STUDI KEMAMPUAN PEMERINTAH
DAERAH DAN MASYARAKAT DALAM
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN PADA
SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
LATAR BELAKANG
1. Masyarakat memiliki harapan yang tinggi akan terwujudnya pendidikan yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi
2. Pembiayaan pendidikan menjadi salah satu perhatian serius untuk segera ditangani oleh pemerintah pusat maupun daerah
3. Pengelolaan pendidikan yang profesional dan berkualitas dapat dicapai manakala didukung oleh kemampuan pendanaan baik dari pemerintah (pusat/daerah) dan masyarakat
4. Demokratisasi penyelenggaraan pendidikan harus mendorong pemberdayaan masyarakat dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan. Masyarakat dapat berperanan sebagai sumber pembiayaan pendidikan, pelaksana pendidikan, dan pengguna hasil pendidikan
5. Secara yuridis konstitusional, pemerintah pusat memiliki
tanggung jawab akan pendidikan masional, yang oleh karenanya berhak menentukan kebijakan yang menjadi prioritasnya
MASALAH PENELITIAN
Bagaimana proporsi APBN, APBD, PAD, DAU dan
sumber-sumber lain dalam pembiayaan
pendidikan pada jenjang pendidikan SD/MI
dampai SMP/MTs baik negeri maupun swasta?
Berapa besar biaya pendidikan per unit sekolah
dalam satu tahun pada jenjang pendidikan
SD/MI dampai SMP/MTs baik negeri maupun
swasta?
Berapa Besar Biaya Pendidikan per unit siswa
dalam satu tahun pada jenjang pendidikan
SD/MI dampai SMP/MTs baik negeri maupun
swasta?
TUJUAN PENELITIAN
Mendiskripsikan proporsi APBN, APBD, PAD, DAU
dan sumber-sumber lain dalam pembiayaan
pendidikan pada jenjang pendidikan SD/MI dampai SMP/MTs baik negeri maupun swasta.
Mendiskripsikan besaran biaya pendidikan per unit
sekolah dalam satu tahun pada jenjang pendidikan SD/MI dampai SMP/MTs baik negeri maupun
swasta.
Menganalisis besaran dan komponen biaya
pendidikan per unit siswa dalam satu tahun pada jenjang pendidikan SD/MI dampai SMP/MTs baik negeri maupun swasta.
Untuk memperoleh rekomendasi kebijakan dalam
pendanaan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan daerah dan masyarakat untuk
pembiayaan pendidikan guna meningkatkan mutu pendidikan
HASIL YANG DIHARAPKAN
Tersedia dan teridentifikasi data melalui
pemetaan kemampuan pemerintah daerah dan
masyarakat dalam pembiayaan pendidikan
dasar dan menengah di Indonesia.
teridentifikasi data besaran dan komponen
biaya pendidikan per unit siswa dan sekolah
dalam satu tahun pada pendidikan SD/MI
dampai SMP/MTs baik negeri maupun swasta.
Rekomendasi penyempurnaan kebijakan
penyelenggaraan pembiayaan pendidikan dasar
dan menengah secara menyeluruh di Indonesia.
PENGEMBANGAN MANAJEMEN SEKOLAH
Penerapan school-based management (SBM)
Penerapan prinsip community-based education
(CBE).
Hakekat penerapan prinsip SBM memberikan
wewenang kepada sekolah untuk mengelola sekolah
secara mandiri. Sedangkan CBE memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi
aktif.
Keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan yang bermutu banyak ditentukan oleh
kemampuan kepala sekolah dalam melakukan
HARAPAN PENERAPAN PRINSIP SBM DAN CBE
Di Tingkat Masyarakat, semua komponenmasyarakat sebagai stakeholder diharapkan lebih berperan serta dan ikut bertanggungjawab terhadap pengelolaan pendidikan.
Di Tingkat Sekolah, sistem mekanistis berubah
menjadi organik. Sentralistik sudah berakhir. SBM mendukung optimalisasi sistem organik. Visi dan misi sekolah harus jelas.
Di Tingkat Kelas, kelas bukan lagi berfungsi
sebagai wahana mengajar (teaching), tetapi sebagai wahana belajar (learning).
Adanya perubahan paradigma lama yang
menganggap bahwa kualitas hasil pendidikan hanya dipengaruhi oleh input (masukan siswa), menjadi paradigma baru yang meyakini bahwa hasil
pendidikan dipengaruhi oleh input, proses, dan output.
INDIKATOR PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Berkembangnya kultur sekolah yang
demokratis dan dinamis.
Keterbukaan manajemen penyelanggaraan
pendidikan.
Terjalinnya kerjasama di sekolah secara
internal dan eksternal.
Meningkatnya partisipasi semua pihak
dalam mewujudkan tujuan pendidikan di
sekolah.
Adanya pengendalian mutu melalui quality
REFORMASI SEKOLAH
Pada Level Kelas (regulator) mencakup:
Mewujudkan proses pembelajaran efektif.
Menerapkan sistem evaluasi yang efektif dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
Pada Level Mediator (Profesi) mencakup:
Melakukan refleksi diri ke arah pembentukan karakter ke-pemimpinan sekolah yang kuat.
Melaksanakan pengembangan dan pembinaan staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi.
Pada Level Sekolah (Manajemen) mencakup:
Menetapkan secara jelas dan mewujudkan visi dan misi sekolah (clarity of purpose).
Menetapkan kerangka akuntabilitas yang kuat.
Melaksanakan keterbukaan (transparansi) manajemen.
Menumbuhkan komitmen untuk mandiri.
Mengutamakan kepuasan pelanggan siswa dan orang tua (customer satisfaction).
Menumbuhkan sikap responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan.
Menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan tertib (safe and orderly).
Menumbuhkan budaya mutu di lingkungan sekolah.
Menumbuhkan harapan prestasi yang tinggi.
Menumbuhkan kemauan untuk berubah.
Mengembangkan komunikasi yang baik.
Mewujudkan tim kerja (teamwork) yang kompak, cerdas dan dinamis.
Melaksanakan pengelolaan tenaga kependidikan secara efektif.
PEMBERDAYAAN MUSYAWARAH
KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS)
Meningkatkan profesionalisme Kepala
Sekolah
Meningkatkan wawasan keilmuan Kepala
Sekolah, agar mampu berkompetisi
dalam menghadapi tantangan global
dalam menjalankan tugasnya.
Saling bertukar pemikiran dan
pengalaman antar kepala sekolah, untuk
membangun komunikasi dan sinergi
yang efektif dalam upaya peningkatan
mutu di sekolah masing-masing.
PERBERDAYAAN MUSYAWARAH
GURU MATA PELAJARAN (MGMP)
Memotivasi guru untuk lebih meningkatkan
kemampuan dan profesionalismenya.
Menyetarakan kemampuan akademis dan
keterampilan guru dalam melaksanakan
tugas pembelajaran di kelas.
Saling bertukar pengalaman dan pemikiran
yang berkaitan profesi guru, untuk
membangun komunikasi dan sinergi dalam
upaya peningkatan mutu penyelenggaraan
pembelajaran di kelas.
PERBERDAYAAN DEWAN PENDIDIKAN
DAN KOMITE SEKOLAH
Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen
masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan
Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/
organisasi), pemerintah, dan DPRD.
Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan
berbagai kebutuhan yang diajukan oleh masyarakat.
Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi
kepada Pemda/ DPRD, yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan.
Mendorong orangtua dan masyarakat untuk
berpartisipasi dan mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan.
Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan,
STRATEGI KETERPADUAN
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Need Oriented; artinya sasaran didik akan benar-benar
sebagai subjek aktif bila didasari pada azas kebutuhan, baik berupa kebutuhan hidup manusia seperti yang dipilah-pilah Maslow (1970).
Endogenous; artinya ada kesepakatan terhadap apa-apa
yang ada di lingkungan atau masyarakat itu sendiri.
Self-Reliant; artinya pendekatan yang menitikberatkan
terciptanya rasa percaya diri dan sikap mandiri. Roger (1983) cenderung menekankan pada prinsip-prinsip penentuan arah sendiri.
Ecological sound; yaitu pendekatan yang memperhatikan
dan tidak meninggalkan aspek lingkungan.
Based on structural transformation; yaitu pendekatan yang
ber-orientasi pada perubahan struktur atau sistem yang terjadi di lingkungannya.
LANGKAH-LANGKAH PENDEKATAN
PEMBERDAYAAN
Community organization; yang dilakukan dengan cara
mengorganisir kelompok di masyarakat.
Worker sef-management and collaboration; yang
bertujuan untuk menyamaratakan atau membagi atau
kewewenangan dalam gabungan kerja.
Participatory approach; yang dimaksudkan agar bisa
dan mampu mengendalikan sifat dan arah perubahan
hidupnya.
Education for justice; yang bertujuan membantu
masyarakat untuk menjadi sadar akan ketidakadilan
dan mampu menghadapi sesuatu ketidakadilan.
SUMBER DANA PENDIDIKAN
Pemerintah Pusat;
Pemerintah Kabupaten/Kota yang digunakan untuk
belanja pegawai, belanja barang dan pemeliharaan
serta dari daya dan jasa;
yayasan pendidikan (swasta) yang digunakan untuk
gaji pegawai, operasional, pemeliharaan, dan
administrasi;
lembaga swasta non pendidikan;
orang tua siswa yang berupa uang pangkal, uang
sekolah, BP3/POMG, uang Ebtanas/Tes lain dan ekstra
kurikuler;
unit produksi khusus untuk SMK; dan
sumber dana lain (DBO)
KOMPOSISI SUMBER DANA BERDASARKAN
STATUS DAN JENJANG PENDIDIKAN
Sekolah Negeri
SD dari pemerintah 96%, orang tua 3%, dan diterima
dari sumber lain 1%.
SLTP dari pemerintah 84%, orang tua siswa 12%, dan
sumber lain 3%
SMU dari pemerintah 82%, orang tua 17%, dan sumber
lainnya 2%
SMK dari pemerintah 82%, orang tua siswa 15% dan
lainnya 2% Sekolah Swasta
SD dari pemerintah 69%, orang tua/yayasan 30%, dan
sumber lain 1%.
SLTP dari pemerintah 21%, orang tua siswa/yayasan
65%, dan sumber lain 13%
SMU dari pemerintah 23%, penerimaan dari orang tua
siswa/yayasan 67%, dan dai lainnya 9%
SMK dari pemerintah 4%, orang tua siswa 83%, dan
STRATEGI PENGGALIAN DANA NON
APBN/APBD
dilakukan melalui dewan sekolah (school
board), parent-teacher associations (PTA)
dan atau parent and citizen associations
(PCA)
melalui pertunjukkan budaya, karnaval,
festival musim panen, penjualan kupon
undian, dan even olahraga
kerjasama antara lembaga pendidikan dan
dunia usaha, di mana lembaga pendidikan
mendapatkan pemasukan dana dari dunia
usaha
BIAYA SATUAN PENDIDIKAN
biaya pendidikan sebagai seluruh pengeluaran yang
berupa sumber daya (input) baik berupa barang
(natura) atau berupa uang yang ditujukan untuk
menunjang kegiatan proses belajar mengajar
biaya pendidikan sebagai pengeluaran atau
pemanfaatan uang untuk keperluan pendidikan
pengeluaran dan pemanfaatan keuangan untuk
penyelenggaraan pendidikan yang sumbernya berasal
dari pemerintah, perorangan, dan masyarakat
KOMPONEN BIAYA PENDIDIKAN
Peningkatan kegiatan proses belajar dan
mengajar
Pemeliharaan dan penggantian sarana dan
prasarana pendidikan
Peningkatan pembinaan kegiatan siswa:
latihan dan sarana
Kesejahteraan
Rumah tangga sekolah dan BP3/komite
sekolah
Biaya pembinaan, pemantauan,
METODE PENGUMPULAN DAN
ANALISIS DATA
PENDEKATAN PENELITIAN
Pendekatan kuantitatif, dilakukan
dengan mengumpulkan data untuk
mendapatkan angka-angka yang tepat,
mencari hubungan fungsional antara
beberapa konsep guna menghasilkan
kesimpulan yang valid
Pendekatan kualitatif, digunakan untuk
mengindentifikasi dan menggambarkan
secara lebih konfrehensif mengenai
sumber-sumber dana APBD/DUA/PAD serta
sumber dana masyarakat yang berlokasi di
perkotaan dan pedesaan.
STRATEGI DAN PELAKSANAAN
SURVAI
Lokakarya dengan para narasumber yang merupakan
pakar dan pelaksana kebijakan pengalokasian dan
penyaluran dana pendidikan, misalnya pejabat
departemen Keuangan, Bappenas, Dikdasmen, dan
sebagainya
Studi lapangan (mapping). Pengumpulan data dan
informasi melalui lokakarya dilakukan untuk
mengetahui sumber-sumber pembiayaan pendidikan
baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat
berdasarkan pengetahuan dari para pakar yang
memahami mekanisme dan sumber-sumber dana
pembiayaan pendidikan
PENETAPAN TARGET POPULASI
Wilayah 1; terdiri atas 9 provinsi yaitu; Nangroe Aceh
Darussalam, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau,
Kepulauan Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu dan Lampung.
Wilayah 2; meliputi 6 (enam) provinsi yaitu; Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.
Wilayah 3; Terdiri 4 (empat) provinsi yaitu; Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Wilayah 4; memiliki 6 (enam) provinsi; Sulawesi Selatan,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat.
Wilayah 5; memiliki 3 (tiga) provinsi yakni; Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Wilayah 6; terdiri atas 4 (empat) provinsi; Maluku, Maluku
PEMILIHAN SAMPEL SEKOLAH
Jenis Responden SD/MI per Kab/Kota SMP/MTs perKab/kota Responden per Jumlah Kabupaten/ Kota
Jumlah
Kab/Kota RespondenTotal
K S M K S M
Kepala Sekolah 5 5 5 5 5 5 30 32 960 Total Responden 5 5 5 5 5 5 30 32 960
Keterangan: K: Kaya – S: Sedang – M: Miskin (Sekolah) T: Tinggi – R: Rendah (Kabupaten/Kota)
FOKUS PENELITIAN
Kemampuan Pemerintah Daerah, fokus pada
kemampuan pemerintah kabupaten/kota dinilai
melalui PAD, DAU, dan besaran alokasi APBD bidang
pendidikan.
Kemampuan Masyarakat, fokus penelitian
kemampuan masyarakat adalah besaran sumbangan
orang tua terhadap pembiayaan sekolah.
Pembiayaan Pendidikan, fokus penelitian untuk
pembiayaan pendidikan adalah pengeluaran biaya
operasional sekolah (sesuai RAPBS) termasuk
biaya-biaya; 1) Tenaga pendidik dan administrasi, dan 2)
proses pembelajaran.
ALAT & CARA PENGUMPULAN DATA
ALAT
1) Kuesioner pemerintah daerah,
2) kuesioner kepala sekolah,
3) kuesioner guru dan tenaga administrasi sekolah,
4) kuesioner komite sekolah,
5) kuesioner Dinas Pendidikan/Kandepag
kabupaten/kota,
6) kuesioner dewan pendidikan, dan
7) kuesioner orang tua.
CARA
1) Dilakukan oleh tim studi dibantu oleh beberapa
orang pengumpul data
2) Setiap pengumpul data bertanggungjawab untuk
mengumpulkan data di satu kabupaten/kota atau
satu provinsi
ANALISIS DATA
Cluster Analysis yang berguna untuk
melakukan pemetaan terhadap suatu
daerah didasarkan pada masing-masing
faktor penelitian.
Analisis Deskriptif yang bertujuan untuk
memberikan analisis penelitian melalui
gambaran identifikasi dan penjelaskan
hasil penelitian.
Analisis Penentuan Biaya Pendidikan
adalah bertujuan untuk menghitung
jumlah biaya pendidikan per unit Siswa
dan Sekolah dalam satu tahun.
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
DASAR
No. Pembiayaan Pendidikan (Milyar Rupiah) Jumlah Kab/Kota Prosen-tase (%) Keterangan 1. 0,00 – 5,00 25 78,13 Pembiayaan terendah Kota Ambon Rp.1.178.930.000,- dan tertinggi Kabupaten Lombok Barat Rp.16.386.020.000,-2. 5,00 – 10,00 4 12,50 3. 10,00 – 15,00 2 6,25 4. ≥ 15,00 1 3,12
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA
No. Pembiayaan Pendidikan (Milyar Rupiah) Jumlah Kab/Kota Prosentase (%) Keterangan1. 0,00 – 5,00 4 12,5 Pembiayaan terendah Kab. Minahasa Sulawesi Utara Rp 2.319.050.000- dan tertinggi Kabupaten Bandung Jawa Barat Rp
35.605.080.000,-2. 5,00 – 10,00 4 12,5 3. 10,00 – 15,00 8 25,00 4. ≥ 15,00 16 50,00 Jumlah 32 100,00
PROPORSI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
DENGAN APBN UNTUK SEKOLAH DASAR
No. Prosentase Pembiayaan (%) Jumlah Kab/Kota Prosentase (%) Keterangan 1. ≤ 1 5 15,63 Rata-rata alokasi pembiayaan pendidikan dengan APBN 1,98%. 2. 1 – 2 13 40,62 3. 2 – 3 6 18,75 4. 3 – 4 4 12,50 5. 4 – 5 1 3,13 6. ≥ 5 3 9,37 32 100
No. Prosentase Pembiayaan (%) Jumlah Kab/Kota Prosentase (%) Keterangan 1. ≤ 5,00 11 34,37 Rata-rata alokasi pembiayaan pendidikan dengan APBN 0,95%. 2. 5,00 – 10,00 13 40,62 3. 10,00 – 15,00 7 21,87 4. 15,00 – 20,00 1 3,13 Jumlah 32 100
PROPORSI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
DENGAN APBN UNTUK SEKOLAH
PROPORSI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
DENGAN APBD UNTUK SEKOLAH DASAR
No. Prosentase Pembiayaan (%) Jumlah Kab/Kota Prosentase (%) Keterangan 1. ≤ 1 13 40,62 Rata-rata alokasi pembiayaan pendidikan dengan APBD 0,95%. 2. 1 – 2 13 40,62 3. 2 – 3 4 12,50 4. 3 – 4 1 3,13 5. 4 – 5 1 3,13 Jumlah 32 100
No. Prosentase Pembiayaan (%) Jumlah Kab/Kota Prosentase (%) Keterangan 1. ≤ 1 2 6,25 Rata-rata alokasi pembiayaan pendidikan dengan APBD 3,13%. 2. 1 – 3 9 28,13 3. 3 – 5 11 34,37 4. 5 – 7 4 12,50 5. ≥ 7 6 18,75 Jumlah 32 100
PROPORSI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
DENGAN APBD UNTUK SEKOLAH
PROPORSI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
DENGAN PAD UNTUK SEKOLAH DASAR
No. Prosentase Pembiayaan (%) Jumlah Kab/Kota Prosentase (%) Keterangan 1. 0-10 11 34,37 Rata-rata alokasi pembiayaan pendidikan dengan PAD 20,55%. 2. 10 – 20 8 25,00 3. 20 – 30 7 21,88 4. 30 – 40 2 6,25 5. ≥40 4 12,50 Jumlah 32 100
PROPORSI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DENGAN
PAD UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
No. Prosentase Pembiayaan (%) Jumlah Kab/Kota Prosentase (%) Keterangan 1. ≤ 50% 20 62,50 Rata-rata alokasi pembiayaan pendidikan dengan PAD 25,78% 2. 50-100 4 12,50 3. 100-150 6 18,75 4. 150-200 0 0 5. ≥ 200 2 6,25 32 100
PROPORSI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
DENGAN DINAS PADA SEKOLAH DASAR
No. Prosentase Pembiayaan (%) Jumlah Kab/Kota Prosentase (%) Keterangan 1. 0-20 27 84,38 Rata-rata alokasi pembiayaan pendidikan dengan Dinas 7,06%. 2. 20 – 40 3 9,37 5. ≥40 2 6,25 32 100
No.
Prosentase
Pembiayaan (%)
Jumlah
Kab/Kota
Prosentase
(%)
Keterangan
1.
≤ 10%
19
59,37
Rata-rata alokasi
pembiayaan
pendidikan dengan
Dinas 23,20%
2.
10-20 4
12,50
3.
20-30
1
3,13
4.
30-40
2
6,25
5.
≥ 40
6
18,75
32
100
PROPORSI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DENGAN
DINAS PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
PROPORSI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DENGAN
SUMBER LAINNYA PADA SEKOLAH DASAR
No.
Prosentase
Pembiayaan (%)
Jumlah
Kab/Kota
Prosentase
(%)
Keterangan
1.
0-100
22
68,74
Rata-rata alokasi
pembiayaan
pendidikan dengan
sumber lainnya
50,59%.
2.
100 – 200
2
6,25
3.
200 – 300
1
3,13
4.
300 – 400
-
0
5.
≥400
7
21,88
32
100
PROPORSI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DENGAN
SUMBER LAINNYA PADA SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA
No. Prosentase Pembiayaan (%) Jumlah Kab/Kota Prosentase (%) Keterangan 1. 0-100 18 56,25 Rata-rata alokasi pembiayaan pendidikan dengan sumber lainnya 215,980%. 2. 100 – 200 1 3,13 3. 200 – 300 2 6,25 4. 300 – 400 3 9,37 5. ≥400 8 25,00 32
PERSENTASE BIAYA PER UNIT SISWA
YANG DITANGGUNG PEMERINTAH PUSAT
UNTUK SEKOLAH DASAR
No.
Persentase
Pembiayaan (%)
Jumlah
Kab/Kota
Persentase
(%)
Keterangan
1.
< 10
12
37,50
Yang terendah ada
beberapa
daerah
yang 0% dan yang
tertinggi kabupaten
Pulau Buru 189,17%
2.
10 - 20
4
12,50
3.
20 - 30
-
-4.
30 - 40
2
6,25
5.
> 40
14
43,75
PENGGUNAN DANA PERUNIT SISWA YANG
DITANGGUNG PEMERINTAH PUSAT
No.
Per Unit Siswa
Jumlah
Kab/Kota
Persentase
(%)
Keterangan
1.
<100
13
40,62
Penggunaan danaperunit siswa yang terendah, ada beberapa daerah yang tidak ada penggunaan dananya dan yang tertinggi di Kabupaten Bandung
2.987.366,-2.
100 – 200
3
9,38
3.
200 – 300
-
-4.
300 – 400
2
6,25
5.
>400
14
43,75
Jumlah
32
100
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
KESIMPULAN
Total Pembiayaan pendidikan untuk sekolah dasar pada 16
provinsi (32 kabupaten/kota) sebesar
Rp.132.400.331.147,- Pembiayaan pendidikan menurut kabupaten/kota berkisar antara Rp
1.178.929.201,-sampai dengan Rp 15.473.744.383-, dengan rata-rata sebesar Rp
4.137.510.348- Penggunaan dana per unit siswa dan total biaya
pendidikan ditanggung orang tua pada sekolah dasar masing-masing Kabupaten/Kota, diperoleh sebanyak 26 kabupaten/kota (81,24%) dengan persentase ≤ 10%, tiga kabupaten/kota (9,38%) dengan persentase 10-20%,
untuk persentase 20-30% dan 30-40% tidak ada dan
selebihnya tiga kabupaten/kota dengan persentase >40%, sebanyak enam kabupaten/kota yang terdiri dari tiga
kabupaten/kota dengan persentase 10-20%, tiga kabupaten/kota dengan persentase > 40%.
REKOMENDASI
Peningkatan porsi pembiayaan sudah seharusnya
diperhatikan, setidaknya merealisasikan porsi anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN
Peningkatan anggaran/dana pendidikan yang dimaksud,
seyogyanya dilakukan secara proporsional
Peran pengelola pendidikan seyogyanya melakukan
perbaikan manajemen seperti memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru untuk meningkatkan
kualitasnya melalui program studi lanjut
Diupayakan agar dapat mengurangi porsi biaya pendidikan
yang ditanggung orangtua/siswa yang selama ini porsi
tersebut lebih besar daripada porsi biaya yang ditanggung pemerintah
Peningkatan pendanaan pendidikan diutamakan kepada
sekolah/madrasah sehingga penyelenggaraan pendidikan di sekolah/madrasah menjadi lebih baik