TINGKATAN GERAK DALAM PERMAINAN OUTBOUND BERDASARKAN KELOMPOK USIA SEKOLAH DASAR
Nur Mahfuzah Agustina*, Muhammad Ihsanb, Syifa Nurbaitc
aSTKIP Nahdlatul Ulama Indramayu bUniversitas Primagraha
cUniversitas Nahdlatul Ulama Cirebon
email: nurmahfuzah@stkipnu.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat gerak berdasarkan pengelompokkan gerak dalam permainan outbound pada siswa sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan yaitu pre-eksperimental, dengan desain penelitian one-shot case study. Partispan penelitian adalah siswa usia 7-12 tahun yang berjumlah 60 siswa dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrument yang digunakan yaitu menggunakan tes gerak lokomotor, tes gerak non-lokomotor, dan tes gerak manipulatif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji persentase dan rata-rata. Penelitian menyimpulkan bahwa tingkat gerak dalam permainan outbound kelompok usia 7-8 tahun dan 9-10 tahun pada siswa sekolah dasar masuk dalam kategori cukup dan tingkat gerak dalam permainan outbound kelompok usia 11-12 tahun pada siswa sekolah dasar masuk dalam kategori baik. Permainan outbound lebih baik digunakan pada kelompok usia 11-12 tahun dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Kata kunci: lokomotor, non-lokomotor, manipulatif, outbound, sekolah dasar
LEVEL OF MOVEMENTS IN OUTBOUND GAMES BY ELEMENTARY SCHOOL AGE GROUPS
Nur Mahfuzah Agustina*, Muhammad Ihsanb, Syifa Nurbaitc
aSTKIP Nahdlatul Ulama Indramayu bUniversitas Primagraha
cUniversitas Nahdlatul Ulama Cirebon
email: nurmahfuzah@stkipnu.ac.id
Abstract
The purpose of this study was to determine the level of movement based on the grouping of movement in outbound games for elementary school students. The research method used was pre-experimental, with a one-shot case study research design. The research participants were students aged 7-12 years, totaling 60 students with a sampling technique using purposive sampling. The instruments used were a locomotor motion test, a non-locomotor motion test, and a manipulative motion test. Data analysis in this study used percentage and average tests. The study concluded that the level of movement in outbound games in the age group of 7-8 years and 9-10 years in elementary school students was in the sufficient category and the level of movement in outbound games in the age group 11-12 years in elementary school students was in the good category. Outbound games are better used in the 11-12 years age group in learning physical education, sports, and health.
Pendahuluan
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan diberikan di sekolah dasar yang salah satunya bertujuan untuk membantu siswa dalam menguasai keterampilan
motorik yang lebih kompleks
(Permendikbud No. 67 Tahun 2013). Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan dan merupakan alat pendidikan. Oleh karena itu, aktivitas gerak perlu menjadi referensi dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani di sekolah bukanlah hanya sekedar mendidik melalui aktivitas jasmani, akan tetapi proses pembelajaran pendidikan jasmani juga dijadikan sebagai salah satu media untuk memecahkan masalah gerak.
Melalui pendidikan jasmani aspek-aspek yang ada pada diri siswa dikem-bangkan secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Adapun tujuan pendidikan jasmani secara umum dapat diklasifikasi-kan ke dalam empat kategori yaitu: 1) perkembangan fisik; 2) perkembangan gerak; 3) perkembangan mental; dan 4) perkembangan sosial (Suherman, 2009).
Pendidikan jasmani merupakan awal dari upaya pengarahan, pembinaan dan pengembangan potensi fisik serta karakter anak secara sistematik dan teratur dalam upaya mewujudkan cita-cita mem-bangun manusia yang sehat dan kuat secara keseluruhan. Pembinaan potensi gerak serta karakter yang dilakukan sejak usia sekolah dasar akan memberi landasan yang kuat bagi upaya membangun manu-sia yang utuh dan berkualitas. Sentuhan pendidikan jasmani sering diabaikan, sehingga kita sering kehilangan peluang untuk memanfaatkan mendidik dan me-ngembangkan anak. Memberikan landasan potensi gerak serta karakter anak merupa-kan dasar dari pengembangan kemampuan gerak dan psikis anak berikutnya. Gerakan anak yang diberikan melalui pendidikan jasmani merupakan dasar dari
pengeta-huan dan pengalaman untuk anak usia sekolah dasar.
Prinsip utama perkembangan ge-rak dasar anak adalah koordinasi gege-rakan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus. Untuk itu siswa harus diajarkan keterampilan motorik sehingga siswa memiliki keterampilan dasar yang memadai seperti melempar, menangkap, berlari, menendang bola dan berlatih bersama (Saputra, 2020).
Pengaruh kompetensi motorik pada perkembangan psikososial anak-anak telah diakui dalam literatur (Breslin, Murphy, McKee, Delaney, & Dempster, 2012). Kemampuan gerak dapat diterap-kan dalam aneka permainan, olahraga, dan aktivitas jasmani yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui aktivitas bermain, sangatlah tepat untuk mengem-bangkan gerak dasar anak, karena pada dasarnya dunia anak-anak adalah bermain. Kemampuan gerak dapat dibagi menjadi tiga yaitu: gerak lokomotor, gerak non-lokomotor, dan manipulatif.
Gerak lokomotor dapat diartikan sebagai gerak memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain (Yudanto, 2008). Bentuk gerak lokomotor diantara-nya berjalan, berlari, berjingkat, melompat dan meloncat, berderap, merayap dan memanjat. Definisi gerak lokomotor juga dijelaskan oleh Mahendra (2015) bahwa gerak lokomotor adalah gerak memindah-kan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain, baik secara horisontal maupun secara vertikal. Gerakan tersebut diantaranya jalan, lari, lompat, loncat, jingkat, mende-rap, memanjat dan lain-lain. Gerak non-lokomotor adalah gerakan yang dilakukan di tempat. Tanpa ada ruang gerak yang memakai kemampuan non-lokomotor ter-diri dari menekuk dan meregang, mendo-rong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, me-ngocok, melingkar, melambungkan dan lain-lain, contoh gerak non-lokomotor adalah: mengulur, menekuk, mengayun,
bergoyang, berbelok, berputar, meliuk, mendorong, mengangkat dan mendarat (Saputra, 2020). Gerak manipilatif seperti: melempar, menangkap, memantulkan, menggulirkan bola, memvoli, dan menga-yuh (Ginanjar, Suherman, Juliantine, & Hidayat, 2020b).
Salah satu materi pembelajaran yang terdapat dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah outdoor
education dengan bahasan outbound pada
tingkatan sekolah dasar. Menurut Susanta (2010) outbound dapat dikatakan antara petualangan dan permainan. Secara teori, kegiatan yang disebut sebagai outbound adalah kegiatan luar ruangan dimana kegiatan ini termasuk ke dalam pembe-lajaran (out door education). Pada materi pendidikan jasmani, olahraga dan keseha-tan, outbound merupakan sarana penam-bah wawasan pengetahuan yang di dapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang. Bentuk kegiatan
outbound berupa stimulasi kehidupan
melalui permainan-permainan (games) yang kreatif, rekreatif, dan edukatif, baik secara individual maupun kelompok, dengan tujuan untuk pengembangan diri maupun kelompok. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ancok (2002) outbound adalah alam bebas (outdoor), outbound juga dapat memperkuat semangat belajar dengan serangkaian petualangan dan permainan yang relatif ringan.
Yıldırım & Akamca (2017) menyatakan pendidikan luar ruangan memungkinkan anak-anak untuk memiliki perspektif yang luas tentang berbagai hal, karena ada dunia luas yang mengelilingi mereka di luar. Stone & Faulkner (2014) menemukan bahwa menghabiskan waktu di luar ruangan meningkatkan aktivitas fisik. Cools, de Kristine, Samaey, & Andries (2011) juga percaya bahwa kita sering tidak menyadari pentingnya aktivitas fisik, padahal permainan dan aktivitas fisik sangat penting dan tidak dapat dipisahkan karena hal tersebut
bagian dari kehidupan manusia yang krusial bagi perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan motorik. Dalam hal ini diketahui bahwa unsur utama perkem-bangan motorik, selain landasan biologis-nya, bisa dilihat dari keterampilan motorik dasar yang melibatkan keterampilan moto-rik kasar dan halus (Gabbard, 2012).
Sentuhan pergerakan materi pem-belajaran melalui outbound dengan disku-si gerak dalam permainan disekolah dasar
outbound sering diabaikan, jadi kita sering
kehilangan kesempatan untuk memanfaat-kan mendidik dan mengembangmemanfaat-kan siswa terutama pada gerakan siswa. Dalam hal ini pada awal perkembangan gerakan-gerakan anak tidak terkoordinasi dengan baik. Seiring dengan kematangan dan pengalaman anak, diharapkan kemampuan gerakan tersebut berkembang dan mulai terkoordinasi secara baik, outbound meru-pakan sarana penambah wawasan penge-tahuan yang didapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu keterampilan gerak siswa. Salah satu aspek yang penting pada keteram-pilan gerak siswa ialah lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif.
Dalam penelitian ini penulis membatasi pada aspek keterampilan gerak lokomotor, non-lokomotor dan manipula-tif karena aspek tersebut sangat berpenga-ruh pada penguasaan gerak dalam permainan outbound. Hal ini yang melatar belakangi penulis untuk mengetahui tingkat gerak berdasarkan pengelompok-kan gerak dalam permainan outbound pada siswa sekolah dasar
Metode
Penelitian ini menggunakan pre
eksperimental dengan one-shot case study.
Partisipan menggunakan 20 anak usia 7-8 tahun, 20 anak usia 9-10 tahun, dan 20 anak usia 11-12 tahun, sehingga total terdapat 60 partisipan. Instrumen menggu-nakan tes gerak lokomotor, tes gerak non-lokomotor, dan tes gerak manipulatif. Kemampuan gerak lokomotor, adalah
gerak yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, seperti: jalan, lari, lompat, loncat. Kemampuan gerak non-lokomotor, adalah gerak yang dilakukan di tempat, seperti: membungkuk, membalik, bergo-yang, dan lainnya. Kemampuan gerak manipulatif, adalah gerak untuk bertindak melakukan sesuatu bentuk gerak dari anggota badannya secara lebih terampil, seperti: melempar, menangkap, menye-pak, menendang (Mahendra, 2015). Teknik analisis data menggunakan tabel klasifikasi persentase menurut yang dapat di lihat pada Tabel 1. Sedangkan unutk perhitungan rata-rata menggunakan ban-tuan microfot excel (Ginanjar, 2016).
Hasil dan Pembahasan
Gambar 1 menjelaskan hasil gerak lokomotor dalam permainan outbound berdasarkan kelompok usia 7-8 tahun
adalah 61%, hasil gerak non-lokomotor dalam permainan outbound berdasarkan kelompok usia 7-8 tahun adalah 62%, dan hasil gerak manipulatif dalam permainan
outbound berdasarkan kelompok usia 7-8
tahun adalah 64%. Secara keseluruhan bila melihat rata-rata ketiga gerak tersebut di dapat sebesar 62 % masuk dalam kategori cukup.
Gambar 2 menjelaskan hasil gerak lokomotor dalam permainan outbound berdasarkan kelompok usia 9-10 tahun adalah 69%, hasil gerak non-lokomotor dalam permainan outbound berdasarkan kelompok usia 9-10 tahun adalah 68%, hasil gerak manipulatif dalam permainan
outbound berdasarkan kelompok usia 9-10
tahun adalah 69%. Secara keseluruhan bila melihat rata-rata ketiga gerak tersebut di dapat sebesar 69 % masuk dalam kategori cukup.
Tabel 1. Klasifikasi Persentase
Persentase Klasifikasi 90,1 - 100 % Sangat Baik 70,1 - 90 % Baik 40,1 - 70 % Cukup 20,1 - 40 % Kurang 0 - 20 % Sangat Kurang
Gambar 1. Hasil Persentase Gerak Dalam Permainan Outbound Usia 7 - 8 Tahun 61% 62% 64% 59% 60% 61% 62% 63% 64% 65%
Lokomotor Non-Lokomotor Manipulatif
Persentase Gerak Dalam Permainan Outbound
Usia 7 - 8 Tahun
Gambar 2. Hasil Persentase Gerak Dalam Permainan Outbound Usia 9 - 10 Tahun
Gambar 3. Hasil Persentase Gerak Dalam Permainan Outbound Usia 11 - 12 Tahun Tabel 2. Rata-Rata Presentase Kelompok Gerak Dari Setiap Kelompok Usia
Kelompok Usia
Kelompok Gerak
Rata - Rata Kategori Lokomotor Non-Lokomotor Manipulatif
7 – 8 61% 62% 64% 62% Cukup
9 – 10 69% 68% 69% 69% Cukup
11 – 12 80% 69% 79% 76% Baik
Gambar 3 menjelaskan hasil per-sentase gerak lokomotor dalam permainan
outbound berdasarkan kelompok usia
11-12 tahun adalah 80%, hasil persentase gerak non-lokomotor dalam permainan
outbound berdasarkan kelompok usia
11-12 tahun adalah 69%, dan hasil gerak
manipulatif dalam permainan outbound berdasarkan kelompok usia 11-12 tahun adalah 79%. Secara keseluruhan bila melihat rata-rata ketiga gerak tersebut di dapat sebesar 76 % masuk dalam kategori baik. Untuk melihat rata-rata presentase 69% 68% 69% 67% 68% 68% 68% 68% 68% 69% 69% 69% 69%
Lokomotor Non-Lokomotor Manipulatif
Persentase Gerak Dalam Permainan Outbound
Usia 9 - 10 Tahun
80% 69% 79% 62% 64% 66% 68% 70% 72% 74% 76% 78% 80% 82%Lokomotor Non-Lokomotor Manipulatif
Persentase Gerak Dalam Permainan Outbound
Usia 11 - 12 Tahun
kelompok gerak dari setiap kelompok usia sekolah dasar dapat di lihat pada Tabel 2.
Outbound adalah kegiatan di alam
terbuka (outdoor), outbound juga dapat memacu semangat belajar. Outbound merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari serang-kaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang. Bentuk kegiatan outbound berupa stimulasi kehidupan melalui permainan (games) yang kreatif, rekreatif, dan edukatif, baik secara individual maupun kelompok, dengan tujuan untuk pengembangan diri (Susanta, 2010).
Bila melihat kepada pendapat tersebut sepertinya permainan outbound belum memberikan hasil yang maksimal dalam pemenuhan gerak lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif pada siswa sekolah dasar berdasarkan kelompok usia 7-8 tahun dan 9-10 tahun karena masuk dalam kategori cukup. Sedangkan pada kelompok usia 11-12 tahun permainan
outbound disarankan agar digunakan
dalam kegiatan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah dasar. Perbedaan hasil yang didapat tersebut bisa dipengaruhi oleh tingkat usia yang mana tingkat usia dapat mempengaruhi hasil gerak yang didapat oleh siswa. Sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh aktivitas gerak harus ditunjang dengan adanya gerak dasar sebagai faktor yang berpotensi signifikan dalam tingkat partisipasi remaja dalam aktivitas gerak (Ginanjar, Suherman, Juliantine, & Hidayat, 2019, 2020a; Mckenzie, 2007), yang mana usia 11-12 tahun akan memasuki usia remaja. Lebih lanjut lagi, tempat alami untuk remaja meningkatkan aktivitas gerak adalah pada pembelajaran pendidikan jasmani (Ginanjar, Suherman, Juliantine, & Hidayat, 2020c; Sallis et al., 2012). Dalam penelitian ini aktivitas gerak yang dipilih menggunakan permainan
out-bound. Namun pada kelompok usia 7-8
tahun dan 9-10 tahun belum menunjukan hasil yang optimal.
Oleh karena perlu memberikan program permainan outbound yang disesuaikan dengan tingkatan usia sekolah dasar agar dalam penerapan permainan
outbound di sekolah dasar terutama
kelompok usia 7-8 tahun dan 9-10 tahun dapat memberikan hasil yang baik seperti pada kelompok usia 11-12 tahun.
Kesimpulan
Permainan outbond dapat
dijadikan bagian dari pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Jika permainan yang dipilih disesuaikan dengan perkem-bangan gerak kelompok usia di sekolah dasar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat gerak dalam permainan outbound kelompok usia 7-8 tahun dan 9-10 tahun pada siswa sekolah dasar masuk dalam kategori cukup dan tingkat gerak dalam permainan outbound kelompok usia 11-12 tahun pada siswa sekolah dasar masuk dalam kategori baik. Permainan outbound lebih baik digunakan pada kelompok usia 11-12 tahun dalam pembelajaran pendidi-kan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Penelitian ini menyarankan agar melaku-kan penelitian yang lebih lanjut menggu-nakan permainan outbound kelompok usia 7-8 tahun dan 9-10 tahun disesuaikan dengan kemampuan gerak siswa pada kelompok usia tersebut.
Daftar Pustaka
Ancok, D. (2002). Outbound management
training: Aplikasi ilmu perilaku dalam pengembangan sumber daya manusia. Yogyakarta: UII Press.
Breslin, G., Murphy, M., McKee, D., Delaney, B., & Dempster, M. (2012). The effect of teachers trained in a fundamental movement skills programme on children’s self-perceptions and motor competence.
European Physical Education Review, 18(1), 114–126. https://doi.org/10.1177/1356336X11 430657
Andries, C. (2011). Fundamental movement skill performance of preschool children in relation to family context. Journal of Sports
Sciences, 29(7), 649–660. https://doi.org/10.1080/02640414.20 10.551540
Gabbard, C. P. (2012). Gabbard CP.pdf
(6th ed.). Texas: Pearson
Publications.
Ginanjar, A. (2016). Statistika dalam
Pendidikan Jasmani: Aplikasi Microsoft Excel. Indramayu: Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP Nahdlatul Ulama Indramayu.
Ginanjar, A., Suherman, A., Juliantine, T., & Hidayat, Y. (2019). The Effect of Sport Education Model in Badminton Game on Moderate to Vigorous Physical Activity of Junior High School Students. Jurnal Pendidikan
Jasmani Dan Olahraga, 4(3), 17–22.
https://doi.org/10.17509/jpjo.v4i2.16 166
Ginanjar, A., Suherman, A., Juliantine, T., & Hidayat, Y. (2020a). Intervention Program Physical Education Lessons in Improving Physical Activity of Adolescents to Support Physical Literacy. National and International
Webinar on Physical Literacy" Theme : Physical Literacy and Its Embodiment in Physical Education,
31–39. Bandung: PGSD UPI
Bandung.
Ginanjar, A., Suherman, A., Juliantine, T., & Hidayat, Y. (2020b). Model Pendidikan Olahraga Berbasis Keterampilan Gerak Dasar. Jurnal
Kependidikan Penelitian Dan Inovasi Pembelajaran, 4(1), 43–54. https://doi.org/10.21831/jk.v4i1.2441 0
Ginanjar, A., Suherman, A., Juliantine, T., & Hidayat, Y. (2020c). Pengaruh fase sport education menggunakan bola basket terhadap aktivitas fisik siswa dalam pendidikan jasmani.
Jurnal SPORTIF: Jurnal Penelitian Pembelajaran, 6(2), 332–347. https://doi.org/10.29407/js_unpgri.v6 i2.14173
Mahendra, A. (2015). Modul Teori
Belajar Mengajar Motorik. Bandung:
FPOK UPI Bandung.
Mckenzie, T. L. (2007). The Preparation of Physical Educators: A Public Health Perspective. Quest, 59, 346– 357.
Permendikbud No. 67. (2013). Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah.
Sallis, J. F., McKenzie, T. L., Beets, M. W., Beighle, A., Erwin, H., & Lee, S. (2012). Physical Education’s Role in Public Health: Steps Forward and Backward Over 20 Years and HOPE for the Future. Research Quarterly
for Exercise and Sport, 83(2), 125–
135.
https://doi.org/10.1080/02701367.20 12.10599842
Saputra, Y. M. (2020). Teori
Perkembangan dan Belajar Motorik Bandung. Bandung: UPI Press.
Stone, M. R., & Faulkner, G. E. J. (2014).
Outdoor play in children:
Associations with objectively-measured physical activity, sedentary behavior and weight status.
Preventive Medicine, 65, 122–127.
https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2014 .05.008
Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Bintang Warli
Artika.
Susanta, A. (2010). Outbound
Profesional. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Yıldırım, G., & Akamca, G. Ö. (2017). The effect of outdoor learning activities on the development of preschool children. South African
Journal of Education, 37(2), 1–10.
1378
Yudanto. (2008). Implementasi
Pendekatan Taktik Dalam
Pembelajaran Invasion Games Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan