• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

42

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN STATUS IMUNISASI ANAK BALITA DI KAMPUNG FARUSI DISTRIK SWANDIWE KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA

Lefrin Hengkengbala*, Woodfoord B.S.Joseph*, Nova H. Kapantow* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu dan merupakan upaya efektif untuk pencegahan penyakit. Cakupan imunisasi dasar lengkap secara nasional hanya 53,8% (Riskesdas, 2010). Dari 33 provinsi di Indonesia, Provinsi Papua merupakan daerah dengan cakupan imunisasi dasar lengkap terendah yaitu pada bayi dan anak dengan persentase 28,2%. Status imunisasi anak dipengaruhi antara lain oleh pengetahuan dan sikap ibu terhadap imunisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi dengan status imunisasi balita di Kampung Farusi.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Adapun yang menjadi sampel penelitian adalah semua anak balita di Kampung Farusi Distrik Swandiwe Kabupaten Biak Numfor Papua yang berjumlah 41 anak balita (total populasi).Data pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi diperoleh dengan menggunakan kuesionar. Status imunisasi ditentukan menggunakan check list berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS). Analisis bivariat menggunakan ujiFisher’s exact(CI 95%, α=0,05).

Hasil penelitian menunjukkan sebesar 68,3% responden memiliki pengetahuan baik. Terdapat 78% responden memiliki sikap baik. Sebesar 65,9% balita memiliki status imunisasi lengkap. Nilai probabilitas (p value) hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan status imunisasi sebesar 0,003, sedangkan hubungan sikap ibu tentang imunisasi dengan status imunisasi sebesar 0,004.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang imunisasi.Status imunisasi balita sebagian besar lengkap.Terdapat hubungan masing-masing antara pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi dengan status imunisasi balita.Saran bagi intitusi pemerintah adalah agar Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor perlu secara periodik melakukansosialisasi, pemantauan dan evaluasi program imunisasi di Puskesmas.Bagi Puskesmas agar petugas kesehatan perlu secara aktif mengajak tokoh agama, tokoh masyarakat, kader kesehatan, dan aparat pemerintah desa untuk bersama-sama mengambil peran aktif dengan menyebarluaskan informasi kesehatan khususnya kegiatan imunisasi.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, status imunisasi

ABSTRACT

Immunization is an attempt to confer immunity against a specific disease in infants and children and an effective effort to prevent diseases. Compelte basic immunization coverage nationally was only 53,8% (Riskesdas, 2010). From the 33 provinces in Indonesia, the province of Papua was the one that reached the lowest basic immunization coverage that is 28,2%. The immunization status of children is affected among others by mothers’ knowledge and attitudes towards immunization. This research aimed at finding out the relationship between mothers’ knowledge and attitudes towards immunization with the immunization status of children under five in Farusi village.

The research was an analytical observation study with cross sectional study design. The sample of research was all children under five years at Farusi Village of Swandiwe District in Biak Numfor Regency of Papua Province with amount of 41 children under five years (total population). The data on the mothers’ knowledge and attitudes towards immunization were obtained from questionnaires. The immunization status was determined using a checklist based on KMS (Cards to Health). Bivariate analysis was peformed using Fisher Exact Test (CI 95% and α=0,05).

The research findings showed that 68,3% of the respondents had good knowledge, 78% of the repondents had good attitudes, and 65,9% of children under five years had complete immunization status. The probability value (p value) of the relationship between the mothers’ knowledge on immunization with the status of immunization was 0,003, whereas the relationship between the mothers’attitudes towards immunization with the status of immunization was 0,004.

It can be concluded that most of the mothers had good knowledge and attitudes towards immunization. The immunization status of children under five years was mostly complete. There was relationship between the

(2)

43

mothers’ kowledge and attitudes towards immunization with the immunization status of children under five years. It is then recommended for the goverment institution, particularly the Health Office of Biak Numfor Regency, to conduct periodic information dissemination, monitoring, and evaluation of the immunization program at the Community Health Centre. For the Community Health Centre, health workers need to actively engage community leaders, religious leaders, health volunteers, and village officials in order to take an active role in disseminating health information, especially for immunization activities.

(3)

44

PENDAHULUAN

Kegiatan Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan, dan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Milenium Development Goals (MDGs) khususnya untuk

menurunkan angka kematian pada anak. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010), menunjukkan masih rendahnya cakupan imunisasi secara nasional dimana capaian tertinggi yaitu imunisasi BCG untuk anak usia 12-23 bulan adalah 77,9%, dan terendah adalah DPT-HB 61,9%. Sedangkan persentase imunisasi dasar lengkap secara nasional hanya 53,8%, tidak lengkap 33,5%, dan tidak diimunisasi 12,7%. Dari 33 provinsi yang ada di Indonesia Provinsi Papua merupakan daerah yang paling rendah persentase cakupan imunisasi dasar lengkap yaitu 28,2% dan merupakan daerah yang persentase tertinggi untuk anak yang tidak mendapatkan imunisasi yaitu 35,3%, dimana secara nasional hanya 12,7% anak usia 12-23 bulan yang tidak mendapatkan imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

Jenis-jenis penyakit yang saat ini masuk dalam program imunisasi adalah tuberkulosis, difteri, pertusis, polio, campak, tetanus, dan hepatitis Tujuan jangka pendek dari pelayanan imunisasi yaitu pencegahan penyakit secara perorangan dan kelompok, sedangkan tujuan jangka panjang yaitu eradikasi atau eliminasi suatu penyakit. Sampai saat ini baru tujuh jenis penyakit menular yang dapat diupayakan pencegahannya

melalui program imunisasi yang disebut dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Depkes RI, 2005).

Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu bagian dari kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua dimana persentase capaian program imunisasinya juga masih rendah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Biak Numfor tahun 2011 persentase cakupan imunisasi tertinggi yaitu BCG 79% dan terendah imunisasi HB 41%. Puskesmas Ampombukor merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Biak Numfor dan terletak di wilayah perbatasan antara Biak Numfor dengan Kabupaten Supiori, tepatnya berada di bagian Barat Pulau Biak yang wilayah kerjanya terdiri atas 12 kampung (desa) yang berada di wilayah Distrik (Kecamatan) Swandiwe.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross

sectional. Populasi dalam penelitian ini ialah

semua anak Balita di Kampung Farusi Kabupaten Biak Numfor, Sampel penelitian ini adalah sampel total yaitu 41 anak Balita. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat menggunakan uji Fisher’s Exact(CI)=95%, α=0,05) dengan bantuan program Statistical

(4)

45

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan responden.Karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik n % Umur < 20 tahun 3 7,3 20-29 tahun 20 48,8 30-39 tahun 16 39 ≥ 40 tahun 2 4,9 Tingkat Pendidikan SD 15 36,6 SMP 18 43,9 SMA/SMK 8 19,5 Pekerjaan PNS 1 2,4 Petani 14 34,2 Tidak Bekerja 26 63,4

Tabel di atas menunjukkan karakteristik responden. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah umur 20-29 tahun yaitu sebesar 48,8% dan yang paling sedikit adalah umur di atas 40 tahun yaitu sebesar 4,9%. Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tingkat

pendidikan SMP yaitu sebesar 43,9% dan jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan SMA/SMK yaitu sebesar 19,5%. Untuk jumlah responden berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah tidak bekerja yaitu sebesar 63,4% dan paling sedikit bekerja sebagai pegawai negeri sipil yaitu sebesar 2,4%.

Pengetahuan Tentang Imunisasi

Pengetahuan umumnya didapat dari pendidikan formal dan non formal ditambah lagi dengan adanya informasi yang diperoleh dari media cetak dan media elektronik ataupun dari sumber-sumber lain. Tabel di bawah ini merupakan pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Imunisasi

No. Pengetahuan Tentang Imunisasi Tahu Tidak Tahu

n % n %

1. Tujuan program imunisasi adalah untuk mencegah penyakit tertentu yang berbahaya

33 80,5 8 19,5

2. Saat yang paling baik untuk diberikan imunisasi adalah pada kondisi bayi dalam keadaan yang sehat.

30 73,2 11 26,8

3. Cara pemberian imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin melalui mulut

24 58,5 17 41,5

4. Imunisasi hepatitis B diberikan agar terbentuk anti bodi kuman penyakit hati

22 53,7 19 46,3

5. Imunisasi dasar lengkap diberikan sebelum bayi berumur 1 tahun

25 61 16 39

6. Imunisasi dasar BCG diberikan 1 kali 27 65,9 14 34,1

(5)

46

imunisasi BCG, Hepatitis B, dan DPT

8. Campak adalah salah satu imunisasi yang diberikan pada bayi

29 70,7 12 29,3

9. Penyakit tuberkulosis (TBC) dapat dicegah dengan imunisasi BCG

27 65,9 14 34,1

10. Imunisasi dasar hepatitis (HB) diberikan 3 kali 23 56,1 18 43,9 11. Imunisasi campak sering menimbulkan efek

samping demam ringan pada bayi

26 63,4 15 36,6

12. Imunisasi dasar yang lengkap dapat mencegah penyakit tuberkulosis (TBC)

20 48,8 21 51,2

13. Selain di Puskesmas dan Posyandu pelayanan imunisasi dapat diperoleh di Rumah Sakit

32 78 9 22

14. Sasaran pemberian imunisasi dasar adalah pada bayi 23 56,1 18 43,9 Tabel 2.Menunjukkan 80,5% responden

mengetahui bahwa tujuan imunisasi adalah untuk mencegah penyakit tertentu dan sebanyak 19,5% responden lainnya tidak mengetahui. Pengetahuan responden bahwa sebaiknya dalam kondisi sehat bayi diberikan imunisasi sebanyak 73,2% responden mengetahui hal tersebut dan sebesar 26,8% responden tidak tahu atau menjawab salah. Responden yang tahu atau menjawab benar atas pertanyaan imunisasi polio diberikan dengan cara meneteskan vaksin polio melalui mulut sebesar 58,5% sedangkan 41,5% responden menjawab salah atau tidak tahu. Responden yang tahu bahwa imunisasi hepatitis (HB) diberikan agar terbentuk anti bodi untuk kuman penyakit hati adalah sebesar 53,7% sedangkan 46,3% tidak tahu. Responden yang tahu bahwa bayi harus mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebelum berumur 1 tahun adalah sebesar 61% dan sebesar 39% responden tidak tahu. Responden yang tahu bahwa imunisasi dasar BCG diberikan satu kali adalah sebesar 65,9% dan 34,1% responden tidak tahu. Sebesar 68,3% responden mengetahui bahwa untuk pemberian imunisasi polio dapat dilakukan bersama-sama dengan imunisasi BCG, Hepatitis B, dan DPT sedangkan 31,7% lainnya tidak tahu. Responden yang tahu bahwa salah satu imunisasi yang diberikan pada bayi adalah

imunisasi campak adalah sebesar 70,7% sedangkan 29,3% responden tidak tahu.Sebesar 65,9% responden tahu bahwa penyakit tuberkulosis (TBC) dapat dicegah dengan imunisasi BCG sedangkan 34,1% responden lainnya tidak tahu. Responden yang tahu atau menjawab benar untuk pertanyaan imunisasi dasar hepatitis (HB) diberikan 3 kali adalah sebesar 56,1% dan sebesar 43,9% responden menjawab salah atau tidak tahu. Responden yang tahu bahwa pemberian imunisasi campak sering menimbulkan efek samping yaitu demam ringan pada bayi adalah sebesar 63,4% dan sebesar 36,6% responden tidak tahu. Responden yang tahu bahwa penyakit TBC pada bayi dapat dicegah dengan imunisasi dasar lengkap adalah sebesar 48,8% sedangkan 51,2% lainnya menjawab salah atau tidak tahu. Diketahui bahwa responden yang menjawab benar atau tahu bahwa selain di Posyandu dan Puskesmas pelayanan imunisasi pada bayi dapat juga diperoleh di Rumah Sakit adalah sebesar 78% dan sebesar 22% responden tdak tahu atau menjawab salah. Sedangkan responden yang tahu atau menjawab benar bahwa imunisasi dasar diberikan pada bayi adalah sebesar 56,1% dan 43,9% responden lainnya menjawab salah atau tidak tahu.

(6)

47

Tabel 3. Distribusi Gambaran Umum Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi

Pengetahuan Tentang Imunisasi n %

Baik 28 68,3

Tidak Baik 13 31,7

Jumlah 41 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 28 orang (68,3%) responden memiliki

pengetahuan baik dan sebesar 13 orang (31,7%) responden memiliki pengetahuan tidak baik.

Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Tentang Imunisasi Berdasarkan Karakteristik Responden Karakteristik

Pengetahuan

n %

Baik Tidak Baik

n % n % Umur < 20 Tahun 2 66,7 1 33,3 3 100 20-29 Tahun 14 70 6 30 20 100 30-39 Tahun 10 62,5 6 37,5 16 100 ≥ 40Tahun 2 100 0 0 2 100 Tingkat Pendidikan SD 8 53,3 7 46,7 15 100 SMP 13 72,2 5 27,8 18 100 SMA/SMK 7 87,5 1 12,5 8 100 Pekerjaan Tidak Bekerja 16 61,5 10 38,5 26 100 PNS 1 2,4 100 0 1 100 Petani 11 78,6 3 21,4 14 100

Tabel di atas menunjukkan pengetahuan tentang imunisasi berdasarkan karakteristik responden. Berdasarkan umur dapat diketahui bahwa responden yang berumur< 20 tahun memiliki pengetahuan baik sebesar 66,7% dan pengetahuan tidak baik sebesar 33,3%. Responden yang berumur 20–29 tahun memiliki pengetahuan baik sebesar 70% dan pengetahuan tidak baik sebesar 30%. Responden yang berumur 30–39 tahun memiliki pengetahuan baik sebesar 62,5% dan pengetahuan tidak baik sebesar 37,5%. Responden yang berumur ≥ 40 tahun memiliki pengetahuan baik sebesar 100%.

Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa responden yang bertingkat pendidikan SD memiliki pengetahuan baik sebesar 53,3% dan memiliki pengetahuan tidak baik 46,7%. Responden yang bertingkat pendidikan SMP memiliki pengetahuan baik sebesar 72,2% dan pengetahuan tidak baik sebesar 27,8% Responden yang bertingkat

pendidikan SMA/SMK memiliki pengetahuan baik sebesar 87,5% dan pengetahuan tidak baik sebesar 12,5%.

Berdasarkan pekerjaan diketahui bahwa responden yang tidak bekerja memiliki pengetahuan baik sebesar 61,5% dan memiliki pengetahuan tidak baik sebesar 38,5%. Responden yang bekerja sebagai PNS memiliki pengetahuan baik sebesar 100%.. Responden yang bekerja sebagai petani memiliki pengetahuan baik sebesar 78,6% dan pengetahuan tidak baik sebesar 21,4%.

Sikap Responden Tentang Imunisasi

Sikap merupakan kesiapan bertindak dan atau belum terlaksana karena bisa saja berubah sewaktu-waktu atau dapat dikatakan sikap adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap responden tentang imunisasi dapat di lihat pada tabel 5.

(7)

48

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Imunisasi

No. Pernyataan

Setuju Tidak setuju

n % n %

1. Jika mendapatkan imunisasi dasar lengkap anak akan terhindar dari penyakit yang berbahaya

37 90,2 4 9,8

2. Imunisasi DPT, Hepatitis B, dan Polio dapat diberikan secara bersama-sama

31 75,6 10 24,4

3. Jika dalam keadaan demam ringan bayi tetap dapat diberikan imunisasi

27 65.9 14 34.1

4. Ibu yang memiliki banyak anak harus tetap membawa anaknya untuk diimunisasi

31 75,6 10 24,4

5. Pemberian imunisasi hanya diberikan pada anak sulung (tertua)

30 73,2 11 26,8

6. Imunisasi hanya untuk mensukseskan program pemerintah saja

24 58,5 17 41,5

7. Jika mendengar laporan mengenai efek samping yang terjadi setelah imunisasi, ibu tetap akan membawa anaknya untuk diimunisasi pada jadwal berikutnya

31 75,6 10 24,4

8. Bilamana ada ketentuan untuk membayarkan sejumlah uang untuk jasa pelayanan imunisasi di Posyandu, ibu tetap akan membawa anaknya untuk diimunisasi

22 53,7 19 46,3

9. Bila tidak menderita campak bayi tidak perlu mendapatkan imunisasi campak

16 39 25 61

10. Ayah dari bayi tidak perlu mengetahui masalah imunisasi anaknya

15 36,6 26 63,4

11. Tidak perlu bagi seorang ibu untuk mengetahui apakah anaknya sudah memperoleh imunisasi dasar secara lengkap atau belum

8 19,5 33 80,5

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebesar 90,2% responden menjawab setuju dengan pernyataan jika mendapatkan imunisasi dasar lengkap anak akan terhindar dari penyakit yang berbahaya dan 9,8% responden yang menjawab tidak setuju. Responden yang menjawab setuju untuk pernyataan imunisasi DPT, Hepatitis B dapat diberikan secara bersama-sama adalah sebesar 75,6% dan responden yang menjawab tidak setuju sebesar 24,4%. Responden yang menjawab setuju atas penyataan bayi dalam keadaan demam ringan tetap dapat diberikan imunisasi adalah sebesar 65,9% dan sebesar 34,1% responden menjawab tidak setuju. Responden yang setuju untuk pernyataan ibu yang memiliki banyak anak harus tetap membawa anaknya untuk diimunisasi adalah

sebesar 75,6% dan sebesar 24,4% responden tidak setuju. Diketahui bahwa responden yang menjawab setuju untuk pernyataan pemberian imunisasi hanya diberikan pada anak sulung (tertua) adalah sebesar 73,2% dan sebesar 26,8% menjawab tidak setuju. Responden yang setuju untuk pernyataan imunisasi hanya untuk mensukseskan program pemerintah saja adalah sebesar 58,5% dan sebesar 41,5% responden tidak setuju.Responden yang menjawab setuju untuk pernyataan jika mendengar ada efek samping yang diakibatkan karena pemberian imunisasi terhadap anak, ibu masih akan membawa anaknya untuk diimunisasi pada jadwal berikut adalah sebesar 75,6% dan sebesar 24,4% responden menjawab tidak setuju. Diketahui bahwa responden yang

(8)

49

menjawab setuju untuk pernyataan bilamana

ada ketentuan untuk membayarkan sejumlah uang untuk jasa pelayanan imunisasi di posyandu, ibu tetap akan membawa anaknya untuk diimunisasi adalah sebesar 53,7% dan sebesar 46,3% responden menjawab tidak setuju. Diketahui bahwa responden yang menjawab setuju untuk pernyataan bila bayi tidak menderita campak bayi tidak perlu mendapatkan imunisasi campak adalah sebesar 39% dan sebesar 61% responden menjawab tidak setuju. Responden yang menjawab setuju

untuk pernyataan ayah dari bayi tidak perlu mengetahui masalah imunisasi anaknya adalah sebesar 36,6% dan sebesar 63,4% responden menjawab tidak setuju. Sedangkan responden yang menjawab setuju untuk pernyataan tidak perlu bagi seorang ibu untuk mengetahui apakah anaknya sudah memperoleh imunisasi dasar secara lengkap atau belum adalah sebesar 19,5% dan sebesar 80,5% responden menjawab tidak setuju.

Tabel 6. Distribusi Gambaran Umum Sikap Responden Tentang Imunisasi

Sikap Responden n %

Baik 32 78

Tidak Baik 9 22

Jumlah 41 100

Berdasarkan tabel 6. Diketahui bahwa sebanyak 32 orang (78%) responden memiliki

sikap baik dan sebanyak 9 orang (22%) responden memiliki sikap tidak baik.

Tabel 7. Distribusi Sikap Tentang Imunisasi Berdasarkan Karakteristik Responden Karakteristik

Sikap

n %

Baik Tidak Baik

n % n % Umur < 20 Tahun 2 66,7 1 33,3 3 100 20-29 Tahun 15 75 5 25 20 100 30-39 Tahun 13 81,3 3 18,7 16 100 ≥ 40 Tahun 2 100 0 0 2 100 Tingkat Pendidikan SD 10 66,7 5 33,3 15 100 SMP 15 83,3 3 16,7 18 100 SMA/SMK 7 87,5 1 12,5 8 100 Pekerjaan Tidak Bekerja 21 80,8 5 19,2 26 100 PNS 1 100 0 0 1 100 Petani 10 71,4 4 28,6 14 100

Tabel di atas menunjukkan sikap tentang imunisasi berdasarkan karakteristik responden. Berdasarkan umur dapat diketahui bahwa responden yang berumur < 20 tahun memiliki sikap baik sebesar 4,9% dan sikap tidak baik sebesar 2,4%. Responden yang berumur 20–29 tahun memiliki sikap baik sebesar 36,6% dan sikap tidak baik sebesar 12,2%. Responden yang berumur 30–39 tahun memiliki sikap baik sebesar 31,7% dan sikap tidak baik sebesar

7,3%. Responden yang berumur ≥ 40 tahun memiliki sikap baik sebesar 4,9% dan tidak ada responden yang memiliki sikap tidak baik. Berdasarkan tingkat pendidikan dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat pendidikan SD memiliki sikap baik sebesar 24,4% dan memiliki sikap tidak baik sebesar 12,2%. Responden yang bertingkat pendidikan SMP memiliki sikap baik sebesar

(9)

50

36,6% dan sikap tidak baik sebesar 7,3%.

Responden yang

mempunyai pendidikan SMA/SMK memiliki sikap baik sebesar 17,1% dan sikap yang tidak baik sebesar 2,4%.

Berdasarkan pekerjaan dapat diketahui bahwa responden yang tidak bekerja memiliki sikap baik sebesar 51,2% dan memiliki sikap tidak baik sebesar 12,2%. Responden yang bekerja sebagai PNS memiliki pengetahuan baik sebesar 2,4% dan tidak ada yang memiliki sikap yang tidak baik. Responden yang bekerja

sebagai petani memiliki sikap baik sebesar 24,4% dan sikap tidak baik sebesar 9,8%. Status Imunisasi

Status imunisasi adalah suatu kriteria imunisasi berdasarkan kelengkapan pemberian imunisasi yang dianjurkan.Status imunisasi lengkap bila semua jenis imunisasi dasar diberikan dan tidak lengkap bila ada salah satu imunisasi dasar tidak diberikan.Gambaran status imunisasi anak Balita di Kampung Farusi dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

Tabel 8. Distribusi Gambaran Umum Status Imunisasi Anak Balita di Kampung Farusi

Status Imunisasi n %

Lengkap 27 65,9

Tidak Lengkap 14 34,1

Jumlah 41 100

Tabel di atas menunjukkan gambaran umum status imunisasi anak Balita, yaitu sebanyak 27 anak (65,9%) dari 41 sampel memiliki status

imunisasi lengkap dan ada 14 anak (34,1%) yang status imunisasinya tidak lengkap.

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi dengan Status Imunisasi Balita di Kampung Farusi Kabupaten Biak Numfor

Tabel 9. Tabel Silang Hubungan Antara Pengetahuan dengan Status Imunisasi Anak Balita di Kampung Farusi

Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi

Status Imunisasi Balita

p value

Lengkap Tidak Lengkap

n %

n % n %

Baik 23 82,1 5 17,8 28 100

Tidak Baik 4 30,8 9 69,2 13 100

Jumlah 27 65,9 14 34,1 41 100 0,003

Tabel di atas menunjukkan hasil nilai probabilitas (p value) antara pengetahuan dengan status imunisasi sebesar 0,003. Nilai tersebut diperoleh dengan menggunakan

Fisher`s Exact Test dengan bantuan program

SPSS versi 17 for Windows. Nilai probabilitas

(pvalue) 0,003 < 0,05 (tingkat kesalahan) maka

berdasarkan nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi anak Balita di Kampung Farusi Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua.

(10)

51

Hubungan Antara Sikap Ibu tentang Imunisasi dengan Status Imunisasi Balita di Kampung Farusi Kabupaten Biak Numfor

Tabel 10. Tabel Silang Hubungan Antara Sikap dengan Status Imunisasi Anak Balita di Kampung Farusi

Sikap Ibu Tentang Imunisasi

Status Imunisasi Balita

p value

Lengkap Tidak Lengkap

n %

n % n %

Baik 25 61 7 17,1 32 78

Tidak Baik 2 4,9 7 17,1 9 22

Jumlah 27 65,9 14 34,2 41 100,0 0,004

Tabel di atas menunjukkan hasil nilai probabilitas (p value) antara pengetahuan dengan status imunisasi sebesar 0,004. Nilai probabilitas (p value) 0,004 < 0,05 (tingkat kesalahan) maka dapat dinyatakan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan status imunisasi anak Balita di Kampung Farusi Kabupaten Biak Numfor Papua.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan status imunisasi Balita dan terdapat hubungan antara sikap ibu dengan status imunisasi anak Balita di Kampung Farusi Kabupaten Biak Numfor Papua. Adapun yang dapat menjadi saran adalah Dinas Kesehatan

Kabupaten Biak Numfor perlu secara periodik melakukan sosialisasi, pemantauan dan evaluasi program imunisasi di Puskesmas, sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada dan diharapkan mendapatkan solusi yang tepat untuk dapat meningkatkan cakupan imunisasi sesuai dengan target program yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2012.Profil Kesehatan Kabupaten Biak Numfor Tahun 2011.Biak Papua.

Budioro B. 2002. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Depkes RI, 2000. Pedoman Operasional Pelayanan Imunisasi I. Jakarta

Depkes RI, 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta.

Depkes RI, 2006. Petunjuk Teknis Kampanye Imunisasi Campak Tahun 2006. Subdit Imunisasi Direktorat Epim & Kesma, Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Kemenkes RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta

Kemenkes RI, 2010. Gerakan Akselerasi

Imunisasi Nasional Universal Child Imunization 2010-2014 (GAIN UCI

2010 – 2014). Jakarta.

Maulana D.J, 2009. Promosi Kesehatan. Komara Yudha. Jakarta.

Notoatmodjo S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo S., 2007. Promosi Kesehatan Dan Perilaku. PT. Rineka Cipta.

Pangerang S. 2011. Hubungan Pengetahuan

Ibu Tentang Imunisasi Dengan Status Imunisasi Balita di Pusat Kesehatan Masyarakat Motoboi Kecil Kota Mobagu. Tesis. Universitas Sam Ratulangi Program Pasca Sarjana.

Referensi

Dokumen terkait

Dari data arkeologi dan tradisi yang masih bertahan, memberikan gambaran bahwa agama Islam berkembang dengan tetap mengakomodir kepercayaan lokal yang berbasis

Dengan adanya penelitian ini, akan diketahui sejauh mana peranan teknologi informasi dapat menjaga ketahanan keamanan informasi pada tujuan bisnis PT Supra Boga Lestari sehingga

Setelah semua pertanyaan dalam sistem telah terjawab dengan benar oleh dokter maka akan muncul diagnosis penyakit gigi sementara dengan penyakit fraktur gigi yang

pelayanan maksimal, dengan berpedoman pada Tri Brata dan Catur Prasetya dan Komisi Kode Etik Profesi Polri sebagaimana tugas pokok kepolisian yaitu mengayomi

Lebih lanjut, Jawaher menjelaskan bahwa apabila semua bentuk kerjasama itu dan dilakukan secara intens maka diharapkan anak-anak tunagrahita mampu secara perlahan

Kita lanjutkan lagi dengan pandangan diarahkan pada 16 anggota Negara-Negara dan daerah-Daerah bagian Republik Indonesia Serikat (RIS) yang akan melebur, yaitu Negara RI

Pengujian kedua menggunakan turbin aliran silang dengan busur sudu 74 o dan jumlah sudu 24 yang dibuat dari pipa dibelah, runner yang digunakan ini adalah runner yang dibuat

Mahkamah Agung wajib mengirimkan salinan putusan kepada Pengadilan Agama Muara Labuh untuk diberitahukan kepada para pihak paling lambat 2 (dua) hari untuk perkara yang