• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MENGUJI SAH ATAU TIDAKNYA PENANGKAPAN, PENAHANAN DAN PENGGELEDAHAN DALAM KASUS PENCURIAN DENGAN TINDAK KEKERASAN (STUDI KASUS PENETAPAN PERKARA PRAPERADILAN NOMOR :01/Pid.Prap/2015/PN.Btl)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MENGUJI SAH ATAU TIDAKNYA PENANGKAPAN, PENAHANAN DAN PENGGELEDAHAN DALAM KASUS PENCURIAN DENGAN TINDAK KEKERASAN (STUDI KASUS PENETAPAN PERKARA PRAPERADILAN NOMOR :01/Pid.Prap/2015/PN.Btl)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MENGUJI SAH ATAU TIDAKNYA PENANGKAPAN, PENAHANAN DAN PENGGELEDAHAN

DALAM KASUS PENCURIAN DENGAN TINDAK KEKERASAN

(STUDI KASUS PENETAPAN PERKARA PRAPERADILAN NOMOR :01/Pid.Prap/2015/PN.Btl)

Skripsiinidisusununtukmelengkapisalahsatusyaratdalammemperolehgelar SarjanaHukumPadaFakultasHukumUniversitasMuhammadiayah

Yogyakarta

STUDI KASUS Oleh :

Indriyani Simamora 20120610106

FAKULTAS HUKUM

(2)

i

KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MENGUJI SAH ATAU TIDAKNYA PENANGKAPAN, PENAHANAN DAN PENGGELEDAHAN

DALAM KASUS PENCURIAN DENGAN TINDAK KEKERASAN (STUDI KASUS PENETAPAN PERKARA PRAPERADILAN NOMOR

:01/Pid.Prap/2015/PN.Btl)

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

STUDI KASUS Oleh :

Indriyani Simamora 20120610106 Bagian : Pidana

FAKULTAS HUKUM

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI

Bismillahirohmanirrohim,

Saya yang bertanda tangan di bawa ini : Nama : Indriyani Simamora

Nim : 20120610106

Judul Skripsi :KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MENGUJI SAH ATAU TIDAKNYA PENANGKAPAN, PENAHANAN DAN PENGGELEDAHAN DALAM KASUS PENCURIAN DENGAN TINDAK KEKERASAN ( STUDI KASUS PENETAPAN PERKARA PRAPRADILAN NOMOR : 01/Pid.Prad/2015/PN.Btl)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil penulisan dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, saya akan memberikan sumber yang jelas. Apabila dikemudian hari ada penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana S-1 yang telah diperoleh karena karya tulis ini, dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Yogyakarta,7 September 2016 Yang menyatakan

(4)

iii MOTTO

Artinya : “Demi masa. Sesungguhnya,manusia berada dalam kerugian. Kecuali Orang-Orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati

untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”

(Al-Asr : 1-3)

“Jangan bertanya apa yang telah Negara berikan kepadamu, tetapi tanyakanlah pada dirimu apa yang telah kau berikan pada bangsa dannegaramu.”

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat-Nya karya tulis sederhana ini dapat terselesaikan. Saya Ucapkan terima kasih untuk segala cinta, kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan dari orang-orang terdekat.

Ku persembahkan skripsi ini untuk :

 Kedua orang tua ku Bapak (M.Nama Simamora) dan Ibu (Jumirah) Tercinta yang selalu mendoakan, mendukung serta menyayangiku tanpa balas jasa.

 Kakak ku ( Medi.S.S) yang selalu memberi semangat dan dukungan.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobil’alamin, Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT,yang senantiasa memberikan perlindungan dan kasih sayang-Nya dan meridhoi segala hal di dalam hidup penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang berjudul “KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MENGUJI SAH ATAU TIDAKNYA PENANGKAPAN, PENAHANAN DAN PENGGELEDAHAN DALAM KASUS PENCURIAN DENGAN TINDAK KEKERASAN

(STUDI KASUS PENETAPAN PERKARA PRAPERADILAN NOMOR :01/Pid.Prap/2015/PN.Btl)

Penulisan skripsi ini guna melengkapi persyaratan menempuh ujian tahap akhir guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Ilmu Hukum. Dengan segala karen dari hati penulis menyadari bahwa karya tulis yang berupa satu dikasus ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan yang penulis miliki. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, tak lepas dari pihak-pihak yang memberikan bantuan berupa doa, dukungan, dan bimbingan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

(7)

vi

telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Mukhtar Zuhdy S.H.,M.Hselaku wakil Dekan dan dosen pembimbing kedua yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dan mendampingi serta berbagi ilmu.

3. Dr.Yeni Widowaty,S.H.,M.Hum Selaku Dosen ketua penguji.

4. Pak maman dan mbak putri yang selalu setia mendengarkan curahan dan kelukesah anak-anak pidana.

5. Segenap dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

6. Bapak M.Nama Simamora dan ibu Jumirah yang selalu mendukung serta mendoakan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Saudara-Saudara yang di jogja, Terima kasih atas semangat dan dukungan selama menempuh Kuliah.

8. Mas sony yang telah membantu mengajarkan dan mengarah kan skripsiku. 9. Sahabatku tercinta Ayu Utami Ningsih dan Arifah Ratna Dewi yang selalu

berbagi cerita baik suka maupun duka.

10. Kost mayasri Mya (Mitun), Rosiana (moci), Nurul, Eka Fitriani (Ejok), Eka Novidah, Mba Nova, Eka Muji (Echa) yang selalu membuat rame kost mereka adalah teman, sahabat, dan saudara selama di jogja.

11. Teman seperjuangan yang sering berbagi cerita dan bebagi ilmu dan jalan bareng Anita Putri, Dwi lestari, Rewita Harlan, Lita Rahma, Arini, Novrita.

(8)

vii

13. Kepada Teman KKN 12 periode 2015/2016

14. Teman-teman angkatan 2012 fakultas Hukum seperjuangan yang tidak bisa di sebut satu persatu.

15. Dan Almamaterku Tercinta.

Yogyakarta, September 2016 Penulis

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN………... ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN PERNYATAAN……… iv

HALAMAN MOTO...………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN………... vi

KATA PENGANTAR……… vii

DAFTAR ISI……….. x

ABSTRAK………... xii

BAB I. LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS…………... .. 1

BAB II. KASUS POSISI………... 10

BAB III. PERMASALAHAN HUKUM………. 19

BAB IV. RINGKASAN PUTUSAN………. 20

(10)

ix

BAB VI. ANALISIS………. 27

A. Bagaimanakah tuntutan sah atau tidaknya Penahanan, Penangkapan, Penggeledahan dalam Perkara Praperadilan? B. BagaimanaAlasan Hakim Mengabulkan Praperadilan dalam

Perkara Nomor : 01/PID.PRAD/2015/PN.Btl Tentang Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dan Pasal Yang Menguat Hakim Mengabulkan Permohonan?

BAB VII. KESIMPULAN……….... 36

DAFTAR PUSTAKA

(11)

i ABSTRAK

Pada hakekatnya praperadilan di tunjukkan sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap tersangka dalam prosedur-prosedur penanganan perkara dalam penyelidikan. Di dalam perkara ini banyak sekali prosedur yang menurut penulis tidak sesuai, maka dari itu saya tertarik untuk membahasnya, yaitu tentang Penangkapan, Penggeledahan, penahanan dan keputusan hakim itu sendiri. Berkaitan dengan dikeluarkannya penetapan putusan Nomor 01/Pid.Prad/2015/PN.Btl. Dengan melibatkan beberapa pihak yaitu si Pemohon (Andrias Riwanto) yang berumur 28 Tahun, bertempat tinggal di Pasekan Lor RT. 02/03, Belacur, Gamping, Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta. Pekerjaan seorang wirausahawan. Kemudian si Termohon yaitu Kepala Kepolisian Indonesia (kapolri), Cq., Kepala Kepolisian Daerah Istimewah Yogyakarta (Kapolda D.I.J) Cq., dan Kepala Kepolisian Resort Bantul (Kapolres Bantul).

Di dalam kasus ini penulis membahas permasalahan bagaimana prosedur itu sesuai atau tidak dengan pasal yang di atur di dalam KUHAP maupun Undang-undang. Si pemohon tidak terima dengan prosedur yang di lakukan oleh Temohon. Keterangan saksi dari si pemohon dan para ahli yang bertentangan. Selain itu apakah telah tepat keputusan dari hakim itu sendiri yang mengabulkan gugatan dari si pemohon.

Berdasarkan hasil analisis, penulis mengambil kesimpulan bahwa yang di ajukan pemohon terhadap termohon, bahwa benar adanya termohon telah melanggar prosedur dari penggeledahan, penangkapan dan penahanan. Selanjutnya berdasarkan putusan hakim bahwa hakim mengabulkan permohonan dari pemohon berdasarkan keterangan dari saksi si pemohon.

(12)
(13)

1 BAB I

LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS

Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana tercantum dalam Undang – Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Pasal 1 Ayat 3. Sebagai Negara hukum Indonesia mempunyai kewajiban untuk melindungi Hak Asasi Manusia setiap warga negaranya, yang diwujudkan dengan adanya pengaturan tentang hukum secara tertulis.Dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia salah satu bentuk perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia diwujudkan dengan adanya Praperadilan.Praperadilan adalah sebuah jalur hukum yang diperuntukan sebagai pengontrol atas tindakan penguasa dalam bentuk upaya paksa yang didelegasikan kepada penegak hukum dalam hal penanganan sebuah tindak pidana.Ketentuan tentang praperadilan ini diatur Pada Pasal 1 Angka 10 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.Pada hakekatnya praperadilan ini ditujukan sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap tersangka dalam pelaksanaan prosedur – prosedur penanganan perkara dalam tingkat penyidikan atau penuntutan dalam system peradilan pidana atas upaya paksa yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan dalam KUHAP.Amanat Pasal 1 Angka 10 KUHAP mengenai praperadilan diperjelas kembali dalam Pasal 77 KUHAP.

(14)

2

penangkapan, penahanan, penyitaan dan sebagainya. Seorang aparat sebagai penegak hukum dalam melakasankan kewajibannya tidak terlepas dari kemungkinana untuk berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan Undang-undang yang berlaku, sehingga perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa demi terciptanya ketertiban dan keadilan masyarakat justru mengakibatkan kerugian bagi tersangka, keluarga tersangka, atau pihak ketiga yang berkepentingan. untuk menjamin perlingdungan Hak Asasi Manusia dan agar aparatur negara. Untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka KUHAP mengatur sebuah lembaga yang di namakan Praperadilan.1

Praperadilan sebagaimana di tentukan dalam Pasal 1 butir 10 KUHAPadalah :

“wewenang peradilan negeri untuk memeriksa dan memutuskan menurut cara

yang diatur dalam undang-undang ialah diantaranya tentang :

a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan penahanan dan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka.

b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan. c. Permintaan ganti kerugian atas rehabilitasi oleh tersangka atau

keluarganya atas pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak

diajukan kepengadilan,”

1

(15)

3

Berdasarkan ketentuan di atas, praperadilan hanyalah menguji dan menilai tentang kebenaran dan ketetapan tindak upaya paksa yang dilakukan penyidik dan penuntut umum dalam hal menyangkut ketetapan penangkapan, penahanan, penghentian penyidik dan penuntutan serta ganti kerugian dan rehabilitas.Praperadilan merupakan tiruan dari Rechter Commisaris di Negeri Belanda.2

Pasal 77 KUHAP menentukan bahwa pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutuskan sesuai dengan ketentuan yang dia atur dalam undang-undang ini, tentang :

a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

b. Ganti kerugian dan atau Rehabilitasi bagi otang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 10 dan Pasal 77 diatas, jelas bahwa dalam praperadilan ini, pengadilan negeri hanya berwenang untuk memeriksa tentang apakah penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan sah atau tidak.

Negara hukum atau rule of law sesungguhnya mempunyai bentuk-bentuk yang sifatnya universal dan bahkan cukup fundamental, seperti pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi, adanya aturan hukum yang mengatur tindakan negara atau pemerintah dalam arti tindakan aparatur Negara tersebut

2

(16)

4

dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Dalam hal ini tentunya akan membawa konskuensi pada hukum pidana itu sendri.3

Berdasarkan Putusan nomor 21/PUU-XII/2014, jika di dalam Pasal 77 huruf (a) KUHAP mengatur kewenangan praperadilan hanya sebatas pada sah ayau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidik dan penuntut, maka melalui putusan MK ini memperluas ranah praperadilan termaksud sah atau tidaknya penetapan tersangka, penggeledahan dan penyitaan. MK membuat putusan ini dengan mempertimbangkan Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang

menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sehingga “asas due process

of law harus dijunjung tinggi oleh seluruh pihak lembaga penegak hukum demi

menghargai hak asai seseorang.”

Menurut Hartono yang disebut lembaga Praperadilan adalah proses persidangan sebelum sidang masalah pokokperkaranya disidangkan. Pengertian perkara pokok ialah perkara materinya, sedangkan dalam praperadilan proses persidangan hanya menguji proses tata cara penyidikan dan penuntutan,bukan kepada materi pokok saja (penegakan hukum formil)4. Salah satu contoh kasus praperadilan dalam kasus pencurian dengan tindak kekerasan, Pemohon menuntut pihak kepolisian dimana dalam melakukan penyidikan menurut Pemohon tidak sesuai dengan apa yang seharusan.

3

Djoko Prakoso,1984, Upaya Hukum yang di atur dalam KUHAP, jakarta, Ghalia Indonesia, hlm.51

4

Menurut Hartono

(17)

5

Di kasus ini terdapat suatu penggabungan gugatan perdata ke dalam pidana. Yang mana penggabungan itu di atur dalam BAB XIII KUHAP Pasal 98-101 KUHAP yang mana mengatur tentang penggabungan gugatan ganti kerugian.

Berkaitan dengan hal tersebut banyak peristiwa hukum pidana dalam penanganan penyidikan yang selalu di awali dengan melakukan penggeledahan kemudian apabila terdapat barang-barang yang di curigai maka akan di sita setelah itu penangkapan, penangkapan ini akan langsung di periksa jika menunjukan kepada yang di persangkakan cukup kuat untuk di lakukan penahanan, penahanan di terbitkan setelah di tangkapn dan dilakukan pemeriksaan.5

Salah satu masalah yang terjadi dalam sistem peradilan pidana adalah terjadinya pelanggaran pada salah satu atau seluruh tingkat pemeriksaan. Pelanggaran tersebut dapat berupa pelanggaran prosedural, pelanggaran adminitratif, pelanggaran terhadap diri pribadi tersangka sampai pada pelanggaran berat seperti rekayasa saksi-saksi dan rekayasa bukti-bukti suatu perkara.6

Saksi adalah orang yang mengetahui terjadinya suatu peristiwa baik melihat mendengar atau mengalaminya sendiri secara langsung. Saksi wajib di sumpah terlebih dahulu, bila terbukti saksi memberikan keterangan palsu, saksi akan diancam pidana. Pasal 36 ayat 1 UU MK menyatakan bahwa keterangan saksi adalah barang bukti yang sah dalam persidangan.Kemudian adapula keterangan saksi ahli dalam persidangan yaitu saksi ahli tidak menerangkan fakta atau

5

Rusanto, selaku Penyidik Ditreskrimsus Polres Bantul, Wawancara 16 Mei 2016, 10:11 Wib

6

(18)

6

peristiwa tetapi saksi ahli menerangkan sesuatu yang dinyatakan dalam sidang sesuai dengan keahliannya.

Latar belakang pemilihan kasus yang saya pilih yaitu tentang tindak pidana pencurian dengan tindakan kekerasan (curas) tetapi yang saya teliti atau yang saya bahas di skripsi saya ini yaitu bagaimana permasalahan saat sidang praperadilan dengan nomor penetapan perkara 01/PID.PRAD/2015/PN.Btl.

kasus ini melibatkan beberapa pihak yaitu si Pemohon (Andrias Riwanto) yang berumur 28 Tahun, bertempat tinggal di Pasekan Lor RT. 02/03, Belacur, Gamping, Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta.Pekerjaan seorang wirausahawan. Termohon yaitu Kepala Kepolisian Indonesia (kapolri), Cq., Kepala Kepolisian Daerah Istimewah Jogyakarta (Kapolda D.I.J) Cq., dan Kepala Kepolisian Resort Bantul (Kapolres Bantul).

(19)

7

maupun perlakukan yang tak menyenangkan, baik terhadap orang itu maupun orang lain.7

Perkara ini banyak sekali prosedur yang menurut saya tidak sesuai yaitu tentang Penangkapan, Penggeledahan, penahanan, penyitaan, saksi yang bersangkutan dengan saksi yang ada dalam lingkungan sekitardan keputusan hakim itu sendiri. Dan di Pengadilan Negeri Bantul ini data tentang praperadilan pada tahun 2015 hanya kasus ini saja yang di kabulkan, maka dari itu saya tertarik untuk membahasnya lebih lanjut lagi.

Berkaitan dengan hal tersebut dalam kasus praperadilan dengan penetapan nomor :01/Pid.Prap/2015/PN.Btl.Bahwa pada saat penggeledahan dan memasuki rumah petugas berdasarkan keterangan dari saksi-saksi,aparat tersebut dikatakan tidak sesuai dengan ketentuan dan Prosedur yang di tentukan oleh KUHAP. Dengan tidak menunjukannya surat-surat yang terkait, baik surat tugas, perintah, maupun surat resmi lainnya. Berdasarkan ketentuan itu bahwa penggeledahan tersebut telah melanggar Pasal 125 KUHAP, 33, dan 34 KUHAP.

Kasus ini terdapat 3 prosedur yaitu : Penangkapan, Penahanan dan Penggeledahan. Penangkapan dalam Pasal 16 ayat 1 KUHAP dinyatakan bahwa untuk kepentingan penyelidikan, penyidik atas perintah penyidik berwenang melakukan penangkapan. Kemudian Pasal 18 KUHAP menentukan bahwa pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian negara Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat serta memberikan kepada

7

(20)

8

tesangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka menyebutkan alasan penangkapan serta tempat ia di periksa. Penggeledahan dalam Pasal 32 KUHAP menyatakan bahwa untuk kepentingan penyelidikan, penyidik, dapat melakukan penggeledahan rumah atau penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang di tentukan dalam undang-undang. Penahanan dalam Pasal 20 ayat 1 KUHAP dinyatakan bahwa untuk kepentingan penyidikan, penyelidik, atau penyidik pembantu atau pemerintah penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 KUHAP berwenang melakukan penahanan. Dan Pasal 21 ayat 1 KUHAP telah digariskan bahwa perintah penahanan atau penahanan lanjut dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang di duga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri,merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana.8

Adapun bentuk tindakan yang melanggar prosedur dengan memaksa pemohon dan teman-temannya untuk dilakukan penyelidikan secara paksa.Menurut keterangan dari saksi pemohon, bahwa termohon telah melakukan tindakan di luar dari prosedur kode etik dan hak asasi manusia.

Saat si Termohon membawa Pemohon dan teman-temannya terdapat tindakan

kekerasan yaitu tahan dan mata di lakban oleh petugas, selanjutnya di bentak-bentak oleh petugas, sampai salah satu teman dari si pemohon itu

8

(21)

9 meninggal dunia.

Dari kasus tersebut perbuatan Termohon melanggar dan bertentangan dengan

(22)

10 BAB II

KASUS POSISI

Berdasarkan putusan praperadilan Nomor : 01/PID.PRAD/2015/PN.Btl “DEMI

KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”.

Pengadilan Negeri Bantul menetapkan perkara antara :

1. Nama : Andrias Riwanto; Umur : 28 Tahun;

Pekerjaan : Wiraswasta;

Alamat : Pasekan Lor RT.02/03,Belecatur, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta;

Untuk selanjutnya di sebut sebagai PEMOHON I ;

2. Nama : Asih Sudarsih; Umur : 46 Tahun; Pekerjaan : Wiraswasta;

Alamat : Pasekan Lor RT.02/03,Belecatur, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta;

Utuk selanjutnya di sebut sebagai PEMOHON II;

(23)

11

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (kapolri) Cq., Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Jogjakarta ( Kapolda D.I.J) Cq., Kepala Kepolisian Resort Bantul (Kapolres Bantul) ;

Selanjutnya di sebut sebagai TERMOHON;

Pada hari jum’at tanggal 23 januari 2015, PARA PEMOHON sedang berada di

rumahnya di pasekam lor RT 02/03, Balecatur, Gamping, Sleman, D.I.Y. PARA PEMOHON sedang bersama ANDRI SEPTIANTO, dan beberapa temannya yaitu MAULANA RUSADI, DENI ARMOKO dan HERU TRI SASONGKO.Tiba-tiba di rumah tersebut di datangi oleh orang-orang (kurang dari 8-9 orang) yang tidak menyebut identitas secara jelas dan lengkap. Kemudian tanpa permisi terlebih dahulu dan dengan membuat kegaduhan dengan cara kasar langsung masuk ke rumah para pemohon dengan membuat kegaduhan dan keributan serta mengaku sedang mencari Maulana dan Pemohon I yaitu Andrias Riwanto.Orang-orang tersebut di ketahui ialah petugas polres bantul, mereka juga tidak menunjukan surat-surat yang terkait, baik surat tugas, surat perintah, surat izin, maupun surat resmi lainnya kepda siapapun di rumah tersebut termaksud kepada Pemohon I, teman-temannya atau keluarga Pemohon II yaitu ibu Asih sudarsih.

(24)

12

a. Handphone mereksamsung young duos, warna hitam, milik Andrian Septiyanto;

b. Handphone merek k-fone Querty, warna hitam, milik Heru Tri Sasongko; c. Handphone merek ever cross A 7, warna putih, milik Deni Armoko;

d. Handphone merek ever cross C6P, warna putih, milik Pemohon II PRAPERADILAN;

e. Handphone merek HTC, warna hitam keabu-abuan, milik Andrian Septiayanto;

Barang-barang tersebut di atas, petugas juga membawa 3 (tiga) unit sepeda motor yang terdiri dari:

a. Sepeda motor merek Suzuki Skydrive, warna silver, nomor polisi AB 2971 GF, beserta STNK motor ikut disita atas nama SRI FATIMAWATI, yang merupakan pemilik PEMOHON I;

b. Sepeda motor merek Yamaha Mio Soul,warna hitam, Nomor polisi AB 2563 RA, atas nama ELEANORA KUSUMADEWI, yang merupakan pemilik PEMOHON II;

c. Sepeda motor merek Suzuku Satria-FU 150 (CKD), warna hitam nomor polisi AB 2139 AN, atas nama SENI TRI WINI< yang merupakan milik heru tri sasongko;

(25)

13

Pemohon I, Andri, Maulana, Deni, dan Heru di bawa paksa oleh petugas dengan 2 (dua) unit mobil, yang mana PEMOHON I , Andri, Maulana, dan Deni di bawa dengan menggunakan mobil mini bus sejenis toyota Avanza dengan di jaga oleh 2 (dua) orang pertugas berpakaian bebas. Heru terpisah dan dimaksukkan ke dalam mobil citycar sejenis honda jazz yang di jaga 1(satu) orang petugas segaligus menjadi sopir. Sebelumnya Pemohon I di masukan ke dalam mobil dengan keadaan tangan dan mata dilakban oleh petugas sehingga tidak dapat melihat dan tangan masing-masing tidak dapat digerakkan.Selama perjalanan Pemohon I di ancam paksa untuk mengakui bahwa Pemohon I adalah Pelaku Tindak Pidana Pencurian dengan kekerasan.

Ternyata Pemohon I di bawa dan di kumpulkan di suatu ruangan dengan kondisi mata dan tangan dilkaban dan di bentak-bentak, di ancam bahkan di siksa dengan tidak manusiawi serta dipaksa untuk mengakui bahwa Pemohon I adalah pelaku. Penyiksaan dan penganiayaan kepada Maulana mengalami koma dan dirawat di RSUD Yogyakarta, yang kemudian dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 1 febuari 2015 sekitar pukul 09.15 WIB.

Sekitar pukul 15.30 WIB (Azan Ashar) pada hari dan tanggal tersebut di atas, PEMOHON I, Andri, Deni, dan Heru diturunkan di halaman kantor kepolisian resto bantul, sehingga mendapat keyakinan bahwa petugas dari Polres Bantul (TERMOHON). Keempatnya lalu di periksa lebih lanjut oleh penyidik bagian reserse Kriminal Polres Bantul.

(26)

14

keluarganya sampai dengan permohonan praperadilan ini dilayangkan.perbuatan termohon telah melakukan Penangkapan, Penggeledahan, Penyitaan dan Penahanan tersebut telah melanggar pasal 77 KUHAP.

Menurut Pasal 18 ayat (1) KUHAP disebut bahwa peelaksanaan tugas penangkapan dilakaukan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah Penangkapan, Karna itu berdasarkan Pasal 18 ayat (1) KUHAP tersebut penangkapan yang dilakukan oleh TERMOHON atas PEMOHON I yang tanpa pernah memperlihatkan surat tugas perintah penangkapan adalah tidak sah.

Menurut Pasal 18 ayat (3) KUHAP disebutkan bahwa tembusan surat perintah penangkapan harus diberikan kepada keluarganya segera setelah penangkapan dilakukan, karna itu berdasarkan Pasal 18 ayat (3) KUHAP tersebut maka penangkapan atas PEMOHON I yang tanpa pernah memberitahukan dan memberikan tembusan surat perintah penangkapan adalah tidak sah.

Pada hari sabtu, tanggal 24 januari 2015 TERMOHON telah melakukan penahanan terhadap diri PEMOHON I. Menurut Pasal 21 ayat (3) KUHAP disebutkan bahwa tembusan surat perintah penahanan harus diberikan kepada surat perintah penahanan harus diberikan kepada keluarga, oleh karna itu , berdasarkan Pasal 21 ayat (3) KUHAP, penahanan atas PEMOHON I tanpa pernah memberikan tembusan surat perintah penahanan kepada keluarga PEMOHON I adalah tidak sah.

(27)

15

pada diri PEMOHON I untuk dapat ditetapkan sebagai pelaku tindak pidanan pencurian dengan kekerasan, dengan demikian TERMOHON telah melanggar prosedur hukum acara yaitu melanggar Pasal 17 KUHAP dan Pasal 20 KUHAP. Selain melalukan penangkapan pada hari dan tanggal tersebut di atas TERMOHON juga melakukan penggeledahan rumah PEMOHON I secara tidak sah, bahwa dalam melakukan penggeledahan rumah tersebut di atas TERMOHON nyata-nyata melanggar ketentuan dan prosedur dalam KUHAP karena :

a. Penggeledahan tersebut dilakukan tanpa izin ketua pengadilan negeri setempat ( melanggar Pasal 33 ayat (1) KUHAP;

b. Dalam melakukan pelanggaran, TERMOHON tidak menunjukan tanda pelangenalannya ( melanggar Pasal 125 KUHAP);

c. Tidak ada 2 (dua) orang saksi atau kepala desa atau ketua lingkungan, ketika TERMOHON memasuki rumah PEMOHON I (melanggar Pasal 33 ayat (3) dan (4))

Demikian halnya dengan penyitaan yang dilakukan oleh TERMOHON yang jelas-jelas melanggar ketentuan dan prosedur dalam KUHAP, karna penyitaan tersebut dilakukan tanpa izin ketua pengadilan negeri setempat (melanggar Pasal 38 ayat (1) KUHAP ) terhadap penyitaan terhadap barang-barang yaitu :

a. Handphone mereksamsung young duos, warna hitam, milik Andrian Septiyanto;

(28)

16

c. Handphone merek ever cross A 7, warna putih, milik Deni Armoko;

d. Handphone merek ever cross C6P, warna putih, milik Asih sudarsih (PEMOHON II);

e. Handphone merek HTC, warna hitam keabu-abuan, milik Andrian Septiayanto;

f. Sepeda motor merek Suzuki Skydrive, warna silver, nomor polisi AB 2971 GF, besertax STNK motor ikut disita atas nama SRI FATIMAWATI, yang merupakan pemilik PEMOHON I;

g. Sepeda motor merek Yamaha Mio Soul,warna hitam, Nomor polisi AB 2563 RA, atas nama ELEANORA KUSUMADEWI, yang merupakan pemilik PEMOHON II;

h. Sepeda motor merek Suzuku Satria-FU 150 (CKD), warna hitam nomor polisi AB 2139 AN, atas nama SENI TRI WINI ,yang merupakan milik heru tri sasongko;

Jelas-jelas melanggar Pasal 39 ayat (1) huruf a dan e, karna barang-barang tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan tindak pidana yang dilaporkan, sebagaimana dimaksud dalil PEMOHON I, tindakan TERMOHON dalam melakukan penggeledahan dan penyitaan adalah tidak sah dan tidak berdasar menurut hukum.

(29)

17

memaksa, mengancam dan menyiksa merupakan tindakan yang semena-mena dan jelas tidak beralasan.

Perbuatan TERMOHON tersebut telah melanggar dan bertentangan dengan hukum acara , melanggar Pasal 13,14, dan 19 UU RI Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, melanggar Pasal 6 dan Pasal 10 peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2006 tentang kode etik Profesi Polri, serta melanggar Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia pasal 1 ayat (1), Pasal 2, Pasal 7 sampai dengan Pasal 9. TERMOHON juga tlah melanggar asas Praduga tak bersalah, tidak menghormati hukum, serta menangkap disertai alasan dan alat bukti yang kuat. Perbuatan TERMOHON juga merupakan yang tidak seharusnya dan selayaknya dilakukan oleh TERMOHON sebagai salah satu pilar penegak oleh TERMOHON sebagai salah satu pilar penegak hukum yang yang bertugas melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat sehingga dak ada bedanya perbuatan TERMOHON tersebut dengan preman-preman atau orang-orang yang mengesahkan masyarakat, yang selama ini menjadi lawan dari TERMOHON dalam menjunjung tinggi keamanan, ketertiban dan kenyamanan masyarakat.

(30)

18

(31)

19 BAB III

MASALAH HUKUM

Berdasarkan uraian di atas, Terdapat beberapa masalah hukum antara lain sebagai berikut :

A. Bagaimanakah Tuntutan Sah atau Tidaknya Penahanan, Penangkapan, Penggeledahan dalam diperkara praperadilan?

(32)

20 BAB IV

RINGKASAN PUTUSAN

Penetapan perkara praperadilan Nomor : 01/PID.PRAD/2015/PN.Btl

Dalam kasus ini penetapan perkara praperadilan Nomor 01/PID.PRAD/2015.PN.Btl yang ditetapkan pada hari Rabu, tanggal 25 Maret 2015 oleh Hakim Pengadilan Negeri Bantul memberikan Penetapan sebagai berikut :

1. Mengabulkan Permohonan Praperadilan para pemohon;

2. Menyatakan secara Hukum penangkapan atas diri PEMOHON 1 adalah melawan hukum tidak sah;

3. Menyatakan secara hukum penahanan atas diri Pemohon 1 adalah melawan hukum dan tidak sah;

4. Menyatakan secara hukum penggeledahan rumah dan penyitaan oleh barang-barang yang dilakukan oleh TERMOHON antara lain :

a. Sepeda motor merk Suzuki skydrive, warna silver nomor polisi AB 2971 GF beserta STNK motor atas nama SRI FATIMAH, yang di sita dari ASIH SUDARSIH(Pemohon II);

(33)

21

KUSUMADEWI, yang di sita dari ASIH SUDARSIH (pemohon II) dinyatakan tidak sah;

5. Membebaskan pemohon I dari segala bentuk dan jenis penahanan; 6. Memerintahkan termohon untuk mengembalikan barang-barang

yang telah di sita yang telah di jelaskan pada uraian nomor 4 di atas ;

7. Menolak gugatan para pemohon selain dan selebihnya

(34)

22 BAB V

PERTIMBANGAN HUKUM

Pertimbangan Hukum Pengadilan Negeri Bantul Dalam Perkara Pencurian dengan tidak kekrasan

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Permohonan para pemohon adalah sebagaimana telah terurai :

Menimbang, bahwa hukum tidak identik dengan keadilan, keadilan hakikatnya adalah merupakan cita-cita atau tujuan akhir yang hendak dicapai oleh setiap manusia pencari keadilan. Sedangkan, saranan yang menemukan dan memperoleh keadilan secara intergral terdiri dari 2 (dua) alternatif, yaitu yang pertama melalui jalur hukum dan yang kedua melalui jalur non hukum;………

Menimbang, bahwa oleh karna hukum hakikatnya hanyalah merupakan saranan alternatif bagi pencari keadilan untuk menemukan dan memperoleh keadilan, maka dalam hukum acara pidana nasional dikenal suatu konsepsi penegak hukum pidana yang berwawasan keadilan yang memiliki komitmen untuk menemukan dan memperoleh keadilan materiil bagi pencari keadilan. Bahwa keadilan materiil dalam penegakan hukum pidana tersebut di atas secara intergral mencakup 3 (tiga) tipikologi yang berupa :

Kepastian hukum, kemanfaatan, dan kasih sayang.

(35)

23

menemukan keadilan materiil, hakum tidak bisa secara terus menerus atau secara imperaktif: membelenggu dirinya sendri dan/atau dibelenggu dengan peraturan perundang-undangan yang hanya dipahami sebagai suatu kumpulan aturan hukum yang bersifat baku dan rigit, meskipun bunyi teks pasal-pasal dalam undang-undang bersangkutan secra konkrit menjadi salah satu sumber hukum formal bagi hukum dalam mengadili perkara yang diajukan kepadanya.

Menimbang, bahwa problematika hukum yang lazim menjadi hambatan dalam perjuaangan hakim untuk mencari keadilan materiil dalam praktek peradilan selama ini pada pokoknya, sebagai berikut.

Yang pertama, relatif mudah ditemukan adanya Rumusan-rumusan ketentuan

hukum pidana dalam peraturan perundang-undangan terkait yang tidak jelas, bersifat ambiguitas dan atau tidak lengkap.

Yang kedua, produk ketentuan hukum pidana dalam peraturan

perundang-undangan yang tersedia tidak mengakomodir atau mengatur dalam masyarakat;….

Menimbang, bahwa jika dalam prakteik peradilan hakim menemukan adanya rumusan ketentuan hukum pidana dalam peraturan perundang-undangan terkait yang tidak jelas, bersifat ambiguitas dan atau tidak lengkap, maka hakim harus menemukan makna frasa dari praturan perundang-undangan terkait melalui pendekatan keilmuan, yaitu dengan cara melakukan penemuan hukum

(36)

24

Menimbang, bahwa landasan yuridis formil konsepsi pemikiran hakim tersebut di

atas berasal dari 4 (empat) sumber :………..

Pertama, Asas Penyelanggaraan Kekuasaan Kehakiman yang di atur dalam ketentuan pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menetapkan secara expressis verbis, bahwa :

“Peradilan dilakukan “DEMI KEADILAN YANG BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA:

Sedangkan, penjelasan dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Berbunyi :

“Peradilan dilakukan “DEMI KEADILAN YANG BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA” adalah sesuai dengan pasal 29 Undang -undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menentukan bahwa Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kemredekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk memeluk agamanya dan kepercayaannya itu”;

Kedua, ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menetap secra expressis verbis, bahwa :

“Hakim dan hakim konstitusi wajib mengadili mengikuti dan memahami nilai -nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”;

(37)

25

“Ketentuan ini di maksud agar putusan hakim dan hakim konstitusi sesuai

dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat”;

Ketiga, ketentuan Pasal 10 ayat (1) undang-undang 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman yang menetapkan secara expressis verbis, bahwa:

“Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu

perkara yang diajukan dengan dalil bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melaikan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”;

Penjelasan ketentuan Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang kekuasaan kehakiman banya berbunyi:

“Cukup jelas”;

Keempat, Mazmur, 94:15 yang berbunyi :

“Sebab hukum akan kembali pada keadilan dan akaan diikuti oleh semua orang

yang tulus hati”;

Keempat, Putusan Mahkamah Agung R.I., Regno: 395/Pid/1995 yang pada pokoknya, berbunyi :

(38)

undang-26

(39)

27 BAB VI

ANALISIS

A. Tuntutan Sah atau Tidaknya Pengeledahan, Pengangkapan, Penahanan Dalam Perkara Praperadilan

Masalah kewenangan untuk mengajukan peraturan secara jelas sudah di atur siapa saja yang mengajukan adalah KUHAP. Tuntutan sah atau tidaknya penahanan, penangkapan, penggeledahan dinyatakan tidak sah jika prosedur yang ada dan bukti belum kuat, sebaliknya jika tuntutan itu sah maka prosedurnya sesuai aturan dan alat buktinya cukup.9

Penangkapan merupakan pembatasan kebebasan dan hak asasi seseorang. Tapi harus diingat, semua tindakan penyidik yang bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan pembatasan hak asasi seseorang, adalah tindakan yang benar-benar diletakkan pad proporsi untuk kepentingan pemeriksaan, dan benar-benar sangat diperlukan sekali. Jangan disalah gunakan dengan cara yang terlampau murah, sehingga setiap langkah tindakan yang dilakukan oleh penyidik, langsung menjurus ke arah penangkapan.

Penangkapan yang dilakukan dalam proses penyidikan harus tetap

menghormati asas praduga tidak bersalah (persumption of innocence). Penerapan

9

(40)

28

asas praduga tak bersalah tidak lain adalah untuk melindungi kepentingan hukum dan hak-hak tersangka dari kesewenang-wenangan kekuasaan para aparat penegak hukum. Oleh sebab itu tindakan penangkapan sebagai pengekangan hak seseorang yang juga tetap menjamin pelaksaan hak asasi tersangka. Tersangka tetap

memiliki hak untuk diperlakukan wajar dan manusiawi.Tersangka memiliki hak untuk melakukan praperadilan atas sah/ tidaknya penangkapan Pasal 1 butir 20.10

Penegasan isi putusan atau penetapan permohoan praperadilan sebagaimana ditegaskan dalam pasal 82 ayat 2 ayat 3 KUHAP. Dengan mencermati pasal 82, mengemukakan amar penetapan praperadilan dapat berupa:

Sah atau tidaknya penangkapan atau penahan Jika dasar alasan permintaan yang diajukan permohonan berupa permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya penangkapan atau penahanan yang ditegaskan dalam pasal 97, maka amar penetapannyapun harus memuat pernyataan tentang sah atau tidaknya penangkapan atau penahanan.

Sesuai Pasal 33 ayat (1) KUHAP hanya penyidik yang dapat melakukan penggeledahan rumah dengan surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat.Dalam hal rumah yang akan digeledah terletak di wilayah hukum Pengadilan Negeri yang lain, maka Ketua Pengadilan Negeri dari daerah tersebut hanya mengetahuinya.

Apabila perkara yang bersangkutan belum dilaporkan kepada Pengadilan Negeri di tempat kejadian perkara yang menurut ketentuan yang berlaku adalah Pengadilan Negeri yang berwenang mengadili perkara tersebut, maka Ketua Pengadilan Negeri dalam wilayah hukum dimana rumah tersebut terletak, wajib

10

(41)

29

memberi izin penggeledahan. Dalam tindak pidana koneksitas yang berwenang memberi izin penggeledahan adalah Ketua Pengadilan dimana perkara tersebut akan diajukan.

Keadaan yang sangat perlu dan mendesak penyidik dapat melakukan penggeledahan tanpa terlebih dahulu memperoleh izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat (Pasal 34 KUHAP), dengan kewajiban segera melaporkan hal tersebut kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat untuk memperoleh persetujuan. Kata segera adalah waktu yang wajar pada kesempatan yang pertama apabila situasi dan kondisi sudah memungkinkan, dan terhadap permohonan persetujuan tersebut Ketua Pengadilan Negeri tidak boleh menolak.11.

Menurut pendapat penulis, Hakim Pra Peradilan hanya dapat menetapkan sah atau tidakan suatu tuntutan penangkapan, penahanan, dan penggeledahan yaiyu jika bantaknya bukti yang di miliki secara kuat. Dan berdasarkan dari keterangan saksi maupun ahli yang telah di sumpah untuk menyatakan kebenaran yang telah terjadi di dalam kasus ini.

Seorang tersangka, terdakwa, terpidana dapat mengajukan tuntutan pra praperadilan jika penahanan, penangkapan, penggeledahan, pengadilan dan tindakan lain (tindakan diluar penangkapan, penahanan, penyidikan, penuntutan, dan tindakan tersebut memang tidak seharusnya dilakukan kepada tersangka oleh aparat penegak hukum) atas dirinya tanpa alasan yang berdasarkan UU atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan. Perbuatan

11

(42)

30

aparat penegak hukum syarat-syaratnya antara lain adanya penghentian penyidikan, penghentian penuntutan, dsb yang diminta melalui praperadilan.12

Berdasrkan putusan perkara praperadilan Nomor 01/PID.PRAD/2015/PN.Btl dapat diketahui bahwa tuntutan sah atau tidaknya penggeledahan, penangkapan, penahanan dalam perkara ini boleh dilakukan dikarenakan dari yang sudah di lihat bahwa si pemohon sudah jelas mengalami tindakan yang kurang menyenangkan dalam prosedur penggeledahan, penangkapan, penahanan.

B. Alasan Hakim Mengabulkan Praperadilan Dalam Perkara Nomor : 01/PID.PRAD/2015/PN.Btl Tentang Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan dan Pasal yang Menguat Hakim Mengabulkan Permohonan

Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan di Persidangan menemukan fakta hukum, pada pokoknya sebagai berikut :

1. Bahwa pada hari jum’at, tanggal 23 januari 2015 IPDA Supriyadi, S.H., bersama dengan 11 (sebelas) Anggota Kepolisian dari Polres Bantul melakukan penangkapan terhadap 5 (lima) orang, yaitu Andrias Riwanto, Andri Septiyanto, Heru Tri Sasongko, Deny Armoko dan Maulana Rusadi di teras sebuah rumah yang selama ini menjadi tempat tinggal Andrias Riwanto, Andrias Septiyanto dan Asih Sudarsih yang beralamat di Pasekan Lor RT. 02/03, Kelurahan Balecatur, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewah Jogjakarta.

12

(43)

31

2. Bahwa ketika di tangkap, baik Andrias maupun Andri septiyanto, heru, deni maupun maulana relatif bersikap koopratif dan atau tidak ada yang melakukan perlawanan dengan cara-cara kekerasan kepada petugas kepolisian

3. Setelah ditangkap lalu mereka dibawa pergi kesebuah tempat yang dikenal dengan nama pyramid yang terletak disekitar jalan parangteritis, bantul oleh Anggota Kepolisian dari polres bantul yang bersangkutan, naik kendaraan roda empat dalam keadaan kedua tangan mereka diikat dengan menggunakan flakban, dan kedua mata mereka masing-masing ditutup dengan kaos yang diikat dengan menggunakan flakban

4. Bahwa saat dilakukan penagkapan baik Andrias, Andri, heru, deny maupun maulana tidak didampingi penasihat hokum

5. Bahwa didalam alat bukti surat ekspedisi penyidik tidak ada tanda tangan si penerima surat perintah perpanjangan penahanan tersangka Andrias Nomor : B285/0.4.13/Epp.1/02/2015 tanggal 10 febuari 2015

6. Ketika melakukan tindakan pemasukan dan penggeledahan rumah yang selama ini menjadi tempat tinggal pemohon, petugas kepolisian polres bantul bersangkutan tidak di dampingi oleh 2 (dua) orang saksi yang kedua-duanya berasal dari warga lingkungan dan atau didampingi oleh kepala desa dan ketua lingkungan bersangkutan ( kepala RT atau kepala RW)

(44)

32

kepolisian polres bantul bersangkutan tidak didampingi oleh penyidik dari daerah hukum dimana penggeledahan itu dilakukan, dalam konteks ini penyidik dari wilayah hukum polres sleman.

Dalam sidang Pengadilan Negeri Bantul yang berlangsung di gedung yang digunakan untuk itu di jalan Prof. DR.Soepomo,SH No.4 Bantul, Pada hari Rabu tanggal 18 Maret 2015, pukul 13.00 WIB, dalam perkara Praperadilan antara:

Andrias Riwanto sebagai Pemohon I, Umur 28, Pekerjaan Wirasuwasta, Beralamat di pasekan Lor RT 02/03, Belacur, Gamping Sleman, Kota Yogyakarta.

Asih Sudarsih Sebagai Pemohon II, Umur 46 Tahun, Pekerjaan Wiraswasta, Beralamat di Pasekan Lor RT 02/03, Belacur, Gamping Sleman, Kota Yogyakarta. Dengan ini Pemohon mengajukan Permohonan PraPradilan terhadap

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri),c.q.Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Kapolda D.I.Y) c.q. Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Bantul Sebagai Termohon.

Amar putusan menyebutkan bahwa

Mengabulkan permohonan Praperadilan pemohon untuk sebagian;

a. Menyatakan secra Hukum Penangkapan atas diri Pemohon I adalah melawan hukum dan tidak sah;

(45)

33

c. Menyatakan secara hukum penggeledahan rumah dan penyitaan barang-barang yang dilakukan oleh Termohon tidak sah;

d. Membebaskan Pemohon I dari segala bentuk dan jenis penahanan;

e. Memerintahkan Termohon untuk mengembalikan barang-barang yang telah disita;

f. Menolak gigatan para pemohon selain dan selebihnya;

g. Membebankan biaya perkara kepada termohon sejumlah Nihil;

Dalam sidang tersebut kurang nya barang bukti untuk memperkuat bahwa Termohon telah melakukan tindakana diluar dari KUHAP yang mengatur tentang prosedur praperadilan, dan semua nya di luar prosedur dari mulai, penangkapan, surat-surat yang di ajukan kepada termohon, penahanan, penyitaan barang, dan penggeledahan.

Pertimbangannya, hakim menyebutkan secara formal, termohon telah terbukti melakukan pelanggaran KUHAP dalam prosedur yang dilakukan oleh termohon. Masalah yang terjadi dalam kasus ini adalah telah dilakukannya penggeledahan rumah, penangkapan dan penahanan secara tidak sah, karna tidak didasari oleh hukum yang berlaku. Penggeledahan yang dilakukan tanpa izin dari ketua Pengadilan Negeri setempat dan tidak di dampingi oleh kepala desa atau serta tidak di saksikan oleh kedua orang saksi dari penduduk setempat.

(46)

34

kekerasan. Seharusnya petugas kepolisian tidak mengikat tangan mereka dengan flakban dan menutup mata dengan kaos yang diikat. Cara tersebut tidak dilakukan oleh petugas Kepolisian karna tidak sesuai dengan cara yang diatur oleh peratuaran Perundang-undangan yang berlaku. Adanya syarat penangkapan, penahanan, serta penyitaan barang bukti terhadap tersangka Andrias Riwanto yang tidak di penuhi oleh aparat kepolisian.Pokok perkara bisa di lanjutkan karna yang di gugat di praperadilan bukan pokok perkara.

Pada pasal 28 KUHAP menyatakan gugatan praperadilan gugur saat berkas perkara diperiksa pengadilan. Namun hakim menafsirkan, pemeriksaan oleh pengadilan itu dilakukan saat sidang di mulai, bukan saat berkas dilimpahkan ke pengadilan. Sehingga hakim praperadilan memutuskan penetapan menyidangkan gugatan praperadilan dengan tidak menggugurkannya.

(47)

35 BAB VII

KESIMPULAN

Setelah melakukan analisis berdasarkan penelitian kepustakaan maupun penelitian terhadap kasus-kasus pelaksanaan praperdilan di Pengadilan Negeri Bantul, maka penulis menyimpulakan sebagai berikut :

A. Jika dasar alasan permintaan yang diajukan permohonan berupa permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya penangkapan atau penahanan dan penggeledahan yang ditegaskan dalam pasal 97 KUHAP, pemohon mengajukan tuntutan atas dasar tidak terimanya tindakan yang dilakukan oleh penyidik dalam melakukan penangkapan, penahanan dan penggeledahan.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah, 2010, Hukum Acara Pidana, Jakarta, Sinar Grafika.

Djoko Prakoso, 1984, Upaya Hukum yang di atur dalam KUHAP, jakarta, Ghalia Indonesia.

O.C.Kaligis, 2006, Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi Tersangka, Terdakwa, dan Terpidana, Bandung, PT.Alumni.

R. Soenarto Soerodibroto, 2003, KUHP dan KUHAP, Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Read, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

S. Tanusubroto, 1983, Peran Pra Peradilan Dalam Hukum Acara Pidana, bandung, Penerbit Alumni.

M.Yahyah Harahap, 2013, Pembahasan Permasalahan dan penerapan KUHAP, Jakarta, Sinar Grafika.

Sudikno Mertokusumo, 2009, Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi ke Delapan, Yogyakarta, Liberty.

Loebby Loqman, 1990, Pra-Pradilan Di Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia. Darwan Prinst, 1993, Praperadilan dan Perkembangan di dalam Prakteknya,

Bandung, P.T Citra Aditya Bakti.

Leden Marpuang, 1992, Proses penanganan Perkara Pidana Bagian Pertama Penyidikan dan Penyelidikan, Jakarta, Sinar Grafika.

(49)

M. Karjadi dan R. Soesilo, 1997, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dengan Penjelasan Resmi dan Komentara, Bogor, Politeia.

Mukti Fajar ND dan Yulianto Ahmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normative dan Empiris, Yogyakarta, Pustaka Belajar.

Peraturan Perundang-undangan

Undang- Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Undang-Undang Nomer 8 Tahun 1981 KUHAP

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1997 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Putusan Mahkma Konstitusi nomor 21/PUU-XII/2014

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 92 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan KUHAP

Kekuasaan Kehakiman No 48 Tahun 2009 Internet

Menurut

Hartonohttps://www.academia.edu/12506263/PRA_PERADILAN_DALA M_MEMUTUSKAN_PENETAPAN_TERSANGKA 25/04/2016/16:59.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, masalah penelitian dapat dirumuskan yaitu, “bagaimana keberdayaan masyarakat yang terbentuk dalam memanfaatkan sumber daya keruangan yang ada di

+DVLO DQDOLVLV SHWURJUD¿ EDWXDQ VHGLPHQ GDQ RUJDQLN Scanning Electron Microscope (SEM) dan geokimia (TOC, rock-eval pyrolysis, GDQ JDV NURPDWRJUD¿ SDGD EHEHUDSD

dimana telah diketahui bahwa cikal bakal pensyarahan hadits yaitu dari adanya gharib al- hadits, dan pemaknaan terhadap gharib hadits juga sudah diketahui berbagai

Untuk mendapatkan sebuah citra baru yang merupakan pengolahan citra asli menjadi citra atau gambar yang seolah – olah timbul pada objek, dapat kita dapatkan dengan menkonvolusi

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan segala rahmat dan anugrah-Nya, tidak lupa shalawat serta salam kita ucapkan kepada junjungan kita Nabi

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, penulis merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Pinjaman Tanpa Jaminan pada Badan Amil

• Aspal yang telah dimodiifikasi dengan bahan lain untuk meningkatkan kinerja, umumnya bahan tambah yg digunakan adalah SBS.

Secara khusus partisipasi lebih seorang manajer dalam keikutsertaan selama proses penyusunan anggaran menumbuhkan rasa keadilan yang lebih tinggi, yang meningkatkan pula