• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan P-Hub Median Dengan Lintasan Terpendek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Permasalahan P-Hub Median Dengan Lintasan Terpendek"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PERMASALAHAN P-HUB MEDIAN DENGAN

LINTASAN TERPENDEK

SKRIPSI

RAJA DAVID PASARIBU

080803039

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERMASALAHAN P-HUB MEDIAN DENGAN

LINTASAN TERPENDEK

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains

RAJA DAVID PASARIBU

080803039

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul :PERMASALAHAN P-HUB MEDIAN DENGAN LINTASAN TERPENDEK

Kategori : SKRIPSI

Nama : RAJA DAVID PASARIBU Nomor Induk Mahasiswa : 080803039

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2012

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Prof. Dr. Herman Mawengkang Prof. Drs. Tulus, Vordipl.Math, M.Si, Ph.D. NIP 19461128 1974031 001 NIP 196209011988031002

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua.

(4)

PERNYATAAN

PERMASALAHAN P-HUB MEDIAN DENGAN

LINTASAN TERPENDEK

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2012

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis hanturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Atas

rahmat dan karuniaNya sehingga dengan kemampuan yang terbatas penulis dapat

menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini dibuat dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh

ujian sarjana matematika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya keterbatasan ilmu pengetahuan dan

kemampuan penulis, sehingga tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,

segala saran dan kritik dari pembaca tugas akhir ini sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan tugas akhir ini.

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis telah banyak dibantu oleh

berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Tulus, Vordipl.Math., M.Si., Ph.D, selaku dosen pembimbing

I dan Bapak Prof. Dr. Herman Mawengkang, selaku dosen pembimbing II,

yang telah memberikan masukan dan pengarahan serta bimbingan kepada

penulis selama penulisan tugas akhir ini.

2. Bapak Drs. Sawaluddin, M.IT dan Bapak Syahril Efendi, S.Si., M.IT selaku

dosen penguji saya.

3. Bapak Prof. Drs. Tulus, Vordipl.Math., M.Si., Ph.D dan Ibu

Dra. Mardiningsih M.Si selaku ketua dan sekretaris jurusan Matematika

(6)

4. Bapak Dekan serta seluruh staf pengajar jurusan Matematika.

5. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Matematika khususnya angkatan ’08 yang

telah memberi banyak masukan bagi penulis terkhusus untuk Hasoloan, Geta,

Eve dan Melda.

6. Teman teman KTB ”Fuzzy” : Sardes, Indra, Charles, Lukas, Anri, Wilser dan

Kak Tiur yang banyak memberi semangat dan dorongan bagi penulis selama

pengerjaan tulisan ini.

7. Ayahanda M. PASARIBU, ibunda G.HUTAGALUNG, kakak saya RINA

WATY PASARIBU, serta adik-adik saya RIFKA dan REYNOLD yang

memberi segala bantuan, dorongan dan semangat kepada saya.

Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan kasihnya atas

segala jerih payah, bantuan serta pengorbanan yang telah diberikan oleh semua pihak

dalam membantu penulisan selama ini.

Medan, Juli 2012

Penulis

(7)

ABSTRAK

Hub merupakan fasilitas yang bertugas melayani pengurutan (sorting), pemilihan (switching), pemindahan dari satu angkutan ke angkutan lainnya (transshipment) di dalam jaringan transportasi barang. Permasalahan p-hub median termasuk permasalahan lokasi-alokasi kasus diskrit dimana semua hub terhubung penuh. Di dalam tugas akhir ini akan diperkenalkan model formulasi biaya model Mixed Integrer Linear Programming (MILP) untuk persolan p-hub median alokasi tunggal tak berkapasitas (uncapacitaced single allocation p-hub median) disingkat USApHMP. Selanjutnya akan diperkenalkan algoritma lintasan terpendek Floyd-Warshall dalam menyelesaikan permasalahan p-hub median serta algoritma penentuan batas bawah untuk permasalahan p-hub median

Kata kunci: Hub, Simpul Spoke, Mixed Integrer Linear Programming (MILP),

(8)

P-HUB MEDIAN PROBLEMS BASED ON SHORTEST PATH

ABSTRACT

Hub are facilities that serve as sorting, switching, and transhipment in a transportation network. P-hub median problem is a discrete case location allocation problem which all hub is fully connected. In this paper will be intoduced Mixed Integrer Linear Programming (MILP) formulation models of cost for p-hub median problem allocation for uncapacitaced single allocation p-hub median(USApHMP). In this paper also introduced Floyd-Warshall shortest path algorithm to solve p-hub median problems and lower bounds algorithm for p-hub median problems.

Keywords: Hub, Spoke Nodes, Mixed Integrer Linear Programming (MILP),

(9)
(10)

2.2.1 Pencarian Lintasan Terpendek 15

2.2.2 Penggolongan Algoritma Shortest Finding Secara Umum 15

2.3 Program Linear 15

2.4 Program Integrer 17

2.5 Masalah Lokasi Hub 21

2.6 Ciri-Ciri Jaringan Hub dan Spoke 24

2.6.1 Keuntungan Hub 24

2.6.2 Kerugian Hub 26

2.7 Jenis Masalah Lokasi Hub 28

2.7.1 Alokasi Single vs. Multiple 28

2.7.2 Kapasitas (Capacitaced) 29

2.8 Formulasi Tata Nama Permasalahan Hub 29

Bab 3 Pembahasan

3.1 Permasalahan p-Hub Median 31 3.2 Masalah Alokasi Tunggal p-Hub Median (Single Allocation

p-hub Median Problem/USApHMP)

32

3.3 Masalah alokasi jamak p-hub median (Multiple Allocation p-hub Median Problem/UMApHMP)

34

3.4 Algoritma Lintasan Terpendek dalam p-Hub Median 36 3.5 Penerapan Lintasan Terpendek dalam Permasalahan p-Hub

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.12 Tabel Pasangan Lintasan Terpendek dari Pasangan Simpul Asal ke Simpul Tujuan Tertentu

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sistem Hub dan Spoke 1

Gambar 2.1 Graf Tak berarah 8

Gambar 2.2 Graf Berarah 9

Gambar 2.3 Graf Ketetanggaan 9

Gambar 2.4 Graf Berbobot 10

Gambar 2.5 Graf Ketetanggaan 11

Gambar 2.6 Graf Matriks Bersisian 11 Gambar 2.7 Graf Terbobot 7 Kota di Amerika 14 Gambar 2.8 Tipikal Masalah Jaringan Lokasi Hub 22 Gambar 2.9 Jaringan Transportasi Klasik 24 Gambar 2.10 Skema Penugasan dalam Permasalahan Lokasi Hub 29 Gambar 3.1 Gambar aliran biaya dari simpul i ke simpul tujuan j melalui

hub k dan l

35

(13)

ABSTRAK

Hub merupakan fasilitas yang bertugas melayani pengurutan (sorting), pemilihan (switching), pemindahan dari satu angkutan ke angkutan lainnya (transshipment) di dalam jaringan transportasi barang. Permasalahan p-hub median termasuk permasalahan lokasi-alokasi kasus diskrit dimana semua hub terhubung penuh. Di dalam tugas akhir ini akan diperkenalkan model formulasi biaya model Mixed Integrer Linear Programming (MILP) untuk persolan p-hub median alokasi tunggal tak berkapasitas (uncapacitaced single allocation p-hub median) disingkat USApHMP. Selanjutnya akan diperkenalkan algoritma lintasan terpendek Floyd-Warshall dalam menyelesaikan permasalahan p-hub median serta algoritma penentuan batas bawah untuk permasalahan p-hub median

Kata kunci: Hub, Simpul Spoke, Mixed Integrer Linear Programming (MILP),

(14)

P-HUB MEDIAN PROBLEMS BASED ON SHORTEST PATH

ABSTRACT

Hub are facilities that serve as sorting, switching, and transhipment in a transportation network. P-hub median problem is a discrete case location allocation problem which all hub is fully connected. In this paper will be intoduced Mixed Integrer Linear Programming (MILP) formulation models of cost for p-hub median problem allocation for uncapacitaced single allocation p-hub median(USApHMP). In this paper also introduced Floyd-Warshall shortest path algorithm to solve p-hub median problems and lower bounds algorithm for p-hub median problems.

Keywords: Hub, Spoke Nodes, Mixed Integrer Linear Programming (MILP),

(15)

LANDASAN TEORI

2.1Beberapa Konsep Dasar Graf

Menurut Rinaldi Munir (2007), “Suatu graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E), ditulis dengan notasi G = (V,E), dimana V adalah himpunan tidak

kosong dari simpul-simpul (vertices atau node) dan E adalah himpunan sisi (edges

atau arcs) yang menghubungkan sepasang simpul.

Sisi graf dapat mempunyai orientasi pada arah. Berdasarkan orientasi arah

pada sisi, maka secara umum graf dibedakan atas 2 jenis sebagai berikut:

1. Graf tak-berarah (undirected graph)

Graf tak-berarah ialah graf yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah.

Pada graf tak-berarah, urutan pasangan simpul yang dihubungkan oleh sisi

tidak diperhatikan. Jadi, (u,v) = (v,u).

Gambar 2.1 Graf Tak berarah

2. Graf berarah (directed graph atau digraph)

Graf berarah ialah graf yang setiap sisinya diberikan orientasi arah. Pada graf

berarah, (u,v), dan (v,u) menyatakan dua buah unsur yang berbeda, dengan kata 1

2

3 4

2 5

4

(16)

lain , ≠ , . Untuk busur (u,v), simpul u dinamakan simpul asal

(initial vertex) dan simpul v dinamakan simpul terminal (terminal vertex).

Gambar 2.2 Graf berarah

2.1.1 Ketetanggaan

Dua buah vertex pada graf tak berarah G dikatakan bertetangga bila keduanya

terhubung langsung dengan sebuah sisi. Dengan kata lain, u bertetangga dengan v jika

(u,v) adalah sebuah sisi pada graf G.

Gambar 2.3 Graf Ketetanggaan

Pada gambar 2.3, simpul 1 bertetanggaan dengan simpul 2 dan 3, tetapi simpul 1 tidak

(17)

2.1.2 Graf Berbobot

Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberikan sebuah harga (bobot). Bobot

pada setiap sisi dapat menyatakan jarak antara dua buah kota, biaya perjalanan, waktu

tempuh, ongkos produksi, dan sebagainya.

Gambar 2.4 Graf Berbobot

2.1.3 Representasi Graf

Menurut Rinaldi Munir (2007), “Agar graf dapat diproses dalam program komputer, graf harus direpresentasikan ke dalam memori. Terdapat beberapa representasi untuk graf, antara lain matriks ketetanggaan, matriks bersisian dan senarai ketetanggaan”.

2.1.4 Matriks Ketetanggaan (Adjacency Matrix)

Misalkan G = (V, E) graf sederhana dimana |V| = n, n > 1. Maka, matriks

ketetanggaan A dari G adalah matriks n x n dimana A = , maka menjadi 1

bila simpul i dan j bertetangga dan menjadi 0 bila simpul i dan j tidak bertetangga

Keuntungan representasi dengan matriks ketetanggaan adalah kita dapat

mengakses elemen matriksnya langsung dari indeks. Selain itu, kita juga dapat

(18)

Pada graf berbobot, menyatakan bobot tiap sisi yang menghubungkan

simpul i dengan simpul j. Bila tidak ada sisi dari simpul i ke simpul j atau dari simpul

j ke simpul i, maka, diberi nilai tak berhingga.

Gambar 2.5 Graf ketetanggaan

Bentuk matriks ketetanggaan dari gambar 2.5 adalah:

1 2 3 4 1 0 0 1 0

2 0 0 1 1

3 1 1 0 1

4 0 1 1 0

2.1.5 Matriks Bersisian (Incidency Matrix)

Matriks bersisian menyatakan kebersisian simpul dengan sisi. Misalkan G = (V, E)

adalah graf dengan n simpul dan m sisi, maka matriks kebersisian A dari G adalah

matriks berukuran m x n dimana A = , maka menjadi 1 bila simpul i dan sisi

j bersisian menjadi 0 bila simpul i dan sisi j tidak bersisian.

(19)

Bentuk matriks bersisian dari graf pada gambar 2.6 adalah:

Matriks ketetanggaan memiliki kelemahan apabila graf memiliki jumlah sisi yang

relative sedikit sehingga graf sebagian besar berisi bilangan 0. Hal ini merupakan

pemborosan terhadap memori, karena banyak menyimpan bilangan 0 yang seharusnya

tidak perlu disimpan. Untuk kepentingan efisiensi ruang, maka tiap baris matriks

tersebut digantikan senarai yang hanya berisikan vertex-vertex dalam adjacency set Vx

dari setiap vertex x.

Bentuk senarai ketetanggan berdasarkan graf pada gambar 2.6 adalah

1: 3

2: 3,4

3: 1,2,4

4: 2,3

2.2 Masalah Lintasan Terpendek ( Shortest Path Problem)

Menurut Rinaldi Munir dalam bukunya matematika diskrit, persoalan mencari

lintasan terpendek di dalam graf merupakan salah satu persoalan optimasi. Graf yang

digunakan dalam pencarian lintasan terpendek adalah graf berbobot (weighted

graph), yaitu graf yang semua sisinya diberikan suatu nilai atau bobot. Bobot dalam

suatu graf dapat menyatakan nilai antar kota, waktu pengiriman pesan, ongkos

(20)

minimum, sebab kata “terpendek” berbeda-beda maknanya bergantung pada tipikal persoalan yang akan diselesaikan. Namun, secara umum “terpendek” berarti

minimisasi bobot pada suatu lintasan di dalam graf.

Contoh-contoh terapan lintasan terpendek misalnya:

1. Misalkan simpul pada graf dapat merupakan kota, sedangkan sisi menyatakan

jalan yang menghubungkan dua buah kota. Bobot sisi graf dapat menyatakan

jarak antara dua buah kota atau rata-rata waktu tempuh antara dua buah kota.

Apabila terdapat lebih dari satu lintasan dari kota A ke kota B, maka persoalan

lintasan terpendek di sini adalah menentukan jarak terpendek atau waktu

tersingkat dari kota A ke kota B.

2. Misalkan simpul pada graf dapat merupakan terminal komputer atau simpul

komunikasi dalam suatu jaringan, sedangkan sisi menyatakan saluran

komunikasi yang menghubungkan dua buah terminal. Bobot pada graf dapat

menyatakan biaya pemakaian saluran komunikasi antara dua terminal, atau

waktu pengiriman pesan (message) antara dua buah terminal. Peroalan lintasan

terpendek di sini adalah menentukan jalur komunikasi terpendek antara dua

buah terminal komputer. Lintasan terpendek akan menghemat waktu

pengiriman dan biaya komunikasi.

Banyak persoalan yang dapat dimodelkan dengan graf terbobot (weighted

graph). Sebagai contoh sistem transportasi udara dapat dimodelkan dengan graf

terbobot, dimana setiap kota yang dilalui sebagai vertex dan jalur penerbangan sebagai

edge dalam graf dan beaya penerbangan sebagai bobot. Untuk jalur penghubung 7

(21)

Gambar 2.7. Graf terbobot 7 kota di Amerika

Graf terbobot seperti dalam gambar 2.7. dapat mewakili banyak persoalan,

misalnya selain biaya penerbangan dapat diartikan biaya komunikasi untuk suatu

jaringan komputer , waktu respon oleh komunikasi komputer antar kota atau jarak

(km) antar dua komputer point-to point dan lain sebagainya.

Berbagai persoalan muncul dengan model graf terbobot. Jika antara dua titik

ada beberapa jalur yang mungkin manakah jalur yang paling murah? Jika suatu path

yang menghubungkan antara dua titik dalam graf dapat diwakili sebagai jumlah bobot

dalam setiap dua titik yang dilalui maka mencari jalur terpendek dalam suatu path

dapat diartikan mencari jalur sedemikian sehingga jumlah bobot yang dilalui adalah

minimal. Persoalan seperti memegang peran penting dalam penentuan route paketdata

dalam suatu jaringan komputer.

Pencarian rute atau path terpendek antara node-node yang ada pada graph.

Cost yang dihasilkan adalah yang paling minimum (Horowitz et al, 1998, p241).

Berdasarkan pengertian pada digraph dan weighted graph di atas, maka cost dari

shortest path dapat dihitung berdasarkan total nilai minimum yang ada pada edgenya.

Pencarian shortest path bukan berarti langsung menemukan jarak dari node

awal ke node tujuan tetapi ada kalanya usaha itu harus dilakukan dengan melewati

node-node tertentu sehingga tujuan akhir node dapat tercapai.

Ada beberapa macam persoalan lintasan terpendek, antara lain:

(22)

2. Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul.

3. Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke simpul yang lain.

4. Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul

tertentu.

2.2.1 Pencarian Jalur Terpendek

Tujuan dari shortest pathfinding adalah untuk menemukan lintasan terpendek dan

termurah yang mungkin dari vertex awal ke vertex akhir. Jika edge tidak memilki

nilai, maka shortest path adalah path dengan jumlah edge yang paling sedikit. Jika

edge memiliki nilai, maka shortest path adalah path dengan nilai akumulasi minimum

dari semua edge pada path.

2.2.2 Penggolongan Algoritma Shortest Finding secara umum

A. Algoritma Uninformed Search.

Algoritma Uninformed Search adalah algoritma yang tidak memiliki keterangan

tentang jarak atau biaya dari path dan tidak memiliki pertimbangan akan path mana

yang lebih baik. Yang termasuk dalam algoritma ini antara lain Algoritma

Breadth-First Search.

B. Algoritma Informed Search.

Algoritma Informed Search adalah algoritma yang memiliki keterangan tentang jarak

atau biaya dari path dan memiliki pertimbangan berdasarkan pengetahuan akan path

mana yang lebih baik. Yang termasuk dalam algoritma ini antara lain Algoritma Ford.

2.3 Program Linier

Problema program linier melibatkan optimisasi dari fungsi objektif linier, dengan

subjeknya adalah persamaan linier dan kendala merupakan pertidaksamaan. Program

linier mencoba mendapatkan keluaran terbaik (contoh : memaksimumkan laba,

(23)

(contoh: hanya bekerja 30 jam/minggu, tidak melakukan hal yang illegal, dan

lain-lain), menggunakan model matematika linier.

Contoh lainnya ada pada polytope (contoh : polygon dan polyhedral) dan nilai

riil fungsi affine

( 1, 2,…, ) = 1 1+ 2 2+ 3 3+

didefinisikan pada polytope, tujuannya adalah menemukan simpul pada polytope

dimana fungsinya mempunyai nilai terkecil atau terbesar. Simpul mungkin tidak ada,

tapi jika dicari sepanjang vertex polytope maka digaransi menemukan paling sedikit

satu darinya.

Program linier adalah problema yang dapat diekspresikan dalam bentuk

kanonik :

max imize �

subject to Ax b

where x 0

x direpresentasikan vektor variabel, c dan b adalah koefisien vektor dan A

adalah koefisien matriks. Ekspresi untuk memaksimumkan atau meminimumkan

disebut fungsi objektif (cTx). Persamaan Ax b adalah fungsi kendala yang

khususnya polyhedral konvex yang fungsi objektifnya dioptimisasi.

Program linier dapat diaplikasikan untuk bermacam-macam field. Lebih

diperluas, program linier digunakan dalam situasi bisnis dan ekonomi, tetapi dapat

juga dimanfaatkan untuk beberapa masalah teknik. Beberapa industri menggunakan

model program linier dalam transportasi, energi, telekomunikasi dan manufaktur. Dan

(24)

2.4 Program Integer

Jika variabel tak diketahui diharuskan integer maka problema ini disebut program

integer atau program linier integer. Perbedaan dengan program linier adalah dapat

diselesaikan lebih efesien pada kasus yang buruk. Problema program integer banyak

terjadi pada situasi praktis (dengan variabel terbatas) NP hard . 0 − 1 program integer

adalah kasus yang khusus dari program integer dimana variabel diharuskan 0 atau 1.

Masalah ini juga diklasifikasikan sebagai masalah yang sulit non polynomial.

Program Integer adalah bentuk dari program linier dimana asumsi

divisibilitasnya melemah atau hilang sama sekali. Bentuk ini muncul karena

dalamkenyataaannya tidak semua variabel keputusan dapat berupa bilangan pecahan.

Asumsi divisibilitas melemah artinya sebagian dari nilai variabel keputusan harus

berupa bilangan bulat (integer) dan sebagian lainnya boleh berupa bilangan pecahan.

Persoalan program integer dimana hanya sebagian dari variabel keputusannya yang

harus integer disebut sebagai persoalan Mixed Integer Programming.

Tetapi jika seluruh variabel keputusan dari suatu persoalan program linier

harus berharga integer, maka persoalan tersebut disebut sebagai persoalan Pure

Integer Programming. Dalam hal ini asumsi divisibilitas dari program linier hilang

sama sekali.

Tampaknya cukup untuk mendapatkan solusi integer dari masalah program

linier dengan menggunakan metode simpleks biasa dan kemudian membulatkan

nilai pecahan solusi optimum. Hal ini bukan tugas mudah untuk membulatkan

nilai-nilai pecahan variabel basis yang menjamin tetap memenuhi semua kendala dan tidak

(25)

sistematis untuk mendapatkan solusi bulat optimum terhadap masalah itu. Ada

bebebrapa pendekatan solusi terhadap masalah program integer yaitu salah satu

diantaranya adalah pendekatan dengan cutting plane.

Dalam program linier, metode simpleks didasari oleh pengenalan bahwa

pemecahan optimum terjadi di simpul ekstrim dari ruang solusi. Hasil yang penting ini

pada intinya mengurangi usaha pencarian pemecahan optimum dari sejumlah

pemecahan yang tidak terbatas menjadi sejumlah yang terbatas. Sebaliknya Program

Linier Integer memulai dengan sejumlah simpul pemecahan yang terbatas. Tetapi sifat

variabel yang berbentuk bilangan bulat mempersulit perancangan sebuah algorimta

yang efektif untuk mencari secara langsung di antara simpul integer yang layak dari

ruang penyelesaian. Terdapat dua metode untuk menghasilkan batasan-batasan khusus

yang akan memaksa pemecahan optimum dari masalah program linier yang

dilonggarkan untuk bergerak kearah pemecahan integer yang diinginkan yaitu metode

Bidang Pemotong (Gomory Cutting Plane) dan metode Branch and Bound.

Algoritma lanjutan untuk menyelesaikan program linier integer adalah :

a. Metode Cutting Plane

b. Metode Branch and Bound

c. Metode Branch and Cut

d. Metode Branch and Price

Pendekatan Branch And Bound

Branch and Bound untuk memecahkan pemrograman liniar bilangan bulat (PLBB)

telah dikembangkan melalui Land et al (1960). Metode, yang secara langsung

(26)

dimodifikasi oleh Dakin (1965) dan telah dengan sukses menerapkan di dalam kitab

undang-undang hukum dagang banyak orang untuk memecahkan permasalahan

PLBB.

Prinsip metode itu sendiri sungguh sederhana, tetapi meskipun demikian alat

yang sangat bermanfaat untuk memecahkan permasalahan terpisah. Ketika

dipertimbangkan dalam konteks lebih luas, secara teoritis, Branch and Bound

mungkin digunakan untuk memecahkan masalah optimisasi manapun. Efisiensi

algoritma jenis ini sebagian besar tergantung pada detil itu, terutama pada kalkulasi

Bound bagian atas dan yang lebih rendah, pada separasi menetapkan dan, akhirnya,

pada aturan pilihan yang berbeda menggunakan untuk menentukan solusi yang

berikutnya mulai dipertimbangkan dan variabel yang berikutnya ke Branch terpasang.

Gagasan yang umum digunakan untuk metode untuk PLBB dapat diuraikan sebagai

berikut.

Pertimbangkan suatu masalah PLBB.

Max = � (2.1)

berlaku hanya jika :

Ax = b (2.2)

(2.3)

integer,

Dimana A adalah matrik × , � adalah transpos dari c dan c adalah vektor × ,

dan J = (1, 2, . . . ,n). Proses dari metode awal dengan menyelesaikan (2.1) - (2.3)

program linier secara kontinu, abaikan syarat-syarat integral. Andaikan solusi ,

, tidak semua integer.

= + , 0 1 (2.4)

(27)

dimana [xj] adalah komponen integer dari [xj ], solusi kontinu untuk program linier,

dan fj adalah komponen bagian yang kecil.

Gagasan untuk menghasilkan dua subproblem masing-masing dengan

penambahan pembuktian

(2.5)

dan

+1 (2.6)

Karena variabel tertentu ∈ . Proses menyelesaikan masalah disebut

Branching. Masing-Masing ini subproblema dipecahkan lagi sebagai PL kontinu.

Proses dari Branching dan pemecahan suatu sequance dari permasalahan kontinu

untuk variabel yang berbeda ∈ dan bilangan bulat yang berbeda . Secepatnya,

disediakan daftar alternatif subproblema untuk diselidiki, dengan PL yang kontinu

yang pertama dimasukkan.

Struktur metode yang logis sering diwakili sebagai pohon. Masing-Masing

tangkai pohon menghadirkan suatu subproblem. Ketika subproblema manapun, atau

tangkai pohon, diselidiki subproblema manapun yang dihasilkan dihubungkan kepada

tangkai pohon dengan Branch.

Jika salah satu dari tiga ukuran-ukuran di bawah ini dicukupi, Branch dari tiap

tangkai pohon akan berakhir.

1. Subproblema tidak mempunyai solusi fisibel

2. Solusi subproblema tidak ada lebih baik daripada integer-fisibel solusi terbaik

yang dikenal sekarang.

3. Solusi adalah integer-fisibel, i.e., , ∈ mempunyai nilai-nilai bilangan

bulat (menyediakan suatu integer-fisibel, solusi ada). Itu adalah jelas, bahwa

efektivitas dari prosedur seperti itu adalah sangat dependen.

4. Variabel yang mana harus bercabang, dan

(28)

2.5 Masalah Lokasi Hub

Shahih Geraleh dalam tulisannya menjelaskan secara umum permasalahan hub lokasi

dinyatakan sebagi berikut: Misalkan G adalah sebuah graph lengkap G = ( V, E )

dimana V = 1, 2,…, merupakan himpunan dari semua simpul. Elemen dari V

diasumsikan menggambarkan simpul asal dan tujuan pada saat yang bersamaan dan

merupakan simpul yang berpotensi untuk dijadikan menjadi hub. Aliran antara simpul

i dan j disimbolkan dengan dan jarak dari i ke j disimbolkan dengan , dimana

jarak memenuhi ketidaksamaan segitiga. Tujuannya ialah untuk mendesain beberapa

dari simpul sebagai hub dan meminimalkan biaya aliran total di dalam jaringan

transportasi. Setiap lintasan asal-tujuan terdiri dari tiga komponen yaitu:

pengumpulan dari simpul asal kepada hub pertama, transfer antara hub pertama dan

hub terahir dan distribusi dari hub terahir ke simpul tujuan. Lintasan yang hanya

memiliki satu simpul hub juga diijinkan. Parameter , , merupakan diskon faktor

yang berhubungan kepada tiap-tiap bagian dari parameter di atas secara berurutan.

Konsep Dasar Jaringan Hub

Hub didefinisikan sebagai titik pengumpulan yang melayani penggabungan dan

pengiriman barang selanjutnya kepada simpul tujuan dari pengiriman suatu barang

dalam suatu jaringan transportasi.. Pemusatan atau penggabungan dari aliran dapat

mengurangi biaya perpindahan melalui skala ekonomi. Hub biasanya ditemukan

dalam jaringan penerbangan, sistem pengiriman surat, dan pada telekomunikasi.

Di dalam jaringan hub terdapat beberapa komponen utama yaitu:

1. Simpul hub,

2. Simpul non hub (sering disebut juga simpul spoke),

3. Sisi hub, dan

4. Sisi non hub (sering disebut spoke arcs).

Di dalam suatu jaringan yang terdiri dari sejumlah simpul kemudian sebagian

(29)

lainnya disebut sebagai spoke node. Akibatnya, sebuah jaringan hub dibentuk dengan

menghubungkan pasangan hub dengan sebuah sisi hub (hub edge). Secepatnya, setiap

simpul spoke akan dialokasikan kepada simpul hub dengan link spoke node.

Sebuah hub secara bersamaan dapat memiliki tiga fungsi yang berbeda yang

disebut:

i.) Penggabungan (consolidation/concentration) dari aliran yang diterima, dengan

tujuan agar memiliki aliran yang lebih lebar dan dapat memanfaatkan skala

ekonomi.

ii.) Pemilihan (switching/ transfer) yang mengijinkan aliran dialihkan pada

simpul tersebut.

iii.)Distribusi (distribution/decomposition) dari aliran yang luas ke bentuk yang

lebih kecil.

Sebuah hub menerima aliran dari banyak simpul asal dan kemudian

menggabungkan (consolidates/accumulates) aliran tersebut. Penggabungan ini

membagi aliran ke dalam beberapa kelompok dari akumulasi aliran berdasarkan

tujuan ahir masing-masing. Tiap aliran kelompok mengandung banyak simpul simpul

tujuan yang akan dikirimkan melalui sisi hub (hub edge). Hal ini terjadi di dalam

setiap hub pada jaringan transportasi ini. Setiap bagian aliran pada simpul hub terahir

yang dikunjungi dalam lintasan di dalam jaringan tingkatan hub digabungkan ke

bagian yang berasal dari simpul hub yang berbeda dalam cara yang sama. Aliran

pemusatan ini kemudian akan dipisahkan kembali menuju permintaan dari hub

sekarang dan juga simpul Spoke yang ditugaskan kepadanya.

(30)

Typical jaringan HLP digambarkan seperti gambar 2.8 . Bagian persegi

panjang menggambarkan simpul hub dan lingkaran yang dicetak tebal

menggambarkan simpul spoke. Simpul hub bersama dengan sisi yang

menghubungkannya disebut dengan hub-level, jaringan spoke- level. Dalam beberapa

lintasan asal-tujuan ada sekurang-kurangnya satu elemen hub (simpul hub atau sisi).

Daripada menghubungkan langsung pasangan lokasi, semua lintasan ditangani oleh

jaringan hub-level.

Sebagai contoh dari aplikasi dari jaringan hub-spoke dalam

telekomunikasiadalah sebagai berikut: permohonan panggilan dikirim dari i (simpul

spoke) kepada pusat panggilan lokal yang berhubungan k untuk membuat hubungan

ke j; pusat panggilan (simpul hub) menerima banyak permintaan panggilan per detik,

memeriksa apakah itu diizinkan untuk permintaan penuh (sebagai contoh tujuan di

desain untuk itu) atau itu telah ditangani oleh pusat panggilan yang lain; jika ya, itu

membangun koneksi ini bersama dengan panggilan lain yang ditujukan ke j, yang lain

mengirim permintaan ini bersama dengan semua yang lain yang seharusnya ditangani

l kepadanya; l membangun sebuah koneksi ke j.

Pada jaringan ini, beberapa dari simpul dipilih untuk bertindak sebagai suatu

simpul yang disebut simpul hub. Simpul nonhub lain dikenal sebagai simpul spoke.

Sebagai akibatnya, sebuah jaringan hub-level dibentuk dengan menghubungkan

pasangan dari simpul hub oleh sebuah sisi hub. Selanjutnya, setiap simpul simpul

nonhub akan dialokasikan kepada simpul-simpul hub dan dengan link sisi spoke.

Jaringan yang dibangun dari simpul-simpul spoke dan sisi spoke pada daerah yang lain

disebut spoke-level.

Gambar 2.8 menggantikan aliran pengiriman arus perpindahan barang pada

topologi dari struktur awal pada gambar 2.9. Segiempat digunakan menggambarkan

simpul hub dan lingkaran yang bersimpul tebal untuk simpul jari-jari asal/tujuan.

Ketika dibandingkan dengan jaringan transportasi klasik dengan jumlah simpul yang

sama (seperti gambar 2.9), jumlah koneksinya lebih sedikit. Di dalam kasus terahir,

sangat kecil dan terkadang mengabaikan jumlah dari aliran mungkin terjadi di dalam

(31)

Gambar 2.9: Jaringan Transportasi Klasik.

2.6 Ciri-Ciri Jaringan Hub dan Spoke

2.6.1 Keuntungan Hub

1. Keuntungan ekonomi dari kepadatan lalu lintas

Skala ekonomi (yang mana dalam pengiriman barang digunakan untuk

kepadatan lalu lintas) terjadi ketika rata-rata biaya produksi per unit

berkurang sebgaia penumpukan dari peningkatan lalu lintas antara beberapa

titik yang akan dilayani yang diberikan. Pernyataan yang umum yakni itu

adalah sebuah jaringan H&S, melalui peningkatan kepadatan lalu lintas

pada link dalam hub, mengijinkan penggunaan yang lebih lagi dari kegiatan

penerbangan, penerbangan yang lebih efisien dan melebarkan biaya diantara

para pnumpang sehingga mengekploitasi skala ekonomi. Disamping dari

fakta-fakta empiris dari perbaikan pengembalian dari kepadatan lalu lintas,

studi empiris yang lain menekankan keuntungan dari penerapan sistem hub.

Lebih jauh lagi, dalam jaringan penerbangan diperkenalkan biaya

simpan pada rute tak langsung, yang memungkinkan keuntungan yang

(32)

terendah mungkin mengganti untuk waktu biaya perjalanan yang tidak

berguna dan ketidaknyamanan dalam pertukaran pesawat.

Biaya umumnya, yang mana didefinisikan sebagai keseluruhan biaya

yang menimbulkan perjalanan, termasuk semua biaya waktu, juga kan

menjelaskan jumlah dari biaya non-transportasi yang dipengaruhi oleh

kualitas dari penyedia transportasi. Sebagai contoh, frekunsi yang lebih dari

layanan udara dari sebuah bandara udara mengurangi kemungkinan bahwa

pejalan akan menanggung beban biaya lebih dan juga biaya penginapan pada

rute dengan frekuensi layanan servis yang rendah. Frekuensi layanan yang

tinggi juga berarti membuang waktu menunggu lebih sedikit.

2. kualitas layanan

Seperti contohnya dalam penerbangan sistem hub menawarkan frekuensi

penerbangan yang lebih tinggi dan juga kualitas layanan yang lebih baik dan

nilai peayanan, kualitas penting digunakan untuk mengukur memperpanjang

kepuasan pelanggan dan kecenderungan utnutk menggunakan produk dan

pelayanan. Keberadaan dari skala ekonomi menawarkan pelanggan

sekumpulan layanan yang banyak.

3. Rata-Rata Hasil yang Tinggi

Penggunaan hub memungkinkan rata-rata perolehan hasil yang tinggi

berdasarkan pelebaran pasar yang mana itu merupakan kemampuan dari

peserta pasar untuk mengontrol kecukupan fasilitas, untuk menghimpun

harga keuntungan di atas, atau mengurangi pasokan di bawah. Sistem hub

juga merupakan sebuah pilihan yang lebih baik dalam sistem penerbangan

atau pada struktur jaringan yanng berkembang pada sebuah skala yang pasti.

4. Alokasi Kapasitas yang Lebih baik

Sistem hub menambah keuntungan dari alokasi kapasitas yang lebih baik

dari permintaan acak. Seperti halnya dalam sistem penerbangan, sistem hub

dari pengumpulan penumpang dari beberapa pasar ke dalam pesawat yang

sama memungkinkan perusahaan untuk memambah alokasi sekali lagi

(33)

permintaan pada suatu pasar menurun, dengan demikian membuat kapasitas

berlebih, perusahaan dapat meningkatkan penjualan pada pasar lain. Lebih

lagi, jika pada pasar yanng lain permintaan meningkat tajam dengan

konsekuensi menimbulkan kendala kapasitas berkurang, terutama dalam

musim-musim padat, hub memungkinkan alokasi yang lebih menguntungkan

karena perusahaan dapat mengurangi pertama tempat dengan alokasi rendah

dan memusatkan alokasi pada tempat dengan permintaan tinggi.

5. Keuntungan Marketing

Jaringan hub untuk penerbangan butuh usaha lebih sedikit dalam marketing

karena penerbangan sudah dihubungkan dengan penerbangan dengan

penerbangan kepada dan dari negara-negara yang sesuai namanya

masing-masing seperti British Airways, Air France, Alitalia, Australian Airlines dan

Japan Airlines. Hal ini membuat hanya sedikit usaha marketing untuk

menginformasikan kepada penumpang potensial. Disamping peningkatan

efisinesi produk, penerbangan dengan kehadiran yang besar pada bandara

hub memperoleh keuntungan loyalty dari konsumen yang meningkat seperti

frekuensi penerbang yang meningkat, penolakan komisi dari agen

perjalanan. Keberadaan dari pasar, dikombinasikan dengan fakta bahwa nilai

perjalanan jaringan H&S mengijinkan sebuah penerbangan H&S untuk

melakukan kekuatan monopoly pada bandara yang menjadi hub.

2.6.2 Kerugian Hub

Beberapa kerugian dari struktur ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat biaya operasi tambahan

Seperti halnya dalam sistem penerbangan langsung dan nonstop sulit

menentukan rute yang ekononomis. Biaya tambanhan untuk pendaratan dan

perawatan pada sebuah titik lanjutan diabaikan dan yang lebih penting lagi,

itu tidak menambahkan waktu pesawat berada di daratan yang tidak

produktif. Pada promosi produk, di mana musim orang yang melakukan

perjalan lebih menyukai perjalanan langsung, tanpa berhenti jika mungkin,

tanpa pergantian pesawat dan penerbangan pada satisiun lanjutan. Operasi

(34)

negatif pada biaya operasi penerbangan (konsumsi bahan bakar tambahan,

waktu jelajah yang meningkat, biaya tetap yang bertambah yang

berhubungan dengan operasi take-off dan landing pada pesawat, dan

lain-lain).

2. Terdapat Penambahan Waktu Perjalanan

Dalam sistem hub tidak ditemukan jalur langsung kecuali barang yang akan

dikirim itu ditujukan kepada wilayah yang pertama sekali disinggahi. Oleh

karena itu hal ini akan berakibat adanya penambahan waktu perjalanan dalam

proses pengirimannya sebagai akibat dari transit pada daerah hub.

3. Kemacatan pada daerah yang menjadi Hub

Hal ini paling sering terjadi apabila daerah yang menjadi hub nya merupakan

sebuah bandara udara. Pada penerbangan ada batasan untuk perluasan

kemacatan pada bandara hub hal ini dikarenakan keterbatasan tempat yang

tersedia untuk pendaratan pesawat. Sehingga terjadi pengurangan kebebasan

dalam penjadwalan, yang akan meningkatkan kelemahan yang

mengakibatkan terjadinya penundaan dalam situasi-situasi tertentu.

4. Dampak biaya untuk lingkungan hidup dari jaringan hub

Telah dilakukan penelitian untuk menghitung keributan dan emisi di udara

pada industy trasnportasi. Dampak dari jaringan H&S pada lingkungan telah

menjadi perhatian untuk daerah-daerah yang menjadi hub terutama daerah di

sekitar pelabuhan dan bandar udara yang menjadi hub. Hal ini disebabkan

karena karakterisitk yang mengakibatkan jarak yang bertambah jauh apabila

melalui jaringan hub serta frekuensi dari aktifitas di daerah hub yang tinggi

(35)

2.7Jenis Masalah Lokasi Hub

Beberapa jenis dari masalah lokasi hub ialah:

1. Permasalahan p-hub median (pHMP): dengan karakteristik jumlah hub yang

diberikan sudah ditentukan terlebih dahulu sebanyak p buah, tujuannya untuk

mengalokasikan hub tersebut dan meminimalkan total biaya transportasi.

2. Permasalahan lokasi hub (HLP): dengan karakteristik tujaunnya yaitu untuk

meminimalkan total biaya. Biaya totalnya ialah biaya dari menetapkan fasilitas

hub ( simpul atau sisi ) ditambah dengan biaya transportasi.

3. Permasalahan p-hub center (pHCP): dengan karakteristik jumlah hub yang

diberikan sudah ditentukan terlebih dahulu sebanyak p buah, tujuannya

meminimalkan biaya total untuk setiap pasangan simpul asal-tujuan, pada

setiap link tunggal atau untuk perpindahan antara sebuah hub dan simpul

asal/tujuan.

4. Permasalahan hub covering (HCP): dengan karakteristik tujuannya yaitu untuk

meminimalkan biaya transportasi. Biaya transportasi tidak boleh melebihi

suatu batas tertentu (pada pasangan simpul asal/tujuan, tiap link atau antara

hub dan asal/tujuan).

5. Permasalahan lokasi hub arc (HALP): dengan karakteristik diberikan jumlah

dari arc (busur) sebanyak q, tujuannya yaitu untuk mengalokasikan hub arcs

dan meminimalkan total biaya transportasi. Jaringan hub tidak perlu sebuah

graph lengkap. Lebih lagi, tidak terlalu penting adanya potongan pada semua

sisi hub. Lokasi dari simpul hub diidentifikasi dari lokasi hub arcs.

2.7.1 Alokasi Single vs. Multiple

Sebuah masalah lokasi hub, secara umum, termasuk dua masalah secara bersamaan :

(36)

Sehubungan dengan rencana alokasi, masalah lokasi hub dikategorikan ke dalam dua

kelas. Kelas yang pertama yaitu alokasi tunggal yakni sebuah hub tunggal harus

menerima (dan mengirim) keseluruhan aliran transportasi dari simpul asal (atau

tujuan) yang ditugaskan. Kelas yang kedua yaitu multi alokasi (multiple allocation)

yakni aktifitas dari simpul pusat dapat diproses oleh lebih dari satu hub.

(a) Alokasi tunggal (b) Multi alokasi

Gambar 2.10 Skema penugasan dalam permasalahan lokasi hub.

2.7.2 Kapasitas (Capacitaced)

Jenis lain dari kapasitas juga diperhatikan untuk menentukan variasi yang berbeda.

Seperti contoh:

a. Kapasitas dari jumlah aliran transportasi yang tiba pada simpul hub dari

simpul-simpul nonhub,

b. Kapasitas dalam semua lalu lintas trasnportasi,

c. Kapasitas pada busur hub (hub arcs).

Bagaimanapun, kapasitas dalam bentuk umum dipertimbangkan pada simpul

hub atau pada sisi hub.

2.8 Formulasi Tata Nama Permasalahan Hub

Untuk memudahkan penamaan variasi dari permasalah lokasi hub digunakan aturan

(37)

dimana X mengindikasikan aturan kapasitas ( dengan batasan kapasitas (Capacitaced

(C)) ,tanpa batasan kapasitas(Uncapacitaced (C)) ), Y untuk model alokasi ( alokasi

tunggal (Single Allocation (SA)), alokasi majemuk (Multiple Allocation(MA)) dan Z

untuk tipe masalah seperti:

1. Masalah p-hub median (p-Hub Median Problem (pHMP)).

2. Masalah hub covering (Hub Covering Problem (HCP)).

3. Masalah p-hub center (p-Hub Center Problem (pHCP)).

Contohnya: permasalahan alokasi tunggal p-hub median tanpa batasan

kapasitas dinotasikan dengan USApHMP (Uncapacitaced Single Allocation p-Hub

Median Problem), dan bagaimanapun penamaan tanpa batasan kapasitas, atau kedua

skema penugasan juga diperbolahkan, kita dapat mengabaikan indikator dan

(38)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama dua dekade terakhir, masalah alokasi hub menjadi sangat populer dengan

berbagai aplikasi yang sangat sukses di berbagai bidang di darat, transportasi udara,

jaringan telekomunikasi dan sistem logistik. Masalah alokasi hub biasanya meningkat

pada situasi di mana surat, kargo, penumpang pesawat terbang, paket telekomunikasi,

ataupun barang harus dikirimkan dari simpul asal ke simpul tujuannya, tetapi itu

merupakan hal yang sangat mahal atau tidak praktis untuk menerapkan transport link

kepada setiap pasangan simpul asal dan tujuan.

Dalam permasalahan ini, jaringan transportasi dimodifikasi sehingga p lokasi

(simpul/nodes) dipilih menjadi hub. Hub tersebut saling terhubung penuh satu sama

lain dengan link jaringan. Sistem hub ini membuat kumpulan aliran dalam proses

pengiriman dalam jaringan transportasi mengalami pemusatan pada suatu simpul yang

menjadi hub. Lokasi sisa (simpul nohub) ditugaskan kepada hub tersebut. Setiap hub

melayani lokasi nonhub yang ditugaskan kepadanya. Lalu lintas kemudian dialirkan

diantara pasangan dari tiap lokasi dengan menggunakan hub sebagai simpul tengah

pemilihan. Selanjutnya, penggunaan hub menggantikan aliran langsung dengan aliran

yang tidak langsung. Hasil dari stuktur jaringan tansportasi yang baru kemudian

digunakan sebagai sistem hub dan spoke ( lihat pada gambar 1.1).

Gambar 1.1 Sistem hub dan Spoke

Keterangan : simpul 1 dan 2 adalah lokasi hub serta simpul 3 dan 5 (4 dan6)

terhubung ke simpul lainnya melalui simpul 1 (2).

(39)

Permasalahan p-hub median merupakan permasalahan ketika mendesaian

sebuah jaringan transportasi, dimana jumlah tetap dari simpul p dialakoasikan menjadi

hub dan simpul yang tersisa akan dialokasikan kepada satu atau lebih hub yang

dipilih sehingga biaya operasi dari jaringan yang dihasilkan adalah minimal. Dengan

membuat biaya operasi yang minimal maka akan diperoleh keuntungan yang lebih

dari jaringan yang diperoleh sebagai akibat dari biaya pengeluaran yang semakin

berkurang.

Beberapa aplikasi permasalahan p-hub median dalam kehidupan nyata antara

lain seperti pada sistem penerbangan dimana yang menjadi hub ialah gabungan dari

bandar udara sementara yang menjadi simpul non hub ialah bandar udara yang

bertugas sebagai tempat transit ataupun tempat pengisian bahan bakar. Contoh lainnya

ialah perusahaan jasa pengiriman barang kilat FEDEX (Federal Express) yang

memulai menggunakan sistem hub pada tahun 1973. Contoh lainnya yang paling

banyak menggunakan sistem hub ialah proses pengiriman surat dan barang yang ada

di kantor pos dimana yang menjadi hub ialah kantor pos yang menjadi pusat

penyortiran dan yang menjadi nonhub ialah kantor pos regional.

Dengan menggunakan sistem p-hub median dalam jaringan transportasi maka

akan muncul suatu permasalahan dalam menentukan jarak pengiriman tersingkat yang

dapat mengefisienkan proses pengiriman barang sebagai akibat dari sistem pemusatan

yang terjadi pada hub. Salah satu penyelesaian yang dapat digunakan dalam

meyelesaikan masalah p-hub median untuk mempersingkat jarak pengiriman dalam

sistem transportasi adalah dengan menggunakan lintasan terpendek (shortest path).

Dengan metode ini, alokasi masalah dari pengumpulan dan pendistribusian aliran

dapat diselesaikan dengan menemukan lintasan terpendek antara setiap pasangan

simpul dalam graph berarah, mengijinkan pengumpulan dari simpul ke hub, transfer

antara hub dan setiap pasangan simpul dari graph berarah. Dengan menerapkan

lintasan terpendek maka waktu transport dalam jaringan akan semakin singkat dan

efisien.

(40)

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah persoalan pengalokasian p

-hub median yang tepat serta penentuan jarak terpendek sehingga total biaya yang

digunakan dalam transportasi menjadi minimum sehingga permasalahan p-hubmedian

dapat terselesaikan.

1.3 Batasan Masalah

Dalam tugas akhir ini masalah yang dibahas terbatas pada hub tanpa batasan

kapasitas, model asimetri, dengan lokasi tunggal, serta penelitian terbatas hanya

sampai dengan pembuatan model permasalahan p-hub median serta model lintsan

terpendek pada p-hub median.

1.4 Tinjauan Pustaka

Aplikasi jaringan hub digunakan pada sistem komunikasi, transportasi, dan sistem

pengiriman pos. Layanan tidak langsung diberikan dari setiap simpul awal ke

pasangan tujuan, Hub berfungsi sebagai simpul transit atau simpul pemilihan untuk

aliran antara simpul nonhub. Arus keberangkatan dari tempat tujuan dikumpulkan

pada suatu hub, dikirimkanan antar hub jika perlu, dan akhirnya didistribusikan ke

simpul tujuan dengan kombinasi dari simpul asal yang berbeda tetapi simpul

tujuannya sama. Fasilitas hub menggabungkan aliran dengan maksud untuk

memperoleh keuntungan ekonomi dalam transportasi antar hub.

Masalah lokasi hub berhubungan dengan pengalokasian fasilitas hub dan

penugasan dari simpul nonhub kepada simpul hub untuk menentukan lalu lintas rute

antara pasangan simpul asal dan tujuan. Setiap nonhub dapat dialokasikan ke sebuah

hub (alokasi tunggal) atau lebih (multi alokasi). Jika jumlah hub sebelumnya

ditentukan sebanyak p, maka hal ini disebut masalah alokasi p-hub (WANG dan

(41)

Program linear bilangan bulat campuran diperkenalkan untuk desain

berkelanjutan dari jaringan dan penyebaran armada dari sebuah penyedia layanan

kapal antar samudera untuk pengiriman laut. Permintaan dianggap elastis pada

penyedia jasa layanan yang dapat menerima fraksi permintaan dari asal ke tujuan serta

menggunakan metode dekomposisi primal untuk menyelesaikan masalah optimalitas

(Shahih Geraleh dan David Pissinger, 2010).

Masalah program bilangan bulat campuran dalam pemilihan lokasi hub telah

digunakan di pantai timur Amerika Selatan, diantara sekumpulan dari sebelas

pelabuhan yang ada yang melayani permintaan regional untuk transportasi kontainer.

Pelabuhan di Brasil, Argentina, Uruguay dipertimbangkan bersama dengan beberapa

simpul pelabuhan asal-tujuan di dunia. Model program bilangan bulat campuran ini

digunakan untuk meminimalkan biaya total sistem dari kedua biaya di pelabuhan

(biaya terminal) dan biaya pengiriman (bahan bakar dan transportasi) (Aversa et al.

2005).

Salah satu yang penting dalam masalah lokasi hub disebut dengan masalah

p-hub median. Dalam masalah ini tujuannya ialah untuk mengalokasikan p hub dalam

sebuah jaringan dan mengalokasikan simpul nonhub kepada simpul hub sehingga

jumlah dari biaya transportasi antara pasangan simpul asal dan simpul tujuan di dalam

jaringan menjadi minimal (Dongdong et al. 2007).

Shahin Gelareh, 2010, menjelaskan dalam masalah klasik p-hub median, perlu

mengalokasikan p simpul hub dari himpunan n simpul dalam sebuah graf, menetapkan

subgraph lengkap dari simpul hub, mengalokasikan setiap simpul nonhub ke simpul

hub dan arah aliran antara pasangan simpul asal-tujuan melalui jaringan hub. Biaya

transportasi pada garis dari tingkat kentungan jaringan hub dari sebuah potongan

oleh sebuah faktor (0 < < 1) sebagai hasil dari skala ekonomi berdasarkan

gabungan dari aliran transportasi. Pertama sekali akan didefinisikan beberapa

parameter, kemudian akan diperkenalkan variabel keputusan dalam model. Diberikan

(42)

N = himpunan simpul-simpul dalam jaringan, N={1,2,…,n}

p = banyaknya hub

= total aliran dari lokasi i ke lokasi j

= biaya aliran per unit dari simpul asal i ke simpul tujuan j melalui hub k

dan l dengan urutan tersebut

= jarak antara simpul i dan j

= fraksi dari aliran asal simpul i ke simpul tujuan j yang melalui hub k

dan l dalam urutan tersebut

= variabel biner yang bernilai 1 jika k adalah hub, 0 yang lain

Untuk variabel dan parameter , indeks k digunakan untuk inisial hub dan

indeks l digunakan untuk terminal hub dengan menganggap aliran berasal dari simpul

i dengan tujuan j. jika k = m maka lalu lintas rute melalui hub yang sama.

Biaya transportasi aliran per unit dapat dihitung dengan:

= + +

Secara implisit diasumsikan bahwa semua fasilitas hub memiliki karakteristik yang

sama dan hampir selalu diasumsikan memiliki memiliki diskon faktor yang sama ke

semua link.

Biaya digambarkan seperti gambar di bawah ini:

Sohn dan Park (1996) mempertimbangkan masalah lokasi dua hub. Kedua hub

dipilih dari sebuah himpunan simpul-simpul. Simpul yang tersisa dihubungkan kepada

salah satu dari dua hub yang ada sebagai tindakan pemilihan simpul untuk aliran antar

Simpul asal i Simpul

(43)

modal. Sebuah susunan yang meminimumkan total aliran biaya yang ingin diketahui.

Masalah ini dapat diselesaikan dalam bentuk polynomial ketika lokasi hub ditetapkan.

Sohn dan Park (1998) mempertimbangkan masalah lokasi p-hub tanpa

batasan kapasitas dengan mempertimbangkan kasus dengan alokasi tunggal dan ganda

dan juga dalam mereduksi ukuran formulasi serta formulasi program bilangan bulat

campuran untuk model dengan lokasi hub yang tetap, di mana juga

mempertimbangkan biaya tetap untuk link yang terbuka.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian dalam tugas akhir ini ialah untuk menyelesaikan model masalah

alokasi p-hub median yang ditemukan dalam permasalahan di bidang transpotasi

barang dengan perbaikan model menggunakan lintasan terpendek.

1.6 Kontribusi Penelitian

Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Dapat menentukan jumlah dan lokasi hub yang tepat sehingga dapat

meminimumkan galat yang ditimbulkan dalam transportasi.

2. Dapat menentukan lintasan terpendek dari berbagai permasalahan transportasi

yang ada melalui alokasi hub yang tepat sehingga jarak dan waktu transportasi

menjadi lebih singkat.

3. Dapat menambah referensi dalam menyelesaikan berbagai masalah yang

(44)

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian literatur yang disusun berdasarkan rujukan pustaka

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menjelaskan Permasalahan Graf dalam Transportasi.

2. Menjelaskan masalah Hub.

3. Menjelaskan masalah p-hubmedian.

4. Menurunkan model matematika dari permasalahan p-hub median.

5. Menurunkan model lintasan terpendek dalam permasalahan p-hubmedian.

6. Menurunkan model dalam penentuan batas bawah untuk permasalahan lintasan

terpendek

(45)

PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan p-Hub Median

Permasalahan p-hub median merupakan suatu permasalahan dalam suatu jaringan

transportasi yakni ketika membangun atau mendesain sebuah jaringan, dimana

sejumlah simpul tetap sebanyak p buah dipilih menjadi menjadi calon hub dan

simpul lain yang sisa akan dialokasikan kepada satu atau lebih hub yang dipilih

sedemikian hingga biaya operasi dari jaringan hub yang dihasilkan dapat

diminimalkan.

Dalam masalah klasik p-hub median, perlu mengalokasikan p simpul hub dari

himpunan n simpul dalam sebuah graf, menetapkan subgraph lengkap dari simpul

hub, mengalokasikan setiap simpul nonhub ke simpul hub dan arah aliran antara

pasangan simpul asal-tujuan melalui jaringan hub. Biaya transportasi pada garis dari

tingkat kentungan jaringan hub dari sebuah potongan oleh sebuah faktor (0 < <

1) sebagai hasil dari skala ekonomi berdasarkan gabungan dari aliran transportasi

Berdasarkan pada jenis alokasi hub yang akan digunakan ada dua tipe

permasalahan dari p-hub median antara lain:

1. Masalah alokasi tunggal p-hub median (Single Allocation p-hub Median

Problem/USApHMP). Untuk kasus alokasi tunggal setiap simpul bukan

hub dialokasikan secara tepat satu simpul hub. Semua aliran dikirim dan

diterima melalui hub ini.

2. Masalah alokasi jamak p-hub median (Multiple Allocation p-hub Median

Problem/UMApHMP). Untuk kasus alokasi ganda, aliran dari simpul i ke

setiap simpul j dapat dikirim oleh, atau diterima lewat, rute terminal bebas

(46)

3.2Masalah Alokasi Tunggal p-Hub Median (Single Allocation p-hub Median

Dimana , , adalah diskon dari faktor biaya yang terjadi selama proses pemindahan

barang pada sisi hub maupun non hub yang diperoleh dari hasil suatu penganmatan.

Objektif dari model adalah melokasikan p-hub dan membuat rute semua aliran lewat

hub sehingga harga total diminimumkan.

Selanjutnya, diformulasikan biaya model Mixed Integrer Linear Programming

(MILP) untuk persolan p-hub median alokasi tunggal tak berkapasitas (uncapacitaced

single allocation p-hub median) disingkat USApHMP. Lihat Ernst dan

Krishnamorthy (1998), Wang dan Ting (2009) dan Skorin-Kapov et al. (1996)

pemodelan p-hub median.

Notasi yang dipakai dalam model adalah sebagai berikut.

Parameter:

∶ biaya transportasi suatu unit aliran dari simpul i ke simpul j yang dirutekan dari melalui hub k dan hub l.

= + +

(47)
(48)

∈ 0,1 ∀ , , ∈ 8

Fungsi objektif ( Pers. 1 ) menyatakan biaya total transportasi aliran. Pers.(2)

memastikan secara tepat terpilihnya p-hub. Kendala (3) mengutarakan bahwa setiap

simpul dialokasikan secara tepat satu hub. Kepastian bahwa simpul i dapat

dialokasikan ke hub k apabila jika k terpilih sebagai hub dinyatakan pada Pers.(4).

Sedangkan kendala (5) memberi kepastian bahwa setiap tujuan j, total aliran dari asal

i ke tujuan j yang dirutekan lewat lintasan yang memakai jalur i-k akan tidak nol

Untuk kasus alokasi ganda, aliran dari simpul i ke setiap simpul j dapat dikirim oleh,

atau diterima lewat, rute terminal bebas dari aliran atau simpul lainnya. Pertama

sekali akan didefinisikan beberapa parameter, kemudian akan diperkenalkan variabel

keputusan dalam model. Diberikan sebuah jaringan yang terdiri dari n buah titik

(49)

Untuk variabel dan parameter , indeks k digunakan untuk inisial hub dan

indeks l digunakan untuk terminal hub dengan menganggap aliran berasal dari titik i

dengan tujuan j. jika k = m maka lalu lintas rute melalui hub yang sama.

Biaya transportasi aliran per unit dapat dihitung dengan:

= + +

Secara implisit diasumsikan bahwa semua fasilitas hub memiliki karakteristik yang

sama dan hampir selalu diasumsikan memiliki memiliki diskon faktor yang sama ke

semua link.

Biaya digambarkan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.1 Gambar aliran biaya dari simpul i ke simpul tujuan j melalui hub k dan l

Formulasi Mixed Integrer Linear Programming (MILP) untuk model fungsi tujuan

masalah p-hub median dengan batasan model asymetris, tanpa batasan kapasitas,

dengan multi alokasi dengan model Campbells adalah sebagai berikut :

(50)

satu. Kendala (7) menjamin bernilai positif.

3.4 Algoritma Lintasan Terpendek dalam p-Hub Median

Lintasan terpendek antara pasangan simpul (i,j) ∈ , ∈ dapat dipakai dengan

Minimum dari pernyataan di atas mencakup semua kemungkinan distribusi

langsung (tanpa transfer dari k ke j).

= { +

}

(51)

End algorithm 1.

Seperti yang telah disampaikan pada sub seksi (2.6) tentang Branch and

Bounds, batas efektifitas dari metode Branch and Bounds sangat bergantung pada

penentuan batas bawah. Dengan memakai lintasan terpendek dapat dapat diperoleh

suatu batas bawah untuk persoalan permasalahan p-hub median.

Penentuan Batas Bawah

Untuk skenario yang diketahui, dihitung batas bawah dengan memakai jarak lintasan

terpendek ∗ antara pasangan i dan j dalam G. Algoritma berikut dipakai untuk

menentukan ∗.

Algoritma 2:

Ambil ∗,

=

+

Untuk semua ∈ dan ∈ \

=

+

Untuk semua ∈ dan ∈ .

End Algorithm 2.

Suatu batas bawah L(S) untuk skenario S dapat diperoleh sebagai jumlah berbobot

jarak lintasan terpendek :

� = ∗

, ∈

.

3.5 Penerapan Lintasan Terpendek dalam Permasalahan p-Hub Median

Diberikan matriks jarak pengiriman barang antar 10 kota seperti pada tabel di bawah

(52)

yang menjadi hub yaitu kota 4, kota 5 dan kota 7. Dan juga ditentukan diskon faktor

skala ekonomi = 0,7 , = 0,6 , dan = 0,5. Tentukan jarak terpendek pengiriman

barang antar kota melalui hub yang ditentukan.

Tabel 3.1 : Jarak Antar Kota (Dalam Km)

Untuk menyelesaikan permasalahan di atas kita dapat menerapkan algoritma

Floyd-Warshall seperti di bawah ini:

Ambil ∗ = { , + , }

Untuk semua ∈ dan ∈ \ .

Karena ∈ dan , = 0

Minimum dari pernyataan di atas mencakup semua kemungkinan distribusi

langsung (tanpa transfer dari k ke j).

= {

, + ∗, }

(53)

Pertama sekali kita akan menghitung jarak minimum perpindahan aliran yang

melibatkan semua hub yang kemudian dilanjutkan perhitungan perpindahan aliran

(54)
(55)

Perhitungan dalam tabel:

Perhitungan jarak minimum antar simpul nonhub melalui hub tertentu:

(56)

Untuk simpul nonhub i = 2, maka simpul hub k = 4, 5, 7:

2,1∗ = { 2,4+ 4,1∗ , 2,5 + 5,1∗ , 2,7+ 7,1∗ }

2,3∗ = { 2,4+ 4,3∗ , 2,5 + 5,3∗ , 2,7+ 7,3∗ }

2,6∗ = { 2,4+ 4,6∗ , 2,5 + 5,6∗ , 2,7+ 7,6∗ }

2,8∗ = { 2,4+ 4,8∗ , 2,5 + 5,8∗ , 2,7+ 7,8∗ }

2,9∗ = { 2,4+ 4,9∗ , 2,5+ 5,9∗ , 2,7+ 7,9∗ }

2,10∗ = { 2,4+ 4,10∗ , 2,5+ 5,10∗ , 2,7+ 7,10∗ }

Perhitungan dalam tabel:

Tabel 3.6 : Tabel penghitungan ∗ untuk nonhub i = 2, dan simpul hub k = 4, 5, 7

2, + ∗, 2, + ∗, 2, + ∗,

2,1∗ 0,5 × 649 + 881,7 = 1206,2 0,5 × 636 + 945,4 = 1263,4 0,5 × 889 + 979 = 1423,5 1206,2 2,3∗ 0,5 × 649 + 870,3 = 1194,8 0,5 × 636 + 784,6 = 1102,6 0,5 × 889 + 967,6 = 1412,1 1102,6 2,6∗ 0,5 × 649 + 716,1 = 1040,6 0,5 × 636 + 938,8 = 1256,8 0,5 × 889 + 813,4 = 1257,9 1040,6 2,8∗ 0,5 × 649 + 939,9 = 1264,6 0,5 × 636 + 738,9 = 1056,9 0,5 × 889 + 1037,2 = 1481,7 1056,9 2,9∗ 0,5 × 649 + 1078,5 = 1403 0,5 × 636 + 817,6 = 1135,6 0,5 × 889 + 1175,8 = 1620,3 1135,6 2,10∗ 0,5 × 649 + 1013,7 = 1338,2 0,5 × 636 + 917,2 = 1235,2 0,5 × 889 + 1111 = 1555,5 1235,2

Untuk simpul nonhub i = 3, maka simpul hub k = 4, 5, 7:

3,1∗ = { 3,4+ 4,1∗ , 3,5 + 5,1∗ , 3,7+ 7,1∗ }

3,2∗ = { 3,4+ 4,2∗ , 3,5 + 5,2∗ , 3,7+ 7,2∗ }

3,6∗ = { 3,4+ 4,6∗ , 3,5 + 5,6∗ , 3,7+ 7,6∗ }

3,8∗ = { 3,4+ 4,8∗ , 3,5 + 5,8∗ , 3,7+ 7,8∗ }

3,9∗ = { 3,4+ 4,9∗ , 3,5+ 5,9∗ , 3,7+ 7,9∗ }

(57)
(58)
(59)

10,1∗ = { 10,4+ 4,1∗ , 10,5+ 5,1∗ , 10,7+ 7,1∗ }

Dari perhitungan di atas untuk setiap pasangan simpul asal-tujuan diperoleh lintasan

terpendek yang menghubungkan kedua pasangan simpul asal-tujuan yang dialirkan

melalui hub tertentu seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.12 Tabel Pasangan Lintasan Terpendek dari Pasangan Simpul Asal ke Simpul

Tujuan Tertentu

Simpul Asal-Tujuan Lintasan Terpendek Jarak (Cost)

(60)
(61)

10,2∗ 10−7−5−2 1247,9

10,3∗ 10−5−7−3 1200,6

10,6∗ 10−7−5−6 1067,9

10,8∗ 10−5−4−8 1154,9

10,9∗ 10−5−7−9 1233,6

Total Aliran 46811,3

Dari perhitungan di atas diperoleh jarak (cost) total minimumnya adalah sebesar

46811,3.

Gambar jaringan Hub yang diperoleh dari perhitungan di atas ialah:

Gambar 3.2 Jaringan p-hub median yang menghubungkan 10 kota.

10 3 1

9

2 8

6

5

Gambar

Gambar 2.1 Graf Tak berarah
Gambar 2.3 Graf Ketetanggaan
Gambar 2.4 Graf Berbobot
Gambar 2.5 Graf ketetanggaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menyelesaikan suatu persoalan shortest path dengan Knapsack untuk menentukan lintasan tependek dan biaya termurah dari sumber s sampai ke tujuan t pada suatu lintasan,

pada masalah transportasi nilai dari biaya angkutan, jumlah penawaran (supply) maksimum pada sumber, dan jumlah permintaan (demand) minimum pada tujuan terhadap suatu

Hal ini sejalan dengan penelitian Lontoan et al., (2011) dari hasil penelitian menggunakan uji chi square didapatkan dengan jumlah sampel 303 pasangan usia subur

Tujuan penelitian dilakukan untuk merencanakan biaya aktivitas pen-distribusian produk supaya terkoordinasi dengan baik dengan biaya distribusi yang minimal dan jumlah

Angka dalam satuan $ menunjukkan biaya transportasi per unit dari daerah asal ke daerah tujuan, angka yang berada pada kolom Supply menunjukkan jumlah barang yang dihasilkan di

3.2 Menentukan Fungsi Objektif dari Model Cakupan Lokasi Jaringan Telekomunikasi Berasal dari Permintaan Simpul dan Lintasan Menemukan fungsi tujuan dari permasalahan ini

Menurut teori Graf, persoalan lintasan terpendek adalah merupakan suatu persoalan untuk mencari lintasan antara dua buah simpul pada graf berbobot yang memiliki gabungan nilai

menjadi biaya variabel dan tergantung dari jumlah aktivitas transportasi yang dilakukan. Karena penelitian ini berkaitan dengan biaya, maka fungsi tujuan model ini