1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN CASH HOLDING PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Zahrotul Auliya Rahmawati
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 165 Malang 65145
auliya.zahra3110@gmail.com
Dosen Pembimbing:
Dr. Nur Khusniyah Indrawati, CSRS.
ABSTRACT
Cash holding is one of the most significant decisions taken by the financial managers of any food and beverages firms. The decision not only depends on the theoretical view but also the firm-specific variables. The research aims to test empirically the effect of Current Asset, Cash Flow, Volatility of Cash Flow, Short Term Debt, Total Debt, Leverage, Market to Book Value Ratio, Tobin’s Q, Size of Firm and Net Working Capital with Cash Holding. Population of the research are food and beverages companies. Data analysis technique uses multiple regression analysis. The results show that Short Term Debt have a significant influence on Cash Holding and Current Asset, Cash Flow, Volatility of Cash Flow, Total Debt, Leverage, Market to Book Value Ratio, Tobin’s Q, Size of Firm and Net Working Capital have no influence on Cash Holding.
Keywords : Cash Holding, Current Asset, Cash Flow, Volatility of Cash Flow,
Short Term Debt, Total Debt, Leverage, Market to Book Value Ratio, Tobin’s Q, Size of Firm, Net Working Capital
PENDAHULUAN
Perusahaan Food and Beverages adalah perusahaan yang
bergerak dalam bidang makanan dan minuman. Di Indonesia perusahaan yang bergerak dalam bidang ini berkembang dengan pesat. Hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya perusahaan Food and Beverages yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1998 Indonesia dilanda krisis ekonomi, dan perusahaan Food and Beverages
merupakan salah satu perusahaan yang mampu bertahan dari krisis ekonomi tersebut. Perusahaan ini memiliki prospek yang bagus karena pangsa pasarnya yang besar dan produknya dibutuhkan oleh masyarakat. Dilihat dari prospek perusahaan akan menarik minat para investor untuk menanamkan modal di perusahaan sektor Food and
Beverages. Oleh karena itu, selain
dari prospek yang bagus perusahaan juga harus memiliki likuiditas yang bagus untuk mendukung eksistensi
perusahaan dan semakin menarik minat para investor untuk menanamkan modal.
Likuiditas mengacu pada kemampuan sebuah perusahaan untuk membayar kewajiban atau hutang jangka pendeknya. Terdapat beberapa aset yang temasuk ke dalam aset yang likuid karena bisa digunakan dengan mudah atau secara langsung untuk melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan, yaitu kas dan aset yang setara dengan kas (surat-surat berharga).
Kas sebagai aktiva yang paling likuid, pada umumnya terdiri atas mata uang dan giro atau demand
deposit (uang yang tersedia untuk
memenuhi permintaan di institusi keuangan) (Kieso, et al., 2008 : 194). Kas terdapat dalam urutan pertama dalam neraca karena merupakan aset yang paling likuid di antara aset lancar lainnya. Posisi kas pada neraca digabungkan dengan ekuivalen kas (cash equivalent). Ekuivalen kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid dan akan jatuh tempo dalam jangka tiga bulan atau kurang (Kieso, et al., 2008 : 194).
Kas yang ada di perusahaan disebut dengan istilah cash holding. Menurut Gill dan Shah dalam Ogundipe et al., (2012 : 45) cash
holding didefinisikan sebagai kas
yang ada di perusahaan atau tersedia untuk investasi pada aset fisik dan untuk dibagikan kepada para investor. Karena itu cash holding dipandang sebagai kas dan ekuivalen kas yang dapat dengan mudah diubah menjadi uang tunai.
Dalam kaitannya dengan perusahaan, cash holding merupakan aset penting dalam perusahaan. Penentuan tingkat cash holding suatu perusahaan merupakan salah satu
keputusan keuangan penting yang harus diambil oleh manajer keuangan perusahaan. Cash holding dapat digunakan untuk melakukan pembelian saham, dibagikan kepada para pemegang saham berupa deviden, melakukan investasi untuk perusahaan, atau menyimpannya untuk kepentingan perusahaan.
Kas yang terdapat di perusahaan perlu mendapatkan perhatian dari manajer. Hal itu dikarenakan apabila perusahaan menyimpan kas terlalu sedikit maka perusahaan akan kesulitan untuk mencukupi kebutuhan jangka pendeknya. Hal ini akan menyebabkan perusahaan dipandang buruk dan tidak likuid, yang akhirnya menimbulkan keraguan pihak lain pada perusahaan karena citra buruk yang ditimbulkan oleh perusahaan. Di sisi lain, menyimpan kas terlalu banyak juga akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena perusahaan tidak bisa mencapai tingkat profitabilitas yang optimal, yaitu keuntungan yang seharusnya bisa diperoleh oleh perusahaan dengan memanfaatkan kas yang disimpan terlalu banyak untuk melakukan aktivitas usaha. Karena perusahaan harus menentukan berapa jumlah kas yang harus dimiliki oleh perusahaan agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan kas, maka banyak penelitian bertujuan mengungkapkan faktor apa saja yang berpengaruh terhadap cash holding suatu perusahaan. Salah satunya dilakukan oleh Islam (2012), yang meneliti tentang faktor yang menentukan cash holding di perusahaan Bangladesh. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mencari variabel apa yang berperan utama untuk menentukan faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan cash holding di perusahaan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian Islam (2012) adalah
cash, yang menjadi variabel dependen dalam penelitian, dan
current asset; cash flow; volatility of cash flow; short term debt; total debt; leverage; intangible asset, market to book value ratio; Tobin’s Q; size of firms; tangibility of total asset; net working capital dan dividend payout ratio sebagai variabel independen. Penelitian tersebut menemukan bahwa net
working capital, Tobin’s Q dan volatility of cash flow tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepemilikan kas perusahaan. Current asset, cash flow,
size of firms, short term debt, total debt, intanggible asset, leverage dan tangibility of total asset mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap kepemilikan kas perusahaan.
Penelitian lain yang meneliti faktor penentu cash holding
dilakukan oleh Saddour (2006) di perusahaan Perancis. Variabel yang digunakan dalam penelitian sama seperti yang digunakan oleh Islam (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien dari cash
flow dan volatility (yang diukur
dengan risiko bisnis perusahaan) adalah positif. Cash holding
menurun secara signifikan dengan
leverage, short term debt dan net working capital. Penelitian ini juga
menemukan bahwa cash holding meningkat secara signifikan dengan
size of firms, stock repurchase, investment’s level dan dividend’s payment.
Penelitian ini mengkaji hubungan antara cash holding
dengan current asset; cash flow;
volatility of cash flow; short term
debt; total debt; leverage;, market to book value ratio; Tobin’s Q; size of firms dan net working capital. Dalam
penelitian ini, variabel yang digunakan dipilih berdasarkan teori yang berkaitan dengan cash holding, yaitu teori Trade-off dan teori
Pecking Order, dan
penelitian-penelitian sebelumnya.
Current asset atau aktiva
lancar merupakan kas atau aktiva lain yang bisa dijadikan kas tunai atau dapat digunakan selama siklus normal perusahaan. Karena current
asset ini mudah dijadikan kas, maka
akan sangat mudah untuk membantu ketersediaan cash holding dalam perusahaan. Jika current asset
perusahaan tinggi maka itu juga berarti bahwa perusahaan mempunyai lebih banyak kas. Diperkirakan adanya hubungan positif antara current asset dengan
cash holding (Islam, 2012).
Aliran kas atau cash flow merupakan jumlah kas yang keluar dan masuk perusahaan karena kegiatan operasional dari perusahaan. Kaitannya dengan cash holding adalah yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan adalah kas, besar kecilnya kas yang dimiliki oleh perusahaan juga tergantung pada seberapa besar aliran kas (cash flow) yang ada diperusahaan. Diperkirakan adanya hubungan yang positif antara cash
flow dengan cash holding (Islam,
2012; Rabecca, 2013). Tetapi berdasarkan pada Teori Trade off,
cash flow dianggap memiliki hubungan yang negatif karena dianggap bisa menggantikan kas tunai perusahaan (Saddour, 2006).
Volatility of cash flow
merupakan fluktuasi dari arus kas perusahaan. Perusahaan yang memiliki volatilitas cash flow tidak
stabil akan menghadapi masalah likuiditas dan mengalami kekurangan uang tunai. Jadi, volatility of cash
flow ini akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan kebijakan
cash holding di perusahaan. Perusahaan dengan arus kas yang tidak stabil mempunyai kesempatan untuk menghabiskan kas dalam satu waktu. Terdapat beberapa biaya yang bisa menyebabkan perusahaan kekurangan uang tunai, misalnya seperti biaya kebangkrutan. Untuk berjaga-jaga dari hal tersebut maka akan lebih baik apabila perusahaan menyimpan kas dalam jumlah yang lebih banyak. Berdasarkan penjelasan tersebut maka diperkirakan adanya hubungan yang positif antara volatility of cash flow dengan cash holding (Shah, 2011; Islam, 2012).
Short-term debt atau hutang
jangka pendek merupakan kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Karena masa dari hutang jangka pendek atau short-term debt ini hanya satu tahun, maka yang digunakan untuk melakukan pelunasan dari masa jatuh tempo ini adalah aktiva lancar. Dalam penelitian Islam (2012), short-term
debt digunakan untuk tujuan jangka
pendek, dan total dari hutang jangka pendek dan jangka panjang digunakan untuk menunjukkan total hutang.
Leverage merupakan rasio yang membandingkan antara total hutang dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang yang dimiliki oleh perusahaan bisa meningkatkan financial distress dan kemungkinan kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan. Apabila rasio leverage digunakan sebagai proksi kemampuan perusahaan untuk
menerbitkan hutang, maka diperkirakan adanya hubungan yang positif antara leverage dengan cash
holding. Namun jika hutang
digunakan sebagai pendanaan investasi, maka ini dianggap sebagai pengganti kas dan diperkirakan memiliki hubungan yang negatif antara leverage dengan cash holding (Islam, 2012; Saddour, 2006).
Market to book value ratio
merupakan perbandingan antara nilai pasar dengan nilai buku. Dalam dunia investasi, variabel ini sering digunakan oleh investor untuk menilai harga saham di pasar. Nilai yang tinggi dari market to book value
ratio akan menarik minat para
investor untuk berinvestasi. Maka apabila dihubungkan dengan cash
holding, dengan banyaknya investor
yang akan melakukan investasi perusahaan tidak perlu menyimpan kas dalam jumlah yang terlalu banyak. Selain itu dalam beberapa penelitian sebelumnya, market to
book value ratio digunakan sebagai
proksi untuk menentukan growth
opportunities (peluang investasi) suatu perusahaan. Peluang investasi dapat dihitung dengan variabel yang lain, yaitu Tobin’s Q. Tobin’s Q hampir sama dengan Market to Book
Value Ratio, hanya saja Tobin’s Q
lebih menekankan pada nilai perusahaan. Pada penelitian ini, variabel Tobin’s Q digunakan untuk mengukur nilai dari perusahaan Food
and Beverages selama periode penelitian.
Size of firms juga diperkirakan
berhubungan dengan cash holding yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran dari perusahaan akan berpengaruh terhadap besar kecilnya aliran kas operasional perusahaan. Perusahaan yang besar otomatis akan memiliki aliran kas operasional yang
tinggi pula. Jadi semakin besar perusahaan, maka akan semakin meningkatkan cash holding
perusahaan (Saddour, 2006).
Net working capital atau modal
kerja bersih diperoleh dengan cara mengurangi aktiva lancar perusahaan dengan kewajiban lancar perusahaan. Apabila hasil perhitungan menunjukkan bahwa net working
capital dari perusahaan adalah negatif maka diperkirakan perusahaan sedang mengalami kesulitan likuiditas. Dengan begitu perusahaan yang memiliki nilai net
working capital negatif akan menyimpan lebih banyak kas. Hal tersebut telah dibuktikan oleh Afza dan Adnan (2007) di Pakistan (Rabecca, 2013). Tapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Rabecca (2013) membuktikan bahwa
net working capital berhubungan
secara positif terhadap cash holding. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keputusan Cash Holding pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory
research). Penelitian penjelasan (explanatory research) merupakan jenis penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabel – variabel melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Efendi, 2006:5).
Sampel pada penelitian adalah perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007-2011. Jadi sampel pada penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:85).
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Berdasarkan sumbernya, penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan masing-masing perusahaan yang didapat dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Data dalam penelitian ini termasuk ke dalam tipe data panel (pooled data). Data panel (pooled
data) adalah sebuah elemen untuk
data runtun waktu (time series) dan data cross section (Gujarati dan Porter, 2010:31).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Normalitas
Putrawan dalam Gunawan (2005:105) menyatakan bahwa suatu penelitian yang melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan t dan atau uji-F, menuntut suatu asumsi yang harus diuji, yaitu populasi harus berdistribusi normal. Pengujian normalitas dalam penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan statistik
Kolmogorov-Smirnov dan grafik Normal Probability Plot.
Apabila titik berada disekitar garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Menurut Gunawan (2005:136-137), uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel independen yang satu dengan variabel independen lainnya. Untuk mengetahui ada
atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi berganda dapat dilakukan dengan cara melihat nilai VIF (Variance
Inflation Factor). Jika nilai VIF
< 10 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas. 3. Uji Heterokedastisitas
Gunawan (2005:147)
menyatakan bahwa uji asumsi heterokedastisitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variasi residual absolut sama atau tidak sama dengan pengamatan. Menurut Gujarati dalam Gunawan (2005:147-148) apabila asumsi tidak heterokedastisitas ini tidak terpenuhi, maka penaksir menjadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar, dan estimasi koefisien dapat dikatakan menjadi kurang akurat (Rietveld dan Sunaryanto dalam Gunawan, 2005:148). Untuk melihat apakah dalam persamaan regresi terdapat heterokedastisitas atau tidak dapat dilihat pada diagram
Scatterplot. Apabila titik menyebar secara acak maka tidak terjadi heterokedastisitas. 4. Koefisien Determinasi
Gunawan (2005:206)
menyatakan bahwa tingkat ketepatan suatu garis regresi dapat diketahui dari besar kecilnya koefisien determinasi atau koefisien R2 (R square). Dalam analisis regresi, nilai koefisien R2 dapat digunakan sebagai ukuran untuk menyatakan kecocokan garis regresi yang diperoleh. Semakin besar nilai dari R2, maka semakin kuat pula model regresi menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan menggunakan uji secara parsial (Uji t). Menurut Sudjana dalam Gunawan (2005:218), pengujian pengaruh secara parsial ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen, sementara satu atau lebih variabel independen lainnya dalam keadaan tetap atau terkontrol. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis
H0 : βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel independen (Current Asset, Cash Flow,
Volatility of Cash Flow, Short Term Debt, Total Debt, Leverage, Market to Book Value Ratio, Tobin’s Q, Size of Firm dan Net Working Capital) terhadap variabel
dependen (Cash Holding). b. Menentukan tingkat
signifikansi
Pada level of significance (α) ditetapkan sebesar 5% atau 0,05, dasar pengambilan keputusannya adalah:
1) Apabila tingkat signifikansi dari t hitung < tingkat signifikansi yang ditentukan (α = 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima.
2) Apabila tingkat signifikansi dari t hitung > tingkat signifikansi yang ditentukan (α = 0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Normalitas
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa titik menyebar disekitar garis diagonal, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Dapat dilihat bahwa nilai VIF dari semua variabel independen kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak
mengalami masalah
multikolinearitas. 3. Uji Heterokedastisitas
Dari gambar scatterplot bisa dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persamaan model regresi
memenuhi asumsi
heterokedastisitas. 4. Koefisien Determinasi
Dapat dilihat bahwa nilai dari
adjusted R Square adalah sebesar 0,609. Hal ini berarti bahwa model regresi yang didapatkan mampu menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel X terhadap Y sebesar 60,9% dan sisanya sebesar 39,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdeteksi.
5. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen (Current Asset, Cash Flow,
Volatility of Cash Flow, Short
Term Debt, Total Debt,
Leverage, Market to Book Value Ratio, Tobin’s Q, Size of Firm
dan Net Working Capital)
terhadap variabel dependen (Cash Holding). hasil analisis regresi linear berganda disajikan dalam tabel berikut:
Berdasarkan tabel di atas didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: Y = -24,791 – 0,083 X1 +208.960 X2
- 0,098 X3 + 1,089 X4 + 0,092X5
- 0,117X6 - 0,003 X7 - 0,037 X8
+ 0,331 X9+ 0,214 X10 + ε
Interpretasi dari persamaan regresi dijelaskan sebagai berikut:
1. Dari persamaan regresi linier berganda diatas diperoleh nilai konstanta sebesar -24,791 artinya, jika variabel
Cash Holding (Y) tidak
dipengaruhi oleh variabel bebasnya, maka besarnya rata-rata Cash Holding akan bernilai -24,791.
2. Koefisien regresi (β1) menunjukkan nilai variabel
Current Asset (X1) sebesar -0,083 menyatakan bahwa apabila variabel Current Asset naik sebesar satu satuan
akan menyebabkan
penurunan Cash Holding (Y) sebesar 0,083.
3. Koefisien regresi (β2) menunjukkan nilai variabel
Cash Flow (X2) sebesar 208.960 menyatakan bahwa apabila variabel Cash Flow naik sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan Cash
Holding (Y) sebesar 208.960.
4. Koefisien regresi (β3) menunjukkan nilai variabel
Volatility of Cash Flow (X3) sebesar -0,098 menyatakan bahwa apabila variabel
Volatility of Cash Flow naik
sebesar satu satuan akan menyebabkan penurunan
Cash Holding (Y) sebesar
0,098.
5. Koefisien regresi (β4) menunjukkan nilai variabel
Short Term Debt (X4) sebesar
1,089 menyatakan bahwa apabila variabel Short Term
Debt naik sebesar satu satuan
akan menyebabkan kenaikan
Cash Holding (Y) sebesar
1,089.
6. Koefisien regresi (β5) menunjukkan nilai variabel
Total Debt (X5) sebesar 0,092 menyatakan bahwa apabila variabel Total Debt naik sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan Cash
Holding (Y) sebesar 0,092.
7. Koefisien regresi (β6) menunjukkan nilai variabel
Leverage (X6) sebesar -0,117 menyatakan bahwa apabila variabel Leverage naik sebesar satu satuan akan menyebabkan penurunan
Cash Holding (Y) sebesar
-0,117.
8. Koefisien regresi (β7) menunjukkan nilai variabel
Market to Book Value Ratio
(X7) sebesar 0,003 menyatakan bahwa apabila variabel Market to Book
Value Ratio naik sebesar satu
satuan akan menyebabkan kenaikan Cash Holding (Y) sebesar 0,003.
9. Koefisien regresi (β8) menunjukkan nilai variabel
Tobins’Q (X8) sebesar 0,037 menyatakan bahwa apabila variabel Tobins’Q naik sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan Cash
Holding (Y) sebesar 0,037.
10. Koefisien regresi (β9) menunjukkan nilai variabel
Size of Firm (X9) sebesar 0,331 menyatakan bahwa apabila variabel Size of Firm naik sebesar satu satuan akan
menyebabkan kenaikan Cash
Holding (Y) sebesar 0,331.
11. Koefisien regresi (β10) menunjukkan nilai variabel
Net Working Capital (X10) sebesar 0,214 menyatakan bahwa apabila variabel Net
Working Capital naik sebesar
satu satuan akan menyebabkan kenaikan Cash
Holding (Y) sebesar 0,214.
Pembahasan Hasil Penelitian 1. Berdasarkan hasil penelitian,
Current Asset tidak berpengaruh
terhadap Cash Holding
perusahaan Food and Beverages periode 2007-2011. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Islam (2012) yang menyatakan bahwa
Current Asset berpengaruh terhadap Cash Holding. hasil tidak signifikan ini disebabkan karena Current Asset tidak perlu disimpan terlalu banyak di perusahaan karena ketika perusahaan melakukan penambahan persediaan, perusahaan bisa melakukannya dengan cara berhutang terlebih dahulu, jadi perusahaan tidak pelu menggunakan kas atau sampai menggunakan Current
Asset untuk digunakan sebagai
alat pendanaan kegiatan perusahaan.
2. Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa Cash Flow tidak berpengaruh terhadap Cash
Holding perusahaan Food and Beverages periode 2007-2011.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Saddour (2006), Islam (2012) dan Rabecca (2013) yang menyimpulkan bahwa variabel
Cash Flow tidak berpengaruh
signifikan terhadap Cash Holding. Hasil tidak signifikan
dari variabel Cash Flow
disebabkan karena terdapat perusahaan yang termasuk ke dalam perusahaan sampel yang memiliki nilai Cash Flow
negatif. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa perusahaan yang memiliki nilai Cash Flow negatif berarti terdapat masalah dalam perusahaan tersebut. 3. Berdasarkan hasil uji hipotesis
diketahui bahwa Volatility of
Cash Flow tidak berpengaruh
terhadap Cash Holding
perusahaan Food and Beverages periode 2007-2011. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Saddour (2006) dan
Islam (2012) yang
menyimpulkan bahwa Volatility
of Cash Flow tidak berpengaruh
terhadap Cash Holding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Volatility of Cash Flow pada
perusahaan Food and Beverages pada tahun 2007-2011 memiliki keragaman volatilitas setiap perusahaannya. Dalam penelitian ini beberapa perusahaan memiliki volatilitas yang tajam, sedangkan perusahaan yang lain memiliki volatilitas arus kas yang tidak begitu tajam. Hal tersebut yang menyebabkan variabel Volatility
of Cash Flow tidak berpengaruh
terhadap Cash Holding dalam penelitian ini.
4. Berdasarkan hasil uji hipotesis terbukti bahwa variabel Short
Term Debt berpengaruh
signifikan terhadap Cash Holding perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2011. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Islam
(2012) dan Saddour (2006) yang menyimpulkan bahwa variabel
Short Term Debt berpengaruh
signifikan terhadap Cash
Holding. Hubungan yang
signifikan antara Short Term
Debt dengan Cash Holding
dalam penelitian ini disebabkan karena penggunaan hutang jangka pendek yang besar oleh perusahaan Food and Beverages periode 2007-2011. Hampir semua perusahaan memiliki jumlah hutang jangka pendek yang besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Short Term
Debt menjadi komponen
penting dalam mengambil keputusan level kas yang optimal dalam perusahaan. Hasil ini tidak sejalan dengan teori
Pecking Order yang menyatakan
bahwa perusahaan lebih cenderung untuk melakukan pendanaan internal terlebih dahulu daripada melakukan pendanaan eksternal.
5. Berdasarkan hasil uji hipotesis terbukti bahwa Total Debt tidak berpengaruh terhadap Cash Holding perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2011. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
Islam (2012) yang
menyimpulkan bahwa Total Debt berpengaruh signifikan terhadap Cash Holding. Hasil tidak signifikan dari variabel
Total Debt dapat disebabkan
karena perusahaan yang digunakan sebagai sampel penelitian memiliki persentase hutang yang bervariasi. Hampir
seluruh perusahaan
menggunakan hutang jangka pendek sebagai pendanaan eksternal.
Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki persentase hutang jangka panjang yang lebih sedikit dibandingkan dengan presentase hutang jangka pendeknya. Jadi apabila dijumlahkan hutang jangka panjang tersebut tidak akan terlalu berpengaruh pada hutang yang akan digunakan sebagai pendanaan eksternal bagi perusahaan. Hal tersebut yang dapat menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesis. Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan karena perbedaan tahun penelitian dan objek yang digunakan.
6. Berdasarkan hasil uji hipotesis terbukti bahwa variabel
Leverage tidak berpengaruh terhadap Cash Holding
perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2011. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rabecca (2013). Tidak berpengaruhnya variabel
Leverage terhadap Cash Holding
perusahaan Food and Beverages periode 2007-2011 disebabkan oleh berbedanya tingkat leverage yang dimiliki oleh perusahaan sampel. Beberapa perusahaan memiliki tingkat Leverage yang tinggi. Dalam hasil penelitian Anggita (2011) disimpulkan bahwa perusahaan dengan tingkat Leverage yang tinggi akan cenderung memiliki tingkat
Cash Holding yang kecil. Hubungan negatif antara
Leverage dengan Cash Holding
disebabkan karena Leverage
adalah proksi kemampuan perusahaan dalam menerbitkan hutang. Apabila Leverage
perusahaan akan semakin sedikit menyimpan kas, hal tersebut didukung teori Trade Off. Dari sisi pandang teori Trade Off, perusahaan yang memiliki saldo kas terlalu banyak merupakan hal yang tidak produktif bagi perusahaan. Leverage
merupakan pengganti/ substitusi dari kas yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehingga hubungan antara Cash Holding dengan Leverage adalah negatif. Selain itu, Leverage yang tinggi mencerminkan kemudahan suatu perusahaan mendapatkan pendanaan eksternal. Hal ini menjadi sebab utama perusahaan dengan Leverage tinggi sengaja memegang kas tidak terlalu banyak karena dianggap memberikan return yang rendah dibandingkan dengan melakukan investasi.
7. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa Market to
Book Value Ratio tidak
berpengaruh terhadap Cash Holding perusahaan Food and Beverages periode 2007-2011.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Saddour (2006) dan Rabecca (2013) yang menyimpulkan bahwa variabel
Market to Book Value Ratio
berpengaruh terhadap Cash Holding. Hasil tidak signifikan
dari variabel Market to Book
Value Ratio karena tidak semua
perusahaan Food and Beverages pada periode 2007-2011 menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya. Terdapat beberapa perusahaan yang memiliki nilai Market to Book
Value Ratio kurang dari 1.
Dilihat dari perbedaan angka
yang bisa diciptakan dapat disimpulkan bahwa perusahaan
Food and Beverages pada tahun
2007 sampai 2011 memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya. Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan karena berbedanya objek dan waktu penelitian yang digunakan. 8. Berdasarkan hasil uji hipotesis
diketahui bahwa variabel
Tobin’s Q tidak berpengaruh
terhadap Cash Holding
perusahaan Food and Beverages periode 2007-2011. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Islam (2012) yang menyimpulkan bahwa rasio
Tobin’s Q tidak berpengaruh
terhadap Cash Holding. Tobin’s
Q tidak berpengaruh terhadap Cash Holding disebabkan karena
variabel ini lebih cenderung pada nilai perusahaan saat ini, dan tidak secara langsung berhubungan dengan Cash Holding. Tetapi Tobin’s Q
memiliki nilai yang positif, karena Tobin’s Q mengukur nilai perusahaan yang apabila perusahaan menginginkan nilai perusahaan yang tinggi maka biaya yang dikeluarkan pun juga akan tinggi. Perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s Q yang tinggi memiliki peluang investasi yang menarik.
9. Berdasarkan hasil uji hipotesis terbukti bahwa variabel Size of
Firm tidak berpengaruh terhadap Cash Holding perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2011.
Variabel Size of Firm tidak berpengaruh terhadap kebijakan
Cash Holding perusahaan Food and Beverages periode
2007-2011 karena kebanyakan perusahaan di Indonesia merupakan perusahaan konglomerasi yang ultimate owner-nya satu, jadi kebijakan
kas perusahaan ditentukan oleh
ultimate owner perusahaan sebagaimana yang dinyatakan oleh Rabecca (2013). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rabecca (2013) dan Saddour (2006) yang menyimpulkan bahwa Size of
Firm tidak berpengaruh
signifikan terhadap Cash Holding dan bertolakbelakang
dengan hasil penelitian Islam (2012) yang menyatakan bahwa
Size of Firm berpengaruh terhadap perusahana manufaktur di Bangladesh. Perbedaan hasil penelitian bisa disebabkan berbedanya objek dan tahun penelitian.
10. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapa diketahui bahwa Net
Working Capital tidak
berpengaruh terhadap Cash Holding perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2011. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Islam (2012) yang menyimpulkan bahwa Net Working Capital tidak berpengaruh terhadap Cash
Holding perusahaan. Net
Working Capital tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Cash Holding disebabkan dalam
penelitian ini tidak semua perusahaan yang termasuk ke dalam perusahaan Food and
Beverages periode 2007-2011
merupakan perusahaan yang likuid. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Saddour (2006) dan Rabecca (2013) yang menyimpulkan
bahwa variabel Net Working
Capital berpengaruh terhadap Cash Holding. Perbedaan hasil
penelitian tersebut bisa disebabkan karena berbedanya objek dan tahun penelitian yang digunakan.
IMPLIKASI
Dengan melihat hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Short Term Debt dengan Cash
Holding. Implikasinya adalah perusahaan yang akan menentukan berapa level kas yang optimal perlu memperhatikan hutang jangka pendek perusahaan. hutang jangka pendek perusahaan memiliki peranan yang cukup penting dalam ketersediaan kas di perusahaan. Dengan hutang jangka pendek perusahaan akan lebih mudah mendapatkan kas untuk mengisi kekosongan yang ada di perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Current Asset tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Cash Holding perusahaan Food and Beverages tahun
2007-2011. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan Current Asset tidak berpengaruh terhadap Cash Holding.
2. Cash Flow tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Cash Holding perusahaan Food and Beverages tahun
2007-2011. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan Cash Flow tidak berpengaruh terhadap Cash Holding.
3. Volatility of Cash Flow tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Cash Holding
perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2011. Hal ini
menunjukkan bahwa
peningkatan atau penurunan
Volatility of Cash Flow tidak
berpengaruh terhadap Cash Holding.
4. Short Term Debt berpengaruh signifikan terhadap Cash Holding perusahaan Food and Beverages 2007-2011. Hal ini
menunjukkan semakin meningkatnya Short Term Debt perusahaan maka semakin meningkatkan Cash Holding, begitupun sebaliknya semakin menurunnya Short Term Debt maka semakin menurunkan
Cash Holding.
5. Total Debt tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Cash Holding perusahaan Food and Beverages tahun
2007-2011. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan Total Debt tidak berpengaruh terhadap Cash Holding.
6. Leverage tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Cash Holding perusahaan Food and Beverages tahun
2007-2011. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan Leverage tidak berpengaruh terhadap Cash Holding.
7. Market to Book Value Ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Cash
Holding perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2011.
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan
Market to Book Value Ratio
tidak berpengaruh terhadap Cash
Holding.
8. Tobin’s Q tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Cash Holding perusahaan Food and Beverages tahun
2007-2011. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan Tobin’s Q tidak berpengaruh terhadap Cash Holding.
9. Size of Firm tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Cash Holding perusahaan Food and Beverages tahun
2007-2011. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan atau penurunan Size of Firm tidak berpengaruh terhadap Cash Holding.
10. Net Working Capital tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Cash Holding
perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2011. Hal ini
menunjukkan bahwa
peningkatan atau penurunan Net
Working Capital tidak
berpengaruh terhadap Cash Holding.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan. Ada pun saran yang diberikan, antara lain:
1. Diharapkan pihak perusahaan dapat menggunakan Short
Term Debt untuk menentukan
perusahaan untuk mencapai tingkat kas yang optimal. 2. Peneliti yang tertarik
mengambil topik mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi Cash Holding, disarankan untuk
menambah tahun penelitian agar tingkat ketelitian dan tingkat kepastian semakin besar.
3. Memperbesar sampel dan menambah variabel lain yang mempengaruhi Cash Holding, terutama variabel
lain di luar variabel yang sudah digunakan dalam penelitian ini. Variabel yang mungkin bisa ditambahkan ke dalam penelitian selanjutnya adalah variabel Dividend Payout Ratio.
DAFTAR PUSTAKA
Gujarati Damodar N. dan Dawn C. Porter, 2010, Dasar-dasar
Ekonometrika, Edisi 5, Buku 1, Terjemahan Eugenia Mardanugraha; Sita Wardhani dan Charlos Mangunsong, Salemba Empat, Jakarta.
Gunawan, R. Sudarmanto, 2005,
Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS, Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Islam Sohani, 2012, Manufacturing Firms’ Cash Holding Determinants : Evidence
from Bangladesh,
International Journal of Bussiness and Management,
Vol. 7, No. 6, Department of Bussiness Administration (Finance), Stamford University Bangladesh, Bangladesh.
Rabecca Theresia Jinkar, 2013, Analisa Faktor-faktor Penentu Kebijakan Cash Holding Perusahaan Manufaktur di Indonesia,
Jurnal, Edisi 42, Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia, pp 126-129. Kieso Donald E., Weygandt Jerry J.,
D. Warfield Terry, 2008,
Akuntansi Intermediate, Edisi
Keduabelas, Jilid 1,
Erlangga, Jakarta.
Ogundipe Lawrencia Olatunde, Sunday Emmanuel Ogundipe, Samuel Kehinde Ajao, 2012,
Cash Holding and Firm Characterictics : Evidence
From Nigerian Emerging Market, Journal of Business,
Economic & Finance,
Volume : 1, Department of Business Education, Osun State College of Education, Nigeria.
Saddour Khaoula, 2006, The Determinants and the Value of Cash Holding : Evidence from French firms, Cahier De Recheche.[Online]
Available:http://www.cereg.d auphine.fr/cahiers_rech/cereg 200606.pdf.
Shah Attaulah, 2011, The Corporate
Cash Holding : Determinants and Implications, Vol. 5(34), Institute of Management
Sciences, Pakistan.
Available:http://www.academ icjournals.org/AJBM
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, 2006, Metode Penelitian Survai, Edisi Kedua (Revisi) Penerbit LP3ES, Jakarta.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung.