• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan materi pelatihan metode pasien simulasi sebagai alat evaluasi KIE obat antihipertensi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan materi pelatihan metode pasien simulasi sebagai alat evaluasi KIE obat antihipertensi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MATERI PELATIHAN METODE PASIEN SIMULASI SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT ANTIHIPERTENSI

DI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh : Yunita NIM : 138114159

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kesenangan dalam sebuah

pekerjaan membuat

kesempurnaan pada hasil yang

dicapai – Aristoteles”

(5)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat

menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Pengembangan Materi Pelatihan Metode Pasien Simulasi Sebagai Alat Evaluasi KIE obat Antihipertensi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan, dan wawasan, serta ketersediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkann penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt dan Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas semua saran, dan dukungan yang membangun.

3. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan Ilmu yang sudah diberikan selama proses perkuliahan.

4. Semua pihak yang telah bersedia membantu serta terlibat dalam penelitian sebagai responden dan observer.

5. Kedua orang tua ku tercinta Bapak Hendrian, Ibu Yessi, adikku Doni Kurniawan dan seluruh keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang dan cinta, dukungan, perhatian, kesabaran dalam membimbing penulis dari awal hingga berakhirnya penulisan ini.

6. Teman-teman seperjuangan skripsi “Francisca Natasha Ernestiani, Stephanie Affrilia , Kinanti Dita Pratiwi, Febry Nawacatur Kurniasari, Francisca Aninda Sarasita, dan Yosephine Charisma Sundoro, yang selalu berjuang bersama dan saling memberikan semangat.

(6)

Noviana, Dear Apriyani, Rina Yanti, Tiatira Magdalena, Titianing Rahayu, yang selalu setia mendukung dan berbagi cerita serta canda dan tawa

8. Teman-teman Jasmine USD yaitu Keke, Dini, Noni, Rosa, Reny, Elin, Nawa, dan Yosephine yang sudah berbagi suka dan duka.

9. Teman-teman satu atap “Putri Palem Boarding House” yaitu Lia, Agnes, Micelyn, Nogo, Gita, Inez yang senantiasa memberikan semangat.

10. Teman-teman FSM D 2013, FKK C 2013 dan semua angkatan 2013 yang telah bersama-sama berproses di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu farmasi.

Yogyakarta, 7 Februari 2017

Penulis

(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

DAFTAR ISI ... ix

Desain dan Subjek Penelitian ... 2

Tahap Persiapan ... 2

Tahap Implementasi Penelitian ... 3

Analisis Data ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4

Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi ... 4

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ceklist Penilaian KIE Skenario 1 ...11

Lampiran 2. Ceklist Penilaian KIE Skenario 2 ...12

Lampiran 3. Lembar Pertama Ceklist Pasien Simulasi Skenario 1 ...13

Lampiran 4. Lembar Kedua Ceklist Pasien Simulasi Skenario 1 ...14

Lampiran 5. Lembar Pertama Ceklist Pasien Simulasi Skenario 2 ...15

Lampiran 6. Lembar Kedua Ceklist Pasien Simulasi Skenario 2 ...16

Lampiran 7. Contoh Informed Consent Apoteker ...17

Lampiran 8. Contoh Informed Consent PSPA ...18

Lampiran 9. Contoh Informed Consent Pasien Simulasi ...19

Lampiran 10. Contoh Informed Consent Mahasiswa Farmasi ...20

Lampiran 11. Contoh Hasil Perhitungan Koefisien Cohen Kappa...21

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rata-rata nilai performa Pasien Simulasi Skenario 1 Kasus Hipertensi... 7 Gambar 2. Rata-rata nilai performa Pasien Simulasi Skenario 1 Kasus

(12)

ABSTRAK

Dalam melakukan pelayanan kefarmasian, apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar kompetensi yang ada. Berdasarkan beberapa survei, masih banyak ditemukan apoteker yang belum menjalankan perannya sesuai dengan Permenkes No 35 Tahun 2014 terutama dalam melakukan KIE. Ditinjau dari segi pendidikan tinggi, perlu dilakukan penyempurnaan evaluasi pembelajaran dikarenakan evaluasi yang digunakan hanya tertulis saja, tidak di praktikkan secara nyata. Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan materi pelatihan dan metode pelatihan pasien simulasi KIE dalam pelayanan obat antihipertensi. Subjek pada penelitian ini adalah pasien simulasi. Data yang dihasilkan berupa data kuantitatif yang diperoleh dari checklist dan data kualititatif yang diperoleh dari pengamatan peneliti terhadap performa pasien simulasi. Analisis dan data kuantitatif dari checklist dihitung menggunakan t-test tidak berpasangan dan perhitungan koefisien Cohen kappa. Dihasilkan (1) Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi, (2) Skenario Role Play Antihipertensi, (3) Instrumen evaluasi, (4) Penilaian performa pasien simulasi, dan (5) Uji reliabilitas dihasilkan perhitungan rata-rata nilai cohen kappa pada skenario 1 hipertensi yaitu 0,8234 sedangkan pada skenario 2 hipertensi yaitu 0,8548. Pelatihan pasien simulasi secara satu per satu dan dilakukan perekaman video pada tiap penilaian. Seleksi pasien simulasi dilakukan dengan mengisi checklist penilaian pasien simulasi berupa data kualitatif dan kuantitatif. Untuk mengetahui performa pasien simulasi dilakukan dengan mengisi checklist penilaian KIE mahasiswa farmasi

(13)

ABSTRACT

Pharmacist should refer to the basic competences when conducting pharmaceutical services. Some surveys show that a lot of pharmacists have not conducted their practices based on the Peraturan Menteri Kesehatan No 35 Tahun 2014, especially in doing Communication, Information, and Education. Seen view of college study, Learning Evaluation should be improved because of evaluation used only written test, not implemented in real life. The objective of this research is to develop the practicing material and method of training for simulated patients in pharmaceutical care for antihypertension. The subjects of this practice are simulation patients. The quantitative data was gained from checklist and the

qualitative data was gained from researcher’s observation about the performance of simulation patients. The quantitative data was calculated using independent t-test and Cohen Kappa coeficient. Produced (1) The manual practice for simulation patient, (2) Scenario Role Play Antihypertension, (3) Instrument evaluation, (4) the performance of simulated patients, and (5) Reliability test using average value of cohen cappa showed the value of 0.8234 in scenario 1 hypertension and the value of 0.8548 in scenario 2 hypertension. The training of patients was simulated one by one and video was recorded on each assesment. Patient selection was conducted by filling simulation assessment checklist simulated patients in the form of qualitative and quantitative data. The perfomance of simulated patients was determined by filling pharmacy student assessment checklist Communication, Information, and Education

(14)

PENDAHULUAN

Menurut PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Apoteker dituntut untuk meningkatkan kompetensinya yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Salah satu bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi. (Pengurus Pusat IAI, 2011).

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan bagian dari konseling dan merupakan bentuk pelayanan dari apoteker kepada pasien sebagai konsumen obat. Diharapkan melalui KIE dapat mencegah terjadinya kesalahan pengobatan (medication

error) karena apoteker telah menyampaikan informasi dan edukasi terkait obat yang akan

pasien gunakan (Depkes RI, 2014).

Survey ysng dilaksanakan oleh Indonesia Consumer Foundation (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, YLKI) menyatakan bahwa sebagian besar staf apotek di Jakarta tidak mengerti banyak tentang obat resep dan tidak tersedianya konsultasi profesional. (Astuti, 2015). Presentase kehadiran apoteker di apotek Surabaya menurut penelitian (Kwando, 2014) yaitu 63,33% sedangkan rata-rata pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek yaitu 42,05%.

(15)

Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan pengukuran terlihat meningkat dengan bertambahnya umur. Apoteker dapat bekerja sama dengan dokter dalam memberikan edukasi ke pasien mengenai hipertensi, ketaatan terhadap terapi obat, mendeteksi dan mengenali secara dini reaksi efek samping, dan mencegah dan/atau memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian obat ( Depkes RI, 2006).

METODE

Rancangan dan Subyek Penelitian

Penelitian mengenai Pengembangan Materi Pelatihan Metode Pasien Simulasi Sebagai Alat Evaluasi KIE Pelayanan Obat Antihipertensi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma termasuk dalam jenis penelitian kuasi eksperimental karena. Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah pemeran pasien simulasi. Kriteria pasien simulasi adalah sebagai berikut : berusia minimal 18 tahun, bersedia untuk mengikuti beberapa kali pelatihan sebelum dinyatakan siap untuk menjadi pasien simulasi, bersedia untuk berpartisipasi dalam minimal 3 sesi rekaman video, dapat diandalkan dan tepat waktu dalam mengikuti setiap sesi pelatihan, mau dan mampu bekerja sama dalam tim, memiliki daya ingat yang baik, memiliki kemampuan untuk melakukan improvisasi, serta mamahami tujuan dari program pelatihan yang dilakukan. Subyek penelitian tersebut telah mengisi informed consent di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Oktober tahun 2017 sebagai persetujuan.

Tahap Persiapan

Pembuatan pedoman pelatihan

Melakukan studi literatur terhadap Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi

(Depkes RI, 2006), dan Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition (Dipiro, 2009) terkait tanda gejala serta pengobatan mengenai penyakit hipertensi.

Pembuatan Skenario Kasus

Pembuatan skenario kasus obat antihipertensi berdasarkan studi literatur ataupun pengamatan/pengalaman yang sering terjadi di apotek, dilanjutkan dengan expert

judgement dan bahasa, kemudian direvisi. Skenario kasus berjumlah dua buah terdiri dari

pelayanan resep obat antihipertensi di apotek dan pelayanan homecare obat antihipertensi. Skenario kasus tersebut digunakan untuk pelatihan pasien simulasi dalam bentuk role play.

Pembuatan instrumen penilaian

(16)

berdasarkan dengan studi literatur meliputi Permenkes No.35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dilanjutkan dengan melakukan expert judgement dan uji bahasa terhadap observer independen. Dalam checklist rubrik penilaian untuk KIE berisi kemampuan berkomunikasi dengan tenang dan jelas, penggunaan bahasa yang mudah dimengerti, menggali keluhan pasien, menjelaskan mengenai obat yang digunakan, dan memverifikasi pemahaman pasien terhadap informasi yang disampaikan. Sedangkan untuk checklist penilaian pasien simulasi berisi performa dari pasien simulasi dalam mengeluhkan penyakit, menginformasikan riwayat penyakit dan pengobatan, menanyakan mengenai pengobatan yang diberikan, dan terapi non-farmakologi.Pada checklist pemeran pasien simulasi yang dinilai adalah performa pasien simulasi dalam menyampaikan keluhan penyakit, riwayat penyakit dan pengobatan, menanyakan mengenai pengobatan yang diberikan, serta mengenai terapi non-farmakologi. Hasil checklist penilaian KIE, berupa data kuantitatif dimana poin-poin checklist dihitung dengan dua cara.

Penilaian Performa Pasien Simulasi

Setelah pasien simulasi menjalani proses pelatihan, akan dipilih 2 orang dari 5 orang pasien simulasi yang paling baik. Pemilihan tersebut berdasarkan penilaian oleh dua penilai yaitu mahasiswa PSPA dan peneliti dengan mengisi checklist penilaian pasien simulasi, dimana terdapat nilai checklist yang baik dan mengalami peningkatan yang konsisten, khusus pada checklist yang diisi oleh peneliti terdapat kolom komentar sebagai data kualitatifnya.

Tahap Impelementasi Penelitian

Peneliti menjelaskan tentang latar belakang teori dari setiap skenario yang sesuai dengan literatur yang berisikan penjelasan penyakit antihipertensi, tanda dan gejala, pengobatan yang diberikan dan terapi non farmakologi kepada pemeran pasien simulasi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi bersama. Peneliti menjelaskan tugas kepada mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) sebagai pemeran apoteker.

Pemeran pasien simulasi dilatih satu per satu sesuai dengan kasus pada skenario oleh mahasiswa PSPA yang ditunjuk sebagai pelatih pasien simulasi, setelah pasien simulasi memahami skenario dan sudah dapat memerankan perannya dengan baik maka pasien simulasi dipertemukan oleh mahasiswa PSPA yang berperan sebagai apoteker yang akan melakukan role play dengan pasien simulasi. Pasien simulasi akan dibiasakan sedemikian rupa sesuai dengan situasi dalam skenario agar dapat berperan menyerupai keadaan nyata dalam kehidupan. Selama melakukan role play dengan pemeran apoteker, performa pasien simulasi akan direkam dan dinilai oleh mahasiswa PSPA yang berperan sebagai observer dan peneliti. Hasil rekaman video diputar pada akhir sesi pelatihan untuk dilakukan evaluasi bersama dan untuk mengantisipasi apabila peneliti tidak dapat melakukan penilaian berupa checklist penilaian, terutama terhadap performa pemeran pasien simulasi.

(17)

Setelah dua pasien simulasi terpilih untuk melakukan KIE dengan mahasiswa farmasi, maka dilakukan penilaian terhadap proses yang dilakukan selama KIE. Penilaian tersebut berupa checklist penilaian KIE yang diperoleh dari Wijoyo (2016) yang telah disesuaikan dengan Permenkes No. 35 Tahun 2014 sebagai validitas.

Analisis Data

Hasil checklist penilaian pemeran pasien yang sudah bisa mencapai nilai total

checklist dan/atau memiliki nilai yang stabil dan atau mengalami peningkatan berdasarkan

penilaian yang diberikan oleh observer dan peneliti, maka pasien simulai dinyatakan siap dan layak. Mencapai nilai total jika pasien simulasi dapat menjalankan peran sesuai dengan semua poin-poin yang terdapat pada checklist. Skor total pada skenario satu yaitu 11, sedangkan skor total dari skenario dua yaitu 10. Perbedaan antara checklist pada non resep dan resep yaitu bergantung pada skenario kasus yang telah dibuat. Data kuantitatif dari pemeran pasien yang diperoleh dari nilai rata-rata kedua observer independen dibandingkan antara hari pertama dan hari kedua pelatihan. Analisis data kuantitatif dari

checklist dihitung menggunakan t-test tidak berpasangan dikarenakan penilaian KIE

dilakukan oleh dua orang yang berbeda, serta dilakukan perhitungan koefisien Cohen

kappa untuk mengetahui konsistensi serta mengukur tingkat kesepakatan penilaian kedua

observer independen dan proses KIE. Apabila hasil uji t-test dan Cohen kappa tidak memenuhi standar maka mahasiswa farmasi yang dijadikan sebagai subjek uji akan diganti. Data kualitatif diperoleh dari pengamatan terhadap peserta pasien simulasi saat melakukan peran seperti mimik muka, cara berbicara, dan sikap serta perilaku. Data kualitatif merupakan data pendukung dari data kuantitatif. Untuk hasil checklist peniaian KIE, berupa data kuantitatif dihitung dengan dua cara. Hasil uji t-test tidak berpasangan menunjukkan p>0,05 maka hasil penilaian telah konsisten. Hasil koefisien Cohen kappa >0,7 maka cara penilaian kedua observer adalah baik; apabila > 0,8 maka sangat baik. Apabila hasil penilaian Cohen kappa<0,7 maka kedua observer perlu pemahaman lebih lanjut sehingga diperlukan lagi pelatihan pasien simulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dihasilkan pedoman pelatihan pasien simulasi, skenario Role Play Antihipertensi, instrumen penelitian, performa pasien simulasi dan uji reliabilitas yang akan dijabarkan sebagai berikut

Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi

(18)

dengan mahasiswa farmasi untuk melakukan KIE. Pedoman pelatihan merupakan landasan dan petunjuk yang digunakan untuk melatih pasien simulasi, hal tersebut agar dalam melakukan pelatihan pasien simulasi sesuai dengan KIE yang dimaksud dalam ranah penelitian ini.

Selama melakukan role play dengan pemeran apoteker, performa pasien simulasi akan direkam. Video tersebut akan di putar pada akhir sesi pelatihan untuk evaluasi bersama mengenai pelatihan yang telah dilakukan.

Skenario Role Play Antihipertensi

Skenario yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari studi literatur

Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition mengenai tanda gejala yang dialami

pasien, terapi farmakologi dan terapi non farmakologi yang diberikan kepada pasien penderita antihipertensi, panduan terapi yang digunakan oleh Pemerintah Indonesia serta panduan KIE yang baik pada Permenkes No 35 Tahun 2014. Skenario juga diperoleh dari kasus nyata berdasarkan pengalaman sehari-hari yang terdapat di apotek. Skenario dibuat menyerupai keadaan nyata (real setting) agar mahasiswa dapat mempelajari bagaimana keadaan yang sebenarnya mengenai kasus pelayanan obat antihipertensi serta dapat belajar memberikan solusi pengobatan secara nyata. Tujuan dari pembuatan skenario adalah agar pasien simulasi memiliki gambaran mengenai hal yang dilakukan dalam roleplay, serta untuk memudahkan mahasiswa PSPA dalam melatih pasien simulasi. Skenario yang dihasilkan berjumlah dua skenario resep. Hal yang khas dalam skenario tersebut adalah pembuatan skenario disesuaikan dengan literatur Pharmacotherapy

Handbook Seventh Edition dan Permenkes No 35 Tahun 2014.

Instrumen Penelitian

(19)

Apotek yang telah disesuaikan dengan skenario kasus KIE antihipertensi.

Performa Pasien Simulasi

Peneliti memilih lima orang yang akan berperan sebagai pasien simulasi untuk dilatih berdasarkan skenario role play pelayanan KIE obat antihipertensi. Pemeran pasien simulasi tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang kesehatan agar hasil penelitian tidak bias. Dari lima orang pasien simulasi yang telah dilatih tersebut, dipilih dua pasien simulasi berdasarkan nilai performa pasien simulasi yang mencapai 100% (nilai keseluruhan dari nilai total). Cara memilih dua orang dari lima orang pasien yaitu dengan sebelumnya pasien simulasi telah dilatih, setelah menjalani beberapa pelatihan maka akan di pilih dua orang yang memiliki nilai kuantitatif penuh dan meningkat dari tiap pelatihan serta memiliki nilai kualitatif mimik muka, cara berbicara dan sikap yang menyerupai real

setting. Mencapai 100% (nilai keseluruhan dari nilai total) jika pasien simulasi dapat

menjalankan peran sesuai dengan semua poin-poin yang terdapat pada checklist. Dua pasien simulasi tersebut akan menjalankan real setting KIE dengan mahasiswa farmasi S1. Pemeran pasien simulasi yang mengikuti pelatihan tidak memiliki latar belakang seorang tenaga kesehatan. Pemeran pasien simulasi menandatangani informed consent sebagai tanda persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian.

(20)

Gambar 1. Rata-rata nilai performa Pasien Simulasi Skenario 1 Kasus Hipertensi.

Gambar 2. Rata-rata nilai performa Pasien Simulasi Skenario 2 Kasus Hipertensi.

Nilai kualitatif dari pasien simulasi 1 dan 2 menunjukan ekspresi wajah yang baik dalam menyampaikan terkait penyakit, pasien simulasi sudah tidak grogi, kontak mata pasien simulasi dengan apoteker ketika berbicara sudah baik, kejelasan artikulasi serta volume suara sudah baik, dan cenderung mengalami perkembangan yang meningkat dari penilaian pertama hingga akhir.

Uji Reliabilitas

Setelah terpilih dua pasien simulasi yang memiliki nilai kuantitatif penuh dan berperan dengan baik seperti pasien sesungguhnya, pasien simulasi tersebut dipertemukan dengan mahasiswa farmasi S1. Tahap ini sekaligus menjadi tahap uji reliabitas checklist penilaian KIE. Mahasiswa farmasi akan melakukan KIE pelayanan obat antihipertensi dengan pasien simulasi. Performa mahasiswa farmasi akan dinilai oleh dua penilai yaitu observer independen (praktisi apoteker) dan peneliti. Penilaian dengan menggunakan rubrik penilaian yang diperoleh oleh Wijoyo (2016). Dalam checklist rubrik penilaian KIE tersebut berisi kemampuan berkomunikasi dengan tenang dan jelas, penggunaan bahasa

0

Penilaian ke- 1 Penilaian ke- 2 Penilaian ke- 3

R

Penilaian ke- 1 Penilaian ke- 2 Penilaian ke- 3

(21)

Hasil nilai dari kedua penilai kemudian dibandingkan dan dilakukan uji t tidak berpasangan. T-test tidak berpasangan digunakan untuk melihat/membandingkan perbedaan nilai dari kedua penilai. Digunakan uji t tidak berpasangan karena penilaian dilakukan oleh dua orang yang berbeda. Uji t diperoleh dari jumlah nilai KIE masing masing mahasiswa. Hasil uji t-test pada skenario 1 kasus hipertensi yaitu p = 0,464 yang menunjukan jumlah nilai dari kedua penilai berbeda tidak bermakna. Sedangkan hasil uji

t-test pada skenario 2 kasus hipertensi yaitu p = 0,575 menunjukan jumlah nilai dari kedua

penilai berbeda tidak bermakna. Total nilai dari kedua penilai terdapat pada tabel 2.

Hasil dari uji t-test menunjukan bahwa penilaian dari kedua penilai berbeda tidak bermakna, untuk melihat apakah penilaian setiap mahasiswa dinilai dengan sama maka perlu dilihat kesepakatan antara kedua penilai Untuk mengetahui kesepakatan nilai antara penilai satu (praktisi apoteker) dan penilai dua (peneliti) digunakan uji Cohen Kappa. Apabila koefisien Cohen Kappa 0,61 - 0,80 menunjukan kesepakatan substansial, jika koefisien Cohen Kappa 0,81 - 0,99 menunjukan kesepakatan hampir sempurna. (Viera dan Garrett, 2005). Sedangkat menurut Zenk, et al (2007) apabila nilai cohen kappa 0,60 sampai dengan 1,00 termasuk gold standard nilai koefisien kappa. Dari penilaian yang dilakukan diperoleh hasil rata-rata nilai cohen kappa pada skenario 1 hipertensi yaitu 0,823 yang menunjukan kesepakatan hampir sempurna dan pada skenario 2 hipertensi yaitu 0,855 yang juga menunjukan kesepakatan hampir sempurna. Keunggulan dari uji cohen kappa yaitu dapat melihat kemungkinan kesepakatan yang diharapkan, tidak terpengaruhi jumlah nilai 0 yang dimasukkan dalam tabel, tidak terpengaruhi oleh jumlah nilai subjek uji, dan tidak terbatas pada tabel yang dilakukan oleh dua penilai (Silcocks, 1983).

KESIMPULAN DAN SARAN

Materi pelatihan yang relevan untuk pasien simulasi terkait dengan penyakit hipertensi dalam pelayanan KIE adalah skenario kasus beserta dengan teori secara umum tentang penyakit hipertensi, tanda gejala serta terapi farmakologi dan non farmakologi. Dilakukan pelatihan pasien simulasi secara satu per satu dan dilakukan perekaman video pada tiap penilaian. Seleksi pasien simulasi dilakukan dengan mengisi checklist penilaian pasien simulasi berupa data kualitatif dan kuantitatif yang telah disesuaikan dengan literatur. Untuk mengetahui performa pasien simulasi dilakukan dengan mengisi checklist penilaian KIE mahasiswa farmasi yang telah disesuaikan dengan literatur.

Saran untuk penelitian selanjutnya, pada saat melakukan pelatihan pasien simulasi sebaiknya pasien yang sedang menunggu giliran untuk melakukan role play dan pasien yang sedang melakukan role play dikondisikan pada ruangan yang terpisah. Hal ini bertujuan agar pasien simulasi tidak terpengaruhi dengan keberadaan pasien lain. Sebaiknya pada saat perekaman video pasien simulasi dan pemeran apoteker menggunakan mikrofon, agar suara dapat terdengar dengan jelas dalam video.

(22)

http://aptfi.subagiyo.com/profesi-apoteker/silabus/

APTFI, 2013, Naskah Akademik Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar

Kurikulum Pendidikan Farmasi.

http://www.aptfi.or.id/dokumen/2016/Kompetensi&KurAPTFI2013

Astuti, S. 2015. Gambaran Peran Apoteker dalam Pelayanan Konseling di Apotek Wilayah Kota Medan. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Hipertensi. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Depkes RI. 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient

Safety). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan

Depkes RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014, Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Dipiro, J. T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., 2008,

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th edition,Mc Graw Hill

Companies Inc., United States, pp. 114

James, D., Nastasic, S., Horne, R., & Davies, G. (2001). The Design and Evaluation of a Simulated-Patient Teaching Programme to Develop The Consultation Skills of Undergraduate Pharmacy Students, Pharm World, 23(6) : 212–216.

Kwando, R. 2014. Pemetaan Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian Terkait Frekuensi Kehadiran Apoteker di Apotek di Surabaya Timur. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No 1 2014

Nasif, H., dkk, 2012, Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) Mata Kuliah Farmasi Klinik & Komunitas, Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

PPIAI, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI), Ikatan Apoteker Indonesia

Schnipper, JL., et al. 2006. Role of Pharmacist Counseling in Preventing Adverse

Drug Events After Hospitalization. USA : Archives Internal Medicine. Vol 166.565-571

Silcocks, 1983, Measuring repeatability and validity of histological diagnosis-a brief review with some practical examples, J Clin Pathol, 36,1269-1275.

(23)
(24)

LAMPIRAN

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

BIOGRAFI PENULIS

(37)

Dalam melakukan pelayanan kefarmasian, apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar kompetensi yang ada. Berdasarkan beberapa survei, masih banyak ditemukan apoteker yang belum menjalankan perannya sesuai dengan Permenkes No 35 Tahun 2014 terutama dalam melakukan KIE. Ditinjau dari segi pendidikan tinggi, perlu dilakukan penyempurnaan evaluasi pembelajaran dikarenakan evaluasi yang digunakan hanya berupa tertulis, tidak di praktikkan secara nyata. Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan materi pelatihan dan metode pelatihan pasien simulasi dalam pelayanan obat antihipertensi. Subjek pada penelitian ini adalah pasien simulasi. Data yang dihasilkan berupa data

kuantitatif yang diperoleh dari checklist dan data kualititatif yang diperoleh dari pengamatan

peneliti terhadap performa pasien simulasi. Analisis dan data kuantitatif dari checklist

dihitung menggunakan t-test tidak berpasangan dan perhitungan koefisien Cohen kappa.

Dihasilkan (1) Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi, (2) Skenario Role Play Antihipertensi, (3) Instrumen evaluasi, (4) Penilaian performa pasien simulasi, dan (5) Uji reliabilitas dihasilkan

perhitungan rata-rata nilai cohen kappa pada skenario 1 hipertensi yaitu 0,8234 sedangkan

pada skenario 2 hipertensi yaitu 0,8548. Pelatihan pasien simulasi secara satu per satu dan dilakukan perekaman video pada tiap penilaian. Seleksi pasien simulasi dilakukan dengan mengisi checklist penilaian pasien simulasi berupa data kualitatif dan kuantitatif. Untuk

mengetahui performa pasien simulasi dilakukan dengan mengisi checklist penilaian KIE

mahasiswa farmasi

(38)

ABSTRACT

Pharmacist should refer to the basic competences when conducting pharmaceutical services. Some surveys show that a lot of pharmacists have not conducted their practices based on the Peraturan Menteri Kesehatan No 35 Tahun 2014, especially in doing Communication, Information, and Education. Seen view of college study, Learning Evaluation should be improved because of evaluation used only written test, not implemented in real life. The objective of this research is to develop the practicing material and method of training for simulated patients in pharmaceutical care for antihypertension. The subjects of this practice are simulation patients. The quantitative data was gained from checklist and the qualitative

data was gained from researcher’s observation about the performance of simulation patients.

The quantitative data was calculated using independent t-test and Cohen Kappa coeficient. Produced (1) The manual practice for simulation patient, (2) Scenario Role Play Antihypertension, (3) Instrument evaluation, (4) the performance of simulated patients, and (5) Reliability test using average value of cohen cappa showed the value of 0.8234 in scenario 1 hypertension and the value of 0.8548 in scenario 2 hypertension. The training of patients was simulated one by one and video was recorded on each assesment. Patient selection was conducted by filling simulation assessment checklist simulated patients in the form of qualitative and quantitative data. The perfomance of simulated patients was determined by filling pharmacy student assessment checklist Communication, Information, and Education

Gambar

Gambar 2. Rata-rata nilai performa Pasien Simulasi Skenario 1 Kasus
Gambar 1. Rata-rata nilai performa Pasien Simulasi Skenario 1 Kasus Hipertensi.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana implementasi pembelajaran Ekonomi di SMA 1 Bae Kudus sebagai Rintisan Sekolah Kategori Mandiri; (2) kendala apa

Pengaruh yang mengakibatkan orang di dalamnya untuk terlibat aktif dalam aktivitas yang lebih hebat, adalah pengaruh.... Prototip yang mempunyai keinginan yang sangat besar

sqouhie hllloir rc

ne puryai sitdr sepeni ircd (tidak bc.sksi), kua( hh rerhadap k&amp;u$kaD, ugat baik sbagai bmicr !c.had.p bcndr pada! can, dar 96, lahm teftadap suhu linsgi.

Modal sosial akan lebih dapat tumbuh pada kondisi perekonomian. yang tumbuh, karena pada perekonomian yang tumbuh

Kristalisasi dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Secara umum, tujuan dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal dengan

Dengan melihat proses pengembangan modal sosial di dalam klaster cor logam Ceper mulai dari awal pertumbuhan/embrio, tumbuh dan dewasa serta penurunan dan transformasi ada

Dalam penulisan ilmiah ini penulis mempunyai tujuan untuk menghitung besarnya break even point multi produk sebagai dasar perencanaan laba pada industri Maya Bakery. Setelah