• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya, kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti nutirisi dan cairan, aktifitas dan eliminasi, istirahat tidur dan lain-lain, anak juga individu yang membutuhkan kebutuhan psikologis sosial dan spiritual. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Jing & Ming 2019).

Anak pada masa usia prasekolah disebut sebagai masa yang sangat aktif seiring dengan masa perkembangan otot yang sedang tumbuh dan peningkatan aktivitas bermainnya. Para ahli menggolongkan usia balita pada usia prasekolah sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit dan penyakit yang sering dijumpai adalah penyakit infeksi (Wowor et al. 2017)

Saat ini bukan hanya terjadi peningkatan jumlah kasus DHF, tetapi penyebaran di luar daerah tropis dan subtropis, Setidaknya 500.000 penderita DHF memerlukan rawat inap setiap tahunnya, dimana proporsi penderita sebagian besar adalah anak-anak dan 2,5% di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Morbiditas dan mortalitas DHF bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imun, kondisi vector

(2)

nyamuk, transmisi virus dengue, virulensi virus, dan kondisi geografi setempat (Kemenkes RI 2018).

Menurut World Health Organitation (WHO) menyatakan 2,4 miliar penduduk terinfeksi DBD pada tahun 2014 dari 7,2 miliar penduduk lainnya. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam berdarah setiap tahunnya.

Sementara di Asia Tenggara mencapai 1,3 miliar atau 52% dari 2,5 miliar orang di seluruh dunia berisiko demam berdarah. Diperkirakan terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD) dan 500.000 kasus DBD yang memerlukan perawatan di rumah sakit dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya (Akbar & Maulana Syaputra, 2019).

Di Provinsi Jawa Barat, selama tahun 2015, jumlah kasus demam, termasuk penyakit influenza khususnya pada pasien usia 0 sampai 14 tahun tercatat sebanyak 342.233 kejadian. Berdasarkan data dari Bidang Bina Pelayanan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Dinkes Jawa Barat, khususnya untuk kasus DBD, tercatat sebanyak 33.059 orang (semua umur), 263 orang di antaranya meninggal. Kasus DBD di Jawa Barat mengalami peningkatan dari 39.3/100.000 penduduk pada tahun 2014 menjadi 47.34/100.000 penduduk pada tahun 2015. (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2016).

Faktor penyebab DHF pada umumnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku manusia. Mulai dari perilaku tidak menguras bak, membiarkan genangan air di sekitar tempat tinggal. Belum lagi saat ini telah

(3)

masuk musim hujan dengan potensi penyebaran DHF lebih tinggi. Penderita DHF umumnya terkena demam tinggi dan mengalami penurunan jumlah trombosit secara drastis yang dapat membahayakan jiwa. Inilah yang membuat orangtua terkadang menganggap remeh. Sehingga hanya diberikan obat dan menunggu hingga beberapa hari sebelum dibawa ke dokter atau puskesmas. Kondisi ini tentu bisa parah bila pasien terlambat dirujuk dan tidak dapat tertangani dengan cepat (Wang et al. 2019).

Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok Syndrome (DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien meng alami hipovolemi atau defisit volume cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga darah menuju luar pembuluh. Saat ini angka kejadian DHF di rumah sakit semakin meningkat, tidak hanya pada kasus anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa (Pare et al. 2020).

Demam berdarah dangue ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang disertai dengan gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influenza biasa (Pratama et al., 2021).

Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal tubuh. Rentang normal suhu tubuh manusia adalah 37℃ (peroral) atau 38,8 ℃ (perrektal). Beberapa pasien demam berdarah terus berkembang menjadi demam berdarah dengue

(4)

yang berat. Biasanya demam mulai mereda pada 3-7 hari setelah onset gejala (Agustin & Hartini, 2018).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu dihipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin, 2012).

Beberapa cara untuk mengatasi hipertermi diantaranya adalah dengan pemberian obat parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen.

Parasetamol cepat bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja yang lama. Adapun yang termasuk dalam terapi non- farmakologi dari penatalaksanaan hipertermi adalah pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan beristirahat yang cukup, tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil, dan memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangat efektif dan mudah diterapkan untuk menangani hipertermi, jangan berikan kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali suhu inti (Kaneshiro & Zieve, 2015).

Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada

(5)

bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Wardiyah, 2016).

Penggunaan kompres hangat dilakukan selama 10-15 menit dengan temperature air 30-32°C, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Pemberian kompres hangat pada aksila (ketiak) lebih efektif karena pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak. Penggunaan kompres hangat dapat dilakukan di daerah lipatan-lipatan tubuh (seperti lipatan ketiak (aksila), lipatan paha, dll), karena di lipatan-lipatan tubuh biasanya terdapat pembuluh darah yang cukup besar sehingga mempercepat vasodilatasi dan proses evaporasi panas tubuh (Pratiwi, 2018)

Penggunaan kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang telah dibasahi air hangat. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila sebagai daerah dengan letak pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptic hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh, hal tersebut dikuatkan dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh (Wowor, dkk, 2017).

(6)

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Asuhan keperawatan dengan pemberian terapi Kompres hangat pada An. M dengan masalah keperawatan Hipertermia dengan diagnose medis DHF(Dengue Haemorogic Fever ) di Rumah Sakit Dustira Cimahi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ apakah ada hubungan pemberian kompres hangat terhadap penuruanan demam pada anak dengan dhf ( Dengue Haemorogic Fever) di Rumah Sakit Dustira Cimahi”

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Memberikan asuhan keperawatan dengan pemberian terapi kompres hangat pada An. M dengan masalah keperawatan Hipertermia diagnosa medis dengue haemorogic fever diruang Melati RS Dustira Cimahi.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian melakukan pengkajian pada klien dengan diagnose medis Dengue Haemorogic Fever.

b. Mampu membuat diagnosa keperawatan

c. Mampu membuat perencanaan tindakan keperawatan kompres hangat pada An. M dengan Dengue Haemorogic Fever.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan kompres hangat pada An. M dengan Haemorogic Fever.

(7)

e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan kompres hangat pada An. M dengan Haemorogic Fever diruang melati Rumah sakit Dustira Cimahi.

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat mengenai pemikiran dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang ”Asuhan keperawatan dengan pemberian terapi kompres hangat pada An.M dengan masalah keperawatan Hipertermia dengan diagnosa medis dhf ( Dengue haemorogic fever)”

2. Manfaat praktis 1) Bagi peneliti

Memberikan pengalaman baru bagai peneliti dalam melaksanakan penelitian dan penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk lebih memahami dan menambah wawasan tentang

“Asuhan keperawatan dengan pemberian terapi kompres hangat pada An.M dengan masalah keperawatan dengan diagnosa medis dhf (Dengue haemorogic fever)”

2) Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan sekaligus sebagai ilmu pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan dan dapat diaplikasikan dikalangan institusi.

3) Bagi peneliti selanjutnya

(8)

Penelitian ini bisa dijadikan sebagai literatur untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk referensi dalam bentuk

meet sesuai kondisi  Peserta didik mengisi absensi yang telah disiapkan guru di GC, guru mengeceknya sebagai sikap disiplin  Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam