• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ihda Mauliyah*, Nawang Indah PS** ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ihda Mauliyah*, Nawang Indah PS** ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Ihda Mauliyah*, Nawang Indah PS** ABSTRAK

Bingung puting banyak terjadi pada bayi yang menggunakan susu botol atau silicone nipple, namun dalam kenyataannya banyak orang tua yang menggunakan silicone nipple untuk menenangkan bayi saat rewel, dimana pendapat atau persepsi ibu dan masyarakat yang salah atau tidak benar tentang hal ini. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya: tingkat pengetahuan, umur, pendidikan, dan oleh pekerjaan. Survey awal menunjukkan masih terdapat bayi yang mengalami binggung puting. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan penggunaan silicone niple dengan kejadian bingung puting pada bayi usia 1-5 bulan.

Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional dengan mengambil sampel secara Simple Random Sampling.Dengan jumlah responden 40. Variabel dalam penelitian ini adalah penggunaan silicone niple adalah sebagai variabel independent dan kejadian bingung puting pada bayi sebagai variabel dependent.

Hasil penelitian menunjukkan bayi yang menggunakan silicone niple dengan kejadian bingung puting yaitu sejumlah (73,03 % ) da yang tidak bingung puting kurang dari sebagian (26,3%).

Dengan menggunakan uji chi-square hasil analisis data dengan bantuan SPSS versi 11,5 didapatkan p = 0,008 dimana p < 0,05. Berarti H1 diterima artinya ada hubungan penggunaan silicone nippledengan kejadian bingung puting pada bayi usia 1-5 bulan di Desa Mudung Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro.

Melihat dari hasil kesimpulan diatas diupayakan jangan biarkan pemakaian silicone nipple menjadi kebiasaan untuk menenangkan bayi saat rewel.

Memberikan penyuluhan pada Ibu balita tentang kerugian dari penggunaan silicone nipple dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif.

Kata Kunci: Silicone nipple, Nipple Convusion Pendahuluan

ASI di pandang lebih unggul dibandingkan susu formula untuk bayi normal kenyataannya bayi yang mendapat atau di beri susu formula sejak lahir. Pada perubahan sosial dan budaya dapat mendorong pemberian susu formula karena mereka bekerja di luar rumah. Banyak Ibu malas menyusui bayinya sedangkan yang

lain percaya bahwa menyusui akan membatasi aktivitasnya.

Mereka takut gagal dalam menyusui sebab ASInya tidak keluar dan bahkan ada yang mempercayai bahwa dengan menyusui akan merusak keindahan bentuk payudara ibu. Apapun alasannya, ASI masih lebih baik dari pada susu buatan sebab kandungn nutrisi dalam ASI sudah sesuai dengan kebutuhan bayi

(2)

SURYA 2 Vol.03, No.XIX, September 2014 dibandingkan dengan susu formula

(Bahrman, 2000).

Dewasa ini di Indonesia keberadaan ASI banyak diganti susu botol, pengaruh kemajuan teknologi dan perubahan sosial budaya juga mengakibatkan banyak ibu di perkotaan umumnya bekerja di luar rumah makin meningkat. Ibu golongan ini menganggap lebih praktis membeli dan mamberikan susu botol dari pada menyusui, semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita diberbagai sektor sehingga semakin banyak ibu harus meninggalkan bayinya sebelum berusia 4 bulan setelah cuti bersalin (Amanda Tasya, 2009).

Memberi makanan buatan (artificial feeding) dapat di lakukan apabila pada kondisi ibu dengan penyakit jantung yang berat, ibu dengan penyakit jiwa, abses mamae, kanker payudara, lepra, produksi ASI sangat kurang atau tidak ada, atau ibu tidak bersedia untuk menyusui oleh karena takut kehilangan daya tarik atau karena bekerja di luar rumah(Sarwono, 2002).

Bayi yang menyusu kemudian di berikan silicone nipple sering mengalami kebingungan, karena anatomi puting susu dan silicone nipple sangat lain, pada menyusu Ibu bayi harus menghisap dengan cukup kuat, pada silicone nipple hisapannya ringan. Hal ini menyebabkan bayi malas menyusu pada ibunya. Dapat pula terjadi pada puting susu yang rata. Pada keadaan ini bayi tidak berhasil menangkap puting untuk dihisap, sehingga tidak suka menyusu.

Pengobatan dapat dengan jalan menghindari pemakaian silicone nipple. Bila di perlukan pengganti ASI pakailah sendok atau pipet untuk memberikan ASI (Sarwono, 2005). Rekomendasi WHO dalam 10 langkah sukses menyusui, juga melarang pemakaian silicone nipple atau dot pada bayi. Berdasarkan survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, bingung puting banyak terjadi pada bayi yang menggunakan susu botol atau dot dikarenakan pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan. Meningkatnya pemberian susu botol disebabkan antar lain kondisi yang kurang memadai bagi para ibu bekerja yang mendapatkan cuti melahirkan terlalu singkat (Amanda Tasya, 2009)

Berdasarkan data yang diperoleh dari register bidan di BPS Ny. Rini Dwi Astutik melalui survey awal bulan Maret 2011. Jumlah ibu yang memiliki bayi usia 1-5 bulan di Desa Mudung, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro sebanyak 26 bayi, di dapatkan hasil bahwa 23 bayi (89%) yang mengalami bingung puting dan 3 bayi (11%) tidak mengalami bingung puting. bingung puting Kepohbaru, Kab. Bojonegoro.

Berdasarkan masalah tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi masih adanya Bayi yang mengalami bingung puting meliputi : 1) penggunaan silicone nipple, hal ini dapat menyebabkan bayi mengalami bingung puting dan mengganggu kelancaran proses menyusui. Jangan kenalkan silicone nipple sebelum bayi memiliki pola menyusu yang stabil; 2) Pemberian

(3)

SURYA 3 Vol.03, No.XIX, September 2014 susu formula, ini bisa semakin

menghambat proses menyusui selanjutnya karena saat diperkenalkan dengan payudara Ibu bayi akan mengalami bingung puting; 3) Pemberian ASI prah dengan dot, ini menjadikan bayi bingung ketika Ibu kembali menyusui langsung.

Dampak dari penggunaan silicone nipple ini dapat mengganggu proses menyusui, membuat bayi mengalami ketergantungan, Meningkatkan resiko bayi terkena infeksi telinga, mengganggu pertumbuhan dan struktur gigi geligi anak.

Upaya untuk mencegah kejadian tersebut dalam penggunaan silicone nipple, jangan biarkan pemakaian silicone nipple menjadi kebiasaan, batasi penggunaan silicone nipple hanya pada saat penting selama bayi mengalami kolik atau hanya untuk menenangkan, tunggu sampai bayi perlu silicone nipple, jangan secara otomatis memberikan silicone nipple kepadanya. Peran keluarga, orang tua dan tenaga kesehatan sangat dibutuhkan dalam hal ini.

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan maka peneliti tertarik mengambil judul ”Hubungan Penggunaan silicone nipple dengan Kejadian bingung Puting pada bayi usia 1-5 bulan di Desa Mudung Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro”.

Metodologi Penelitian

Pada penelitian menggunakan simple random sampling, jumlah populasi

40 responden dan sampel sejumlah 37 responden.

Hasil Penelitian

Data Umum 1) Usia

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Desa Mudung Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro Tahun 2011. No Usia ∑ (%) 1 <20 Tahun 1 2,5 2 21-35 Tahun 31 77,5 3 >35 Tahun 8 20 Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar (77,5%) Responden berusia 21-35 Tahun dan kurang dari sebagian (2,5%) responden yang berusia <20 Tahun.

2) Pendidikan

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Mudung Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro Tahun 2011. No Pendidika n ∑ (%) 1 SD 6 15 2 SMP 28 70 3 SMA 6 15 Jumlah 40 100 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar (70%) pendidikan responden adalah SMP,

(4)

SURYA 4 Vol.03, No.XIX, September 2014 dan kurang dari sebagian (15%)

pendidikan responden adalah SD dan SMA.

3) Pekerjaan

Tabel 3 Distribusi responden Berdasarkan Pekerjaan Di Desa Mudung Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011. No Pekerjaan ∑ (%) 1 Tidak bekerja 4 10 2 Tani 20 50 3 Swasta /Wiraswasta 13 32,5 4 PNS 3 7,5 Jumlah 40 100 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian (50%) pekerjaan responden adalah petani, dan kurang dari sebagian (7,5%) adalah PNS.

Data Khusus

Data khusus dalam penelitian ini adalah penggunaan silicone nipple pada bayi usia 1-5 bulan, kejadian bingung puting pada bayi usia 1-5 bulan dan hubungan antara penggunaan silicone nipple dengan kejadian bingung puting pada bayi usia 1-5 bulan.

1. Penggunaan silicone nipple pada bayi usia 1-5 bulan

Tabel 4 Distribusi Berdasarkan penggunaan silicone nipple pada bayi usia 1-5 bulan du Desa Mudung Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011. No Penggunaan silicone nipple ∑ (%) 1 Ya 26 65 2 Tidak 14 35 Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian (65%) bayi menggunakan silicone nipple.

Tabel 5 Kejadian bingung puting pada bayi usia 1-5 bulan di Desa

Mudung Kecamatan Keponbaru Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011. No Kejadian Bingung Puting ∑ (%) 1 Ya 23 57,5 2 Tidak 17 42,5 Jumlah 40 100

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian bayi (57,5%) mengalami kejadian bingung puting.

2. Tabulasi Tabel silang Berdasarkan penggunaan silicone nipple dengan kejadian bingung puting pada bayi usia 1-5 bulan.

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Hubungan penggunaan silicone nipple dengan kejadian bingung puting pada bayi usia 1-5 bulan.

(5)

SURYA 5 Vol.03, No.XIX, September 2014 NO Silicone nipple Bingung puting Jumlah ∑ ∑ ∑ 1 Ya 19 7 26 2 tidak 4 10 14 23 17 40

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa bayi yang menggunakan silicone niple dengan kejadian bingung puting yaitu sebagian besar (73,03%) dan yang tidak menggunakan silicone nipple dengan kejadian bingung puting yaitu kurang dari sebagian(28,6%)

Pembahasan

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari Hasil penelitian di Ds. Mudung Kec. Kepohbaru Kab. Bojonegoro menunjukan bahwa lebih dari sebagian bayi menggunakan silicone nipple. Penggunaan silicone nipple merupakan penggunaan alat yang bentuknya menyerupai dot bayi. Menurut Hariyati (2009) pengggunaan silicone nipple pada bayi dapat mengganggu proses menyusui, membuat bayi mengalami ketergantungan, meningkatkan bayi terkena infeksi telinga, mengganggu pertumbuhan dan struktur gigi geligi anak, tidak adanya jaminan kebersihan pada silicone nipple yang terjatuh, kotor, dan tidak higienis dan menyebabkan masuknya bibit penyakit ketubuh anak.

Penggunaan silicone nipple atau tidak pada bayi tergantung dari berbagai faktor yaitu adanya pendapat atau persepsi Ibu, masyarakat yang salah atau tidak benar tentang

penggunaan silicone nipple. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain usia ibu, pendidikan, pekerjaan.

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berada pada usia 21-35 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu sudah memiliki tingkat kedewasaaan berdasarkan usia. Menurut Nursalam (2003) Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Pernyataan tersebut diatas dapat dibenarkan dengan teori yang disampaikan Wahid dkk (2007) yang menyebutkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikolog (mental), perubahan pada fisik terjadi akibat pematangan fungsi organ dan pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa, matang dalam berfikir dan bekerja. Pada rentang usia 21-35 tahun ini kemungkinan pengalaman terhadap aplikasi sehari-hari cukup, ibu yang masih muda cenderung langsung menerima informasi baru begitu saja tanpa didasari pengetahuan yang cukup. Dan juga dibenarkan dengan teori yang disampaikan oleh Notoatmojo (2003) yang menyebutkan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, oleh sebab itu pengalaman pribadi pun

(6)

SURYA 6 Vol.03, No.XIX, September 2014 dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan, namun tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan lancar hal ini diperlukan berfikir kritis dan logis.

Pada usia ini merupakan usia yang aktif dalam menerima informasi baik itu informasi yang diterima secara langsung maupun dari berbagai media cetak ataupun media elektronik, karena pada masa ini merupakan usia dewasa muda dan usia produktif dimana belum terjadi proses degenerasi dan daya ingat terhadap informasi yang diterima, sehingga dari berbagai informasi yang diterima akan lebih mudah diingat dan difahami, dari pengetahuan yang diterima dengan baik tersebut dapat terwujud atau tercapainya pengetahuan yang tinggi, seperti halnya pengetahuan seorang ibu bayi tentang penggunaan silicone nipple. Pengetahuan ibu yang cukup tinggi tentang penggunaan silicone nipple pada bayi akan membuat Ibu lebih memberikan ASI eksklusif dan tidak memberikan silicone nipple pada bayi .

Sebagian kecil usia Ibu < 20 tahun, pada rentang usia < 20 tahun ini kemungkinan pengalaman terhadap aplikasi sehari-hari masih kurang, ibu yang masih muda cenderung langsung menerima informasi baru begitu saja tanpa didasari pengetahuan yang cukup. Pada masa ini merupakan usia muda, belum terjadi perubahan pada fisik akibat belum terjadi pematangan fungsi organ dan pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang belum dewasa.

Dapat disimpulkan menurut pendapat Nursalam (2003) yang menyebutkan bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja sehingga dapat lebih mudah menerima berbagai informasi.

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berpendidikan SMP. tingkat pendidikan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003) pendidikan sebagai segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan menengah akan berpengaruh pada orang tua untuk menyerap informasi yang diterima, dengan pendidikan SMP, informasi atau pengetahuan akan kurang bisa diterima atau bila diterima sangat sederhana dan terbatas yang pada akhirnya orang tua belum mampu mengaplikasikan informasi atau pengetahuan yang dimilikinya.

Pendidikan responden yang kurang mempengaruhi penggunaan silicone nipple dan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi. Dengan Pendidikan yang kurang, Ibu belum mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki, sehingga ibu lebih memberikan silicone nipple pada bayi.

Sebagian kecil pendidikan Ibu adalah SMA pendidikan tersebut sangat mempengaruhi orang tua dengan pengetahuan yang tinggi atau cukup maka orang tua akan lebih mudah menerima ataupun memilih

(7)

SURYA 7 Vol.03, No.XIX, September 2014 informasi yang positif tentang

penggunaan silicone nipple pada bayi mereka. Pendidikan Ibu yang tinggi akan membuat Ibu lebih selektif dalam pemberian silicone nipple. Tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian Ibu bekerja sebagai petani. Menurut (Wahid, dkk. 2007) lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung, dimana mereka akan mendapatkan banyak informasi. Begitu pula sebaliknya orang yang tidak bekerja atau bekerja sebagai petani akan memperoleh pengetahuan kurang, karena petani merupakan lingkungan pekerjaan dengan pendidikan rendah dan tidak dikelilingi oleh orang-orang yang intelektual. Menurut (Mirza, 2008) apabila ditempat kerja seseorang akan dikelilingi oleh orang-orang yang intelektual maka pengetahuan seseorang akan lebih luas dan informasi yang diperoleh akan beragam.

Dalam penelitian ini terdapat kesesuaian dengan teori bahwa lingkungan di tempat kerja dapat mempengaruhi pengetahuan dan perilaku seseorang, dan begitu juga sebaliknya bahwa seseorang yang tidak bekerja atau bekerja sebagai petani cenderung kurang mengerti tentang penggunaan silicone nipple, tapi dapat ditunjang dengan konseling dari petugas kesehatan.

1. Kejadian bingung puting pada bayi usia 1-5 bulan di Desa Mudung Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro.

Pada tabel 5 menunjukkan sebagian besar bayi mengalami kejadian bingung puting dan kurang dari sebagian bayi tidak mengalami bingung puting. Fenomena tersebut diatas didukung dari hasil karakteristik ibu pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar Ibu berumur 21-35 tahun. Hal ini dapat dipengaruhi oleh usia Ibu. Menurut (Nursalam dan Siti Pariani, 2001) yang menyebutkan bahwa semakin cukup umur seseorang tingkat kematangan dan kekuatan orang tersebut akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Pada usia ini juga terjadi peralihan dari masa remaja ke masa dewasa sehingga perkembangan fikiran mereka masih labil dan belum dapat menentukan keputusan sendiri, mereka membutuhkan orang-orang disekitar mereka untuk mendukung keputusannya termasuk dalam hal tidak memberikan silicone nipple pada bayi sehingga tidak terjadi bingung puting. Sebagian kecil usia Ibu < 20 tahun, pada rentang usia < 20 tahun ini kemungkinan pengalaman terhadap aplikasi sehari-hari masih kurang, ibu yang masih muda cenderung langsung menerima informasi baru begitu saja tanpa didasari pengetahuan yang cukup. Pada masa ini merupakan usia muda, belum terjadi perubahan pada fisik akibat belum terjadi pematangan fungsi organ dan pada aspek psikologis

(8)

SURYA 8 Vol.03, No.XIX, September 2014 atau mental taraf berfikir seseorang

belum dewasa..

Dibenarkan dengan teori (Murkof et al, 2009) pemberian susu formula pasca melahirkan, penggunaan silicone nipple, pemberian ASI prah dengan dot akan menghambat proses menyusui selanjutnya karena saat diperkenalkan dengan payudara Ibu bayi akan mengalami bingung puting. Jangan kenalkan silicone nipple sebelum bayi memiliki pola menyusu yang stabil, yang biasanya dicapai setelah usia 1 bulan. Tujuannya agar lebih dulu menguasai teknik menyusui. Menurut (IDAI, 2009) bingung puting pada bayi yang menyusu pada Ibu bergantian dengan penggunaan silicone nipple sering mengalami kebingungan, karena anatomi puting susu dengan silicone nipple sangat lain.

Penggunaan silicone nipple ini mengakibatkan bayi mengalami bingung puting maka jangan kenalkan bayi pada silicone nipple, kemudian kalau bisa stop penggunaan silicone nipple.

2. Hubungan penggunaan silicone nipple dengan kejadian bingung puting pada bayi usia 1-5 bulan di Desa Mudung Kecamatan

Kepohbaru Kabupaten

Bojonegoro.

Hasil perhitungan dengan menggunakan uji Chi square hasil analisis data dengan bantuan SPSS versi 11,5 hasil dari Chi square didapatkan nilai p = 0,008 dimana p < 0,05 maka H1 diterima yaitu terdapat

hubungan antara penggunaan silicone

nipple dengan kejadian bingung puting pada bayi usia 1-5 bulan di Desa Mudung Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011.

Tabel 6 Tabel silang diatas menunjukkan bahwa lebih dari sebagian bayi yang menggunakan Silicone nipple mengalami kejadian bingung puting. Dari data penelitian didapatkan bahwa bayi yang menggunakan silicone niple mengalami kejadian bingung puting dan bayi yang tidak menggunakan silicone nipple tidak mengalami kejadian bingung puting.

Bingung puting merupakan masalah menyusui yang timbul karena bayi yang masih terlalu kecil mengalami kebingungan antara menghisap puting dengan penggunaan silicone nipple. Sampai bayi usia 5 minggu, atau 5 bulan, bisa terjadi bingung puting. Bingung putting terjadi jika ibu yang biasa memberi ASI lewat payudara, lalu bayi diberikan silicone nipple maka ketika akan diberikan ASI lewat payudara lagi bayi kemungkinan menolaknya. Ini lantaran, anatomi puting susu dan silicone nipple berbeda (Murkof et al, 2009). Penggunaan silicone nipple dapat mengganggu proses menyusui. Pemberian silicone nipple terlalu dini membuat bayi mengalami “Bingung Puting” ( Hariyati, 2009). Jangan kenalkan silicone nipple sebelum bayi memiliki pola menyusu yang stabil, yang biasanya dicapai setelah usia 1 bulan. Tujuannya agar lebuh dulu menguasai teknik menyusui (Murkof et al, 2009).

(9)

SURYA 9 Vol.03, No.XIX, September 2014 Selain usia, pendidikan,

pekerjaan Ibu bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain antara lain lingkungan, sosial budaya dan persepsi ibu.

Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih banyak keterbatasan yang disebabkan peneliti mengalami kesulitan dengan memenuhi jumlah literatur dan penyusunan masih kurang sempurna. Disamping itu, pengambilan sampel hanya dilakukan satu kali tanpa adanya observasi lebih lanjut dan waktu penelitian juga terbatas, maka hasil penelitian ini kurang sempurna dan kurang memuaskan.

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Lebih dari Sebagian bayi

mengunakan silicone nipple di Desa Mudung Kecamatan

Kepohbaru Kabupaten

Bojonegoro Tahun 2011.

2) Lebih dari sebagian bayi mengalami bingung puting di Desa Mudung Kecamatan

Kepohbaru Kabupaten

Bojonegoro Tahun 2011.

3) Terdapat hubungan antara penggunaan silicone nipple dengan kejadian bingung puting pada pada bayi usia 1-5 bulan di Desa Mudung Kecamatan

Kepohbaru Kabupaten

Bojonegoro Tahun 2011.

2. Saran

1) Bagi ibu bayi

Diharapkan ibu lebih memberi ASI eksklusif dan tidak memberikan silicone nipple pada bayi

2) Bagi tenaga Kesehatan

Perlunya peningkatan penyuluhan atau memberikan informasi pada setiap ibu bayi bahwa penggunaan

Silicone nipple akan

mengakibatkan bingung puting pada bayi.

3) Bagi Peneliti yang akan datang Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan kejadian bingung puting dan hendaknya penelitian dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar serta mampu mengembangkan variabel-variabel yang belum diteliti.

4) Bagi Peneliti

Diharapkan dengan hasil penelitian ini peneliti mampu menerapkan ilmu yang terkandung didalamnya dalam tatanan nyata yang ada di lapangan.

5) Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi

mahasiswa dalam

(10)

SURYA 10 Vol.03, No.XIX, September 2014

DAFTAR PUSTAKA

Akre James, (2001). Pemberian Makanan untuk Bayi, Jakarta : Bina Rupa Aksara

Amanda Tasya, (2009) Indonesia dan ASI, http://www.erebaru.net. Diakses tanggal 22 februari 2011

Barbara, (2004). Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir, Jakarta : EGC

Bahrman, (2000). Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : BGC

FK.UI, (2002). Ilmu Kesehatan Anak , Jakarta : EGC Hanifa Winkjosastro, (2005). Ilmu Kebidanan, Jakarta Bina Pustaka

Hariyati, (2009). Baby Huki, http://www.parentsguide.co.id. Diakses tanggal 28

mei 2011

Hellen Varney, (2007). Asuhan Kebidanan, Jakarta : EGC

Hidayat, A. Azis Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis. Jakarta: Salemba Medika

Hubertin, (2002). Konsep penerapan ASI eksklusif, Jakarta : EGC IDAI, (2009). Bingung Puting,

http://www.wikipedia.com. Diakses tanggal 27 Februari 2011

Mansyur, (2008). Mother Child, http://www.kompas.com.

Diakses tanggal 28 Mei 2011 Moh. Nazir, (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta Rienika Cipta

Murkof,et al (2009). Bingung Puting, http://www.wikipedia.com. Diakses tanggal 27 februari 2011

Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rieneka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2005).

Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta

Nursalam, (2001). Pendekatan Praktek Metodelogi Riset Keperawatan. Edisi I. Jakarta: Sagung Sita Nursalam, (2003). Konsep dan

Penerapan Metodelogi

Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika Nursalam dan Siti Pariani (2001).

Pendekatan praktek dan metode penelitian Ilmu keperawatan . Jakarta : EGC Sarwono, ( 2005). Ilmu kebidanan,

Jakarta : Bina pustaka

Wahid dkk (2007). Promosi kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Gambar

Tabel 1   Distribusi  Responden  Berdasarkan  Usia  di  Desa  Mudung  Kecamatan  Kepohbaru  kabupaten  Bojonegoro Tahun 2011
Tabel  3   Distribusi  responden  Berdasarkan  Pekerjaan  Di  Desa  Mudung  Kecamatan  Kepohbaru  Kabupaten  Bojonegoro Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 7 Tahun 2001 tentang Retribusi dan Sewa Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa FBIR secara parsial mempunyai pengaruh positifyang signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio

Sinyal internet yang kurang lancar, kurangnya pemahaman terhadap system OPAC Sigilib yang sudah dilakukan perlu dikaji ulang, apakah program internet sudah benar-benar

Motivasi berprestasi adalah penilaian siswa atas dorongan dari dalam diri siswa untuk berprestasi dan dapat diukur dengan menggunakan angket dengan skala Likert

Tepat w aktu, informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, sebab informasi yang usang (terlambat) tidak mempunyai niali yang baik, sehingga bila digunakan sebagai dasar

The parallel architecture does not have this problem; however, unless significantly oversized, the electric motors are less powerful than those used in a series hybrid (because not

(5) Connection for external pressure sensor (6) Resistance thermometer and resistance input (1) Isolated measuring channel. (2) Primary input/output display and controls (3)

Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul : “ ANALISIS PERKEMBANGAN PAJAK DAERAH SEBAGAI SUMBER UTAMA PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH”.. Yang dipersiapkan dan disusun