• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sosial (social development); pembangunan yang berwawasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sosial (social development); pembangunan yang berwawasan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1 Latar Belakang

Indonesia terkenal dengan potensi sumber daya alamnya yang melimpah. Namun, sering ditemukan pemanfaatan sumber daya alam oleh pelaku pembangunan yang hanya berorientasi pada kemajuan ekonominya tanpa memperdulikan kelestarian lingkungannya. Pengelolaan sumber daya alam yang optimal membutuhkan gabungan dari 3 (tiga) paradigma pembangunan, yaitu pembangunan sosial (social development); pembangunan yang berwawasan lingkungan (environmental development); dan pembangunan yang berpusatkan pada rakyat (people centered development) untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Rawa Pening memiliki sumber daya alam yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Ditinjau dari sumber daya airnya, pemanfaatan air oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, sebagai air irigasi, pembangkit tenaga listrik, perikanan tangkap dan budidaya dan lain sebagainya. Sedangkan pemanfaatan sumber daya lahan yang dilakukan oleh masyarakat, antara lain untuk lahan pertanian, perikanan darat, peternakan, perkebunan dan lain sebagainya.

Masyarakat di kawasan Rawa Pening memiliki sumber penghasilan keluarga yang masih sangat bergantung dari hasil pertanian dan perikanan.

(2)

Masyarakat memiliki peluang untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial ekonominya melalui peningkatan produktivitas kerja mereka sebagai petani atau nelayan. Asumsi ini dapat dibuktikan dengan tersedianya daya dukung potensi sumber daya alam yang melimpah. Sebagai contoh potensi perikanan di perairan Rawa Pening adalah sebesar 1.142,7 ton/tahun dan untuk produksi padinya sebesar 46.264 ton/tahun (Kabupaten Semarang dalam Angka 2012).

Namun sebagian besar masyarakat yang bermukim di kawasan Rawa Pening masih berada di tingkat keluarga pra sejahtera. Menurut BKKBN keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan mencerminkan suatu kondisi kehidupan yang dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat penghasilan yang mereka terima untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Persoalan kemiskinan yang mereka hadapi adalah persoalan ketidakmampuan mereka untuk mengenali serta memanfaatkan potensi sumber daya manusia seperti potensi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi mereka.

Di samping itu, peran pemerintah daerah belum optimal. Pemerintah daerah seyogyanya mampu memberikan lingkungan usaha yang kondusif bagi masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab menyediakan sarana dan prasarana fisik maupun bantuan modal.

(3)

Masyarakat yang berdaya merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat, melalui perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Dengan demikian pemberdayaan merupakan konsep yang berhubungan dengan kemampuan (keberdayaan) masyarakat dalam pengertian terjadinya proses perubahan dari ketergatungan kepada kemandirian.

Kebijakan otonomi daerah bagi masyarakat akan memberikan ruang bagi pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Permasalahan serius yang menyebabkan kondisi masyarakat yang tidak berdaya atau kurang berdaya antara lain disebabkan terbatasnya peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan. Sebagai akibatnya, kesejahteraan masyarakat tetap tidak terangkat oleh potensi-potensi tersebut.

Kurangnya koordinasi dan kerjasama antara pelaku pembangunan, juga turut memberi andil yang besar terhadap persoalan yang membuat potensi yang ada kurang terkelola dengan baik. Hal itu lebih diperburuk lagi oleh kemiskinan masyarakat, dan pengelolaan tata ruang ekosistem danau yang buruk. Padahal, untuk memanfaatkan ruang secara terpadu dan terencana serta terkendali, dalam konsep ini yang terpenting adalah bagaimana masyarakat dapat lebih diberdayakan di era desentralisasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberdayaan masyarakat selama ini dalam memanfaatkan sumber daya keruangan yang ada sebagian besar hanya sebatas di sektor pertanian dan perikanan. Perlu adanya

(4)

kajian lebih dalam agar dapat menemukan keberdayaan yang terbentuk dari korelasi antara sumber daya manusia dengan sumber daya keruangan yang ada. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Keberdayaan Masyarakat dalam Memanfaatkan Sumber Daya Keruangan di Kawasan Rawa Pening Kabupaten Semarang”.

1.2 Rumusan Masalah

Paparan dalam latar belakang masalah mengetengahkan tentang pentingnya peran masyarakat dalam pembangunan. Ulasan peran serta masyarakat lebih menjurus pada “keberdayaan masyarakat” atau daya/kemampuan masyarakat. Keberdayaan masyarakat ini difokuskan di kawasan Rawa Pening Kabupaten Semarang.

Rawa Pening memiliki sumberdaya alam yang sangat melimpah. Namun jika ditinjau pemanfaatan sumberdayanya dirasa masih kurang. Baik dari segi pemanfaatan potensi yang ada maupun mengatasi masalah yang mereka hadapi. Dengan demikian, masalah penelitian dapat dirumuskan yaitu, “bagaimana keberdayaan masyarakat yang terbentuk dalam memanfaatkan sumber daya keruangan yang ada di kawasan Rawa Pening?”

1.3 Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan dan mengkaji bentuk keberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya keruangan yang ada.

(5)

1.4 Manfaat Penilitian

Objek kajian dalam penelitian ini memiliki arti penting untuk diteliti karena sangat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu perencanaan kota dan daerah dan menambah literatur mengenai keterkaitan ruang dengan nilai sosial budaya, lingkungan dan ekonomi masyarakat.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan khususnya bagi pelaku pembangunan (stakeholder) yang berwenang mengambil/membuat kebijakan pemanfaatan ruang yang optimal dan terpadu ditinjau dari potensi keberdayaan masyarakat yang absolut dan potensi sumber daya keruangannya.

1.5 Ruang Lingkup

1.5.1 Ruang lingkup wilayah studi

Danau Rawa Pening memiliki luas ± 2.667 ha. Ditinjau dari astronomi terletak pada 7004’-7030’ LS dan 110011-110044’ BT, berada di ketinggian antara 455-465 meter di atas permukaan laut serta dikelilingi oleh empat pegununungan yaitu Gunung Telomoyo, Merbabu, Kendali Sodo, dan Ungaran. Letak danau ini sangat strategis karena berada di tepian jalan raya nasional Semarang-Solo dan

(6)

Semarang-Yogyakarta, serta berada di jalan antar Kota Ambarawa-Kota Salatiga. Secara administratif Rawa Pening berada di Kabupaten Semarang dan terletak di empat kecamatan yaitu Kecamatan Bawen, Ambarawa, Banyubiru, dan Tuntang.

1.5.2 Ruang lingkup penelitian

Dalam penulisan ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan pada Kemandirian dan Intervensi Sebagai Basis Keberdayaan Masyarakat Kawasan Rawa Pening.

(7)

Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian “Kemandirian dan Intervensi Sebagai Basis Keberdayaan Masyarakat Kawasan Rawa Pening” dengan Penelitian Keberdayaan Lain”

No. Peneliti Judul Penelitian Materi Penelitian Lokasi Hasil Penelitian

1. Nour Farozi Agus Keberdayaan dan Strategi Pelaksanaan Penyuluhan Masyarakat Nelayan Kota Bengkulu

 Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberdayaan masyarakat nelayan Kota Bengkulu  Menetapkan strategi pelaksanaan

penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat nelayan Kota Bengkulu

Kota Bengkulu

Masyarakat pesisir nelayan Kota Bengkulu masih dalam kondisi yang belum berdaya dilihat dari mutu sumber daya manusia nelayan yang relatif rendah

2. Miftah Rahmawati Keberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Usaha Tani Mangga Malam di Desa Watugajah Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunung Kidul

 Mendeskripsikan motivasi sebagian besar masyarakat dalam pengembangan usaha tani mangga malam di Desa Watugajah  Untuk mengetahui keberdayaan

masyarakat di Desa Watugajah dalam tiga tahun terakhir (2004–2006) dalam pengembangan usaha tani mangga malam di Desa Watugajah

 Untuk mengetahui hubungan antara peranan outsiders dan keberdayaan masyarakat dalam pengembangan usaha tani mangga malam di Desa Watugajah

Desa Watugajah Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunung Kidul

Dalam proses pemberdayaan jika peranan penyuluh dan pemerintah dibuat semakin tinggi maka peranan masyarakat akan semakin rendah. Ini terjadi karena masyarakat menjadi tidak mandiri

(8)

No. Peneliti Judul Penelitian Materi Penelitian Lokasi Hasil Penelitian 3. Michelle Risha

Purwanty Suyanto

Kualitas Peran dan Kapasitas Keterlibatan Masyarakat Sebagai Faktor Pendukung Keberdayaan

Masyarakat dalam

Pengembangan

Kepariwisataan: Studi Kasus Desa Wisata Kebonagung, Kabupaten Bantul, DIY

 Mengetahui bagaimana meningkatkan kualitas peran dan kapasitas keterlibatan masayarakat dalam mengembangkan kepariwisataan di Desa Wisata Kebonagung

 Mengidentifikasi faktor kunci apa yang menjadi kendala atau yang mendukung peningkatan partisipasi masyarakat dan keberdayaan masyarakat di Desa Wisata Kebonagung Desa Wisata Kebonagung Kabupaten Bantul, DIY Rendahnya pemahaman,

kapasitas, dan peran masyarakat menunjukkan rendahnya tingkat keberdayaan masyarakat secara ekonomi

4. A A I N Marhaeni Tingkat Keberdayaan Perempuan Bali dalam Jabatan Eselon di Provinsi Bali: Ditinjau dari Dimensi Internal dan Eksternal

Mengkaji pengaruh faktor internal seperti motivasi berprestasi, human capital, dan hambatan sosial psikologis maupun faktor eksternal yang meliputi budaya, demografi, peluang pengembangan karir, dan hambatan struktural terhadap tingkat keberdayaan perempuan Bali dalam jabatan eselon

Provinsi Bali Keberdayaan perempuan dalam hal kesetaraan gender di bidang jabatan eselon, maka faktor yang berpengaruh negatif ini yang harus diintervensi lebih dahulu

5. Ahmad Arfan Keberdayaan Komunitas Nelayan dalam Membangun Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman: Studi Kasus di Kampung Umapong Desa Kenje Kecamatan Campalagian Kab. Polewali Mamasa

Mengidentifikasi pembangunan sarana dan prasarana merupakan suatu hasil dari proses keberdayaan komunitas nelayan

Kampung Umapong Desa Kenje Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mamasa Menunjukkan bahwa

keberdayaan komunitas nelayan di lokasi penelitian membangun sarana dan prasarana lingkungan permukiman adalah bukan merupakan produk akhir dari suatu proses, tetapi adalah suatu proses keberdayaan

(9)

1.7 Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi enam bab, yang secara garis besar diuraikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Merupakan bab yang membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, keaslian penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan Konsep Pemberdayaan, Proses Pemberdayaan, Kemampuan Pelaku Pemberdayaan, Keberdayaan Mayarakat, Modal Sosial, dan Kerangka Pemikiran.

Bab III Metode Penelitian

Menguraikan tentang teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, tahapan penelitian, dan analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Meliputi lokasi objek serta kondisi fisik dan non-fisik objek di lapangan.

Bab V Hasil dan Pembahasan

Analisa tentang Kemandirian dan Intervensi Sebagai Basis Keberdayaan Masyarakat Kawasan Rawa Pening.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini disusun kesimpulan yang secara keseluruhan tentang subtansi penelitian dan beberapa hal tentang rekomendasi lanjutan yang dapat dilakukan.

Gambar

Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian “Kemandirian dan Intervensi Sebagai Basis Keberdayaan Masyarakat Kawasan Rawa Pening” dengan  Penelitian Keberdayaan Lain”

Referensi

Dokumen terkait

Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut SOP Satpol PP adalah prosedur bagi aparat polisi pamong praja dalam rangka

Jika informasi mengenai peraturan lainnya yang berlaku belum tersedia di bagian lain dalam lembaran data keselamatan bahan ini, maka hal ini akan dijelaskan dalam bagian ini.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Yuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hikmat dan pengetahuan, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Pengendalian

(3) Penyusunan penjelasan atau keterangan dan/atau naskah akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari anggota DPRD,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di peroleh dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai suseptibilitas magnetik Pasir Sungai

Seperti halnya pada bahasa Indonesia, pengungkapan makna aspektualitas bahasa Bugis juga mementingkan subkelas verba pungtual (peristiwa), aktivitas (proses), statis,

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuwono (2008) di Wilayah Kerja Puskesmas Kawunganten Kabupaten Cilacap menunjukkan adanya hubungan bermakna antara ventilasi

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya melalui Bidang Permukiman berupaya untuk selalu mereview dan memperbaharui status dari Database infrastruktur,