Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i
OUTLOOK
KOMODITI DURIAN
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2014
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii
OUTLOOK KOMODITI DURIAN
ISSN : 1907-1507
Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 60 halaman
Penasehat : Ir. M. Tassim Billah, MSc.
Penyunting :
Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc. Ir. Noviati, M.Si
Naskah :
Diah Indarti, SE
Design dan Layout :
Diah Indarti, SE
Design Sampul :
Suyati, S.Kom
Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v
KATA PENGANTAR
Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditi Hortikultura.
Publikasi Outlook Komoditi Durian Tahun 2014 merupakan salah satu outlook komoditi hortikultura yang menyajikan keragaan data series komoditi durian secara nasional dan internasional selama 10-30 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019.
Publikasi ini disajikan dalam bentuk hard copy dan soft copy yang dapat dengan mudah diperoleh atau diakses melalui website Pusdatin yaitu
http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id.
Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi durian secara lebih lengkap dan menyeluruh.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.
Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Ir. M. Tassim Billah, MSc. NIP.19570725.198203.1.002
vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Ruang Lingkup ... 3
BAB II. METODOLOGI ... 5
2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ... 5
2.2. METODE ANALISIS ... 6
2.2.1. Analisis Keragaan ... 6
2.2.2. Analisis Penawaran ... 6
2.2.3. Analisis Permintaan ... 7
2.2.4. Kelayakan Model ... 8
2.2.5. Program Pengolahan Data ... 9
BAB III. KERAGAAN NASIONAL ... 11
3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS DURIAN DI INDONESIA ... 11
3.1.1. Perkembangan Luas Panen Durian Di Indonesia ... 11
3.1.2. Perkembangan Produksi Dan Produktivitas Durian Di Indonesia ... 12
3.1.3. Sentra Produksi Durian Di Indonesia ... 15
3.2. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN DURIAN DI INDONESIA ... 21
3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI DURIAN DI INDONESIA ... 22
viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Impor Durian
Indonesia ... 23
3.4.2. PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR IMPOR DURIAN INDONESIA ... 25
3.4.3. NEGARA TUJUAN EKSPOR DURIAN INDONESIA TAHUN 2013 . 27 3.4.4. NEGARA ASAL IMPOR DURIAN INDONESIA TAHUN 2013 ... 27
BAB IV. KERAGAAN DUNIA ... 29
4.1. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR DURIAN ASEAN DAN DUNIA ... 29
4.1.1. Perkembangan Volume Ekspor Impor Durian Di ASEAN... 29
4.1.2. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Durian Di ASEAN ... 31
4.1.3. Perkembangan Volume Ekspor Impor Durian Di Dunia ... 32
4.1.4. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Durian Di Dunia ... 34
BAB V. PENAWARAN DAN PERMINTAAN... 37
5.1. PROYEKSI PENAWARAN DURIAN DI INDONESIA 2014-2019 ... 37
5.2. PROYEKSI PERMINTAAN DURIAN DI INDONESIA 2014-2019 ... 38
5.3. PROYEKSI NERACA PENAWARAN DAN PERMINTAAN DURIAN DI INDONESIA 2014-2019 ... 39
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data ... 5 Tabel 3.1. Rata-rata Produksi dan Kontribusi Durian di Jawa, Luar Jawa
dan Indonesia Tahun 2009–2013 ... 14 Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Penawaran Durian di Indonesia Tahun 2014-2019 .... 38 Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Permintaan Durian di Indonesia Tahun 2014-2019 ... 39 Tabel 5.3. Proyeksi Neraca Penawaran dan Permintaan Durian di
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Durian di Jawa, Luar Jawa dan
Indonesia Tahun 1990-2013 ... 12 Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Durian di Jawa, Luar Jawa dan
Indonesia Tahun 1990-2013 ... 13 Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Durian di Jawa, Luar Jawa dan
Indonesia Tahun 1990-2013 ... 15 Gambar 3.4. Kontribusi Produksi Durian di Beberapa Provinsi Sentra di
Indonesia Tahun 2009-2013 ... 15 Gambar 3.5. Perkembangan Produksi Durian di Provinsi Sentra
Tahun 2011-2013 ... 16 Gambar 3.6. Kontribusi Produksi Durian di Provinsi Jawa Timur Tahun
2013 ... 17 Gambar 3.7. Kontribusi Produksi Durian di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2012 ... 18 Gambar 3.8. Kontribusi Produksi Durian di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2013 ... 19 Gambar 3.9. Kontribusi Produksi Durian di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2013 ... 20 Gambar 3.10. Kontribusi Produksi Durian di Provinsi Banten
Tahun 2013 ... 20 Gambar 3.11. Perkembangan Harga Produsen Durian di Indonesia Tahun
2004-2013 ... 21 Gambar 3.12. Perkembangan Konsumsi Durian di Indonesia
Tahun 2002-2013 ... 22 Gambar 3.13. Perkembangan Ketersediaan Durian di Indonesia
xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Gambar 3.14. Perkembangan Volume Ekspor Durian di Indonesia
Tahun 2007-2013 ... 24 Gambar 3.15. Perkembangan Volume Impor Durian di Indonesia
Tahun 2007-2013 ... 25 Gambar 3.16. Perkembangan Nilai Ekspor Durian di Indonesia
Tahun 2007-2013 ... 25 Gambar 3.17. Perkembangan Nilai Impor Durian di Indonesia
Tahun 2007-2013 ... 26 Gambar 3.18. Perkembangan Neraca Perdagangan Durian di Indonesia
Tahun 2007-2013 ... 26 Gambar 3.19. Beberapa Negara Asal Impor Durian Indonesia,
Tahun 2013 ... 27 Gambar 4.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Durian di ASEAN
Tahun 2002-2013 ... 29 Gambar 4.2. Kontribusi Volume Ekspor Durian Beberapa Negara di ASEAN
Tahun 2009-2013 ... 30 Gambar 4.3. Kontribusi Volume Impor Durian Beberapa Negara di ASEAN
Tahun 2009-2013 ... 31 Gambar 4.4. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Durian di ASEAN
Tahun 2002-2013 ... 32 Gambar 4.5. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Durian di Dunia
Tahun 2002-2013 ... 33 Gambar 4.6. Kontribusi Volume Ekspor Durian Beberapa Negara di Dunia
Tahun 2009-2013 ... 33 Gambar 4.7. Kontribusi Volume Impor Durian Beberapa Negara di Dunia
Tahun 2009-2013 ... 34 Gambar 4.8. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Durian di Dunia
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen Durian di Jawa, Luar Jawa dan
Indonesia Tahun 1990-2013. ... 45 Lampiran 2. Perkembangan Produksi Durian di Jawa, Luar Jawa dan
Indonesia Tahun 1990-2013 ... 46 Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Durian di Jawa, Luar Jawa
dan Indonesia Tahun 1990-2013 ... 47 Lampiran 4. Kontribusi Produksi Durian di Beberapa Provinsi Sentra di
Indonesia Tahun 2009-2013 ... 48 Lampiran 5. Kabupaten Sentra Produksi Durian di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2013 ... 48 Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Durian di Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2012 ... 49 Lampiran 7. Kabupaten Sentra Produksi Durian di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2013 ... 49 Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Durian di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2013 ... 50 Lampiran 9 Kabupaten Sentra Produksi Durian di Provinsi Banten Tahun
2013 ... 50 Lampiran 10. Perkembangan Harga Produsen Durian di Indonesia Tahun
2004-2012 ... 51 Lampiran 11. Perkembangan Konsumsi Durian di Indonesia Tahun
2002-2013 ... 52 Lampiran 12. Perkembangan Penggunaan dan Ketersediaan Konsumsi
Durian di Indonesia, Tahun 1993-2013 ... 53 Lampiran 13. Perkembangan Ekspor dan Impor Durian Indonesia, Tahun
xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 14. Perkembangan Ekspor dan Impor Durian di ASEAN
Tahun 2002-2013 ... 54 Lampiran 15. Kontribusi Volume Ekspor Durian Beberapa Negara di
ASEAN Tahun 2009-2013 ... 55 Lampiran 16. Kontribusi Volume Impor Durian Beberapa Negara di ASEAN
Tahun 2009-2013 ... 55 Lampiran 17. Perkembangan Ekspor dan Impor Durian di Dunia
Tahun 2002-2013 ... 56 Lampiran 18. Kontribusi Volume Ekspor Durian Beberapa Negara di Dunia
Tahun 2009-2013 ... 56 Lampiran 19. Kontribusi Volume Impor Durian Beberapa Negara di Dunia
Tahun 2009-2013 ... 57 Lampiran 20. Hasil Pengolahan Produksi Data Durian Menggunakan Model
Double Exponential Smoothing (DES) ... 58 Lampiran 21. Hasil Pengolahan Konsumsi Rumah Tangga Data Durian
Menggunakan Model Double Exponential Smoothing (DES) ... 59 Lampiran 22. Hasil Pengolahan Volume Impor Data Durian Menggunakan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran –an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. Selain itu durian merupakan buah yang sangat digemari masyarakat dan paling sukses pembudidayaannya. Penggemarnya konon tidak hanya di Indonesia tetapi juga sampai ke macanegara. Sehingga buah ini dikenal dengan rajanya buah-buahan (King of Fruit).
Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatera dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian kearah barat adalah Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo); duriang (Manado); dulian (Toraja), rulen (Seram Timur). (Andri Wijaya, 2013).
Tanaman durian termasuk dalam famili Bombaceae. Menurut Menteri Pertanian ada berbagai macam varietas durian yang disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan antara lain durian sukun dan petruk (Jawa Tengah), sitokong dan sijapang (Betawi), simas (Bogor), sunan (Jepara), otong dan kani (Thailand), sidodol dan sihijau (Kalimantan Selatan).
Manfaat durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya, terdapat pula manfaat lainnya antara lain:
1. Tanamannya sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring.
2. Batangnya untuk bahan bagunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf dengan kayu sengon karena kayunya cenderung kurus.
3. Bijinya yang memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternative pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya).
4. Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus, dengan cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai hancur. (Ristek, 2012).
2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Durian memiliki prospek ekonomi yang cukup bagus disamping buah-buah lainnya. Pemasaran durian yang selalu meningkat setiap tahunnya menandakan bahwa durian semakin digemari oleh masyarakat, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Peluang pasar durian di Indonesia masih menjanjikan, karena permintaan masyarakat terhadap buah ini masih begitu tinggi sehingga harga durian berkualitas dapat mencapai Rp 30.000,-/kg.Sementara untuk durian dengan kualitas biasa mencapai Rp 15.000,-/buah. Konsumsi durian di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 1,408 kg/kapita/tahun (Susenas,BPS). Volume ekspor durian Indonesia pada tahun 2013 hanya sebesar 20 kg. Sedangkan impor durian Indonesia pada tahun 2013 mencapai 4.881.265 kg.
Berdasarkan hasil proyeksi penawaran dan permintaan durian di Indonesia tahun 2014-2018 terjadi surplus. Pada tahun 2014 surplus durian diperkirakan sebesar 75.993 ton, sementara pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 71.920 ton. Berdasarkan hasil proyeksi tersebut, sebenarnya Indonesia tidak perlu melakukan impor durian dari negara lain. Hal ini bertolak belakang dengan besarnya impor durian, terutama dari negara Thailand.
Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditi durian dalam mendukung sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan perkembangan komoditi durian serta proyeksi penawaran dan permintaan durian untuk beberapa tahun ke depan.
1.2.
TUJUAN
Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Durian yang berisi keragaan data series secara nasional dan dunia, yang dilengkapi dengan hasil proyeksi penawaran dan permintaan nasional.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3 1.3.
RUANG LINGKUP
Kegiatan yang dicakup dalam penyusunan outlook komoditi durian adalah:
Identifikasi peubah-peubah yang dianalisis mencakup luas panen, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor, impor, harga, situasi komoditi durian di dalam dan di luar negeri.
Penyusunan analisis komoditi pada situasi nasional dan dunia serta penyusunan proyeksi komoditi durian tahun 2014-2019.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5
BAB II. METODOLOGI
2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI
Outlook Komoditi Durian tahun 2014 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Un Comtrade. Jenis variabel, periode dan sumber data disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data
No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan 1. Luas Panen
Durian Indonesia 1990-2013 Badan Pusat Statistik 2. Produksi Durian
Indonesia 1990-2013 Badan Pusat Statistik Wujud Buah Segar
3. Produktivitas
Durian Indonesia 1990-2013
Badan Pusat Statistik 4. Konsumsi Durian
Indonesia 2002-2013 Badan Pusat Statistik Data Susenas 5. Harga Produsen
Durian Indonesia 2004-2012 Badan Pusat Statistik 6. Ekspor Impor
Durian Indonesia 2007-2013 Badan Pusat Statistik KodeHS: 0810600000 7. Ekspor Impor
Durian Dunia 2002-2013 Un Comtrade
Wujud Buah Segar
6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
2.2. METODE ANALISIS
Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditi Durian adalah sebagai berikut:
2.2.1. Analisis Keragaan
Analisis keragaan atau perkembangan komoditi durian dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator Luas Panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga di tingkat produsen dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan baik untuk data series nasional maupun dunia.
2.2.2. Analisis Penawaran
Penawaran komoditi durian dianalisis dari hasil perhitungan produksi durian dalam negeri ditambah volume impor dikurangi volume ekspor, dengan rumus perhitungan penawaran sebagai berikut:
Pw = P + I – E Dimana: Pw = total penawaran P = produksi I = volume impor E = volume ekspor
Stok tidak merupakan komponen penawaran pada komoditi durian karena sifatnya yang mudah busuk sehingga diasumsikan tidak ada stok.
Analisis penawaran komoditi durian dilakukan dengan memproyeksikan produksi dalam negeri, volume ekspor dan volume impor. Variabel produksi diproyeksikan dengan menggunakan metode pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing), sedangkan volume ekspor dan volume impor menggunakan model trend analysis linear.
Metode ini digunakan jika data menunjukkan adanya trend. Dengan metode ini dilakukan pemulusan sederhana dengan dua komponen yang harus di-update setiap periode, yaitu komponen level dan trend. Level
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7
adalah estimasi yang dimuluskan dari nilai data pada akhir masing-masing periode. Trend adalah estimasi yang dimuluskan dari pertumbuhan rata-rata pada akhir masing-masing periode (Subagyo, 1986). Rumus estimasi dengan metode pemulusan eksponensial berganda adalah:
St = α * Yt + (1 – α) * (St-1 + bt-1) bt = Υ * (St – St-1) + (1 – Υ) * bt-1
dimana:
St = peramalan/estimasi untuk periode t. Yt = Nilai aktual time series
α = konstanta perataan antara 0 dan 1 2.2.3 Analisis Permintaan
Analisis permintaan komoditi durian merupakan analisis permintaan langsung yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Data konsumsi durian berasal dari SUSENAS yang merupakan Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS. Total permintaan komoditi durian merupakan hasil perkalian antara jumlah konsumsi per kapita dengan jumlah penduduk. Sementara jumlah penduduk merupakan hasil proyeksi dari Badan Pusat Statistik.
Komponen Permintaan/demand meliputi konsumsi rumah tangga, tercecer dan ketersediaan lainnya dengan rumus perhitungan permintaan/demand :
Pm = K + Tc + L Dimana :
Pm = total permintaan Tc = tercecer
K = Total Konsumsi RT L = ketersediaan lainnya
Ketersediaan lainnya ini diperoleh dari total penawaran dikurangi komponen permintaan (konsumsi rumah tangga dan tercecer). Sementara ketersediaan pangan per kapita dari ketersediaan bahan makanan dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun.
Bersumber dari SUSENAS, data durian yang tersedia pada sisi permintaan adalah komponen ketersediaan bahan makanan yang diturunkan ke
8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
ketersediaan per kapita dan tercecer. Dari hasil proyeksi ketersediaan per kapita selanjutnya dikalikan jumlah penduduk (proyeksi BPS) serta tercecer diperoleh dari perkalian produksi dengan proporsi terhadap produksi sebesar 10,16%.
Sama halnya seperti pada analisis penawaran, analisis permintaan juga menggunakan model analisis trend (trend analysis) atau model pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing). Periode series data yang digunakan adalah tahunan.
2.2.4 Kelayakan Model
Ukuran ketepatan suatu model deret waktu ditunjukkan oleh besarnya nilai MAPE (Mean Percentage Error), MAD (Mean Absolute Deviation) dan MSD (Mean Squared Deviation). Semakin kecil nilai MAPE, MAD dan MSD menunjukkan bahwa model yang digunakan semakin akurat (Subagyo, 1986).
MAPE merupakan ukuran ketepatan relatif yang digunakan untuk mengetahui persentase penyimpangan hasil peramalan. Rumus persamaan MAPE adalah sebagai berikut:
dimana PE (Percentage Error) diperoleh dengan rumus:
dengan Xt = data aktual pada periode ke-t
Ft = data hasil peramalan pada periode ke-t
Dalam tahap peramalan penggunaan MAD dan MSD sebagai suatu ukuran ketepatan model dapat menimbulkan masalah. Ukuran ini tidak memudahkan perbandingan antar deret dengan skala yang berbeda dan untuk selang waktu yang berbeda, karena MAD dan MSD merupakan ukuran
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9
absolut yang sangat tergantung pada skala dari data deret waktu. Selain itu interpretasi nilai MSD tidak bersifat intuitif, karena ukuran ini menyangkut pengkuadratan sederetan nilai (Subagyo, 1998). Dengan keterbatasan MAD dan MSD sebagai ukuran ketepatan peramalan, maka digunakan MAPE sebagai ukuran ketepatan dalam estimasi.
2.2.5 Program Pengolahan Data
Pengolahan data untuk analisis penawaran dan permintaan menggunakan software statistik Minitab Release 15. Software ini digunakan untuk pemodelan regresi berganda dan time series, seperti analisis trend atau pemulusan eksponensial berganda.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11
BAB III. KERAGAAN NASIONAL
3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS DURIAN DI INDONESIA
3.1.1. Perkembangan Luas Panen Durian di Indonesia
Secara umum perkembangan luas panen durian di Indonesia pada periode tahun 1990–2013 berfluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 3,73% (Gambar 3.1). Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2001 dan 2011 masing-masing naik sebesar 55,56% dan 49,16% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara penurunan luas panen durian yang cukup signifikan pada tahun 1997 dan 2010 masing-masing turun sebesar 35,21% dan 25,16%. Sementara bila dilihat rata-rata pertumbuhan luas panen tahun 1990-1997 luas panen durian mengalami penurunan dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 4,48%. Perkembangan luas panen durian di Indonesia secara lengkap disajikan pada Lampiran 1. Pemerintah harus terus melakukan beberapa upaya dalam rangka pengembangan komoditi durian. Salah satunya adalah dengan mengembangkan areal penanaman durian ke seluruh provinsi di Indonesia serta melakukan peremajaan tanaman durian yang ada sekarang ini. Iklim Indonesia yang sesuai untuk budidaya durian, keragaman varietas dan melimpahnya sumber daya manusia diharapkan mampu mendukung ketersediaan durian di masa mendatang (Andri Wijaya, 2013)
Jika ditinjau berdasarkan wilayah pertanaman, maka selama periode tahun 1990 - 2013 luas panen durian di Jawa lebih tinggi dibandingkan di Luar Jawa, yaitu sebesar 5,92% berada di Jawa dan 3,93% di Luar Jawa. Namun demikian, luas panen durian di kedua wilayah tersebut cenderung meningkat.
12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian -20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Ha)
Jawa Luar Jawa Indonesia
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Durian di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 1990–2013
3.1.2. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Durian di Indonesia
Sejalan dengan perkembangan luas panennya, produksi durian selama tahun 1990 - 2013 berfluktuasi cenderung meningkat (Gambar 3.2). Sementara pada tahun 1990 produksi durian Indonesia sebesar 242,56 ribu ton maka pada tahun 2013 produksi durian telah mencapai 759,05 ribu ton dengan rata-rata pertumbuhan selama periode tersebut sebesar 8,89% per tahun, dan cenderung melambat pada periode tahun 1990-1997 dengan rata-rata pertumbuhan produksi durian Indonesia hanya 1,99% per tahun. Pola perkembangan produksi durian di pulau Jawa memiliki pola yang sama dengan pertumbuhan durian Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan per tahun selama 1990 – 2013 mengalami peningkatan
sebesar 10,71% per tahun, dengan persentase rata-rata pertumbuhan produksi yang cukup besar terjadi pada tahun 2003, 2006 dan 2011 masing-masing naik sebesar 67,47 %, 60,72 % dan 105,18 % per tahun. Sementara produksi durian di Luar Jawa rata-rata meningkat sebesar 9,28%. Perkembangan produksi durian di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun 1990-2013 disajikan secara lengkap pada Lampiran 2.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13 -100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 900.000 1.000.000 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Ton)
Jawa Luar Jawa Indonesia
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Durian di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 1990-2013
Namun produksi durian di Indonesia sebagian besar tidak dikebunkan secara massal, hanya sebagai tanaman di pekarangan dan kebun dalam skala kecil, menyebabkan produksi dengan variabilitas tinggi, produktivitas rendah, sehingga belum mampu mencukupi permintaan konsumen baik dalam negeri maupun luar negeri. Pohon-pohon durian banyak ditanam di seluruh wilayah di Indonesia, mulai dari Sumatera hingga Papua, sehingga pada dasarnya musim panen durian di Indonesia memiliki jangka waktu musim panen yang berbeda-beda, akan tetapi masing-masing durian hanya memproduksi sedikit durian sehingga jumlah produksi belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. (Sukma Ningrum dan Mohd. Harisudin, 2012).
Menurunnya produksi durian pada tahun 2010 lebih disebabkan karena faktor cuaca yang tidak menentu. Sehingga pemerintah harus melakukan peningkatan produksi tanaman durian dengan melakukan :
1. Penyediaan bibit bagi petani dengan menggunakan bibit bersertifikat. 2. Melakukan pemupukan termasuk pada pohon yang sudah tua tetapi masih
berproduksi.
3. Melakukan pengendalian hama penyakit.
4. Melakukan pemanenan durian yang tepat waktu. (IPB, 2012).
Berdasarkan rata-rata produksi durian tahun 2009-2013, kontribusi produksi durian dari Pulau Jawa mencapai 41,88% terhadap produksi durian Indonesia
14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
dengan rata-rata produksi sebesar 320,02 ribu ton, sedangkan kontribusi produksi durian dari Luar Jawa sebesar 58,12% dengan rata-rata produksi sebesar 444,19 ribu ton (Tabel 3.1).
Tabel 3.1. Rata-rata Produksi dan Kontribusi Durian di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 2009-2013
Jawa Luar Jawa Indonesia 2009 323,909 473,889 797,798 2010 182,924 309,215 492,139 2011 375,330 508,639 883,969 2012 371,106 517,021 888,127 2013 346,846 412,208 759,054 Rata-rata 2009-2013 320,023 444,194 764,217 Kontribusi (%) 41.88 58.12 100.00
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Produksi (Ton) Tahun
Perkembangan produktivitas durian di Indonesia selama periode tahun 1990–2013 berfluktuasi, namun menunjukkan kecenderungan meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 4,86% per tahun (Gambar 3.3). Jika pada tahun 1990 produktivitas durian Indonesia hanya sebesar 5,55 ton/ha, maka pada tahun 2013 meningkat menjadi 12,39 ton/ha.
Rata-rata produktivitas durian tahun 1990-2013 di Jawa sebesar 10,57 ton/ha, sedangkan di Luar Jawa sebesar 9,87 ton/ha. Namun jika ditinjau rata-rata produktivitas tahun 1998 – 2013 produktivitas durian di Jawa sebesar 12,47 ton/ ha sedikit lebih tinggi dibandingkan di Luar Jawa yaitu sebesar 11,92 ton/ha. Perkembangan produktivitas durian di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia secara lengkap disajikan pada Lampiran 3.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15 -2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Ton/Ha)
Jawa Luar Jawa Indonesia
Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Durian di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 1990–2013
3.1.3. Sentra Produksi Durian di Indonesia
Sentra produksi durian di Indonesia terdapat di beberapa provinsi di Jawa dan Luar Jawa. Total kontribusi di beberapa provinsi tersebut sebesar 55,47% dari total produksi durian Indonesia (Gambar 3.4). Berdasarkan rata-rata produksi tahun 2009-2013, Jawa Timur memberikan kontribusi sebesar 14,95% terhadap total produksi durian Indonesia, Sumatera Utara 11,29%, Jawa Barat 10,27%, Jawa Tengah 7,62%, Banten 6,19% dan Sumatera Barat sebesar 5,15%. Kontribusi produksi durian di beberapa provinsi sentra di Indonesia rata-rata 2009-2013 secara lengkap disajikan pada Lampiran 4.
14,95% 11,29% 10,27% 7,62% 6,19% 5,15% 44,53%
Jatim Sumut Jabar Jateng Banten Sumbar Lainnya
Gambar 3.4. Kontribusi Produksi Durian di Beberapa Provinsi Sentra di Indonesia, Rata-rata Tahun 2009–2013
16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Perkembangan produksi durian di provinsi sentra selama tiga tahun terakhir (2011-2013) mengalami pergeseran. Tahun 2011 Jawa Barat menempati urutan pertama, kemudian disusul Provinsi Banten, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Gambar 3.5). Kemudian di tahun 2012 dan 2013 bergeser pada Provinsi Jawa Timur yang menempati urutan pertama dan selanjutnya ditempati pada Provinsi Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten. Pada tahun 2013 pemerintah melakukan pengembangan areal penanaman durian di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kontribusi produksi durian di beberapa provinsi sentra di Indonesia tahun 2009-2013 secara lengkap disajikan pada Lampiran 4.
-20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000 200,000 2011 2012 2013 (Ton)
Jatim Sumut Jabar Jateng Banten
Gambar 3.5. Perkembangan Produksi Durian di Provinsi Sentra, Tahun 2011-2013
Jawa Timur merupakan provinsi dengan produksi durian terbesar di Indonesia pada Tahun 2013. Sebaran produksi durian terbesar di Jawa Timur terdapat di 5 kabupaten (Gambar 3.6). Kabupaten dengan produksi durian terbanyak adalah Kab. Pasuruan dengan produksi 84.670 ton atau 53,47% dari total produksi durian Provinsi Jawa Timur. Kabupaten penghasil durian terbesar lainnya di Jawa Timur adalah Kabupaten Trenggalek dengan produksi sebesar 24.990 ton (15,78%), Kabupaten Malang 15.140 ton (9,56%), Kabupaten Bondowoso 11.196 ton (7,07%) dan Kabupaten Jember 7.653 ton (4,83%). Sedangkan sisanya sebesar 9,28% (14.695 ton) merupakan kontribusi dari
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17
kabupaten lainnya. Kabupaten sentra produksi durian di provinsi Jawa Timur tahun 2013 disajikan secara rinci pada Lampiran 5.
53,47%
15,78% 9,56%
7,07%
4,83% 9,28%
Kab. Pasuruan Kab. Trenggalek Kab. Malang Kab. Bondowoso Kab. Jember Lainnya
Gambar 3.6. Kontribusi Produksi Durian di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013
Di Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2013 Kabupaten Tapanuli Tengah adalah kabupaten penghasil durian dengan produksi terbesar yaitu mencapai 31.406 ton atau 39,26% dari produksi durian di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten penghasil durian terbesar lainnya adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan produksi sebesar 8.114 ton (10,14%), Kabupaten Deli Serdang 5.994 ton (7,49%), Kabupaten Serdang Bedagai 5.370 ton (6,71%), Kabupaten Dairi 5.122 ton (6,40%) dan Kabupaten Tapanuli Utara 4.923 ton (6,15%). Sedangkan sisanya sebesar 23,83% (19.065 ton) merupakan kontribusi dari kabupaten lainnya (Gambar 3.7). Kabupaten sentra produksi durian di provinsi Sumatera Utara tahun 2013 disajikan secara rinci pada Lampiran 6.
18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39,26% 10,14% 7,49% 6,71% 6,40% 6,15% 23,83%
Kab. Tap. Tengah Kab. Tap. Selatan Kab. D. Serdang Kab. Serdang Bedagai
Kab. Dairi Kab. Tap. Utara
Lainnya
Gambar 3.7. Kontribusi Produksi Durian di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2013
Untuk Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2013 sebanyak 7.903 ton atau 16,19% produksi durian di provinsi tersebut berasal dari Kabupaten Subang. Kabupaten berikutnya dengan produksi terbesar untuk durian di Jawa Barat adalah Kabupaten Ciamis 6.209 ton (12,72%), Kabupaten Cianjur 5.847 ton (11,98%), Kabupaten Bogor 5.523 ton (11,31%), Kabupaten Garut 5.120 ton (10,49%), Kabupaten Majalengka 3.196 ton (6,55%), Kabupaten Tasikmalaya 2.995 ton (6,13%), Kabupaten Kuningan 2.808 ton (5,75%) dan Kabupaten Sumedang 1.943 ton (3,98%). Sedangkan sisanya sebesar 14,91% (7.277 ton) merupakan kontribusi dari kabupaten lainnya (Gambar 3.8). Kabupaten sentra produksi durian di provinsi Jawa Barat tahun 2013 disajikan secara rinci pada Lampiran 7.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19 16.19% 12.72% 11.98% 11.31% 10.49% 6.55% 6.13% 5.75% 3.98% 14.91%
Kab. Subang Kab. Ciamis Kab. Cianjur
Kab. Bogor Kab. Garut Kab. Majalengka
Kab. Tasikmalaya Kab. Kuningan Kab. Sumedang
Lainnya
Gambar 3.8. Kontribusi Produksi Durian di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2013
Provinsi sentra produksi durian selanjutnya adalah Provinsi Jawa Tengah dimana pada tahun 2013 sebanyak 18.604 ton atau 26,75% produksi durian Provinsi Jawa Tengah berasal dari Kabupaten Wonosobo (Gambar 3.9). Kabupaten penghasil durian terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Pekalongan dengan 8.067 ton (11,60%), Kabupaten Semarang 7.605 ton (10,94%), Kabupaten Banjarnegara 6.442 ton (9,26%) dan Kabupaten Temanggung 3.875 ton (5,57%). Kabupaten sentra produksi durian di provinsi Jawa Tengah tahun 2013 disajikan secara rinci pada Lampiran 8.
20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 26,75 11,60 10,94 9,26 5,57 4,65 3,89 3,83 2,79 2,24 2,19 2,08 14,21
Kab. Wonosobo Kab. Pekalongan Kab. Semarang Kab. Banjarnegara Kab. Temanggung Kab. Karanganyar Kab. Purworejo Kab. Kendal Kab. Boyolali Kab. Wonogiri Kab. Magelang Kab. Purbalingga
Gambar 3.9. Kontribusi Produksi Durian di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2013
Provinsi sentra produksi durian yang lain adalah Provinsi Banten dimana pada tahun 2013 Kabupaten Pandeglang merupakan urutan pertama yang berproduksi sebanyak 31.576 ton atau 77,35% (Gambar 3.10). Kabupaten penghasil durian terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Lebak dengan 5.609 ton (13,74%), Kota Serang 2.313 ton (5,67%), Kabupaten Serang 1.057 ton (2,59%), Kota Tanggerang Selatan 157 ton (0,39%), Kota Cilegon 75 ton (0,18%) dan Kabupaten Tangerang 35 ton (0,09%). Kabupaten sentra produksi durian di provinsi Banten tahun 2013 disajikan secara rinci pada Lampiran 9.
77,35 13,74
5,67 2,59 0,39 0,180,09
Kab. Pandeglang Kab. Lebak
Kota Serang Kab. Serang
Kota Tangerang Selatan Kota Cilegon
Gambar 3.10. Kontribusi Produksi Durian di Provinsi Banten, Tahun 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21
3.2. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN DURIAN DI INDONESIA
Perkembangan harga durian di tingkat produsen di Indonesia selama tahun 2004–2013 menunjukkan kecenderungan meningkat (Gambar 3.11). Pada periode tersebut harga durian di tingkat produsen mengalami pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 13,70% per tahun. Harga produsen pada tahun 2004 sebesar Rp. 54.117,-per 10 buah, atau harga per kilogramnya sebesar Rp. 1.804,- per kg dengan asumsi berat 1 buah durian sebesar 3 kg. Harga produsen tertinggi dicapai pada tahun 2013 dengan harga Rp. 165.828,- per 10 buah atau sebesar Rp. 5.528,- per kg dengan asumsi berat 1 buah durian sebesar 3 kg. Perkembangan harga durian di tingkat produsen di Indonesia, 2004-2013 disajikan pada Lampiran 10.
-1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Rp/Kg) Harga Produsen
Gambar 3.11. Perkembangan Harga Produsen Durian di Indonesia, Tahun 2004–2013
Peningkatan harga durian dari tahun ke tahun menggambarkan bahwa buah durian ini sangat disenangi konsumen di Indonesia maupun mancanegara. Ini terbukti begitu banyaknya penggemar sehingga menyebabkan hukum pasar bagi buah durian yang dijajakan di kota seakan tidak berlaku meskipun buah durian melimpah harganya tidak pernah turun. Harganya semakin melonjak ketika pasokannya kurang dan harga ini seolah-olah menjadi patokan mutu, semakin tinggi harganya maka semakin bagus mutu buah durian (Wisnu Winardi, 2013).
22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI DURIAN DI INDONESIA
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2002– 2013, konsumsi durian per kapita per tahun di Indonesia berfluktuasi (Gambar 3.12). Rata-rata konsumsi durian tahun 2002 – 2013 sebesar 1,18 kg/kapita/tahun, atau mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 28,89% per tahun. Sementara bila dilihat konsumsi durian tahun 2013 sebesar 1,41 kg/kapita, dengan jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 sebanyak 248,82 juta jiwa maka konsumsi domestik durian Indonesia tahun 2013 mencapai 350,33 ribu ton. Perkembangan konsumsi durian di Indonesia secara lengkap disajikan pada lampiran 11. 0 0,5 1 1,5 2 2,5 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Kg/Kapita/Tahun) Konsumsi
Gambar 3.12. Perkembangan Konsumsi Durian di Indonesia, Tahun 2002-2013
Ditinjau dari sisi ketersediaan untuk konsumsi durian berdasarkan perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM), pada periode tahun 1993-2013 menunjukkan indikasi peningkatan (Gambar 3.13). Jika pada tahun 1993 ketersediaan untuk konsumsi durian per kapita sebesar 0,82 kg/tahun, maka tahun 2013 mencapai 2,76 kg/kapita/tahun. Ketersediaan konsumsi durian tertinggi dicapai pada tahun 2011 sebesar 3,39 kg/kapita/tahun. Ketersediaan untuk konsumsi durian sebagian besar digunakan untuk bahan makanan dalam bentuk buah segar dengan persentase mencapai 90%, sedangkan sisanya tercecer. Perkembangan penggunaan dan ketersediaan konsumsi durian di Indonesia disajikan pada Lampiran 12.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 kg/kapita/thn
Gambar 3.13. Perkembangan Ketersediaan Durian di Indonesia, Tahun 1993-2013
3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR DURIAN DI INDONESIA
3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Impor Durian Indonesia
Ekspor impor durian Indonesia dilakukan dalam wujud durian segar. Perkembangan volume ekspor durian Indonesia pada tahun 2007–2013 sangat berfluktuatif (Gambar 3.14). Tahun 2007 volume ekspor durian Indonesia sebesar 2,16 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 6,46 ribu, dan tahun 2013 volume ekspor menjadi 0,02 ton senilai US$ 0,11 ribu. Volume ekspor durian tertinggi selama periode tersebut dicapai pada tahun 2008 sebesar 32,62 ton. Perkembangan volume ekspor durian Indonesia secara lengkap disajikan pada Lampiran 13.
24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) Vol. Ekspor
Gambar 3.14. Perkembangan Volume Ekspor Durian Indonesia, Tahun 2007 – 2013
Sementara itu volume impor durian sangat besar dibandingkan volume ekspornya, sehingga terjadi penurunan volume impor durian Indonesia sebesar 13,47% per tahun (Gambar 3.15). Penurunan laju pertumbuhan volume impor durian terjadi pada tahun 2010, 2012 dan 2013 masing – masing sebesar 15,78%, 23,98% dan 76,35%. Penurunan volume impor durian ke Indonesia disebabkan adanya penetapan kebijakan pembatasan pintu masuk untuk produk hortikultura yang mulai berlaku sejak tanggal 28 September 2012. Dengan ketetapan ini pemerintah akan menutup beberapa pelabuhan impor untuk produk hortikultura (durian) sehingga impor hanya boleh masuk ke wilayah pabean Indonesia melalui empat pintu masuk yaitu Pelabuhan Belawan, Tanjung Perak, Makassar dan Bandara Soekarno Hatta. Kebijakan pembatasan pintu masuk produk hortikultura sering diasosiasikan dengan pembatasan impor hortikultura (Wisnu Winardi, 2013).
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) Vol. Impor
Gambar 3.15. Perkembangan Volume Impor Durian di Indonesia, Tahun 2007–2013
3.4.2. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Durian Indonesia
Nilai ekspor durian juga menunjukkan berfluktuatif seperti volumenya (Gambar 3.16). Pada tahun 2007 nilai ekspor durian Indonesia 6,46 ribu US$ dan mengalami penurunan menjadi 110 US$ pada tahun 2013. Nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2008 dimana volume ekspornya sebesar 32.620 ton. (Lampiran 13). -10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (000 US$) Nilai Ekspor
Gambar 3.16. Perkembangan Nilai Ekspor Durian di Indonesia, Tahun 2007–2013
Dari sisi nilai impornya, rata-rata pertumbuhan pada periode 2007-2013 mengalami penurunan sebesar 11,08% (Gambar 17). Tahun 2007 nilai impor durian sebesar 28,68 ribu US$ dan mengalami penurunan impor
26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
hingga pada tahun 2013 nilai impornya sebesar 7,27 ribu US$. Nilai impor tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 38,19 juta US$ dengan laju pertumbuhan 10,05% terhadap tahun sebelumnya (Lampiran 13).
-5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (000 US$) Nilai Impor
Gambar 3.17. Perkembangan Nilai Impor Durian di Indonesia, Tahun 2007 – 2013
Berdasarkan nilai ekspor dan nilai impornya diperoleh neraca perdagangan durian Indonesia. Untuk periode tahun 2007-2013 neraca perdagangan durian Indonesia berada pada posisi defisit. Defisit terjadi secara fluktuatif selama periode tersebut dan cenderung menurun (Gambar 3.18). Pada tahun 2007 defisit neraca perdagangan durian sebesar US$ 28,67 ribu, sementara pada tahun 2013 menurun menjadi US$ 7,27 ribu. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan durian Indonesia tahun 2007-2013 secara rinci disajikan pada Lampiran 13.
-40000.00 -30000.00 -20000.00 -10000.00 0.00 10000.00 20000.00 30000.00 40000.00 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Juta US$)
Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca
Gambar 3.18. Perkembangan Neraca Perdagangan Durian di Indonesia, Tahun 2007–2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27 3.4.3. Negara Tujuan Ekspor Durian Indonesia Tahun 2013
Negara tujuan ekspor durian Indonesia pada tahun 2013 sepenuhnya ke Negara Oman mencapai 100% dari total volume ekspor durian. Ekspor durian ke Oman sebesar 20 kg dengan nilai US$ 110.
3.4.4. Negara Asal Impor Durian Indonesia Tahun 2013
Sementara negara asal impor durian Indonesia pada periode tahun 2013 berasal dari negara Thailand, Malaysia dan Vietnam sebesar 100% dari total volume impor durian(Gambar 3.19). Impor durian dari Thailand sebesar 4.734 ton atau 96,99% dari total volume impor durian Indonesia, diikuti oleh Malaysia sebesar 66 ton atau 1,34% dan Vietnam sebesar 81 ton atau 1,67% dari total volume impor durian Indonesia.
-500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000
Thailand Viet Nam Malaysia 4,734
81 66
(Ton)
Gambar 3.19. Beberapa Negara Asal Impor Durian Indonesia, Tahun 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29
BAB IV. KERAGAAN DUNIA
4.1. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR DURIAN ASEAN DAN DUNIA
4.1.1. Perkembangan Volume Ekspor Impor Durian di Asean
Perkembangan volume ekspor dan impor durian di asean periode 2002-2013 cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 17,81% per tahun untuk volume ekspor, sedangkan perkembangan volume impornya sebesar 4,53% per tahun (Gambar 4.1.). Pada tahun 2002, realisasi volume ekspor dan impor dunia masing-masing mencapai 86,03 ribu ton dan 26,96 ribu ton, kemudian pada tahun 2013 realisasi volume ekspor dan impor asean mengalami peningkatan masing-masing sebesar 382,83 ribu ton dan 28,93 ribu ton. Volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 382,83 ribu ton sedangkan volume impor tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 60,98 ribu ton. Secara rinci perkembangan volume ekspor impor durian asean dapat dilihat pada Lampiran 14. -50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 450.000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Ton)
Volume Ekspor Volume Impor
Gambar 4.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Durian di ASEAN, Tahun 2002-2013
Berdasarkan realisasi ekspor rata-rata 2009-2013 menunjukkan bahwa Thailand merupakan negara eksportir durian terbesar di asean dengan kontribusi sebesar 84,11% (290,76 ribu ton) terhadap total volume ekspor durian asean (Gambar 4.2). Negara-negara eksportir terbesar berikutnya adalah
30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Vietnam 10,44% (36,10 ribu ton), Malaysia 5,43% (18,75 ribu ton), Singapore 0,01% (22 ton) dan Brunei Darussalam 0,01% (21 ton). Indonesia menempati urutan ke-7 sebagai eksportir durian dunia dengan kontribusi ekspor sebesar 6 ton. Secara rinci perkembangan negara eksportir durian asean dapat dilihat pada Lampiran 15.
93.91% 6.06% 0.01% 0.02%
Thailand Malaysia Viet Nam Lainnya
Gambar 4.2. Kontribusi Volume Ekspor Durian Beberapa Negara di ASEAN, Tahun 2009-2013
Lain halnya dengan negara importir durian ASEAN, berdasarkan data Un Comtrade pada tahun 2009–2013 terdapat tujuh negara importir durian terbesar di ASEAN yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 100% terhadap total volume impor di ASEAN. Singapore merupakan negara importir durian terbesar di ASEAN dengan rata-rata volume impor durian sebesar 22.867 ton atau memberikan kontribusi sebesar 50,06%, peringkat kedua Indonesia dengan kontribusi sebesar 33,35%, disusul Malaysia dan Brunei Darussalam dengan kontribusi masing-masing sebesar 15,99% dan 0,47% terhadap total volume impor durian ASEAN (Gambar 4.3). Indonesia sebagai negara importir durian terbesar ke-2 ASEAN dengan rata-rata volume impor sebesar 15.233 ton per tahun sekaligus juga menjadi negara eksportir ke-7 terbesar dengan rata-rata volume ekspor sebesar 6 ton. Kontribusi volume impor negara-negara ASEAN disajikan pada (Lampiran 16).
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31 50,06%
33,35%
15,99% 0,61%
Singapore Indonesia Malaysia Lainnya
Gambar 4.3. Kontribusi Volume Impor Durian Beberapa Negara di Asean, Tahun 2009-2013
4.1.2. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Durian di ASEAN
Seperti halnya pada perkembangan volume ekspor impor durian di asean, perkembangan nilai ekspor impornya pada periode 2002-2013 cenderung meningkat (Gambar 4.4). Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor dan impor durian masing-masing sebesar 17,56% dan 30,42% per tahun. Pada tahun 2002 nilai ekspor durian di asean sebesar 47,45 juta US$ sedangkan nilai impornya sebesar 11,23 juta US$ kemudian meningkat menjadi masing-masing sebesar 254,85 juta US$ dan 21,08 juta US$ pada tahun 2013. Nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 254,85 juta US$, sedangkan nilai impor tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 49,64 juta US$. Secara rinci perkembangan nilai ekspor impor durian asean dapat dilihat pada Lampiran 14.
32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian -50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 (000 US$)
Nilai Ekspor Nilai Impor
Gambar 4.4. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Durian di Asean, Tahun 2002-2013
4.1.3. Perkembangan Volume Ekspor Impor Durian di Dunia
Perkembangan volume ekspor dan impor durian di dunia periode 2002-2013 tampak berfluktuatif namun cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 20,95% per tahun untuk volume ekspor, sedangkan perkembangan volume impornya sebesar 8,89% per tahun (Gambar 4.5.). Pada tahun 2002, realisasi volume ekspor dan impor dunia masing-masing mencapai 149,14 ribu ton dan 184,65 ribu ton, kemudian pada tahun 2013 realisasi volume ekspor dan impor dunia mengalami peningkatan masing-masing sebesar 383,52 ribu ton dan 366,83 ribu ton. Volume ekspor dan impor tertinggi terjadi pada tahun 2010 masing-masing sebesar 2,37 juta ton dan 1,36 juta ton. Secara rinci perkembangan volume ekspor impor durian dunia dapat dilihat pada Lampiran 17.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33 -100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (Ton)
Vol Ekspor Vol Impor
Gambar 4.5. Perkembangan Volume Ekspor Impor Durian di Dunia, Tahun 2002-2013
Berdasarkan realisasi ekspor rata-rata 2009-2013 menunjukkan bahwa Thailand merupakan negara eksportir durian terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar 60,22% (290,76 ribu ton) terhadap total volume ekspor durian dunia (Gambar 4.6). Negara-negara eksportir terbesar berikutnya adalah Hongkong 35,75% (172,61 ribu ton) Malaysia 3,88% (15,71 ribu ton) dan Netherlands 0,09% (423 ton). Indonesia menempati urutan ke-17 sebagai eksportir durian dunia dengan kontribusi ekspor sebesar 5,56 (ribu ton). Sedangkan total kontribusi ekspor negara-negara lainnya sebesar 0,06% (279 ton). Secara rinci perkembangan negara eksportir durian dunia dapat dilihat pada Lampiran 18.
60,22% 35,75%
3,88% 0,15%
Thailand Hongkong Malaysia Lainnya
Gambar 4.6. Kontribusi Volume Ekspor Durian Beberapa Negara di Dunia, Tahun 2009-2013
34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Berdasarkan data Un Comtrade, pada tahun 2009–2013 terdapat tujuh negara importir durian terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 95,82% terhadap total volume impor durian di dunia. China merupakan negara importir durian terbesar di dunia dengan rata-rata volume impor durian sebesar 237,54 ribu ton atau memberikan kontribusi sebesar 48,52%, peringkat kedua Hongkong dengan kontribusi sebesar 37,75%, disusul Singapura dan Indonesia dengan kontribusi masing-masing sebesar 4,67% dan 3,11% terhadap total volume impor durian dunia (Gambar 4.7). Hongkong sebagai negara eksportir durian terbesar ke-2 dunia dengan rata-rata volume ekspor sebesar 172,61 ribu ton per tahun juga menjadi negara importir ke-2 terbesar dengan rata-rata volume impor sebesar 184,81 ribu ton. Negara-negara importir durian terbesar lainnya adalah Malaysia, Amerika dan Belanda (Lampiran 19). Indonesia berada pada urutan ke-4 dengan rata-rata volume impor durian tahun 2009 – 2013 sebesar 15,23 ribu ton per tahun.
48,52%
37,75%
4,67% 3,11% 1,49% 4,45%
China Hongkong Singapura Indonesia Malaysia Lainnya
Gambar 4.7. Kontribusi Volume Impor Durian Beberapa Negara di Dunia, Tahun 2009-2013
4.1.4. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Durian di Dunia
Seperti halnya pada perkembangan volume ekspor impor durian di dunia, perkembangan nilai ekspor impornya pada periode 2002-2013 juga berfluktuatif namun cenderung meningkat (Gambar 4.8). Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor dan impor durian masing-masing sebesar 24,11% dan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35
18,38% per tahun. Pada tahun 2002 nilai ekspor durian di dunia sebesar 84,82 juta US$ sedangkan nilai impornya sebesar 100,76 juta US$ kemudian meningkat menjadi masing-masing sebesar 256,57 juta US$ dan 587,09 juta US$ pada tahun 2013. Nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 269,06 juta US$, sedangkan nilai impor tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 621,55 juta US$. Secara rinci perkembangan nilai ekspor impor durian dunia dapat dilihat pada Lampiran 17.
-100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (000 US$)
Nilai Ekspor Nilai Impor
Gambar 4.8. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Durian di Dunia, Tahun 2002-2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37
BAB V. PENAWARAN DAN PERMINTAAN
5.1. PROYEKSI PENAWARAN DURIAN DI INDONESIA 2014 - 2019
Proyeksi Penawaran durian merupakan perhitungan dari (proyeksi produksi + proyeksi impor – proyeksi ekspor) Permodelan proyeksi produksi durian Indonesia dalam analisis ini dilakukan dalam wujud buah segar. Karena keterbatasan ketersediaan data pendukung, maka digunakan metode deret waktu dengan pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing). Pada konstanta pemulusan alpha (level)= 0,471019 dan gamma (trend)= 0,133336 diperoleh MAPE= 24. Hasil proyeksi penawaran durian secara lengkap disajikan pada Tabel 5.1 dan hasil pengolahan data disajikan pada Lampiran 20.
Selanjutnya melakukan penelusuran model proyeksi data impor dan ekspor durian, dengan deret waktu analisis trend (trend analysis linear). Pada proyeksi impor ini diperoleh MAPE= 24, MAD= 5111 dan MSD= 31282086. Sedangkan untuk hasil proyeksi ekspor yang diperoleh dari tahun 2015-2019 menunjukkan di Indonesia tidak melakukan ekspor durian. Hasil pengolahan data volume impor disajikan pada Lampiran 22.
Proyeksi penawaran durian di Indonesia periode tahun 2014-2019 akan terus mengalami peningkatan sebesar 3,19% per tahun. Proyeksi produksi durian tahun 2014 sebesar 852.159 ton dan akan meningkat sebesar 2,99% pada tahun 2019 sebesar 996.996 ton. Meskipun diperkirakan akan terjadi peningkatan pada tahun 2014-2019, namun perlu dilakukan juga upaya peningkatan produktivitas durian. Hal ini mengingat masih kurangnya penerapan teknologi oleh petani dalam budidaya komoditas durian yang umumnya masih ditanam di hutan atau pekarangan dan belum dibudidayakan secara intensif.
38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Penawaran Durian di Indonesia, Tahun 2014–2019
Produksi Volume Impor Volume Ekspor Penawaran
Ton Ton Ton Ton
2014 852.159 7.496 1 859.654 2015 881.126 5.058 0 886.184 2016 910.093 2.312 0 912.405 2017 939.061 0 0 939.061 2018 968.028 0 0 968.028 2019 996.996 0 0 996.996 Proyeksi Tahun
5.2. PROYEKSI PERMINTAAN DURIAN DI INDONESIA 2014 - 2019
Permintaan/demand durian Indonesia merupakan perhitungan dari (konsumsi rumah tangga yang bersumber dari SUSENAS BPS + tercecer + ketersediaan lainnya).
Proyeksi konsumsi rumah tangga durian diproyeksikan dengan model pemulusan exponensial berganda (double exponential smoothing). Dengan konstanta pemulusan alpha (level)= 0,337421 dan gamma(trend)= 0,295445 diperoleh MAPE 54. Hasil Pengolahan Permintaan Durian disajikan pada Lampiran 21. Untuk memperoleh total konsumsi rumah tangga durian di Indonesia dikalikan dengan data proyeksi jumlah penduduk dari BPS. Berdasarkan model tersebut di atas, permintaan durian Indonesia selama periode 2014-2019 diperkirakan menurun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,34 % per tahun. Pada tahun 2014 permintaan durian nasional diprediksi sebesar 242 ribu ton, dan akan mengalami penurunan di tahun 2019 menjadi 217 ribu ton. Hasil proyeksi permintaan durian di Indonesia disajikan pada Tabel 5.2.
Untuk komponen tercecer diperoleh dari proporsi tercecer dalam NBM dikalikan hasil proyeksi produksi. Dalam komponen ketersediaan lainnya merupakan komponen penyeimbang dari penawaran dan permintaan.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39 Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Permintaan Durian di Indonesia,
Tahun 2014-2019
Permintaan Jml Penduduk Total Permintaan
(Kg/Kapita/Tahun)1 (000 Jiwa)2 (Ton) 2014 0,96 252.165 242.078 2015 0,93 255.462 237.580 2016 0,90 258.705 232.835 2017 0,87 261.891 227.845 2018 0,84 265.015 222.613 2019 0,81 267.974 217.059 Rata-rata Pertumb. -3,34 1,22 -2,16 (%/tahun) Tahun
Sumber : 1. Konsumsi Rumah Tangga SUSENAS, BPS 2. Jumlah penduduk adalah proyeksi BPS
5.3. PROYEKSI NERACA PENAWARAN DAN PERMINTAAN DURIAN DI INDONESIA 2014-2019
Pada proyeksi neraca penawaran dan permintaan maka diperoleh ketersediaan lainnya yang merupakan hasil perhitungan dari penawaran – konsumsi rumah tangga - tercecer. Dimana ketersediaan lainnya pada komoditi durian merupakan ketersediaan untuk diolah.
Proyeksi neraca penawaran dan permintaan komoditi durian merupakan situasi neraca durian di tahun 2014-2019. Penawaran/supply merupakan hasil perhitungan dari produksi + impor – ekspor.
Berdasarkan hasil proyeksi neraca penawaran dan permintaan durian pada tahun 2014-2019 menunjukkan proporsi rata-rata ketersediaan durian terhadap permintaan sebesar 65,11% yang akan digunakan untuk pengolahan baik itu sebagai bahan makanan maupun industri. Ketersediaan pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 532.360 ton dan akan terus meningkat di tahun 2019 menjadi 680.237 ton. Proyeksi neraca penawaran dan permintaan durian secara lengkap akan disajikan pada Tabel 5.3.
40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 5.3. Proyeksi Neraca Penawaran dan Permintaan Durian di Indonesia, Tahun 2014-2019 2014 2015 2016 2017 2018 2019 A. PENAWARAN/SUPPLY 859.654 886.184 912.405 939.061 968.028 996.996 (TON) 1. Produksi 852.159 881.126 910.093 939.061 968.028 996.996 2. Impor 7.496 5.058 2.312 0 0 0 3. Ekspor 1 0 0 0 0 0 B. PERMINTAAN/DEMAND 859.654 886.184 912.405 939.061 968.028 996.996 (TON) 1. Konsumsi RT (SUSENAS) 242.078 237.580 232.835 227.845 222.613 217.059 2. Tercecer 85.216 88.113 91.009 93.906 96.803 99.700 3. Ketersediaan Lainnya 532.360 560.491 588.561 617.310 648.612 680.237
Uraian Proyeksi Tahun
Ketersediaan durian tersebut akan dapat diolah menjadi olahan bahan makanan seperti pancake durian, lempok (dodol) durian, ice cream durian, juice durian bahkan dapat diolah menjadi tempoyak.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41
DAFTAR PUSTAKA
Wisnu Winardi. 2013. Dampak Pembatasan Impor Hortikultura Terhadap Aktivitas Perekonomian, Tingkat Harga dan Kesejahteraan. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. www.bi.go.id/publikasi/jurnal-ekonomi [diakses Oktober 2014]
Andri Wijaya. 2013. Seri Bercocok Tanam Bertanam Durian. Ganeca Exact. Subagyo, P. 1986. Forcasting Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2012. http://www.ristek.go.id [diakses 9 Oktober 2014]
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Statistik Produksi Hortikultura Kementerian Pertanian.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Statistik SDM, Penduduk dan Kemiskinan. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Kementerian Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. 2012. Program Peningkatan Produksi Tanaman Durian. Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. http://psp3.ipb.ac.id [diakses Oktober 2014] Sukma Ningrum dan Mohd. Harisudin. 2012. Strategi Pemasaran Durian Dengan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45
Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen Durian di Jawa, Luar Jawa, dan Indonesia, Tahun 1990 - 2013
Jawa Pertumb. (%) Luar Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumb. (%) 1990 15.719 28.024 43.743 1991 19.990 27,17 22.752 -18,81 42.742 -2,29 1992 12.865 -35,64 23.159 1,79 36.024 -15,72 1993 10.120 -21,34 21.263 -8,19 31.383 -12,88 1994 11.967 18,25 32.438 52,56 44.405 41,49 1995 11.463 -4,21 34.878 7,52 46.341 4,36 1996 12.839 12,00 25.903 -25,73 38.742 -16,40 1997 7.965 -37,96 17.135 -33,85 25.100 -35,21 1998 10.209 28,17 15.942 -6,96 26.151 4,19 1999 8.037 -21,28 15.967 0,16 24.004 -8,21 2000 8.587 6,84 14.434 -9,60 23.021 -4,10 2001 7.741 -9,85 28.071 94,48 35.812 55,56 2002 10.327 33,41 30.706 9,39 41.033 14,58 2003 14.861 43,90 38.909 26,71 53.770 31,04 2004 10.235 -31,13 38.043 -2,23 48.278 -10,21 2005 13.299 29,94 32.257 -15,21 45.556 -5,64 2006 17.561 32,05 30.651 -4,98 48.212 5,83 2007 19.446 10,73 28.228 -7,91 47.674 -1,12 2008 23.545 21,08 33.110 17,29 56.655 18,84 2009 24.141 2,53 37.708 13,89 61.849 9,17 2010 19.514 -19,17 26.776 -28,99 46.290 -25,16 2011 30.922 58,46 38.123 42,38 69.045 49,16 2012 25.892 -16,27 37.297 -2,17 63.189 -8,48 2013 28.078 8,44 33.167 -11,07 61.245 -3,08 1990-2013 5,92 3,93 3,73 1990-1997 -2,80 -4,11 -4,48 1998-2013 12,63 10,12 10,04
Sumber: BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura, diolah Pusdatin
Tahun
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 2. Perkembangan Produksi Durian di Jawa, Luar Jawa, dan Indonesia, Tahun 1990 - 2013
Jawa Pertumb. (%) Luar Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumb. (%) 1990 94.136 148.425 242.561 1991 97.486 3,56 107.855 -27,33 205.341 -15,34 1992 59.992 -38,46 92.509 -14,23 152.501 -25,73 1993 72.298 20,51 98.573 6,56 170.871 12,05 1994 96.498 33,47 172.064 74,55 268.562 57,17 1995 86.191 -10,68 203.457 18,24 289.648 7,85 1996 65.539 -23,96 201.566 -0,93 267.105 -7,78 1997 87.017 32,77 149.353 -25,90 236.370 -11,51 1998 90.868 4,43 119.248 -20,16 210.116 -11,11 1999 92.332 1,61 102.027 -14,44 194.359 -7,50 2000 103.860 12,49 132.934 30,29 236.794 21,83 2001 111.003 6,88 236.115 77,62 347.118 46,59 2002 134.087 20,80 390.977 65,59 525.064 51,26 2003 224.552 67,47 517.279 32,30 741.831 41,28 2004 175.790 -21,72 500.112 -3,32 675.902 -8,89 2005 140.585 -20,03 425.619 -14,90 566.204 -16,23 2006 225.944 60,72 521.904 22,62 747.848 32,08 2007 206.039 -8,81 388.806 -25,50 594.845 -20,46 2008 276.885 34,38 405.438 4,28 682.323 14,71 2009 323.909 16,98 473.889 16,88 797.798 16,92 2010 182.924 -43,53 309.215 -34,75 492.139 -38,31 2011 375.330 105,18 508.639 64,49 883.969 79,62 2012 371.106 -1,13 517.021 1,65 888.127 0,47 2013 346.846 -6,54 412.208 -20,27 759.054 -14,53 1990-2013 10,71 9,28 8,89 1990-1997 3,57 2,67 1,99 1998-2013 16,21 14,36 14,19
Sumber: BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura, diolah Pusdatin
Tahun
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47
Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Durian di Jawa, Luar Jawa, dan Indonesia, Tahun 1990 – 2013
Jawa Pertumb. (%) Luar Jawa Pertumb. (%) Indonesia Pertumb. (%) 1990 5,99 5,30 5,55 1991 4,88 -18,57 4,74 -10,50 4,80 -13,36 1992 4,66 -4,38 3,99 -15,74 4,23 -11,88 1993 7,14 53,20 4,64 16,06 5,44 28,62 1994 8,06 12,87 5,30 14,42 6,05 11,08 1995 7,52 -6,75 5,83 9,97 6,25 3,35 1996 5,10 -32,11 7,78 33,40 6,89 10,30 1997 10,92 114,02 8,72 12,01 9,42 36,59 1998 8,90 -18,53 7,48 -14,18 8,03 -14,68 1999 11,49 29,07 6,39 -14,58 8,10 0,77 2000 12,10 5,28 9,21 44,13 10,29 27,04 2001 14,34 18,56 8,41 -8,67 9,69 -5,77 2002 12,98 -9,45 12,73 51,38 12,80 32,02 2003 15,11 16,37 13,29 4,41 13,80 7,82 2004 17,18 13,67 13,15 -1,12 14,00 1,48 2005 10,57 -38,45 13,19 0,37 12,43 -11,22 2006 12,87 21,71 17,03 29,05 15,51 24,80 2007 10,60 -17,65 13,77 -19,11 12,48 -19,56 2008 11,76 10,99 12,25 -11,10 12,04 -3,48 2009 13,42 14,10 12,57 2,63 12,90 7,10 2010 9,37 -30,14 11,55 -8,11 10,63 -17,58 2011 12,14 29,49 13,34 15,53 12,80 20,42 2012 14,33 18,08 13,86 3,90 14,06 9,78 2013 12,35 -13,81 12,43 -10,34 12,39 -11,82 1990-2013 7,29 5,38 4,86 1990-1997 13,41 7,50 7,78 1998-2013 2,57 3,76 2,61
Sumber: BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura, diolah Pusdatin
Tahun Produktivitas (Ton/Ha)
48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 4. Kontribusi Produksi Durian di Beberapa Provinsi Sentra di Indonesia, Tahun 2009 – 2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata 1 Jawa Timur 141.522 87.037 4.242 158.341 180.067 114.242 14,95 14,95 2 Sumatera Utara 102.580 66.487 79.659 102.767 79.994 86.297 11,29 26,24 3 Jawa Barat 70.362 39.719 157.030 76.600 48.821 78.506 10,27 36,51 4 Jawa Tengah 74.368 41.765 26.291 79.237 69.542 58.241 7,62 44,13 5 Banten 28.152 8.760 111.207 47.465 40.822 47.281 6,19 50,32 6 Sumatera Barat 37.388 22.112 37.133 45.117 54.958 39.342 5,15 55,47 7 Lainnya 343.426 226.259 468.407 378.600 284.852 340.309 44,53 100,00 Indonesia 797.798 492.139 883.969 888.127 759.055 764.218 100,00
Sumber: BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura, diolah Pusdatin
No. Provinsi
Produksi (Ton) Share (%)
Share
Kumulatif (%)
Lampiran 5. Kabupaten Sentra Produksi Durian di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 Produksi (Ton) 1 Kab. Pasuruan 84.670 53,47 53,47 2 Kab. Trenggalek 24.990 15,78 69,25 3 Kab. Malang 15.140 9,56 78,82 4 Kab. Bondowoso 11.196 7,07 85,89 5 Kab. Jember 7.653 4,83 90,72 6 Lainnya 14.695 9,28 100,00 Jawa Timur 158.344 100,00
Sumber: Dinas Pertanian, diolah Pusdatin
No. Kabupaten Share
(%)
Share Kumulatif (%)