Penulis : Andiko
Kasus Penghormatan
Hak Asasi Manusia (HAM)
DAFTAR ISI
I. Addvokasi dan Advokasi PBB Tabel Pengertian advokasi
II. Advokasi Isu HAM dan Perusahaan
III. Beberapa Tips Advokasi
1 1
3
10 ... ...
...
...
Ruang-Ruang Advokasi
Kasus Penghormatan
Hak Asasi Manusia (HAM)
Oleh Perusahaan
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Dipublikasikan oleh: AsM Law Of ice
Bekerja sama dengan: Rights Resources Initiative
Penulis: Andiko
Desain/Layout diQI Medina
DAFTAR ISI
I. Addvokasi dan Advokasi PBB Tabel Pengertian advokasi
II. Advokasi Isu HAM dan Perusahaan
III. Beberapa Tips Advokasi
1 1
3
10 ... ...
...
...
Ruang-Ruang Advokasi
Kasus Penghormatan
Hak Asasi Manusia (HAM)
Oleh Perusahaan
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Dipublikasikan oleh: AsM Law Of ice
Bekerja sama dengan: Rights Resources Initiative
Penulis: Andiko
Desain/Layout diQI Medina
Pengertian Sumber
Advokasi adalah usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap-maju (incremental). Dengan kata lain, Advokasi bukan revolusi, tetapi lebih merupakan suatuusaha perubahan sosial melalui semua saluran dan peranti demokrasi perwakilan, proses-proses politik dan legislasi yang terdapat dalam sistem yang berlaku. dalam agenda politik (kebijakan) dan mengontrol para pembuat kebijakan untuk mencari solusi bagi masalah tersebut, dan membangun basis dukungan bagi penerapan kebijakan publik yang ditujukan bagi masalah tersebut.
Electoral Assistance 2004
Mansur Fakih, 2007
Tiga pengertian diatas mengandung kata kunci 1) Usaha yang sistematis, 2) Perubahan dan 3) kebijakan publik. Sehingga dengan pengertian ini, advokasi sasarannya adalah Negara. Secara umum banyak literatur advokasi menggambarkan strategi advokasi sebagai berikut :
1. Menentukan isu strategis yang akan diadvokasi 2. Mengumpulkan Data & Informasi pendukung 3. Membentuk aliansi pendukung advokasi
4. Mengemas pesan advokasi sehingga menjadi menarik 5. Melakukan kampanye publik
6. Melakukan lobby kepada pembuat kebijakan
7. Mengajukan dokumen-dokumen kebijakan yang diinginkan
Ruang-Ruang Advokasi
Kasus Penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM) Oleh Perusahaan
I. Advokasi dan Advokasi PBB
Kata Advokasi begitu populer digunakan sejak reformasi. Banyak pihak menggunakan kata Advokasi untuk mewakili akti itasnya yang kerapkali berhubungan dengan perubahan kebijakan pemerintah. Akhir-akhir ini pemerintah juga menggunakan kata Advokasi untuk nomenklatur kelembagaannya, seperti yang ada di Biro Hukum Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), berupa Bagian Advokasi Dan Dokumentasi Hukum. Lalau sebenarnya apa pengertian dari Advokasi tersebut ?
Sebagai pegangan kita dapat melihat tiga pengertian dibawah ini.
Tabel Pengertian Advokasi
Advokasi sebagai tindakan atau proses u n t u k m e m b e l a a t a u m e m b e r i dukungan. Advokasi dapat pula diterjemahkan sebagai tindakan mempengaruhi atau mendukung sesuatu atau seseorang.
Pengertian Sumber
Advokasi adalah aksi strategis dan terpadu yang ditempuh secara perorangan maupun berkelompok untuk memasukkan suatu masalah ke
Webster's New Collegiate Dictionary
Pengertian Sumber
Advokasi adalah usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap-maju (incremental). Dengan kata lain, Advokasi bukan revolusi, tetapi lebih merupakan suatuusaha perubahan sosial melalui semua saluran dan peranti demokrasi perwakilan, proses-proses politik dan legislasi yang terdapat dalam sistem yang berlaku. dalam agenda politik (kebijakan) dan mengontrol para pembuat kebijakan untuk mencari solusi bagi masalah tersebut, dan membangun basis dukungan bagi penerapan kebijakan publik yang ditujukan bagi masalah tersebut.
Electoral Assistance 2004
Mansur Fakih, 2007
Tiga pengertian diatas mengandung kata kunci 1) Usaha yang sistematis, 2) Perubahan dan 3) kebijakan publik. Sehingga dengan pengertian ini, advokasi sasarannya adalah Negara. Secara umum banyak literatur advokasi menggambarkan strategi advokasi sebagai berikut :
1. Menentukan isu strategis yang akan diadvokasi 2. Mengumpulkan Data & Informasi pendukung 3. Membentuk aliansi pendukung advokasi
4. Mengemas pesan advokasi sehingga menjadi menarik 5. Melakukan kampanye publik
6. Melakukan lobby kepada pembuat kebijakan
7. Mengajukan dokumen-dokumen kebijakan yang diinginkan
Ruang-Ruang Advokasi
Kasus Penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM) Oleh Perusahaan
I. Advokasi dan Advokasi PBB
Kata Advokasi begitu populer digunakan sejak reformasi. Banyak pihak menggunakan kata Advokasi untuk mewakili akti itasnya yang kerapkali berhubungan dengan perubahan kebijakan pemerintah. Akhir-akhir ini pemerintah juga menggunakan kata Advokasi untuk nomenklatur kelembagaannya, seperti yang ada di Biro Hukum Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), berupa Bagian Advokasi Dan Dokumentasi Hukum. Lalau sebenarnya apa pengertian dari Advokasi tersebut ?
Sebagai pegangan kita dapat melihat tiga pengertian dibawah ini.
Tabel Pengertian Advokasi
Advokasi sebagai tindakan atau proses u n t u k m e m b e l a a t a u m e m b e r i dukungan. Advokasi dapat pula diterjemahkan sebagai tindakan mempengaruhi atau mendukung sesuatu atau seseorang.
Pengertian Sumber
Advokasi adalah aksi strategis dan terpadu yang ditempuh secara perorangan maupun berkelompok untuk memasukkan suatu masalah ke
Webster's New Collegiate Dictionary
Namun demikian, karena prinsip-prinsip ini masih merupakan prinsip yang voluntary, maka sampai hari ini belum ada kelembagaan yang kuat di PBB yang dapat memproses pelaporan ketidak-hormatan perusahaan terhadap HAM. Tetapi setiap kegiatan advokasi membutuhkan langkah-langkah dan strategi yang komprehensif untuk memanfaatkan ruang yang ada. Ruang-ruang tersebut antara lain :
1. Advokasi PBB
Ketika investigasi penghormatan HAM oleh perusahaan dilakukan dan ditemukan peristiwa ketidakhormatan-pelanggaran HAM, maka fakta-fakta temuan tersebut secara terpisah dan spesi ik dapat diajukan ke PBB melalui mekanisme yang disediakan oleh konvenan-konvenan yang terlanggar. Namun demikian, pihak yang terlapor dalam hal ini adalah Negara tempat peristiwa itu terjadi. Negara telah gagal melakukan perlindungan HAM warganya dari dampak operasi perusahaan tersebut.
Perusahaan dalam kerangka penghormatannya terhadap HAM, wajib melakukan pemulihan dan posisi Negara disini adalah ikut mengawasi perusahaan melakukan pemulihan tersebut. Tekanan PBB berpeluang efektif membuat semua itu terjadi.
II. Advokasi Isu HAM dan Perusahaan
Sejak awal Isu HAM berkembang, berbagai konvenan HAM menempatkan Negara menjadi subjek yang bertanggung jawab untuk melindungi HAM warga negara, sehingga sejak lama ruang advokasi yang disasar oleh pelaku advokasi adalah jalur-jalur Negara.
Namun demikian dalam perjalanan, dalam berbagai kasus, dampak operasi dari perusahaan-perusahaan yang berukuran raksasa telah menunjukkan ciri-ciri yang potensial melanggar HAM. Karena itu kemudian lahir berbagai wacana dan pembahasan mengenai penghormatan HAM oleh perusahaan. Upaya-upaya untuk membuat perusahaan menghormati HAM kemudian melahirkan berbagai instrument seperti inisiatif UN Global Compaq dan prinsip-prinsip penghormatan HAM yang di lahirkan oleh John Ruggie (Prinsip Corporate & Human Rights). John Ruggie melahirkan tiga prinsip penting yaitu :
1. Kewajiban negara untuk melindungi hak asasi manusia, di mana pemerintah harus melindungi individu dari pelanggaran hak asasi manusia oleh pihak ketiga,termasuk bisnis;
2. Tanggung jawab perusahaan untuk menghormati hak asasi manusia, yang berarti tidak melanggar hak asasi manusia yang diakui secara internasional dengan menghindari, mengurangi, atau mencegah dampak negatif dari operasional korporasi; dan
Namun demikian, karena prinsip-prinsip ini masih merupakan prinsip yang voluntary, maka sampai hari ini belum ada kelembagaan yang kuat di PBB yang dapat memproses pelaporan ketidak-hormatan perusahaan terhadap HAM. Tetapi setiap kegiatan advokasi membutuhkan langkah-langkah dan strategi yang komprehensif untuk memanfaatkan ruang yang ada. Ruang-ruang tersebut antara lain :
1. Advokasi PBB
Ketika investigasi penghormatan HAM oleh perusahaan dilakukan dan ditemukan peristiwa ketidakhormatan-pelanggaran HAM, maka fakta-fakta temuan tersebut secara terpisah dan spesi ik dapat diajukan ke PBB melalui mekanisme yang disediakan oleh konvenan-konvenan yang terlanggar. Namun demikian, pihak yang terlapor dalam hal ini adalah Negara tempat peristiwa itu terjadi. Negara telah gagal melakukan perlindungan HAM warganya dari dampak operasi perusahaan tersebut.
Perusahaan dalam kerangka penghormatannya terhadap HAM, wajib melakukan pemulihan dan posisi Negara disini adalah ikut mengawasi perusahaan melakukan pemulihan tersebut. Tekanan PBB berpeluang efektif membuat semua itu terjadi.
II. Advokasi Isu HAM dan Perusahaan
Sejak awal Isu HAM berkembang, berbagai konvenan HAM menempatkan Negara menjadi subjek yang bertanggung jawab untuk melindungi HAM warga negara, sehingga sejak lama ruang advokasi yang disasar oleh pelaku advokasi adalah jalur-jalur Negara.
Namun demikian dalam perjalanan, dalam berbagai kasus, dampak operasi dari perusahaan-perusahaan yang berukuran raksasa telah menunjukkan ciri-ciri yang potensial melanggar HAM. Karena itu kemudian lahir berbagai wacana dan pembahasan mengenai penghormatan HAM oleh perusahaan. Upaya-upaya untuk membuat perusahaan menghormati HAM kemudian melahirkan berbagai instrument seperti inisiatif UN Global Compaq dan prinsip-prinsip penghormatan HAM yang di lahirkan oleh John Ruggie (Prinsip Corporate & Human Rights). John Ruggie melahirkan tiga prinsip penting yaitu :
1. Kewajiban negara untuk melindungi hak asasi manusia, di mana pemerintah harus melindungi individu dari pelanggaran hak asasi manusia oleh pihak ketiga,termasuk bisnis;
2. Tanggung jawab perusahaan untuk menghormati hak asasi manusia, yang berarti tidak melanggar hak asasi manusia yang diakui secara internasional dengan menghindari, mengurangi, atau mencegah dampak negatif dari operasional korporasi; dan
CAT 1987 CAT Convention
CRC 1990 Convention on the Rights
MWC 2003 Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers
Selain beberapa model pengaduan melalui mekaisme berbagai konvenan PBB tersebut, terdapat mekanisme lain yang dapat digunakan untuk pelaporan masing-masing pelanggaran yang ditemukan selama investigasi seperti :
a. Mekanisme Pengaduan Individual yang ada pada konvensi ICCPR (Protokol Pilihan 1), CAT (pasal 22), CERD (pasal 14) dan MWC.
b. Pengaduan antar Negara dimana Negara yang melaporkan Negara lain yang melanggar.
Dibawah ini beberapa konvensi PBB yang memilki kelembagaan pengaduan tersendiri.
ICCPR (1976) International Covenant on
ICESCR (1976) International Covenant on
CERD (1969) Convention on the
CAT 1987 CAT Convention
CRC 1990 Convention on the Rights
MWC 2003 Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers
Selain beberapa model pengaduan melalui mekaisme berbagai konvenan PBB tersebut, terdapat mekanisme lain yang dapat digunakan untuk pelaporan masing-masing pelanggaran yang ditemukan selama investigasi seperti :
a. Mekanisme Pengaduan Individual yang ada pada konvensi ICCPR (Protokol Pilihan 1), CAT (pasal 22), CERD (pasal 14) dan MWC.
b. Pengaduan antar Negara dimana Negara yang melaporkan Negara lain yang melanggar.
Dibawah ini beberapa konvensi PBB yang memilki kelembagaan pengaduan tersendiri.
ICCPR (1976) International Covenant on
ICESCR (1976) International Covenant on
CERD (1969) Convention on the
pelanggaran. Efek hukuman ini bisa penghentian kontrak pendanaan atau kontrak jual beli. Efek hukuman seperti ini secara langsung memberikan dampak ekonomi terhadap pihak yang leanggar.
Advokasi-advokasi tersebut misalnya adalah : a) Advokasi Pemegang Saham
Berdasarkan aturan mengenai perusahaan dimanapun, pemegang saham adalah pemegang keputusan tertinggi. Keputusan diambil melalui Rapat Pemegang Saham (RUPS). Pihak yang bisa menghadiri rapat ini adalah para pemegang saham, berapapun jumlah saham yang mereka miliki.
RUPS dapat menjadi ajang untuk penyampaian hasil dari infestigasi penghormatan HAM oleh perusahaan. Fakta-fakta ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan di internal perusahaan tersebut. Infestigator dapat pula mempengaruhi pemegang saham yang lain untuk membangun empathi dan rasa tanggung jawab mereka terhadap korban-korban pelanggaran.
b) Advokasi Donor/Bank
Beberapa bank-bank yang berpengaruh, memiliki standar-standar pengucuran kredit yang memasukkan berbagai unsur HAM. Setiap perusahaan yang ingin mengajukan kredit kepada mereka untuk pengembangan usaha, harus mengikuti standar tersebut. Standar ini misalnya Equator Prinsipil yang diikuti dan diterapkan oleh berbagai bank yang menjadi anggotanya dan International Finance Corporations (IFC), salah satu lembaga pemberi kredit infestasi yang merupakan bagian dari Bank Dunia.
c. Mekanisme investigasi seperti pada pelanggaran berat dan sistematis konvenan konvensi HAM yaitu CEDAW (ps.10 PP) dan CAT ps.20 m
2. Advokasi Negara
Sebagaimana disampaikan secara singkat diatas, Negara adalah pihak yang bertanggung jawab untuk melindungi HAM warga negaranya. Hasil dari infestigasi penghormatan HAM oleh perusahaan dapat dibawa kepada komisi-komisi HAM di Negara tersebut, misalnya KOMNAS HAM di Indonesia. Semestinya fakta-fakta yang ditemukan dalam infestigasi ini dapat menjadi bahan bagi komnas HAM untuk mendorong pemerintah di kementrian terkait untuk mempersiapkan kebijakan dan tindakan agar perusahaan tersebut menghormati HAM serta melakukan pemulihan terhadap pelanggaran yang terjadi. Komnas HAM mestinya pro aktif mengawasi pelaksanaan semua itu.
3. Advokasi Non Negara
Ketika model pembangunan berkelanjutan dengan tiga pilar utama yaitu 1) Pilar Ekonomi, 2) Pilar Lingkungan dan 3) Pilar social menjadi arus besar pemikiran tentang pembangunan, pihak non Negara seperti dunia usaha, pasar dan bank-bank penyedia dana dan investasi merespons dengan membangun standar-standar berkelanjutan. Standar-standar ini kemudian menjadi acuan bagi actor-aktor yang terkait.
pelanggaran. Efek hukuman ini bisa penghentian kontrak pendanaan atau kontrak jual beli. Efek hukuman seperti ini secara langsung memberikan dampak ekonomi terhadap pihak yang leanggar.
Advokasi-advokasi tersebut misalnya adalah : a) Advokasi Pemegang Saham
Berdasarkan aturan mengenai perusahaan dimanapun, pemegang saham adalah pemegang keputusan tertinggi. Keputusan diambil melalui Rapat Pemegang Saham (RUPS). Pihak yang bisa menghadiri rapat ini adalah para pemegang saham, berapapun jumlah saham yang mereka miliki.
RUPS dapat menjadi ajang untuk penyampaian hasil dari infestigasi penghormatan HAM oleh perusahaan. Fakta-fakta ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan di internal perusahaan tersebut. Infestigator dapat pula mempengaruhi pemegang saham yang lain untuk membangun empathi dan rasa tanggung jawab mereka terhadap korban-korban pelanggaran.
b) Advokasi Donor/Bank
Beberapa bank-bank yang berpengaruh, memiliki standar-standar pengucuran kredit yang memasukkan berbagai unsur HAM. Setiap perusahaan yang ingin mengajukan kredit kepada mereka untuk pengembangan usaha, harus mengikuti standar tersebut. Standar ini misalnya Equator Prinsipil yang diikuti dan diterapkan oleh berbagai bank yang menjadi anggotanya dan International Finance Corporations (IFC), salah satu lembaga pemberi kredit infestasi yang merupakan bagian dari Bank Dunia.
c. Mekanisme investigasi seperti pada pelanggaran berat dan sistematis konvenan konvensi HAM yaitu CEDAW (ps.10 PP) dan CAT ps.20 m
2. Advokasi Negara
Sebagaimana disampaikan secara singkat diatas, Negara adalah pihak yang bertanggung jawab untuk melindungi HAM warga negaranya. Hasil dari infestigasi penghormatan HAM oleh perusahaan dapat dibawa kepada komisi-komisi HAM di Negara tersebut, misalnya KOMNAS HAM di Indonesia. Semestinya fakta-fakta yang ditemukan dalam infestigasi ini dapat menjadi bahan bagi komnas HAM untuk mendorong pemerintah di kementrian terkait untuk mempersiapkan kebijakan dan tindakan agar perusahaan tersebut menghormati HAM serta melakukan pemulihan terhadap pelanggaran yang terjadi. Komnas HAM mestinya pro aktif mengawasi pelaksanaan semua itu.
3. Advokasi Non Negara
Ketika model pembangunan berkelanjutan dengan tiga pilar utama yaitu 1) Pilar Ekonomi, 2) Pilar Lingkungan dan 3) Pilar social menjadi arus besar pemikiran tentang pembangunan, pihak non Negara seperti dunia usaha, pasar dan bank-bank penyedia dana dan investasi merespons dengan membangun standar-standar berkelanjutan. Standar-standar ini kemudian menjadi acuan bagi actor-aktor yang terkait.
berlangsung di Indonesia, pemerintah daerah memiliki seperangkat urusan wajib dan pilihan yang harus dilaksanakan berdasarkan otoritas dari peraturan perundang-undangan atau berdasarkan otoritas pemerintah pusat. Berbagai kewenangan perizinan yang dimiliki potensial menjadi pengaman agar tidak terjadi pelanggaran Ham, sekaligus menjadi pintu bagi terjadinya pelanggaran ham tersebut.
Infestigator ketidakhormatan perusahaan terhadap HAM harus bisa menggunakan temuan-temuannya untuk mendorong pemerintah daerah memperbaiki sisitem pemberian izin. Perlu ada jarring pengaman bagi masyarakat dan daerah tersebut terhadap infestasi yang petensial melanggar HAM. Selain itu perlu didorong kelembagaan tertentu didaerah tersebut untuk mermfasilitasi pemulihan akibat pelanggaran HAM yang terjadi.
III. Beberapa Tips Advokasi
Investigasi tingkat penghormatan HAM oleh perusahaan tentunya akan melibatkan berbagai instrument HAM yang ada dengan berbagai indicator kunci. Data yang didapatkan tentunya harus menjadi alat yang efektif untuk mendorong penghormatan HAM oleh perusahaan dan sekaligus mendorong Negara melindungi HAM masyarakat dari tindakan perusahaan yang tidak menghormati HAM. Untuk itu ada beberapa kiat-kiat sederhana yang dapat di ikuti sebagai berikut :
1. Pastikan infestigator telah memahami karakteristik Penghormatan HAM oleh perusahaan dan berbagai instrument yang menjadi standarnya.
2. Dapatkan informasi pertama yaitu apakah perusahaan telah mengumumkan komitmen penghormatan HAM kepada Infestigator dapat menyampaikan hasil infestigasi
penghormatan HAM oleh perusahaan kepada bank-bank yang menerima pengajuan kridit dari perusahaan-perusahaan yang diinfestigasi. Laporan ini akan menjadi bahan yang efektif untuk membuat bank-bank tersebut mempertimbangkan pengajuan kredit perusahaan tersebut. c) Advokasi Konsumen
Sejak lima belas tahun terakhir, pasar-pasar utama dari produk-produk perusahaan telah memiliki standar tersendiri. Konsumen tidak lagi menginginkan berbagai produk yang merusak lingkungan dan yang dihasilkan dari proses produksi yang melanggar HAM. Salah satu konsumen yang sensitive dengan isu ini adalah konsumen Eropa. Ada banyak pengalaman menunjukkan bahwa konsumen-konsumen tertentu menolak produk-produk tersebut. Pengalaman juga menunjukkan banyak perusahaan melakukan perubahan cara produksinya karena tekanan pasar tersebut.
Infestigator penghormatan HAM oleh perusahaan dapat membawa hasil infestigasinya kepada konsumen-konsumen pembeli produk perusahaan tersebut. Laporan ini akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk mempertimbangkan pembelian produk perusahaan yang melanggar HAM tersebut. Akibatnya, perusahaan akan terdorong untuk melakukan penghormatan terhadap HAM dan pemulihan terhadap pelanggaran HAM.
d) Advokasi Pemerintah Daerah
berlangsung di Indonesia, pemerintah daerah memiliki seperangkat urusan wajib dan pilihan yang harus dilaksanakan berdasarkan otoritas dari peraturan perundang-undangan atau berdasarkan otoritas pemerintah pusat. Berbagai kewenangan perizinan yang dimiliki potensial menjadi pengaman agar tidak terjadi pelanggaran Ham, sekaligus menjadi pintu bagi terjadinya pelanggaran ham tersebut.
Infestigator ketidakhormatan perusahaan terhadap HAM harus bisa menggunakan temuan-temuannya untuk mendorong pemerintah daerah memperbaiki sisitem pemberian izin. Perlu ada jarring pengaman bagi masyarakat dan daerah tersebut terhadap infestasi yang petensial melanggar HAM. Selain itu perlu didorong kelembagaan tertentu didaerah tersebut untuk mermfasilitasi pemulihan akibat pelanggaran HAM yang terjadi.
III. Beberapa Tips Advokasi
Investigasi tingkat penghormatan HAM oleh perusahaan tentunya akan melibatkan berbagai instrument HAM yang ada dengan berbagai indicator kunci. Data yang didapatkan tentunya harus menjadi alat yang efektif untuk mendorong penghormatan HAM oleh perusahaan dan sekaligus mendorong Negara melindungi HAM masyarakat dari tindakan perusahaan yang tidak menghormati HAM. Untuk itu ada beberapa kiat-kiat sederhana yang dapat di ikuti sebagai berikut :
1. Pastikan infestigator telah memahami karakteristik Penghormatan HAM oleh perusahaan dan berbagai instrument yang menjadi standarnya.
2. Dapatkan informasi pertama yaitu apakah perusahaan telah mengumumkan komitmen penghormatan HAM kepada Infestigator dapat menyampaikan hasil infestigasi
penghormatan HAM oleh perusahaan kepada bank-bank yang menerima pengajuan kridit dari perusahaan-perusahaan yang diinfestigasi. Laporan ini akan menjadi bahan yang efektif untuk membuat bank-bank tersebut mempertimbangkan pengajuan kredit perusahaan tersebut. c) Advokasi Konsumen
Sejak lima belas tahun terakhir, pasar-pasar utama dari produk-produk perusahaan telah memiliki standar tersendiri. Konsumen tidak lagi menginginkan berbagai produk yang merusak lingkungan dan yang dihasilkan dari proses produksi yang melanggar HAM. Salah satu konsumen yang sensitive dengan isu ini adalah konsumen Eropa. Ada banyak pengalaman menunjukkan bahwa konsumen-konsumen tertentu menolak produk-produk tersebut. Pengalaman juga menunjukkan banyak perusahaan melakukan perubahan cara produksinya karena tekanan pasar tersebut.
Infestigator penghormatan HAM oleh perusahaan dapat membawa hasil infestigasinya kepada konsumen-konsumen pembeli produk perusahaan tersebut. Laporan ini akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk mempertimbangkan pembelian produk perusahaan yang melanggar HAM tersebut. Akibatnya, perusahaan akan terdorong untuk melakukan penghormatan terhadap HAM dan pemulihan terhadap pelanggaran HAM.
d) Advokasi Pemerintah Daerah
Dialog dan
Pertemuan Mekanisme tingkat perusahaan harus berjalan melalui dialog dan pertemuan-pertemuan, daripada menyerahkan pada perusahaan sebagai hakim untuk membuat keputusan sendiri
8. Terkait dengan kasus tersebut, apakah perusahaan memiliki sarana untuk memulihkan kondisi korban yang mengalami pelanggaran HAM tersebut.
9. Kemaslah hasil infestigasi berdasarkan audiens advokasi yang hendak disasar. Akan berbada gaya pembahasaan dan kemasan laporan antara adokasi yang bertujuan ke Negara, PBB dan Mekanisme Non Negara.
10. Advokasi melalui mekanisme Non Negara lebih efektif dilakukan dengan strategi kampanye dan pembangunan opini yang kreatif dengan menggunakan angka-angka kongkrit dan media-media simbolik seperti foto dan lain-lainnya.
11. Kekuatan investigator adalah akurasi data lapangan, karena itu dokumentasikan temuan-temuan lapangan sedetail mungkin utnuk kemudian membangun kesimpulan infestigasi yang jitu.
12. Bagunlah dukungan dari berbagai kalangan dengan menempatkan mereka pada kelompok-kelompok aliansi idiologis, strategis dan taktis, dimana tingkat keterlibatan infestigator dengan pihak-pihak tersebut mesti diperhitungkan sedemikian rupa. Aliansi idiologis adalah pihak=pihak yang memiliki kesamaan visi, dan tujuan dimana pengaruhnya sangat besar. Aliansi strategis adalah pihak-pihak yang memiliki kesamaan visi dan tujuan namun memiliki pengaruh yang kecil. Sementara itu aliansi taktis adalah pihak-pihak yang tidak memiliki kesamaan visi dan tersebut melalui website perusahaan tersebut.
3. Dapatkan laporan sustainability/keberlanjutan yang dibuat perusahaan untuk publik setiap tahunnya. Laporan ini dapat menjadi acuan awal infestigasi.
4. Dapatkan informasi apakah perusahaan telah melakukan studi analisa dampak HAM dan uji tuntas pelaksanaan prinsip penghormatan terhadap HAM.
5. Temukan kasus-kasus yang kuat mengindikasikan ketidakhormatan perusahaan terhadap HAM. Mulailah dengan kasus-kasus kongkrit dan berkaitan dengan isik, misalnya kasus-kasus kekerasan.
6. Kemas temuan tersebut sedemikian rupa, singkat, jelas dan informative serta mudah dipahami.
7. Ajukan complain dan permintaan penjelasan dari perusahaan mengenai kasus tersebut dan uji sejauhmana efekti itas mekanisme complain yang mereka miliki. Menurut John Ruggie, mekanisme complain yang baik adalah yang memenuhi prinsip sebagai berikut :
Legitimasi Pertemuan Sebuah mekanisme harus jelas, transparan dan memiliki struktur tata laksana yang cukup independen untuk menyakinkan bahwa tidak ada pihak dalam proses penanganan keluhan yang dapat mengintervansi pelaksanaan proses yang adil.
Dialog dan
Pertemuan Mekanisme tingkat perusahaan harus berjalan melalui dialog dan pertemuan-pertemuan, daripada menyerahkan pada perusahaan sebagai hakim untuk membuat keputusan sendiri
8. Terkait dengan kasus tersebut, apakah perusahaan memiliki sarana untuk memulihkan kondisi korban yang mengalami pelanggaran HAM tersebut.
9. Kemaslah hasil infestigasi berdasarkan audiens advokasi yang hendak disasar. Akan berbada gaya pembahasaan dan kemasan laporan antara adokasi yang bertujuan ke Negara, PBB dan Mekanisme Non Negara.
10. Advokasi melalui mekanisme Non Negara lebih efektif dilakukan dengan strategi kampanye dan pembangunan opini yang kreatif dengan menggunakan angka-angka kongkrit dan media-media simbolik seperti foto dan lain-lainnya.
11. Kekuatan investigator adalah akurasi data lapangan, karena itu dokumentasikan temuan-temuan lapangan sedetail mungkin utnuk kemudian membangun kesimpulan infestigasi yang jitu.
12. Bagunlah dukungan dari berbagai kalangan dengan menempatkan mereka pada kelompok-kelompok aliansi idiologis, strategis dan taktis, dimana tingkat keterlibatan infestigator dengan pihak-pihak tersebut mesti diperhitungkan sedemikian rupa. Aliansi idiologis adalah pihak=pihak yang memiliki kesamaan visi, dan tujuan dimana pengaruhnya sangat besar. Aliansi strategis adalah pihak-pihak yang memiliki kesamaan visi dan tujuan namun memiliki pengaruh yang kecil. Sementara itu aliansi taktis adalah pihak-pihak yang tidak memiliki kesamaan visi dan tersebut melalui website perusahaan tersebut.
3. Dapatkan laporan sustainability/keberlanjutan yang dibuat perusahaan untuk publik setiap tahunnya. Laporan ini dapat menjadi acuan awal infestigasi.
4. Dapatkan informasi apakah perusahaan telah melakukan studi analisa dampak HAM dan uji tuntas pelaksanaan prinsip penghormatan terhadap HAM.
5. Temukan kasus-kasus yang kuat mengindikasikan ketidakhormatan perusahaan terhadap HAM. Mulailah dengan kasus-kasus kongkrit dan berkaitan dengan isik, misalnya kasus-kasus kekerasan.
6. Kemas temuan tersebut sedemikian rupa, singkat, jelas dan informative serta mudah dipahami.
7. Ajukan complain dan permintaan penjelasan dari perusahaan mengenai kasus tersebut dan uji sejauhmana efekti itas mekanisme complain yang mereka miliki. Menurut John Ruggie, mekanisme complain yang baik adalah yang memenuhi prinsip sebagai berikut :
Legitimasi Pertemuan Sebuah mekanisme harus jelas, transparan dan memiliki struktur tata laksana yang cukup independen untuk menyakinkan bahwa tidak ada pihak dalam proses penanganan keluhan yang dapat mengintervansi pelaksanaan proses yang adil.
AsM Law Of ice adalah sebuah kantor hukum yang memiliki visi mendorong lahirnya kebijakan dan hukum yang berkelanjutan, mensejahterakan dan berkeadilan.
Untuk mencapai visi tersebut, kami m e n g e m b a n g k a n p e n d e k a t a n multidisipliner dalam pelayanan hukum yang kami berikan agar tercapai tujuan kepastian hukum, keadilan hukum dan kemanfaatan hukum bagi seluruh rakyat Indonesia dan pemangku kepentingan yang terkait dengan itu.
Masyarakat, Pemerintah dan Swasta dalam pandangan kami adalah aktor-aktor penting dalam mencapai cita-cita proklamasi yaitu Masyarakat Indonesia yang Adil dan Sejahtera khususnya dari aspek ekonomi, hukum, sosial, dan lingkungan di dunia pada umumnya.
TENTANG
ASM LAW OFFICE
AsM Law Of ice adalah sebuah kantor hukum yang memiliki visi mendorong lahirnya kebijakan dan hukum yang berkelanjutan, mensejahterakan dan berkeadilan.
Untuk mencapai visi tersebut, kami m e n g e m b a n g k a n p e n d e k a t a n multidisipliner dalam pelayanan hukum yang kami berikan agar tercapai tujuan kepastian hukum, keadilan hukum dan kemanfaatan hukum bagi seluruh rakyat Indonesia dan pemangku kepentingan yang terkait dengan itu.
Masyarakat, Pemerintah dan Swasta dalam pandangan kami adalah aktor-aktor penting dalam mencapai cita-cita proklamasi yaitu Masyarakat Indonesia yang Adil dan Sejahtera khususnya dari aspek ekonomi, hukum, sosial, dan lingkungan di dunia pada umumnya.