• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 DASAR HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 DASAR HUKUM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 DASAR HUKUM

Pemerintah Kota Semarang dibentuk dan ditetapkan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang mengatur bahwa Semarang ditetapkan sebagai salah satu Kotapraja di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Sejak pembentukan tersebut, Kota Semarang telah mengalami perubahan secara administratif kewilayahan sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1976 dan tahun 1992. Pada tahun 1976, wilayah Semarang yang semula terdiri dari 5 kecamatan, diperluas menjadi 9 kecamatan. Penambahan wilayah tersebut didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang. Wilayah Kota Semarang yang semula hanya meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Selatan dan Semarang Tengah, bertambah luas yang meliputi wilayah Mijen, Gunungpati dan Tembalang di sebelah selatan, Genuk di sebelah Timur dan Tugu di sebelah Barat. Sedangkan pada tahun 1992, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah, wilayah administrasi kecamatan yang semula berjumlah 9, ditata menjadi 16 kecamatan.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Kota Semarang Tahun Anggaran 2013 ini disusun dalam rangka memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat

(2)

Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat. Setiap berakhirnya tahun anggaran, Kepala Daerah mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). LPPD adalah laporan yang berupa informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran yang disampaikan oleh kepala daerah kepada Pemerintah Pusat, yang juga dimaksudkan sebagai sarana untuk check and balances antara Kepala Daerah dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat.

Penyusunan LPPD ini menggunakan sistematika sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2007, yaitu :

Bab I Pendahuluan

Bab II Kebijakan Pemerintah Daerah

Bab III Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Bab IV Penyelenggaraan Tugas Pembantuan

Bab V Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan

Bab VI Penutup

1.2 GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG

1.2.1 KONDISI GEOGRAFIS

Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah, dan tempat kedudukan kantor Gubernur Jawa Tengah, sehingga dalam pemerintahan posisi Kota Semarang cukup strategis. Apalagi Kota Semarang berada pada perlintasan jalur jalan pantai utara pulau Jawa yang menghubungkan Jawa bagian timur dan Jawa bagian barat. Posisi koordinat Kota Semarang terletak di antara 109o35‘ – 110o50‘ bujur timur dan 6o50’ – 7o10’ lintang selatan. Luas wilayah kota semarang adalah 373,70 km2, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :  Sebelah Utara : Laut Jawa.

 Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang  Sebelah Timur : Kabupaten Demak  Sebelah Barat : Kabupaten Kendal

(3)

Secara topografi, wilayah Kota Semarang terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan/dataran tinggi. Daerah pantai merupakan kawasan di bagian utara yang berbatasan langsung dengan laut jawa dan meliputi + 1% dari wilayah Kota Semarang. Daerah ini memiliki kemiringan tanah antara 0% sampai 2% dan ketinggian antara 0 – 0,75 m dpl. Daerah dataran rendah merupakan kawasan di bagian tengah, seperti daerah simpang lima dan pusat kota, dengan kemiringan antara 2 – 15 % dan ketinggian antara 0,75 – 3,5 m dpl. Daerah perbukitan/dataran tinggi merupakan kawasan di bagian selatan dengan kemiringan antara 15 – 40% dan beberapa kawasan dengan kemiringan diatas 40% (>40%). Daerah ini memiliki ketinggian yang bervariasi, seperti 136 m dpl di wilayah Jatingaleh, 253 m dpl di wilayah Mijen, serta 259 dan 348 m dpl di wilayah Gunungpati. Adanya daerah-daerah tersebut menjadikan Kota Semarang memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas.

Dari 16 kecamatan di Kota Semarang, terdapat 2 kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km2 dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km2. Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan dan sebagian besar wilayahnya terdapat areal persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93Km2 diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km2.

Sebagaimana daerah lain di Indonesia, Kota Semarang termasuk beriklim tropis dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau yang silih bergantian sepanjang tahun. Sedangkan temperatur udara rata-rata berkisar antara 27,500 C dengan temperatur terendah berkisar 24,200C dan tertinggi 31,800 C, serta mempunyai kelembaban udara rata-rata 79 persen.

1.2.2 GAMBARAN UMUM DEMOGRAFI

Pada tahun 2013, jumlah penduduk Kota Semarang berdasarkan perhitungan sementara Badan Pusat Statistik sebanyak 1.581.014 jiwa, terdiri dari laki – laki 785.545 jiwa dan perempuan 795.469 jiwa. Jumlah tersebut

(4)

mengalami peningkatan dibanding jumlah penduduk Kota Semarang pada tahun 2012 sebesar 1.559.198 jiwa (Sumber : Kota Semarang dalam Angka 2012).

Persebaran penduduk di Kota Semarang cukup beraneka ragam. Penduduk di kecamatan di wilayah pusat kota dan kawasan permukiman cenderung lebih padat daripada penduduk di kawasan perbatasan dan wilayah yang bersifat agraris. Berikut ini jumlah penduduk Kota Semarang yang dirinci berdasarkan kecamatan.

JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG PER KECAMATAN TAHUN 2013

No Kecamatan Jumlah Persentase (Jiwa) (%) 1 Kecamatan Semarang Selatan 87.725 5,38 2 Kecamatan Semarang Utara 132.134 8,25 3 Kecamatan Semarang Barat 165.756 10,37 4 Kecamatan Semarang Timur 83.456 5,16 5 Kecamatan Semarang Tengah 75.810 4,70

6 Kecamatan Gunungpati 73.345 4,76

7 Kecamatan Tugu 29.683 1,93

8 Kecamatan Mijen 54.769 3,55

9 Kecamatan Genuk 89.195 5,76

10 Kecamatan Gajah Mungkur 64.923 4,09

11 Kecamatan Tembalang 139.386 8,96 12 Kecamatan Candisari 82.706 5,18 13 Kecamatan Banyumanik 129.931 8,24 14 Kecamatan Ngaliyan 119.623 7,67 15 Kecamatan Gayamsari 75.962 4,73 16 Kecamatan Pedurungan 176.610 11,28 J U M L A H 1.581.014 100,00

Sumber Data : Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah)

Selain berdasarkan wilayah tempat tinggal, komposisi penduduk juga dapat dilihat berdasarkan kelompok umur. Dari komposisi tersebut, dapat dilihat Angka Beban Ketergantungan (dependency ratio), yang menggambarkan beban penduduk produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Angka beban ketergantungan memberikan gambaran perbandingan antar jumlah penduduk yang produktif (15-64 tahun) dengan yang tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Untuk penduduk yang mempunyai struktur muda atau sangat tua sekali, maka beban ketergantungannya sangat tinggi. Adapun angka beban ketergantungan Kota Semarang pada tahun 2013 sebesar 28,32 %. Secara

(5)

lebih rinci, komposisi penduduk berdasar kelompok umur pada tahun 2013 adalah sebagai berikut.

JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG

BERDASAR KELOMPOK UMUR KONDISI TAHUN 2013

Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%) 0 – 4 126.257 7,99 5 – 9 125.283 7,92 10 – 14 121.692 7,70 15 – 19 147.796 9,35 20 – 24 157.901 9,99 25 – 29 149.703 9,47 30 – 34 139.013 8,79 35 – 39 124.657 7,88 40 – 44 118.307 7,48 45 – 49 105.948 6,70 50 – 54 89.789 5,68 55 – 59 63.893 4,04 60 – 64 36.326 2,30 65 + 74.449 4,71 Jumlah 1.581.014 100,00

Sumber Data : Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah)

Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, komposisi penduduk Kota Semarang menyebar hampir merata pada tingkat SD/MI sederajat, SLTP/MTs / sederajat, SLTA/MA / sederajat serta yang tidak/belum tamat SD, yaitu berkisar pada angka 20%. Adapun penduduk yang telah menamatkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi jumlahnya hanya sekitar 4%, baik untuk tingkat Diploma I/II/III maupun untuk tingkat D IV, S1, S2, S3. Berikut ini tabel penduduk Kota Semarang dirinci berdasar tingkat pendidikan formal.

JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG BERDASAR PENDIDIKAN KONDISI TAHUN 2013

No Tingkat pendidikan Jumlah (Jiwa)

Persentase (%) 1 Tidak / belum pernah

sekolah 101.817 6,44

2 Tidak / belum tamat SD 324.266 20,51

3 SD/MI sederajat 356.835 22,57 4 SLTP/MTs / sederajat 320.630 20,28 5 SLTA/MA / sederajat 336.914 21,31 6 Diploma I / II / III 69.090 4,37 7 D IV, S1, S2, S3 71.462 4,52 J U M L A H 1.581.014 100,00

(6)

Sementara itu, dilihat dari mata pencaharian penduduk Kota Semarang, profesi terbanyak adalah buruh industri, kemudian PNS/TNI/POLRI, pedagang dan buruh bangunan. Secara lebih rinci, jumlah penduduk Kota Semarang berdasar mata pencaharian pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG BERDASAR MATA PENCAHARIAN

KONDISI TAHUN 2013 No Jenis mata pencaharian Jumlah Persentase (Jiwa) (%) 1 Petani Sendiri 28.732 3,91 2 Buruh Tani 19.767 2,69 3 Nelayan 2.866 0,39 4 Pengusaha 56.729 7,72 5 Buruh Industri 188.483 25,65 6 Buruh Bangunan 88.326 12,02 7 Pedagang 91.927 12,51 8 Angkutan 27.262 3,71 9 PNS/TNI/POLRI 101.112 13,76 10 Pensiunan 42.399 5,77 11 Lainnya 87.224 11,87 J U M L A H 734.827 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang Tahun 2013 (angka sangat sementara)

Dalam rangka memantau perkembangan pembangunan manusia secara berkelanjutan, UNDP telah memperkenalkan indikator yang disebut dengan Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 1990. IPM merupakan indikator komposit dari tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pembangunan manusia. Ketiga aspek tersebut berkaitan dengan peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan hidup layak (decent living). Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada Purchasing Power Parity (paritas daya beli dalam rupiah).

Data terakhir IPM Kota Semarang yang penghitungannya dilaksanakan oleh BPS adalah tahun 2012. Berikut ini data IPM Kota Semarang dalam 5 (lima) tahun terakhir.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA SEMARANG TAHUN 2008 - 2012

(7)

KOMPONEN Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 Indeks Pembangunan

Manusia

76,50 76,90 77,11 77,42 77,98

Sumber : BPS Kota Semarang Tahun 2013

1.2.3 KONDISI EKONOMI

a. Potensi Unggulan Daerah

Kota Semarang merupakan pusat industri besar dan sedang terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Perdagangan dan industri pengolahan berperan amat dominan dalam perekonomian Kota Semarang. Kontribusi kedua sektor tersebut terhadap PDRB lebih dari 50 persen. Sedangkan sarana dan prasarana perdagangan dan jasa yang tersedia di Kota Semarang pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :

SARANA DAN PRASARANA PERDAGANGAN DAN JASA DI KOTA SEMARANG TAHUN 2013

NO SARANA & PRASARANA JUMLAH

TAHUN 2012 TAHUN 2013*) 1 Restoran 32 124 2 Rumah Makan 109 139 3 Cafe 19 48 4 Hotel berbintang 34 44 5 Hotel non-berbintang 51 62 6 Pasar Tradisional 67 50 Pasar Kota 9 16 Pasar Wilayah 21 11 Pasar Lingkungan 37 23 7 Pasar Modern 438 444 Mall/Plaza 5 5 Swalayan/Supermarket/Toserba 26 32 Mini Market 406 406 Pasar Grosir 1 1

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang Tahun 2013 *)

Sedangkan untuk pengusaha kecil atau pengusaha ekonomi lemah, jenis usaha yang paling banyak digeluti adalah di bidang perberasan dan bumbon. Sebaran pengusaha jenis ini merata di hampir seluruh kecamatan di Kota Semarang.

Jenis usaha lain yang juga banyak digeluti masyarakat di Kota Semarang adalah usaha ikan laut/asin, konveksi, dan sayur-mayur.

(8)

Konsentrasi pengusaha ikan laut/asin terdapat di Kecamatan Semarang Barat. Sedangkan konsentrasi pengusaha konveksi terdapat di Kecamatan Semarang Tengah. Sementara pengusaha sayur-mayur tersebar merata di seluruh kecamatan di Kota Semarang.

Adapun jumlah sentra industri di Kota Semarang sampai dengan tahun 2013 adalah sebanyak 16 sentra industri kecil yang tersebar di 21 Kelurahan tercakup dalam 13 Kecamatan. Sedangkan diluar sentra-sentra industri kecil tersebut, juga terdapat industri-industri kecil yang juga mampu menghasilkan komoditi unggulan yang tersebar di 156 kelurahan yang belum memiliki sentra industri kecil. Penyebaran sentra-sentra industri dan bidang usahanya dapat ditunjukkan pada tabel berikut :

SENTRA INDUSTRI KECIL

No Nama Sentra Kelurahan Kecamatan Unit Usaha

1. Pengasapan ikan Bandarharjo Smg Utara 58

Krobokan Smg Barat 20

Tawang Mas Smg Barat 4

Mangunharjo Tugu 12

Tanjung Emas Smg utara 12

2 Rangka jog kursi Bandarharjo Smg utara 7

3 Mebel Tanjung Emas Smg utara 13

4 Bata merah Pedurungan Kidul Pedurungan 33

Penggaron Kidul Pedurungan 65

Plamongansari Pedurungan 43

Gunungpati Gunungpati 24

Jatisari Mijen 25

5 Tahu Tandang Tembalang 10

Gunungpati Gunungpati 15

Pedurungan Kidul Pedurungan 1

6 Tempe Krobokan Smg Barat 66

Kembangsari Smg Tengah 24

Sekayu Smg Tengah 16

Tandang Tembalang 23

7 Bandeng Presto Krobokan Smg Barat 11

Tambakrejo Gayamsari 20

8 Krupuk Terung Krobokan dan Karangayu

Smg Barat 12

9 Kerajinan kayu affal

Lamper Tengah Smg Selatan 11

10 Terasi Tanjung Emas Smg utara 6

Tambakrejo Gayamsari 17

11 Kolang kaling Jatirejo Gunungpati 7

12 Tas imitasi Sarirejo Smg Timur 9

Sendangguwo Tembalang 7

13 Barang dari kaleng

(9)

No Nama Sentra Kelurahan Kecamatan Unit Usaha

14 Kenteng Las Sarirejo Smg Timur 17

15 Kristik Gajahmungkur Gajahmungkur 13

16 Sepatu Pedurungan, Smg Timur,

Gayamsari, Smg Tengah, Genuk

52

JUMLAH 710

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan (sampai dengan 2013)

Sedangkan guna penentuan potensi unggulan daerah Kota Semarang digunakan enam indikator, yaitu Faktor kondisi dan potensi pemasaran; Faktor Input Produksi; Faktor Potensi Kewirausahaan; Faktor Prasarana; Faktor Potensi Pertumbuhan; dan Faktor Persepsi Pengusaha yang digunakan.

Dengan menggunakan indikator-indikator tersebut maka :

- Wilayah Semarang Utara dan Selatan mempunyai nilai rata-rata tertinggi pada Kondisi dan Prospek Usaha;

- Wilayah Semarang Utara dan Timur mempunyai nilai rata-rata tertinggi pada Faktor Potensi Kewirausahaan;

- Wilayah Semarang Utara dan Selatan mempunyai nilai rata-rata tertinggi pada faktor Input Produksi;

- Wilayah Semarang Barat dan Utara mempunyai nilai rata-rata tertinggi pada faktor Prasarana;

- Wilayah Semarang Utara dan Selatan mempunyai nilai rata-rata tertinggi pada faktor pertumbuhan; serta

- Wilayah Semarang Barat dan Utara mempunyai nilai rata-rata tertinggi pada faktor Persepsi Pengusaha Kecil terhadap Kebijakan Pemerintah.

Sehingga dapat dikatakan bahwa wilayah Semarang Utara, Semarang Selatan, Semarang Barat dan Semarang Timur, potensial untuk dijadikan sentra. Sedangkan bila dikelompokkan berdasar wilayah dan komoditas maka komoditas potensial yang ada dapat dikelompokkan, yaitu : I. Utara : (1) Kimia dan Barang Kimia, (2) Industri Pengolahan Hasil Hutan, (3) Percetakan, Kertas dan Pulp, (4) Makanan, II. Selatan : (1) Makanan, (2) Percetakan, Kertas dan Pulp, (3) Kimia dan Barang Kimia, (4) Alat Angkut, (5) Minuman, III. Timur : (1) percetakan, Kertas dan Pulp, (2) Alat Angkut, (3) Tas,

(10)

Dompet, Sepatu, Sandal, Ikat Pinggang, (4) Logam, V. Pusat : (1) Percetakan, Kertas dan Pulp, (2) Makanan, (3) Industri Pengolahan Hasil Hutan, (4) Alat Angkut, (5) Minuman. Adapun untuk memperjelas gambaran riil mengenai potensi komoditas unggulan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

INDUSTRI KECIL FORMAL

NO KELOMPOK INDUSTRI JUMLAH UNIT USAHA

PERSENTASE (%)

1 Kimia dan Barang Kimia 156 9,59

2 Minuman 238 14,63

3 Makanan 373 22,93

4 Furniture dan Barang dari Kayu 300 18,44

5 Kulit / Barang dari kulit dan plastik 20 1,23

6 Percetakan 175 10,76

7 Logam / Mesin 182 11,19

8 Elektronika 15 0,92

9 Alat Angkut 1 0,06

10 Tekstil dan produk dari Tekstil 65 4,00

11 Aneka 99 6,08

12 Industri lain 3 0,18

JUMLAH 1.627 100,00

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan (sampai dengan 2013) INDUSTRI KECIL NON FORMAL

NO KELOMPOK INDUSTRI JUMLAH UNIT USAHA

PERSENTASE (%)

1 Kimia dan Barang Kimia 7 0,64

2 Minuman 284 26,06

3 Makanan 332 30,82

4 Furniture dan Barang dari Kayu 213 19,54

5 Kulit / Barang dari kulit dan plastik 11 1,01

6 Logam / Mesin 14 1,28

7 Tekstil dan produk dari Tekstil 75 6,88

8 Aneka 132 12,11

9 Industri lain 27 2,11

JUMLAH 1.095 100,00

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan (sampai dengan 2013) INDUSTRI MENEGAH NON FASILITAS

NO KELOMPOK INDUSTRI JUMLAH UNIT USAHA

PERSENTASE (%)

1 Kimia dan Barang Kimia 56 8,04

2 Minuman 77 10,77

3 Makanan 72 10,19

4 Furniture dan Barang dari Kayu 171 24,64

5 Kulit / Barang dari kulit dan plastik 17 2,44

6 Percetakan 106 15,21

7 Logam / Mesin 90 12,92

8 Elektronika 18 2,58

9 Alat Angkut 4 0,57

10 Tekstil dan produk dari Tekstil 18 2,58

11 Aneka 50 7,17

12 Industri lain 18 2,59

JUMLAH 697 100,00

(11)

INDUSTRI BESAR NON FASILITAS

No Kelompok Industri Jumlah Unit Usaha

Persentase (%)

1 Kimia dan Barang Kimia 18 10,59

2 Minuman 17 10,00

3 Makanan 14 8,24

4 Furniture dan Barang dari Kayu 28 16,47

5 Kulit / Barang dari kulit dan plastik 7 4,12

6 Percetakan 9 5,29

7 Logam / Mesin 18 10,59

8 Elektronika 4 2,35

9 Alat Angkut 10 5,88

10 Tekstil dan produk dari Tekstil 8 4,71

11 Aneka 23 13,53

12 Industri lain 14 8,24

JUMLAH 170 100,00

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Sampai dengan 2013)

Berdasar tingkat potensi nya maka Industri unggulan yang ada di Kota Semarang dapat dikelompokkan menjadi :

- Industri potensial : (1) Industri Makanan, (2) Industri Minuman, (3) Furniture Barang dari Kayu, (4) Industri Logam, (5) Industri Pakaian Jadi,

- Industri Kurang Potensial : (1) Industri Alat Angkut, (2) Elektronika, (3) Barang dari Kulit.

Selain Potensi Industri sebagaimana disampaiakan diatas, Kota Semarang juga memeiliki karakteristik sebagai Kota Perdagangan. Artinya Kota yang mendasarkan bentuk aktivitas pengembangan ekonomi dengan menitikberatkan pada aspek perniagaan sesuai dengan karakteristik masyarakat, yang didalamnya melekat penyelenggaraan fungsi jasa yang menjadi tulang punggung pembangunan, dengan tidak meninggalkan potensi lainnya.

b. Pertumbuhan Ekonomi / PDRB

Kegiatan ekonomi suatu daerah secara umum dapat digambarkan melalui kemampuan daerah tersebut menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan bagi kebutuhan hidup masyarakat yang diindikasikan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh

(12)

unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Penyajian PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. Nilai PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah pergeseran dan struktur perekonomian daerah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dapat mencerminkan perkembangan riil ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun yang digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang yang dicerminkan dari angka-angka PDRB, masih memperlihatkan keadaan yang relatif baik. Dari hasil penghitungan sementara yang dilakukan oleh BPS, terjadi perubahan agregat PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 sebesar Rp. 54.384.654.530.000,- menjadi Rp. 61.317.000.860.000,-pada tahun 2013, sehingga terjadi penambahan sebesar Rp. 6.932.346.330.000,- atau mengalami kenaikan sebesar 12,75%.

Sedangkan apabila menurut harga konstan 2000, maka pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 5,84%, atau mengalami kenaikan sebesar dari Rp. 24.196.487.780.000,- pada tahun 2012 menjadi Rp. 25.608.529.150.000,- pada tahun 2013.

Secara lebih rinci, PDRB Kota Semarang berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Bappeda Kota Semarang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

PDRB KOTA SEMARANG TAHUN 2012 DAN TAHUN 2013

LAPANGAN USAHA Harga Berlaku Harga Konstan 2012*) 2013**) 2012*) 2013**) 1. PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 588.074,44 627.301,59 246.649,51 248.028,30 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 81.153,57 86.553,32 33.799,64 34.222,00 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 13.396.296,80 15.121.999,80 6.432.298,02 6.750.992,29 4. LISTRIK,GAS & AIR

MINUM

(13)

LAPANGAN USAHA Harga Berlaku Harga Konstan 2012*) 2013**) 2012*) 2013**) 5. KONSTRUKSI 10.562.309,17 11.797.229,92 3.747.765,85 3.986.401,22 6. PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 15.460.952,20 17.614.828,33 7.522.659,90 8.015.473,75 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 5.091.566,72 5.703.089,07 2.314.801,61 2.440.468,17 8. KEUANGAN,PERSEWAAN

& JASA PERUSAHAAN

1.452.004,58 1.634.369,03 661.403,13 702.266,69 9. JASA-JASA 6.976.255,85 7.870.954,19 2.942.317,15 3.125.332,87 PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO (PDRB)

54.384.654,53 61.317.000,86 24.196.487,78 25.608.529,15

Sumber Data : Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah) keterangan : *) Angka sementara

**)Angka sangat sementara

Berdasarkan sumbangan atau kontribusi terhadap pembentukan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2013, terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi yang terbesar, yaitu 28,73%, disusul kemudian sektor industri pengolahan sebesar 24,66%, sektor konstruksi sebesar 19,24% dan sektor jasa-jasa sebesar 12,84%. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,14%.

DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DI KOTA SEMARANG TAHUN 2010-2013

LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012*) 2013**)

1. PERTANIAN 1,17 1,15 1,08 1,02

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,17 0,16 0,15 0,14

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 24,16 24,36 24,63 24,66

4. LISTRIK,GAS & AIR MINUM 1,53 1,47 1,43 1,40

5. KONSTRUKSI 19,82 19,68 19,42 19,24

6. PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 27,92 28,01 28,43 28,73

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 9,82 9,55 9,36 9,30

8.

KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA

PERUSAHAAN 2,73 2,68 2,67 2,67

9. JASA-JASA 12,69 12,94 12,83 12,84

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber Data : Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah) keterangan : *) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

Apabila dilihat pertumbuhan tiap sektor atas dasar harga konstan 2000 di Kota Semarang, lapangan usaha yang mencapai pertumbuhan paling tinggi adalah sektor Perdagangan, Hotel & Restoran sejumlah 6,55, disusul sektor bangunan sejumlah 6,37, sektor jasa-jasa 6,22. Sedangkan lapangan usaha dengan pertumbuhan terendah adalah sektor pertanian sejumlah 0,56.

(14)

PERTUMBUHAN TIAP SEKTOR ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 DI KOTA SEMARANG

LAPANGAN USAHA 2010 2011 2012*) 2013**)

1. PERTANIAN 2,78 1,74 0,54 0,56

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2,83 2,33 1,96 1,25

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4,90 5,50 6,36 4,95

4. LISTRIK,GAS & AIR MINUM 4,16 4,78 3,76 3,58

5. BANGUNAN 7,17 7,04 6,03 6,37

6. PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 5,93 6,67 7,08 6,55 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 5,87 6,06 5,61 5,43 8.

KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA

PERUSAHAAN 3,19 5,56 7,44 6,18

9. JASA-JASA 7,46 8,15 6,67 6,22

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 5,87 6,41 6,42 5,84

Sumber Data : Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah) keterangan : *) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

Pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Bila pada tahun 2000 adalah sebesar 9.180.071,90 rupiah, pada tahun 2013 telah mencapai 39.124.435,42 rupiah, berarti telah terjadi peningkatan sebesar 4 kali lipat selama 13 tahun. Dan jika dilihat berdasarkan harga konstan 2000, pertumbuhan pendapatan per kapita dalam periode 2000 - 2013 juga mengalami peningkatan.

Dari kedua informasi tersebut dapat dikatakan bahwa pada tahun 2013 peningkatan pendapatan yang terjadi mampu mengangkat pendapatan per kapita hampir 4 kali lipat dibanding pada kondisi tahun 2000. Pada tahun 2013, pendapatan per kapita penduduk Kota Semarang berdasarkan perhitungan sementara adalah Rp. 39.124.435,42 untuk harga berlaku dan Rp. 16.339.991,04 untuk harga konstan tahun 2000.

PDRB PER KAPITA KOTA SEMARANG

Tahun Harga Berlaku Harga Konstan 2010 27.891.154,90 13.731.386,57 2011 31.101.850,41 14.591.731,86 2012*) 34.787.877,69 15.477.609,72 2013**) 39.124.435,42 16.339.991,04

Sumber Data : Bappeda Kota Semarang (data diolah) keterangan : *) Angka sementara

**)Angka sangat sementara

Selain dari PDRB, kondisi ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari laju inflasi. Laju inflasi merupakan ukuran untuk menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang

(15)

berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung dari tingkat keparahan inflasi tersebut. Apabila inflasi itu ringan justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan daerah dan mendorong masyarakat untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Namun sebaliknya pada inflasi yang tinggi masyarakat menjadi tidak bersemangat untuk bekerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi yang disebabkan harga meningkat dengan cepat.

Inflasi Kota Semarang pada tahun 2012 tercatat sebesar 4,85%., sedangkan pada tahun 2013 angka inflasi Kota Semarang sebesar 8,19% atau sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat 8,38%, akan tetapi lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Tengah yang tercatat 7,98%. Faktor yang berkontribusi paling besar pada naiknya angka inflasi di Kota Semarang adalah kenaikan harga pada bidang transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mencapai 12,94%, serta bahan makanan yang mencapai 11,94%. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli dan Agustus yang mencapai angka 3,5% dan 1,25%, bertepatan dengan datangnya bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1433 H. Selain itu, kenaikan harga BBM bersubsidi serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika dan mata uang lainnya, menjadi penyebab tingginya angka inflasi di hampir seluruh daerah di Indonesia.

LAJU INFLASI DI KOTA SEMARANG

BULAN Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 1 Januari -0,09 0,75 0,60 0,42 0,99 2 Februari 0,13 0,47 -0,12 0,37 0,90 3 Ma ret 0,67 -0,20 -0,11 0,33 0,95 4 April -0,17 0,37 -0,54 0,14 -0,43 5 Mei 0,09 0,02 0,13 0,36 -0,17 6 Juni 0,14 0,84 0,43 0,68 0,86 7 Juli 0,46 1,73 0,67 0,83 3,50 8 Agustus 0,32 0,53 0,57 1,26 1,25 9 September 1,17 1,04 0,51 -0,10 -0,61 10 Oktober 0,41 0,02 -0,19 0,07 0,12 11 Nopember -0,27 0,63 0,51 -0,01 0,42 12 Desember 0,27 0,70 0,38 0,41 0,21 Year on Year (Kalender Desember) 3,19 7,11 2,87 4,85 8,19

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan tentang retribusi izin mendirikan bangunan di wilayah Kabupaten Tegal diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal Nomor 11 Tahun

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN PASEH DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG DAN KECAMATAN JALANCAGAK DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUBANG

PP 28/1992, PEMBENTUKAN 8 (DELAPAN) KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SINJAI, SOPPENG, GOWA, MAROS, DAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran

Kabupaten Semarang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah.Pada saat ituKota

Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul dibentuk dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten

Semakin berkembangnya jumlah penduduk dan pemerintahan, dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten –