabung Kabupaten Malang tentang Peningkatan mutu pendidikan dalam meningkatkan daya saing. Tulisan ini lebih menitikberatkan terdahap mutu pendidikan yang berfungsi untuk meningkatkan daya saing sekolah dengan menggunakan metode kualitatif dengan deskripsi analisis (narasi) artinya penulis melihat mutu pendidikan yang ada di MIS Miftahul Huda yang berfungsi untuk meningkatkan daya saing sekolah. Hasil penelitian tersebut berupa, peningkatan mutu pendidikan dalam meningkatkan daya saing harus sesuai dengan konsep visi, misi dan tujuan, kualitas pembelajaran sesuai dengan kurikulum nasional, peserta didik yang berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik, adanya program unggulan metode An-Nashr dalam memahami Al- Qur’an, peningkatan sarana dan prasarana dengan partisipasi stakeholder, pelaksanaan strategi peningkatan mutu

(22)

dengan 14 langkah menurut Crosby, dan implikasi peningkatan mutu pendidikan berupa kepuasan pelanggan, iklim yang kondusif, menyenangkan, tertib, dan kualitas lulusan yang sesuai dengan harapan masyarakat.

Penelitian kedua berasal dari Maria (2020) terkait dengan Strategi kepala sekolah dalam pengembangan daya saing lembaga pendidikan di SDIT Muhammadiyah Cipete Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Di dalam penelitian tersebut peneliti berfokus strategi kepala sekolah dalam pengembangan daya saing lembaga pendidikan dengan menggunakan metode kualitatif yang fokus terhadap fenomenologi untuk menelaah dan mendeskripsikan strategi kepala sekolah dalam mengembangkan daya saing lembaga di SDIT Muhammadiyah Cipete. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa strategi kepala sekolah di SDIT Muhammadiyah Cipete dalam pengembangan daya saing lembaga pendidikan ialah dengan cara menggunakan enterprise strategi. Hal itu dikarenakan strategi tersebut berhubungan secara langsung dengan respon masyarakat sehingga dapat benar-benar melakukan perubahan ke arah yang lebih baik agar lembaga tersebut dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat dan menjawab tantangan serta kebutuhannya.

Sedangkan penelitian ketiga yang dilakukan oleh Sormin (2017) yang membahas tentang Manajemen Kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan SMP Muhammadiyah 29 Padang Sidempuan. Penelitian ini fokus terhadap perencanaan dan pelaksanaan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SMP Muhammadiyah 29 Padang Sidempuan. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dalam bentuk wawancara, observasi, dan

(23)

dokumentasi sebagai pengumpul data yang dibutuhkan. Hasil yang diperoleh ialah, kepala sekolah mengadakan rapat untuk merencanakan program tahunan. Dalam meningkatkan kualitas sekolah, kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah berupa pengajian, muhadarah yang dipresentasikan ustadz, amalan shalat, kemudian membiasakan siswa untuk dekat dengan Al- Qur’an dengan melakukan kegiatan satu hari ayat yang di setorkan secara bergilir dan dibaca setiap apel pagi.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu kepuasan pelanggan yang sesuai dengan harapan masyarakat. Pendidikan yang bermutu tentunya memiliki visi, misi, tujuan, program yang baik, efektifitas, produktifitas, akuntabilitas, kurikulum yang terarah, fasilitas belajar yang memadai yang merupakan sarana untuk dijadikan sebagai modal dalam bersaing. Daya saing tersebut tentunya benar-benar memberikan dampak bagi sekolah itu sendiri diantaranya dalam segi pelayanan yang baik terhadap masyarakat khususnya di sekolah swasta

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini ialah sama-sama memiliki tujuan untuk meningkatkan daya saing sekolah dengan faktor yang berbeda. pada penelitian pertama yang dituliskan oleh Wiyatiningsih (2017) menempatkan mutu pendidikan yang disediakan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi daya saing sekolah. Sedangkan pada penelitian kedua yang disebutkan oleh Maria (2020) lebih menempatkan pelayanan dan sarana prasarana fasilitas pendidikan serta visi dan misi sekolah yang dijadikan sebagai variabel bebas untuk meningkatkan daya saing lembaga. Sedangkan ada penelitian terakhir

(24)

yang dituliskan oleh Sarmin (2017) lebih menitikberatkan kepada program unggulan sekolah sebagai faktor peningkat kualitas sekolah dengan cara dilakukan kegiatan oleh kepala sekolah berupa pengajian, muhadarah yang dipresentasikan ustadz, amalan shalat, kemudian membiasakan siswa untuk dekat dengan Al- Qur’an dengan melakukan kegiatan satu hari ayat yang di setorkan secara bergilir dan dibaca setiap apel pagi. Hasil dari ketiga penelitian tersebut sama-sama dapat meningkatkan daya saing sekolah.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti terletak pada tujuan penelitian, yaitu untuk melihat manajemen strategi pendidikan khususnya pada perencanaan yang digunakan oleh kepala sekolah dasar Adhyaksa dalam meningkatkan mutu dan daya saing sekolah dasar Adhyaksa I Jambi. Dimana pada penelitian ini perencanaan kepala sekolah sebagai variabel bebas yang diduga dapat mempengaruhi mutu dan daya saing di Sekolah Dasar Adhyaksa I Jambi.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka berfikir
Gambar 2.3: Alur standar pendidikan nasional

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini perusahaan dituntut tidak hanya berfokus pada laporan keuangan saja namun harus memperhatikan bahwa setiap kegiatan perusahaan akan memberikan suatu dampak

Penjelasan yang telah dijelaskan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suyanto, (2019) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi yang terjadi di organisasi

Vitaloka Nuristyana (2014) telah dibuat suatu tugas akhir dengan judul pencarian lokasi tambal ban berbasis android dan penelitian yang diajukan ini topik objeknya

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi marketing politik yang digunakan pada saat pemilu 2014 berhasil untuk mendapatkan dukungan dari para pemilih pada

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari Dengan

Mulia, 2012), 29.. Hal ini terjadi karena salah dalam pola asuh sejak kecil, atau karena pergaulan yang salah. Untuk jenis yang pertama ini, penanganannya bukan dengan cara

Menurut Pasal 1 angka 28 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) berbunyi bahwa: “Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seoang yang

Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka timbul keinginan peneliti untuk membuat penelitian yang berjudul “Mediasi Faktor Kepribadian dan Pembelajaran pada