Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya
3346
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Permintaan Pengadaan
Perangkat dan Layanan IT
(Studi pada Departemen IT PT Eratex Djaja Tbk Probolinggo)
Hetty Mukammilah1, Yusi Tyroni Mursityo2, Nanang Yudi Setiawan3 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Email: 1hetty.m@student.ub.ac.id, 2yusi_tyro@ub.ac.id, 3nanang@ub.ac.id Abstrak
PT Eratex Djaja Tbk merupakan perusahaan yang menjalankan industri garmen yang terletak di Kota Probolinggo. Kegiatan operasional pada PT Eratex Djaja Probolinggo umumnya ialah pembuatan pakaian jadi dan finishing. Departemen IT bertugas sebagai tech support yang memberikan layanan IT seputar konfigurasi, pemakaian, dan penyelesaian masalah IT untuk seluruh lingkup PT Eratex Djaja Probolinggo. Dalam proses permintaan layanan IT, Departemen IT menyediakan formulir kertas yang harus diisi oleh pemohon sesuai dengan layanan IT yang diminta. Secara berkala, karyawan Departemen IT harus memeriksa satu-persatu formulir permintaan layanan IT yang telah diterima dan disimpan oleh Departemen IT untuk menyusun laporan rekapitulasi pekerjaan Departemen IT. Hal tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan terdapat risiko formulir permintaan layanan yang diterima Departemen IT hilang sebelum diarsipkan. Berdasarkan masalah tersebut, peneliti melakukan analisis dan perancangan sistem informasi pengisian dan pengelolaan permintaan pengadaan perangkat dan layanan IT berbasis website. Metode Rational Unified Process (RUP) digunakan sebagai dalam merancang sistem tersebut. Proses perancangan dilakukan menggunakan pendekatan Object-Oriented
Analysis and Design (OOAD) dan bahasa pemodelan Unified Modeling Language (UML). Hasil
perancangan yang telah dibuat kemudian dievaluasi menggunakan Requirement Consistency Analysis (RCA) dan Cognitive Walkthrough (CW). Hasil dari evaluasi RCA menunjukkan hasil Requirement
Consistency Index (RCI) sebesar 100% yang berarti setiap elemen pada semua layer saling terhubung
dan konsisten. Kemudian hasil dari evaluasi CW yang dilakukan oleh Supervisor dan Staff Departemen IT PT Eratex Djaja Tbk menunjukkan bahwa setiap fitur pada rancangan sistem sudah sesuai alur harapan pengguna.
Kata kunci: RUP, OOAD, UML, Requirement Consistency Analysis, Cognitive Walkthrough. Abstract
PT Eratex Djaja Tbk is a garment factory that located in Probolinggo. The main operation for the factory is apparel manufacturing and finishing. IT department is an unit that provides tech support services such as configuration, utilization, dan problem solving concerning IT problems in the factory. The Applicant of the request for IT services must fil out a request form that provided by IT Department before IT Department could carry out the service request. Periodically, IT Department must go through the request forms one by one in order to make summary report of their work of a certain period of time. That work requires a long time and there is also risk of missing the request form before being archived. Based on the problems mentioned, this study conducted information system analysis dan design on web-based service request form and management of request of IT service. Rational Unified Process (RUP) used as a method to carry out the system design process. The system design process was conducted using the Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) approach and Unified Modeling Language (UML). The system design that have been built evaluated using Requirement Consistency Analysis (RCA) and Cognitive Walkthrough (CW) evaluation method. The RCA evaluation result shows that the assessment results is 100% which means the relation of the design and all elements of the system requirement from the four layers frameworks have been consistent. The result of CW evaluation performed by the Supervisor and the Staff of IT Department shows that all the features of the system is fully in line with their expectations.
Keywords: RUP, OOAD, UML, Requirement Consistency Analysis, Cognitive Walkthrough.
1. PENDAHULUAN
PT Eratex Djaja Tbk adalah perusahaan yang menjalankan industri garmen. Kegiatan operasional pada PT Eratex Djaja Probolinggo umunya ialah pembuatan pakaian jadi dan finishing. Peran Departemen IT ialah menyediakan sumber daya IT untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut agar berjalan dengan baik. Tugas Departemen IT adalah sebagai tech support yang memberikan layanan IT seputar konfigurasi, pemakaian, dan penyelesaian masalah IT untuk seluruh lingkup PT Eratex Djaja Probolinggo. Dalam proses permintaan layanan IT, Departemen IT menyediakan formulir kertas yang harus diisi oleh pemohon sesuai dengan layanan IT yang diminta. Pada penelitian ini, layanan IT yang menjadi fokus utama penyelesaian masalah adalah permintan pengadaan perangkat IT, permintaan izin akses data, dan permintaan perbaikan perangkat IT.
Berdasarkan wawancara dengan Adil Wahyudi selaku Supervisor Departemen IT PT Eratex Djaja Probolinggo, terdapat masalah pada pembuatan laporan rutin pekerjaan Departemen IT. Karyawan Departemen IT harus memeriksa satu-persatu formulir permintaan layanan IT yang telah diterima dan disimpan oleh Departemen IT sehingga membutuhkan waktu ekstra untuk menyusun laporan pekerjaan Departemen IT. Masalah lain muncul ketika formulir permintaan layanan yang diterima Departemen IT hilang sebelum diarsipkan. Berdasarkan masalah tersebut, disimpulkan bahwa dibutuhkan sistem informasi manajemen yang dapat membantu memudahkan perekaman data permintaan hingga pengelolaan permintaan layanan IT, sehingga proses pengarsipan, pelaporan, dan penelusuran permintaan menjadi lebih efisien.
Penelitian dengan judul “Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Permintaan Pengadaan Perangkat dan Layanan IT” ini bertujuan untuk menjadi solusi dalam membantu permasalahan pada Departemen IT saat ini dengan melakukan analisis kebutuhan dan menghasilkan dokumen perancangan sistem informasi yang terdokumentasi.
Dalam proses pengembangan sebuah perangkat lunak menggunakan siklus hidup pengembangan perangkat lunak yang sesuai dengan Software Development Life Cycle (SDLC). Salah satu metode SDLC yaitu
Rational Unified Process (RUP). Untuk
penelitian analisis dan perancangan dalam penelitian ini, metode RUP digunakan untuk membuat rancangan sistem secara iteratif dan berfokus hanya pada dua fase saja yaitu fase insepsi (inception) dan fase elaborasi (elaboration) (Mohd et al., 2016). Kegiatan awal yang perlu dilakukan dalam membangun sistem yaitu menganalisis kebutuhan dan merancang sistem. Kedua pokok tersebut berperan untuk memberikan perkiraan tentang kegunaan sistem seperti apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pengguna.
Metode RUP digunakan pada penelitian ini karena metode RUP membantu pengembang untuk fokus pada tujuan, yaitu dalam hal pemahaman akan sistem yang dibangun dan perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pengembangan (Pressman, 2010). Metode RUP juga dapat mengakomodasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada proses awal pengembangan sistem yang umumnya terjadi pada pengembangan sebuah sistem informasi untuk pertama kalinya (Kroll and Kruchten, 2003).
Metode RUP pada penelitian ini menggunakan pendekatan Object Oriented
Analyisis and Design (OOAD) yang berguna
unrtuk membantu menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan pengguna serta Unified Modeling
Language (UML) digunakan sebagai bahasa
pemodelan untuk menginterpretasikan pemodelan perancangan sistem. Setelah selesai melakukan merancang sistem informasi, selanjutnya proses evaluasi perlu untuk dilakukan untuk mengukur kelayakan dan kelengkapan rancangan sistem yang sudah dibuat. Untuk mengukur suatu kelengkapan dokumentasi perancangan, maka perlu dilakukan evaluasi, yaitu evaluasi Requirement Consistency Analysis (RCA) dan Cognitive Walkthrough (CW). Evaluasi RCA dilakukan
untuk menjaga standar perancangan pada hubungan dan juga konsistensi setiap elemen
layer perangkat lunak. Sedangkan evaluasi CW
dilakukan untuk mengetahui seberapa mudah
sistem untuk dipahami oleh pengguna.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Tahap pertama pada penelitian ini adalah
studi literatur. Tujuan studi literatur adalah
untuk menggali teori atau metode dalam
melakukan
analisis
dan
perancangan
perangkat lunak. Kemudian dilakukan tahap
pengumpulan data. Pada penelitian ini, data
atau informasi yang didapatkan kemudian
diidentifikasi untuk menemukan suatu
permasalahan. Dari permasalahan yang
didapatkan kemudian dilakukan analisis
untuk menemukan kelemahan dan juga
solusi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah tersebut. Selanjutnya masuk ke fase
insepsi. Pada fase insepsi nantinya akan
menghasilkan solusi permasalahan serta
kebutuhan fungsional dan non-fungsional.
Tahap selanjutnya yaitu masuk ke fase
elaborasi. Fase elaborasi menghasilkan
usecase diagram, class diagram, sequence
diagram, logical data model, dan prototype.
Selanjutnya yaitu melakukan evaluasi
Requirement Consistency Analysis untuk mengidentifikasi konsistensi pada struktur persyaratan kebutuhan dan Cognitive Walkthrough untuk melakukan verifikasi skenario use case dan user interface. Kemudian, tahap terakhir yaitu tahap penulisan kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran diambil berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem. Alur metodologi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rational Unified Process (RUP). Metode RUP digunakan dalam melakukan analisis kebutuhan dan perancangan sistem. Metode RUP digunakan karena dapat menghasilkan output berupa rancangan sistem yang berkualitas yang dimana dapat mendefinisikan serta mengidentifikasi setiap aktivitas sesuai kebutuhan dari pengguna (user) dan stakeholder. Penggunaan metode ini dibagi menjadi empat fase, yaitu fase insepsi (inception), fase elaborasi (elaboration), fase konstruksi (construction) dan fase transisi (transition). Dua fase yang diperlukan untuk melakukan suatu perancangan adalah fase insepsi (inception) dan fase elaborasi (elaboration). Fase insepsi (inception) adalah tahapan pertama dalam menemukan permasalahan pada sistem, pembatasan ruang lingkup proyek, dan berguna dalam mendapatkan persetujuan dari stakeholder mengenai sumber dana dan tujuan dari suatu proyek. Fase inception pada penelitian ini yaitu melakukan pemodelan proses bisnis as-is &
to-be, analisis permasalahan, analisis pemangku
kepentingan, analisis perbaikan, pengujian proses bisnis, analisis kebutuhan sistem dan indentifikasi fitur. Fase elaborasi (elaboration) yang terdiri dari pemodelan diagram use case, spesifikasi use case, perancangan sequence
diagram, class diagram, perancangan basis data,
serta perancangan antarmuka. Tujuan fase elaborasi adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai kebutuhan suatu pengguna, mengetahui syarat yang diperlukan, dan untuk mengetahui fungsi utama dalam membuat suatu perangkat lunak.
Gambar 1. Alur metodologi penelitian 3. PEMODELAN PROSES BISNIS
Gambar 2. Pemodelan Proses Bisnis Permintaan Layanan IT (Pengadaan Perangkat IT, Izin Akses Data, dan Perbaikan Perangkat IT) Saat Ini (As-Is)
Pada proses bisnis saat ini (as-is), pengajuan permintaan layanan IT pada Departemen IT Eratex Djaja Probolinggo dilakukan dengan cara pemohon yang mengisi formulir permintaan sesusai dengan jenis permintaan layanannya. Dalam penelitian ini layanan-layanan yang dibahas dibagi menjadi tiga jenis yaitu permintaan pengadaan perangkat IT, permintaan perbaikan pereangkat IT, dan permintaan izin akses data. Pemodelan proses bisnis untuk ketiga layanan tersebut dijabarkan dengan Business
Process Model and Notation (BPMN) (gambar
2). BPMN merupakan diagram alir yang dapat mendefinisikan dan memberikan suatu permodelan dalam proses bisnis (White dan Miers, 2008).
Setelah melakukan pemodelan proses bisnis saait ini (as-is), penulis melakukan kegiatan wawancara dengan Supervisor Departemen IT PT Eratex Djaja Probolinggo untuk menganalisis permasalahan pada proses bisnis permintaan pengadaan perangkat dan layanan IT PT Eratex Djaja Probolinggo saat ini. Hasil dari wawancara tersebut didapatkan beberapa permasalahan yang dapat dilakukan analisis terhadap permasalahan dengan pihak yang dipengaruhi, dampak, dan solusi yang ditawarkan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada seperti yang dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Permasalahan
Masalah 1. Pembuatan laporan rekapitulasi permintaan layanan IT yang dilakukan oleh Departemen IT
memakan waktu yang lama karena memeriksa satu-persatu formulir yang disimpan.
2. Formulir permintaan layanan IT yang diterima oleh Departemen IT dapat hilang sebelum diarsipkan. Memengaruhi Supervisor dan Staff Departemen
IT
Dampak 1. Ketidakefisienan waktu dan sumber daya manusia yang terbuang untuk membuat laporan rekapitulasi. 2. Data laporan rekapitulasi
tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Solusi Menyediakan sebuah sistem
yang dapat mengelola data permintaan layanan IT secara online untuk memudahkan proses penelusuran permintaan, pengarsipan dan penyusunan laporan rekapitulasi.
Gambar 3. Pemodelan Proses Bisnis Permintaan Layanan IT (Pengadaan Perangkat IT, Izin Akses Data, dan Perbaikan Perangkat IT) Rekomendasi
(To-be)
Dalam proses bisnis rekomendasi permintaan layanan IT terdapat perubahan yaitu pada proses permintaan layanan IT, persetujuan permintaan, serta pembagian tugas kepada staff Departemen IT dilakukan dengan sistem. Pemodelan proses bisnis rekomendasi (to-be) tersebut dijabarkan dengan BPMN pada Gambar 3.
4. ANALISIS PERSYARATAN SISTEM Sebelum melakukan analisis persyaratan
sistem, penulis mekalukan analisis pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan yang ada pada penelitian ini antara lain merupakan sejumlah pihak yang terlibat dalam Sistem Informasi Permintaan Pengadaan Perangkat dan Layanan IT yang dikembangkan. Terdapat tiga tipe pemangku kepentingan yaitu pemilik, pengelola, dan pengguna. Tipe-tipe pemangku kepentingan dijelaskan lebih pada Tabel 2. Setelah melakukan analisis pemangku kepentingan, penulis melakukan analisis tipe pengguna. Tipe pengguna yang ada pada penelitian ini merupakan jenis pengguna yang akan menggunakan Sistem Informasi Permintaan Pengadaan Perangkat dan Layanan IT yang akan dikembangkan. Tipe-tipe pengguna dijelaskan pada Tabel 3. Kemudian identifikasi fitur dibuat dengan mengacu kepada hasil analisis pada kebutuhan pengguna dan pemangku kepentingan yang sudah dibuat sebelumnya. Daftar fitur dijabarkan pada Tabel 4.
Tabel 2. Tipe Pemangku Kepentingan
Tipe Pemangku Kepentingan Deskripsi Pemangku Kepentingan
Pemilik Pihak pemilik sekaligus penanggungjawab sistem yang akan dibuat Departemen IT PT Eratex Djaja Probolinggo (Supervisor IT & Staff IT) Pengelola Pihak yang
memiliki dan yang akan mengelola sistem yang akan dibuat
Departemen IT PT Eratex Djaja Probolinggo (Supervisor IT & Staff IT) Pengguna Pihak yang akan
akan menggunakan sistem yang akan dibuat
Karyawan PT Eratex Djaja Probolinggo
Tabel 3. Tipe Pengguna
Tipe Pengguna
Deskripsi
Pengguna
User Pihak yang menggunakan sistem secara langsung
Supervisor IT, Staff IT,
Pemohon, Atasan Pemohon (Manager/Kepala Departemen) PT Eratex Djaja Probolinggo
Tabel 4. Daftar Fitur
Kode Fitur Nama Fitur Prioritas
FIT-01 Login Mo
FIT-02 Melakukan permintaan Mo
Kode Fitur Nama Fitur Prioritas pengadaan perangkat IT
FIT-03 Melakukan permintaan Izin akses data
Mo FIT-04 Melakukan permintaan
perbaikan perangkat IT
Mo FIT-05 Memberikan persetujuan
permintaan layanan IT
Mo FIT-06 Melihat daftar permintaan
layanan IT yang diterima atasan pemohon
S
FIT-07 Melihat daftar permintaan layanan IT yang dibuat pemohon
S
FIT-08 Melihat seluruh daftar permintaan layanan IT
Mo FIT-09 Lacak status (progress) S FIT-10 Membagi tugas kepada
staff IT
Mo FIT-11 Konfirmasi penyelesaian Mo FIT-12 Melihat detail data
permintaan layanan IT S FIT-13 Export data permintaan
layanan IT
Mo
FIT-14 Reporting Mo
FIT-15 Melihat master data Mo FIT-16 Menambah master data Mo FIT-17 Menonaktifkan master data Mo FIT-18 Melihat data user Mo
FIT-19 Menambah user Mo
FIT-20 Mengubah data user Mo FIT-21 Menonaktifkan user Mo
FIT-22 Melihat bantuan S
FIT-23 Menambah Bantuan S FIT-24 Mengubah Bantuan S FIT-25 Mengubah password S
FIT-26 Dashboard S
FIT-27 Logout Mo
Untuk mendapat suatu gambaran mengenai tekstual dari setiap interaksi yang akan timbul antara pengguna (user) dan sistem, maka selanjutnya melakukan suatu pemodelan dengan menggunakan suatu diagram yaitu diagram use
case. Melalui diagram ini, syarat-syarat yang
diperlukan sistem dapat lebih mudah dipahami seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram Use Case
Spesifikasi dari use case mencakup penjelasan secara detail dari use case, meliputi deskripsi serta tahapan alur dari setiap use case. Spesifikasi dari use case Melakukan Permintaan Pengadaan Perangkat IT dapat diIihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Tabel Spesifikasi Use Case Melakukan
Permintaan Pengadaan Perangkat IT Kode Use
Case
UC-02 Kode Fitur FIT-02
Brief Description
Use case ini mendeskripsikan
bagaimana aktor dalam melakukan permintaan pengadaan perangkat IT.
Actor Pemohon
Basic Flows of Events
1. Aktor memilih menu “Permintaan Pengadaan Perangkat IT”. 2. Sistem menampilkan form isian
permintaan pengadaan perangkat IT yang terdiri dari jenis perangkat IT, alasan permintaan baru/penggantian, spesifikasi perangkat IT, dan kebutuhan
budget.
3. Aktor mengisi form permintaan pengadaan perangkat IT secara lengkap lalu menekan tombol “Submit”.
4. Sistem menjalankan proses validasi dari setiap data yang dimasukkan serta menyimpan data transaksi permintaan dengan status “menunggu persetujuan” dan memberikan ID transaksi. 5. Sistem mengirim notifikasi
kepada atasan aktor untuk memberikan persetujuan. 6. Selesai
Alternative Flows
4a: Inputan tidak sesuai
1. Jika data inputan tidak sesuai atau kosong, makan sistem menampilkan pesan error.
Pre-Conditions
Aktor telah berada dalam sistem.
Post-Conditions
Data permintaan permintaan pengadaan perangkat IT disimpan dan sistem mengirimkan notifikasi kepada atasan Aktor
5. PERANCANGAN SISTEM
Dari spesifikasi use-case, didapatkan alur kerja dan interaksi aktor dengan sistem. Kemudian, sequence diagram dibuat untuk menjelaskan bentuk interaksi dari setiap objek dan urutan tiap proses yang akan dilakukan oleh sistem untuk memenuhi tujuan pada use case. Kelakukan objek dalam use case digambarkan sequence diagram dengan menjelaskan waktu hidup objek (object) dan pesan (message) yang
dikirim ataupun yang diterima pada setiap objek (Sukamto dan Shalahudin, 2014). Sequence
diagram dari use case Melakukan Permintaan
Pengadaan Perangkat IT dapat dilihat dalam Gambar 5.
Gambar 5. Sequence Diagram Melakukan
Permintaan Pengadaan Perangkat IT
Setelah sequence diagram selesai dibuat, dilakukan perancangan class diagram. Class
diagram ini dibuat dengan mengacu pada sequence diagram yang sudah dibuat sebelumnya. Yasin (2012) berpendapat bahwa
class diagram adalah sebuah spesifikasi dimana
jika dilakukan instansiasi, maka akan dapat menghasilkan suatu objek. Spesifikasi disini merupakan inti dalam pengembangan dan desain dengan berorientasikan pada objek. Class
diagram yang dihasilkan pada bagian ini
meliputi diagram kelas model dan controller. Hasil dari perancangan class diagram yang sudah dibuat lebih jelasnya dapat diihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Class Diagram
Tujuan dalam perancangan basis data adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran dari
suatu basis data yang digunakan pada proses penyimpanan seluruh data dalam sistem. Perancangan ini direpresentasikan dalam bentuk
Logical Data Model. Perancangan basis data
dapat diliihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Logical Data Model
Perancangan screen flow dilakukan untuk menentukan hubungan antar halaman dalam sistem yang dirancang. Screen Flow dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Screen Flow
Perancangan antarmuka dilakukan dengan metode prototyping bootstrap. Bootstrap adalah
framework yang menggunakan bahasa pemrograman HTML atau Hypertext Markup
Language, CSS atau Cascading Style Sheet, dan JavaScript untuk membuat tampilan antarmuka/ prototype sebuah website. Rancangan antarmuka
dari halaman Formulir Permintaan Pengadaan
Perangkat IT dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Antarmuka Formulir Permintaan
Pengadaan Perangkat IT 6. EVALUASI
Evaluasi penelitian ini menngunakan metode
Requirement Consistency Analysis (RCA) dan Cognitive Walkthrough (CW). Metode evaluasi
pertama dilakukan dengan menggunakan meetode RCA. Requirement consistency analysis merupakan metode dalam evaluasi yang
memiliki tujuan yaitu untuk mengukur konsistensi dalam pendefinisian kebutuhan yang ada di dalam suatu sistem. Terdapat empat tahapan dalam evaluasi RCA, yaitu layer
configuration items (LCI), configuration structure (CS), consistency analysis method (CAM), dan terakhir yaitu requirement consistency index (RCI). Pada tahap pertama
yaitu layer and configuration items, memiliki empat lapisan dalam menganalisis kebutuhan pengguna yaitu business layer (BL), process
layer (PL), requirement layer (RL), dan specification layer (SL). Tahap kedua adalah configuration structure yang mendefinisikan
semua hal yang terdapat pada tahap pertama. Pada tahap kedua ini menghasilkan 4 business
layer (BL), 13 process layer (PL), 17 requirement layer (RL), dan 27 specification layer (SL). Kemudian, tahap ketiga adalah consistency analysis method. Tahap ini menjelaskan diagram koneksi dari tiap relasi yang didefinisikan di tahap pertama dan yang kedua. Diagram tersebut bisa dilihat pada Gambar 10.
Kemudian tahap terakhir yaitu requirement
consistency index. Pada tahap ini dilakukan
pendefinisian dari tiap kebutuhan yang sudah dibuat. Perhitungan RCI menggunakan rumus:
𝑅𝐶𝐼 = 𝐴 (𝐵 + 𝐶)
Dengan rumus perhitungan tersebut dihasilkan kesimpulan nilai :
• Total kebutuhan (A) yang konsisten sebanyak 61
• Total elemen kebutuhan (B) sebanyak 61 (masuk pada nilai B), yaitu 4 business
layer, 13 process layer, 17 requirement layer, dan 27 spesification layer
• Total kebutuhan yang tidak bisa didefinisikan (C) berjumlah 0
Dengan rumus diatas maka dapat ditemukan hasil nilai RCI Sistem Informasi Permintaan Pengadaan Perangkat dan Layanan IT yaitu 100%. Hasil membuktikan bahwa setiap elemen pada layer yaitu bersifat konsisten.
Gambar 10. Consistency Analyis Diagram Evaluasi kedua dilakukan menggunakan
metode Cognitive walkthrough (CW), yaitu dengan cara melakukan verifikasi pada
prototype yang telah dibuat. Evaluasi CW
memberikan informasi bagaimana pengalaman pengguna pada saat menggunakan prototype
system (Dix dkk., 2004). Pengguna merupakan
evaluator atau penilai yang menjalankan suatu serangkaian proses sesuai use case yang sudah ada. CW selanjutnya dievaluasi dari segi tujuan, antarmuka pengguna, dan umpan balik bagi user atau pengguna. Evaluasi dapat dilakukan oleh pengguna sistem dengan menjalankan perintah dari semua tes skenario use case yang telah dimiliki oleh setiap pengguna.
• Hasil Evaluasi Supervisor Departemen IT
Evaluasi ini dilakukan oleh supervisor Departemen IT selaku ketua dari Departemen IT di PT Eratex Probolinggo. Evaluator merupakan salah satu pengguna yang menggunakan sistem. Kesimpulan yang didapatkan dari Hasil evaluasi yaitu setiap skenario tugas yang dijalankan sudah memenuhi harapan pengguna disertai masukan mengenai tata letak antarmuka.
• Hasil Evaluasi Staff Departemen IT Evaluasi ini dilakukan oleh staff Departemen IT selaku anggota dari Departemen IT di PT Eratex Probolinggo. merupakan salah satu pengguna yang menggunakan sistem. Kesimpulan yang didapatkan dari Hasil evaluasi yaitu setiap skenario tugas yang dijalankan sudah memenuhi harapan pengguna disertai beberapa saran untuk menambahkan info tambahan pada beberapa halaman.
7. KESIMPULAN
Fase inception menghasilkan proses bisnis
to-be yang dapat mempercepat dan mempermudah proses pengajuan permintaan pengadaan perangkat dan layanan dan proses pembentukan laporan rekapitulasi. Hal tersebut dapat dilihat pada pemangkasan dan automatisasi proses permintaan pengadaan perangkat dan layanan IT yang sebelumnya dilakukan dengan mengisi formulir kertas di kantor Departemen IT serta proses perekapan yang dilakukan dengan memeriksa satu-persatu formulir yang telah diterima Departemen IT. Hasil analisis Kebutuhan pada penelitian ini menghasilkan 4 fitur utama, 27 kebutuhan fungsional, dan 1 kebutuhan non-fungsional.
Fase elaborasi menghasilkan 4 fitur utama sistem, 19 kebutuhan fungsional, 4 kebutuhan non-fungsional, pemodelan diagram use case, perancangan sequence diagram, perancangan
class diagram, logical data model, dan
perancangan antarmuka pengguna.
Evaluasi analisis dan perancangan dilakukan dengan metode Requirement Consistency Analysis dan Cognitive Walkthrough. Pada
evaluasi Requirement Consistency Analysis didapatkan hasil RCI yaitu sebesar 100% yang berarti setiap layer yang terdapat pada Sistem Informasi Pengadaan Perangkat dan Layanan IT saling berhubungan dan konsisten. Kemudian hasil evaluasi Cognitive Walkthrough yang dilakukan oleh Supervisor dan Staff Departemen IT menunjukkan bahwa seluruh fungsi yang terdapat dalam sistem ternyata telah sesuai dengan tahap harapan pengguna. Antarmuka pengguna sistem sudah cukup baik tetapi pada halaman dashboard disarankan untuk menambahkan fitur daftar permintaan yang ditolak dan pada halaman daftar permintaan ditambahkan filter berdasarkan jenis perangkat. 8. DAFTAR PUSTAKA
Dix, A. et al. (2004) Human-Computer
Interaction. 3rd edn, Chemical Communications. 3rd edn. Essex: Pearson
Education Limited. doi:
10.1039/c1cc14592d.
Kroll, P. and Kruchten, P. (2003) Rational
Unified Process Made Easy: A Practitioner’s Guide to the RUP, Trial.
Addison Wesley.
Mohd, H. et al. (2016) ‘Adapting Rational Unified Process (RUP) approach in designing a secure e-Tendering model’,
AIP Conference Proceedings, 1761. doi:
10.1063/1.4960906.
Pressman, R. S. (2010) Software Engineering A
Practitioner’s Approach. New York:
McGraw-Hill. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004. Sukamto, R. A. and Shalahudin, M. (2014)
Rekayasa Perangkat Lunak : Terstruktur dan Berorientasi Objek. Bandung: Informatika.
White, S. A. P. . and Miers, D. (2008) BPMN
Modeling and Reference Guide. Florida:
Future Strategies Inc.
Yasin, V. (2012) Rekayasa Perangkat Lunak
Berorientasi Objek: Pemodelan, Arsitektur dan Perancangan (Modeling, Architecture and Design), MITRA WACANA MEDIA. Jakarta.