• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS- JENIS AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN KELAPA SAWIT KANAGARIAN KUNANGAN PARIK RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JENIS- JENIS AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN KELAPA SAWIT KANAGARIAN KUNANGAN PARIK RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS- JENIS AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN KELAPA

SAWIT KANAGARIAN KUNANGAN PARIK RANTANG

KABUPATEN SIJUNJUNG

, ,

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Jurusan Biologi Universitas Andalas Padang

Email : Vella.Silfiana@yahoo.com

ABSTRACT

Changes in forest conditions can cause negative impacts on the surrounding community as well as on biodiversity. Loss of habitat and wetlands in the processing of the garden as well as the inclusion of chemical compounds into the environment may pose a risk of animal extinction threat, one of Amphibia. Therefore, study on the types of Amphibia found in Kanagarian Kunangan Parik Rantang Sijunjung district palm oil plantations has been done,in order to determine the types of Amphibia in palm oil plantations. The study was conducted on 14 to 29 August 2014. This study was conducted using Visual ecounter survey (VES) method that is walking observation and survey directly toward Amphibia species obstained in the site, which is accompanied by some morphological characters measurement and description establishment. Observations were made in three habitats are puddles, rivers and oil palm verge. The result of the research showed 13 species with total 91 specimens Amphibians species had been collected which was consist of five families i.e. Bufonidae (Ingerophrynus biporcatus Gravenhorst., Phrynoidis

asper Gravenhorst., Duttaprynus melanostictus Schneider.), Microhylidae (Microhyla heymonsii

Vogt., Kaloula baleata Muller., Kalophrynus pleurostigma Tschudi.), Dicroglossidae (Fejervarya

limnocharis Boie., Limnonectes blythi Boulenger.), Ranidae (Hylarana nicobariensis Stolizka, Hylarana erythraea Schlegel., Hylarana glandulosa Boulenger., Hylarana parvaccola Inger.),

Rhacoporidae (Polypedates leucomystax Gravenhorst.). Key words: Amphibians, species, palm oil, description.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan kawasan tropis yang dipengaruhi oleh dua benua yaitu Asia dan Australia. Indonesia juga menjadi negara kepulauan yang kaya akan flora dan fauna, baik kelimpahan maupun keanekaragaman. Menurut Biodiversity Action Plan For

Indonesian, 16% dari Amphibia dan Reptil

dunia terdapat di Indonesia dengan jumlah 1100 jenis, sehingga Indonesia menjadi negara yang mempunyai jumlah Amphibia dan Reptil terbesar di dunia. Tetapi jumlah tersebut diperkirakan masih jauh di bawah keadaan yang sebenarnya (Iskandar and Erdelen, 2006 cit. Hamdani, 2012).

Kusrini (2009) melaporkan bahwa sepertiga populasi Amphibia di Indonesia sedang atau telah mengalami penurunan, berbagai laporan tentang hilangnya atau

turunnya populasi Amphibia di Indonesia menyadarkan para peneliti bahwa keberadaan Amphibia kini terancam. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan populasi Amphibia adalah hilangnya habitat dan lahan basah, beberapa jenis Amphibia terestrial, misalnya Leptobrachium hasseltii dan

Megophrys montana adalah penghuni hutan

sehingga hilangnya hutan dapat memus- nahkan jenis. Hilangnya lahan basah akan menghilangkan habitat Amphibia.

Berdasarkan observasi dan pengamatan langsung yang telah dilakukan di Kanagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung, ditemukan adanya perubahan kondisi hutan di daerah tersebut. Dahulunya daerah tersebut merupakan hutan primer tetapi sekitar 6 tahun terakhir sudah

(2)

menjadi kebun kelapa sawit milik masyarakat setempat, sehingga menyebabkan dampak negatif terhadap masyarakat sekitar maupun terhadap keanekaragaman hayati. Seperti daerah resapan yang berkurang, kemudian pemakaian pestisida dan herbisida dalam pengolahan kebun oleh masyarakat, serta masuknya senyawa-senyawa kimia ke dalam lingkungan. Akibatnya kemungkinan jenis-jenis Amphibia di kelapa sawit akan berkurang dengan habitat lainnya. Amphibia sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan jika mengalami kepunahan akan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Penelitian mengenai Amphibia di Sumatera telah dilakukan oleh Van Kampen (1923) mengenai Amphibia di Kepulauan Indo-Australia, Liswanto (1998) mengenai Survei dan Monitoring Herpetofauna di Sumatera Utara, Voris dan Kadarsono (1975) mengenai ekologi dan distribusi Reptilia dan Amphibia di Bukit Lawang Sumatera Utara, Mistar (2003) mengenai Amphibia Ekosistem Leuser. Penelitian mengenai Amphibia di Sumatera Barat telah dilakukan oleh Eujenius (2012) mengenai spesies Amphibia di Sungai Batmara Kepulauan Mentawai dan Yanti (2012) mengenai spesies Amphibia di Kebun Kelapa Sawit Kabupaten Agam, Wanda (2012) mengenai jenis-jenis Anura (Amphibia) di Hutan Harapan Jambi, Putra (2012) mengenai komunitas Anura (Amphibia) pada tiga tipe habitat perairan di Kawasan Hutan Harapan Jambi. Efrison (1998) mengenai jenis-jenis Anura di Hutan pendidikan dan penelitian Universitas Andalas Padang, Gusman (2003) mengenai morfometri spesies katak dari famili Bufonidae dan Ranidae di Sumatera Barat.

Penelitian tentang informasi Amphibia pada kebun kelapa sawit Kanagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung masih sangat terbatas. Berdasarkan masalah tersebut, maka dilakukan penelitian tentang Jenis-jenis Amphibia yang ditemukan di kebun kelapa sawit Kanagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui jenis-jenis Amphibia yang ditemukan di kebun kelapa sawit Kanagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus 2014. Pengambilan sampel dilakukan di kebun kelapa sawit Kanagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Termometer, Higrome- ter, pisau/parang, senter/ head lamp, tali rafia, meteran, kompas, kantung plastik, karet gelang, kain kasa, kotak plastik, sarung tangan, botol koleksi, label, karung, alat suntik, jaring/ tangguk kecil, jangka sorong, kamera digital dan seperangkat alat-alat tulis. Bahan yang digunakan adalah Alkohol 96% dan Alkohol 70% untuk pengawetan Amphibia. Pengukuran faktor fisika antara lain suhu air, suhu udara dan kelembaban udara.

Metode yang digunakan adalah metode visual ecounter survey (VES) yakni suatu metode standar dalam metode lapangan Amphibia yang dapat meliputi semua mikrohibitat pencarian seperti pada tanah, air, bagian bawah dari lapisan serasah, dilakukan dengan berjalan pada suatu habitat atau area secara bebas dengan jumlah waktu pencarian yang disesuaikan dengan luas daerah. Pencarian difokuskan pada jalur yang sudah ditentukan, dilakukan 3 kali dalam seminggu dengan 6 kali penangkapan selama 2 minggu

.

Jalur pengamatan pertama yaitu sepanjang aliran sungai yang ada di kebun kelapa sawit sepanjang 400 meter dengan tepi kiri-kanan sungai masing-masing 5 m, jalur pengamatan kedua yaitu genangan air sekitar kelapa sawit dengan jumlah 8 genangan air, jalur pengamatan ketiga yaitu pinggiran sawit dengan panjang 800 meter.

Pencarian Amphibia dilakukan pada malam hari yaitu antara pukul 20.00–24.00 WIB dengan berjalan sesuai dengan lokasi dan jalur pengamatan yang sudah ditentukan

.

(3)

Identifikasi dilakukan dengan menggunakan panduan dari Van Kampen (1923), Inger and Stuebing (1997), Iskandar (1998) dan Mistar

(2003). Cara pengukuran karakter morfologi dengan menggunakan jangka sorong dengan panduan buku Heyer et al. (1994).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian Jenis-Jenis Amphibia yang ditemukan di Kebun Kelapa Sawit Kanagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung dengan memakai metode Visual

Encounter Survey diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Spesies Anura yang tertangkap di Kebun Kelapa Sawit Kanagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung.

No Taksa (famili/ spesies)

Nama Vernakular Jumlah Spesimen

Indonesia Inggris ♂ ♀ Total

I. Bufonidae

1 Ingerophrynus biporcatus Gravenhorst Kodok Puru Hutan Crested Toad 2 2 4

2 Phrynoidis asper Gravenhorst Kodok Puru Besar River Toad 2 2 4

3 Duttaprynus melanostictus Schneider Kodok puru Asian Toad - 1 1 II. Microhylidae

4 Microhyla heymonsii Vogt Percil Bintik Dua Dark-Side Chorus 8 5 13

5 Kaloula baleata Muller Belentuk Brown Bullfrog - 2 2

6 Kalophrynus pleurostigma Tschudi Katak Lekat Sisi Merah

Red Sided Sticky Frog

2 - 2

III. Dicroglossidae

7 Fejervarya limnocharis Boie Katak Tegalan Grass Frog 8 8 16

8 Limnonectes blythi Boulenger Katak Panggul Blyth’s Frog 1 5 6 IV. Ranidae

9 Hylarana nicobariensis Stolizka Kongkang Jangkrik Cricket Frog 3 8 11 10 Hylarana erythraea Schlegel Kongkang Gading Green Paddy Frog 3 6 9 11 Hylarana glandulosa Boulenger Kongkang Kulit Kasar Rough- Sided Frog 3 3 6 12 Hylarana parvaccola Inger Kongkang Kolam Peter Malaysian Frog 3 - 3

V. Rhacophoridae

13 Polypedates leucomystac Gravenhorst Katak Pohon Bergaris Striped Tree Frog 7 7 14

Total 91

Ordo Anura yang ditemukan di Kebun Kelapa Sawit Kanagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung terdiri atas, lima famili dengan Sepuluh genus yang terdiri dari tiga belas spesies dengan total 91 individu. Hasil pengukuran suhu air berkisar 22- , suhu udara berkisar 23- dan kelembaban udara berkisar 80-93%, menurut Goin & Goin (1971) katak memiliki toleransi suhu antara 3- .

Jumlah spesies yang didapatkan di kebun kelapa sawit Kunangan Parik Rantang relatif sedikit yaitu lima famili dengan 13 spesies. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Iskandar dan Setyanto (1996) di Lembah Anai yaitu enam famili dengan 35

spesies, Penelitian Sulasta (2008) di hutan pendidikan dan penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas Padang yaitu lima famili dengan 18 spesies, penelitian Pradana (2009) di Taman Hutan Raya Dr. Mohammad Hatta (Tahura Dr. Moh. Hatta) yaitu lima famili dengan 18 spesies, dimana hasil. Penelitian Putra (2012) di Hutan Harapan Jambi yaitu tiga famili dengan 14 spesies. Penelitian Wanda (2012) di Hutan Harapan Jambi yaitu lima famili dengan 19 spesies. Hal ini disebabkan tipe habitat pada lokasi penelitian Kunangan Parik Rantang seragam (monokultur), sedangkan penelitian yang dilakukan di Hutan tersebut memiliki tingkat keragaman yang tinggi. Disamping itu juga

(4)

terbatasnya kemampuan penulis, waktu dan luas area penelitian juga menjadi indikasi sehingga Amphibia yang tertangkap relatif sedikit.

Zug (1993) menyatakan bahwa habitat yang memiliki tingkat heterogenitas lebih tinggi memiliki jumlah spesies yang lebih tinggi pula, hal ini menyatakan hubungan langsung antara jumlah spesies dengan jumlah habitat yang diciptakan oleh vegetasi. Hutan yang mengalami sedikit gangguan atau hutan dengan tingkat perubahan sedang memiliki jumlah jenis yang lebih kaya daripada kawasan yang sudah terganggu seperti hutan sekunder, kebun dan pemukiman penduduk (Gillespie et al.,2005

cit Wanda 2012). Hal yang sama juga terlihat

dari penelitian Ul- Hasanah (2006), katak yang terdapat di habitat yang tidak terganggu memiliki jenis yang lebih banyak. Penurunan suhu udara dan naiknya kelembaban pada malam hari memberikan kondisi yang baik bagi aktivitas katak apalagi setelah turun hujan.

Famili Bufonidae yang ditemukan terdiri dari tiga genus yaitu Phrynoidis,

Ingerophrynus dan Duttaphrynus. Ketiga

genus ini sebelumnya dikelompokkan ke dalam genus Bufo (IUCN, 2012). Spesies Bufonidae yang ditemukan di daerah sungai adalah P. asper kodok besar dan kuat dengan kulit yang sangat kasar. Jenis ini memiliki selaput renang yang penuh, sehingga lebih bersifat akuatik daripada terrestrial. Mistar (2003) melaporkan bahwa spesies ini umum dijumpai sepanjang sungai yang lebar sampai anak sungai dengan lebar dua meter, bahkan dijumpai di sekitar air terjun, hidup dari hutan sekunder sampai hutan primer, hutan dataran rendah sampai pegunungan, pada ketinggian 1400 m dpl. Ingerophrynus

biporcatus juga ditemukan di tepi genangan

air, jika dilihat dari selaput renangnya tidak penuh sehingga jenis ini lebih terrestrial daripada akuatik. Jenis ini lebih mudah ditemukan di dekat kolam, genangan air atau daerah berair tenang, terdapat juga di hutan primer dan hutan sekunder (Iskandar, 1998).

Jenis Duttaphrynus melanostictus ditemukan di dekat genangan air ketiga dan hanya ditemukan 1 individu, hal ini dikarenakan genangan air ketiga berada di belakang pemukiman penduduk dengan radius ± 10 m. Kodok ini selalu dekat hunian manusia atau wilayah yang terganggu karena biasanya berburu serangga di bawah lampu, tidak terdapat di hutan tropis atau hutan primer (Mistar, 2003).

Famili Microhylidae merupakan keluarga dari katak bermulut sempit, pada penelitian ini ditemukan tiga genus yaitu genus Microhyla, Kaloula, dan Kalophrynus. Genus Microhyla yang ditemukan yaitu

Microhyla heymonsi, jenis ini ditemukan

pada tepi genangan air dibawah serasah dan kayu mati. Genus Kaloula yang ditemukan adalah Kaloula baleata, jenis ini ditemukan di pinggiran sawit setelah hujan lebat, ditemukan hanya 2 individu. Genus Kalophrynus ditemukan hanya satu spesies yaitu Kalophrynus pleurostigma, jenis ini juga ditemukan di dekat genangan air di bawah serasah. Jenis ini apabila dipegang kulitnya akan mengeluarkan lendir yang lekat dan seperti perekat dari kelenjar pada kulit punggung (Inger, 1969).

Famili yang paling banyak ditemukan adalah famili Dicroglosidae, yaitu spesies Fejervarya limnocharis dengan total 16 individu, spesies ini ditemukan di tepi genangan air, di pinggiran sawit dan di jalan yang berlumpur. Mistar (2003) menyatakan bahwa spesies ini menghuni sawah dan padang rumput, hutan sekunder, dataran rendah sampai ketinggian 1.400 mdpl. Genus

Limnonectes ditemukan hanya satu spesies

yakni Limnonectes blythi Spesies ini semuanya ditemukan di tepi anak sungai dimana diameternya hanya 50 cm – 1 m dengan arus air yang lambat. Kodok ini keseluruhannya terdapat dalam hutan primer sampai hutan sekunder, di sungai-sungai sedang sampai anak sungai, saat musim kawin jantan menggali lubang di pasir atau kerikil halus dimana betina akan meletakkan telurnya (Mistar, 2003).

(5)

Famili Ranidae yang ditemukan 1 genus yaitu Hylarana. Hylarana nicobariensis, Hylarana erythraea, Hylarana glandulosa, Hylrana parvaccola semuanya

ditemukan pada genangan air. Keempat spesies ini sering ditemukan pada habitat yang telah terganggu dan dapat beradaptasi dengan microhabitat yang bervariasi (Inger, 1969). Hylarana nicobariensis ditemukan di atas batang kayu maupun pada pelepah sawit lainnya yang ada di tepi genangan air. Menurut Inger and Stuebing (1997) spesies ini ditemukan pada hutan yang alami maupun yang telah terganggu serta di atas lahan pertanian dan merupakan katak dengan penyebaran yang luas, ditemukan sepanjang jalur tebangan hutan dan jalan perkotaan.

Hylarana erythraea ditemukan sedang bertengger di atas batang kayu dalam genangan air dan ditemukan di semak dekat genangan air. Hylarana glandulosa

ditemukan di atas tanah dekat genangan air dan juga ditemukan di dekat sungai dengan jarak ± 5 meter, menurut Inger and Stuebing (1997) spesies ini biasa ditemukan di dekat sungai di hutan-hutan primer. Hylrana

parvaccola pada penelitian ini ditemukan di

atas tanah dan ranting-ranting pohon dekat genangan air. Mistar (2003) menyatakan spesies ini hidup di hutan primer dan hutan sekunder bahkan kedang-kadang mengun- jungi pemukiman manusia dimana terdapat air tenang atau berarus lambat, hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1.430 mdpl. Biasanya bertengger di semak dan pohon kecil.

Famili Rhacophoridae merupakan famili dari katak-katak pohon dengan bentuk hidup arboreal yang menyebabkan ujung jari tangan melebar dan tumpul. Hanya satu genus dan satu spesies yang ditemukan yaitu

Polypedates leucomystax. Spesies ini ditemukan di genangan air, kebanyakan sedang bertengger di atas pohon maupun kayu mati sekitar genangan air. Sehingga spesies ini disebut sebagai katak pohon bergaris, umumnya katak jenis ini dijumpai di

daerah aktifitas manusia dan sangat jarang dijumpai dalam hutan (Iskandar,1998).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan identifikasi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Amphibia yang ditemu- kan di Kebun Kelapa Sawit Kanagarian Kunangan Parik Rantang sebanyak 13 spesies dari 91 individu dengan lima famili. Bufonidae (tiga spesies): Ingerophrynus

biporcatus Gravenhorst, Phrynoidis asper

Gravenhorst, Duttaphrynus melanostictus Schneider. Microhylidae (tiga spesies):

Microhyla heymonsi Vogt, Kaloula baleata

Muller, Kalophrynus pleurostigma Tschudi. Dicroglossidae (dua spesies): Fejervarya

limnocharis Boie, Limnonectes blythii

Boulenger. Ranidae (empat spesies):

Hylarana nicobariensis Stoliczka, Hylarana erythraea Schlegel, Hylarana glandulosa

Boulenger, Hylarana parvaccola Peters. Rhacophoridae (satu spesies) Polypedates

leucomystax Gravenhorst.

Dalam penelitian ini panduan lapangan yang digunakan untuk membantu mengidentifikasi Amphibia banyak memiliki kelemahan, hal ini menyebabkan kesulitan dalam menentukan spesies Amphibia karena tingginya kompleksitas pada beberapa genus. Kemudian juga diharapkan dilakukan penelitian mengenai Amphibia di kebun lainnya seperti kebun karet

DAFTAR PUSTAKA

Goin, C.J. And O.B. Goin.1971. Intruduction

To Herpetology. Second edition W.H.

Freeman Company: USA.

Hamdani, Rivi. (2012). “Potensi

Herpetofauna Dalam Pengobatan Tradisional Di Sumatera Barat” Jurnal

Biologi Universitas Andalas. 2013. Heyer, W.R., A. D. Maureen., R. W.

McDiarmid., L. C. Heyek and S. F. Mercedes. 1994. Measuring and Monitoring Biological Diversity: Standart Methods For Amphibians.

(6)

Smithsonian Institution Press. Washington and London.

Inger, R. F. 1969. Organizations of Communities of Frogs along Small Rain Forest Streams in Serawak. Journal

Animal Ecology 38:123-148. Blackwell

Scientific Publication Oxford and Edinburg.

Inger, R. F. and Stuebing. 1997. A Field

guedi to the frog of borneo. Science and

Technology Unit. Sabah.

Iskandar, D.T. 1998. Amphibia Jawa dan

Bali. Puslitbang Biologi LIPI.

IUCN, 2012. Global Amphibian Assesment. www. Globalamphibianassesment. Com. Diakses pada 1 Agustus 2014. Kusrini, MD. 2009. Predicting The Impact Of

The Frog Leg Trade in Indonesia.

Fakultas Kehutanan IPB: Bogor. Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amphibia

Kawasan Ekosistem Lauser. LIPI-NGO

Movement: Bandung.

Ul-Hasanah, A.U. 2006. Amphibian Diversity in Bukit Barisan Selatan National Park, Lampung-Bengkulu. Skripsi S1 Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Wanda, Irvan Fadli. 2012. Jenis-jenis anura (amphibia) di hutan harapan jambi. Skripsi sarjana biologi. Jurusan biologi fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas andalas: Padang.

Zug, G. R. 1993. Herpetology: an Introduction Biology of Amphibians and Reptiles. Academic Press, Inc. San

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian penghambatan makan dengan metode pilihan terhadap tujuh ekstrak tumbuhan, masing-masing pada empat taraf konsentrasi menunjukkan pengaruh penghambatan makan terhadap

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perbedaan pola tanam berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter antara lain tinggi tanaman jagung pada 6 MST, tinggi

dapat berpotensi sebagai vektor filariasis jika ditemukan mikrofilaria di dalam tubuh nyamuk dan nyamuk pernah menghisap darah manusia, yang dapat diketahui dengan

Hal ini bisa terjadi mungkin karena perbedaan tingkat nonpolar diantara pelarut-pelarut tersebut.dengan tetapan dielektrik benzena 2,284, sikloheksana 1,924,

Salian ti éta, hal séjén nu ngabédakeun jeung panalungtikan saméméhna, nya éta dina ieu panalungtikan téh diguar struktur caritana (téma, fakta carita, jeung

Analisis terhadap toleransi pergeseran lateral dan perbedaan luas bidang tanah hasil rekonstruksi batas bidang tanah menggunakan JRSP berdasarkan Juknis PMNA/KBPN No 3 tahun 1997

berdasar teori yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu mendefinisikan pengertian untuk variabel SRHRM, dukungan karyawan terhadap kegiatan CSR eksternal, dan

Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, yang berguna sebagai sumber listrik. Listrik tidak serta merta