• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN TRENGGALEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGKAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN TRENGGALEK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGKAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN TRENGGALEK

Kuntoro Boga Andri

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km.4, PO Box 188 Malang, 65101, Indonesia

kuntoro@gmail.com ABSTRAK

Kabupaten Trenggalek sebagai daerah potensi baru usaha sapi perah rakyat di Jawa Timur dalam 5 tahun terakhir ini terus mengembangkan sumberdaya yang dimiliki. Sumberdaya itu berupa peternakan sapi perah milik rakyat, penyediaan pakan yang cukup, serta sumberdaya manusia/peternak ulet, disamping kondisi iklim yang mendukung. Oleh karena itu, perlu lebih dikaji lagi bermacam teknologi dan informasi yang dapat meningkatkan kegiatan agribisnis susu dan peternakan sapi perah rakyat di wilayah pengkajian. Tujuan dari pengkajian yang dilakukan selama tahun 2009 ini adalah untuk menghasilkan rumusan yang dapat memberikan dukungan bagi kebijakan pengembangan agribisnis susu di Kabupaten Trenggalek. Penggalian informasi dilakukan melalui survey lapang, diskusi kelompok (FGD), dan studi pustaka melalui dokumen yang diperoleh dari dinas terkait, pemerintah daerah dan industri serta koperasi susu. Hasil pengkajian menunjukkan dari keragaan usaha sapi perah rakyat saat ini, perlu dilakukan beberapa pendekatan untuk meningkatkan agribisnis peternakan sapi perah, yaitu: peningkatkan produktvitas sapi perah melalui perbaikan menejemen dan penerapan teknologi peternakan yang baik. Perbaikan harga susu di tingkat petani dengan meningkatkan kualitas susu atau bersama-sama koperasi mencari partner pemasaran yang menawarkan harga yang lebih baik. Efisiensi biaya produksi melalui pengelolaan pakan dan manajemen peternakan secara komunal. Efisiensi ini dapat dilakukan melalui usaha produksi pakan kelompok, penyediaan kebun hijauan bersama dan manajemen kandang kelompok. Peningkatkan skala usaha peternakan dengan cara perbanyakan sapi melalui Inseminasi Buatan, kredit anak sapi, ataupun skema pembiayaan berupa kredit dengan bunga rendah dan pembayaran yang dilakukan saat ternak sudah berproduksi. Dengan penerapan beberapa saran diatas diharapkan usaha peternakan sapi rakyat di lokasi pengkajian dapat berkembang dengan cepat dan kesejahteraan peternak secara kusus dapat ditingkatkan.

Kata kunci: sapi perah rakyat, koperasi susu, industri pengolahan susu, GKSI, Trenggalek

PENDAHULUAN

Pengembangan agribisnis sapi perah mempunyai potensi yang sangat tinggi, karena permintaan akan produk susu dari tahun ke tahun terus meningkat, sejalan dengan makin meningkatnya tarap hidup masyarakat dan pemahaman pentingnya nilai gizi susu. Tidak seluruh propinsi di Indonesia memiliki ternak sapi perah. Konsentrasi tebesar dari populasi ternak sapi perah terdapat di pulau Jawa. Jumlah populasi ternak dari tahun 2005–2009 mengalami peningkatan dan Propinsi Jawa Timur mempunyai

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(2)

populasi sapi perah yang terbesar dibanding dengan propinsi lainnya, disusul oleh Jawa Tengah dan Jawa Barat (Tabel 1).

Jawa Timur merupakan salah satu pusat usaha sapi perah rakyat di Indonesia. Hampir 40% dari pasokan susu nasional berasal dari wilayah propinsi ini dan 60% dari petani susu di Indonesia ada di propinsi ini. Usaha persusuan di Jawa Timur sudah sejak lama dikembangkan. Perkembangan populasi ternak sapi perah yang cukup besar di Jawa Timur karena didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana yang menunjang agribisnis sapi perah, seperti IPS, Balai Inseminasi Buatan, lingkungan geografis, dan para peternak yang telah lama bergelut dengan sapi perah. Di samping itu, faktor positif yang menunjang perkembangan populasi sapi perah di Jawa Timur adalah wilayah ini merupakan sumber pasar yang potensial untuk produk susu karena jumlah penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan propinsi lainnya.

Tabel 1. Lokasi dan Populasi Sapi perah di Indonesia Tahun 2005–2009 (ekor)

Lokasi Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Sumatra 7806 7703 3384 4093 4469 DKI Jakarta 3347 3343 3685 3355 3422 Jabar 92770 97367 103489 111250 114588 Jateng 114116 115158 116260 118424 134821 DIY 8212 7231 5811 5652 5709 Jatim 134043 136497 139277 212322 221944

Luar Jawa dan Sumatra 1057 1697 2161 2481 2041

Jumlah total 361351 369008 374067 457577 486994

Sumber : Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011 (diolah)

Berdasarkan data Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur, tidak semua wilayah di Jawa Timur memiliki sapi perah. Konsentrasi tebesar dari populasi sapi perah terdapat di Kabupaten Malang, Pasuruan, Blitar dan Tulungagung. Beberapa daerah potensial lainnya yang memiliki sapi perah, yaitu Ponorogo, Probolinggo dan daerah pengembangan baru di Trenggalek (Gambar 1). Sampai dengan awal tahun 90-an, Kabupaten Trenggalek bukanlah merupakan sentra perkembangan agribisnis persusuan di Jawa Timur. Adanya sapi perah di Kabupaten Trenggalek baru dimulai pada pertengahan 1990 an dan saat itu petani sangat sulit untuk diajak untuk membudidayakan sapi perah walaupun sebenarnya mereka sudah merupakan peternak sapi tetapi sapi pengemukan. Perkembangan sapi perah di Kabupaten Trenggalek mulai terlihat pesat setelah 10 tahun diperkenalkan yaitu tahun 2000. Hal ini ddidukung sumber daya alam berupa iklim yang cocok dan ketersedian hijauan yang sangat melimpah serta dukungan pemerintah daerah yang terus menerus dalam pengembangan budidaya sapi perah. Selain itu petani sudah mulai dapat merasakan tambahan pendapatan dari usaha budidaya sapi perah.

Dukungan dari institusi pemerintah Kabupaten dan Propinsi terhadap perkembangan sektor ini pun sangat besar, bila dilihat dari banyaknya bantuan dan dorongan melalui pada program pengembangan sapi rakyat oleh Dinas peternakan dan pembinaan Koperasi susu yang telah ada melalui Dinas Koperasi dan UKM. Bila

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(3)

antusiasme dari kedua belah pihak yaitu peternak dan pemerintah daerah setempat tetap dijaga, dapat dipredikisi bahwa daerah ini akan berkembang pesat sebagai sentra penghasil susu di Jawa Timur Selatan.

METODE

Tujuan dari pengkajian yang dilakukan selama tahun 2009-2010 ini adalah untuk menghasilkan rumusan yang dapat memberikan dukungan bagi kebijakan pengembangan agribisnis sapi perah, khususnya yang banyak dilakukan oleh peternak kecil di Kabupaten Trenggalek. Penggalian informasi dilakukan melalui survey lapang dan diskusi kelompok (FGD) dengan pelaku agribisnis susu di Kabupaten Trenggalek khususnya di wilayah sentra produksi Kecamatan Bendungan. Sedangkan studi pustaka dilakukan melalui pengumpulan informasi terkait berupa data sekunder, literatur dan dokumen yang diperoleh dari berbagai sumber termasuk dinas, pemerintah daerah dan industri serta koperasi susu. Hasil dari penggalian informasi tersebut dipaparkan secara deskriptif untuk menggambarkan situasi aktual serta menemukan peluang, kendala dan alternatif kebijakan kedepan dalam rangka pengembangan usaha peternakan sapi perah rakyat di Trenggalek

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Agribisnis Sapi Perah di Trenggalek

Pada awal tahun 2001 jumlah sapi perah di Kabupaten ini hanya 1149 ekor, selanjutnya berkembang sampai dengan tahun 2006 dengan peningkatan sekitar 40%

Gambar 1. Sentra Sapi Perah dan Produski Susu Sapi Jawa Timur Tahun 2008

Sumber: Dinas Peternakan Jawa Timur, 2009

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(4)

menjadi 1578 ekor, dan sejak 2006 peningkatan populasi ternak sapi perah makin pesat tumbuh empat kali lipat sehingga pada tahun 2010 menjadi 6748 ekor. Kondisi ini menggambarkan antusias masyarakat peternak dalam mengusahakan agribisnis sapi perah dan potensi yang menjadikan sebagai sumber mata pencaharian baru yang prospektif (Gambar 2). Jumlah populasi ternak juga diikuti dengan produksi susu sapi yang semakin meningkat dari tahun ketahun secara signifikan. Bila pada tahun 2004, kabupaten ini hanya memproduksi susu sapi sekitar 1 juta liter, maka pada tahun 2010 hasil produksi peternak sapi perah di Kabupaten Trenggalek sudah mencapai hampir 11 juta liter susu. Sentra pengembangan agribisnis sapi perah Kabupaten Trenggalek berada di Kecamatan Bendungan, dimana dari total sapi perah 6748 ekor pada tahun 2010, 5891 ekor berada di kecamatan Bendungan. Hal ini dikarenakan kesesuaian daerah tersebut ditinjau dari iklim dan kecukupan air sangat mendukung untuk berkembangnya usaha sapi perah rakyat (BPS Kabupaten Trenggalek, 2011).

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Sapi Perah dan Produksi Susu Sapi di Kabupaten Trenggalek

Sumber: BPS Kabupaten Trenggalek, 2011

Perkembangan industri persusuan di Kabupaten Trenggalek tidak terlepas dari pengaruh industri sapi perah dari kabupaten tetangganya yaitu Kabupaten Tulungagung yang merupakan daerah nomor 3 penghasil terbesar susu sapi di Jawa Timur setelah Kabupaten Malang dan Pasuruan. Dengan jejaring distribusi susu yang sudah mapan di kabupaten Tulungagung tentunya membuka peluang pengembangan industri ini di Kabupaten Trenggalek. Selain dengan keberadaan industry persusuan yang sudah ada di kabupaten tetangga juga akan mempermudah peternak sapi perah di Kabupaten Trenggalek dalam mengakses informasi teknologi, akses pasar, distribus sarana produksi, dan kemitraan usaha dengan pengusaha agribisnis susu di Kabupaten Tulungagung.

Karakteristik Peternak Sapi Perah di Trenggalek

Untuk mengetahui kondisi agribisnis di sentra produksi susu Trenggalek dilakukan studi lapang berupa survey dan wawancara mendalam kepada pelaku agribisnis sapi perah. Dari 20 pelaku yang diwawancarai secara mendalam disimpulkan

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(5)

bahwa usia peternak bervariasi antara 30 sampai dengan 50 tahun. Ini berarti tidak ada batasan/barier umur untuk memasuki usaha peternakan sapi perah. Disamping itu adanya beberapa peternak yang masih berusia 30-an menggambarkan usaha peternakan sapi perah ini memiliki generasi penerus untuk dimasa yang akan datang. Selain aspek umur adalah aspek pendidikan, dimana sekitar 70% di lokasi sentra peternakan sapi perah ini telah menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Sedangkan sisanya Sekolah Lanjutan tingkat Pertama (SLTP) Menengah Pertama dan Sekolah menengah Atas (SLTA).

Pada aspek ukuran rumah tangga, mayoritas keluarga di wilayah ini ini memiliki sekitar 3-5 anggota di dalam rumah tangga. Mayoritas peternak hanya memiliki sekitar 3-4 sapi per petani. Dari sudut pandang ini dapat disimpulkan bahwasanya usaha peternakan mereka masih berskala kecil dan dengan dukungan modal yang terbatas. Alokasi waktu adalah aspek yang sagat penting untuk menganalisa tingkat interaksi petani dengan usaha yang dilakukannya dan intensitas usaha yang sedang berjalan. Dari hasil wawancara yang dilakukan selama satu tahun jumlah alokasi waktu yang digunakan untuk usaha peternakan sapi perah dan pertanian lainnya seperti yang tertera dalam Gambar 3.

Gambar 3. Alokasi waktu tenaga kerja keluarga dan sumber pendapatan utama selama satu tahun

Tujuan utama untuk berusaha ternak adalah mendapatkan pendapatan yang lebih baik dari usahatani konvensional. Informasi mengenai struktur pendapatan rumahtangga keluarga peternak dan kontribusi dari usaha ternak di lokasi pengkajian disajikan dalam Gambar 3. Dari gambar tersebut dapat diperoleh informasi dengan jelas proporsi pendapatan yang dihasilkan dari sektor non-pertanian, pertanian non-susu dan peternakan sapi perah. Di lokasi yang dikaji tampak nyata tidak lagi mengandalkan pendapatan dari sektor tunggal untuk rumah tangga mereka. Bahkan, usaha peternakan susu telah menjadi usaha penting penting dengan ditunjukan oleh besarnya kontribusi kegiatan ini terhadap penghasilan total rumahtangga peternak disini.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(6)

Karakteristik Rantai Pasok Susu Sapi Perah Rakyat

Sistem agribisnis pada komoditas sapi perah diwilayah ini dibangun berdasarkan system Vertikal Integrasi, yaitu antar pelaku agribisnis satu sama lain saling tergantung pada produk susu. Produksi susu hasil peternakan rakyat sebagian besar disalurkan ke Koperasi/KUD persusuan yang kemudian di pasarkan kepada Industri Pengolah Susu. Koperasi memberikan pelayanan kepada peternak sebagai anggotanya, berupa pemasaran hasil produksinya juga melayani kebutuhan konsentrat, obat-obatan, IB, memberikan fasilitas penyaluran kredit, dan memberikan pelayanan penyuluhan. Tampak bahwa bisnis persusuan tidak dapat dipisahkan antara subsistem off farm I (pra produksi=subsistem I), on farm (budidaya=subsistem II) dan off farm II (pasca produksi=subsistem III dan pemasaran hasil=subsistem IV) serta sub system pendukungnya, yaitu lembaga keuangan dan lembaga-lembaga Penelitian/penyedian SDM (Firman, 2008).

Bila kita menelusuri rantai pasok susu dari peternak sampai ke Industri Pengolahan Susu dapat dilihat pada Gambar 4. Peternak dari berbagai lokasi sekitar, menyetorkan susunya kepada koperasi yang terdekat dengan wilayahnya melalui tempat pelayanan susu. Dari pelayanan susu tersebut, kemudian susu dari peternak dibawa ke koperasi untuk selanjutnya dikirim kepada IPS ataupun dijual langsung ke konsumen. Berdasarkan gambar tersebut secara umum aliran disitribusi produk susu di mulai dari peternak. Para peternak dari berbagai lokasi mengantarkan susunya ke titik terdekat yang telah ditentukan oleh koperasi atau disebut juga Tempat Penampungan Susu (TPS). Selanjutnya, pada jam yang telah ditentukan, susu-susu dari TPS tersebut diambil oleh koperasi melalui alat transportasi pengangkut susu untuk ditampung di koperasi. Selanjutnya pihak koperasi melakukan test dan uji kualitas susu yang dihasilkan peternak yang nantinya akan dikompensasi dengan harga susu per liternya. Susu yang ditampung oleh koperasi selanjutnya didistribusikan ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Pihak IPS memberikan pembayaran atas harga susu dan pembinaan berupa informasi harga ke koperasi. Pihak koperasi sendiri berperan memberikan pelayanan kepada anggotanya sebagai penyedia input dan sarana produksi, pembinaan terhadap peternak, pemberian kredit sapi, simpan pinjam, pelayanan kesehatan, dan sebagainya.

Gambar 3. Pola Agribisnis Sapi Perah (Firman, 2007)

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(7)

Gambar 4. Rantai Pasok Susu dari Peternak sampai dengan ke Industri Pengolahan Susu (IPS) (Firman, 2007)

Karakteristik Usaha Ternak Rakyat

Sebagian besar usaha peternakan sapi perah dikelola oleh peternakan sapi perah rakyat dengan skala usaha yang tidak ekonomis. Hasil survey lapangan yang dilakukan menunjukkan skala usaha peternakan sapi perah sekitar 2-3 ekor/unit usaha dan kemampuan produksi sekitar 10 liter/ekor/hari. Produksi susu ini, sebagian besar disalurkan ke Koperasi /KUD persusuan, yang kemudian di pasarkan kepada Industri Pengolahan Susu (IPS). Adapun layanan yang diberikan koperasi kepada peternak adalah memasarkan hasil produksinya, melayani kebutuhan konsentrat, obat-obatan, IB dan memfasilitasi penyaluran kredit yang diperlukan anggota.

Sebagai akibat dari meningkatnya volume susu yang diproduksi secara local di Trenggalek, kendala utama peternak sapi perah adalah untuk mengatasi dengan bertindak secara kolektif dalam pemasaran produk mereka. Kebutuhan ini untuk meyakinkan jaminan pasar untuk produk mereka. Hal ini dapat dipenuhi oleh para peternak sapi perah dengan membangun kelompok kooperatif dan sistem pengumpulan serta fasilitas pengolahan secara kelompok, yang memerlukan waktu, tempat dan perhatian khusus agar produk dengan kualitasnya terjaga dan pemasaran terjamin. Disini akan dilihat seberapa jauh sudah perkembangan agribisnis peternak di wilayah sentra pengembangan susu Kabupaten Trenggalek.

Pada saat ini secara keseluruhan di Kabupaten Trrenggalek dengan populasi sapi perah sebanyak sekitar 6000 dan menghasilkan produksi susu segar minimal 20.000 liter perhari, maka akan dihasilkan perputaran uang sekitar senilai 80-90 juta perhari. Dalam pengamatan yang dilakukan ingin diketahui efek langsung dari berkembangnya Industri susu sapi perah di Trenggalek terhadap peternak.

Tabel 2. Karakteristik Usaha Sapi Perah Rakyat di Trenggalek Karakteristik Usaha Ternak Sapi Perah Keterangan

Kepemilikan Sapi per peternak 3-4 ekor

Produksi Susu per ekor / hari 10-15 liter

Harga susu / liter diterima petani 3100 rupiah Produksi susu per tahun / peternak 5000 - 6000 liter Pendapatan bruto Peternak per tahun 15–19 Juta rupiah

Biaya produksi sapi per ekor / bulan 250 ribu rupiah

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(8)

Biaya produksi per peternak / tahun 9 – 12 juta rupiah Pendapatan bersih Sapi perah / tahun /peternak 6- 7 juta pertahun Sumber: Survey Lapangan (RRA)

Dari hasil survey yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa rata rata peternak didaerah ini memiliki 3-4 Sapi per petani yang berarti skala usaha ternaknya masih kecil. Dari ternak tersebut setiap harinya sapi yang produktif menghasilkan 10-15 liter susu dengan harga jual ke KUD sebesar 3.100 rupiah. Berati dalam satu tahun, rata rata peternak di daerah ini dapat menghasilkan produksi susu pertahunnya sebesar 5000-6000 liter susu sapi segar. Setiap harinya petani menjual susu tersebut ke Koprasi susu setempat, yang berarti mereka menerima uang harian dari usaha peternakannya. Dengan perhitungan diatas berarti dalam satu tahun peternak akan mendapatkan keuntungan kotor sekitar 15-19 juta rupiah per tahunnya.

Untuk kebutuhan biaya produksi ternak sapi perah seperti pakan konsentrat, hijauan pakan ternak, biaya pengobatan dan kebersihan hewan, dikeluarkan biaya sekitar 250 ribu per ekor sapi. Dengan demikian setiap tahunnya peternak akan mengeluarkan biaya sebesar 9-12 juta rupiah sebagai biaya produksi untuk pengelolaan 3-4 ekor sapi. Dengan kondisi ini peternak akan mendapatkan keuntungan bersih atau laba dari hasil produksi ternak susu sapi perahnya sekitar 6-7 juta per tahun atau sekitar 500–600 ribu rupiah per bulan nya.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Seiring dengan berkembangnya usaha sapi perah rakyat di Kabupaten Trenggalek, berbagai permasalahan persusuan pun semakin bertambah pula baik permasalahan dari sisi peternak, koperasi, maupun dari industri pengolahan susu. Memperbaiki manajemen peternakan rakyat merupakan problema yang cukup komplek, tidak hanya merubah sikap peternak tetapi juga bagaimana menyediakan stok bibit yang baik dan bahan pakan yang berkualitas dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan. Permasalahan lain yang dihadapi pada pengembangan sapi perah rakyat di Jawa Timur adalah di tingkat lembaga koperasi. Sebagai lembaga yang mengelola persusuan dari peternak dan mendistribusikan kepada IPS serta perwakilan peternak dalam memperjuangkan aspirasi, koperasi mempunyai peran yang cukup strategis untuk menopang perkembangan persusuan di Jawa Timur.

Pengembangan usaha sapi perah rakyat di Kabupaten Trenggalek tidak akan terlepas dari berbagai permasalahan yang menghambat perkembangan persusuan. Melihat keragaan dan karakteristik dari agribisnis susu sapi perah di lapang maka ada beberapa saran praktis yang dapat diterapkan untuk meningkatkan usaha peternakan dan sekaligus meningkatkan pendapatan peternak yaitu:

1. Meningkatkan produktvitas sapi perah mereka menjadi diatas rata-rata yang ada saat ini. Sebagai informasi tambahan, peternak sapi yang sama di daerah lain di jawa timur banyak yang bisa menghasilkan produksi sampai 20-25 liter susu per ekor sapi per hari- nya.

2. Meningkatkan harga susu di tingkat petani dengan meningkatkan kualitas susu atau bersama-sama koperasi susu mencari partner pemasaran yang menawarkan harga yang lebih baik. Sebagai informasi bahwa margin yang diterima koperasi sekitar 150-200 rupiah per liter susunya dari mitra pemasaran, sedangkan koperasi juga membebankan biaya sekitar 100 rupaih per liternya kepada peternak, yang berarti

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

(9)

peternak sudah kehilangan margin pemasaran sekitar 250-350 per liter susu -nya. Di lain pihak petani mendapatkan bantuan pakan dan obat-obatan yang diberikan dimuka sebagai banuan sarana produksi dari mitra pemasaran. Ketergantungan ini disatu sisi membantu petani tetapi dilain sisi memberikan posisi tawar harga jual yang rendah terhadap petani. Kedepan diharapkan usaha suplai saprodi ini dikelola oleh koperasi sendiri sehingga petani sebagai anggota koperasi lebih memiliki posisi tawar dihadapan mitra pemasaran.

3. Perlu lebih dipikirkan efisiensi biaya produksi dengan mengelola pakan dan manajemen peternakan secara bersama. Hal ini bisa dilakukan melalui memperkuat usaha produksi pakan kelompok, penyediaan kebun hijauan secara bersama dan membuat kandang komunal dengan peternak yang lokasinya berdekatan. Sehingga diharapkan efisiensi biaya produksi dapat dicapai dan keuntungan bersih yang diterima peternakmeningkat.

4. Meningkatkan skala usaha peternakan dengan cara perbanyakan sapi melalui Inseminasi Buatan, Kredit anak sapi ataupun perlu dipikirkan skema pembiayaan berupa kredit dengan bunga rendah dan pembayaran yang dilakukan saat ternak sudah berproduksi.

Dengan penerapan beberapa hal praktis diatas diharapkan usaha peternakan sapi rakyat di lokasi ini dapat berkembang dengan cepat dan kesejahteraan peternak secara kusus dan masyarakat secara umum dapat ditingkatkan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada Bappeda Trenggalek yang telah membiayai kegiatan penelitian ini. Juga disampaikan terimakasih kepada Ir. Al. Gamal Pratomo dari BPTP Jatim yang telah membantu selama pelaksanaan kegiatan survey di lapang.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Trenggalek, 2011. Kabupaten Trenggalek dalam Angka 2011. Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Trenggalek.

Dinas Peternakan Jawa Timur, 2009. Peternakan Jawa Timur dalam Angka. Pemerintah Propinsi Jawa Timur.

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Kementrian Pertanian RI

Firman, Achmad, 2008. Kajian Koperasi Persusuan di Jawa Barat. Makalah disampaikan pada pada acara Focus Group Di scussion: Arah Pengembangan In dustri Persusuan Jangka Panjang, 18-19 Januari 2008, Hotel Puri Khatulistiwa– Jatinangor, Sumedang.

Firman, Achmad, 2007. Manajemen Agribisnis Sapi Perah: Suatu Telaah Pustaka. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Gambar

Tabel 1. Lokasi dan Populasi Sapi perah di Indonesia Tahun 2005–2009 (ekor)
Gambar 1. Sentra Sapi Perah  dan  Produski Susu Sapi Jawa Timur  Tahun 2008
Gambar 2. Perkembangan Jumlah Sapi Perah dan Produksi Susu Sapi di Kabupaten  Trenggalek
Gambar 3. Alokasi waktu tenaga kerja keluarga dan sumber pendapatan utama selama  satu tahun
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada delay 30 detik dan juga 60 detik, rata-rata selisih waktu tamu terdeteksi yang didapatkan dengan delay 30 detik yaitu 6.05 detik dan delay 60 detik didapatkan

12.1 Tempoh tanggungan kecacatan bagi kerja sebutharga ini adalah selama enam (6) bulan dari tarikh kerja diperakukan siap. 12.2 Kontraktor dipertanggungjawabkan untuk

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat serta kehendak-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PENGARUH SUKU BUNGA, KUALITAS LAYANAN,

Sehubungan dengan Evaluasi Penawaran, Kami Panitia Pelelangan mengundang Saudara untuk dapat menghadiri Verifikasi dan Klarifikasi terhadap Perusahaan pada Kegiatan :.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah apakah infrastruktur jalan, listrik, air bersih, telekomunikasi,

‘I he 2014, kuo toe fakalahi ‘e he IOE ‘ene polokalama pulusi talanoá ke fakakau atu mo e ngaahi tohi ke tokoni ki hono ako‘i e laukongá pea mo e ngaahi naunau tokoni ki

Berdasarkan variabel kepuasan pelanggan sebagaimana tampak pada tabel diatas menunjukan bahwa dari 100 orang responden yang diteliti ada responden yang memberikan