• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM PEMBINAAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DI KECAMATAN TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM PEMBINAAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DI KECAMATAN TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM PEMBINAAN

USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DI KECAMATAN

TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU

MEGA AULIA 105961117616

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

PERAN PENYULUH PERTANIAN DALAM PEMBINAAN

USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DI KECAMATAN

TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU

MEGA AULIA 105961117616

PROPOSAL

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peran Penyuluh

Pertanian dalam Pembinaan Usaha Penggemukan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru” adalah benar merupakan hasil karya yang belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 05 September 2020

Yang menyatakan

MEGA AULIA

(6)

ABSTRACT

MEGA AULIA. 105961117616.The Role of Agricultural Extension in the

Development of Bali Cattle Fattening Business in Tanete Riaja District, Barru Regency. Supervised by NURDIN and ARDI RUMALLANG

This study aims to determine the role of agricultural extension agents in developing bali cattle fattening business in Tanete Riaja District, Barru Regency.

The population in this study were breeders in the Tanete Riaja District, Barru Regency. The population was 125 people, the determination of the sample was done deliberately (Purposive) by taking 20% of the total population, so that the number of samples obtained was 25

The results of this study indicate the role of agricultural extension agents in fostering bali cattle fattening business in Tanete Riaja District, Barru Regency, is in the high category. This can be seen in the average implementation of agricultural extension functions reaching 76% in the fattening of Bali cattle in Tanete Riaja Subdistrict, Barru Regency, which is in the high category, especially in the application of maintenance, disease control, cage making systems, feeding and Balinese cattle fattening methods.

(7)

ABSTRAK

MEGA AULIA. 105961117616. Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pembinaan

Usaha Penggemukan Sapi Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. Dibimbing oleh NURDIN dan ARDI RUMALLANG.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penyuluh pertanian dalam pembinaan usaha penggemukan sapi bali di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

Populasi dalam penelitian adalah peternak di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru., Populasi 125 orang, penentuan sampel dilakukan dengan sengaja (Purposive) dengan mengambil 20% dari total populasi, sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah 25.

Hasil penelitian ini menyatakan peran penyuluh pertanian dalam pembinaan usaha penggemukan sapi bali di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru, termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini terlihat pada rata-rata pelaksanaan fungsi penyuluh pertanian mencapai 76% dalam penggemukan sapi bali di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru telah dalam kategori tinggi khususnya penerapan pemeliharaan, pengedalian penyakit, sistem pembuatan kandang, pemberian pakan dan cara penggemukan sapi bali.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak lupa pula penulis ucapkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.

Judul skripsi yang akan dibahas adalah “ Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pembinaan Usaha Penggemukan Sapi Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru”. skripsi ini merupakan tugas akhir yang di ajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh sarjana S1 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis sangat berharap semoga dengan adanya skirpsi ini penulis dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan ilmu yang penulis miliki.

Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada yang terhormat;

1. Dr. Ir Nurdin, M.M., selaku pembimbing utama dan Ardi Rumallang, S.P., M.M., Selaku Pembimbing Pendamping yang telah membimbing saya dalam penulisan Proposal ini.

2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orangtua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Semua teman-teman yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, April 2020

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengertian Penyuluh ... 6

2.2 Peran Penyuluh dalam Usaha Pembinaan Peternak ... 9

2.3 Fungsi Penyuluh ... 12

2.4 Metode Penyuluhan ... 12

2.5 Tinjauan Umum Sapi Bali ... 14

2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 16

2.7 Kerangka Pemikiran ... 20

III. METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 22

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5 Teknik Analisis Data ... 24

(11)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 27

4.1 Letak Geografis ... 27

4.2 Kondisi Demografis... 28

4.3 Dukungan Kelembagaan ... 30

4.4 Kondisi Pertanian ... 31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1 Identitas Responden... 32

5.2 Peranan Penyuluh Pertanian dalam Pembinaan Usaha Penggemukan Sapi Bali ... 36

5.3 Pertambahan Bobot Badan………..45

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 47

6.1 Kesimpulan... 47

6.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Kuesioner Penelitian……….49

Peta Lokasi Penelitiann……….53

Identitas Responden………..54

Identitas Penyuluhn………...55

Rekapitulasi Datan………56

Dokumentasi Penelitiann………..………61

Surat Izin penelitiann………67

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 16

Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Pertahun. ... 29

Tabel 3. Distribusi Persentase Penduduk, kepadatan Penduduk. ... 29

Tabel 4. Lembaga pendukung yang ada di Kecamatan Tanete Riaja ... 31

Tabel 5 Komposisi Umur Responden Pengusaha Ternak Di Kecamatan Tanete Riaja Kab. Barru. 2020 ... 33

Tabel 6 Komposisi Tingkat Pendidikan Responden Pengusaha Ternak Di Kecamatan Tanete Riaja Barru 2020 ... 34

Tabel 7 Pengalaman Responden Dalam Usaha Penggemukan Sapi Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kab Barru 2020. ... 35

Tabel 8 Komposisi Tanggungan Keluarga Responden Dalam Usaha Penggemukan Sapi Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kab Barru 2020 ... 36

Tabel 9 Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pembinaan Usaha Penggemukan Sapi Bali Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kab Barru ... 37

Tabel 10 Pembinaan Dalam Pemeliharaan Dan Pengendalian Penyakit Sapi Bali... 39

Tabel 11 Pembinaan Sistem Pembuatan Kandang ... 41

Tabel 12 Pemilihan Pakan Dan Cara Pemberiannya ... 43

Tabel 13 Pembinaan cara penggemukan sapi bali ... 45

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian dalam pengembangan dan peningkatan ekonomi bangsa dan negara. Pembangunan sub sector peternakan sebagai salah satu upaya dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Upaya ini juga bertujuan untuk mensejahterakan para petani peternak dan kemampuannya dalam mendorong pertumbuhan sektor pembangunan. Salah satu usaha peternakan yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah usaha penggemukan sapi. Penggemukan sapi di Indonesia umumnya berskala kecil sebagai usaha sampingan dan masih bersifat tradisional.Tetapi, tingkat produktivitas ternak sapi potong masih rendah yang diikuti dengan permintaan daging yang makin meningkat berdampak terhadap peningkatan volume impor sapi bakalan maupun daging (Yusran, 2004).

Pertumbuhan populasi sapi ditentukan keseimbangan antara jumlah kelahiran dengan kematian, pemotongan serta penjualan ternak sapi ke luar daerah. Jika hal ini tidak diperhatikan, akan terjadi pengurasan sumber daya ternak. Pemotongan dan pengiriman ternak sapi bibit atau sapi potong yang tidak terkendali hanya untuk memenuhi tuntutan pemenuhan kebutuhan konsumsi daging semata dengan mengabaikan perkembangan populasinya. Dampaknya adalah menurunnya mutu ternak, karena ternak berkualitas baik tidak tersisakan untuk pembibitan. Selain itu, terjadinya pemotongan sapi betina produktif sehingga mengakibatkan tingkat kelahiran ternak menurun yang berakibat pada jumlah populasi ternak sapi.

(14)

Pengembangan populasi ternak sapi sangat dibutuhkan data dasar yang akurat sebagai pijakan dalam perencanaan program. Data yang tidak akurat akan menyebabkan kegagalan suatu program. Data struktur populasi sapi sangat penting artinya bagi pengembangan sapi potong karena terkait jumlah sapi pejantan dan betina dewasa, jumlah calon pejantan, dan calon induk dari suatu wilayah. Selain itu perlu pula diketahui data potensi wilayah seperti kepadatan ternak, usaha tani, potensi sumberdaya pakan. Ini erat kaitannya dengan perencanaan program jika akan dilaksanakan seperti pengadaan ternak sapi yang akan disebarkan ke seluruh wilayah penyebaran. Mudah-mudahan program Gerakan Optimalisasi Sapi (GOS) Sulawesi Selatan (2006-2009) berangkat dari data yang akurat sehingga dapat diestimasi kebutuhan dari program pendukung pengembangan ternak sapi pada wilayah kabupaten penerima.

Sulawesi Selatan pernah meraih predikat sebagai lumbung ternak sapi dengan kemampuan mensuplay kebutuhan pengadaan ternak sapi bibit atau sapi potong untuk daerah/propinsi lain. Akan tetapi, dewasa ini Sulawesi Selatan kurang mampu lagi memenuhi permintaan tersebut. Data statistik menunjukkan hingga akhir tahun 1990-an, populasi sapi di Sulawesi Selatan mencapai 1,2 juta ekor, dan merupakan wilayah dengan populasi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tetapi lima tahun terakhir, populasi sapi hanya mencapai 700-an ribu ekor saja atau turunan sekitar 40%. Disinyalir sebagai penyebab kondisi itu terjadi antara lain terjadinya in breeding yang berlangsung cukup lama sehingga produksi ternak bibit rendah baik, produktivitas ternak

(15)

menurun (berat badan) serta terbatasnya ketersediaan pakan yang ditandai dengan semakin berkurangnya lahan penggembalaan.

Usaha peternakan sapi bali di daerah ini adalah merupakan usaha peternakan rakyat di mana pengelolaannya masih sederhana dan dalam skala usaha kecil. Umumnya peternak memelihara sapi dengan jumlah 1-3 ekor perpetai, dengan cara mengembalakan pada lahan ditumbuhi rerumputan, beberapa dari peternak telah melakukan pengandangan namun belum dilakukan secara baik, petani belum melaksanakan sebagaimana anjuran pelaksanaan beternak dengan pengandangan secara baik dari sebagaimana anjuran penyuluh pertanian.

Dalam beberapa tahun akhir ini, terdapat indikasi yang menunjukkan bahwa petani peternak dan tingkat populasi ternak semakin bertambah. Dengan melihat kenyataan yang ada bahwa peningkatan tersebut memungkinkan karena daerah tersebut memiiki potensi lahan yang mendukung, adanya kebijakan pemerintah, dan nilai ekonomis ternak sapi bali yang mendorong keinginan petani peternak untuk mengabil keputusan dalam memelihara sapi bali. Pertimbangan tersebut akan menjadi kajian penulis untuk mengetahui peranan penyuluh pertanian dalam pembinaan usaha penggemukan sapi bali.

Pembinaan kelompok peternak sapi bali melalui penyuluhan merupakan solusi yang tepat untuk menjawab permasalahan kekurangan pemenuhan permintaan kebutuhan daging. Penyuluhan merupakan sebuah intervensi sosial yang melibatkan penggunaan komunikasi informasi secara sadar untuk membantu masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil keputusan

(16)

dengan baik. Pembinaan kelompok peternak sapi potong dapat diusahakan dengan cara yang lebih baik dapat memberikan manfaat lebih berarti bagi petani yang mengusahakannya.

Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru, adalah salah satu desa yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani-ternak. Pemeliharaan ternak sapi di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru adalah dengan system paronisasi, system ini dikenal dengan mengikat ternak disuatu tempat dengan menyediakan makanan berupa hijauan dan ransum. Selama ini petani-peternak di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru telah mendapatkan pengetahuan dan informasi dari penyuluh lapangan guna meningkatkan produktifitas hasil ternaknya, akan tetapi sejauh mana peran penyuluh dalam penggemukan sapi bali belum diketahui dengan pasti oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti peran penyuluh dalam penggemukan sapi bali di

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peran Penyuluh Pertanian dalam Pembinaan usaha penggemukan sapi bali di kecamatan tanete riaja kabupaten barru”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran penyuluh pertanian dalam pembinaan usaha penggemukan sapi di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

(17)

1.3 Tujuan dan kegunaan penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran penyuluh pertanian dalam pembinaan usaha penggemukan sapi di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah di dalam mengambil suatu kebijakan pola pengembangan usaha peternak di pedesaan.

2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian dibidang pengembangan usaha penggemukan sapi bali.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyuluh

Menurut Van Den Ban (1999) penyuluhan diartikan sebagai keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Pendidikan penyuluhan adalah ilmu yang berorientasi keputusan tetapi juga berlaku pada ilmu sosial berorientasi pada kesimpulan. Ilmu ini mendukung keputusan strategi yang harus diambil dalam organisasi penyuluhan. Penyuluhan juga dapat menjadi sarana kebijaksanaan yang efektif untuk mendorong pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Sebagai sarana kebijakan, hanya jika sejalan dengan kepentingan pemerintah atau organisasi yang mendanai jasa penyuluhan guna mencapai tujuan petani.

Menurut Suhardiyono (1992) penyuluhan merupakan pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya dimana kegiatan dalam ahli pengetahuan dan ketrampilan dari penyuluh lapangan kepada petani dan keluarganya berlangsung melalui proses belajar mengajar. Beberapa ahli penyuluhan menyatakan bahwa sasaran penyuluhan yang utama adalah penyebaran informasi yang bermanfaat dan praktis bagi masyarakat petani di pedesaaan dan kehidupan pertaniannya, melalui pelaksanaan penelitian ilmiah dan percobaan dilapang yang

(19)

diperlukan untuk menyempurnakan pelaksanaan suatu jenis kegiatan serta pertukaran informasi dan pengalaman diantara petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Menurut Mardikanto, (1993) dalam Asfar Irham (2016), para petani didorong untuk menggunakan cara-cara yang efektif dan efisien dengan mempraktekkan apa yang disebut Panca Usaha Tani sehingga kesejahteraan mereka diharapkan dapat meningkat Peran penyuluh terletak pada kemampuan mendorong dan melatih petani/peternak sasaran.

Selain itu, berusaha untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang memuaskan sasaran dari pelayanan yang diberikannya. Untuk itu, seorang penyuluh perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diandalkan serta motivasi yang tinggi. Keperilakuan seorang penyuluh dalam upaya meningkatkan pembangunan pertanian adalah pelaksanaan kewajiban yang lurus, daya juang (achievement motivation) harus tinggi, dan keterampilan harus tinggi. Selanjutnya dikatakan bahwa kompetensi standar penyuluh pertanian di masa sekarang dan yang akan datang seyogyanya meliputi empat ranah sebagai berikut:

1. Kemampuan kognisi yakni kemampuan mengetahui, menjelaskan, menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi konsep pemberdayaan masyarakat dan pendekatan partisipatif sesuai dengan content dan conteks pembangunan pertanian;

2. Kemampuan afeksi, yakni kemampuan menerima, meminati, menyukai, mencintai, berpartisipasi, berintegrasi, mengorganisasikan nilai dan

(20)

berkarakter dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian yang partisipatif;

3. Kemampuan psikomotorik, yakni kemampuan/keterampilan untuk menerapkan teknik-teknik kepemanduan partisipasif secara terampil dan taat azas Kemampuan spiritual, yakni kemampuan untuk memiliki semangat, etos kerja, keyakinan, jiwa kejuangan, keimanan, ketawakkalan dan pengabdian yang tulus terhadap pekerjaan, tugas dan fungsinya (Alim, 2010).

Menurut Roger (1995) dalam Asfar Irham (2016), mengatakan bahwa pelayanan kegiatan penyuluhan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan peternak dan menunjang perbaikan usaha ternak melalui upayanya untuk mengubah perilaku peternak ke arah usaha beternak yang lebih baik (better farming), berusaha ternak lebih baik (better business), kesejahteraan hidup yang lebih baik (better living), dapat menjaga lingkungan hidup dengan lebih baik (better environtment), mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik (better community). Kondisi tersebut dapat dicapai apabila penyuluh peternakan difasilitasi oleh pengurus koperasi untuk mengidentifikasi kebutuhan peternak, melakukan percontohan, mendorong kerja sama diantara peternak, mendorong minat peternak untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia (tenaga kerja) secara optimal.

Kepemimpinan penyuluh peternakan terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi peternak agar dapat mengadopsi berbagai inovasi sapi potong. Kepercayaan petani terhadap penyuluh merupakan syarat penting bagi

(21)

penyuluhan. Untuk memperoleh kepercayaan ini petani harus diyakinkan bahwa agen penyuluhan mencoba untuk melayani dan bersimpati pada kepentingan petani dan ahli pada bidangnya.

2.2 Peran Penyuluh dalam Usaha Pembinaan Peternak

Penyuluh adalah orang yang memiliki peran, tugas atau profesi dalam memberikan pendidikan, bimbingan dan penerangan kepada masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah, seperti pertanian dan kesehatan, sehingga dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Penyuluh juga dikenal dengan sebutan juru penerang. Biasanya penyuluh atau juru penerang menjalankan perannya dengan cara mengadakan ceramah, wawancara, dan diskusi bersama khalayak khusus. Pemegang peran serupa ini, dalam bahasa Inggris disebut counsellor, yang artinya penasihat.Pemegang peran seperti ini dalam beberapa bidang kegiatan di Indonesia mempunai sebutan yang berbeda-beda. Umpamanya, juru penerang masalah pertanian disebut Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), dengan tugas mengusahakan perubahan dalam pola pikir dan perilaku petani agar dapat mencapai produksi pertanian yang lebih tinggi. Para petani didorong untuk menggunakan cara-cara yang efektif dan efisien dengan mempraktekkan apa yang disebut Panca Usaha Tani sehingga kesejahteraan mereka diharapkan dapat meningkat (Mardikanto, 1993).

Peran penyuluh terletak pada kemampuan mendorong dan melatih petani/peternak sasaran. Selain itu, berusaha untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan apa yang memuaskan sasaran dari pelayanan yang diberikannya.

(22)

Untuk itu,seorang penyuluh perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diandalkan serta motivasi yang tinggi. Keperilakuan seorang penyuluh dalam upayameningkatkan pembangunan pertanian adalah pelaksanaan kewajiban yang lurus, daya juang (achievement motivation) harus tinggi, dan keterampilan harus tinggi. Selanjutnya dikatakan bahwa kompetensi standar penyuluh pertanian di masa sekarang dan yang akan datang seyogyanya meliputi empat ranah sebagai berikut:

1. Kemampuan kognisi yakni kemampuan mengetahui, menjelaskan, menerapkan,

2. menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi konsep pemberdayaan masyarakat dan

3. pendekatan partisipatif sesuai dengan content dan conteks pembangunan pertanian;

4. Kemampuan afeksi, yakni kemampuan menerima, meminati, menyukai,

5. mencintai, berpartisipasi, berintegrasi, mengorganisasikan nilai dan berkarakter

6. dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian yang partisipatif;

7. Kemampuan psikomotorik, yakni kemampuan/keterampilan untuk menerapkan

(23)

9. Kemampuan spiritual, yakni kemampuan untuk memiliki semangat, etos kerja, keyakinan, jiwa kejuangan, keimanan, ketawakkalan dan pengabdian yang tulus terhadap pekerjaan, tugas dan fungsinya (Alim, 2010).

Menurut Roger (1995), mengatakan bahwa pelayanan kegiatan penyuluhan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan peternak dan menunjang perbaikan usaha ternak melalui upayanya untuk mengubah perilaku peternak ke arah usaha beternak yang lebih baik (better farming), berusaha ternak lebih baik (better business), kesejahteraan hidup yang lebih baik (better living), dapat menjaga lingkungan hidup dengan lebih baik (better environtment), mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik (better community). Kondisi tersebut dapat dicapai apabila penyuluh peternakan difasilitasi oleh pengurus koperasi untuk mengidentifikasi kebutuhan peternak, melakukan percontohan, mendorong kerja sama diantara peternak, mendorong minat peternak untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia(tenaga kerja) secara optimal.

Kepemimpinan penyuluh peternakan terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi peternak agar dapat mengadopsi berbagai inovasi sapi potong. Kepercayaan petani terhadap penyuluh merupakan syarat penting bagi penyuluhan. Untuk memperoleh kepercayaan ini petani harus diyakinkan bahwa agen penyuluhan mencoba untuk melayani dan bersimpati pada kepentingan petani dan ahli pada bidangnya. Agen penyuluhan lebih mungkin untuk memperoleh kepercayaan jika mengunjungi petani di lapangan atau mengunjungi rumahnya, dan tidak mengharapkan petani yang harus datang ke kantornya.

(24)

Dengan bekerjasama dalam lingkungan mereka, penyuluh dapat menunjukkan kesungguhannya dalam menangani masalah petani dan sanggup membantu petani memecahkan masalahnya. Pendekatan ini menjadikan penyuluh lebih mahal (Kartasapoetra, 1994).

2.3 Fungsi Penyuluh

Sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak sekadar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting dari itu adalah, untuk menumbuh-kembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan (Mardikanto, 1987). Didalam pengertian “menumbuhkembangkan”, terkandung upaya-upaya untuk menyadarkan masyarakat agar mau berpartisipasi secara sukarela, bukan karena paksaan atau ancaman- ancaman meningkatkan kemampuan masyarakasi. Sat agar mampu (fisik, mental, intelegensia, ekonomis dan non-ekonomis) Menunjukkan adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipedang yang dimaksud dengan “partisipasi” tidak hanya terbatas pada kesediaan untuk berkorban, tetapi berpartisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan, sejak pengambilan keputusan tentang pentingnya pembangunan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi, dan pemanfaatan hasil- hasil pembangunan.

2.4 Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan peternakan merupakan cara penyampaian materi penyuluhan peternakan kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses

(25)

informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup.Metode penyuluhan peternakan erat kaitannya dengan metode belajar orang dewasa (andragogy). Penyuluh, yang menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik, pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran penyuluhan yang biasanya adalah para peternak, peternak, dan nelayan dewasa. Menurut Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan penyuluhan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan oleh sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses belajar pada orang dewasa serta prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena dapat membantu penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah ditentukannya.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap satu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode terbagi menjadi tiga yakni metode berdasarkan pendekatan perorangan, kelompok, dan massal.

(26)

Metode penyuluhan dapat digolongkan kedalam 2 (dua) golongan yaitu :

1. Metode-metode yang langsung (direct Communication/face to face Communication) dalam hal ini penyuluh langsung berhadapan muka dengan sasaran Umpannya: obrolan ditempat peternakan, dirumah, dibalai desa, di kantor, dalam kursus ternak, dalam penyelenggaraan suatu demonstrasi dan lain-lain.

2. Metode-metode yang tidak langsung (indirect Communication) dalam hal ini penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi dalam menyampaikan pesannya melalui perantara (media).

2.5 Tinjauan Umum Sapi Bali

Sapi Bali adalah salah satu jenis sapi lokal Indonesia yang berasal dari Bali yang sekarang telah menyebar hampir ke seluruh penjuru Indonesia bahkan sampai luar negeri seperti Malaysia, Filipina, dan Australia (Oka, 2010). Sapi Bali memiliki keunggulan dibandingkan dengan sapi lainnya antara lain mempunyai angka pertumbuhan cepat, adaptasi dengan lingkungan yang baik, dan penampilan reproduksi yang baik. Sapi bali merupakan sapi yang palig banyak dipelihara pada peternakan kecil karena fertilitasnya baik dan angka kematiannya yang rendah (Purwantara et al., 2012)

Sapi Bali merupakan keturunan banteng Bos bibos banteng yang telah mengalami proses domestikasi selama berabad-abad. Banteng tersebut menurunkan hampir seluruh jenis sapi di Indonesia setelah mengalami persilangan dengan sapi lain, yang dimasukkan ke Indonesia antara lain sapi Hissar, Ongole,

(27)

dan lain-lain ketika para penyebar agama Hindu datang ke Indonesia. Di Bali sapi tersebut diternakkan secara murni, karena ada larangan memasukkan sapi ke Bali (Payne, 1978)

Karakteristik yang harus dipenuhi dari sapi Bali murni adalah warna putih pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, dan pada kaki bawah mulai tarsus dan carpus sampai batas pinggir atas kuku, rambut pada ujung ekor hitam, rambut pada bagian tengah telinga putih, terdapat garis belut pada punggung, bentuk tanduk jantan silak congklok yaitu jalannya pertumbuhan tanduk mula-mula keluar dari dasar sedikit lalu membengkok ke atas dan pada ujung tanduk tersebut membengkok keluar, dan tanduk berwarna hitam (Hardjosubroto, 1994).

Sapi Bali memiliki keunggulan dibandingkan dengan sapi lainnya antara lain mempunyai angka pertumbuhan yang cepat, adaptasi dengan lingkungan yang baik, dan penampilan reproduksi yang baik. Sapi Bali merupakan sapi yang paling banyak dipelihara pada peternakan kecil karena fertilitasnya baik dan angka kematian yang rendah (Purwantara et al., 2012).

Penampilan produktivitas dan reproduktivitas sapi Bali sangat tinggi. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki sapi Bali antara lain adalah birahi kembali setelah melahirkan Post Partum Estrus (PPE) panjang, interval beranak panjang, dan rentan terhadap beberapa jenis penyakit. Jangka waktu birahi kembali sapi Bali setelah melahirkan dapat mencapai 182 hari. Interval beranak sapi Eropa rata-rata 314 hari, sedangkan Bali daerah Sulawesi Selatan rata-rata 338 hari, bahkan di daerah Bali ada yang mencapai 355 hari (Guntoro, 2002).

(28)

Sapi Bali memegang peranan penting sebagai sumber daging dalam negeri. Tingginya permintaan sapi Bali belum diimbanngi dengan usaha-usaha pembibitan atau hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan mutu genetik ternak. Dampak dari eksplorasi ternak seperti di atas akan berakibat pada penurunan mutu genetik (Samariyanto, 2004). Disamping itu, penururan kualitas genetik juga akibat adanya seleksi negatif (Hartati et al., 2009).

2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu yang Relevan

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Metode dan Hasil Penelitian 1 Eko Harianto,

Surahmanto dan Putu Arimbawa (2014) “Kinerja Penyuluh Pertanian sebagai Penyebar Informasi Fasilitator dan Pendamping dalam Pengembangan Sapi Bali (Bos Sondaicus) di

Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara” Berdasarkan hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Muna termasuk kategori tinggi. Kinerja penyuluh pertanian dipengaruhi secara positif oleh tingkat pendidikan non formal penyuluh. Selanjutnya terdapat korelasi yang positif

(29)

dengan kategori sedang antara kinerja penyuluh pertanian dengan pencapaian program pengembangan sapi Bali. 2 Agustina Abdullah dan Helda Ibrahim (2014)

“Persepsi Peternak

terhadap Kinerja Penyuluh dalam Pengembangan Teknologi Pengolahan Jerami Padi dan Limbah Ternak Sapi Potong“

Persepsi peternak terhadap materi, metode dan media penyuluhan yang digunakan oleh penyuluh dalam rangka pengembangan teknologi pengolahan jerami padi sebagai pakan dan limbah ternak sapi

sebagai biogas dan pupuk telah sesuai dengan kebutuhan peternak, dimana materi penyuluhan yang disampaikan adalah materi yang aktual dan

(30)

mudah dipahami oleh peternak, dengan media dan metode penyuluhan yang dilakukan telah sesuai dengan materi penyuluhan yang diberikan oleh penyuluh. Sebagian besar penyuluh memberikan materi berkaitan dengan pakan sapi potong (73,4%), diikuti oleh materi pengelolaan limbah ternak (60,9%), penyakit dan perkandangan, reproduksi, dan lainnya. 3 U. M. Ni’am, A. Purnomoadi dan S. Dartosukarno (2012) “Hubungan antara Ukuran-Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi Bali Betina pada Berbagai Kelompok Umur” Ukuran-ukuran tubuh dapat digunakan untuk menentukan pendugaan bobot badan. Keeratan

(31)

hubungan berdasarkan hasil analisis korelasi tertinggi antara ukuran tubuh dengan bobot badan ditunjukkan pada poel 1 sebesar 0,91antara lingkar dada dengan bobot badan. Tinggi pundak dengan bobot badan memiliki keeratan hubungan yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Keeratan hubungan antara panjang badan dengan bobot badan paling tinggi pada poel 1 dan poel 3 sebesar 0,78. Hubungan keeratan terendah adalah hubungan antara lebar dada

(32)

dengan bobot badan, dengan nilai korelasi tertinggi pada poel 2 sebesar 0,42.

2.7 Kerangka Pemikiran

Dalam usaha penggemukan sapi bali peran penyuluh pertanian di perlukan berbagai cara yang harus dilakukan untuk mencapainya. Setiap variabel memiliki keterkaitan dengan variabel yang lainnya. Penyuluh memiliki peran penting dalam penggemukian sapi bali serta pembinaan bagi peternak sapi bali. Dalam mengembangkan ternak sapi bali tentunya tidak terlepas dari peran penyuluh dalam pembinaan usaha penggemukan sapi bali yang meliputi pemeliharaan dan pengendalian penyakit, system pembuatan kandang, pemberian pakan ternak dan cara penggemukan sapi bali.

(33)

Berdasarkan uraian diatas, maka model kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir

Peran Penyuluh

Peternak Sapi Bali

Pembinaan Usaha Penggemukan Pemeliharaan dan Pengendalian Penyakit Sistem Pembuatan Kandang Pemberian Pakan Ternak Cara Penggemukan

(34)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru dengan pertimbangan bahwa di tempat tersebut banyak petani yang melakukan penggemukan sapi, baik sebagai usaha pokok maupun sebagai sambilan dan telah berjalan proses pembinaan oleh penyuluh pertanian. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan , yaitu dimulai dari bulan Juli sampai Agustus 2020.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah peternak di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru., Pupulasi 125 orang, penentuan sampel dilakukan dengan sengaja (Porposive) dengan mengambil 20% dari total populasi, sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah 25, Arikunto (2020)

3.3 jenis dan sumber data

Adapun Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian, peneliti dalam mendapatkan data bisa bersumber dari data primer dan data sekunder:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh lewat pengamatan atau wawancara langsung dengan narasumber. Dalam hal ini adalah peternak di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru untuk mendapatkan info guna penyusunan karya ilmiah ini.

(35)

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti yang diperoleh lewat dokumentasi dan catatan-catatan yang berkaitan dengan objek penelitian, misalnya buku-buku, artikel, dan karya ilmiah. Data adalah hasil peneliti baik berupa fakta atau angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Sedangkan yang dimaksud sumber data dalam penelitian deskriptif kuantitatif adalah subjek dari mana data tersebut dapat di peroleh. Adapun data dokumen dalam penelitian ini berupa ponsel dan arsip-arsip yang dimiliki oleh peneliti

3.4 Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan pengamatan secara langsung pada lokasi penelitian.

2. Wawancara yaitu merupakan pengumpulan data melalui tanya jawab secara langsung pada petani untuk mendapatkan informasi yang peneliti butuhkan. 3. Dokumentasi yaitu dalam penelitian ini dilakukan bahan-bahan tertulis atau dokumen-dokumen dari instansi terkait, yaitu profil potensi,peta lokasi, serta mengambil foto-foto objek dan kegiatan yang berhubungan dengan topik penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengukur peranan penyuluh pertanian dalam pembinaan usaha penggemukan sapi bali adalah deskriptif kuantitatif.

(36)

Peran penyuluh yang akan di analisis dalam pembinaan penggemukan sapi bali adalah:

1. Pemeliharaan dan pengendalian penyakit sapi 2. Sistem pembuatan kandang

3. Makanan dan pemberiannya 4. Cara penggemukan

Tiap variabel yang diukur, terdiri dari beberapa bagian pertanyaan dimana tiap bagian pertanyaan terdiri dari 3 pilihan jawaban yang masing-masing benilai (skor) 5,3,dan 1. Data yang terkumpul ditabulasi dengan menggunakan rumus :

Rata- rata Skor = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

Peran penyuluh pertanian = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100% Sedangkan kriteria dengan menggunakan rumus :

Kriteria = 100−1

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

Kriteria yang digunakan dalam mengukur tingkat peranan penyuluh. Deskriptif ini dilakukan dengan memberi skoring terhadap setiap pertanyaan yang diajukan kedalam 3 kategori (Padmiwiharjo, 2004).

- Nilai 1-33% perannya rendah - Nilai 34-66% perannya sedang - Nilai 67-100% perannya tinggi

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini mencakup pengertian-pengertian yang digunakan agar memudahkan pengambilan data dan informasi serta menyamakan persepsi. Adapun definisi operasional tersebut sebagai berikut:

(37)

1. Pembinaan adalah upaya yang dilakukan penyuluh pertanian untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam usaha menggemukkan sapi di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru

2. Usaha penggemukan sapi adalah peternak yang memelihara dan melakukan perlakuan pada ternak agar dapat tumbuh cepat dan berat sehingga nilai ekonominya lebih tinggi atau menguntungkan di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru

3. Penyuluh pertanian adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas melakukan pembinaan kepada petani dan peternak sapi diwilayah kerjannya.

4. Peranan penyuluh adalah keterlibatan penyuluh secara langsung dalam membina petani agar mampu mengubah cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup yang lebih sesuai dengan perkembangan, baik pengetahuan budidaya maupun teknologi. Penyuluh pertanian berperan dalam :

a. Pemeliharaan dan pengendalian penyakit sapi b. Sistem pembuatan kandang

c. Sistem pembuatan makanan dan pemberiannya d. Cara pengemukan

5. Peternak adalah pihak yang menjadi sasaran pembinaan penggemukan sapi yang diselenggarakan oleh penyuluh pertanian di kecamatan tanete riaja. 6. Sapi bali adalah sapi ternak yang digemukkan di Kecamatan Tanete Riaja

Kabupaten Barru merupakan keturunan banteng liar yang berhasil dijinakkan dan dipelihara oleh masyarakat mempunyai ciri-ciri garis hitam yang jelas

(38)

pada punggung yang disebut garis belut dan adanya bulu warna putih pada bagian bawah ke empat kakinya, baik jantan dan betina bertanduk.

(39)

IV. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Daerah Wilayah Kabupaten Barru yang mempunyai luas ± 1. 174, 72 Km2 yang terbagi dalam 5 wilayah kecamatan yakni; 1) TaneteRiaja, 2) Tanete Rilau, 3) Barru, 4) Soppeng Riaja, dan 5) Mallusetasi.Dengan demekian jumlah wilayah kecamatan dan perwakilan 5 buah merupakan prospek yang cukup cerah bagi perkembangan dan kemajuan wilayah-wilayah Kecamatan Barru. Dengan luas daerah menurut kecamatan dan desa di Kabupaten Barru.

1. Kecamatan Tanete Riaja : Gattareng : 86,68 km² Pattappa : 196,50 km² Harapan : 84,10 km² Lompo Riaja : 67,72 km² Lompo Tengah : 53,55 km²

4.2 Keadaan Demografis

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah territorial Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap. Laju pertumbuhan adalah angka yang menunjukan persentase pertambahan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Kepadatan penduduk adalah rasio banyaknya penduduk perkilometer persegi (BPS,2020).

(40)

Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Pertahun.

Kecamatan Penduduk (Ribu) Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2020 (1) (2) (3) Tanete Riaja 22.926 0,4 Pujananting 13.157 0,2 Tanete Rilau 33.980 0,3 Barru 41.973 0,8 Soppeng Riaja 17.940 0,1 Balusu 18.893 0,7 Malusettasi 25.634 0,1 Kabupaten Barru 174.323 0,4 Sumber : BPS,2020.

Tabel 3. Distribusi Persentase Penduduk, kepadatan Penduduk.

Kecamatan Presentase Penduduk Kepadatan penduduk per/km

(1) (2) (3) Tanete Riaja 13,15 132 Pujananting 7,35 42 Tanete Rilau 19,49 429 Barru 23,97 210 Soppeng Riaja 10,29 227 Balusu 10,84 168 Malusettasi 14,70 118 Kabupaten Barru 100,00 148 Sumber : BPS, 2020

Penduduk Kabupaten Barru berdasarkan Proyeksi penduduk tahun 2020 sebanyak 174.323 jiwa yang terdiri atas 83.878 jiwa penduduk laki-laki dan 90.445 jiwa penduduk perempuan., penduduk Kabupaten Barru mengalami

(41)

pertumbuhan sebesar 0,40% dengan maisng-masing presentase pertumbuhan produk laki-laki sebesart 0,47% dan penduduk perempuan sebesar 0,35%. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2020 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 93 (BPS, 2020).

Kepadatan penduduk di Kabupaten Barru tahun 2020 mencapai 148 jiwa/𝑘𝑚2 dengan rat-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Kepadatan penduduk di 7 Kecamatan cukup beragam dengan kepadatam penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Tanete Rilau dengan kepadatan sebesar 429 jiwa/𝑘𝑚2 dan terendah di Kecamatan Pujananting sebesar 42 jiwa/𝑘𝑚2 (BPS, 2020).

4.3 Dukungan Kelembagaan

Keberadaan lembaga dalam suatu wilayah pemerintahan, memberikan cerminan dinamisasi suatu wilayah. Lembaga yang sangat menunjang kehidupan suatu wilayah pemerintahan, lembaga yang ada terdiri dari lembaga keuangan, lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga pemerintahan dan lembaga ekonomi.

Tabel 4. Lembaga pendukung yang ada di Kecamatan Tanete Riaja

No Sarana Jumlah

(42)

2. Koperasi Tani 1

3. Bank Mandiri 1

4. Pos Kesehatan 1

5. Kios Sarana Produksi Pertanian 8

6. Kelompok Pencapir 1

Sumber : Kantor KecamatanTanete Riaja, 2020

Kelembagaan yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas. Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Jalanru seperti tercantum pada tabel 6, khususnya pada wilayah kerja penyuluh pertanian Kecamatah Tanete Riaja.

4.4 Kondisi Pertanian

Di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru luas tanah mencapai 174,29 km², sehingga potensi dalam usaha yang dilakukan pertanian dan peternakan. Untuk usaha pertanian biasanya ditanami padi, ubi, jagung dan lainnya. Sedangkan untuk peternakan yaitu seperti sapi, ayam petelur, ayam potong, kambing. Dari sekian usaha pertanian dan peternakan yang paling diutamakan adalah tanaman padi sedangkan ternak sapi, ayam petelur, ayam potong dan kambing adalah usaha sampigan di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

(43)

Identitas petani responden yang diuraikan dalam pembahasan berikut menggambarkan berbagai aspek keadaan petani peternak yang diduga memiliki hubungan peranan penyuluh pertanian dalam pembinaan usaha penggemukan sapi bali. Berbagai aspek yang dimaksud selanjutnya, meliputi :

a) Umur b) Pendidikan

c) Pengalaman berusahatani

d) Jumlah ternak dimiliki petani responden

Identitas petani responden lebih lanjut diuraikan sebagai berikut.

5.1.1 Umur Petani Responden

Salah satu karakteristik yang dimiliki seseorang yang dianggap penting adalah faktor umur. Umur sangat mempengaruhi aktivitas seseorang karena dikaitkan langsng dengan kekuatan fisik dan mental, sehingga berhubungan erat dengan pengambilan keputusan. Petani yang berumur muda relatif cenderung mempunyai kemampuan fisik yang lebih besar dibandingkan dengan petani yang berumur tua. Komposisi umur responden dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5 Komposisi Umur Responden Pengusaha Ternak Di Kecamatan Tanete Riaja Kab. Barru. 2020

(44)

29 – 38 1 4.00

39 – 48 14 56.00

49 – 60 10 40.00

Total 25 100.00

Sumber; Data Primer Setelah Diolah 2020

Tabel menunjukkan bahwa semua responden masih berusia produktif dapat kita lihat dari umur responden yang berkisar antara 29 - 60 tahun. Dari usia responden, yang paling banyak berusia antara 39 - 48 tahun sebanyak 14 orang atau 56%, responden berumur antara 49 - 60 tahun 10 0rang, sedangkan yang berumur antara 29 - 38 tahun ada 1 orang atau 4%, penyebaran umur petani masih berada pada usia produktif dengan jumlah penduduk berumur produktif yang cukup tiinggi maka penerimaan materi penyuluhan akan lebih muda dan usia yang masih relatif muda semangat untuk berkembang lebih baik dibandingkan dengan masyarakat berusia tua. Sehingga pembinaan dapat dioptimalkan karna umumnya petani masih memiliki kekuatan fisik yang baik dibandingkan dengan petani yang berumur tua 60 keatas.

5.1.2 Tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan responden juga ikut mempengaruhi pola pengelolaan usaha penggemukan sapi pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir petani dalam pengembangan usahanya terutama dalam menyerap dan mengadopsi si teknologi usahatani baru dalam rangka pencapaian tingkat produksi yang optimal. semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh responden semakin tinggi pula tingkat pengetahuan responden terhadap teknologi.

(45)

Hasil penelitian yang telah di diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan responden disajikan pada tabel 6.

Tabel 6 Komposisi Tingkat Pendidikan Responden Pengusaha Ternak Di Kecamatan Tanete Riaja Barru 2020

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Jiwa) Persentasi (%) SD SMP SMA SARJANA 12 8 4 1 48 32 16 4 Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Berdasarkan tabel terlihat bahwa pada umumnya petani memiliki pendidikan minimal sekolah dasar. tingkat pendidikan yang relatif rendah tersebut mengidentifikasikan akan kemampuan dan pola pikir petani responden yang masih rendah sehingga sangat berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi dan produksi yang diperoleh dalam setiap kegiatan usaha

5.1.3 Pengalaman responden dalam usaha penggemukan sapi

Pengalaman berusaha tani merupakan faktor yang berperan dalam kegiatan usaha tani. pengalaman mempunyai pengaruh dalam kegiatan usaha. responden yang berpengalaman akan lebih cepat menerapkan teknologi penggemukan sapi dan lebih responsif terhadap inovasi karena itu kegiatan pengalaman selalu memberikan manfaat. pengalaman usahatani responden disajikan pada tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7 Pengalaman Responden Dalam Usaha Penggemukan Sapi Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kab Barru 2020.

(46)

2-3 4-5 6 7 17 1 28.00 68.00 4.00 Total 25 100.00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020

Tabel menunjukkan bahwa terdapat 17 orang(68%) responden memiliki pengalaman berusaha Tani ini antara 4-5 tahun, sedangkan 7 orang yang (28) petani responden pengalamannya 2-3 2 tahun dan ada 1 oran g yang (3.3%) yang pengalaman 6 tahun.

5.1.5 Tanggungan keluarga peternak sapi Bali

Besarnya tanggungan keluarga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan usaha yang akan dijalankan. komposisi tanggungan keluarga responden dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8 Komposisi Tanggungan Keluarga Responden Dalam Usaha Penggemukan Sapi Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kab Barru 2020

Tanggungan keluarga ( orang) Jumlah ( orang) Persentase (%) 1-2 3-4 5-6 10 12 3 40.00 48.00 12.00 Total 25 100.00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2020

Tabel menunjukkan bahwa 12 orang yang (48%) responden mempunyai tanggungan keluarga 3-4 3 orang. 10 orang (40%) responden mempunyai tanggungan keluarga 1-2 orang terdapat 3 orang (12%) responden. Jumlah

(47)

tanggungan petani responden, dan dapat merupakan potensi bagi sumber daya bagi petani ,dapat digunakan dalam berusaha Tani dan kegiatan produktif lainnya.

5.2 Peran Penyuluh Pertanian dalam pembinaan usaha penggemukan sapi Bali

Penyuluh Pertanian bagi masyarakat pedesaan merupakan konsultan atau tempat mendapatkan informasi dan jawaban bagi semua masalah yang berhubungan dengan kegiatan usahatani nya ataupun penggemukan sapinya. Aktivitas penyuluh sangat mempengaruhi dinamisasi kegiatan usaha peternak di Kecamatan Tanete riaja terdapat indikasi bahwa semakin aktif Penyuluh Pertanian dalam memberikan penyuluhan maka masyarakat akan lebih proaktif dalam pengembangan usahanya.

Peranan penyuluh sangat dibutuhkan untuk membina para peternak dalam pengembangan sapi, banyak informasi yang diterima petani merupakan hal-hal baru bagi mereka. namun sangat memberi manfaat dalam pengembangan usaha penggemukan sapinya. Peranan dari penyuluh pertanian sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pendukung gerak usaha petani merupakan titik sentral dalam memberikan penyuluhan kepada petani akan pentingnya berusaha tani dengan memperhatikan kelestarian dari sumber daya alam. Proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat berjalan dengan baik dan benar apabila didukung dengan tenaga penyuluh yang profesional, kelembagaan penyuluh yang handal, materi penyuluhan yang terus-menerus mengalir, sistem penyelenggaraan penyuluhan yang benar serta metode penyuluhan yang tepat dan manajemen penyuluhan yang polivalen. Dengan demikian penyuluhan pertanian sangat penting artinya dalam memberikan modal bagi petani dan keluargannya,

(48)

sehingga memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan dalam memperbaiki kesejahteraan hidup petani dan keluarganya, tanpa harus merusak lingkungan di sekitarnya

Tabel 9 Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pembinaan Usaha Penggemukan Sapi Bali Bali Di Kecamatan Tanete Riaja Kab Barru

No Pembinaan penyuluh

Skor penilaian Rata-rata skor yang dicapai Pelaksanaan fungsi (%) Kategori Min Max 1 Pemeliharaan dan pengendalian penyakit 4 20 16,96 84,80 Tinggi 2 Sistem pembuatan kandang 3 15 13,08 87,20 Tinggi 3 Makanan dan pemberiannya 3 15 10,20 68,00 Tinggi

4 Cara penggemukan 4 20 12,64 63.20 Sedang

Jumlah 52,88 303,20 Tinggi

Rata-rata 13,22 76

Sumber ; Data primer setelah diolah 2020

Keterangan : kategori 0-33%= Rendah; 34-66%= Sedang; 67-100= Tinggi

Tabel menunjukan pembinaan bahwa peran penyuluh pertanian dalam usaha penggemukan sapi bali sangat berhasil. Rata-rata nilai 13,22 (76%) atau kategori tinggi. Dari beberapa pembinaan yang telah berhasil dalam pembinaan adalah pembinaan yang telah berhasil dalam pembinaan adalah pemeliharaan dan pengendalian penyakit, peternak sangat memperhatikan kesehatan sapi, utamanya sapi yang akan dibeli untuk digemukkan, maupun kesehatan sapi yang akan dibeli

(49)

untuk digemukkan, maupun kesehatan sapi yang dalam pemeliharaan rata-rata mencapai 16.96 (84,80%), sedangkan yang masih perlu mendapat pembinaan adalah pada cara penggemukan sesuai teknis yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian nilai yang diperoleh 12,64 (63,20%), sistem pembinaan yang perlu ditingkatkan dalam proses penggemukan adalah pemberian makanan tambahan dan pengkandangan yang baik

5.2.1 Pembinaan Dalam Pemeliharaan Dan Pengendalian Hama Dan Penyakit Sapi Bali

Keberadaan penyuluh pertanian balai penyuluhan pertanian di daerah-daerah sangat penting, penyuluh pertanian merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah, lembaga-lembaga penelitian dalam menyampaikan informasi kepada petani. Keberadaan penyuluh pertanian akan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peternak. Pembinaan peternak dalam pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini :

Tabel 10 Pembinaan Dalam Pemeliharaan Dan Pengendalian Penyakit Sapi Bali No Pemeliharaan dan pengendalian Skor penilaian Rata-rata skor yang Pelaksana fungsi (%) Kategori

(50)

penyakit Min Max dicapai

1 Sanitasi ternak 1 5 4.8 96 Tinggi

2 Sanitasi kandang 1 5 3.9 78 Tinggi

3 Pemberian obat-obatan dan vitamin

1 5 4.1 82 Tinggi 4 Identifikasi penyakit atau gangguan ternak lainnya 1 5 4.3 86 Tinggi Jumlah 4 20 17.1 342 Tinggi Rata-rata 1 4 4.27 85

Sumber ; Data Primer Setelah Diolah 2020

Keterangan ; kategori 0-33= Rendah; 34-66= Sedang; 67-100= Tinggi

Tabel menunjukkan bahwa pembinaan pemeliharaan dan pengendalian penyakit, rata-rata nilai 4,8 (96%) dengan kategori yang diperoleh tinggi. Dari semua item yang diukur nilainnya memperlihatkan hasil kategori tinggi, artinya petermak telah melaksanakan kegiatan tersebut, petani sangat mengerti dan paham perlunya sanitasi ternak, dengan ternak yang bersih akan mendapatkan pertumbuhan ternak yang bersih akan mendapatkan pertumbuhan yang lebih baik. Sanitasi ternak yang dilakukan peternak adalah memandikan sapi minimal 1 kali sehari hal ini sangat membantu dalam pencegahan penyakit kutu ternak, nilai yang diperoleh 96%, sedangakan sanitasi kandang, khususnya peternak yang menggunakan sistem kandang mereka melakukan pembersihan tiap pagi hari kotoran dari ternak dikumpulkan umtuk keperluan usahataninya dengan membuat kompos. Untuk mengidentifikasi penyakit ternak responden diberi pelatihan dengan memberikan

(51)

contoh-contoh ternak yang terserang dengan menggunakan alat peraga berupa gambar-gambar maupun brosur.

Sejauh ini tim petugas kesehatan hewan Dinas Pertanian telah diturunkan untuk melakukan vaksinasi dan pemberian obat-obatan terhadap hewan ternak sapi yang ada di desa-desa di seluruh kecamatan. Vaksinasi merupakan salah satu cara mencegah kejadian penyakit namun yang tidak kalah penting adalah Program Komunikasi Informasi dan Edukasi terhadap petani ternak yang berada di daerah terancam terutama yang berbatasan dengan daerah tertular, terutama mengenai cara-cara pencegahan terhadap kemungkinan penyebaran wabah penyakit. Untuk itu keterlibatan penyuluhan pertanian dalam penyebaran informasi tentang ancaman dan kejadian penyakit sangat diperlukan sehingga pencegahan dan penanganan kejadian penyakitnya lebih efektif. Penyuluh adalah ujung tombak pembangunan pertanian, sukses tidaknya program pemerintah terkait petani dan pertanian, sedikit banyak bergantung pada kemampuan penyuluh dalam menerjemahkan program tersebut. Semakin tinggi kemampuan penyuluh dalam menerjemahkan, mengeksekusi dan berimprovisasi dilapangan maka semakin tinggi pula kemungkinan program tersebut berhasil.

(52)

Sistem pembuatan kadang dalam sistem penggemukan merupakan persyaratan utama untuk berhasil khususnya pada daerah-daerah yang areal atau lahan semakin sempit. Sistem perkandangan adalah alternatif yang perlu dipertimbangkan. Pembinaan sistem pembuatan kandang dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini :

Tabel 11 Pembinaan Sistem Pembuatan Kandang

No Sistem pembuatan kandang untuk di gemukkan Skor penilaian Rata-rata skor yang dicapai Pelaksanaan fungsi (%) kategori Min Max

1 Fungsi kandang 1 5 4.6 92 Tinggi

2 Persyaratan kandang 1 5 2.8 56 Sedang 3 Konstruksi kandang 1 5 4.8 96 Tinggi Jumlah 3 15 12 244 Tinggi Rata-rata 1 5 4 81.33

Sumber; Data Primer Setelah Di Olah 2020

Keterangan; kategori 0-33%= Rendah 34-66%= Sedang 67-100%= tinggi Tabel menunjukkan sistem pembinaan yang dilakukan penyuluh pertanian sangat baik atau kategori tinggi dengan nilai persentase 81.33%, hasil wawancara dengan responden tentang kandang umumnya peternak sangat tahu fungsi kandang ternak dan manfaat yang diberikan dengan sistem ini, sedangkan yang masih perlu

(53)

dipertimbangkan dalam pembinaan adalah persyaratan kandang responden menerapkan persyaratan kandang antara lain. Letak, bentuk dan konstruksi yang baik, penilaiann item ini nilai rata-rata yang diperoleh adalah 2,8(56)%. Sedangkan pembinaan mengenai konstruksi kandang sudah tinggi nilai yang diperoleh nilai rata-rata 4,8 (96)%.

Penyuluh memberikan pembinaan pembuatan kandang yang ideal yang harus diperhatikan. Kandang merupakan faktor terpenting untuk diperhatikan demi kenyamanan sapi yang sedang dirawat atau dikembangkan. Berikut persyaratan dalam pembuatan kandang. Kandang terbuat dari bahan yang tentunya berkualitas dan kokoh, luas kandang harus memperhatikan tingkat kemudahan dalam proses pembersihannya misal lantai dibuat dengan tingkat kemiringan 5-10 derajat, mengarah keselokan dan tentunya tidak licin. Luas kandang harus disesuaikan dengan jumlah sapi yang ada dikandang. Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga sinar matahari dapat masuk baik pada pagi dan sore hari, sistem ventilasi diatur dengan bagus, atap kandang dibuat dari bahan yang ringan, tempat pakan yang lebar.

5.2.3 Pemilihan Pakan Dan Cara Pemberiannya

Pemilihan pakan ternak untuk makanan sapi, peternak penggemukan dikecanatan tanete riaja umunya sudah baik, mereka telah mengerti perlunya pakan yang baik bagi ternak yang digemukkan, hal ini dapat meningkatkan kesehatan dari ternak dan berat badan dari ternak. Pembinaan pemilihan pakan dan cara pemberiannya dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini :

(54)

No Pemilihan pakan dan cara pemberiannya Skor penilaian Rata-rata skor yang dicapai Pelaksanaan fungsi (%) kategori Min Max

1 Syarat makanan 1 5 4.1 82 Tinggi

2 Kebutuhan bahan makanan

1 5 4.2 84 Tinggi

3 Penyusunan ransum 1 5 1.7 34 Rendah

Jumlah 3 15 10 200 Sedang

Rata-rata 1 5 3.33 66.66

Sumber; Data Primer Setelah Di Olah 2020

Keterangan : kategori 0-33= Rendah 34-66= Sedang 67-100=Tinggi

Tabel dari beberapa bagian pertanyaan rata-rata nilai yang diperoleh adalah 3,33 (66,66%) masuk kategori sedang, yang masih rendah adalah pada pembuatan pakan tersebut nilai rata-rata yang diperoleh 1,7 atau 34%. penyusunan ransum ini masih perlu diajarkan dengan lebih intensif. Rendahya nilai yang diperoleh dari penyusunan ransum karena umunya petani masih menganggap lahan masih sangat luas sebagai daerah pengebalaan.

Pakan sapi bali berupa rerumputan hijau dan protein yang bisa didapat dari bahan daun turi, lamtoro, tepung ikan, tepung daging dan lain sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral esensial, maka perlu ditambah vitamin sapi yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh ternak. Ransum sapi yang memenuhi syarat ialah ransum yang mengandung : protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam jumlah yang cukup. Kesemuanya dapat

(55)

disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat. Kebutuhan ternak terhadap jumlah pakan tiap hari tergantung dari jenis atau spesies, umur, dan fase pertumbuhan ternak (dewasa, bunting, dan menyusui). Walaupun telah diberi pakan berupa hijauan atau kosentrat yang telah mengandung zat makanan yang memenuhi kebutuhannya, sapi bali masih sering menderita kekurangan vitamin, mineral dan bahkan protein, Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan atau kesehatan sapi bali sehingga untuk mengatasinya sapi dapat diberikan pakan tambahan

5.2.4 Membina Peternak Cara Pengemukan Sapi

Suatu dilema saat ini di pedesaan adalah lahan semakin berkurang akibat bertambahnya penduduk yang membutuhkan perumahan dan lainnya. Kondisi ini menjadikan para peternak harus mencari alternatif pemeriharaan ternak yang lebih efektif dan berhasil, guna salah satu pilihan adalah dengan metode penggemukan sapi, sistem pengandangan ternak. Pembinaan cara penggemukan sapi dapat dilihat pada tabel 13 dibawah ini :

(56)

Tabel 13 Pembinaan cara penggemukan sapi bali No Cara penggemukan sapi Skor penilaian Rata-rata skor yang dicapai Pelaksanaan fungsi (%) kategori Min Max 1 Penggemukan padang rumput 1 5 4.2 84 Tinggi 2 Kombinasi kandang dan padang rumput

1 5 3.2 64 Sedang 3 Penggemukan sistem kandang 1 5 2.2 44 Rendah 4 Paronisasi 1 5 3.0 60 sedang Jumlah 4 20 12.6 252 Sedang Rata-rata 1 5 3.15 63

Sumber : Data primer setelah di olah 2020

Keterangan; kategori 0-33%= Rendah 34-66= Sedang 67-100= Tinggi

Tabel menunjukkan pembinaan cara penggemukan sapi berada dalam kategori sedang nilai yang diperoleh adalah 3.15 (63%). Bagian pembinaan yang memperoleh nilai tinggi adalah sistem penggemukan padang rumput sistem ini telah lama dikenal oleh masyarakat pedesaan. Kondisi ini tidak tepat mengingat luas lahan pengembalaan semakin berkurang, sehingga perlu adanya alternatif lain. Sistem yang masih perlu dikembangkan adalah sistem perkandangan nilai rata-rata yang diperoleh 2.2 (44%) sistem ini oleh masyarakat dipedesaan khusunya daerah-daerah masih luas pada padang rumputnya masih kurang diterapkan. Sistem perkandangan telah banyak dilakukan oleh peternak.

(57)

Sistem penggemukan sapi yang telah dilakukan peternak adalah sistem paronisasi, sistem ini dikenal dengan mengikat ternak disuatu tempat, selama masa penggemukan dengan menyediakan makanan berupa hijauan dan ransum tambahan setiap harinya, sehingga pertumbuhan sapi sangat cepat dan ternak lebih sehat karena memudahkan pemantauan ransum yang dikomsumsinya.

Penyuluh membantu terjadinya proses perubahan perilaku peternak sapi bali sehingga peternak sapi meningkat pengetahuan sikap dan keterampilannya dalam beternak. Pastikan sapi tidak mengalami gangguan kesehatan seperti menderita cacing, mencret, diare, dan lain sebagainya. Jika sapi mengalami gangguan kesehatan, segera ditangani agar penyakit tidak menular ke sapi yang lain.

Pemberian pakan jenis pakan yang baik untuk dikonsumsi sapi adalah rumput benggala, rumput gajah, rumput raja, tanaman lamtoro, gamal, kaliandra, dan centro. Pergerakan sapi juga membuat dagingnya lebih padat, siapkan lahan kosong atau kandang yang cukup untuk sapi berlari. Daging sapi akan padat dan mudah berkembang apabila sistem peredaran darah sapi mengalir lancar dan otot pada bagian tubuh sapi berkembang. Jika sapi dibiarkan diam dan bermalas-malasan, tentunya akan menjadi sumber datangnya penyakit akibat peredaran darah sapi kurang lancar

5.3 Pertambahan Bobot Badan

Daerah Jumlah ternak Sapi Bali Jantan Sapi Bali Betina

Pantai 11 14 0,2576 0,2163 Berbukit 14 15 0,3024 0,3336 Pegunungan 13 14 0,3021 0,2626

(58)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.3 Kesimpulan

Hasil penelitian ini menyatakan peran penyuluh pertanian dalam pembinaan usaha penggemukan sapi bali di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru, termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini terlihat pada rata-rata pelaksanaan fungsi penyuluh pertanian mencapai 76% dalam penggemukan sapi bali di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru telah dalam kategori tinggi khususnya penerapan pemeliharaan, pengedalian penyakit, sistem pembuatan kandang, pemberian pakan dan cara penggemukan sapi bali.

6.4 Saran

1. Pembinaan masih perlu dilanjutkan, khususnya sistem penggemukan cara perkandangan mengingat areal semakin sempit

2. Peternak masih dapat mengembangkan usahanya di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru karena agroklimat dan sistem budaya sangat mendukung peternakan sapi bali.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina Abdullah dan Helda Ibrahim. 2012“Persepsi Peternak terhadap Kinerja

Penyuluh dalam Pengembangan Teknologi Pengolahan Jerami Padi dan Limbah Ternak Sapi Potong“ Skripsi. Kendari:Universitas Terbuka

Kendari Sulawesi Tenggara.

Alim, Syahirul. 2010. Bahan Ajar Penyuluhan Pertanian (Peternakan).

Laboratorium Sosiologi dan Penyuluhan. Fakultas Peternakan.

Universitas Padjajaran, Bandung

Alim, Syahirul. 2010. Bahan Ajar Penyuluhan Pertanian (Peternakan).

Asfar Irham. 2016. Peranan Penyuluh Peternakan Dalam Peningkatan

Pendapatan Anggotakelompok Peternak Sapi Potong Di Kabupaten Sinjai. Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin

Eko Harianto, Surahmanto dan Putu Arimbawa. 2014“Kinerja Penyuluh

Pertanian sebagai Penyebar Informasi Fasilitator dan Pendamping dalam Pengembangan Sapi Bali (Bos Sondaicus) di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara” Skripsi. Makassar:Universitas Hasanuddin.

Universitas Islam Makassar.

Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Penerbit

PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Hartati D, Wijono B, Siswanto M. 2007. Performans Sapi Bali induk sebagai

penyedian bibit/bakalan di wilayah breeding stock BPTU Bali. Prosiding

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007. 258 – 263. Kartasapoetra, A.G.1994. Penyuluhan Pertanian.Bumi

aksara.JakartaLaboratorium Sosiologi dan Penyuluhan. Fakultas

Peternakan

Mardikanto, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret

University Press UNS: Surakarta.

Nugrohadi, 2009. Peternakan Dan Cara Membudidayakan Hasil

Peternakan.Http://Jpi.Faterna.Unand.Ac.Id/Index.Php/Jpi.

Oka, IGL. 2010. Conservation and genetic improvement of Bali Cattle.Proc. Conservation and Improvement of World Indigenous Cattle. 110-117.

Gambar

Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu yang Relevan
Gambar 1. Kerangka Pikir Peran Penyuluh
Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk  Pertahun.
Tabel 4. Lembaga pendukung yang ada di Kecamatan Tanete Riaja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Desain file merupakan perancangan basis data yang akan menampung data entri sehingga dapat dibaca dari program yang telah dirancang, adapun desain file kamus Bahasa Jepang

Kecamatan Pangalengan berdasarkan tipologi kawasan rawan bencana gempa bumi termasuk tipe C, artinya kondisi lahan tidak stabil rawan terhadap bencana gempa bumi,

Metode tutor sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah yakni, (1) guru dibagi kedalam 3 kelompok; (2) setiap guru mengerjakan project untuk

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data langsung dari sumbernya baik mengenai pandangan atau pendapat maupun fenomena yang dilihat dirasakan dan dialami

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi yang

Hasil analisis kesesuaian wisata pantai untuk kategori rekreasi di wilayah pesisir Pantai Panjang Kota Bengkulu dengan mempertimbangkan semua parameter yang

Evaluasi pembelajaran merupakan keharusan yang dilakukan oleh guru atau pendidik. Hal ini dilakukan sebagai hasil proses pembelajaran selama 1 semester, yang terakumulasi

Acuan baku tersebut ada- lah budaya organisasi yang secara sistematis menuntun karyawan untuk meningkatkan komitmen kerjanya bagi perusahaan (Moeljo- no, 2005, h. Budaya