• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KREATIVITAS GURU

DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN

Wan Nasir

Balai Diklat Keagamaan padang wannasirwibdkpdg@gmail.com

Diterima: 16 September 2020 | Disetujui: 3 Desember 2020 | Dipublikasikan: 30 Desember 2020

Abstrak

Kajian ini dimaksudkan untuk mengungkap pola pengembangan pembinaan kreativitas guru, yang produktif. Hal demikian didasarkan pada belum terarahnya upaya pembinaan dan pengembangan kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran. Padahal seiring dengan perubahan yang terjadi kreasi guru dalam bentuk ide gagasan yang konstruktif sangat diharapkan agar pembelajaran semakin mudah dipahami dalam suasana PAIKEM (pembelajaran aktiv, inovativ, kreativ, efektif dan menyenangkan). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan studi kepustakaan dengan menganalisis regulasi/peraturan dan teori yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran di Madrasah. Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kreatifitas guru antara lain 1) Kepribadian guru, berawal dari seleksi yang cukup selektif 2) motivasi dan kreativitas guru mengelola pembelajaran, 3) Produktivitas guru dalam bekerja. Dalam hal ini komponen terkait secara langsung dalam melakukan pembinaan guru perlu memiliki arah yang tegas dan jelas agar guru-guru yang kreatif dapat mewarnai pembelajaran di madrasah.

Kata Kunci: Pengembangan, kreativitas guru, pembelajaran

Abstract

This study is intended to uncover a pattern of development of teacher creativity coaching, which is based on the unfounded effort of coaching and development of teacher's creativity in managing learning. Whereas along with the changes that the teacher creations in the form of ideas of constructive ideas are expected to make learning easier to understand in the atmosphere of PAIKEM (Active, Innovativ, Creativity, Effective and Enjoyable Learning). The study used a qualitative approach by conducting literature studies by analyzing the regulations and theories related to coaching and developing teachers ' creativity in managing learning in Madrasah. The research findings show there are three things that need to focus in the development of teachers, among others 1) Personality of teacher, starting from a fairly selective election 2) motivation and creativity of teachers manage learning, 3) Teacher productivity. In this case the directly related components of conducting the teacher's coaching need to have a firm and clear direction so that creative teachers can give a good learning at the Madrasah.d)

Keywords: development, teacher creativity, learning

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0

(2)

PENDAHULUAN

Kreativitas guru dianggap memiliki peranan strategis dalam menjawab arus perubahan yang terjadi, telah menimbulkan berbagai tudingan ditengah masyarakat. Sebagian guru dianggap sekedar menggugurkan kewajiban dalam bertugas, karya inovatif yang berkontribusi positif terhadap kualitas pembelajaran sering berada pada ranah impian. Padahal keberadaan guru kreatif merupakan jawaban atas tuntutan guna mewujudkan generasi berkompetensi tingkat tinggi, berkharakter dan literasi untuk menjawab tantangan era Revolusi Industri 4.0. Menurut Iskandar diantara 5,6 juta guru di Indonesia, baru sekitar 2% guru yang inovatif, artinya 98% guru tidak inovatif (Dewantoro Hajar, 2017). Oleh karena itu berbagai terobosan inovatif harus lahir dari guru-guru professional dalam mengelola dan mengembangkan pembelajaran, terutama Pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktiv, inovativ kreativ efektif dan menyenangkan. Guru kreatif akan mengikuti gerak perubahan yang terjadi. Mereka memiliki gagasan, kemampuan/kompetensi dan kemauan yang kuat untuk berbuat. Artinya kompetensi professional selalu dibingkai oleh kemauan untuk berinovasi. Untuk itu perlu pihak eksternal dalam hal ini kepala madrasah, pengawas dan leading sektor terkait seperti Balai Diklat sebagai bengkelnya SDM guru, harus dapat memberikan berbagai terobosan yang dapat mendongkrak kemauan dan

kemampuan guru dalam

mengembangkan pembelajaran. Menurut teori pendidikan sehebat apapun seorang guru, biasanya hanya mampu mengeluarkan kompetensi profesionalnya sebanyak 70%,

sementara 30% lagi boleh jadi dipengaruhi oleh factor eksternal lainnya, seperti factor fikiran, anak, suami/istri, kesehatan, keluarga dan lain sebagainya, atau masih ada permasalahan urgen yang masih belum tercapai. Maka fenomena ini biasanya akan mempengaruhi pikiran maupun kreativitas mengelola pembelajaran.

Beberapa komponen eksternal yang berperan membimbingan dan mengembangkan potensi dan kreativitas guru selama ini, meliputi, kepala madrasah/sekolah yang bertanggung jawab secara langsung memberikan

pembinaan umum menyangkut

melaksanakan kewajiban sebagai guru. Sedangkan menyangkut pembinaan secara spesifik guru, khususnya dalam hal pengembangan keilmuan yang dimiliki biasanya sangat jarang tersentuh oleh kepala madrasah/sekolah. Pengawas merupakan pihak selanjutnya memberikan pembinaan dalam bentuk kegiatan Supervisi. Diharapkan dapat menawarkan solusi-solusi konstruktif agar guru semakin professional. Kenyataan selama ini oleh berbagai keterbatasan, seperti kemampuan maupun jumlah penngawas yang ada, secara umum pengawasan yang dilakukan masih sebatas kelengkapan bahan administrasi pembelajaran seperti batas pelajaran GBPP dan RP setiap kali pertemuan, belum sampai menggali persoalan yang dihadapi guru secara ideal.Selanjutnya pihak dinas pendidikan atau bidang pendidikan di kementerian Agama, juga memberikan pembinaan dalam bentuk workshop atau bimtek, ternyata juga sangat terbatas, kurang terprogram secara utuh, melainkan sangat tergantung kebijakan dan anggaran tersedia, akibatnya program peningkatan kreativitas guru belum memperoleh perhatian secara nyata.

(3)

Selanjutnya lembaga Diklat juga mengalami keterbatasan memberikan pembinaan, sekarang baru dalam siklus empat hingga lima tahun sekali. Kegiatan Diklat juga dalam durasi cukup singkat hanya lebih kurang satu minggu, tentu saja hal demikian juga belum mampu menjawab kebutuhan guru menjadi guru kreatif dalam mengelola pembelajaran.

Dalam berbagai studi mengenai pola pengembangan kreativitas guru, paling tidak ada tiga model yang menjadi pembicaraan yang dapat ditemukan, yaitu pola pengembangan yang berjalan selama ini, dampak pembinaan dan pengembangan yang telah dilakukan serta pengembangan pengembangan kreativitas guru yang lebih produktif.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literature-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Muhammad Nazir.2003:27). Definisi lain, Mestika Zed (2007:3) mengemukakan penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan membaca karya-karya tertulis yang terkait dengan persoalan yang dikaji.an.

Kerangka Teori

Konsep Kreativitas guru

Kreativitas guru merupakan istilah yang banyak digunakan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Pada umumnya orang menghubungkan kreativitas dengan produk-produk kreasi. Dengan kata lain produk-produk kreasi itu merupakan hal

yang penting untuk menilai kreativitas. Clark Monstakos, seorang psikolog humanistis menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan (mengaktualisasikan) identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan orang lain, Munandar Utami (2002: 24) Slameto (1995 :145) Mengungkapkan pada dasarnya pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.Berkaitan dengan hal tersebut, kreativitas juga diartikan sebagai ciri ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi sesuatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan, dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berpikir divergen (Ngalimun, 2013:46)

H.J. Pentury (2017)

mengemukakan guru kreatif adalah guru

yang mampu mengembangkan

kemampuan pedagogik,

mengembangkan ketrampilan hidup, meningkatkan nilai dan membangun

serta mengembangkan sikap

profesional. Kreativitas guru dapat dilihat dalam hal menyediakan bahan ajar,metode mengajar yang bervariatif, pengelolaan kelas dan pemanfaatan media pembelajaran (Masturdin: 2016).

Oleh karena itu guru harus kreativ, guru yang kreatif akan memiliki sikap kepekaan, inisiatif, cara baru dalam mengajar, kepemimpinan serta tanggungjawab yang tinggi dalam pekerjaan dan tugasnya sebagai seorang pendidik. untuk mengeksplorasi apa

(4)

yang mereka pikirkan tentang konsep seorang murid kreatif dan guru kreatif, bagaimana mereka mengevaluasi diri mereka sebagai orang yang kreatif, dan bagaimana mereka menilai kreativitas kolega mereka, murid, kurikulum dan sekolah. Berdasarkan konsep diatas dipahami bahwa guru yang kreatif

adalah guru yang mampu

mengaktualisasikan dan

mengekspresikan secara optimal segala kemampuan yang ia miliki dalam rangka membina dan mendidik anak didik dengan baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas Guru

Menurut Munandar (2002 : 26 ) Ada teori mengatakan bahwa kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut Psikologis yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi. Secara bersamaan tiga komponen ini dipahami sebagai faktor individu menjadi kreatif. Intelegensi meliputi kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, keterampilan pengambilan keputusan dan keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum. Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi kreatif menunjukkan kelonggaran dan keterikatan konvensi, menciptakan aturan sendiri, melakukan hal-hal dengan caranya sendiri dan menyukai masalah yang tidak terlalu berstruktur. Dimensi kepribadian dan motivasi meliputi ciri-ciri seperti kelenturan, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan keuletan dalam

menghadapi rintangan dan

pengambilan resiko yang moderat. Faktor eksternal juga sangat berpengaruh pada dorongan dan potensi dari dalam, yaitu

pengaruh-pengaruh yang datangnya dari luar yang dapat mendorong guru untuk mengembangkan diri. Faktor eksternal ini dapat dikelompokkan menjadi empat, sebagai berikut :

a. Latar belakang pendidikan Guru Guru yang berkualifikasi profesional, yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang

diajarkannya, cakap dalam

mengajarkannya secara efektif dan efisien dan guru tersebut berkepribadian yang mantap. A. Samana (1994:21) Menjelaskan untuk mewujudkan guru yang cakap dan ahli tentunya diutamakan dari lulusan lembaga pendidikan keguruan seperti PGSD (Diploma) FKIP (Universitas) atau lembaga pendidikan keguruan lainnya. Karena kecakapan dan kreativitas seorang guru yang profesional bukan sekedar hasil pembicaraan atau latihan-latihan yang terkondisi, tetapi perlu pendidikan pra jabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif dan efisien dan tolak ukur evaluasinya terstandar. b. Pelatihan-pelatihan Guru dan

organisasi keguruan

Pelatihan-pelatihan dan organisasi sangat bermanfaat bagi guru

dalam mengembangkan

pengetahuannya serta pengalamannya terutama dalam bidang pendidikan. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, guru dapat menambah wawasan baru bagaimana cara-cara yang efektif dalam proses pembelajaran yang sedang dikembangkan saat ini dan kemudian diterapkan atau untuk menambah perbendaharaan wawasan, gagasan atau ide-ide yang inovatif dan kreatif yang akan semakin meningkatkan kualitas guru.

(5)

c. Pengalaman mengajar Guru Seorang guru yang telah lama mengajar dan telah menjadikannya sebagai profesi yang utama akan mendapat pengalaman yang cukup dalam pembelajaran. Hal ini pun juga berpengaruh terhadap kreativitas dan keprofesionalismenya, cara mengatasi kesulitan, yang ada dan sebagainya. Pengalaman mendorong guru untuk lebih kreatif lagi dalam menciptakan cara-cara baru atau suasana yang lebih edukatif dan menyegarkan.

d. Faktor kesejahteraan Guru

Tidak dapat dipungkiri bahwa guru adalah juga seorang manusia biasa yang tak terlepas dari berbagai kesulitan hidup, baik hubungan rumah tangga, dalam pergaulan sosial, ekonomi, kesejahteraan, ataupun masalah apa saja yang akan mengganggu kelancaran tugasnya sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran.

Usaha-usaha dalam meningkatkan kreativitas Guru

Tugas mengajar dan mendidik diumpamakan dengan sumber air, jika tidak terisi air maka akan kering. Demikian juga jabatan guru, jika tidak berusaha menambah wawasan baru, melalui membaca, dan terus belajar maka materi yang ia sajikan ketika mengajar akan terasa gersang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin cepat, menuntut para guru untuk terus belajar dalam banyak hal yang terkait dengan pembelajaran secara berkesinambungan agar peran guru dalam pengajarannya tetap bermutu, kreatif dalam membimbing siswa. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam memacu kreativitas antara lain aktif membaca, gemar berapresiasi, mencintai seni, respek terhadap perkembangan, menghasilkan sejumlah karya dan dapat

memberi contoh dari hal-hal yang dituntut siswa. Usaha pengembangan profesi tenaga kependidikan, khususnya guru meliputi :

a. Program Pre Service Education[ , Sahertian, Piet. (1994:67)

Sejak Indonesia merdeka sampai

sekarang Pemerintah telah

mengusahakan berbagai lembaga yang menata usaha perbaikan mutu guru. Usaha tersebut adalah dengan mengadakan sekolah-sekolah guru yang perjalanannya terus mengalami perbaikan dan peningkatan untuk menjadi lebih terfokus. Di samping itu ada pula program akta mengajar yang diberikan kepada mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Dengan cara ini profesi kependidikan menjadi terbuka bagi yang berada di luar fakultas kependidikan untuk menjadi guru dan memberi proteksi kepada profesi ini dengan mengharuskan mengambil akta mengajar bagi yang ingin menjadi guru, sehingga dengan demikian kualitas guru dapat ditingkatkan.Akhir-akhir ini program akta mengajar juga telah dikembangkan dalam bentuk program pendidikan profesi, semua itu diharapkan lahirnya guru-guru yang professional dan energik memiliki daya kreatif dalam mengelola pembelajaran. b. Program In Service Education, Slameto. (1995:67)

Program In Service Education yaitu usaha yang memberi kesempatan pada guru-guru untuk mendapatkan penyegaran atau menurut istilah lainnya sebagai penyegaran yang membawa guru ke arah yang lebih baik Dalam hal ini bagi mereka yang telah memiliki jabatan guru dapat berusaha meningkatkan profesi melalui

(6)

pendidikan lanjutan. Dikatakan In Service Education bila mereka sudah menjabat dan kemudian mengikuti kuliah lagi.

c. Program In Service Training, (Slameto, 1995:70)

Pada umumnya yang paling banyak dilakukan adalah melalui penataran, yaitu:

1) Penataran penyegaran, yaitu usaha peningkatan kemampuan guru agar sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta memantapkan kemampuan tenaga kependidikan tersebut agar dapat melakukan tugas sehari-harinya dengan baik.

2) Penataran peningkatan kualifikasi, yaitu usaha peningkatan kemampuan guru sehingga mereka memperoleh kualifikasi formal sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

3) Penataran penjenjangan, yaitu usaha meningkatkan kemampuan guru sehingga dipenuhi persyaratan suatu jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Jika merujuk pada regulasi di era reformasi sekarang, ada dua komponen yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan Training untuk para guru di lingkungan madrasah. Yang pertama dalam bentuk diklat oleh Balai Diklat Keagamaan (BDK) atau PUSDIKLAT dalam bentuk kegiatan diklat dengan durasi diatas 60 jam pelajaran. Selanjutnya pihak bidang pendidikan pada Kanwil/kemenag juga memberikan bimbingan terhadap guru dalam bentuk workshop atau sosialisasi yang durasi waktunya kurang dari 40 jam pelajaran.

Pembinaan dan pengembangan

kreativitas guru

Menurut Soekartini,( 1995 : 32) ada yang mengatakan bahwa mengajar

itu adalah seni (art), karena mengajar itu membutuhkan inspirasi, intuisi, dan kreativitas. Maka mengajar perlu dilatih, kreativ akan lahir jika ada latihan atau pembinaan agar segala bentuk inspiratif muncul dan berkembang dalam pembelajaran. Selanjutnya A. A. Mangun-harjana (1986 :27) yang menukil salah satu ilmuwan barat mengatakan bahwa mengembangkan kreativitas itu menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh dalam kemajuan hidup. Orang yang berkreatif atas itu bercirikan lincah, kuat mental .dapat berfikir dari segala arah maupun ke segala arah, dan yang terpenting mempunyai keluwesan konseptual, orisinalitasm dan menyukai kerumitan. Ciri-ciri tersebut masih harus ditambah lagi dengan sifat mau bekerja keras, mandiri, pantang menyerah, dan lebih tertarik pada konsep besar, punya selera humor dan fantasi serta tidak menolak ide-ide yang ada di depanya

Menurut Slameto (1995 : 145) bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: a) Hasrat keingintahuan yang cukup besar.b) Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. c) Keinginan untuk menemukan dan meneliti. d) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit. e) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan. f) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas. g) Berpikir fleksibel. h) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak. I) Kemanapuan membuat analisis dan sintesis.j) Memiliki semangat bertanya serta meneliti. k) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik. l) Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas

(7)

Sedangkan menurut Utami Munandar ( 1992 : 47-50 ) mengemukakan ciri-ciri kreativitas antara lain adalah: a) Rasa ingin tahu.b) Tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan sebagai tantangan. c) Berani mengambil risiko untuk membuat kesalahan atan untuk dikritik orang lain.d) Tidak mudah putus asa. e) Menghargai keindahan. f) Mempunyai rasa humor. g) Ingin mencari pengalaman-pengalaman baru. Guru yang Produktif

Ramli Abdullah. (2017) Mengemukakan bahwa keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada kompetensi guru dalam menguasai materi atau materi pelajaran. guru produktif adalah guru professional dalam mengelola pembelajaran. Yaitu guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga dapat melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru yang kemampuannya maksimal. Kreativitas adalah salah satu kunci guru untuk memberikan layanan pendidikan yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan (Hamzah & Nurdin, 2011 :153) MenurutMonawati, Fauzi (2018) 1) Guru yang memiliki kreativitas mengajar tinggi mampu memberikan prestasi belajar kepada siswanya. 2) guru yang memiliki kreativitas di kelas pengaruh yang sangat positif terhadap kemajuan prestasi belajar siswa. Dalam suatu penelitian ditemukan ada pengaruh positif antara kreativitas guru dalam pembelajaran dan kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar siswa dengan korelasi ganda koefisien 0,460 (Kenny Andika, Suparno. Ari Saptono.2016).

Fadli Rasam, Ani Interdiana

Candra Sari (2018) dalam

journal.lppmunindra, menemukan bahwa:

a. Kepiawaian guru dalam mengelola media belajar akan membuat peserta didik semangat dan timbul minat dalam diri mereka untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.

b. Kreativitas guru akan membantu dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa sehingga mereka merasa tertantang, menarik dan tidak jenuh. Kreativitas guru yang baik

menyebabkan pembelajaran

menyenangkan bagi siswa.

Selanjutnya Ki Hajar Dewantara juga menegaskan seorang guru hendaklah “Ing ngarso Sung tu Lodo (memberikan tauladan di depan) , Ing Madyo Mangun karso (ditengah-tengah membangun semangat) , Tut Wuri handayani (memberi dorongan dari belakang). Harapan ini akan terwujud jika guru produktif dan professional dalam bertugas. Menurut Runco &

Nemiro Dalam konteks

madrasah/sekolah guru adalah sumber informasi tetapi mereka juga bertindak sebagai panutan yang relevan bagi siswa mereka sehubungan dengan strategi dan perilaku. Mereka memiliki tanggung jawab untuk mentransmisikan pengetahuan deklaratif dan procedural (Maria Fátima Moraisa, Ivete Azevedob 2010).

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bahwa peserta didik yang kreatif tidak dapat dilepaskan dari kreativitas guru. Mustahil murid menjadi kreativ sementara gurunya biasa-biasa saja, murid yang kreatif akan lahir dari tangan-tangan guru enerjik semangat penuh kreatif. Dalam hal ini ada dua

(8)

factor sebenarnya yang perlu mendapat perhatian agar terpeliharanya semangat guru dalam membangun pendidikan, yaitu berkaitan dengan factor –faktor internal/psikologis dan factor eksternal (lingkungan sosial dan budaya, berbagai kebijakan menyangkut permasalahan

guru. Dari aspek faktor

internal/psikologis seorang guru harus memiliki motivasi gerak yang besar dalam bertugas. Guru professional bekerja sesuai ilmu keahliannya, memiliki bakat dan minat membangun profesi yang disandangnya, hal ini adalah motor penggerak utama guru dalam bekerja. Maka dalam hal ini pemilihan guru harus sangat selektif berdasarkan bakat minat pada profesi serta benar-benar menguasai ilmu yang dimiliki. Boleh saja pemilihan guru bukan dari LPTK namun memiliki semangat digugu dan ditiru perlu menjadi indicator utama dalam seleksi.Konsep guru yang diajarkan tokoh pendidikan Ki hajar Dewantara patut dijadikan rujukan dalam memilih guru-guru yang memiliki potensi yang bagus.

Semenjak ditetapkannya undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikeluarkannya regulasi sertifikat pendidik, diprogramkannya sertifikasi guru dan dosen. Adalah angina segar, profesi guru tidak lagi pandang sebelah mata. Regulasi ini sebagai motivator yang luar biasa untuk membidik profesi guru dari berbagai latar belakang keilmuan dan kemampuan. Maka usaha menseleksi secara ketat terhadap calon guru adalah suatu keniscayaan yang harus dilakukan agar diperoleh SDM guru yang mampu menjawab tuntutan dan rintangan dimasa depan. Menurut Ridwan (2015:13) Kreativitas terkait dengan tiga komponen utama, yakni kemampuan

berpikir kreatif, keahlian (pengetahuan teknis, prosedural, dan intelektual), dan motivasi. Jadi dapat dipahami bahwa kreativitas guru sangat berkaitan kualitas guru itu sendiri, baik dalam konteks keilmuan termasuk dalam hal mentransfer pengetahuan pada orang lain.

Disamping itu aspek eksternal yang perlu mendapatkan perhatian agar guru lebih kreatif jika ada upaya atau ikhtiar dari luar dirinya untuk dapat bergerak secara maksimal, karena sebagaimana yang telah diungkap di awal bahwa guru bekerja biasanya banyak hal yang mengurangi daya atau gairah guru dalam mengajar (seperti factor kesehatan, permasalahan pribadi, keluarga dsb). Dalam hal ini empat

komponen terkait, kepala

madrasah/sekolah, pengawas bidang study, bidang madrasah di

kanwil/kemenag dan balai

diklat/pusdiklat.Empat komponen terkait perlu bersinergi secara kolektif, membuat berbagai terobosan yang mendongkrak semangat guru untuk berkreativitas, termasuk reward yang jelas atas ide kreatif guru, bukan mengedepankan funnisment. Jika pada kebijakan LAN dalam mendiklat CPNS maupun pejabat struktural ada laporan

aktualisasi dan proyek

perubahan/inovasi, maka seyogyanya semangat ini dijadikan bagian kebijakan untuk mendongkrak kreativitas guru. Menurut Supriadi, kreativitas adalah

kemampuan seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan atau karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, ditandai

(9)

oleh suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan (Yeni & Kurniati, 2011:13).

Bahwa kebijakan menyangkut kreativitas guru selama ini dirasa masih kurang terarah, belum kelihatan terobosan yang benar-benar memaksa guru berkreasi, Kesibukan rutin guru selama ini masih menyangkut hal-hal yang berbau administrasi pembelajaran seperrti GBPP, RPP dan bahan ajar, padahal dokumen ini tidak begitu signifikan mendorong guru berkarya nyata, kesibukan adminstratif ini hanya menjadikan guru-guru sibuk tak menentu. hal ini ditandai dalam hal pola pembinaan selama ini.

Guru memiliki daya kreativitas yang tinggi dalam mengelola pembelajaran, diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendemontsrasikan perilaku yang kreatif. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kreatifitas siswa antara lain, 1) Guru menghargai hasil-hasil pikiran kreatif siswa, 2) Guru respek terhadap pertanyaan, ide dan solusi siswa yang tidak biasa (unusual), 3) Guru menunjukkan bahwa gagasan siswa adalah memiliki nilai yang ditunjukkan dengan cara mendengarkan dan mempertimbangkan. Pada tataran ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada orang lain.

Berikut beberapa bahan pemikiran pembiasaan guru kiranya dapat dijadikan bahan renungan untuk mengimprovisasi kreativitas dan inovasi guru dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas:

a. Mengaplikasikan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, siswa bisa diajak ke luar kelas dengan tujuan memaksimalkan

lingkungan sekolah sebagai alat, media dan sumber belajar yang sesuai.

b. Mengoptimalkan proses

pembelajaran dengan

memanfaatkan potensi sekolah yang ada, terutama sekolah yang siswanya banyak berasal dari lapisan masyarakat, maka proses pembelajarannya disetting yang kreatif inovavatif mampu beradaptasi berbagai macam situasi.

c. Mendisain pembelajaran oleh “guru kreator” yang dapat menumbuhsuburkan kreativitas dan inovasi pembelajaran dengan analisis dan evaluasi untuk penyempurnaan disain berikutnya. d. Hindari ketegangan semua pelaku

proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa diharapkan mampu memnghindari ketegangan sebaliknya nikmati situasi dan kondisi pembelajaran menuju tercapainya kompetensi siswa. e. Biasakan selalu mengamati

lingkungan sekolah sehingga dapat menemukan area yang dapat dijadikan alat, media dan sumber belajar siswa.

f. Mengimprovisasi daya kreatif dan inovsi dengan sedikit humor sehat dan seperlunya saja untuk

mempertahankan dan

mengembangkan semangat

inovasinya.

g. Keluar dari dunia sempit menuju dunia luas dengan menggairahkan literasi baca, buku bidang studi dan teknologi dan lain sebagainya yang dapat menambah daya peka berfikir efektif dan efisien.

Beberapa pola guru kreatif di atas, akan dapat terlaksana jika guru memilki daya dan karsa yang cukup

(10)

untuk tumbuh dan berkembang. Intinya prinsip KI Hajar Dewantara menjadi pola pengembangan kreativitas guru. Oleh karena itu maka pihak terkait dalam hal ini Ka. Madrasah, Pengawas, bidang pendidikan di kanwil/kemenag dan Balai Diklat, maka pola pembinaan dan pengembangan guru harus diarahkan agar terbentuknya guru-guru yang

dapat digugu dan ditiru. Jadi ada tiga

hal yang perlu focus

pengembangannnya 1) pembentukan moral/akhlak guru, berawal dari pemilihan yang cukup selektif 2) motivasi dan kreativitas guru mengelola pembelajaran, 3) produktivtas guru

dalam bekerja

PENUTUP 1. Simpulan

Ternyata pola pengembangan kreativitas guru dianggap mampu menghasilkan guru-guru produktif dan kreatif, masih perlu ada terobosan lain yang dapat mendongkrak atas pola pembinaan yang telah dilaksanakan selama ini. Temuan penelitian menunjukkan perlu upaya sejak dini menseleksi secara ketat tenaga potensial berbakat untuk menjadi guru sehingga diperoleh guru kreatif berkualitas. Guru kreatif akan berdampak nyata dalam menghidupkan suasana dan proses pembelajaran.

Studi ini terbatas pada persfektif kepala madrasah/sekolah, pengawas dan bidang/kasi pendidikan di kementerian Agama dan Balai Diklat secara umum, belum mengkaji persfektif guru dan siswa, orang tua siswa, termasuk kurikulum pendidikan.

Mengkaji semua komponen pendidikan memungkinkan menemukan formulasi yang kongkrit sebagai upaya

menemukan pembinaan yang

komprehenship agar guru-guru produktif dan kreatif dalam menjawab era globalisasi. Sejalan dengan itu, dibutuhkan suatu penelitian lanjutan yang menyeluruh atas komponen yang disebutkan diatas. Dengan cara ini

pemecahan masalah yang

komprehensif memungkinkan untuk ditemukan.

2. Rekomendasi

Oleh karena itu pihak-pihak yang terlibat atau bertanggung jawab selama ini, meliputi Kepala Madrasah/Sekolah, Pengawas, bidang pendidikan di kanwil/kemenag dan Balai Diklat ) harus berkolaborasi bersinergi dalam mengembangkan kreativitas guru. Perlu ada gagasan dan kerjasama yang baik dalam merumuskan perencanaan yang tepat dalam membimbing kreativitas guru.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

A.A. Mangunharjana, (1986) Mengembangkan Kreativitas, Yogyakarta : Kanisius A. Samana, (1994) Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta :Kanisius

Dewantoro Hajar. 2017. Menciptakan inovasi dan kreativitas guru, pada https://silabus.org/menciptakan-inovasi-dan-kreativitas-guru/

Fadli Rasam, Ani Interdiana Candra Sari Peran Kreativitas Guru Dalam Penggunaan Media Belajar Dan Minat Belajar Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Smk Di Jakarta Selatan. (Vol.5 No.1, 2018)

https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/RDJE/article/view/3391

Hamzah dan Nurdin, (2011) Belajar dan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT Bumi Aksara

Helda Jolanda Pentury .Pengembangan Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Kreatif Pelajaran Bahasa Inggris. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 3 Nopember 2017, hal 265-272

https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/jrtie/article/view/1064

Kenny Andika, Suparno. Ari Saptono (2016). Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Dan Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X Di Sma Negeri 89 Jakarta. Jurnal Ilmiah Econosains E-ISSN: 2252-8490, Vol. 14 No. 1, Maret 2016. http://doi.org/ 10.21009/econosains.014.1.8

Maria Fátima Moraisa, Ivete Azevedob. What is a Creative Teacher and What is a Creative Pupil? Perceptions of Teachers. International Conference on Education and Educational Psychology (ICEEPSY 2010). Torrance Center Portugal: Universidade do Minho Masturdin (2016) Kreativitas Guru Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Upaya

Peningkatan Rukoh Darussalam Banda Aceh. Jurnal ar-raniry.ac.id

Mestika Zeed, (2007). Metode Penelitian Kepustakaan.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, h.3 Monawati, Fauzi. Hubungan Kreativitas Mengajar Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa.Jurnal

Pesona Dasar Universitas Syiah Kuala Vol.6 No.2, Oktober 2018, hal 33-43 ISSN:. 2337-9227

Muhammad Nazir, (2003). Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, cet.5,h.27

Munandar, (2002) Kreativitas dan Keterbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Ngalimun, dkk., (2013), Perkembangan dan Pengembangan Kreativitas. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Park, S., Lee, S., Oliver, J., & Cramond, B. (2006). Changes in Korean science teacher’s perceptions of creativity and science teaching after participation in an overseas professional

development program. Journal of Science Teacher Education, 17, Piet Sahertian, (1994), Profil Pendidik Profesional, Yogyakarta : Andi Offset

(12)

Ramli Abdullah.Pembelajaran Dalam Perspektif Kreativitas Guru Dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran September 2017Lantanida Journal

4(1):35.https://www.researchgate.net/publication

Ridwan Abdullah Sani (2015), ,Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara

Slameto, (1995), Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta145 Soekartini, (1995), Meningkatkan Efektivitas Mengajar, Jakarta: Pustaka Jaya

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Utami Munandar (1992), Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: PT Gramedia

Utami Munandar, (202), Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta: Gramedia Pustaka

Yeni Rachmawati & Euis Kurniati, (2011), Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Usia Kanak-kanak, Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan kesadahan pada air sumur gali di Kelurahan Maulafa setelah dipanaskan selama 40 menit dengan menggunakan wadah periuk tanah dan pengulangannya sebanyak tiga kali diperoleh

Dari data ED50 dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil sintesis memiliki nilai ED50 lebih besar dari asetaminofen, tetapi secara perhitungan statistik tidak ada

Hasil penelitian ini adalah budaya perusahaan dan lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan; semakin baik budaya perusahaan dan lingkungan kerja maka

Cara yang paling umum digunakan untuk model ini adalah biaya per seribu tayangan( Cost per Mille atau Cost per Thousand ). Pengiklan menghitung biaya untuk.. Metode

Tahap pengembangan (develop) ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran soal cerita (cerpen matematika) yang layak sesuai dengan kriteria yang

Lukevien ja lukemattomien välillä oli valtautumisessa eroja siten, että paljon kirjoja lukevat oppilaat [sekä tytöt että pojat] olivat koko luovan kirjoittamisen projektin ajan

Indikator keberhasilan pendidikan karakter meliputi: a) mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja; b) memahami kekurangan

Pasien yang menderita kanker serviks dapat menimbulkan dampak mengalami gangguan fisik, gangguan sosial, gangguan psikologis ( stress, depresi, tertekan) karena penyakit