• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan perpustakaan yang terdapat di lingkungan lembaga pendidikan tinggi seperti: universitas, institute, sekolah tinggi, akademi dan lembaga perguruan tinggi lainnya. Perpustakaan Perguruan Tinggi dibentuk untuk memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan, yaitu masyarakat universitas yang terkait.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 912), perpustakaan adalah tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya.

Menurut Sjahrial-Pamunjak (2000: 5), perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, dan perpustakaan sekolah tinggi.

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: buku pedoman (2004: 3) dinyatakan bahwa ”Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unsur lainnya, berperan serta dalam melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya”.

Menurut Hasugian (2009: 79) menyatakan bahwa ”Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan perguruan tinggi”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada dibawah naungan perguruan tinggi yang turut membantu dalam pelaksanaan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat guna pencapaian tujuan perguruan tinggi yang bernaung.

(2)

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan perguruan tinggi, bahkan perpustakaan perguruan tinggi dapat dianggap sebagai jantung perguruan tinggi. Sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengadian kepada masyarakat. Perpustakaan perguruan tinggi mempunyai tujuan dan fungsi yang disesuaikan dengan tempatnya bernaung.

2.1.2.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000: 5) dinyatakan bahwa ”Tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program pengajaran”.

Menurut Hasugian (2009: 80) dinyatakan bahwa ”Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di indonesia adalah untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi”.

Selain tujuan tersebut di atas, perpustakaan perguruan tinggi sebagai unsur penunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi merumuskan tujuannya sebagai berikut:

a. Mengadakan dan merawat buku, jurnal, dan bahan perpustakaan lainnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa, dan staf lainnya sebagai kelancaran program pengajaran dan penelitian di perguruan tinggi.

b. Mengusahakan, menyimpan, dan merawat bahan perpustakaan yang bernilai sejarah yang memiliki kandungan informasi lokal, dan yang dihasilkan oleh sivitas akademika, untuk dimanfaatkan kembali sebagai sumber pembelajaran (learning resources).

c. Menyediakan sarana temu kembali untuk menunjang pemakaian bahan perpustakaan.

d. Menyediakan tenaga yang profesional serta penuh dedikasi untuk melayani kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu mampu memberikan pelatihan cara penggunaan bahan perpustakaan.

e. Bekerja sama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program perpustakaan. (Perpustakaan Perguruan Tinggi: buku pedoman, 2004: 47).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi bertujuan untuk mendukung, mempelancar dan

(3)

mempertinggi kualitas pelaksanaan kegiatan perguruan tinggi dengan melakukan kegiatan layanan informasi, pemanfaatan informasi serta penyebarluasan informasi tersebut dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2.1.2.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Menurut Sutarno (2006: 72) menyatakan bahwa fungsi atau fungsi-fungsi perpustakaan adalah suatu tugas atau jabatan yang harus dilakukan di dalam perpustakaan tersebut. Pada prinsipnya sebuah perpustakaan mempunyai tiga kegiatan utama yaitu: (1) menghimpun, (2) memelihara, (3) memberdayakan semua koleksi bahan pustaka.

Hal ini sesuai dengan pendapat Murjopranoto yang dikutip oleh Supsiloani (2006: 32), ia menjelaskan bahwa fungsi perpustakaan antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mempertinggi kebudayaan. 2. Untuk menambah pengetahuan. 3. Untuk dokumentasi.

4. Untuk penerangan (misalnya peraturan pemerintah, perundang-undangan). 5. Untuk memungkinkan research (penelitian) bahan-bahan yang berguna,

misalnya laporan, statistik, peta) dan lain-lainnya.

6. Untuk rekreasi (hiburan) dengan menyediakan buku-buku cerita. 7. Untuk memberi inspirasi.

Perpustakaan perguruan tinggi memiliki fungsi sebagai sarana pemenuhan informasi bagi masyarakat perguruan tinggi. Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004: 3) dinyatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi berfungsi sebagai:

1. Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan skunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

(4)

4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

5. Fungsi Publikasi

Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademik dan staf non-akademik.

6. Fungsi Deposit

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi Interpretasi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.

Dari penjabaran beberapa fungsi perpustakaan di atas, perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai sarana pemenuhan informasi bagi masyarakat perguruan tinggi, tetapi perpustakaan juga berperan untuk mengembangkan pendidikan, minat dan bakat, dan juga sebagai fasilitator, mediator, dan motivator bagi pengguna informasi. Hal ini sesuai dengan Sutarno (2006: 72), ia menyatakan beberapa peran perpustakaan. Peran perpustakaan antara lain adalah:

1. Secara umum perpustakaan merupakan sumber informasi pendidikan, penelitian, preservasi dan pelestari khasanah budaya bangsa serta tempat rekreasi yang sehat, murah dan bermanfaat.

2. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang berfungsi menghubungkan antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terjandung di dalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya.

3. Perpustakaan mempunyai peranan sebagai sarana untuk menjalankan dan mengembangkan komunikasi antara sesama pemakai, dan antara penyelenggara perpustakaan dengan masyarakat yang dilayani.

4. Perpustakaan dapat pula berperan sebagai lembaga untuk mengembangkan minat baca, kegemaran membaca, kebiasaan membaca, dan budaya baca, melalui penyediaan berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.

5. Perpustakaan dapat berperan aktif sebagai fasilitator, mediator, dan motivator bagi mereka yang ingin mencari, memanfaatkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

6. Perpustakaan merupakan agen perubahan, agen pembangunan, dan agen kebudayaan umat manusia.

7. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi anggota masyarakat dan pengunjung perpustakaan. Mereka dapat belajar secara mandiri (ortodiak).

(5)

8. Petugas pustakawan dapat berperan sebagai pembimbing dan memberikan konsultasi kepada pemakai atau melakukan pendidikan pemakai user (user

education).

9. Perpustakaan berperan dalam menghimpun dan melestarikan koleksi bahan pustaka agar tetap dalam keadaan baik semua hasil karya umat manusia yang tak ternilai harganya.

10. Perpustakaan dapat berperan sebagai ukuran (barometer) atas kemajuan masyarakat dilihat dari intensitas kunjungan dan pemakaian perpustakaan. 11. Secara tidak langsung, perpustakaan berperan dalam mengurangi dan

mencegah kenakalan remaja seperti tawuran, penyalah gunaan obat-obat terlarang, dan tindak indisipliner.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi memiliki fungsi edukasi, informasi, riset, rekreasi, publikasi, deposit, interpretasi bagi masyarakat pemakai. Selain itu, perpustakaan juga berperan sebagai lembaga untuk mengembangkan minat baca, fasilitator, dan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi masyarakat dan pengunjung perpustakaan.

2.2 Layanan Perpustakaan

2.2.1 Pengertian Layanan Perpustakaan

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: buku pedoman (2004: 71) mendefinisikan bahwa ”Layanan perpustakaan ialah pemberian informasi dan fasilitas kepada pengguna. Melalui layanan perpustakaan, pengguna dapat memperoleh hal berikut:

1. Informasi yang dibutuhkannya secara optimal dari berbagai media. 2. Manfaat berbagai alat bantu penelusuran yang tersedia.

Menurut Nasution yang dikutip oleh Supriyono (2001: 15) ”Perpustakaan adalah pelayanan”. Pelayanan berarti kesibukan. Koleksi bahan perpustakaan harus sewaktu-waktu tersedia bagi mereka yang memerlukannya. Layanan perpustakaan yang bervariasi dan adanya peningkatan kualitas layanan maka akan semakin banyak perpustakaan yang dapat dimanfaatkan pengguna.

Saat ini layanan akses internet diterapkan pada layanan perpustakaan. Dalam layanan akses internet biasanya digunakan untuk:

1. Mempermudah, mempercepat, dan mempertepat pelayanan.

2. Mempermudah dan mempercepat penulusuran informasi dengan hasil akhir yang lebih baik.

(6)

3. Mempermudah dan mempercepat penemuan informasi oleh pengguna sendiri melalui fasilitas penelusuran terpasang (online).

4. Memperluas jangkauan kepada sumber informasi yang beragam.

5. Membantu staf perpustakaan membuat berbagai macam data statistik sesuai dengan kebutuhan termasuk untuk evaluasi layanan, koleksi dsb.

2.2.2 Jenis-jenis Layanan Perpustakaan

Jenis layanan yang ditawarkan oleh perpustakaan bergantung kepada besar kecilnya perpustakaan. Layanan yang lazim ditawarkan ialah sirkulasi dan rujukan. Jenis layanan rujukan yang biasanya ditawarkan adalah jasa kesiagaan informasi, penelusuran informasi, dan silang layan. Layanan lain yang ditawarkan antara lain, pendidikan pengguna dan layanan sirkulasi.

Menurut Supriyono (2001: 15-18), menyatakan bahwa jenis layanan perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Layanan ruang baca

Layanan ini sangat diperlukan oleh pengguna maupun pustakawan dalam menyamarkan kegiatan layanan perpustakaan, karena ada interaksi antara pustakawan dan pengguna secara langsung.

2. Layanan sirkulasi

Bentuk jasa yang telah dilaksanakan oleh perpustakaan pada umumnya yaitu jasa yang diperoleh seseorang dari perpustakaan adalah pinjaman koleksi buku.

3. Jasa layanan rujukan

Layanan rujukan ini dapat dikerjakan oleh petugas bagian referens maupun sirkulasi. Dalam layanan ini petugas referens harus mengetahui koleksi yang dapat dipergunakan untuk menjawab pertanyan rujukan.

4. Jasa layanan literatur

Pekerjaan ini memerlukan keterampilan intelektual tinggi dan lancar yang dilakukan oleh pustakawan yang memiliki subject specialist.

5. Jasa bimbingan perpustakaan

Dilakukan oleh perpustakaan untuk menemukan informasi yang diperlukan, dengan harapan bimbingan akan memperlancar tugas-tugas perpustakaan. 6. Jasa layanan informasi kilat ( Current awareness service)

Dilakukan dengan cara mempersiapkan informasi baru yang diambil dari majalah, kemudian menyampaikannya kepada pengguna yang memerlukannya secara cepat.

7. Jasa layanan TI (Teknologi Informasi)

Dengan adanya teknologi informasi yang mampu menjalankan tiga fungsi utama: accessing, processing, dan distributing, disamping merupakan bagian

(7)

dari jaringan informasi dengan lembaga informasi lainnya. Layanan ini lebih populer dengan istilah otomasi perpustakaan. Untuk itu perlu diketahui adapun suatu perpustakaan dapat memberikan layanan informasi sesuai dengan permintaan pengguna, secara layanan langsung (direct service) dimana pengguna langsung datang ke perpustakaan untuk mencari bahan pustaka dan informasi ini ditangani oleh pustakawan.Jasa layanan internet di perpustakaan besar sedang menjadi layanan yang paling trend. Di samping menarik pengguna lebih banyak, layanan ini sangat menguntungkan. Hanya dengan memiliki beberapa set komputer berkapasitas tinggi, saluran telepon, modem dan provider yang dilanggan, layanan internet sudah dapat digunakan.

Kehadiran internet di perpustakaan akan lebih banyak meningkatkan layanan jasa baru yang diberikan oleh perpustakaan yaitu:

a. Jasa penulusuran internet b. Jasa e-mail

c. Jasa pemencaran daftar isi majalah ilmiah d. Jasa internet-phone

e. Jasa internet Relay Chat f. Jasa internet fire talk.

Dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang diperlukan oleh pengguna maka semakin tinggi tuntutan pustakawan untuk meningkatkan layanan jasa perpustakaan agar dapat memberikan yang terbaik bagi penggunanya. Sehingga informasi baru bisa dapat digunakan untuk melayani pengguna dengan penggunaan teknologi yang tepat, akurat dan waktu yang singkat.

Berdasarkan teori di atas, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara menyediakan dua layanan akses internet yang dipergunakan untuk mahasiswa dalam mendukung segala aktivitas akademis yang sedang dijalankannya. Baik itu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen atau untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai prasyarat untuk menyelesaikan studinya. Layanan akses internet tersebut terdiri dari 2 ruang yaitu: ruang Cyberlib dan ruang Digital.

Ruang Cyberlib difungsikan untuk mahasiswa yang sedang menjalankan studi tingkat Diploma dan Sarjana, dalam ruangan ini juga tersedia WIFI (Wireless

Frequency Internet) bagi mahasiswa yang membawa laptop. Kemudian ruang Digital,

ruang ini difungsikan untuk mahasiswa yang sedang menjalankan program pascasarjana S2 dan S3, serta digunakan bagi para dosen.

(8)

Kebutuhan banyak diartikan sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh seseorang dan harus dipenuhi. Kebutuhan informasi merupakan hal paling penting bagi seseorang, tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan informasi, apa pun itu tentu memerlukan informasi untuk mendukung pekerjaan sehari-harinya. Dalam hal ini banyak pengertian kebutuhan informasi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain:

Menurut Krikelas (1983: 5) mendefinisikan kebutuhan informasi bahwa:

Kebutuhan informasi adalah pengakuan tentang adanya ketidakpastian dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk mencari informasi. Dalam kehidupan yang sempurna, kebutuhan informasi (information needs) sama dengan keinginan informasi (information wants), namun pada umumnya ada kendala seperti ketiadaan waktu, kemampuan, biaya, faktor fisik, dan faktor individu lainnya, ini menyebabkan tidak semua kebutuhan informasi menjadi keinginan informasi. Jika seseorang sudah yakin bahwa suatu informasi benar-benar diinginkan, maka keinginan informasi akan berubah menjadi permintaan informasi (information demands)

Menurut Khulthau (1991) memberikan batasan tentang kebutuhan informasi. Khulthau menyatakan bahwa kebutuhan informasi muncul akibat kesenjangan pengetahuan yang ada dalam diri seseorang dengan kebutuhan informasi yang diperlukan.

Menurut Belkin (1978: 55) dengan konsep Anomalous State of Knowledge (ASK) memberikan batasan tentang kebutuhan sebagai berikut: “…when a

person recognizes something wrong in this or her state of knowledge and whises to resolve the anomaly”. Belkin menyatakan bahwa kebutuhan informasi terjadi

ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan untuk mengatasi kekurangan tersebut.

Kebutuhan informasi menurut Diao Ai Lien yang dikutip oleh Prahatmaja (2006: 5) membagi kebutuhan informasi manusia menjadi tiga macam kebutuhan informasi yaitu:

1. Kebutuhan informasi yang obyektif, yaitu kebutuhan yang seharusnya ada kalau seseorang mau mencapai tujuannya dengan sukses. Kebutuhan informasi obyektif ini menentukan ruang lingkup informasi potensial obyektif;

2. Kebutuhan informasi subyektif, yaitu kebutuhan informasi yang disadari seseorang sebagai persyaratan untuk suksesnya pencapaian tujuan. Kebutuhan jenis ini menentukan ruang lingkup informasi potensial subyektif. Namun yang sering menjadi permasalahan adalah kebutuhan informasi yang disadaripun kerapkali tidak selalu mudah untuk merumuskannya.

(9)

3. kebutuhan informasi yang terpenuhi, yaitu kebutuhan informasi yang disadari seseorang dan terpenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan uraian pengertian di atas, kebutuhan informasi adalah kebutuhan seseorang akan informasi dengan tujuan memperoleh pengetahuan berdasarkan atas situasi dan kondisi atau mencari topik tertentu sesuai dengan kebutuhannya.

2.3.1 Jenis Kebutuhan Informasi

Dikaitkan dengan lingkungan yang merangsang timbulnya kebutuhan informasi, khususnya yang berhubungan dengan seseorang yang dihadapkan pada berbagai media penampung informasi, maka ada banyak kebutuhan yang dikemukakan, seperti Katz yang dikutip oleh Yusup (2009: 205), antara lain adalah:

a. Kebutuhan kognitif. Ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Di samping itu, kebutuhan ini juga dapat memberi kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.

b. Kebutuhan afektif. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. Dalam hal ini, berbagai media sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. Misalnya, orang membeli radio, televisi, dan menonton film, tidak lain karena mencari hiburan.

c. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs). Ini dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

d. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs). Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain.

e. Kebutuhan berkhayal (escapist needs). Ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan dan pengalihan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kebutuhan informasi yaitu kebutuhan kognitif, kebutuhan afektif, kebutuhan integrasi personal, kebutuhan integrasi sosial, kebutuhan berkhayal yang berkaitan dengan kebutuhan seseorang dalam memperkuat pengetahuan dan pemahamannya.

(10)

2.3.2 Karakteristik Kebutuhan Informasi

Menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006: 94) menyatakan bahwa kebutuhan informasi memiliki sebelas karakteristik yang dapat menunjukkan wujud dari kebutuhan informsi tersebut, yaitu:

a. Pokok masalah (Subject) b. Fungsi (Function) c. Sifat (Nature)

d. Tingkat Intelektual (Intellectual Level) e. Titik Pandang (Viewpoint)

f. Kuantitas (Quantity) g. Kualitas (Quality)

h. Batas Waktu Informasi (Date)

i. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery) j. Tempat Asal Publikasi (Place)

k. Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and Packaging)

Menurut Chowdhury (1999), ia menyatakan bahwa kebutuhan informasi merupakan suatu konsep yang samar. Kebutuhan muncul ketika seseorang menyadari pengetahuan yang ada padanya tidak cukup untuk mengatasi permasalah tentang subjek yang akan dicarinya. Selanjutnya ia menyatakan sifat-sifat kebutuhan informasi antara lain, yaitu:

1. Mempunyai konsep yang relative 2. Berubah pada priode tertentu

3. Berbeda antara satu dengan yang lain 4. Dipengaruhi oleh lingkungan

5. Sulit diukur secara kuantitas 6. Sulit diekspresikan

7. Sering berubah setelah seseorang menerima informasi lain.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi

Nicholas (2000) menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi yaitu:

1. Jenis pekerjaan

2. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi meliputi, ketetapan, ketekunan mencari informasi, pencarian informasi, pencarian secara sistematis, motivasi dan kemajuan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan. 3. Waktu

4. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi)

(11)

Devadason (1996), menyatakan bahwa kebutuhan informasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti:

1. Ketersediaan sumber informasi 2. Kegunaan informasi

3. Latar belakang, motivasi, kepentingan propesional dan karakteristik lain yang dimiliki pengguna

4. Sosial, politik, ekonomi, hukum, dan sistem yang berkaitan dengan pengguna 5. Konsekuensi dan penggunaan informasi.

Menurut Wilson yang dikutip oleh Ishak (2006) menguraikan faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, seperti pada gambar di bawah ini:

Pada gambar tersebut ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu:

a. Kebutuhan individu (person)

Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis (psychological needs), kebutuhan afektif (affectif needs) dan kebutuhan kognitif (cognotove needs). Ketiga kebutuhan ini secara langsug mempengaruhi kebutuhan informasi.

b. Peran sosial (social role)

Peran sosial meliputi peran kerja (work role) dan tingkat kinerja (performance

level), akan mempengaruhi faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu.

c. Lingkungan (environment)

Faktor lingkungan, meliputi lingkungan kerja (work environment), lingkungan sosial-budaya (social-cultural environment), lingkungan politik-ekonomi Gambar 1: Faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi

(12)

(politic-economic environment) mempengaruhi faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu. Sehingga terjadi pengaruh bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi adalah adanya pengaruh dorongan dari dalam diri sendiri (individu), sosial, maupun dari lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan yang ia inginkan.

2.4 Perilaku Pencarian Informasi

2.4.1 Pengertian Perilaku Pencarian Informasi

Perilaku (behavior) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam konteks penggunaan sistem teknologi informasi, perilaku (behavior) adalah penggunaan sesungguhnya (actual use) dari teknologi. Jogiyanto (2007: 117)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005: 859), ”Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan”.

Wilson (2000: 49) juga mengemukakan perilaku pencarian informasi adalah sebagai berikut:

1. Information Behavior is the totality of human behavior in relation to sources and channels of information, including both active and passive information seeking, and information use. Thus, it includes faceto-face communication with others, as well as the passive reception of information as in, for example, watching TV advertisements, without any intention to act on the information given.

2. Information Seeking Behavior is the purposive seeking for information as a consequence of a need to satisfy some goal. In the course of seeking, the individual may interact with manual information systems (such as a newspaper or a library), or with computer-based systems (such as the World Wide Web).

3. Information Searching Behavior is the ‘micro-level’ of behavior

employed by the searcher in interacting with information systems of all kinds. It consists of all the interactions with the system, whether at the level of human computer interaction (for example, use of the mouse and

(13)

clicks on links) or at the intellectual level (for example, adopting a Boolean search strategy or determining the criteria for deciding which of two books selected from adjacent places on a library shelf is most useful), which will also involve mental acts, such as judging the relevance of data or information retrieved.

4. Information Use Behavior consists of the physical and mental acts

involved in incorporating the information found into the person's existing knowledge base. It may involve, therefore, physical acts such as marking sections in a text to note their importance or significance, as well as mental acts that involve, for example, comparison of new information with existingknowledge.

Dari pengertian di atas proses pencarian informasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber yang kemudian di aplikasikan ke dalam struktur pengetahuan seseorang.

Menurut Wilson yang dikutip oleh Pendit (2006) menjelaskan model teori perilaku informasi adalah:

Gambar 2. Model teori perilaku informasi Wilson.

Model teori perilaku informasi di atas menggambarkan bahwa kebutuhan informasi memiliki faktor-faktor penghalang dan pengenalan perilaku pencarian informasi. Penggunaan istilah intervenning variable yaitu menjelaskan hambatan-hambatan yang dihadapi pada saat proses pencarian informasi yang didukung oleh tiga teori yaitu teori tentang stres dan cara mengatasi masalah, teori resiko dan imbalan, dan teori belajar sosial. Kemudian menunjukkan tipe perilaku pencarian informasi yang sebelumnya sebagai pencari aktif kemudian menjadi fokus perhatian dan informasi tersebut bisa diolah dan dimanfaatkan.

(14)

2.4.2 Model Pencarian Informasi

Menurut Kuhlthau (2000: 49), model proses pencarian informasi dapat diartikulasikan dalam pandangan menyeluruh dalam mencari informasi dari perspektif pengguna dalam enam tahap, yaitu:

1. Initiation (inisiasi), yaitu ketika seseorang menjadi sadar dari kurangnya pengetahuan atau pemahaman, perasaan ketidakpastian dan ketakutan.

2. Selection (seleksi), yaitu ketika sebuah topik atau masalah yang diidentifikasi dan ketidakpastian awal sering memberi cara untuk rasa singkat optimisme dan kesiapan untuk memulai pencarian.

3. Exploration (eksplorasi), yaitu ketika tidak konsisten, informasi yang tidak kompatibel, kebingungan, dan keraguan sering membuat kurangnya kepercayaan pada diri mereka.

4. Formulation (perumusan), yaitu ketika suatu perspektif yang difokuskan dibentuk dan mengurangi ketidakpastian ketika keyakinan mulai meningkat. 5. Collection (koleksi), yaitu ketika informasi yang berhubungan dengan fokus

perspektif dan ketidakpastian dikumpulkan berhenti ketika minat diperdalam. 6. Presentation (presentasi), yaitu ketika pencarian dilengkapi pemahaman baru

yang memungkinkan orang untuk menjelaskan pelajarannya kepada orang lain atau meletakkan pelajaran itu digunakan.

Menurut Wilson (2000), ”Setiap analisis literatur perilaku mencari informasi harus didasarkan pada beberapa model umum yang dapat disebut perilaku informasi yang mencari informasi. Model yang ditunjukkan pada gambar dibawah menempatkan konsep-konsep kebutuhan informasi, pencarian informasi, pertukaran informasi, dan informasi yang digunakan dalam diagram alir dapat dilihat sebagai memetakan perilaku seorang individu yang dihadapkan dengan kebutuhan untuk mencari informasi”.

(15)

Gambar 3.Area Perilaku Informasi Wilson (2000)

Pada gambar di atas diuraikan bahwa penempatan konsep kebutuhan informasi, pencarian informasi, pertukaran informasi dan penggunakan informasi untuk mengidentifikasikan daerah-daerah dimana penelitian dapat tambahan nilai dan menunjukkan kurangnya penelitian menggunakan jasa informasi

Menurut Ellis yang dikutip oleh Wilson (2000: 52) mengidentifikasi umum karakteristik-karakteristik perilaku informasi, karakteristiknya adalah:

- Starting, yaitu rata-rata yang dipekerjakan oleh pengguna itu untuk mulai

pencarian informasi, sebagai contoh, bertanya pada beberapa rekan kerja yang lebih banyak mengetahui;

- Chaining, yaitu catatan kaki dan kutipan-kutipan di dalam bahan yang dikenal

sebagai kutipan indeks;

- Browsing, yaitu mengarahkan atau pencarian yang tersusun;

- Differentiating, yaitu menggunakan perbedaan-perbedaan yang dikenal di dalam sumber informasi sebagai suatu cara penyaringan karena banyaknya informasi yang diperoleh;

- Monitoring, yaitu mencari informasi terbaru;

- Extracting, yaitu mengidentifikasi relevannya bahan dalam satu sumber informasi;

- Verifying, yaitu mengecek dengan teliti informasi yang diperoleh; - Ending, yaitu digambarkan sebagai akhir dari suatu pencarian.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model proses informasi adalah pengalaman seseorang atau pengguna dalam proses pencarian informasi melalui pikiran, perasaan dan tindakan dalam memenuhi kebutuhan informasinya.

2.4.3 Strategi Pencarian Informasi

Menurut Michael B. Eisenberg dan Robert E. Berkowitz yang dikutip oleh Hasugian (2008: 40) menyatakan bahwa, ”Ada dua langkah yang perlu dilakukan dalam strategi pencarian informasi yaitu menentukan sumber dan memilih sumber terbaik”.

Nicholson (2000) mengemukakan bagaimana cara mencari informasi yang efisien dalam database, terdiri dari:

(16)

Pastikan topik yang dipilih benar-benar dipahami sebelum menemukan informasi untuk topik tersebut.

2. Mengidentifikasi query dan frase

Untuk menentukan kata kunci dan frase dari topik yang telah dipahami. Query adalah istilah pencarian awal untuk mencari informasi. Jika query yang dibuat benar maka informasi yang diperoleh benar, sebaliknya jika query yang dibuat salah, maka informasi yang diperoleh salah.

3. Mengidentifikasi sinonim dan istilah yang terkait

Mengidentifikasi konsep-konsep utama adalah awal yang baik. Tidak ada jaminan bahwa database bisa mengidentifikasi query yang akan ditelusuri. Untuk memastikannya harus menemukan informasi tentang topik tersebut dengan mengidentifikasi banyaknya kata atau frase yang mungkin digunakan dalam penelusuran.

- Broader Terms (istilah luas) yang akan membantu dalam menemukan informasi yang lebih umum

- Narrower Terms (istilah sempit) yang akan membantu dalam menemukan informasi yang lebih spesifik.

- Synonyms or Related Terms (istilah yang terkait) untuk memastikan agar tidak kehilangan apapun informasi dengan mengabaikan query yang terkait yang sama.

4. Membuat pernyataan penelusuran

- Pemotongan dan wildcards yaitu mencari query yang sama namun artinya berbeda, biasanya menggunakan simbol bintang (*) misalnya: untuk pencarian *comput, termasuk compute, computable, computer, computers,

computing, computation.

- Boolean logic yaitu merumuskan query dengan beberapa istilah dapat menggunakan operator Boolean yang terdiri dari And, Or dan Not. And (digunakan untuk mempersempit hasil pencarian dan spesifik), Or (digunakan dalam laporan pencarian untuk memperluas pengambilan termasuk sinonim dan istilah yang terkait), dan Not (digunakan untuk mengecualikan catatan yang tidak diinginkan dari hasil pencarian karena berguna untuk membedakan kata kunci yang sama).

- Phrase searching, yaitu mencari frase yang tepat dengan menentukan kalimat sendiri biasanya dilambangkan dengan tanda kutip (”).

- Stop words adalah kata yang tidak bisa diindeks. Search engine tidak dapat menyimpan kata-kata yang sangat umum, misalnya pada, dengan, di, dll. 5. Memulai pencarian

Berbagai cara untuk mencari informasi tentang topik tersebut. Harus memperhatikan tempat penerbitnya, siapa pengarangnya, berkaitan dengan topik, dan isinya.

6. Mengevaluasi hasil pencarian

Mengevaluasi hasil pencarian terhadap dokumen/ artikel, batasi pencarian dengan menentukan: nama penulis, judul, abstrak, volume, isi, nama jurnal, kata kunci, teks penuh, jenis dokumen, dan waktunya.

(17)

Penyimpanan hasil pencarian ada dua manfaatnya, yaitu: dapat dilihat kembali jika suatu saat diperlukan dan hasil artikel tersebut dapat disimpan dalam email dan dapat dipublikasikan.

8. Mengambil referensi

Membuat catatan referensi terhadap hasil seluruh dokumen yang didapat. Ada beberapa sumber menawarkan fasilitas download dengan menyediakan file berbagai software yang digunakan.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa banyak sumber informasi yang disediakan dapat digunakan. Sumber informasi disini dapat berupa bentuk gambar, citra, foto, teks, diagram, audio, audio-video, hasil wawancara, laporan, email, dan sebagainya. Dalam menentukan sumber informasi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pencari informasi berdasarkan bentuk kebutuhannya. Kemudian strategi mencari informasi pada database akan lebih mudah jika diikuti tata cara penelusuran yang dapat menghemat waktu dan biaya.

Gambar

Gambar 2. Model teori perilaku informasi Wilson.

Referensi

Dokumen terkait

Dari Grafik pengujian permeabilitas laboratorium untuk campuran 10% abu sekam padi, didapatkan hasil kesimpulkan yang sama bahwa semakin lama waktu pengujian nilai

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar ibu selama masa nifas yang pemenuhan nutrisinya tidak terpenuhi dikarenakan melakukan pantang makanan tertentu

Kegiatan pengajian manaqib malam sebelas dilaksanakan dimushola serta diserambi bawah / lantai satu pondok pesansantren Darul Qur’an pada pukul 22.00 sampai dengan

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

Na temelju teorijskog okvira, inspiriranog Davidom Eastonom i Dieterom Fuchsom, možemo utvrditi kako u razdoblju nakon ulaska Republike Hrvatske u Europsku uniju do da- nas

Peningkatan hasil penjualan dan laba yang hanya terjadi pada 30% pedagang perlu diwaspasdai mengingat terdapat 70% yang dapat dikatakan mengalami masalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol temulawak dengan dosis 17,5 mg/kgBB dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus hiperglikemia setelah 7 hari

Untuk dapat mendukung keberhasilan pemasaran produk semen pada unit perdagangan bahan bangunan Koperasi Warga Semen Gresik yang pada akhirnya akan berdampak terhadap