• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berisi kesimpulan dan saran.

Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat hidup penulis.

23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berhitung Permulaan

1. Pengertian Kemampuan Berhitung Permulaan

Salah satu kemampuan yang sangat penting bagi anak yang perlu dikembangkan dalam rangka membekali mereka, untuk bekal kehidupannya di masa depan dan saat ini ialah memberikan bekal kemampuan berhitung. Istilah kemampuan dapat didefinisikan dengan berbagai arti, tergantung dari sudut mana kita memandang tentang istilah ini.

Menurut Munandar (1999: 17), bahwa kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya kemampuan yang dimilikinya. Dalam pandangan Munandar, kemampuan ini ialah potensi seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir serta dipermatang dengan adanya pembiasaan dan latihan, sehingga ia melakukan sesuatu. Senada dengan Munandar, Robin (1978: 13) juga menyatakan bahwa kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu pekerjaan tertentu. Dengan demikian, dari kedua keterangan diatas, dapat dipahami bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau kesanggupan dalam diri setiap individu dimana daya ini dihasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang mendukung individu dalam menyelesaikan tugasnya.

24

Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi, serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berhitung adalah mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, dan sebagainya).

Berhitung yang dimaksud disini adalah berhitung permulaan yaitu berhitung 1-20 untuk anak usia 5-6 tahun yang bertujuan untuk melatih anak berfikir logis dan sistematis sejak dini dan mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.

Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berhitung permulaan adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuan dan karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan terdekat dari dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan pengurangan (Ahmad Susanto, 2011: 98).

Kemampuan anak prasekolah dalam fase-fase perkembangannya perlu diimbangi oleh berbagai faktor, yaitu intern dan ekstern. Diantaranya faktor intern yang berupa intelegensi, karena adanya intelegensi sangat penting dalam proses belajar mengajar, peranan intelegensi dapat menentukan purtumbuhan kecerdasan seseorang. Kemampuan yang berkembang dalam perkembangan intelegensi adalah kemampuan matematis dan kemampuan

25

bahasa (Suharsono, 2002: 79). Kemampuan matematis menuju ke arah berbicara, menulis, membaca dan mendengarkan. Kemampuan matematis dan kemampuan bahasa harus berjalan secara beriringan dan berkesinambungan.

Suriasumantri (2000: 204), mengungkapkan tentang pengertian matematika, bahwa matematika pada hakikatnya merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan maksud melalui matematika ini seseorang akan dapat mengatur jalan pikirannya. Dengan menguasai matematika dan berbagai teorinya, maka dimungkinkan seseorang dapat lebih sistematis dalam me-manage jalan pikirannya. Atau dengan kata lain, orang yang mahir atau menguasai teori-teori dalam matematika, maka orang ini akan mudah untuk mengatur jalan pikirannya, akan mudah dalam memecahkan berbagai kesulitan dan permasalahan yang dihadapinya.

Dalam kaitan ini, bahwa salah satu cabang matematika adalah berhitung. Berhitung merupakan dasar dari berbagai ilmu yang dipakai dalam setiap kehidupan manusia. Dalam setiap aktivitasnya manusia tidak dapat terlepas dari peran matematika didalamnya, mulai dari penambahan, pengurangan, pembagian, sampai perkalian, yang semuanya itu tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Mengingat begitu pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia, maka kemampuan berhitung ini perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai media dan metode yang tepat tanpa merusak pola perkembangan anak. Apabila anak belajar matematika memalui cara yang sederhana namun tepat

26

dan mengena serta dilakukan secara konsisten dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan, maka otak anak akan terlatih untuk terus berkembang sehingga anak dapat menguasai dan bahkan menyukai matematika tersebut (Ahmad Susanto, 2011: 99).

Perlunya media dan metode yang tepat dalam pembelajaran matematika ini karena anak usia lima tahun belum dapat melakukan kegiatan berhitung dengan sesungguhnya (berhitung dengan bilangan abstrak). Masa ini anak berada pada tahap berhitung permulaan yaitu anak berhitung dengan benda-benda dari lingkungan terdekatnya dan situasi permainan yang menyenangkan, tujuannya anak mampu bermain dengan bilangan. Baru usia enam tahun anak mulai berkembang konsep bilangan sampai pada penigkatan ke tahap pengertian mengenai jumlah, konsep jumlah berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan, semakin tinggi kemampuan anak maka akan semakin mudah untuk memecahkan masalah yang lebih rumit (Ahmad Susanto, 2011: 99).

2. Tahapan Berhitung Permulaan

Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dan orang tua untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan berhitung permulaan, kemampuan berhitung merupakan kemampuan untuk menggunakan keterampilan berhitung.

27

Berdasarkan Depdiknas (2000 : 7-8) tahapan yang dapat dilakukan untuk membantu mempercepat penguasaan berhitung melalui jalur matematika yaitu :

a. Tahap penguasaan konsep, dimulai dengan mengenalkan konsep atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda-benda yang nyata, seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung bilangan.

b. Tahap transisi, merupakan peralihan dari pemahaman secara konkret dengan menggunakan benda-benda nyata menuju kearah pemahaman secara abstrak.

c. Tahap pengenalan lambang, adalah dimana setelah anak memahami sesuatu secara abstrak maka anak dapat dikenalkan pada tingkat penguasaan terhadap konsep bilangan dengan cara meminta anak melakukan proses penjumlahan dan pengurangan melalui penyelesaian soal.

Tahapan bermain hitung atau matematika anak usia dini dengan mengacu pada hasil penelitian Jean Pieget tentang intelektual, yang menyatakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap pra operasional, maka penguasaan kegiatan berhitung/matematika pada anak usia dini akan melalui tahapan sebagai berikut:

a) Tahap konsep/pengertian

Pada tahap ini anak berekspresi untuk menghitung segala macam benda-benda yang dapat dihitung dan yang dapat dilihatnya. Kegiatan

28

menghitung ini harus dilakukan dengan memikat, sehingga benar-benar dipahami oleh anak. Pada tahap ini guru atau orang tua harus dapat memberikan pembelajaran yang menarik dan berkesan, sehingga anak tidak menjadi jera atau bosan.

b) Tahap transisi/peralihan

Tahap transisi merupakan masa peralihan dari konkret ke lambang, tahap ini ialah saat anak mulai benar-benar memahami. Untuk itulah maka tahap ini diberikan apabila tahap konsep sudah dikuasai anak dengan baik, yaitu saat anak mampu menghitung yang terdapat kesesuaian antara benda yang dihitung dan bilangan yang disebutkan. Tahap transisi ini pun harus terjadi dalam waktu yang cukup untuk dikuasai anak.

c) Tahap lambang

Tahap dimana anak sudah diberi kesempatan menulis sendiri tanpa paksaan, yakni berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk, dan sebagainya jalur-jalur dalam mengenalkan kegiatan berhitung atau matematika.

Adapun konsep matematika yang perlu diberikan pada anak adalah berupa bilangan atau berhitung, pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, geografis, estimasi, probabilitas, dan pemecahan masalah. Konsep ini perlu diperkenalkan kepada anak secara tertahap sesuai dengan tingkat pemahaman konsep, tingkat menghubungkan konsep konkret dengan lambang bilangan dan tingkat lambang bilangan. Ketiga tingkat penguasaan tahapan ini dimulai dari memahami konsep matematika, kemudian menghubungkan benda-benda

29

nyata dengan lambang bilangan dan akhirnya anak akan memahami lambang bilangan.

Dienes dalam Reys (1998: 20), mengemukakan lima tahapan dalam berhitung, lima tahapan ini yaitu:

1. Permainan bebas (free play), adalah permainan yang aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan namun anak dapat belajar konsep, anak dapat belajar konsep bentuk dari konsep yang dibuatnya.

2. Generalisasi (generalization), adalah anak mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat pada konsep tertentu, mencari kesamaan sifat dalam suatu permainan, misalnya dengan bermain mengelompokkan bentuk-bentuk yang sama.

3. Representasi (representation), yaitu anak mencari sifat dari beberapa situasi sejenis.

4. Simbolisasi (symbolization), anak harus mampu merumuskan representasi dari setiap konsep dengan menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan verbal.

5. Formalisasi (formalization), ialah anak dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat baru konsep ini.

Selanjutnya Gagne (1997), menyatakan sembilan tahapan pengelolaan yang esensial dalam belajar yang disebut fase belajar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a) persiapan untuk belajar; b) perolehan dan perbuatan; dan c) alih belajar. Fase belajar ini penting untuk diperhatikan yang selalu ada dalam

30

proses belajar yang diterapkan secara berlainan dalam kondisi belajar. Sembilan tahapan pengolahan informasi dalam belajar yang diterapkan oleh Gagne selalu ada dalam proses belajar dan sangat penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Kesembilan tahapan ini akan mempengaruhi hasil atau kompetensi pembelajaran yang diinginkan.

3. Prinsip Berhitung Permulaan

Berdasarkan Depdiknas (2000: 8), prinsip-prinsip dalam berhitung permulaan untuk mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak dikenalkan melalui permainan berhitung, dikenal ada beberapa prinsip mendasar yang perlu dipahami dalam menerapkan permainan berhitung, yaitu: a. Dimulai dari menghitung benda.

b. Berhitung dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit.

c. Anak berpartisipasi aktif dan adanya rangsangan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

d. Suasana yang menyenangkan.

e. Bahasa yang sederhana dan menggunakan contoh-contoh. f. Anak dikelompokkan sesuai dengan tahapan berhitungnya. g. Evaluasi dari mulai awal sampai akhir kegiatan.

Prinsip-prinsip berhitung ini penting diperhatikan agar anak dapat dengan mudah memahami konsep berhitung dengan baik. Anak akan menyenangi kegiatan berhitung menjadi lebih bermakna.

31

Diungkapkan pula oleh Yew (2002: 2), beberapa prinsip dalam mengajarkan berhitung pada anak, diantaranya:

(1) buat pelajaran mengasikkan; (2) ajak anak terlibat secara langsung;

(3) bangun keinginan dan kepercayaan diri dalam menyelesaikan berhitung; (4) hargai kesalahan dan jangan menghukumnya;

(5) fokus pada apa yang anak capai.

Pelajaran yang mengasikkan dengan melakukan aktivitas yang menghubungkan kegiatan berhitung dengan kehidupan sehari-hari.

Dari prinsip-pripsip tersebut dapat dikemukakan bahwa pelajaran berhitung bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi merupakan pelajaran yang disenangi dinilai dari hati nuraninya sehingga anak akan merasa membutuhkan karena mengasikkan dan cara mengajarkannya pun harus tepat.

Prinsip-prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan berhitung permulaan yaitu kepandaian anak sudah lebih meningkat. Namun proses intelektualnya masih sempit dan cara berpikirnya masih belum terarah, dan harus diingat pula anak usia enam tahun sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan sederhana, seperti telah dapat menghitung 1-20.

4. Metode Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan

Dalam mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang dikembangkan dalam mengenalkan dan mengembangkan kemampuan berhitung permulaan

32

misalnya adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, bermain, atau pemberian tugas.

Menurut Renew (2002: 1), metode yang perlu diterapkan dalam mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak dilakukan dengan permainan-permainan yang menyenangkan, suasana belajar yang menggembirakan dan bagaimana anak tertarik untuk belajar. Suasana yang nyaman dan menyenangkan dapat membuat anak akan belajar angka dengan cara kreatif dalam suatu permainan berdasarkan tahapan-tahapan tertentu.

Metode yang digunakan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir anak serta mampu memecahkan masalah. Gordon & Browne dalam Moeslichatoen (1999: 14), mengemukakan tiga macam pola kegiatan yang dapat dilakukan agar tujuan dari metode yang diterapkan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Ketiga macam pola kegiatan tersebut adalah:

(1) kegiatan dengan pengarahan langsung dari guru. (2) kegiatan berpola semi kreatif.

(3) kegiatan berpola kreatif.

Kegiatan dengan pengarahan oleh guru yaitu kondisi dan kegiatannya berada dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan berpola semi kreatif, yaitu guru memberi kebebasan kepada kepada anak untuk membuat sesuatu. Sedangkan kegiatan berpola kreatif adalah dengan cara menghadapkan anak pada berbagai masalah yang harus dipecahkan. Pola ini disesuaikan dengan usia

33

dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak agar metode tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, penerapan metode pembelajaran ini dapat dikombinasikan dengan metode lainnya. Metode yang dimaksud diantaranya: pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, mengucapkan syair, percobaan atau eksperimen, bercakap-cakap, bercerita, atau praktik langsung. Metode-metode ini dapat dipilih dan dikombinasikan dengan metode lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak pada saat itu diberi pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran berlangsung.

Metode yang dipilih disesuaikan dengan tahapan dan prinsip perkembangan berhitung pada anak, metode yang dikombinasikan dengan media dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan, seperti dengan permainan menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin untuk mengenalkan konsep penjumlahan dan pengurangan.

5. Program Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan

Kemampuan berhitung permulaan pada kelompok B mengacu pada Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK/RA. Program pengembangan berhitung permulaan menurut Depdiknas tahun 2004, dapat digambarkan pada tabel berikut ini:

34 Tabel 2.1

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI TK/RA KOMPETENSI

DASAR HASIL BELAJAR INDIKATOR

Anak mampu memahami konsep sederhana memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari Anak dapat memahami bilangan o Membilang/menyebut urutan bilangan dari 1-20.

o Membilang (mengenal) konsep bilangan dengan benda-benda sampai 20.

o Membuat urutan bilangan 1-20 dengan benda-benda.

o Menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 20 (anak tidak disuruh menulis).

o Membedakan dan membuat dua kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama lebih banyak dan lebih sedikit.

o Menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan dengan benda sampai 20.

o Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari tiga pola yang berurutan. Misalnya: merah, putih, kuning dan biru.

o Meniru pola dengan menggunakan berbagai benda.

Sejalan dengan tabel diatas, maka program pengembangan peningkatan berhitung permulaan di TK/RA bertujuan untuk memperkenalkan dalam menggunakan hitungan. Teori perkembangan struktur intelektual yang dikemukakan oleh Jean Pieget bahwa anak yang berusia 2-7 tahun mengalami struktur intelektual pada tahap yang disebut tahap pra-operasional. Pada usia ini anak didalam berpikirnya tidak didasarkan pada keputusan yang logis melainkan hanya dilihat seketika, perilaku yang dapat diamati pada perkembangan anak dalam usia ini antara lain anak menggunakan kata-kata

35

untuk menyatakan suatu benda, menghitung secara sederhana, anak secara konkret dapat melakukan perbandingan lebih tinggi dan lebih banyak. Pada tahap permulaan praoperasional, anak masih sukar melihat hubungan dan mengambil keputusan secara konsisten.

Sesuai dengan petunjuk dari Depdiknas, setiap pengelola tenaga pendidik Taman Kanak-kanak wajib menggariskan tentang karakteristik perkembangan intelektual anak, khususnya pada anak 4-6 tahun, yaitu:

1. Membentuk permainan secara sederhana;

2. Menciptakan suatu bentuk dengan menggunakan tanah liat; 3. Menggunakan balok-balok menjadi bahan bangunan; 4. Menyebut dan membilang 1-20;

5. Memahami lambang bilangan;

6. Menghubungkan konsep dengan lambang bilangan; 7. Memahami konsep sama, lebih banyak, dan lebih sedikit; 8. Memahami penjumlahan dengan bena-benda;

9. Memahami waktu dengan menggunakan jam;

10. Menyusun kepingan puzzle secara sederhana menjadi utuh; 11. Memahami alat-alat untuk mengukur;

12. Memahami sebab akibat;

13. Mengetahui asal usul terjadinya sesuatu; dan 14. Menunjukkan kejanggalan suatu gambar.

36

Dari poin-poin petunjuk teknis diatas dapat ditegaskan bahwa para pengelola tenaga pendidik anak usia dini atau Taman Kanak-kanak dalam program pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan kemampuan berhitung permulaan, maka terlebih dahulu memahami karakteristik perkembangan intelektual ank itu sendiri. Selain itu, jangan lupa model pembelajaran dalam rangka pengembangan kemampuan berhitung permulaan ini juga harus dikemas dalam bentuk bermain. Menurut para ahli psikolog, bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak yaitu: kesehatan, intelegensi, jenis permainan, lingkungan dan status sosial ekonomi. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi perkembangan anak dalam memahami berhitung permulaan (Ahmad Susanto, 2011: 106).

Menurut Hurlock (1978: 51-52), seiring dengan perkembangan pemahaman bilangan permulaan ini, menyatakan bahwa konsep yang mulai dipahami anak sejalan dengan bertambahnya pengalaman yang dialami anak, diantaranya konsep bilangan. Konsep bilangan berhubungan dengan kata-kata ketika anak mulai berbicara. Pengalaman yang dialami seorang anak mempengaruhi konsep bilangan anak, karena itulah secara umum anak yang memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak umumnya belajar arti bilangan lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak mengalami pendidikan di Taman Kanak-kanak. Pada saat anak memasuki pendidikan Taman Kanak-kanak, pemahan konsep bilangan akan berkembang dengan cepat sampai pada

37

peningkatan ketahap pengertian mengenai jumlah. Konsep bilangan ini berhubungan dengan penambahan dan pengurangan, sehingga secara bertahap bilangan menjadi lebih jelas. Oleh karena itu, memahami konsep bilangan melalui permainan sangat penting, karena dengan permainan anak akan dapat cepat memahami maksud dari pembelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka program pengembangan kemampuan berhitung permulaan di Taman Kanak-kanak memiliki tujuan untuk memperkenalkan anak dalam menggunakan hitungan. Materi tersebut terdapat dalam kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Materi yang diberikan diantaranya: membilang; menyebut urutan bilangan dari 1-20; membilang (mengenal konsep bilangan benda-benda) sampai 20; membuat urutan bilangan 1-20 dengan benda-benda; menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda hingga 20 (anak tidak disuruh menulis); membedakan dan membuat dua kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit; menyebut hasil penambahan dan pengurangan dengan benda sampai 20; memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari tiga pola yang berurutan; meniru pola dengan menggunakan benda.

38

B. Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin 1. Pengertian Alat Permainan Edukatif

Menurut Kemendiknas tentang Pengembangan APE (2010) alat permainan edukatif adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak. Alat permainan edukatif dapat berupa apa saja yang ada disekeliling kita, misalnya sapu, piring, gelas, sendok plastik, tutup panci, bangku kecil, dan lain-lain. Alat permainan edukatif digunakan oleh anak untuk bermain sambil belajar, artinya alat dan bermain itu sendiri merupakan sarana belajar yang menyenangkan.

2. Manfaat Alat Permainan Edukatif

Menurut Kemendiknas tentang Pengembangan APE (2010) manfaat alat permainan edukatif yaitu:

a. Alat permainan edukatif sangat membantu pertumbuhan fisik dan seluruh aspek perkembangan (moral dan agama, bahasa, kognitif, fisik, sosial-emosional dan seni).

b. Alat permainan edukatif dapat mendorong aktivitas bermain berkualitas dan munculnya bakat yang dimiliki anak.

39

3. Kriteria Pemilihan Alat Permainan Edukatif yang Tepat untuk Anak

Pendidik harus memiliki pengetahuan untuk memilih alat permainan edukatif yang tepat untuk anak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak, oleh karena itu pendidik harus mengetahui kriteria memilih alat permainan edukatif. Menurut Kemendiknas tentang Pengembangan APE (2010) antara lain:

a. Mengandung unsur edukatif.

b. Alat permainan tidak berbahaya bagi anak.

c. Dasar pemilihan alat permainan edukatif adalah minat dan kebutuhan anak terhadap mainan tersebut.

d. Alat permainan sebaiknya beraneka macam, sehingga anak dapat bereksplorasi dengan berbagai macam alat permainannya.

e. Tingkat kesulitan sebaiknya disesuaikan pada rentang usia anak. Permainan tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah bagi anak.

f. Dasar pemilihan alat permainan lebih ditekankan pada pertumbuhan fisik dan tingkat perkembangan anak secara individu bukan berdasarkan usia. Perkembangan biologis dan fisik pada anak yang umurnya sama dapat saja berbeda.

g. Peralatan permainan buatan sendiri diupayakan dapat bertahan lama atau awet, mudah dibuat, bahan mudah diperleh dan mudah digunakan anak.

40

4. Jenis-jenis Alat Permainan Edukatif

Jenis-jenis alat permainan edukatif berdasarkan Kemendiknas tentang Pengembangan APE (2010) antara lain:

a. Alat permainan edukatif outdoor, adalah alat permainan edukatif yang digunakan diluar ruangan untuk melatih keterampilan fisik dan pengembangan aspek lainnya.

b. Alat permainan edukatif indoor, adalah alat permainan edukatif yang biasa digunakan di dalam ruangan untuk memberi motivasi dan merangsang anak agar melakukan eksplorasi dan bereksperimen sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi pengembangan anak, baik bahasa, kognitif, sosial-emosional, fisik, agama dan moral, dan seni.

5. Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

Alat permainan edukatif kotak pinguin merupakan alat permainan edukatif indoor yang terbuat dari bahan bekas, yang peneliti buat sendiri untuk digunakan sebagai media belajar berhitung permulaan pada anak. Alat permainan edukatif kotak pinguin ini dapat dimainkan anak di dalam ruangan dengan diletakkan diatas meja, dapat dibongkar pasang, dijinjing, dan lain sebainya. Alat permainan edukatif kotak pinguin ini diharapkan dapatmeningkatkan kemampuan berhitung pada anak dan dapat menambah kualitas pengajaran dan pendidikan.

41

Gambar 2.1 Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

6. Pembuatan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

a. Alat dan bahan

Kardus bekas, pensil, penggaris, kain flannel, spidol, lem, gunting, dan cutter.

b. Langkah pembuatan

1) Buat pola penguin dan ikan pada kardus bekas 2) Potong kain flannel sesuai pola

3) Tempel kain flannel pada kardus bekas hingga membentuk sebuah pinguin dan beberapa ikan berwarna-warni

42

7. Cara Perawatan

Cara perawatan alat permainan edukatif kotak pinguin ini sangat mudah, setelah digunakan alat permainan ini dapat di bersihkan dengan kemoceng terlebih dahulu kemudian di simpan didalam almari dengan tidak di tumpuk dengan barang lain.

8. Cara Memainkan Alat Permainan Kotak Pinguin

a. Guru membagi kelompok yang terdiri dari beberapa anak.

b. Guru memberikan alat permainan edukatif kotak pinguin pada setiap kelompok.

c. Anak memainkan alat permainan eukatif secara bergantian dengan

Dokumen terkait