• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Pelatihan Penanganan Mamalia Laut Terdampar di Pantai Goa Lawah Klungkung Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Pelatihan Penanganan Mamalia Laut Terdampar di Pantai Goa Lawah Klungkung Bali"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Pelatihan Penanganan Mamalia Laut Terdampar di Pantai Goa Lawah Klungkung Bali

OLEH

1. Suprabadevi Ayumayasari. S, S.Kel., M.Si 2. Ni Komang Ayu Sukawati

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

(2)

RINGKASAN

Sinar bawah laut dan polusi suara (seismik) yang mengganggu sistem navigasi, perburuan mangsa (makanan) sampai ke perairan dangkal, karena terluka ataupun sakit. Kurangnya pemahaman masyarakat pesisir serta kurangnya koordinasi antara masyarakat dengan lembaga akan mempengaruhi kecepatan dan ketepatan upaya penanganan mamalia laut terdampar. Pelatihan penanganan mamalia laut terdampar yang dilaksanakan oleh BPSPL Denpasar merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai mamalia laut serta meningkatkan kesigapan masyarakat. Kecepatan dan ketepatan dalam penanganan mempunyai konstribusi besar akan keselamatan mamalia laut yang terdampar untuk dapat kembali hidup di alam bebas. Penetapan suatu kawasan menjadi kawasan yang dilindungi tidak lepas dari kendala dan hambatan dan kendala ini dapat dijadikan suatu tantangan dalam mengelola sumberdaya yang lebih efektif.

Pengelolaan yang efektif bagi mamalia laut yakni dengan tetap melindungi ekosistem dan habitatnya, melakukan penelitian dan monitoring, pemantauan terhadap illegal fishing maupun destructive fishing dalam pelatihan penanganan mamalia laut terdampar tersebut meliputi pemberian materi dan praktek lapangan.

(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya laporan Penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun material sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah dipaparkan pada laporan ini masih jauh dari tingkat sempurna baik menyangkut isi, teknis, maupun bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat sehingga dapat disimak dalam bentuk bahan bacaan.

Jimbaran, 2016

Penulis

(4)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Keanekaragaman Spesies Mamalia Laut ... 3

2.2 Morfologi Dan Distribusi Cetacea ... 4

2.3 Bio-Ekologi ... 5

2.4 Migrasi ... 6

BAB III METODE PENELITIAN ... 7

3.1 Tipe Penelitian ... 7

3.2 Lokasi Penelitian ... 7

3.3 Analisis Data... 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

4.1 Hasil Pengamatan Kejadian Mamalia Terdampar di Bali ... 8

4.2 Pelatihan Penanganan Mamalia Laut Terdampar ... 9

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 15

5.1 Kesimpulan ... 15

5.2 Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN ... 18

(5)

1 BAB I.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perairan Indonesia merupakan salah satu habitat dan jalur migrasi berbagai jenis spesies mamalia laut dari bangsa Cetacean (paus dan lumba-lumba) dan Sirenia (dugong). Ada sekitar 36 jenis mamalia laut di Indonesia, yang mencakup ordo Cetacean dan ordo Sirenia. Ordo Cetacean yang terdiri dari sub ordo Mysticeti dan sub ordo Odontoceti. Sub ordo Mysticeti terdiri dari 9 jenis paus yang termasuk dalam family Balaenopteridae. Sub ordo Odonteceti terdiri dari 5 famili yaitu : Delphinidae (18 jenis), Kogiidae (2 jenis), Phocoenidae (1 jenis),penanganan mamalia laut terdampar kepada masyarakat pesisir di Bali, NTT, NTB dan Jawa Timur untuk memberikan pemahaman bagaimana menangani jika ada mamalia laut yang terdampar. Pelatihan penanganan mamalia laut terdampar merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai mamalia laut serta meningkatkan kesigapan masyarakat. Kecepatan dan ketepatan dalam penanganan mempunyai konstribusi besar akan keselamatan mamalia laut yang terdampar untuk dapat kembali hidup di alam bebas.

Mamalia laut dikatakan mengalami disorientasi apabila mamalia laut tersebut masuk ke perairan dangkal dan tidak bisa kembali ke habitatnya secara alami. Disorientasi sering berakhir pada kejadian terdampar, sehingga penting untuk membantu mamalia laut yang disorientasi agar dapat kembali ke laut. Begitu mereka terdampar, peluang hidup mereka akan jauh lebih kecil, terutama untuk paus berukuran besar yang lebih sulit untuk dikembalikan ke laut.

Penyebab mamalia laut terdampar diantaranya karena penggunaan sinar bawah laut dan polusi suara (seismik) yang mengganggu sistem navigasi, perburuan mangsa (makanan) sampai ke perairan dangkal, karena terluka ataupun sakit. Kurangnya pemahaman masyarakat pesisir serta kurangnya koordinasi antara masyarakat dengan lembaga akan mempengaruhi kecepatan dan ketepatan upaya penanganan mamalia laut terdampar.

Kejadian mamalia laut terdampar sering terjadi di Bali, salah satu nya di Kabupaten Klungkung, dimana ditemukan dua ekor paus terdampar pada tanggal 14 Maret 2016. Satu ekor terdampar di Pantai Batu Tumpeng Klungkung dan satu lagi terdampar di pantai depan kantor UPTD KKP Nusa Penida. Kejadian tersebut ditangani oleh BPSPL Denpasar , masyarakat dan

(6)

2

LSM lainnya. Dengan demikian, penelitian ini dimaksudkan sebagai masukan atau strategi pengelolaan untuk melindungi beberapa populasi yang masih tersisa dari suatu spesies yang terancam kepunahan, khususnya pada mamalia laut melalui upaya konservasi.

1.2 Rumusan Masalah

Pengelolaan wilayah pesisir yang tidak efektif oleh beberapa faktor dan ketidakmampuan kapasitas kelembagaan dalam mengatasi isu dasar pengelolaan sumberdaya pesisir dalam penanganan mamalia laut terdampar, serta masih tingginya ancaman terhadap mamalia laut akibat masih rendahnya kesadaran masyarakat mengenai perlindungan mamalia laut. Berdasarkan uraian diatas dirumuskan beberapa masalah, yaitu :

1. Minimnya informasi hasil penelitian dan rancangan rekomendasi perlindungan mamalia laut kepada pemerintah daerah dan pusat, LSM, masyarakat serta universitas lokal untuk memperoleh masukan berkenaan dengan mamalia laut yang penting untuk dilestarikan.

2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat luas, sekolah-sekolah dan desa-desa di sekitar Pantai Goa Lawah dalam upaya perlindungan mamalia laut.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menginformasikan hasil penelitian dan pelatihan perlindungan terhadap mamalia laut kepada pemerintah daerah dan pusat, LSM, masyarakat serta universitas lokal untuk memperoleh masukan berkenaan dengan mamalia laut yang penting untuk dilestarikan

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat luas, sekolah-sekolah dan desa-desa di sekitar Pantai Goa Lawah dengan menyebarkan poster mengenai perlindungan mamalia laut.

(7)

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keanekaragaman Spesies Mamalia Laut

Cetacean adalah sebutan umum bagi mamalia laut, antara lain paus, lumbalumba, dan pesut.

Seperti mamalia laut yang pada umumnya hidup di darat, di dalam air cetacean juga bernapas menggunakan paru-paru dan berreproduksi dengan cara melahirkan. Sebagian besar cetacean hidup di laut, tetapi ada juga beberapa jenis yang hidup di air tawar, yaitu dari jenis lumba-lumba (Mead dan Gold, 2002).Beberapa yang ada di Indonesia, seperti paus biru, paus sirip, paus sei dan paus sperma memanfaatkan perairan zona eklusif dan alur-alur sempit di antara pulau-pulau kecil sebagai rute migrasinya.Paus-paus berimigrasi dan melewati perairan Indonesia setiap musimnya.

Beberapa mamalia laut ini banyak dijumpai di Laut Flores, Sawu, dan Banda. Daerah penyebaran paus meliputi Samudra Hindia, Samudra Pasifik, sampai perairan Kutub Utara (Benua Antartika).

Perkiraan jalur migrasi koteklema (sperm whale) dari Samudra Pasifik melewati Laut Banda, Laut Flores masuk Laut Sawu melalui perairan Pulau Alor dan ke Samudra Hindia di Selatan Sumba atau sebaliknya.

Rute ini merupakan jalur tetap dan vital.Migrasi ini juga bertujuan mencari perairan yang hangat bagi paus untuk melahirkan. Paus yang baru dilahirkan akan selalu dekat dengan induknya untukberlindung, meski harus bermigrasi ribuan mil jauhnya (Dermawan, 2009).

(8)

4 2.2 Morfologi Dan Distribusi Cetacea

Ikan paus, lumba-lumba dan porpois dikelompokkan dalam ordo Cetacean. Kata cetacean berasal dari bahasa latin yaitu cetus yang berarti hewan yang besar dan bahasa yunaniyaitu ketos berarti monster laut (Carwadine, 1995). Ordo Cetacea dibagi menjadi 3 grup yaitu a) Cetacea dengan ukuran tubuh lebih dari 9 meter disebut Paus Sejati (paus baleen dan paus sperma), b) Paus yang lebih kecil dengan ukuran 4-9 meter termasuk didalamnya paus pembunuh, paus pilot, paus putih, Nawrhal dan Beaked Whale, dan c) Cetacea yang terkecil yaitu lumba-lumba dan Porpois, dengan ukuran panjang 1,5-4 meter (Weber dan Thurman, 1991). Semua Cetace merupakan hewan yang hidup di air (aquatic) dan mempunyai karakteristik sebagai berikut: bentuk badan fusiform; sirip anterior (flippers) berbentuk seperti dayung (persendian distal dengan pundak tak bisa digerakkan secara bebas); tidak terdapat jari atau cakar; tidak ada sirip belakang; ekor lateral datar dan menghasilkan fluks horizontal pada ujungnya (Rice, 1967). Ciri- ciri umum yang terdapat pada Cetacea yaitu mereka memiliki bentuk bagian tubuh yang berbadan dengan kebanyakan mamalia yang lain. Kebanyakan mamalia memiliki lubang hidung yang menghadap ke depan, tetapi Cetacea memiliki lubang hidung diatas kepala. Lebih ke belakang, terdapat cekungan di samping kepala yang merupakan posisi dari kuping namun tidak terdapat daun telinga.Cetacea memiliki leher yang pendek, tidak fleksibel dan pergerakan kepala yang terbatas. Dibelakang kepala terdapat lengan depan yang berbentuk seperti sirip tanpa jari dan lengan.

Bentuk seperti ikan yang terdapat pada bagian tubuh Cetacea adalah sirip dorsal dan sirip ekor (fluks).Sirip dorsal berguna untuk kestabilan dan pengaturan panas tubuh. Pada beberapa spesies, sirip dorsalnya kecil atau bahkan tidak dijumpai sama sekali. Fluks horizontal terdapat di ujung ekor dan fluks ini ditunjang hanya di bagian tengah oleh bagian akhir tulang ekor (tulang belakang), dan bagian lainnya terdiri dari jaringan non tulang (Cawardine etal.1997). Ordo Cetacea ditemukan di Indonesia sebanyak lima famili dengan jumlah sebanyak 26 spesies Cetacea, mewakili family Phocoenidae (1 spesies), Delphinidae (16 spesies), Ziiphidae (3 spesies), Physeteridae (3 spesies) dan Balaenopteridae (3 spesies) (Rudolph et al.,1997).

Pada dasarnya distribusi mamalia laut,tidak ada hubungan langsung antara suhu dan salinitas (secara lokal) di perairan dengan cetacean, karena mereka adalah mamalia yang tergolong dapat beradaptasi dengan lingkungannya dengan baik cetacean banyak ditemukan pada rata-rata tinggi gelombang 1,0-1,2 m. Kisaran tersebut lebih rendah daripada kisaran-kisaran yang ada di bagian lain Perairan Laut Sawu. Hal ini sesuai dengan hasilpenelitian yang menunjukkan bahwa cetacean banyak

(9)

5

ditemukan pada Skala Beaufort 3-4 dimana kisaran tinggi gelombangnya adalah 0,6-1,5 m, yaitu sebanyak 41 dari 76 kali sighting.

2.3 Bio-Ekologi

Rice (1967) menyatakan bahwa Odontoceti memakan variasi nekton, ikan bentik dan cephalopoda. Lumba-lumba danporpoise kebanyakan merupakan pemakan ikan , walaupun mereka juga memakan cumi-cumi. Lumba-lumba memangsa bermacam-macam ikan dengan giginya dan menelannya bulat bulat, sedangkan lumba-lumba kecilutamanya adalah ikan-ikan dan cumi-cumi yang berada di zona epipelagik di perairan laut terbuka. Beberapa spesies makanannya adalah ikan dasar dan ikan dekat dasar di perairan dangkal dekat pantai, teluk dan sungai (Weber dan Thurman, 1991).Beberapa odontoceti diduga melakukan kerjasama dalam kelompok besar dan terpusat ketika menggiring schooling ikanikan pelagis. Kebanyakan spesies lumbalumba bergerak dalam kelompok padat dan rapat yang tersebar di daerah yang luas,dimungkingkan berkomunikasi secara akustik dan visual dan menggunakan broadband echolocation clicks untuk mencari kumpulan ikan. Ketika ada kumpulan ikan, kelompok lumba-lumba itu akan berpencar dan beberapa dari mereka akan menyelam di bawah kumpulan ikan tersebut dan menggiringnya ke permukaan dengan cara berenang dalam formasi yang rapat di bawah dan disekitar kumpulan ikan tersebut (Evans, 1987).

Tingkah laku paus dan lumba-lumba yakni melakukan aktivitas melompat ke udara dengan terlebih dahulu dan menjatuhkan diri kembali ke air. Aktivitas ini disebut dengan istilah breaching.

Aktivitas ini di duga untuk menghilangkan parasit yang menempel pada tubuhnya, unjuk kekuatan, sekedar kesenangan (Carwadine, 1995), dan suatu bentuk komunikasi pada kelompok mereka (Carwadine, dkk., 1997). Salah satu aktivitas yang sangat sering dilakukan oleh lumba-lumba adalah bow riding, yakni gerakan mengikuti ombak akibat gerakan kapal dan mengikuti kapal tersebut. Mamalia laut sub ordo Odontoceti cenderung untuk membentuk suatu kelompok yang hidup bersama. Lumba lumba pelagis seperti stenella, Delphinus dan Lagenorhynchus sering membentuk kelompok besar yang terdiri dari lima sampai ratusan individu. Kelompok ini berkaitan dengan kegiatan mencari mangsa dan pergerakan waktu migrasi. Keuntungan hidup berkelompok akan mempermudah pencarian makanan, proses perkawinan,proses membesarkan anak serta melindungi

diri dari ancaman pemangsa (Evans, 1987).

(10)

6 2.4 Migrasi

Menurut Carwadine, dkk., (1997) kebanyakan Odontoceti tidak melakukan migrasi namun lebih tepatnya hidup secara nomaden. Salah satu spesies Odontoceti yang melakukan migrasi adalah Paus Sperma. Paus Sperma memiliki pola migrasi yang unik yaitu ketika Paus Sperma betina dan jantan yang belum dewasa tetapi tinggal di perairan tropis yang hangat, Paus sperma jantan dewasa bermigrasi ke kutub Jurnal Kelautan, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : 1907-9931 29 untuk memakan cumi-cumi dan mereka akan kembali bergabung dengan kelompok betina ada musim dingin untuk kawin.Evans, (1987), menyatakan migrasi musiman untuk reproduksi pada Paus biasanya dilakukan dari daerah lintang tinggi ke lintang rendah dan biasanya pada daerah pantai atau daerah yang dangkal untuk menghindari predator.

Untuk lumba-lumba migrasi musiman reproduksi pada daerah pantai yang dangkal dan terlindung.

Cetacea melakukan migrasi untuk berkembang biak dan member makan anaknya yang baru lahir. Namun kebanyakan Cetacea melakukan migrasi untuk menjaga ketersediaan makanan di perairan yang hangat bagi bayi yang baru lahir. Selain itu pada bebrapa spesies, migrasi juga dilkukan untuk menghindar dari predator yang akan memangsanya (Carwadine, dkk., 1997).

(11)

7 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian

Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif analitik dengan metode survei. Seperti yang kita ketahui bahwa metode deskriptif dirancang untuk mengumpulakan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama kita dalam menggunakan metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Travers, 1978 dalam Sevilla et. al, 1993).

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah pengamatan kepada masyarakat mengenai pemahaman dan kesigapan masyarakat terhadap mamalia laut yang terdampar di Pantai GoaLawah Klungkung. Pada penelitian hasil pelatihan serta data pretest dan posttest pada masyarakat menggambarkan hasil tanggapan dan pemahaman penanganan mamalia laut yang terdampar..

3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pantai Goa Lawah Denpasar pada 30 Mei- 27 Juni tahun 2016.

3.4. Analisis Data

Penelitihan ini bersifat survey eksploratif yang dimaksudkan untuk mencari data dan informasi secara langsung untuk mendapatkan data sekundernya. Untuk data kuisioner kepada masyarakat diambil secara acak pada lokasi penelitian.

Analisis data dilakukan dengan cara menginterpretasikan temuan-temuan yang diperoleh dilapangan, terutama mengenai pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang penanganan mamalia laut yang terdampar.

(12)

8 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Kejadian Mamalia Terdampar di Bali

Pada Tahun 2016 sudah terjadi 6 kejadian Mamalia Laut terdampar di bali yaitu di Buleleng, Klungkung, Sanur, Nusa Penida Dan Kuta Bali. Beberapa penyebab kejadian pendamparan mamalia laut terdampar diantaranya karena polusi suara (seismik) yang mengganggu sistem navigasi, mamalia laut terluka karena aktivitas manusia seperti terkena alat tangkap, tertabrak perahu nelayan dan memakan sampah plastik di laut. Beberapa luka bisa disebabkan oleh hiu atau predator alami lainnya.

Mamalia laut sakit karena infeksi, termasuk infeksi virus seperti herpes, infeksi bakteri seperti leptospirosis, parasit, ensefalitis, dan kanker, mamalia laut yang masih muda mengalami malnutrisi karena belum bisa mencari sumber makanan setelah disapih oleh induknya.

Penyebab mamalia laut terdampar sangat bervariasi. Sebagai penjaga lingkungan laut, mamalia laut memiliki banyak manfaat untuk memberitahukan tentang kondisi kesehatan lingkungan laut kepada kita.Kurangnya pemahaman masyarakat pesisir serta kurangnya koordinasi antara masyarakat dengan lembaga akan mempengaruhi kecepatan dan ketepatan upaya penanganan mamalia laut terdampar.

(13)

9

Tabel 1. Kejadian Mamalia Laut Terdampar Di Bali Tahun 2016

(Sumber BPSPL Bali)

Satu kondisi yang sungguh memprihatinkan, umumnya mamalia laut yang rawan terdampar tersebut, selain statusnya dilindungi, jumlah populasinya di habitat alam juga mengalami ancaman yang serius. Angka kematian yang disebabkan karena kejadian terdampar ini akan berpengaruh kepada regenerasi spesies tersebut, karena umumnya biota ini membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai usia matang kelamin.

4.2. Pelatihan Penanganan Mamalia Laut Terdampar

Pelatihan penanganan mamalia laut terdampar yang dilaksanakan oleh BPSPL Denpasar merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai mamalia laut serta meningkatkan kesigapan masyarakat. Kecepatan dan ketepatan dalam penanganan mempunyai konstribusi besar akan keselamatan mamalia laut yang terdampar untuk dapat kembali hidup di alam bebas.

(14)

10

Gambar 1. Kejadian mamalia laut terdampar di bali (Sumber BPSPL Bali)

Dalam pelatihan penanganan mamalia laut terdampar tersebut meliputi pemberian materi dan praktek lapangan. Materi yang diberikan meliputi kebijakan perlindungan jenis ikan dan mamalia laut yang terdampar, Kejadian mamalia laut yang terdampar di indonesia, Anatomi Paus dan Lumba-Lumba serta Pengambilan Dokumentasi, penanganan mamalia laut terdampar. Simulasi pantai yang dilakukan menerapkan prinsip-prinsip penanganan mamalia laut dan Hiu Paus terdampar.

Prinsip-prinsip yang sebelumnya sudah dijelaskan di kelas langsung di praktikkan di pantai. Beberapa kondisi juga disimulasikan dalam praktikum ini. Misalnya adanya mamalia laut atau Hiu Paus terdampar tunggal atau terdampar massal dan kondisi mamalia laut dan Hiu Paus terdampar yang masih hidup, baru mati, mati, dan membusuk. Skenario yang dilakukan cukup massive dan mewakili setiap kondisi real dalam penanganan mamalia laut terdampar yang telah pernah dilakukan.

(15)

11

Gambar 2. Pelatihan Penanganan Mamalia Laut Terdampar

Disamping itu pula dilakukan updating terhadap jejaring penanganan mamalia laut yang telah dibentuk agar penanganan dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan terkoordinasi dengan baik.Untuk memberikan peluang yang lebih besar bagi mamalia laut terdampar dapat kembali hidup di alam bebas, maka diperlukan pemahaman dan pengetahuan kepada stakeholder terkait dan juga masyarakat tentang langkah-langkah apa yang harus mereka lakukan untuk mengurangi kematian mamalia laut terdampar melalui kegiatan bimtek penanganan mamalia laut terdampar. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan peserta kemampuan untuk menanggapi, mengelola, dan memahami kejadian-kejadian terdampar di masa depan. Agenda pelatihan terdiri dari pemberian materi, pratikum di pantai. Adapun manfaat pelatihan ini adalah Bertambahnya jumlah penanggap pertama (first responder) yang terlatih untuk menangani kejadian terdampar hidup di Bali, strategi umum jejaring mamalia laut terdampar di Bali.

(16)

12

Gambar 1. Hasil Pretest & Postest BIMTEK Penanganan Mamalia Laut Terdampar di Klungkung

Gambar 2. Rata-rata Hasil Pretest & Postest Pelatihan Penanganan Mamalia Laut Terdampar

Dari hasil pretest dan postest dilihat dari grafik mengalami peningkatan, sehingga dapat diketahui bahwa setelah masyarakat mendapat pelatihan penanganan mamalia laut terdampar tersebut dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai penanganan mamalia laut terdampar.

(17)

13

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir yaitu negara, masyarakat, dan pihak lain bertanggung jawab untuk melindungi kelestarian sumberdaya alam dari berbagai ancaman, dimana dalam hal ini masyarakat ikut serta dalam perlindungan kelestarian mamalia laut sehingga untuk memberikan peluang yang lebih besar bagi mamalia laut yang terdampar dapat kembali hidup di alam bebas, dan untuk menjaga kesinambungan spesies biota dimaksud,maka diperlukan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat tentang langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mengurangi tingkat kematian mamalia laut yang terdampar.

Pembangunan kawasan pesisir harus ditujukan untuk memperkuat ketahanan bangsa (masyarakat pesisir) menghadapi berbagai ancaman yang datang.

Dalam memberikan pertolongan pertama pada mamalia laut yang terdampar harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai membuat hewan tersebut stress.

Pastikan bahwa posisi lubang nafas dan sirip dorsal/punggung berada di atas.

Lindungi blow hole/lubang nafas dari pasir, benda asing lain maupun air. Lindungi juga matanya dari pasir atau benda asing lainnya. Hindari menarik sirip dada dan ekor karena dapat menyebabkan patah tulang dan membunuh hewan tersebut. Lindungi dari sinar matahari dan angin serta jaga kelembaban tubuh hewan tersebut agar tidak dehidrasi. Gunakan handuk/selimut basah untuk menutupi tubuhnya, namun jangan tutupi lubang nafasnya dan sirip (terutama sirip dorsal). Jika kondisi hewan sehat, dikembalikan lagi ke laut.

Jika mamalia laut yang ditemukan sudah dalam keadaan mati, cara penanganannya yaitu dapat dikubur, dibakar, atau ditenggelamkan ke laut. Tidak disarankan untuk dikonsumsi seperti yang sering dilakukan oleh masyarakat. Hal ini berkaitan dengan aspek kesehatan orang yang mengkonsumsi. Mamalia laut yaitu paus dan lumba-lumba merupakan top predator dalam rantai makanan di laut dan merupakan hewan yang memiliki range daerah migrasi yang luas, sehingga hewan ini merupakan penyimpan akhir atau akumulasi berbagai kontaminan yang ada di laut.

Kita tidak pernah mengetahui apa saja yang mereka makan, dan daerah mana saja yang sudah mereka lewati, apakah kondisi perairan yang dilewati masih baik atau

(18)

14

sudah tercemar. Beberapa mamalia laut yang terdampar, ketika dinekropsi/dibedah untuk mengetahui penyebab kematiannya, ditemukan parasit, bakteri, virus, bahkan logam berat yang berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia. Informasi tentang kejadian terdampar di Indonesia sangat sedikit, apalagi jika terjadi di kota-kota kecil atau daerah terpencil. Padahal informasi tentang kejadian terdamparnya mamalia laut sangat penting untuk upaya penyelamatan hewan yang sudah mulai langka ini. Selain itu, hewan yang merupakan indikator perairan kita ini dapat memberikan informasi tentang status atau kondisi perairan di laut, sehingga membantu dalam pengambilan kebijakan jika diketahui telah terjadi sesuatu yang buruk di laut kita. Oleh karena itu, suatu bentuk kerjasama atau jejaring penanganan mamalia laut terdampar perlu dibentuk.

(19)

15 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Pada tahun 2016 sudah terjadi 6 kejadian Mamalia Laut terdampar di bali yaitu di Buleleng,Klungkung,Sanur,Nusa Penida Dan Kuta Bali.

2. Penyebab kejadian pendamparan mamalia laut terdampar diantaranya karena polusi suara (seismik) yang mengganggu sistem navigasi, mamalia laut terluka karena aktivitas manusia.

3. Kurangnya pemahaman masyarakat pesisir serta kurangnya koordinasi antara masyarakat dengan lembaga akan mempengaruhi kecepatan dan ketepatan upaya penanganan mamalia laut terdampar.

4. Pelatihan penanganan mamalia laut terdampar yang dilaksanakan oleh BPSPL Denpasar merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai mamalia laut serta meningkatkan kesigapan masyarakat.

5. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan peserta kemampuan untuk menanggapi, mengelola, dan memahami kejadian-kejadian terdampar di masa depan.

5.2 Saran

Pemerintah diharapkan mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan mamalia laut, yakni aturan yang melarang praktek penangkapan ikan yang sifatnya merugikan.

(20)

16

DAFTAR PUSTAKA

Carwadine. 1995. Eye Winess Handbook: Whale,Dolphin and Porpoise.The Visual Guide to All World’s Cetaceans. Dorling Kindersley Ltd, New York. NY.

Carwadine, M., E. Hoyt R.E. Fordyce, and P. Gill. 1997. An Australian Geografic Guide to Whales, Dolphin and Porpoises. Australian Geografic Press. Australia.

Committee on Taxonomy. 2009. List of marine mammal species and subspecies.

Society for Marine Mammalogy, www.marinemammal science.org,

Dale, W.R.. 1998. Marine mammals of the World:systematic and distribution. Society of Marine Mammalogy Special Publication, 4: 231.

Dermawan, A. 2009.Upaya Menyelamatkan Perburuan Ikan Paus dalam Majalah Samudera, Edisi April 2009.

Dermawan, A. 2009.Laut Sawu Sebagai Suaka Perikanan dalam Majalah Samudera, Edisi Mei 2009.

Ilahude, A.G. & A.L. Gordon. 1996. Thermocline Stratification within the Indonesia Seas. J. Geophys. Res. 101(5): 40–42.

Pusat Penelitian Oseanografi–LIPI 2011. Laporan Penelitian Ekspedisi Perairan Lamarela, Nusa Tenggara Timur. 209 hal

Jefferson, T.A., S. Leatherwood, & M.A. Webber. 1993.FAO Species identification guide: Marine mammals of the world. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome, Italy. 320 p.

Rudolph, P., C. Smeenk, dan S. Leatherwood. 1997. Preliminary checklist of Cetacea in the Indonesian Archipelago and adjacent waters. Zool. Verh. Leiden 312.

12(30): 1-48.

Rice.D.W. 1967.Cetaceans h. 291-324 in S. Anderson and J.K. Jones, Jr. (Eds).

Recent mammals of the world: A synopsis of families. Ronald Press Company. New York, NY.

(21)

17

Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji, & M. K. Moosa.1997. The Ecology of the Indonesian Seas, Part One and Two. Singapore: Periplus Editions HK Ltd.

Journal of Cetacean Research and Management 8: 1–12.

(22)

18 LAMPIRAN

Pemberian materi mengenai kebijakan perlindungan jenis ikan dan mamalia laut yang terdampar, Kejadian mamalia laut yang terdampar di indonesia, Anatomi Paus dan Lumba-Lumba serta Pengambilan Dokumentasi, penanganan mamalia laut terdampar.

Simulasi penanganan mamalia laut atau Hiu Paus terdampar tunggal atau terdampar massal dan kondisi mamalia laut

Simulasi penanganan mamalia laut terdampar yang masih hidup, baru mati, mati, dan membusuk

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Suhu Kempa dan Komposisi Perekat Asam Sitrat – Pati terhadap Sifat Fisika Mekanika Papan Partikel.. Bambu

1) Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) PPL yang professional dalam bidang pendidikan, sehingga mahasiswa praktikan diberikan pengalaman, masukan dan saran untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas siswa, respon siswa dan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Mekanika teknik

Kantor Merek juga akan menolak permintaan pendaftaran merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik

Kondisi Jalan Randu Agung berdasarkan Metode Bina marga didapat rata – rata nilai metode Bina Marga sebesar 6,0 yaitu kategori rusak sedang dengan

Sistem tersebut dikenal dengan istilah sistem informasi akademik. Sistem informasi akademik itu sendiri merupakan sebuah sistem informasi yang dibangun melalui

 Berkonsultasi dengan organisasi yang terlibat / pernah di-libatkan dalam Upaya serupa, atau yang bekerja dengan populasi / di wilayah yang menjadi Sasaran.  Mendapatkan

3) Responsibility (pertanggungjawaban). Pertanggungjawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya termasuk masalah pajak,