• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul Skripsi : Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan Menggunakan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin Pada Anak Kelompok B Di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung. - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Judul Skripsi : Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan Menggunakan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin Pada Anak Kelompok B Di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung. - Test Repository"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF KOTAK PINGUIN

PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MASYITHOH NGLONDONG KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

AMIROTUL ANISAH NIM 11613037

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF KOTAK PINGUIN

PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MASYITHOH NGLONDONG KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

AMIROTUL ANISAH NIM 11613037

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

“Dengan kesederhanaan hidup bukan berarti tidak ada kebahagian, kebahagian ada

pada seberapa besar keberartian hidup kita untuk hidup orang lain dan sekitar,

seberapa besar kita menginspirasi mereka. Kebahagian ada pada hati yang bersih,

lapang dan bersyukur dalam setiap penerimaan...”

(Tere Liye. Amelia, Serial Anak-Anak Mamak.2013)

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan impianku:

1. Kedua orangtuaku, Bapak Muntaha dan Ibu Mustaqimah yang tidak pernah berhenti sedetikpun untuk memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat, dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak dapat tergantikan. Dalam setiap hembusan nafasku ini terselip doa untukmu Ayah dan Ibu. Jika belum pernah kau dengar ucapan terimakasihku, ketahuilah doaku ini. Semoga Allah SWT menyayangi kalian, sebagaimana kalian mengasihiku dari dulu hingga kini, dan untuk selamanya.

2. Guru-guruku yang hebat dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi yang penulis sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran. Semoga Allah SWT membalas semua jasamu.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan Menggunakan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin pada Anak Kelompok B di RA Masyithoh

Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung Tahun Pelajaran 2017/2018 bisa diselesaikan.

Shalawat dan salam penulis haturkan kepada sang teladan utama, Nabi Muhammad Saw, juga kepada para sahabat, keluarga dan orang yang istikomah mengikuti petunjukNya.

Penulisan Skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK.

3. Ibu Dra. SitiAsdiqoh, M.Si selaku ketua jurusan PIAUD. 4. Ibu Eva Palupi, S.Psi selaku dosen pembimbing akademik.

(10)

x

5. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis skripsi ini.

6. Bapak Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yeng telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini

7. Ibu Afinaturrosida, S.Pd.i selaku Kepala Sekolah RA Masitoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung yang telah memberikan dukungan dan kesempatan penulis.

8. Ibu Rodliyatun selaku Guru Kelompok B RA Masitoh Nglondong yang telah banyak membantu dan membimbing penulis.

9. Dewan guru RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung.

10. Siswa-siswi kelompok B RA Masitoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung.

11. Bapak dan Ibu Penulis (Bapak Muntaha dan Ibu Mustaqimah), Azhar Mustofa, Yani, dan Arda Sulis (Kakak penulis), dan Farid (Adik penulis) yang senantiasa memberikan dukungan berupa moril, materil, dan spiritual kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku tercinta, Wiwin, Riza, Ulfa, Gendut, dan Luki yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

13. Teman-teman Jurusan PIAUD angkatan 2013 di IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

(11)

xi

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih atas bantuan dan dorongannya.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun. Hanya untaikan kata terimakasih yang bisa penulis sampaikan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Penulis berharap apabila ada penulisan dan penyusunan skripsi ini kurang memenuhi syarat, pembaca hendak memberikan saran maupun kritik yang membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Salatiga, 13 Agustus 2017

(12)

xii ABSTRAK

Anisah, Amirotul. 2017. Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan Menggunakan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin pada Anak Kelompok B di RA Masyithoh

Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung Tahun Pelajaran 2017/2018. Sripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kegguruan. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Siti Rukhayati, M.Ag.

Kata Kunci : Berhitung Permulaan, Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin. Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin pada anak kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah kegiatan belajar mengajar kurang maksimal karena minimnya alat permainan edukatif. Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah apakah alat permainan edukatif kotak pinguin dapat mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (action research) sebanyak dua siklus. Tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah untuk mengetahui bahwa dengan menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin dapat mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018.

Penelitian ini dilaksakan dalam dua siklus, satu siklus dilakukan sebanyak dua kali tindakan penelitian. Pada tiap siklus terdapat 4 komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah kelompok B sebanyak 22 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 13 perempuan, dilaksanakan di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018. Teknik pengumpulan data antara lain dengan lembar observasi dan lembar tes selama tindakan dan dokumentasi kegiatan pembelajaran.

Penelitian menunjukkan bahwa alat permainan edukatif kotak pinguin dapat mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018. Total peningkatan yang terjadi dari sebelum tindakan sampai Siklus II sebesar 64%, yaitu dari 30% menjadi 94%. Hasil penelitian ini sudah memenuhi indikator

pencapaian sebesar 85% yang ditetapkan sekolah.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR BERLOGO

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

(14)

xiv

F. Definisi Operasional ... 10

G. Metode Penelitian ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berhitung Permulaan ... 23

1. Pengertian Kemampuan Berhitung Permulaan ... 23

2. Tahapan Berhitung Permulaan ... 26

3. Prinsip Berhitung Permulaan ... 30

4. Metode Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan ... 31

5. Program Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan ... 33

B. Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin ... 38

1. Pengertian Alat Permainan Edukatif ... 38

2. Manfaat Permainan Edukatif ... 38

3. Kriteria Pemilihan Alat Permainan Edukatif yang Tepat untuk Anak... 39

(15)

xv

4. Jenis-jenis Alat Permainan Edukatif... 40

5. Pengertian Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin ... 40

6. Pembuatan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin ... 41

7. Cara Perawatan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin ... 42

8. Cara Memainkan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin ... 42

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 43

1. Profil Sekolah ... 43

2. Waktu Penelitian... 50

3. Subjek Penelitian ... 50

B. Pelaksanaan Penelitian ... 51

1. Pra Siklus ... 51

2. Siklus I ... 52

3. Siklus II... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus... 63

B. Pembahasan ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

(16)

xvi

B. Saran ... 85 C. Penutup ... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak ... 19

Tabel 1.2 Lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus dengan Indikator Keberhasilan ... 20

Tabel 2.1 Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK/RA... 34

Tabel 3.1 Daftar Nama Guru RA Masyithoh Nglondong ... 47

Tabel 3.2 Daftar Nama Siswa Kelompok B ... 50

Tabel 4.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak ... 63

Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus ... 64

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra Siklus ... 65

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru Pra Siklus ... 67

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Siswa Pra Siklus ... 68

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Siklus I ... 69

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ... 71

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ... 72

(18)

xviii

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Siklus II ... 73

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ... 75

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ... 76

Tabel 4.12 Perbandingan Hasil Pencapaian Pra Siklus dengan Indikator

Pencapaian ... 77

Tabel 4.13 Rekapitulasi Data Pra Siklus ... 78

Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus I dengan Indikator

Pencapaian ... 79

Tabel 4.15 Rekapitulasi Data Siklus I ... 80

Tabel 4.16 Perbandingan Hasil Pencapaian Silus II dengan Indikator

Pencapaian ... 80

Tabel 4.17 Rekapitulasi Data Siklus II ... 81

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Suharsimi Arikunto... 13

Gambar 2.1 Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin ... 41

Gambar 3.1 Struktur Organisasi RA Masyithoh Nglondong ... 48

Gambar 3.2 Materi Siklus I ... 54

Gambar 3.3 Materi Siklus II... 60

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan... 82

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 5 Indikator Tiap Siklus yang Diamati

Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa

Lampiran 7 Lembar Observasi Guru

Lampiran 8 Wawancara

Lampiran 9 Cacatan Lapangan

Lampiran 10 RKH

Lampiran 11 Dokumentasi Foto Penelitian

Lampiran 12 Lembar Kerja Anak

Lampiran 13 SKK

Lampiran 14 Daftar Riyawat Hidup

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini, tuntutan untuk mengembangkan potensi dalam diri manusia sangatlah penting agar tidak tergeser oleh persaingan yang semakin lama semakin kompleks, salah satunya dengan mendapatkan pendidikan yang benar sehingga potensi manusia dapat dikembangkan secara maksimal. Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik peserta didik (Sukmadinata, 2006:1). Hal ini mendorong lembaga-lembaga sekolah untuk selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan agar lebih berkualitas dan dapat mengikuti perkembangan zaman.

Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pedidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Siti Aisyah, 2014: 1.13).

(22)

2

kepribadian dan kecerdasan yang sebenarnya telah dimiliki anak merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran di pendidikan anak usia dini. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru hendaknya memberi kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi, kecerdasan dan kreativitasnya sesuai dengan usia perkembangannya.

Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age), yang pada masa ini stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Perlu disadari bahwa masa ini adalah masa terpenting dalam rentang kehidupan seorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat (eksplosif).

Mengingat pentingnya masa ini, maka peran stimulasi berupa peyediaan ligkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik, baik orang tua, guru, pengasuh, atau orang dewasa lain yang ada disekitar anak, sehingga anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Seorang pendidik berperan penting dalam mengembangkan potensi anak. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (E. Mulyasa, 2003:53). Pengembangan potensi yang sebenarnya telah dimiliki oleh setiap anak merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran di pendidikan anak usia dini. Potensi yang dimaksud meliputi aspek perkembangan moral dan nilai agama, sosial emosion

(23)

3

bahasa, kognitif, fisik-motrik, dan seni. Pendidikan anak usia dini diberikan pada awal kehidupan anak untuk dapat berkembang secara optimal.

Salah satu bidang pengembangan yang diajarkan di pendidikan anak usia dini adalah bidang kognitif. Pengembangan kognitif bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan macam-macam alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilih dan mengelompokkan, dan pesiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti.

Pada kemampuan kognitif tersebut anak diharapkan dapat mengenal konsep sains dan matematika sederhana. Salah satu bidang matematika adalah berhitung. Berhitung merupakan dasar dari berbagai ilmu yang dipakai dalam setiap kehidupan manusia. Dalam setiap aktivitasnya manusia tidak dapat terlepas dari peran matematika didalamnya, mulai dari penambahan, pengurangan, pembagian sampai perkalian.

(24)

4

berarti lebih dari sekedar menghitung. Ketika kepekaan terhadap bilangan anak berkembang, anak menjadi semakin tertarik pada hitung menghitung.

Namun pada kenyataannya, dilembaga pendidikan anak usia dini dalam pembelajaran berhitung khususnya di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung masih dijumpai berbagai masalah, salah satunya yaitu pembelajaran seringkali kurang menarik bagi anak. Ada beberapa hal yang menyebabkan demikian, diantaranya adalah bahasa tubuh guru yang masih kaku, penyajian yang kurang menarik, dan alat permainan yang sangat minim, serta pada proses pembelajarannya guru dalam memperkenalkan matematika terutama berhitung pada anak didik masih menggunakan cara hafalan atau ceramah, menggunakan proses pengajaran secara klasikal atau konvensional atau pembelajaran langsung yang berpusat pada guru dengan pemberian tugas pada LK (lembar kerja), atau majalah. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) guru dan anak didik kurang semangat, anak cenderung bosan dengan tugas yang diberikan dan akhirnya menyepelekan pelajaran yang akhirnya kegiatan belajar mengajar (KBM) terhambat dan kurang maksimal.

(25)

5

30%, dan yang belum mampu berhitung sebesar 70%, yang artinya masih banyak anak yang belum optimal dalam kegiatan berhitung.

Sebagai guru pendidikan anak usia dini menyadari bahwa pendidikan ditingkat ini media (alat permainan) sangat diperlukan. Karena pembelajaran perlu disampaikan dengan cara bermain. Maria Montesori berpendapat bahwa anak belajar melalui tangannya, guru diharapkan menjelaskan sebuah materi secara konkrit. Montesori berprinsip bahwa pendidikan harus berpegang pada keseimbangan (cosmic plan). Karena itu dia menciptakan alat peraga yang berupa duplikasi. Untuk menjelaskan tentang pohon, guru tidak harus menebang pohon melainkan dengan alat peraga.

Mengacu pada UU RI Nomor 20 pasal 40, ayat (2) tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi: “Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban: (1)

menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya”.

(26)

6

menggunakan media alat peemainan edukatif kotak pinguin adalah dapat mengembangkan pengetahuan dasar mengenai konsep berhitung dengan menggunakan benda-benda real yang dekat dengan lingkungan anak yang dikemas dalam kegiatan bermain.

Media alat permainan edukatif kotak pinguin ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada anak dan dapat menambah kualitas pengajaran dan pendidikan di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung sehingga dapat menumbuhkan tunas bangsa yang berintelektual dan religius. Sebagaimana dalam ayat Al-Qur‟an yang menganjurkan umat manusia untuk menuntut ilmu, yang tertuang pada Q.S Al-„Alaq ayat 1-5, Allah SWT berfirman yang berbunyi:

Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakanmu, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan

Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam. (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

(27)

7

Berdasarkan pada uraian diatas maka penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN ALAT PERMAINANEDUKATIF KOTAK PINGUIN PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MASYITHOH NGLONDONG KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Apakah dengan menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaanpada anak kelompok B di RA Masyihoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah alat permainan edukatif kotak pinguin dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018.

D. Hipotesis Tindakan

(28)

8

dengan mempertimbangkan hasil kajian, guru memilih alternatif yang dianggap paling layak.

Menurut Sugiyono (2009:96), hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah:

“Jika alat permainan edukatif kotak pinguin digunakan dengan baik, maka dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018”.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah informasi, wawasan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang pendidikan bagi penyusun pada khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.

(29)

9

c. Memberi masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan inovatif, serta sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesional guru.

d. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif dalam merancang dan mengelola kegiatan yang menyenangkan untuk anak didik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orang tua

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan orang tua anak didik dapat meningkatkan kemampuan membimbing anak dalam berhitung, serta dapat memotivasi belajar anak didik guna memasuki jenjang sekolah selanjutnya. b. Bagi guru

1) Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.

2) Memudahkan guru untuk melatih keterampilan dan kesabaran dalam mengajarkan kegiatan berhitung.

3) Membantu guru memperbaiki pembelajaran. 4) Membantu guru berkembang secara professional. 5) Meningkatkan rasa percaya diri guru.

6) Memudahkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

c. Bagi anak didik

(30)

10

2) Memupuk dan mengembangkan kemampuan berfikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang maupun masa mendatang.

3) Meningkatkan proses/hasil belajar. d. Bagi sekolah

1) Dengan penelitian ini diharapkan kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien, serta dapat memberikan wawasan atau pengetahuan baru tentang peningkatan kemampuan berhitung menggunakan media alat peraga edukatif kotak penguin.

2) Membantu sekolah untuk berkembang karena ada peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah tersebut.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan pemahaman judul ini, maka penulis perlu memberi pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini:

1. Berhitung Permulaan

(31)

11

Berhitung merupakan dasar dari berbagai ilmu yang dipakai dalam setiap kehidupan manusia. Dalam setiap aktivitasnya manusia tidak dapat terlepas dari peran matematika didalamnya, mulai dari penambahan, pengurangan, pembagian, sampai perkalian, yang semuanya itu tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Mengingat begitu pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia, maka kemampuan berhitung ini perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai media dan metode yang tepat tanpa merusak pola perkembangan anak. Apabila anak belajar matematika melalui cara yang sederhana namun tepat dan mengena serta dilakukan secara konsisten dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan, maka otak anak akan terlatih untuk terus berkembang sehingga anak dapat menguasai dan bahkan menyukai matematika tersebut.

2. Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

Menurut Kemendiknas tentang pengembangan APE, alat permainan edukatif merupakan salah satu media pendukung yang memiliki pengaruh besar terhadap kesuksesan transfer ilmu atau pembelajaran. Alat permainan ini digunakan sebagai media untuk mempresentasikan materi abstrak yang dipelajari menjadi konkrit agar bisa menjadi lebih mudah dipahami oleh anak.

(32)

12

kotak pinguin ini dapat dimainkan anak di dalam ruangan dengan diletakkan diatas meja, dapat dibongkar pasang, dijinjing, dan lain sebagainya.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas menurut Basrowi, Suwandi (2008:25) merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru dilapangan. Jadi, penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan dikelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada, meningkatkan kualitas proses belajar mengajar guru sehingga mampu menghasilkan anak didik yang berprestasi.

Alasan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas adalah karena peneliti terlibat langsung dalam penelitian. Dalam penelitian ini, anak yang ada di dalam kelas dijadikan objek penelitian, maka siswa yang berada didalam kelas tersebut adalah sebagai populasi yang diteliti.

(33)

13

Gambar 1.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Suharsimi Arikunto

Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018 yang

(34)

14

berjumlah 22 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 13 perempuan. Peneliti memilih kelompok B karena pada kelas tersebut terjadi suatu masalah yaitu hasil belajar anak didik dalam kegiatan kemampuan berhitung rendah, sehingga perlu dicari solusi pemecahannya.

3. Langkah-langkah Penelitian

Secara garis besar Penelitian Tindakan Kelas terdapat empat langkah kegiatan (siklus) yang lazim dilakukan. Menurut Arikunto (2006:16) keempat langkah tersebut adalah:

a. Tahap 1: Menyusun Rencana Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, maka peneliti minta masukan dari guru, kepala sekolah, dan teman sejawat.

b. Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap kedua dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan rancangan, yaitu melakukan tindakan kelas.

c. Tahap 3: Pengamatan (Observing)

(35)

15 d. Tahap 4: Refleksi (Reflecting)

Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan evaluasi diri atau dengan kata lain peneliti mengadakan “dialog” pada diri sendiri terhadap apa yang

telah dilakukannya. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan, kemudian hasil refleksi ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas adalah:

a. Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan menyusun untuk tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian perkembangan, indikator, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber belajar, serta hasil penelitian.

b. Tes buatan peneliti, yaitu berupa lembar penugasan yang dikerjakan oleh anak didik yang berupa anak memasangkan gambar dengan angka yang jumlahnya sesuai dengan gambar. Tes buatan peneliti tersebut digunakan untuk mendapatkan data kualitatif nantinya.

(36)

16

d. Wawancara, yang mana ditujukan kepada informan yaitu kepala sekolah dan guru pendamping kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang data atau profil sekolah dan pendapat guru sebelum dan sesudah menerapkan kegiatan belajar mengajar (KBM) menggunakan media alat permainan edukatif kotak pinguin.

e. Dokumentasi, peneliti membutuhkan dokumentasi meliputi: (1) Foto kegiatan pembelajaran

(2) RKH

(3) Data siswa, guru dan profil sekolah

f. Catatan lapangan yang diperlukan peneliti disini adalah catatan rinci tentang keadaan selama proses pembelajaran terjadi pada saat penelitian. Catatan lapangan diperoleh dari apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan oleh peneliti.

5. Pengumpulan Data

Ada sejumlah strategi pengumpulan data yang dapat digunakan, akan tetapi tidak semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh karena itu peneliti harus memilih strategi yang tepat. Adapun strategi yang digunakan peneliti antara lain, yaitu:

a. Metode observasi

(37)

17

kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004:104). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 panca inderanya yaitu penglihatan dan pendengaran. Menurut Sukardi (2009:78) menyatakan bahwa observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami. Dalam hal ini peneliti mengamati proses belajar, dan pemahaman selama pembelajaran berlangsung.

b. Metode dokumentasi

Tabroni (2003 : 158) mengemukakan metode dokumentasi adalah metode atau alat untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa cacatan, transkip buku, surat kabar, notulen.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang anak didik melakukan kegiatan sehari-harinya. Strategi ini menurut Sukardi (2009 : 81) untuk mendapatkan gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan sarana prasarana, dan keadaan siswa.

c. Tes

Menurut Depdiknas tahun 2006 tentang Penilaian di Taman Kanak-Kanak bahwa:

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu

tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga

menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut

yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh

(38)

18

Peneliti merancang lembar penugasan untuk anak didik sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai hasil penerapan metode pembelajaran menggunakan media alat peraga edukatif kotak pinguin, kemudian akan dianalisa dan diambil kesimpulannya.

6. Analisis Data

Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaah, pengelompokan, sistematis, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah (Subrayogo dan Tobroni, 2003:191).

Menurut Miles dan Huberman dalam Suprayogo dan Tabroni (2003:192), tahap analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data, penyaji data, dan menarik kesimpulan.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis yang bersifat diskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh melalui instrumen penelitian. Setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan ke dalam dua kelompok data yaitu kuantitatif yang berbentuk angka – angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata dan simbol.

(39)

19

Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan

Selain metode analisis diatas, peneliti juga menggunakan statistik sederhana untuk membantu mengungkapkan data sebagai upaya memperoleh data dan informasi secara lengkap.

Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak

Simbol Bintang Skor/ Nilai Kategori Kriteria/Ketentuan

1 Belum Muncul (BM) Jika anak mencoba, kurang tepat atau anak tidak mau mencoba.

2 Mulai Muncul (MM) Jika anak bisa dengan bantuan meniru teman

3 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

Jika anak bisa dengan bantuan awalan

4 Berkembang Sangat Baik (BSB)

Jika anak bisa tanpa bantuan

Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran maupun dari hasil tindakan yang telah dilakukan. Analisis data observasi terhadap guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran digunakan untuk melakukan refleksi, agar peneliti dapat menentukan tindakan yang dapat diambil pada siklus berikutnya. Analisi data terhadap anak dilakukan beberapa tahap seperti Mulyasa (2009 :101) yaitu :

1. Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan.

(40)

20

Presentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 % Jumlah skor maksimum

Presentase Keberhasilan Kelas= Total prosentase pencapaian kelas x 100% Jumlah siswa

3. Membuat tabulasi skor observasi pengamatan kemampuan berhitung permulaan menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin, adapun rancangan tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2 Lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus dengan

Indikator Keberhasilan

- Persentase pencapaian: diperoleh dari perhitungan persentase peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada masing-masing anak - Persentase keberhasilan :diperoleh dari persentase standar ketuntasan

belajar yang ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu standar keberhasilan hasil belajar tiap anak sebesar 85%

(41)

21

yaitu “B” artinya belum tercapai. Dan bila persentase pencapaian ≥ (lebih

dari atau sama dengan) persentase keberhasilan maka status pencapaian yatu “S” artinya sudah tercapai

5. Penelitian pada setiap Siklus akan berhasil bila anak sudah mencapai persentase yang telah ditentukan.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan serta memberikan gambaran selintas kepada para pembaca, maka penulisan skripsi ini dibuat sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan ini berisi beberapa masalah meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka

Pada bab ini akan membahas kemampuan berhitung permulaan pada anak, pengertian alat permainan edukatif, langkah pembuatan alat permainan edukatif kotak pinguin.

BAB III : Pelaksanaan Penelitian

(42)

22 BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB V : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran.

(43)

23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berhitung Permulaan

1. Pengertian Kemampuan Berhitung Permulaan

Salah satu kemampuan yang sangat penting bagi anak yang perlu dikembangkan dalam rangka membekali mereka, untuk bekal kehidupannya di masa depan dan saat ini ialah memberikan bekal kemampuan berhitung. Istilah kemampuan dapat didefinisikan dengan berbagai arti, tergantung dari sudut mana kita memandang tentang istilah ini.

(44)

24

Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi, serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berhitung adalah mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, dan sebagainya).

Berhitung yang dimaksud disini adalah berhitung permulaan yaitu berhitung 1-20 untuk anak usia 5-6 tahun yang bertujuan untuk melatih anak berfikir logis dan sistematis sejak dini dan mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.

Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berhitung permulaan adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuan dan karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan terdekat dari dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan pengurangan (Ahmad Susanto, 2011: 98).

(45)

25

bahasa (Suharsono, 2002: 79). Kemampuan matematis menuju ke arah berbicara, menulis, membaca dan mendengarkan. Kemampuan matematis dan kemampuan bahasa harus berjalan secara beriringan dan berkesinambungan.

Suriasumantri (2000: 204), mengungkapkan tentang pengertian matematika, bahwa matematika pada hakikatnya merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan maksud melalui matematika ini seseorang akan dapat mengatur jalan pikirannya. Dengan menguasai matematika dan berbagai teorinya, maka dimungkinkan seseorang dapat lebih sistematis dalam me-manage jalan pikirannya. Atau dengan kata lain, orang yang mahir atau menguasai teori-teori dalam matematika, maka orang ini akan mudah untuk mengatur jalan pikirannya, akan mudah dalam memecahkan berbagai kesulitan dan permasalahan yang dihadapinya.

Dalam kaitan ini, bahwa salah satu cabang matematika adalah berhitung. Berhitung merupakan dasar dari berbagai ilmu yang dipakai dalam setiap kehidupan manusia. Dalam setiap aktivitasnya manusia tidak dapat terlepas dari peran matematika didalamnya, mulai dari penambahan, pengurangan, pembagian, sampai perkalian, yang semuanya itu tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

(46)

26

dan mengena serta dilakukan secara konsisten dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan, maka otak anak akan terlatih untuk terus berkembang sehingga anak dapat menguasai dan bahkan menyukai matematika tersebut (Ahmad Susanto, 2011: 99).

Perlunya media dan metode yang tepat dalam pembelajaran matematika ini karena anak usia lima tahun belum dapat melakukan kegiatan berhitung dengan sesungguhnya (berhitung dengan bilangan abstrak). Masa ini anak berada pada tahap berhitung permulaan yaitu anak berhitung dengan benda-benda dari lingkungan terdekatnya dan situasi permainan yang menyenangkan, tujuannya anak mampu bermain dengan bilangan. Baru usia enam tahun anak mulai berkembang konsep bilangan sampai pada penigkatan ke tahap pengertian mengenai jumlah, konsep jumlah berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan, semakin tinggi kemampuan anak maka akan semakin mudah untuk memecahkan masalah yang lebih rumit (Ahmad Susanto, 2011: 99).

2. Tahapan Berhitung Permulaan

(47)

27

Berdasarkan Depdiknas (2000 : 7-8) tahapan yang dapat dilakukan untuk membantu mempercepat penguasaan berhitung melalui jalur matematika yaitu :

a. Tahap penguasaan konsep, dimulai dengan mengenalkan konsep atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda-benda yang nyata, seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung bilangan.

b. Tahap transisi, merupakan peralihan dari pemahaman secara konkret dengan menggunakan benda-benda nyata menuju kearah pemahaman secara abstrak.

c. Tahap pengenalan lambang, adalah dimana setelah anak memahami sesuatu secara abstrak maka anak dapat dikenalkan pada tingkat penguasaan terhadap konsep bilangan dengan cara meminta anak melakukan proses penjumlahan dan pengurangan melalui penyelesaian soal.

Tahapan bermain hitung atau matematika anak usia dini dengan mengacu pada hasil penelitian Jean Pieget tentang intelektual, yang menyatakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap pra operasional, maka penguasaan kegiatan berhitung/matematika pada anak usia dini akan melalui tahapan sebagai berikut:

a) Tahap konsep/pengertian

(48)

28

menghitung ini harus dilakukan dengan memikat, sehingga benar-benar dipahami oleh anak. Pada tahap ini guru atau orang tua harus dapat memberikan pembelajaran yang menarik dan berkesan, sehingga anak tidak menjadi jera atau bosan.

b) Tahap transisi/peralihan

Tahap transisi merupakan masa peralihan dari konkret ke lambang, tahap ini ialah saat anak mulai benar-benar memahami. Untuk itulah maka tahap ini diberikan apabila tahap konsep sudah dikuasai anak dengan baik, yaitu saat anak mampu menghitung yang terdapat kesesuaian antara benda yang dihitung dan bilangan yang disebutkan. Tahap transisi ini pun harus terjadi dalam waktu yang cukup untuk dikuasai anak.

c) Tahap lambang

Tahap dimana anak sudah diberi kesempatan menulis sendiri tanpa paksaan, yakni berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk, dan sebagainya jalur-jalur dalam mengenalkan kegiatan berhitung atau matematika.

(49)

29

nyata dengan lambang bilangan dan akhirnya anak akan memahami lambang bilangan.

Dienes dalam Reys (1998: 20), mengemukakan lima tahapan dalam berhitung, lima tahapan ini yaitu:

1. Permainan bebas (free play), adalah permainan yang aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan namun anak dapat belajar konsep, anak dapat belajar konsep bentuk dari konsep yang dibuatnya.

2. Generalisasi (generalization), adalah anak mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat pada konsep tertentu, mencari kesamaan sifat dalam suatu permainan, misalnya dengan bermain mengelompokkan bentuk-bentuk yang sama.

3. Representasi (representation), yaitu anak mencari sifat dari beberapa situasi sejenis.

4. Simbolisasi (symbolization), anak harus mampu merumuskan representasi dari setiap konsep dengan menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan verbal.

5. Formalisasi (formalization), ialah anak dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat baru konsep ini.

(50)

30

proses belajar yang diterapkan secara berlainan dalam kondisi belajar. Sembilan tahapan pengolahan informasi dalam belajar yang diterapkan oleh Gagne selalu ada dalam proses belajar dan sangat penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Kesembilan tahapan ini akan mempengaruhi hasil atau kompetensi pembelajaran yang diinginkan.

3. Prinsip Berhitung Permulaan

Berdasarkan Depdiknas (2000: 8), prinsip-prinsip dalam berhitung permulaan untuk mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak dikenalkan melalui permainan berhitung, dikenal ada beberapa prinsip mendasar yang perlu dipahami dalam menerapkan permainan berhitung, yaitu: a. Dimulai dari menghitung benda.

b. Berhitung dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit.

c. Anak berpartisipasi aktif dan adanya rangsangan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

d. Suasana yang menyenangkan.

e. Bahasa yang sederhana dan menggunakan contoh-contoh. f. Anak dikelompokkan sesuai dengan tahapan berhitungnya. g. Evaluasi dari mulai awal sampai akhir kegiatan.

(51)

31

Diungkapkan pula oleh Yew (2002: 2), beberapa prinsip dalam mengajarkan berhitung pada anak, diantaranya:

(1) buat pelajaran mengasikkan; (2) ajak anak terlibat secara langsung;

(3) bangun keinginan dan kepercayaan diri dalam menyelesaikan berhitung; (4) hargai kesalahan dan jangan menghukumnya;

(5) fokus pada apa yang anak capai.

Pelajaran yang mengasikkan dengan melakukan aktivitas yang menghubungkan kegiatan berhitung dengan kehidupan sehari-hari.

Dari prinsip-pripsip tersebut dapat dikemukakan bahwa pelajaran berhitung bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi merupakan pelajaran yang disenangi dinilai dari hati nuraninya sehingga anak akan merasa membutuhkan karena mengasikkan dan cara mengajarkannya pun harus tepat.

Prinsip-prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan berhitung permulaan yaitu kepandaian anak sudah lebih meningkat. Namun proses intelektualnya masih sempit dan cara berpikirnya masih belum terarah, dan harus diingat pula anak usia enam tahun sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan sederhana, seperti telah dapat menghitung 1-20.

4. Metode Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan

(52)

32

misalnya adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, bermain, atau pemberian tugas.

Menurut Renew (2002: 1), metode yang perlu diterapkan dalam mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak dilakukan dengan permainan-permainan yang menyenangkan, suasana belajar yang menggembirakan dan bagaimana anak tertarik untuk belajar. Suasana yang nyaman dan menyenangkan dapat membuat anak akan belajar angka dengan cara kreatif dalam suatu permainan berdasarkan tahapan-tahapan tertentu.

Metode yang digunakan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir anak serta mampu memecahkan masalah. Gordon & Browne dalam Moeslichatoen (1999: 14), mengemukakan tiga macam pola kegiatan yang dapat dilakukan agar tujuan dari metode yang diterapkan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Ketiga macam pola kegiatan tersebut adalah:

(1) kegiatan dengan pengarahan langsung dari guru. (2) kegiatan berpola semi kreatif.

(3) kegiatan berpola kreatif.

(53)

33

dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak agar metode tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, penerapan metode pembelajaran ini dapat dikombinasikan dengan metode lainnya. Metode yang dimaksud diantaranya: pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, mengucapkan syair, percobaan atau eksperimen, bercakap-cakap, bercerita, atau praktik langsung. Metode-metode ini dapat dipilih dan dikombinasikan dengan metode lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak pada saat itu diberi pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran berlangsung.

Metode yang dipilih disesuaikan dengan tahapan dan prinsip perkembangan berhitung pada anak, metode yang dikombinasikan dengan media dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan, seperti dengan permainan menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin untuk mengenalkan konsep penjumlahan dan pengurangan.

5. Program Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan

(54)

34 Tabel 2.1

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI TK/RA

KOMPETENSI

DASAR HASIL BELAJAR INDIKATOR

Anak mampu

o Membilang (mengenal) konsep

bilangan dengan benda-benda sampai 20.

o Membuat urutan bilangan 1-20

dengan benda-benda.

o Menghubungkan/memasangkan

lambang bilangan dengan benda-benda sampai 20 (anak tidak disuruh menulis).

o Membedakan dan membuat dua

kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama lebih banyak dan lebih sedikit.

o Menyebutkan hasil penambahan

dan pengurangan dengan benda sampai 20.

o Memperkirakan urutan berikutnya

setelah melihat bentuk lebih dari tiga pola yang berurutan. Misalnya: merah, putih, kuning dan biru.

o Meniru pola dengan menggunakan

berbagai benda.

(55)

35

untuk menyatakan suatu benda, menghitung secara sederhana, anak secara konkret dapat melakukan perbandingan lebih tinggi dan lebih banyak. Pada tahap permulaan praoperasional, anak masih sukar melihat hubungan dan mengambil keputusan secara konsisten.

Sesuai dengan petunjuk dari Depdiknas, setiap pengelola tenaga pendidik Taman Kanak-kanak wajib menggariskan tentang karakteristik perkembangan intelektual anak, khususnya pada anak 4-6 tahun, yaitu:

1. Membentuk permainan secara sederhana;

2. Menciptakan suatu bentuk dengan menggunakan tanah liat; 3. Menggunakan balok-balok menjadi bahan bangunan; 4. Menyebut dan membilang 1-20;

5. Memahami lambang bilangan;

6. Menghubungkan konsep dengan lambang bilangan; 7. Memahami konsep sama, lebih banyak, dan lebih sedikit; 8. Memahami penjumlahan dengan bena-benda;

9. Memahami waktu dengan menggunakan jam;

10. Menyusun kepingan puzzle secara sederhana menjadi utuh; 11. Memahami alat-alat untuk mengukur;

12. Memahami sebab akibat;

(56)

36

Dari poin-poin petunjuk teknis diatas dapat ditegaskan bahwa para pengelola tenaga pendidik anak usia dini atau Taman Kanak-kanak dalam program pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan kemampuan berhitung permulaan, maka terlebih dahulu memahami karakteristik perkembangan intelektual ank itu sendiri. Selain itu, jangan lupa model pembelajaran dalam rangka pengembangan kemampuan berhitung permulaan ini juga harus dikemas dalam bentuk bermain. Menurut para ahli psikolog, bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak yaitu: kesehatan, intelegensi, jenis permainan, lingkungan dan status sosial ekonomi. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi perkembangan anak dalam memahami berhitung permulaan (Ahmad Susanto, 2011: 106).

(57)

37

peningkatan ketahap pengertian mengenai jumlah. Konsep bilangan ini berhubungan dengan penambahan dan pengurangan, sehingga secara bertahap bilangan menjadi lebih jelas. Oleh karena itu, memahami konsep bilangan melalui permainan sangat penting, karena dengan permainan anak akan dapat cepat memahami maksud dari pembelajaran tersebut.

(58)

38

B. Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

1. Pengertian Alat Permainan Edukatif

Menurut Kemendiknas tentang Pengembangan APE (2010) alat permainan edukatif adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak. Alat permainan edukatif dapat berupa apa saja yang ada disekeliling kita, misalnya sapu, piring, gelas, sendok plastik, tutup panci, bangku kecil, dan lain-lain. Alat permainan edukatif digunakan oleh anak untuk bermain sambil belajar, artinya alat dan bermain itu sendiri merupakan sarana belajar yang menyenangkan.

2. Manfaat Alat Permainan Edukatif

Menurut Kemendiknas tentang Pengembangan APE (2010) manfaat alat permainan edukatif yaitu:

a. Alat permainan edukatif sangat membantu pertumbuhan fisik dan seluruh aspek perkembangan (moral dan agama, bahasa, kognitif, fisik, sosial-emosional dan seni).

(59)

39

3. Kriteria Pemilihan Alat Permainan Edukatif yang Tepat untuk Anak

Pendidik harus memiliki pengetahuan untuk memilih alat permainan edukatif yang tepat untuk anak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak, oleh karena itu pendidik harus mengetahui kriteria memilih alat permainan edukatif. Menurut Kemendiknas tentang Pengembangan APE (2010) antara lain:

a. Mengandung unsur edukatif.

b. Alat permainan tidak berbahaya bagi anak.

c. Dasar pemilihan alat permainan edukatif adalah minat dan kebutuhan anak terhadap mainan tersebut.

d. Alat permainan sebaiknya beraneka macam, sehingga anak dapat bereksplorasi dengan berbagai macam alat permainannya.

e. Tingkat kesulitan sebaiknya disesuaikan pada rentang usia anak. Permainan tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah bagi anak.

f. Dasar pemilihan alat permainan lebih ditekankan pada pertumbuhan fisik dan tingkat perkembangan anak secara individu bukan berdasarkan usia. Perkembangan biologis dan fisik pada anak yang umurnya sama dapat saja berbeda.

(60)

40

4. Jenis-jenis Alat Permainan Edukatif

Jenis-jenis alat permainan edukatif berdasarkan Kemendiknas tentang Pengembangan APE (2010) antara lain:

a. Alat permainan edukatif outdoor, adalah alat permainan edukatif yang digunakan diluar ruangan untuk melatih keterampilan fisik dan pengembangan aspek lainnya.

b. Alat permainan edukatif indoor, adalah alat permainan edukatif yang biasa digunakan di dalam ruangan untuk memberi motivasi dan merangsang anak agar melakukan eksplorasi dan bereksperimen sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi pengembangan anak, baik bahasa, kognitif, sosial-emosional, fisik, agama dan moral, dan seni.

5. Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

(61)

41

Gambar 2.1 Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

6. Pembuatan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

a. Alat dan bahan

Kardus bekas, pensil, penggaris, kain flannel, spidol, lem, gunting, dan cutter.

b. Langkah pembuatan

1) Buat pola penguin dan ikan pada kardus bekas 2) Potong kain flannel sesuai pola

(62)

42

7. Cara Perawatan

Cara perawatan alat permainan edukatif kotak pinguin ini sangat mudah, setelah digunakan alat permainan ini dapat di bersihkan dengan kemoceng terlebih dahulu kemudian di simpan didalam almari dengan tidak di tumpuk dengan barang lain.

8. Cara Memainkan Alat Permainan Kotak Pinguin

a. Guru membagi kelompok yang terdiri dari beberapa anak.

b. Guru memberikan alat permainan edukatif kotak pinguin pada setiap kelompok.

c. Anak memainkan alat permainan eukatif secara bergantian dengan memasukkan beberapa ikan dengan warna berbeda kedalam mulut pinguin, misalnya 2 ikan berwarna merah dan 3 ikan berwarna kuning.

d. Kemudian anak mengeluarkan ikan yang sudah dimakan pinguin melalui bagian belakang pinguin.

(63)

43

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah

a. Sejarah Berdirinya RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung

RA Masyithoh Nglondong berdiri pada 21 April 2001 oleh para tokoh Kementrian Agama dan para tokoh masyarakat Nglondong antara lain Bapak Choirun, Bapak Rohmat, H. Masduqi dan H. Mastur.

Pada awal berdirinya kegiatan belajar mengajar berlangsung di rumah penduduk, yaitu rumah bapak Masduqi yang di pinjam oleh RA Masyithoh Nglondong, namun letaknya kurang strategis. Proses pembelajaran yang sangat sederhana dan kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Administrasi yang diterapkan juga sangat sederhana, belum ada komputerisasi, segala bentuk laporan masih berupa tulisan tangan, bahkan hanya ada satu guru yang mengajar. Jumlah siswa pada awal berdiri sangatlah sedikit, yaitu 12 siswa saja. Namun lambat laun siswa semakin bertambah dan rumah yang ditempati untuk kegiatan belajar mengajar pun sudah tidak muat lagi.

(64)

44

Nglondong mengajak tokoh masyarakat untuk beramal jariyah dalam membeli tanah dan membangun gedung baru untuk memajukan RA Masyithoh Nglondong, pada tahun 2001 pembangunan telah jadi dengan 3 ruangan yaitu kantor, kelompok A dan kelompok B.

Pada tahun 2003 pihak sekolah mengajukan proposal kepada Kantor Gubernur Jawa Tengah melalui Disdikpora Kabupaten Temanggung dan Kantor Departemen Agama Wilayah Propinsi Jawa Tengah untuk membangun pagar keliling. Pada tahun 2005 dana tersebut terealisasi.

(65)

45

dipercaya masyarakat dalam menciptakan generasi yang sehat, cerdas, gembira dan berakhlak mulia.

b. Identitas Sekolah

1) Nama Sekolah : RA Masyithoh Nglondong 2) Provinsi : Jawa Tengah

3) Kabupaten : Temanggung 4) Kecamatan : Parakan

5) Desa : Nglondong

6) Kode Pos : 56254

7) Telepon : -

8) Fax/Email : -

9) Daerah : Pedesaan 10) Status Tanah : Bengkok 11)Status Bangunan : Milik Sendiri 12) Akreditasi : B

(66)

46

c. Letak Geografis RA Masyithoh Nglondong

Lembaga pendidikan RA MAsyithoh Nglondong tepatnya berada di Desa Nglondong Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung dengan kode pos 56254.

d. Visi, Misi dan Tujuan RA Masyithoh Nglondong

a. Visi

“Mengembangkan potensi anak secara sehat, cerdas dan mandiri

berdasarkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”

b. Misi

1) Membiasakan hidup bersih dan sehat

2) Membiasakan anak berperilaku sopan, ramah dan budi pekerti yang luhur

3) Menanamkan rasa percaya diri

4) Melatih kemandirian dan kedisiplinan 5) Merangsang kecerdasan dan kreativitas anak

6) Melaksanakan pembelajaran dengan prinsip bermain sambil belajar

c. Tujuan

(67)

47

dikemudian hari menjadi anak yang beriman kuat dan berakhlak mulia.

2) Mengembangkan aktivitas dan kreativitas anak melalui berbagai kegiatan edukatif, eksploratif, kreatif dan meyenangkan agar anak memiliki keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang bermanfaat dimasa mendatang.

3) Menyiapkan anak untuk mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kualitas yang baik secara intelektual dan religius.

e. Keadaan Guru

Adapun nama-nama guru di RA Masyithoh Nglondong terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Daftar Nama Guru RA Masyithoh Nglondong

No. Nama Tanggal Lahir Tanggal Mulai

Tugas

1 Afinaturrosida, S.Pd 25/08/1975 21 April 2001

2 Mustaqimah 05/07/1967 21 April 2001

3 Rodliyatun 14/04/1969 21 April 2001

f. Struktur Organisasi

(68)

48

Gambar 3.1 Struktur Organisasi RA Masyithoh Nglondong

g. Tata Tertib dan Pembiasaan di RA Masyithoh Nglondong

a. Berangkat sekolah harus datang lebih awal b. Bel masuk sekolah jam 07.30 WIB

c. Berbaris sebelum masuk kelas

d. Guru mendampingi anak dalam barisan

e. Anak masuk kelas dengan rapi satu per satu mengikuti guru f. Membalik absen

g. Duduk di kelas dengan rapi h. Memberi salam

i. Berdoa sebelum kegiatan dimulai

(69)

49

k. Masuk ke inti pembelajaran yang mana materi telah disiapkan oleh guru sebelumnya

l. Guru membimbing, melatih, mengarahkan dan mendampingi anak didik dengan baik

m. Harus tercipta suasana yang akrab antara guru dan anak, lingkungan harus nampak nyaman sehingga anak-anak senang belajar bersama n. Ketika hendak istirahat, anak-anak cuci tangan

o. Membaca doa sebelum makan

p. Selesai makan, anak berdoa dan boleh cuci tangan kembali q. Anak dipersilahkan bermain bersama teman sebayanya

r. Anak harus memakai sandal ketika bermain dihalaman supaya kaki tetap bersih

s. Anak harus tertib merapikan dan mengembalikan mainan setelah selesai digunakan

t. Guru harus membersihkan kelas setelah selesai makan agar kelas tetap bersih

u. Setelah selesai jam istirahat, anak masuk kelas dengan rapi dan mengembalikan sandal pada rak yang telah disediakan

(70)

50

w. Selesai pelajaran, anak berdoa pulang dan mengucapkan salam x. Anak dengan rapi berjabat tangan kepada guru

y. Anak keluar kelas dengan rapi dan memakai sepatu sendiri

2. Waktu Penelitian

Penelitian pada Siklus I dimulai pada tanggal 20-21 Juli 2017 dan Siklus II pada tanggal 25-26 Juli 2017 pukul 08.00-09.00 WIB di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 22 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 13 perempuan.

Tabel 3.2 Daftar Nama Siswa Kelompok B

No. Nama Tempat Tanggal Lahir

(71)

51

12 Muhammad Akyal Falih Temanggung, 4 Maret 2011 13 M. Fathun Niam Temanggung, 25 Agustus 2011 14 M. Niulzam Yahya Temanggung, 17 Desember 2010 15 M. Wasiul Hufron Temanggung, 9 September 2010 16 Nafisa Nur Aulya Temanggung, 6 Juni 2011 17 Rani Rahmawati Temanggung, 24 Maret 2011 18 Siti Fatimah Temanggung, 2 November 2010 19 Vina Alin Khalisna Temanggung, 26 Januari 2011 20 Zhada Afia Nikma Temanggung, 12 Juni 2011 21 Bayu Arvian Temanggung, 1 November 2010 22 Atiq Fauzi Temanggung, 24 April 2011

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Pra siklus

Pencarian fakta dan data dilakukan melalui diskusi dan wawancara dengan kepala sekolah dan anak kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung.

(72)

52

Tindakan yang akan dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran berhitung permulaan melalui media alat permainan edukatif kotak pinguin. Selama ini pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab serta menirukan ucapan guru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh data bahwa sebagian besar anak kurang tertarik belajar berhitung karena pembelajaran kurang menarik.

Hasil pembelajaran Pra Siklus yang dilakukan di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung khususnya kelompok B, pada hari Selasa, 18 Juli 2017 diperoleh daya tangkap anak atau pemahaman konsep berhitung mencapai 30%. Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam pembelajaran ini adalah 85%. Jika hasil kemampuan berhitung permulaan belum mencapai angka yang telah ditetapkan, maka pembelajaran Pra Siklus belum berhasil.

2. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

(73)

53

Metode yang digunakan adalah bercerita, tanya jawab, dan demonstrasi. Waktu yang digunakan mulai dari pukul 08.00 WIB sampai 09.00 WIB.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan penerapan pelaksanaan dari semua tahap perencanaan yang telah disusun. Setiap siklus pembelajaran terbagi menjadi 3 tahap, yaitu pembukaan, kegiatan inti dan penutup.

Adapun kegiatan dalam siklus I ini adalah pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan. Kegiatan tersebut dilakukan selama 4 (empat) kali pertemuan. Setiap pertemuan selama 60 menit. Pembelajaran dilakukan menggunakan alat permainan eduktif kotak pinguin secara berkelompok. Kemudian anak akan diberi tugas untuk membilang dan menunjuk benda sampai 20, dan menyebutkan hasil penambahan binatang.

Ketika memainkan alat permainan edukatif kotak penguin, anak boleh memasukkan benda apa saja yang menurut mereka menarik. Anak-anak akan senang dan menstimulus rasa ingin tahu mereka untuk memasukkan berbagai benda kedalam mulut penguin dan menghitung jumlahnya.

(74)

54

Untuk menambah motivasi anak dalam belajar, guru juga memberikan bintang yang nantinya akan ditempel di dada anak sebagai wujud penghargaan atau reward.

g

Gambar 3.2 Materi Siklus I

c. Observasi

Observasi dilakukan pada saat pembelajaran. Observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan berhitung permulaan, semangat, keaktifan, minat dan motivasi anak didik dalam mengikuti pembelajaran berhitung permulaan menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin.

(75)

55

dapat menghubungkan konsep bilangan dengan lambangnya; dan anak dapat menjumlah dan mengurangi dengan menggunakan benda-benda.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan teman sejawat memperoleh data sebagai berikut :

a. Sebagian besar anak tertarik untuk mengikuti kegiatan berhitung menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin.

b. Ada beberapa anakyang asyik mengobrol sendiri.

c. Ketika pertemuan pertama dan kedua, terasa kurang memuaskan. Ternyata tidak sedikit anak yang kurang memahami angka, misalnya sudah bisa menyebutkan angka 1-20 tetapi dalam menuliskan angkanya masih perlu bimbingan.

d. Hasil observasi kemampuan berhitung permulaan pada anak telah menunjukkan peningkatan yaitu dari tahap Pra Siklus sebesar 30% dan pada Siklus I sebesar 64% rata-rata pencapaian dalam satu kelas.

e. Dari hasil Siklus I menunjukkan ada 8 anak yang mendapatkan nilai tertinggi dan 3 anak yang mendapatkan nilai rendah.

d. Analisis dan Refleksi

(76)

kekurangan-56

kekurangan yang ada. Selain itu peneliti dan teman sejawat juga berpedoman pada indikator lembar observasi peningkatan kemampuan berhitung permulaan yang diamati.

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa :

a. Sebagian besar anak tertarik, antusias dan semangat belajar berhitung menggunakan alat permnainan edukatif kotak pinguin.

b. Guru kurang dapat membagi perhatiannya kepada anak, karena terdapat anak yang terus meminta perhatian.

c. Sudah ada peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada anak jika dibandingkan dengan kemampuan berhitung permulaan sebelum menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin. Akan tetapi hasil tersebut belum maksimal, ini berarti peneliti harus memperbaiki proses pebelajaran.

d. Peningkatan kemampuan berhitung permulaan satu kelas kurang merata, dikarenakan ada anak yang mempunyai kemampuan lebih dan ada anak yang mempunyai kemampuan rendah.

e. Ada angka yang sering terbalik dalam penulisannya karena angka yang hampir mirip, misalnya angka 6 dan 9.

(77)

57

dan teman sejawat membuat perencanaan untuk tindakan pada Siklus berikutnya.

3. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Siklus II ini dilakukan ketika pencapaian indikator kemampuan berhitung permulaan belum optimal pada Siklus I. Siklus II dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang menghambat peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada Siklus I.

Proses pembelajaran berhitung permulaan pada Siklus I pada umumnya sudah cukup baik. Namun belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 85%, masih ada anak yang kurang memuaskan dalam kemampuan berhitung permulaan. Untuk mengatasi kekurangan pada Siklus I, maka pada hari Selasa 25 Juli 2017 peneliti dan teman sejawat merencanakan tindakan pada Siklus II. Siklus II ini direncanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama hari Selasa 25 Juli 2017 dan pertemuan kedua hari Rabu 26 Juli 2017.

Gambar

Gambar 1.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Suharsimi Arikunto
Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak
Tabel 1.2 Lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus dengan
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya membantu pemerintah mengurangi tingkat pengangguran sarjana, TAU telah menyiapkan modul-modul pelatihan yang dapat dimanfaatkan bagi para lulusan, baik D3 maupun S1,

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas segala Berkat dan Kasih Karunia yang dilimpahkan-Nya, selama penulis menjalani kuliah sampai dengan menyelesaikan penulisan

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis dalam pengembangan ilmu hukum pada umumnya. 1) Secara teoritis,

Salah satu tanaman yang dapat dijadikan alternatif obat herbal adalah putri malu (Mimosa pudica Linn), tanaman ini mengandung senyawa mimosin, asam pipekolinat, tannin,

1. Kegiatan: yang dimaksud adalah melakukan kegiatan untuk meningkatkan kemungkinan diperolehnya temuan yang memiliki kredibilitas tinggi dengan cara: memperlama

Diagnosis kebuntingan dini pada sapi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (a) dengan mendeteksi substansi spesifik yang terdapat di dalam darah induk seperti.. Pregnancy

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) Latar belakang penggunaan metode kisah dan penanaman nilai keteladanan dalam meningkatkan minat belajar siswa kelas X pada

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis maupun praktis. Kontribusi teoritis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah menambah pengetahuan