• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pola Tanam Tumpang Sari Jagung (Zea may L.), Kedelai (Glycine max L.), dan Padi Gogo (Oryza sativa L.) Terhadap Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dalam Pemberian Pupuk NPK Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pola Tanam Tumpang Sari Jagung (Zea may L.), Kedelai (Glycine max L.), dan Padi Gogo (Oryza sativa L.) Terhadap Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dalam Pemberian Pupuk NPK Chapter III V"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Desa Tanjung Selamat, yang berada pada ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga November 2016.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi gogo varietas situ bagendit, jagung varietas sugar 75 dan kedelai varietas anjasmoro sebagai objek perlakuan, pupuk kompos sebagai pupuk dasar, pupuk NPK sebagai perlakuan dan fungisida berbahan aktif propineb.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk mengolah tanah, gembor untuk menyiram tanaman, meteran, timbangan, pacak sampel, bambu, alat tulis dan kamera.

Metode Penelitian

Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :

Faktor 1 : Pola Tanam Tumpang sari dengan 6 jenis, yaitu: P1 : Padi Gogo

P2 : Jagung P3 : Kedelai

(2)

Faktor 2 : Pemberian Pupuk NPK dengan 3 taraf, yaitu: N0 : 0 gr/ plot

N1 : 50 gr/ plot N2 : 100 gr/ plot N3 : 150 gr/ plot Sehingga diperoleh 24 kombinasi :

P1N0 P2N0 P3N0 P4N0 P5N0 P6N0 P1N1 P2N1 P3N1 P4N1 P5N1 P6N1 P1N2 P2N2 P3N2 P4N2 P5N2 P6N2 P1N3 P2N3 P3N3 P4N3 P5N3 P6N3 Jumlah ulangan : 2 ulangan

Jumlah plot : 48 plot

Jarak Tanam : Padi Gogo = 40 x 30 cm

Jagung = 80 x 40 cm

Kedelai = 40 x 40 cm

Jumlah Tanaman Seluruhnya : 1560 tanaman Jumlah Sampel Seluruhnya : 216 tanaman Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar blok : 50 cm

Ukuran plot : 200 cm cm x 220 cm

Luas Lahan : 42 x 6 m

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear sebagai berikut :

Yijk= μ + ρi+ αj+ βk+ (αβ)jk+ εijk

(3)

dimana :

Yijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan pola tanam padi gogo, jagung dan kedelai pada jenis ke-j dan pemberian pupuk NPK taraf ke-k

μ : Nilai tengah ρi : Efek blok ke-i

αj : Efek pola tanam padi gogo, jagung dan kedelai pada jenis ke-j βk : Efek pemberian pupuk NPK pada taraf ke-k

(αβ)jk : Efek interaksi dari pola tanam padi gogo, jagung dan kedelai pada jenis ke-j dan pemberian pupuk NPK pada taraf ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, pola tanam padi gogo, jagung dan kedelai pada jenis ke-j dan pemberian pupuk NPK pada taraf ke-k

(4)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal lahan diukur sesuai dengan perlakuan kemudian dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan bebatuan karena dapat mengganggu pertanaman. Kemudian tanah digemburkan dengan mencangkul hingga kedalaman sekitar 30 cm. Dibuat plot-plot dengan ukuran 200 cm x 220 cm dengan jarak antar plot 30 cm dan antar blok 50 cm. Kemudian lahan diberikan kapur sesuai kebutuhan tanah.

Persiapan Bahan Tanam

Untuk bahan tanam yang akan digunakan adalah pada tanaman padi gogo varietas situ bagendit, tanaman jagung varietas sugar 75, tanaman kacang kedelai varietas anjasmoro.

Pemupukan

Setelah lahan selesai diolah, kegiatan selanjutnya adalah pemberian pupuk dasar. Pupuk dasar yang digunakan adalah kompos dengan dosis ±5 kg/plot diberikan 1 minggu sebelum tanam. Setelah itu diberikan pupuk perlakuan NPK sebagai perlakuan dengan waktu 2 minggu setelah tanam. Aplikasi pupuk ini diberikan secara larikan disekitar antara barisan padi gogo, jagung dan kedelai.

Penanaman

(5)

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari disesuaikan dengan kondisi lapangan dan curah hujan. Lahan juga disiram sebelum tanam agar kandungan air tanah mencukupi dan gembur.

Penjarangan

Penjarangan tanaman padi gogo dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam (HST) dengan menyisahkan dua bibit per lobang tanam. Penjarangan tanaman jagung dan kedelai juga dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam (HST) dengan menyisahkan satu bibit per lubang tanam.

Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma di sekitar lubang tanam dan didalam bedengan agar perakaran tanaman tidak terganggu. Penyiangan dilakukan disesuaikan dengan kondisi dilapangan. Pembumbunan dilakukan setelah tanaman tumbuh dan ketika kondisi tanah pada tanaman berkurang atau menipis.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan secara manual dengan mengambil hama pada tanaman yang terserang. Untuk menghindari penyakit dilakukan dengan fungisida berbahan aktif propineb dengan konsentrasi 2 g/l air.

Panen

(6)

dilakukan setelah polong masak fisiologis dengan tanda polong berwarna kuning kecoklatan dan daunnya mulai menguning kemudian mengering (75% dari populasi). Sedangkan pada jagung dipanen setelah kelobot yang mengering dan berwarna kuning.

Peubah Amatan

1. Tanaman Jagung

Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman jagung dimulai dari pangkal batang sampai keujung daun tertiggi dengan meluruskan daun menggunakan meteran. Pengamatan dilakukan mulai dari umur 2 minggu setelah tanam sampai tanaman mengeluarkan bunga jantan, interval waktu pengamatan 1 minggu.

Total luas daun

Pengukuran luas daun dilakukan pada saat tanaman mengeluarkan bunga. Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan rumus YT = K x ( P x L)i, dimana YT= Total luas daun; K= Konstanta; P= Panjang daun ke-i; L= Lebar daun ke-i.

Berat tongkol (gr)

Dengan cara menimbang setiap tongkol dari tanaman sampel dalam setiap percobaan yang dilakukan setelah pemanenan tanaman jagung manis.

Keliling tongkol

(7)

Jumlah baris/tongkol

Jumlah baris/tongkol dihitung dengan cara menghitung jumlah baris biji setiap tanaman sampel yang telah dibuang kelobotnya.

Panjang tongkol

Panjang tongkong dihitung dengan cara mengkur pangkal tongkol hingga ujung tongkol pada semua tanaman sampel.

2. Tanaman Kedelai

Tinggi tanaman

Pengukuran dimulai dari leher akar sampai titik ujung batang pokok tertinggi tanaman kedelai dengan cara mengikuti batang pokoknya. Pengamatan dilakukan seminggu sekali, dimulai 2 minggu setelah tanam dan berakhir pada awal masa reproduktif yang ditandai oleh keluarnya bunga yang dibulatkan dalam minggu ke atas tepatnya umur 7 minggu setelah tanam

Bobot Basah Tajuk (gr)

Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar tanaman dengan cara memotong pada pangkal batang kemudian ditimbang. Pengamatan ini dilakukan pada masa akhir vegetatif atau pada saat pembungaan.

Bobot Kering Tajuk (gr)

(8)

Jumlah cabang produktif

Yaitu dengan menghitung seluruh cabang yang menghasilkan polong pada setiap tanaman. Penghitungan jumlah cabang diamati pada saat menjelang panen.

Jumlah Polong per tanaman

Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman sampel dengan menghitung jumlah polong berisi. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.

Bobot 100 (gr)

Pengamatan ini dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai dari setiap masing-masing plot, dengan kadar air ±14 % yang diperoleh dengan mengeringkan biji dibawah sinar matahari selama 2-3 hari.

3. Tanaman Padi Gogo

Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman telah berumur 2 minggu setelah tanam. Pada setiap sampel tanaman dibuat patok tanda sampel. Pengukuran pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran.

Jumlah anakan

(9)

Jumlah gabah per malai

Jumlah gabah per malai dihitung dengan mengambil semua gabah seluruh malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Perhitungan dilakukan pada saat panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

Bobot kering gabah

Pengamatan bobot kering gabah dihitung pada saat panen. Gabah dipisahkan dari malai kemudian dikeringkan dengan cara dijemur sampai kadar air mencapai 14 %.

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 6-87) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada 6 MST, tinggi tanaman kedelai pada 4, 6, dan 7 MST, tinggi tanaman padi pada 4, 9, 10, dan 11 MST, luas daun tanaman jagung, keliling tongkol tanaman jagung, jumlah baris per tongkol tanaman jagung, jumlah polong tanaman kedelai, bobot basah dan kering tanaman kedelai, berat 100 jumlah biji tanaman padi, jumlah anakan tanaman padi pada 6-11 MST, jumlah gabah tanaman padi, dan bobot kering gabah tanaman padi. Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada 6-7 MST, tinggi tanaman kedelai pada 5 dan 6 MST, tinggi tanaman padi pada 4 MST, luas daun tanaman jagung, keliling tongkol tanaman jagung, jumlah baris per tongkol pada tanaman jagung, berat 100 jumlah biji pada tanaman kedelai, jumlah anakan tanaman padi pada 11 MST, dan jumlah gabah tanaman padi.

Tinggi Tanaman Jagung

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 6-17) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 6 MST, juga pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman jagung pada umur 6-7 MST. Interaksi antarpola tanam dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

(11)

Tabel 1.Tinggi jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK P6 (Jagung-Kedelai) 105,32 115,25 107,72 105,57 108,46

Rataan 107,74 115,08 110,87 111,56 111,31 5 MST

P2 (Jagung) 143,55 162,6 155,73 160,05 155,48 P4 (Jagung-Padi) 146,52 154,68 155,58 154,82 152,9 P6 (Jagung-Kedelai) 141,53 156,28 138,4 148,62 146,21

Rataan 143,87 157,86 149,91 154,49 151,53 6 MST

P2 (Jagung) 193,13 206,27 207,03 211,15 204,40a P4 (Jagung-Padi) 197,9 206,75 201,48 204,1 202,56ab P6 (Jagung-Kedelai) 183,22 208,38 178,95 201,62 193,04b

Rataan 191,42b 207,13a 195,82ab 205,62a 200 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

(12)

dengan dosis 0 gr/plot (N0), namun berbeda tidak nyata dengan dosis 100 gr/plot (N2) dan 150 gr/plot (N3).

Tinggi Tanaman Kedelai

Rataan tinggi tanaman kedelai umur 2-7 MST pada perlakuan pola tanam dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tinggi kedelai pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK Umur Pola Tanam

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

(13)

juga pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman jagung pada umur 5-6 MST dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada 3 MST.

Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada umur 4, 6 dan 7 MST tertinggi diperoleh pada pola tanam dengan sistem pertanaman kedelai-jagung (P6) yang berbeda nyata dengan sistem pertanaman monokultur kedelai (P3) dan kedelai-padi (P5). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada 5 dan 6 MST dengan dosis 150 gr/plot (N3) yang berbeda nyata dengan dosis 0 gr/plot (N0) dan 50 gr/plot (N1), namun berbeda tidak nyata dengan dosis 100 gr/plot (N2).

Tinggi Tanaman Padi

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 50-65) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 9, 10 dan 11 MST, juga pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman padi pada umur 4 MST. Interaksi antar pola tanam dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

(14)
(15)

Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada umur 4 MST tertinggi diperoleh pada sistem padi-kedelai (P5) yang berbeda nyata dengan padi-jagung (P4) namun berbeda tidak nyata dengan pola tanam monokultur tanaman padi (P1). Kemudian pada umur 9, 10 dan 11 MST tertinggi diperoleh pada sistem pola tanam monokultur tanaman padi (P1) berbeda nyata dengan padi-kedelai (P5) namun berbeda tidak nyata dengan padi-jagung (P4). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada 4 MST dengan dosis 150 gr/plot (N3) yang berbeda nyata dengan dosis 50 gr/plot (N1) dan 100 gr/plot (N2), namun berbeda tidak nyata dengan dosis 0 gr/plot (N0).

Luas Daun Tanaman Jagung per Sampel

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 18-19) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun tanaman tanaman jagung per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman jagung. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun tanaman jagung per sampel.

Rataan luas daun tanaman jagung per saampel pada pola tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas daun jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK Pola Tanam P4 (Jagung-Padi) 7860,19 7950,48 7577,99 7876,59 7816,31a P6 (Jagung-Kedelai) 7001,34 7747,83 6601,35 7271,23 7155,44b Rataan 7289,51b 8146,95a 7438,37b 7579,32ab 7613,54 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

(16)

Tabel 4 menunjukkan luas daun tanaman jagung per sampel terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam sistem monokultur jagung (P1) dengan luas 7868,86 cm2 dan terendah pada pola tanam jagung-kedelai (P6) dengan luas 7155,44 cm2. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel tertinggi dengan dosis 50 gr/plot (N1) sebesar 8146,95cm2 dan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0) sebesar 7289,51 cm2.

Bobot Tongkol Tanaman Jagung per Sampel

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 20-21) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot tongkol tanaman jagung per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot tongkol tanaman jagung per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot tongkol tanaman jagung per sampel.

Rataan bobot tongkol tanaman jagung per saampel pada pola tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot tongkol jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

(17)

Tabel 5 menunjukkan bobot tongkol tanaman jagung per sampel terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam jagung-kedelai (P6) dengan bobot 297,94 gr dan terendah pada pola tanam jagung-padi (P4) dengan bobot 269,88 gr. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar 298,97 gr dan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0) sebesar 263,75 gr.

Keliling Tongkol Tanaman Jagung per Sampel

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 22-23) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh nyata terhadap parameter keliling tongkol tanaman jagung per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap keliling tongkol tanaman jagung per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap keliling tanaman jagung per sampel.

Rataan keliling tongkol tanaman jagung per sampel pada pola tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Keliling tongkol jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

(18)

Tabel 6 menunjukkan keliling tongkol tanaman jagung per sampel terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur jagung (P2) sebesar 16,73cm dan terendah pada pola tanam jagung-padi (P4) sebesar 15,92 cm. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar 16,88 cmdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0) sebesar 15,87 cm.

Jumlah Baris per Tongkol

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 24-25) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah baris per tongkol tanaman jagung, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap jumlah baris per tongkol tanaman jagung. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah baris per tongkol tanaman jagung.

Rataan jumlah baris per tongkol tanaman jagung pada pola tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah baris per tongkol jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK

Pola Tanam

Dosis Pupuk NPK Rataan

(19)

Tabel 7 menunjukkan jumlah baris per tongkol tanaman jagung terbanyak diperoleh pada perlakuan pola tanam jagung-kedelai (P6) sebesar 14,25 baris dan terendah pada pola tanam jagung-padi (P4) sebesar 13,46 baris. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK terbanyak dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar 14,35 barisdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0) sebesar 13,01 baris.

Panjang Tongkol Tanaman Jagung per Sampel

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 26-27) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tongkol tanaman jagung per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol tanaman jagung per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol tanaman jagung per sampel.

Rataan panjang tongkol tanaman jagung per sampel pada pola tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Panjang tongkol jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK

(20)

Tabel 8 menunjukkan panjang tongkol tanaman jagung per sampel terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur jagung dengan panjang 16,52 cm dan terendah pada pola tanam jagung-kedelai (P6) dengan panjang 16,5 cm. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar 16,59 cm dan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0) sebesar 16,07 cm.

Jumlah Cabang Produktif Tanaman Kedelai per Sampel

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 40-41) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah cabang produktif tanaman kedelai per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif tanaman kedelai per sampel.

Rataan jumlah cabang produktif tanaman kedelai per sampel pada pola tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah cabang produktif kedelai pada sistem tumpang sari dan

(21)

Tabel 9 menunjukkan jumlah cabang produktif tanaman kedelai per sampel terbanyak diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) dengan jumlah 2,63 cabang dan terendah pada pola tanam kedelai-jagung (P6) dengan jumlah 1,95 cabang. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbanyak dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebanyak 2,60 cabang dan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 100 gr/plot (N1) sebanyak 1,90 cabang.

Jumlah Polong Tanaman Kedelai per Sampel

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 42-43) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong tanaman kedelai per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong tanaman kedelai per sampel.

Rataan jumlah polong tanaman kedelai per sampel pada pola tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 10.

(22)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 10 menunjukkan jumlah polong tanaman kedelai per sampel terbanyak diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) dengan jumlah 51,18 polong dan terendah pada pola tanam kedelai-jagung (P6) dengan jumlah 33,58 polong. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbanyak dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebanyak 44,63 polong dan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 100 gr/plot (N1) sebanyak 39,47 polong.

Bobot Basah Tajuk Tanaman Kedelai per Sampel

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 44-45) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk tanaman kedelai per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman kedelai per sampel.

Rataan bobot basah tajuk tanaman kedelai per sampel pada pola tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 11.

(23)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 11 menunjukkan bobot basah tajuk tanaman kedelai per sampel terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) sebesar 59,96 gr dan terendah pada pola tanam kedelai-jagung (P6) sebesar 18,51 gr. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar 42,08 grdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0) sebesar 26,18 gr.

Bobot Kering Tajuk Tanaman Kedelai per Sampel

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 46-47) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk tanaman kedelai per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman kedelai per sampel.

Rataan bobot kering tajuk tanaman kedelai per sampel pada pola tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 12.

(24)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 12 menunjukkan bobot kering tajuk tanaman kedelai per sampel terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) sebesar 21,71 gr dan terendah pada pola tanam kedelai-jagung (P6) sebesar 7,11 gr. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar 15,2 grdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0) sebesar 9,55 gr.

Berat 100 Jumlah Biji Tanaman Kedelai per Sampel

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 48-49) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh nyata terhadap parameter berat 100 jumlah biji tanaman kedelai per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap berat 100 jumlah biji tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap berat 100 biji tanaman kedelai per sampel.

Rataan berat 100 biji tanaman kedelai per sampel pada pola tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 13.

(25)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 13 menunjukkan berat 100 jumlah biji tanaman kedelai per sampel terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) sebesar 15,56 gr dan terendah pada pola tanam kedelai-padi (P5) sebesar 13,87 gr. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar 15,09 grdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0) sebesar 14,36 gr.

Jumlah Anakan Tanaman Padi

(26)
(27)

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 66-83) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi pada umur 6-11 MST, juga pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan tanaman padi pada umur 11 MST. Interaksi antar pola tanam dan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi.

Tabel 14 menunjukkan bahwa jumlah anakan tanaman padi pada umur 6-11 MST terbesar diperoleh pada sistem pola tanam monokultur padi (P1) yang berbeda nyata dengan padi-kedelai (P5) namun berbeda tidak nyata pada pola tanam monokultur padi (P1). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK jumlah anakan tanaman padi terbesar diperoleh pada 11 MST dengan dosis 150 gr/plot (N3) yang berbeda nyata dengan dosis 50 gr/plot (N1) dan 100 gr/plot (N2), namun berbeda tidak nyata dengan dosis 0 gr/plot (N0).

Jumlah Gabah Tanaman Padi per Malai (butir)

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 84-85) diketahui bahwa pola tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah tanaman padi per malai, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah tanaman padi per malai. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah gabah tanaman padi per malai.

(28)

Tabel 15. Jumlah gabah pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama

adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% 50 gr/plot (N1) sebesar 66,13 butir.

Bobot Kering Gabah Tanaman Padi per Sampel (gr)

(29)

Rataan bobot kering gabah tanaman padi per sampel pada pola tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Bobot kering gabah padi pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK

Pola Tanam

Dosis Pupuk NPK

Rataan N0

(0 gr)

N1 (50 gr)

N2 (100 gr)

N3 (150 gr) ...gr...

P1 (Padi) 32,18 28,31 34,10 31,78 31,59a

P4 (Padi-Jagung) 7,58 5,64 6,11 10,33 7,41b P5 (Padi-Kedelai) 22,55 28,31 26,70 28,32 26,47a

Rataan 20,77 20,75 22,30 23,48 21,83

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

(30)

Pembahasan

Pengaruh Pola Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung, Kedelai, dan Padi

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perbedaan pola tanam berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter antara lain tinggi tanaman jagung pada 6 MST, tinggi tanaman kedelai pada 4, 6 dan 7 MST, tinggi tanaman padi pada 4, 9, 10, dan 11 MST, luas daun tanaman jagung, keliling tongkol tanaman jagung, jumlah baris per tongkol tanaman jagung, jumlah polong tanaman kedelai, bobot basah dan kering tanaman kedelai, berat 100 biji tanaman kedelai, jumlah anakan 6-11 MST tanaman padi, jumlah gabah per malai tanaman padi, dan bobot kering gabah pada tanaman padi.

Perkembangan tanaman jagung dengan padi maupun jagung dengan kedelai pada sistem tumpang sari dibandingkan dengan monokutur jagung sangat beragam, secara umum tidak mengalami perbedaan tinggi yang signifikan. Secara keseluruhan cahaya matahari dapat mempengaruhi perkecambahan, pertumbuhan, dan produksi hasil tanaman. Tanaman jagung yang menaungi akan menghambat tanaman yang disekitarnya sehingga pertumbuhan dan perkembangan akan menjadi terhambat. Menurut Dedy.,et all (2013) tingkat naungan yang tinggi mencapai 50% dapat menurunkan produktifitas tanaman.

(31)

yang akan mengakibatkan terjadinya etiolasi yaitu kecenderungan tanaman untuk tumbuh memanjang. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Permatasari dan Kastono (2012), yaitu bahwa kedelai yang ternaungi jagung dalam sistem tumpang sari menunjukan bahwa semakin rendah sinar matahari yang diterima kedelai berarti semakain rapat tingkat penaungan yang akan menyebabkan pertumbuhan dan hasil kedelai menurun. Kondisi demikian menyebabkan rendahnya hasil fotosintesis pada kondisi yang ternaungi sehingga penampilan tanaman menjadi lebih tinggi, keliling batang kecil, kerapatan stomata rendah dan ukuran daun menjadi lebih besar.

Hasil tumpang sari kedelai dengan padi tidak memiliki pengaruh yang berbeda terhadap tinggi tanaman. Faktor kombinasi tanaman berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini diduga karena penanaman kombinasi, penanaman padi dengan tanaman kacangan, tanaman kacang-kacangan akan membantu penyediaan N untuk pertumbuhan tanaman padi, yang akan mempengaruhi laju pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Catharina (2013) tanaman kacang-kacangan, akarnya mempunyai bintil yang mengandung bakteri yang mampu menambat nitrogen udara, sehingga nitrogen tanah yang telah diserap tanaman dapat diganti.

(32)

pertumbuhan tanaman jagung yang realtif lebih cepat dibandingkan dengan tanaman padi mengakibatkan penetrasi cahaya ke kanopi menjadi lebih berkurang. Tumpang sari tanaman padi dengan kedelai tidak memilik perbedaan tinggi tanaman apabila dibandingkan dengan monokultur padi. Hal ini diduga disebabkan adanya pengaruh kerapatan tanaman atau populasi tanaman yang dapat menekan terjadinya kompetisi tanaman. Mochammad Sholeh dan Djumali (2006) menyatakan bahwa perbedaan ruang antar tanaman tidak menyebabkan persaingan antar tanaman, sehingga setiap individu tanaman mampu tumbuh secara optimal.

(33)

menyatakan bahwa jarak tanam yang berperan dalam kerapatan populasi dan kompetisi antar tanaman.

Tumpang sari tanaman jagung dengan kedelai dan padi tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap berat tongkol jagung karenabaik tanaman padi maupun kedelai tidak mempengaruhi pengisian dalam kelobot tongkol. Surtinah., et all (2015) menyatakan bahwa ketersediaan bahan makanan yang dibutuhkan oleh jagung tidak terganggu dan tidak mempengaruhi hasil pada tanaman lain didaerah perakarannya, sedangkan pada panjang tongkol terjadi tidak nyata karena tidak begitu berpengaruh terhadap adanya pola tanam tumpang sari. Hal ini sesuai dengan Nugrahini (2012), ukuran panjang tongkol tanaman jagung umumnya relatif seragam.

Pada jenis tumpang sari kedelai dengan padi dan jagung diperoleh hasil yang nyata pada parameter jumlah polong kedelai, bobot basah dan kering tajuk, dan berat 100 jumlah biji. Hal ini berhubungan erat dengan adanya persaingan dengan tanaman lain yang membuat hasil produksi tanaman kedelai menjadi tidak lebih maksimal. Sesuai dengan Aminah., et all (2012) menyatakan bahwa penurunan hasil pada salah satu atau kedua tanaman dalam sistem tumpang sari disebabkan pengaruh penaungan dari salah satu tanama oleh tanaman lainnya.

(34)

Pertumbuhan dan perkembangan tumpang sari tanaman padi dengan jagung dan kedelai memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah gabah per malai dan bobot kering gabah yang berkaitan dengan adanya persaingan unsur hara, cahaya, dan kerapatan pola tanam. Hal ini sesuai dengan Yustisia (2002), faktor lain penyebab rendahnya hasil padi pada pola tumpang sari diduga karena terjadinya kompetisi hara terutama antar tanaman pada pola tumpang sari yang dapat mengurangi penyerapan hara.

Pengaruh Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Jagung, Kedelai, dan Padi

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perbedaan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter antara lain tinggi tanaman jagung pada 6-7 MST, tinggi tanaman kedelai pada 5-6 MST, tinggi tanaman padi pada 4 MST, luas daun tanaman jagung, keliling tongkol tanaman jagung, jumlah baris per tongkol tanaman jagung, berat 100 biji tanaman kedelai, jumlah anakan 11 MST tanaman padi, dan jumlah gabah per malai tanaman padi.

(35)

dengan perakaran luas akan lebih mampu bersaing dibandingkan dengan tanaman perakaran sempit.

Pada jenis tumpang sari jagung dengan kedelai dan padi diperoleh hasil yang nyata pada parameter luas daun, keliling tongkol, jumlah baris per tongkol dalam pemberian pupuk NPK karena terjadinya proses pencucian unsur hara di dalam tanah maupun adanya penyerapan unsur hara yang tak berimbang sehingga dapat menurunkan pengisian kelobot jagung. Hal ini sesuai dengan Pratikta., et all (2013) menyatakan bahwa perlakuan penambahan pupuk NPK berpengaruh berbeda tidak nyata terhadap tongkol tanaman jagung bisa disebabkan terjadinya kehilangan pupuk karena tercuci, menguap, maupun fiksasi.

Tumpang sari tanaman kedelai dengan jagung dan padi berpengaruh nyata pada berat 100 biji tanaman kedelai terhadap penggunaan pupuk NPK karena dalam pengisian polong kedelai membutuhkan unsur hara yang optimal untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Rizwan (2010) menyatakan pertumbuhan meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pupuk NPK yang diberikan, karena pupuk NPK dapat menyumbangkan unsur hara makro untuk meningkatkan kesuburan tanah.

(36)

Tumpang sari tanaman padi dengan jagung dan kedelai berpengaruh nyata pada jumlah gabah per malai terhadap penggunaan pupuk NPK karena dalam pengisian gabah dalam malai sangat bergantung pada pemupukan di fase reproduktif. Jannah., et all (2012) menyatakan kekurangan hara dan air dapat menyebabkan pembentukan malai menjadi tidak maksimal sehingga berpengaruh pada bakal biji yang akan terbentuk.

Pengaruh Interaksi Pola Tanam dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung, Padi, dan Kedelai

Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi perlakuan pola tanam tumpang sari dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan memberikan respon masing-masing sebagai faktor tunggal tanpa adanya interaksi. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain. Hal ini didukung oleh Steeel and Torrie (1993) yang menyatakan bahwa bila pengaruh-pengaruh sederhana suatu faktor berbeda lebih besar daripada yang dapat ditimbulkan oleh faktor kebetulan, beda respon ini disebut interaksi antara kedua faktor itu. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain, pengaruh sederhana suatu faktor sama pada semua taraf faktor lainnya dalam batas-batas keragaman acak.

(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penggunaan pola tanam tumpang sari dapat meningkatkan hasil produksitivitas yang maksimal, maka pola tanam tumpang sari kedelai-padi (P3) adalah yang terbaik.

2. Pemberian pupuk NPK pada dosis 100-150 gr/plot dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, kedelai, dan padi gogo secara tumpang sari.

3. Tidak terdapat interaksi antara sistem pola tanam dan pemberian pupuk NPK dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, kedelai, dan padi.

Saran

Gambar

Tabel 1.Tinggi jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian  pupuk NPK
Tabel 2. Tinggi kedelai pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
Tabel 3. Tinggi padi pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
Tabel 4. Luas daun jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Penghasilan. Berdasarkan tabel 4.14 diketahui variabel tingkat

Beberapa atribut fasilitas yang bersifat universal dapat disisihkan dari pembahasan dengan asumsi tidak terlalu spesifik untuk Rumah Sakit Islam, tetapi tetap harus disediakan,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sediaan masker gel basis CMC-Na ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L. ) dengan

Namun berdasarkan hasil penelitian Anwar Sitepu (2014) ada lima faktor yang menyebabkan kesalahan dalam penetapan sasaran, yaitu: 1) basis data terpadu yang digunakan sebagai

Arus kedatangan kapal merupakan banyaknya kapal yang datang untuk melakukan aktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) setiap harinya dari

Keanekaragaman dan Bio-Ekologis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan Cagar Alam Gunung Ambang Sub Kawasan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.. Fakultas MIPA,

Analisis yang dilakukan terhadap data perusahaan menggunakan matriks BCG dengan membandingkan tingkat pertumbuhan pasar dan pangsa pasar relative, maka posisi Rubby Hijab

Strategi Pembiasaan Perilaku Religius di Sekolah ... Penerapan Pembiasaan Perilaku Religius di