• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA KONSUMSI FAST FOOD DAN SOFT DRINK DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN POLA KONSUMSI FAST FOOD DAN SOFT DRINK DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD DAN SOFT DRINKS DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

JIHAN NURLELA

Era industrilisasi menjadikan segala sesuatu menjadi lebih instan, termasuk mengenai fast food dan soft drinks. Harga yang terjangkau serta penyajian yang cepat mengakibatkan fast food dan soft drinks semakin disukai oleh masyarakat luas. Mengkonsumsi fast food dan soft drinks diduga dapat menyebabkan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi fast food dan soft drink dengan status gizi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Penelitian adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan potong lintang. Sampel yang diperoleh berjumlah 107 responden dengan tingkat ketepatan relatif sebesar 0,05. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Diperoleh hasil penelitian berupa sebanyak 78,5% responden sering mengkonsumsi fast food dan jenis fast food yang sering dikonsumsi adalah nasi goreng yaitu sebesar 55,14%. Sedangkan sebanyak 60,7% responden sering mengkonsumsi soft drinks dan jenis soft drink yang sering dikonsumsi adalah teh botol yaitu sebesar 38,32%. Tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi fast food dan soft drink dengan status gizi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dengan nilai masing-masing p=0,835 dan p=0,188.

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa konsumsi fast food dan soft drink pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung tidak memiliki hubungan terhadap status gizi mahasiswa.

(2)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN FAST FOOD AND SOFT DRINKS WITH NUTRITIONAL STATUS OF ECONOMICS AND BUSINESS

STUDENTS IN UNIVERSITY OF LAMPUNG

By

JIHAN NURLELA

The era of industrialization makes everything becomes more instant, including about fast food and soft drinks. Reasonable price and quick presentation lead to fast food and soft drinks are increasingly favored by the public. Consuming fast food and soft drinks could be expected to cause obesity.

This study was aimed to determine the relationship between fast food and soft drinks with nutritional status of Economics and Business sudents in University of Lampung. The study was analytic observational study with cross sectional approach. Samples were an obtained amounted to 107 respondents with the relative precision level 0,05. The sampling technique using proportionate stratified random sampling technique. The results obtained in the form of as much as 78,5% of respondents often consume fast food and types of fast food are often consumed was fried rice (55,14%). While as many as 60,7% of respondents often consume soft drinks and types of soft drinks were often consumed is teh botol (38,32%). There was no significant relationship between the consumption of fast food and soft drinks with the nutritional status of students of the Faculty of Economics and Business, University of Lampung with p=0.835 and p= 0.188.

From the results of this study concluded that consumption of fast food and soft drinks from students of Economics and Business Faculty, University of Lampung has no relation with the nutritional status of students.

(3)

HUBUNGAN POLA KONSUMSI FAST FOOD DAN SOFT DRINK DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI

DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

JIHAN NURLELA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Jurusan Pendidikan Dokter Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumberrejo, pada tanggal 22 April 1994, sebagai anak kedua

dari 3 bersaudara, dari Bapak H. Abdul Halim dan Ibu Hj. Kholisoh. Kakak

Penulis bernama Chusnunia Halim dan adik penulis bernama Nur Sajarotuddur.

Penulis bertempat tinggal di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Pendidikan formal penulis di awali di Taman Kanak-kanak Al-Barokah (TK) dan

penulis melanjutkan sekolah dasar (SD) di SDN 2 Sumberrejo sampai tahun 2004.

Penulis mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Futuhiyyah

yang diselesaikan pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Mayong Jepara hingga tahun 2011. Tahun 2011,

(8)

Ku persembahkan karya ini untuk bapak dan

ibuku yang telah mendidik dan melimpahkan

cinta dan kasih sayang begitu besar yang

takkan bisa dibalas dengan apapun serta

kakak dan adikku yang selalu mendukung dan

memberiku semangat.

(9)

SANWACANA

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Hubungan Pola Konsumsi Fast Food dan Soft Drink Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung ” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung .

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung;

3. dr. Dian Isti Angraini, M.P.H selaku Pembimbing Utama dan atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, ilmu, motivasi, saran, dan kritik

selama menjalani perkuliahan dan dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. dr. Reni Zuraida, M.Si Pembimbing Kedua sekaligus Pembimbing Akademik

atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, ilmu, motivasi, saran, dan

(10)

terimakasih atas masukan dan saran-saran dalam proses penyelesaian skripsi

ini;

6. Seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, terima

kasih atas ilmu yang telah diberikan;

7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung,

terima kasih atas kerjasama dan bantuannya;

8. Kepada almarhum ayahanda tercinta Bapak H. Abdul Halim dan kepada

ibuku tercinta, ibu H. Kholisoh, terima kasih yang tak terhingga atas kasih

sayang, doa yang tulus, perjuangan yang luar biasa, kesabaran, motivasi dan

dukungan yang tiada henti untuk selalu memberikan yang terbaik dan

mempercayakan buah hatinya ini untuk mendapatkan pendidikan yang

setinggi-tingginya. Ini semua kupersembahkan hanya untuk Bapak dan Ibu;

9. Untuk mbak nunik yang tersayang, terimakasih yang tak terhingga untuk

semuanya yang telah diberikan kepadaku dengan sangat tulus dan terimakasih

untuk adik sasha yang terus memberikan semangat, motivasi dan doa

untukku.

10. Guru-guruku di TK Al- Barokah, SDN 2 Sumberrejo, SMP Futuhiyyah, dan

SMAN 1 Mayong yang telah membimbingku;

11. Keluarga besar Bapak Kadi serta masyarakat Desa Sendang Mulyo

Kecamatan Sendang Agung, terima kasih atas segala doa, dukungan, bantuan

dan motivasinya selama menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Unila

(11)

12. Sahabat dan saudaraku senasib seperjuangan Gita dewita dan Gusti ayu

terima kasih atas kebersamaan selama menjalani perjuangan panjang ini

dengan tangis, canda, dan tawa.

13. Teman-temanku rifka, ega, neola, miranda rades, dwitya, dan wowo terima

kasih atas bantuan, motivasi, tawa, dan canda yang mengiringi;

14. Sahabatku yang tidak akan pernah kulupa, melly hana septyana. Terimaskasih

yang tak terhingga atas kasih sayang, canda dan tawa yang selama ini telah

kau berikan;

15. Untuk saudara sepupuku lulu, pipit, uyun nailufar dan abdul aziz terima kasih

atas segala doa, dukungan, bantuan dan motivasinya selama ini;

16. Sahabat dan saudaraku dewi wulansari, ramid, yazid, umi farida, mbak hana,

dan ana dzikriana isdris terima kasih atas doa, kebersamaan dan motivasi

yang tiada henti;

17. Teman-teman seperjuangan KKN Sendang Mulyo, gella, ivone, harisa, intan,

bang herlambang, kak imam, kak aji, kak hafid, rafi, made, terima kasih atas

kebersamaan, kebahagiaan, pelajaran dan bantuan selama 40 hari saat KKN;

18. Rekan – rekan angkatan 2011 yang tak bisa disebutkan satu per satu,

terimakasih atas kebersamaan, kekompakan, dan kerja samanya selama ini;

19. Kakak-kakak 2002-2010 dan adik-adik 2012-2014 FK Unila, terima kasih

atas dukungan, motivasi dan semangatnya;

20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah

memberikan bantuan dan memberi semangat selama kuliah dan dalam

(12)

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Februari 2015

Penulis,

(13)

i

2.2.1. Pola Makan Seimbang ... 2.2.2. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) ...

(14)

2.4 Soft Drinks ... 2.4.1. Definisi Soft Drinks ... 2.4.2. Kandungan Soft Drinks ... 2.4.3. Komposisi Zat Gizi dalam Soft Drinks ... 2.4.4. Perilaku Konsumsi Soft Drinks ... 2.5 Kesukaan Terhadap Fast Food dan Soft Drinks ... 2.6 Status Gizi ...

2.6.1. Definisi Status Gizi ... 2.6.2. Penilaian Status Gizi ... 2.6.3. Klasifikasi Status Gizi ...

2.7 Hubungan Pengkonsumsian Fast Food dan Soft Drinks dengan

Status Gizi Remaja ...

2.8 Metode Pengukuran Konsumsi Makanan ...

III. METODE PENELITIAN ... 3.1. Desain Penelitian ...

3.2. Tempat dan Waktu ...

3.3. Populasi dan Sampel ...

3.3.1 Populasi ... 3.3.2 Sampel ...

3.4. Definisi Operasional ...

3.4.1 Definisi Variabel Dependen ... 3.4.2 Definisi Variabel Independen ...

3.5. Teknik Pengumpulan Data ...

(15)

iii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1. Karakteristik Umum Responden ...

4.2. Anilisis Univariat……….

4.3. Analisis Bivariat…...

4.4. Pembahasan ...

4.4.1. Karakteristik………...

4.4.2. Hubungan Mengkonsumsi Fast Fooddengan Status Gizi 4.4.3. Hubungan Mengkonsumsi Soft Drink dengan Status Gizi

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 5.1. Kesimpulan ...

5.2. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN

50

50

52

57

60

60

62

65

70

70

70

(16)
(17)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah porsi makanan yang dianjurkan pada usia remaja ...

2. Komposisi zat gizi pada beberapa soft drink yang paling sering

dikonsumsi ...

3. Komposisi zat gizi pada kemasan soft drink ... 4. Klasifikasi berat badan pada orang dewasa berdasarkan IMT menurut

WHO (2004) ...

5. Proporsi berdasarkan jumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung………..………...

6. Definisi operasional ...

7. Jurusan Responden……… ...

8. Jenis Kelamin Responden……...

9. Usia Responden...

10.Sepuluh jenis fast food tersering yang dikonsumsi

responden……….

11.Tingkat konsumsi fast food responden……… 12.Sepuluh jenis soft drink tersering yang dikonsumsi

responden……….…

13.Distribusi tingkat konsumsi soft drink………

14.Distribusi status gizi responden………...

15.Distribusi responden bedasarkan jenis kelamin dan status gizi……….

(18)

16.Tabulasi silang jenis kelamin dan kebiasaan konsumsi fast food………

17.Tabulasi silang jenis kelamin dan kebiasaan konsumsi soft drink... 18.Analisis hubungan konsumsi fast food dengan status gizi………..

19.Analisis hubungan konsumsi fast food dengan status gizi ……….

57

57

58

(19)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Keterangan Lolos Kaji Etik…...

Lampiran 2. Surat Izin Melakukan Penelitian…...

Lampiran 3. Calibration Certificate……... Lampiran 4. Hasil Analisis Bivariat...……….

Lampiran 5. Data Penelitian………...

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian………...

78

79

80

81

83

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka teori ...

2. Kerangka konsep ...

3. Piramida makanan gizi seimbang ...

4. Model preferensi konsumsi makanan ...

9

10

14

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food. Menurut hasil penelitian Health Education Authority 2012, usia 15-34 tahun adalah konsumen terbanyak yang memilih menu fast food (Erdiawati, 2011). Makanan cepat saji (fast food) merupakan makanan yang tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat. Konsumsi tinggi terhadap makanan cepat saji (fast food) diduga dapat menyebabkan obesitas karena kandungan dari makanan cepat saji (fast food) tersebut. Perdagangan dan industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan

masyarakat, yaitu masyarakat lebih banyak yang memilih untuk

mengkonsumsi makanan yang praktis seperti fast food dan soft drink terutama di perkotaan (Vigianto dan purwaningsih, 2010).

Konsumsi soft drink memiliki dampak buruk terhadap kesehatan dan kalangan remaja cenderung mengkonsumsi minuman ini. Minuman ringan

(22)

remaja, tambahan pemanis ini mencapai 7 hingga 14%, diantaranya fruktosa

dan sukrosa. Tingginya kadar pemanis buatan ini meningkatkan asupan

energi pada remaja. Kebiasaan mengkonsumsi soft drink, termasuk yang berlabel diet ternyata meningkatkan risiko obesitas. Risikonya bahkan lebih

tinggi dibandingkan dengan para penyuka makanan goreng (Fowler, 2008)

Sebagian besar frekuensi remaja dalam mengkonsumsi fast food direstoran waralaba berkisar antara 1-10 kali dalam sebulan. Dikota besar banyak

ditemukan konsumen yang memilih menu fast food, karena keterbatasan waktu maupun fasilitas untuk menyiapkan makanannya sendiri (Adawiyah,

2008). Makanan dikatakan bergizi jika mengandung zat makanan yang cukup

dalam jumlah dan kualitasnya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Makanan yang

kita konsumsi setiap hari dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu

protein, karbohidrat, vitamin, mineral, air dan oksigen dan makanan berserat

(Irianto, 2010). Sedangkan fast food mengandung tinggi energi, lemak, gula dan sodium (Na), tetapi rendah serat, vitamin A, asam askorbat, kalsium dan

folat. Kandungan gizi yang tidak seimbang inilah yang apabila terlanjur

menjadi pola makan, akan berdampak negatif bagi status gizi remaja

(Erdiawati et al,. 2011).

Peningkatan konsumsi soft drink di seluruh dunia telah menimbulkan kecemasan yang luar biasa di kalangan dunia kesehatan. Banyak penelitian

(23)

3

adalah meningkatnya risiko obesitas dan pertumbuhan tulang yang tidak

optimal. Dari 88 studi meta-analisis, telah diuji hubungan antara konsumsi

soft drink dengan output gizi dan kesehatan. Konsumsi soft drink dapat meningkatkan intake energi dan berat badan. Selain itu, konsumsi soft drink juga berhubungan dengan intake susu, kalsium, beberapa zat gizi lain yang dapat meningkatkan berbagai macam masalah kesehatan seperti diabetes

(Vartanian dkk., 2007).

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku

memilih makanan. Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat

makanan yang cukup dalam jumlah dan kualitasnya sesuai dengan kebutuhan

tubuh (Irianto, 2010). Pada penelitian pendahuluan yang telah peneliti lakukan

didapatkan hasil bahwa pola konsumsi fast food dan soift drink pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung adalah dalam

kategori sering, dimana hampir seluruh mahasiswa yang mengisi kuesioner

mempunyai pola konsumsi fast food dan soft drink yang sering yaitu lebih dari 2 kali selama satu minggu. Berdasarkan latar belakang diatas, untuk

membuktikan hal tersebut pada populasi remaja lebih besar, maka dilakukan

penelitian mengenai hubungan konsumsi fast food dan soft drink dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung. Penelitian yang dilakukan Rizal (2007) yang dilakukan di Fakultas

Kedokteran Unila mendapatkan hasil bahwa frekuensi konsumsi fast food pada mahasiswa yaitu seminggu sekali. Dimana jenis makanan yang sering

(24)

dilakukan Widyantara (2014) yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Unila

mendapatkan hasil bahwa sebesar 58,4% mahasiswa kedokteran memiliki

kebiasaan makan makanan fast food. Dalam penelitian ini juga disimpulkan bahwa kebiasaan makan makanan fast food tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi mahasiswanya.

1.2 Perumusan Masalah

Makanan fast food seperti fried chicken dan french fries, sudah menjadi jenis makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu makan siang atau malam remaja

di enam kota besar di Indonesia, seperti di Jakarta, Bandung, Semarang

Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Menurut penelitian tersebut 15-20%

dari 470 remaja di Jakarta mengonsumsi fried chicken dan hamburger sebagai makan siang dan 1-6% mengonsumsi hotdog, pizza dan spaghetti. Bila makanan tersebut sering dikonsumsi secara terus menerus dan berlebihan

dapat mengakibatkan gizi berlebih (Irianto, 2010).

Pada era globalisasi perkembangan ilmu, pengetahuan dan teknologi

menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat. Hal tersebut

adalah salah satu penyebab perubahan perilaku kehidupan masyarakat

(25)

5

konsumsi fast food dan soft drink dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang hubungan pola konsumsi fast food dan soft drinks dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

1.3.2.Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran pola konsumsi makanan fast food mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Untuk mengetahui gambaran pola konsumsi soft drinks mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas lampung;

3. Untuk mengetahui gambaran status gizi mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

4. Untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi fast food dengan status gizi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

(26)

5. Untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi soft drink dengan status gizi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1.Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis serta dapat

menjadi pengalaman yang bermanfaat dalam menerapkan ilmu yang

didapat selama perkuliahan.

1.4.2.Bagi Institusi Pendidikan

a. Menambah referensi kepustakaan mengenai hubungan pola

konsumsi fast food dan soft drink dengan status gizi;

b. Diharapkan dapat dijadikan sebagai data rujukan untuk penelitian

selanjutnya.

1.4.3.Bagi Pemerintah

a. Diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat sehingga

dapat dijadikan sebagai masukan dalam membuat program kesehatan

termasuk program gizi;

b. Diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat tentang pola

(27)

7

1.4.4.Bagi Subjek

Dapat memberikan gambaran tentang status gizi masing-masing

responden dan menambah wawasan mereka mengenai hal-hal yang

dapat mempengaruhi status gizi.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1. Kerangka Teori

Preferensi makanan dan minuman (food preferences) adalah sebagai tindakan/ukuran suka atau tidak sukanya terhadap makanan dan

minuman. Sikap seseorang terhadap makanan dan minuman, suka atau

tidak suka akan berpengaruh terhadap konsumsinya. Kesukaan atau

pilihan terhadap makanan tentu saja akan berpengaruh terhadap

konsumsi pangan dan kebiasaan makan seseorang (Zahrulianingdyah,

2008).

Status gizi secara tidak langsung dipengaruhi oleh kebiasaan perilaku

makan. Pola dan perilaku makan remaja dipengaruhi oleh banyak

faktor, termasuk pengaruh teman sebaya, pengaruh keluarga,

ketersediaan pangan, kesukaan akan makanan tertentu, pengeluaran,

(28)

yaitu individu, lingkungan dan makrosistem. Ketiga faktor tersebut

saling memengaruhi perilaku makan (Krummel, 2006).

Faktor makrosistem termasuk ketersediaan makanan, sistem produksi

dan distribusi makanan, media massa terutama iklan tentang makanan

yang secara tidak langsung banyak memengaruhi perilaku makan.

Faktor lingkungan termasuk lingkungan sosial misalnya keluarga,

teman sebaya, dan makanan di sekolah, fast food/soft drinks, norma sosial dan budaya. Faktor individu/personal yang memengaruhi

perilaku makan yaitu termasuk sikap, kepercayaan, kesukaan akan

makanan tertentu dan perubahan biologi. Untuk memperbaiki pola

makan ini, maka harus dilakukan intervensi gizi pada masing-masing

level dari personal/individu, lingkungan dan makrosistem tersebut.

Kebiasaan makan pada remaja tidak statis, berubah-ubah sesuai

dengan perkembangan kognitif dan psikososial. Aktivitas remaja

umumnya banyak dilakukan di luar rumah sehingga sering

dipengaruhi oleh teman sebaya. Pemilihan makanan tidak lagi

didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekadar bersosialisasi, untuk

(29)

9

Gambar 1. Kerangka teori Sumber: Brown (2008)

MAKROSISTEM 1. Sosio-Ekonomi-Sistem Politik

2. Produksi Pangan dan Sistem Distribusi 3. Ketersediaan Bahan Pangan

2. Norma dan nilai sosial/budaya 3. Trend dan mode makanan 4. Fast food/Soft Drinks

(30)

1.5.2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur

melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukakan

(Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka

kerangka konsep penelitian dalam ini adalah:

Gambar 2. Kerangka konsep

1.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas maka hipotesis

penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi fast

food dan soft drink terhadap status gizi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung.

Pola konsumsi Fast Food

Status Gizi Pola konsumsi Soft

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

Remaja berasal dari kata adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Masa remaja didefinisikan

sebagai periode antara umur 11-21 tahun dan merupakan masa perkembangan

remaja menjadi dewasa dari segi biologis, emosi, sosial dan kognitif.

Perkembangan psikososial dapat berdampak positif terhadap peningkatan

perilaku sehat seperti konsumsi makanan sehat, aktivitas fisik dan gaya hidup

sehat secara umum. Perkembangan psikososial juga sering menjadi penyebab

utama perubahan perilaku makan seperti makan berlebih, suplemen non gizi,

penggunaan zat gizi diluar kebiasaan serta mengadopsi diet sesuai kesukaan

pada makanan (Hurlock, 2009).

Menurut Brown dkk (2005), remaja mempunyai tiga tahap perkembangan,

yaitu :

a. Remaja awal (early adolescent), usia 11-14 tahun;

(32)

c. Remaja akhir (late adolescent), usia 18-21 tahun.

Setiap orang memiliki gaya hidup dan pola makan masing-masing yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keluarga dan lingkungan.

Sewaktu kecil peran orang tua sangat dominan dalam menentukan

kandungan gizi dan pola makan anak. Usia remaja anak mulai menentukan

sendiri makanan yang disukanya dan sering tanpa memperhitungkan aspek

gizi (Wahlqvist, 2012). Remaja lebih memilih minum soft drink dibandingkan dengan minum jus buah atau susu pada waktu makan siang,

makan malam dan makan makanan selingan seperti fast food (Whitney dkk., 2005).

2.2 Pola Makan Remaja

Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah

pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu

(Baliwati dkk., 2004). Berdasarkan hasil penelitian Frank yang dikutip oleh

Moehyi (2004), mengatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan

remaja dengan ukuran tubuhnya. Makan siang dan makan malam remaja

menyediakan 60% dari intake kalori, sementara makanan jajanan menyediakan kalori 25%. Remaja dengan gizi berlebih ternyata akan sedikit

makan pada waktu pagi dan lebih banyak makan pada waktu siang

(33)

13

terutama pada masa remaja tergolong pada masa pertumbuhan dan

perkembangan baik fisik maupun mental serta peka terhadap rangsangan dari

luar. Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor penting yang turut

menentukan potensi pertumbuhan dan perkembangan remaja.

Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja

menurut Sediaoetama (2004) yang disajikan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Jumlah porsi makanan yang dianjurkan pada usia remaja

Makanan pagi

Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang

memerlukan zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral

dan air dalam jumlah yang cukup. Ragam pangan yang dikonsumsi

harus dapat memenuhi tiga fungsi makanan atau yang dikenal tri guna

makanan yaitu zat tenaga (karbohidrat) zat pembangun (protein) dan zat

pengatur (vitamin dan mineral). Untuk dapat mencukup pangan yang

dikonsumsi sehari-hari harus beraneka ragam karena konsumsi pangan

yang beraneka ragam dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada

pangan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Pola

(34)

kualitas maupun kuantitas dan terdiri dari sumber karbohidrat, sumber

protein hewani dan nabati, penambah citarasa/pelarut vitamin serta

sumber vitamin dan mineral (Depkes, 2004).

Gambar 3. Piramida makanan gizi seimbang

Sumber: Departemen Kesehatan RI Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2004.

Adapun zat gizi seimbang yaitu (Depkes, 2004):

a. Karbohidrat

Merupakan salah satu sumber energi bagi tubuh dalam melakukan

aktivitas fisik. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat adalah

nasi, mie, sagu, gandum, ubi dan singkong. Untuk melakukan

aktivitas fisik secara teratur, secara umum manusia membutuhkan

(35)

15

b. Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena paling erat

hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Fungsi protein untuk

tubuh adalah sebagai zat pembangunan, pertumbuhan, pemeliharaan

jaringan, menggantikan sel mati, pertahanan tubuh dan salah satu

sumber utama energi. Bahan makanan yang mengandung protein

adalah daging, ayam, telur, ikan, udang, kerang dan susu. Untuk

melakukan aktivitas fisik secara teratur, secara umum manusia

membutuhkan pengkonsumsi protein sebesar 150 gram/hari.

c. Lemak

Lemak merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur

karbon, hidrogen dan oksigen. Fungsi lemak dalam tubuh adalah

sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak yang

tertimbun di tempat-tempat tertentu. Untuk melakukan aktivitas fisik

secara teratur, secara umum manusia membutuhkan pengkonsumsian

lemak sebesar 25 gram/hari.

d. Vitamin

Vitamin merupakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam

jumlah kecil dan harus didatangkan dari luar, karena tidak dapat

disintesis dalam tubuh. Terdapat dua jenis vitamin, yaitu vitamin

yang larut dalam lemak (A, D, E, K) dan vitamin yang larut dalam

air (C, B1, B2, asam nikotinat, piridoksin, biotin, B5, folasin,

(36)

sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk melakukan aktivitas fisik

secara teratur sebesar 250 gram/hari.

e. Mineral

Mineral merupakan zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk

memperlancar zat gizi, mengatur keseimbangan dan mengatur suhu

tubuh. Untuk memenuhi fungsi diatas, manusia membutuhkan

sekurang-kurangnya 2 liter atau 8 gelas setiap harinya.

2.2.2 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Piramida makanan digunakan sebagai pedoman untuk memilih

makanan secara kuantitatif dengan tujuan untuk memenuhi gizi

seimbang, sebagai modal untuk pertumbuhan optimal dan mengurangi

resiko terjadinya penyakit kronis. Adapun 10 pesan dasar gizi seimbang

dalam PUGS (Depkes, 2014):

a. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan;

b. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan;

c. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi;

d. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok;

e. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak;

f. Biasakan sarapan;

g. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman;

h. Biasakan membaca label pada kemasan pangan;

(37)

17

j. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan

normal

2.3 Fast Food

Suatu makanan cepat saji ditandai dengan biaya rendah, ukuran porsi yang

besar dan makanan padat energi yang mengandung tinggi kalori dan tinggi

lemak (Sharkey JR dkk., 2011). Secara umum produk fast food dapat dibedakan menjadi dua, yaitu produk fast food yang berasal dari barat dan lokal. Fast food yang berasal dari barat sering juga disebut fast food modern. Makanan yang disajikan pada umumnya berupa hamburger, pizza, dan sejenisnya. Sedangkan fast food lokal sering juga disebut dengan istilah fast food tradisional seperti warung tegal, restoran padang, warung sunda (Hayati, 2010). Kehadiran makanan cepat saji dalam industri makanan di Indonesia juga

bisa mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja

tingkat menengah ke atas, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang

tepat untuk bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga

terjangkau dengan kantong mereka, servisnya cepat dan jenis makanannya

memenuhi selera (Khomsan, 2004).

Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan misalnya

pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan bersih

tanpa meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat

mereka yang sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi

(38)

golongan masyarakat. Keberadaan restoran-restoran fast food yang semakin

menjamur di kota-kota besar di Indonesia, yang menyajikan berbagai macam fast

food yang dapat berupa makanan tradisional Indonesia dan makanan barat yang

terkenal dengan ayam gorengnya, disamping jenis makanan yang tidak kalah

popular seperti Hamburger, Pizza, Sandwich, dan sebagainya (Khomsan, 2004).

Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food dijadikan sebagai pola makan setiap hari. Kelebihan kalori, lemak dan natrium akan

terakumulasi di dalam tubuh sehingga akan dapat menimbulkan berbagai

penyakit degeneratif (tekanan darah tinggi, aterosklerosis, jantung koroner,

dan diabetes melitus) serta obesitas. Namun, konsumsi pangan tersebut tidak

akan merugikan jika disertai dengan menu seimbang, frekuensi yang rendah

dan disertai dengan aktivitas fisik atau olahraga yang teratur dan disesuaikan

dengan usia (Mahdiyah dkk, 2004).

2.4 Soft Drink

2.4.1 Definisi Soft Drink

Soft drink merupakan minuman berbahan dasar air yang mengandung pemanis, pewarna, perasa dan terkadang mengandung sari buah atau

bahan alami lainnya dengan tingkat keasaman tertentu (Ashurst,

(39)

19

minuman non-alkohol yang kandungannya terdiri dari air yang

ditambahkan dengan gula dan bahan perasa berupa sari buah atau

sejenisnya (Garrow, 2005).

Soft drink adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang

mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik

alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk

dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari dua jenis, yaitu: minuman

ringan dengan karbonasi (carbonated soft drink) dan minuman ringan tanpa karbonasi. Soft drink berkarbonasi adalah minuman yang dibuat dengan mengabsorpsikan karbondioksida ke dalam air minum.

Minuman ringan tanpa karbonasi adalah minuman selain minuman

ringan dengan karbonasi. Kopi, teh, milkshake, susu, coklat panas, dan tap water tidak termasuk dalam kategori soft drink.

2.4.2 Kandungan Soft Drink

Berikut bahan-bahan yang terkandung dalam soft drink : 1. Air

Air merupakan kandungan terbesar di dalam soft drinks, yaitu 90%. Air yang digunakan harus mempunyai kualitas tinggi, yaitu: jernih,

tidak berbau, tidak berwarna, bebas dari organisme yang hidup

dalam air, alkalinitasnya <50 ppm, total padatan terlarut <500 ppm

(40)

diperlukan untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan, antara

lain: klorinasi, penambahan kapur, koagulasi, sedimentasi, filtrasi

pasir, penyaringan dengan karbon aktif dan demineralisasi dengan

ion exchanger. 2. Karbondioksida

Pemberian karbondioksida ditujukan agar rasa minuman lebih

menggigit dan lebih tajam rasanya (Garrow, 2005). Karbondioksida

yang digunakan juga harus semurni mungkin dan tidak berbau. Air

berkarbonasi dibuat dengan cara melewatkan es kering (dry ice) ke dalam air es.

3. Pemanis

Bahan pemanis yang digunakan dalam soft drinks terbagi dalam dua kategori:

a. Natural (nutritive), antara lain gula pasir, gula cair, gula invert cair, sirup jagung, dengan kadar fruktosa tinggi dan dekstrosa;

b. Sintetik (non nutritive), satu-satunya yang direkomendaasikan oleh FDA (Food & Drugs Administration Standard, Amerika Serikat) adalah sakarin.

(41)

21

Selain pemanis biasa, saat ini juga terdapat soft drinks yang mengandung pemanis rendah kalori seperti aspartame, sakarin, sukralose, dan asesulfame (Herbert, 2005).

4. Penambah rasa

Penambah rasa merupakan salah satu komposisi penting dalam soft drinks. Hal ini karena kebanyakan orang lebih memilih untuk meminum minuman atau air yang berasa dibandingkan dengan

yang lain. Bahan makanan dan tambahan lainnya yang

ditambahkan dalam soft drinks terdiri dari:

a. Bahan makanan alami meliputi buah-buahan dan atau produk

dari buah-buahan, daun-daunan dan atau produk dari daun,

akar-akaran, batang atau kayu tumbuhan, dan rumput laut;

b. Bahan makanan sintetik meliputi sari kelapa, vitamin, stimulan;

c. Tambahan lainnya meliputi: pemberi rasa, pemberi asam,

pemberi aroma, pewarna, pengawet dan garam (Garrow, 2005).

5. Pemberi asam (acidulants)

Pemberi asam ditambahkan dalam minuman dengan tujuan untuk

memberikan rasa asam, memodifikasi manisnya gula, berlaku

sebagai pengawet, dan dapat mempercepat inversi gula dalam

minuman. Acidulant yang digunakan dalam minuman harus dari jenis asam yang dapat dimakan (edible/food grade) antara lain asam sitrat, asam fosfat, asam malat, asam tartarat, asam fumarat,

(42)

digunakan dengan tujuan untuk mempertajam rasa minuman

(Wahlqvist, 2012).

6. Pemberi aroma

Pemberi aroma disiapkan oleh industri yang berkaitan dengan

industri minuman dengan formula khusus, kadang-kadang telah

ditambah dengan asam dan pewarna, dalam bentuk:

a. Ekstrak alkoholik (menyaring bahan kering dengan larutan

alkoholik), misalnya: jahe, anggur, lemon-lime dan lain-lain. b. Larutan alkoholik (melarutkan bahan dalam larutan air-alkohol),

misalnya: strawberry, cherry, cream soda dan lain-lain.

c. Emulsi (mencampur essential oil dengan bahan pengemulsi), misalnya: untuk citrus flavor, rootbeer dan kola.

d. Fruit juices, misalnya: orange, grapefruit, lemon, lime dan grape.

e. Caffeine, sebagai pemberi rasa pahit (bukan sebagai stimulan). f. Ekstrak biji kola.

g. Sintetik flavor, misalnya: ethyl acetate/amyl butyrate yang memberikan aroma anggur (Wahlqvist, 2012).

7. Pewarna

Pewarna digunakan untuk meningkatkan daya tarik minuman,

banyak orang yang tidak menyadari pentingnya warna terhadap

persepsi warna minuman. Warna mempengaruhi psikologis

(43)

23

penerimaan seseorang terhadap makanan. Jika makanan tidak

terlihat baik, makanan tersebut tidak akan dibeli atau dimakan

(Wahlqvist, 2012). Berikut pewarna yang sering digunakan untuk

soft drinks:

a. Natural, misalnya dari anggur, strawberi, cherry dan lain-lain. b. Semi sintetik, misalnya warna karamel.

c. Sintetik, dari 8 jenis pewarna yang dapat dimakan (food grade), hanya 5 yang diperkenankan oleh FDA untuk digunakan sebagai

pewarna dalam soft drinks. 8. Pengawet

Soft drinks tidak akan cepat kadaluarsa karena mengandung asam dan karbondioksida. Tetapi, untuk mencegah kemungkinan tersebut

dan mencegah berubahnya rasa selama penyimpanan, maka perlu

ditambahkan pengawet, misalnya asam sitrat untuk mencegah

(44)

2.4.3 Komposisi Zat Gizi dalam Soft Drink

Beberapa komposisi zat gizi yang terkandung dalam soft drink adalah sebagai berikut:

Sumber: Komposisi zat gizi pada soft drinks (Grosvenor dan Smolin, 2004).

Tabel 3. Komposisi zat gizi pada kemasan soft drink

No. Nama Sumber: Komposisi zat gizi pada soft drinks (Grosvenor dan Smolin, 2004).

2.4.4 Perilaku Konsumsi Soft Drink

Merupakan tindakan atau perbuatan mengenai sering tidaknya

mengkonsumsi minuman bersoda dihitung per minggu (Malik, 2006).

Konsumsi soft drinks dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan kalsium karena mengandung tinggi fosfor (Soekatri dan Kartono,

(45)

25

sebanyak 17%, 2-3 kali per bulan sebanyak 33% dan tidak pernah

sebanyak 42,5% (Novianty, 2007). Siswa sering mengkonsumsi soft drink sebanyak 33,6% dan 66,4% siswa jarang mengkonsumsi soft drink (Miradwiyana, 2007).

2.5 Kesukaan Terhadap Fast Food dan Soft Drink

Preferensi makanan dan minuman (food preferences) adalah sebagai tindakan/ukuran suka atau tidak sukanya terhadap makanan dan minuman.

Sikap seseorang terhadap makanan dan minuman, suka atau tidak suka akan

berpengaruh terhadap konsumsinya. Oleh karena itu, merupakan hal penting

untuk mempelajari pangan yang disukai atau tidak disukai dan menelusuri

sebab-sebab yang melatarbelakanginya. Kesukaan atau pilihan terhadap

makanan tentu saja akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan dan

kebiasaan makan seseorang (Zahrulianingdyah, 2008).

Menurut Elizabeth dan Sanjur dalam Suhardjo (2009), ada tiga faktor utama

yang mempengaruhi konsumsi pangan yang dapat dilihat pada gambar 2

(46)

Gambar 4. Model preferensi konsumsi makanan

Rasa, aroma, tekstur dan penampilan makanan merupakan hal penting yang

menentukan keinginan seseorang terhadap makanan, sedangkan iklan dan

kemasan yang menarik akan mempengaruhi pemilihan terhadap makanan

tersebut (Grosvenor and Smolin, 2004). Warna akan sangat berpengaruh

terhadap konsumsi minuman karena sebagian besar orang lebih menyukai

minuman yang berwarna daripada air putih.

Hasil penelitian Prasetya (2007) menunjukkan bahwa terdapat hubungan

(47)

27

menyukai soft drinks berkarbonasi mempunyai peluang 6 kali lebih besar untuk mengkonsumsi soft drinks dibandingkan dengan siswa yang kurang menyukai soft drinks berkarbonasi.

2.6 Status Gizi

2.6.1. Definisi Status Gizi

Merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang

dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat

gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu

status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005).

Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan antara konsumsi

dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau

keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh

tubuh. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi merupakan masalah

penting karena selain mempunyai risiko terjadinya penyakit tertentu,

juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu,

pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara

berkesinambungan. Salah satu caranya adalah dengan memperhatikan

(48)

2.6.2. Penilaian Status Gizi

Merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan

menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi

atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi

lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. Penilaian langsung

a. Antropometri

Merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang

berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan

umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya antropometri

mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang (Supariasa,

2004). Metode antropometri sangat berguna untuk melihat

ketidakseimbangan energi dan protein. Akan tetapi,

antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi

zat-zat gizi yang spesifik (Gibson, 2005).

b. Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi

berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat

dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.

Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang

(49)

29

dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid) (Hartriyanti dan

Triyanti, 2007).

c. Biokimia

Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium.

Pemeriksaan biokimia pemeriksaan yang digunakan untuk

mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih

parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan

biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya

simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi, uji

ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah dengan

menggunakan uji gangguan fungsional yang berfungsi untuk

mengukur besarnya konsekuensi fungsional daru suatu zat gizi

yang spesifik Untuk pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan

perpaduan antara uji biokimia statis dan uji gangguan fungsional

(Baliwati dkk., 2004).

d. Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat

perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan dalam

(50)

2. Penilaian tidak langsung

a. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status

gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat dapat berupa

data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat

mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi,

sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan

cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan

sesuai dengan kebutuhan gizi (Baliwati dkk., 2004).

b. Statistik vital

Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi

melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang

berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur

tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik

pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan

dengan kekurangan gizi (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

c. Faktor ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena

masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor

ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan

budaya Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk

(51)

31

masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk

melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2004).

2.6.3. Klasifikasi Status Gizi

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara sederhana untuk memantau

status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan

dan kelebihan berat badan, sehingga mempertahankan berat badan

normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup

lebih panjang (Supariasa, 2004). Indeks Massa Tubuh telah

direkomendasikan sebagai indikator terbaik yang dapat digunakan pada

remaja. Keuntungan menggunakan IMT berdasarkan umur yaitu dapat

digunakan untuk remaja muda, IMT berhubungan dengan kesehatan dan

dapat dibandingkan dengan baik terhadap hasil pemeriksaan laboratorium

atau pengukuran lemak tubuh. Selain menggabungkan indeks Berat

badan/Tinggi badan (BB/TB) dengan umur, indikator ini juga telah

divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total bagi mereka yang berada di

atas percentil yang normal. Indikator ini juga memberikan data dengan

kualitas tinggi dan berkesinambungan dengan indikator yang

direkomendasikan untuk dewasa. IMT dihitung dengan rumus:

(52)

Berikut adalah klasifikasi IMT berdasarkan WHO: terutama yang menyediakan menu Western Style, semakin sering ditemukan di masyarakat kota-kota besar khususnya para remaja. Selain jumlah

restoran-restoran tersebut semakin banyak di berbagai penjuru kota, menu makanan

fast food dan soft drinks umumnya cepat dalam penyajian (Khomsan, 2004). Kebiasaan makan ini ternyata menimbulkan masalah baru karena makanan

fast food dan soft drinks umumnya mengandung lemak, karbohidrat dan garam yang cukup tinggi tetapi sedikit kandungan vitamin larut air dan serat.

Bila konsumsi makanan jenis ini berlebih akan menimbulkan masalah gizi

lebih yang merupakan faktor risiko beberapa penyakit degeneratif yang saat

(53)

33

Konsumsi fast food dan soft drinks dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas. Makanan fast food dan konsumsi makanan restoran juga memiliki efek diferensial secara cross-sectional pada IMT. Peningkatan ketersediaan fast food dan akses hiburan televisi dapat berkontribusi dalam meningkatkan kejadian obesitas di Amerika Serikat (Robert, 2008). Waktu

yang dihabiskan menonton televisi dan jumlah soft drinks yang dikonsumsi secara signifikan terkait dengan obesitas (Joyce, 2009). Penelitian Amaliah

(2005) menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara

kebiasaan makan fast food dengan obesitas. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi fast food dengan obesitas kemungkinan disebabkan karena hubungan antara konsumsi fast food dengan obesitas tidak hanya dipengaruhi oleh frekuensi makan fast food saja, namun juga dari jenis makanan fast food yang dikonsumsi dan porsi makanan yang dihabiskan setiap kali makan.

Konsumsi fast food dan soft drinks cenderung berhubungan positif dengan peningkatan risiko kelebihan berat badan pada anak-anak tetapi berhubungan

negatif dengan tingkat ketidakbahagiaan mereka (Chang, 2010). Konsumsi

fast food di kalangan anak-anak di Amerika Serikat tampaknya memiliki efek buruk pada kualitas diet mereka sehingga bisa meningkatkan risiko obesitas

(Bowman, 2004). Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa

anak mengkonsumsi lebih dari sepertiga kebutuhan kalori sehari yang berasal

(54)

konsumsi soft drink dalam jumlah kecil tidak memberikan faktor risiko terhadap kejadian obesitas pada remaja. Terakhir, penelitian yang dilakukan

oleh Widyantara (2014), menunjukkan bahwa kebiasaan makan makanan cepat

saji (fast food) pada mahasiswa FK Unila angkatan 2013 tidak memiliki

hubungan yang bermakna secara statistik dengan status gizi (p= 0,118).

2.8 Metode Pengukuran Konsumsi Makanan

Menurut Gibson (2005), berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka

pengukuran konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu

bersifat kualitatif dan kuantatif.

1. Metode kualitatif

Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi

makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali

informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode-metode pengukuran

konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain:

a. Metode frekuensi makanan (food frequency);

b. Metode dietary history;

c. Metode telepon;

(55)

35

2. Metode Kuantitatif

Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan

yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan

menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain

yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT).

Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain:

a. Metode recall 24 jam (estimated food records); b. Penimbangan makanan (food weighing); c. Metode food account;

d. Metode inventaris (inventory method); e. Pencatatan (household food records). 3. Metode Kualitatif dan Kuantitatif

Beberapa metode pengukuran bahkan dapat menghasilkan data yang

bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode tersebut antara lain: metode

recall 24 jam, metode riwayat makan (dietary history).

Menurut Gibson (2005), berdasarkan sasaran pengamatan atau pengguna, maka

pengukuran konsumsi makanan terdiri atas tingkat nasional, rumah tangga dan

individu.

1. Tingkat Nasional

Untuk menghitung tingkat konsumsi masyarakat dan perkiraan kecukupan

persediaan makanan secara nasional pada suatu wilayah atau negara

(56)

Langkah-langkah perhitungan FBS:

a. Menghitung kapasitas produksi makanan dalam satu tahun (berasal dari

persediaan/cadangan, produksi dan impor bahan makanan dari negara

atau wilayah lain). Dikurangi dengan pengeluaran untuk bibit, ekspor,

kerusakan pascapanen dan transportasi, diberikan untuk makanan ternak

dan untuk cadangan.

b. Jumlah makanan yang ada tersebut dibagi dengan jumlah penduduk.

c. Diketahui ketersediaan makanan per kapita per tahun secara nasional.

Data Food Balance Sheet tidak dapat memberikan informasi tentang distribusi dari makanan yang tersedia tersebut untuk berbagai daerah,

apalagi gambaran distribusi di tingkat rumah tangga atau perorangan.

Selain itu juga tidak menggambarkan perkiraan konsumsi pangan

masyarakat berdasarkan status ekonomi, keadaan ekologi, keadaan

musim dan sebagainya. Oleh karena itu FBS tidak boleh dipakai untuk

menentukan status gizi masyarakat suatu negara atau wilayah.

2. Tingkat Rumah Tangga

Konsumsi makanan rumah tangga adalah makanan dan minuman yang

tersedia untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga atau institusi. Metode

pengukuran konsumsi makanan untuk keluarga atau rumah tangga adalah

sebagai berikut:

a. Pencatatan (food account) b. Metode pendaftaran (food list)

(57)

37

d. Pencatatan makanan rumah tangga (household food record) 3. Tingkat Individu

Beberapa metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu anatara

lain:

a. Metode food recall 24 jam

Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.

Dalam metode ini, responden, ibu atau pengasuh (bila anak masih kecil)

diminta untuk menceritakaan semua yang dimakan dan diminum selama

24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi

kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya atau dapat juga dimulai

dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam

penuh .

b. Metode Estimated Food Records

Metode ini disebut juga food records atau dietary records, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Responden diminta

mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan.

Menimbang dalam ukuran berat pada periode tertentu, termasuk cara

persiapan dan pengelolaan makanan. Metode ini dapat memberikan

informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya tentang jumlah energi

dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu. Penjelasan lain tentang

metode ini yakni metode yang dilakukan untuk mencatat jumlah yang

(58)

yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran

Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram)

dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan

dan pengolahahan makanan tersebut.

c. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang

dikonsumsi selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya

berlangsung beberapa hari tergantung dati tujuan, dana penelitian, dan

tenaga yang tersedia. Terdapatnya sisa makanan setelah makan juga perlu

ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan

yang dikonsumsi.

d. Metode Riwayat Makanan (Diethary History Method)

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola

kunsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1

minggu, 1 bulan, 1 tahun).

e. Metode Food Frequency Questionnaire (FFQ)

Metode ini untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah

bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu. Meliputi hari,

minggu, bulan, atau tahun, sehingga diperoleh gambaran pola konsumsi

makanan secara kualitatif. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang

daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada

(59)

39

Food Frequency Questionnaire (FFQ) bias digunakan untuk menilai frekuensi makanan tertentu selama waktu periode tertentu. FFQ dibuat

untuk memberikan gambaran informasi secara kualitatif tentang pola

konsumsi makanan. FFQ kualitatif terdiri dari 2 komponen, yaitu daftar

nama makanan dan frekuensi makanan untuk setiap nama makanan.

Daftar nama makanan yang tercantum dalam FFQ harus memiliki tiga

karakteristik, yaitu:

a. Makanan tersebut merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh

individu,

b. Makanan tersebut memiliki nilai gizi sesuai dengan kebutuhan

penelitian dan

c. Makanan tersebut dapat mendiskriminasi asupan setiap orang,

misalnya wortel tidak dapat membedakan individu bedasarkan asupan

karoten jika semua orang mengonsumsi wortel setiap harinya. Dengan

demikian tidak perlu dimasukkan wortel kedalam daftar nama

makanan FFQ. Sebaliknya bayam, sering dihindari atau sering

dimakan, akan memberikan informasi yang berarti meskipun rendah

kandungan karotennyadan rata-rata jarang dikonsumsi.

Untuk mengumpulkan nama-nama makanan apa saja yang akan

dimasukkan kedalam daftar, dapat dilakukan beberapa pendekatan.

Pendekatan sederhana yaitu dengan melihat daftar komposisi bahan

makanan dan mengidentifikasi makanan apa yang memiliki kandungan

(60)

dengan daftar semua nama makanan yang mungkin memiliki kandungan

zat gizi penting kemudian secara sistematis mengurangi daftar nama

makanan. Penggunaan frekuensi makan pada FFQ disesuaikan dengan

tujuan penelitian, dapat berupa perhari, perminggu, perbulan atau

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan

cross sectional study yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara

pendekatan observasi atau pengumpulan data dalam waktu yang sama.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan pola konsumsi fast food dan soft drink dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3.2.Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilakukan di Fukaltas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung. Lokasi ini dipilih dengan alasan belum terdapat data penelitian

mengenai hubungan pola konsumsi fast food dan soft drink di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan antara

(62)

3.3.Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3.3.2 Sampel

Adapun jumlah sampel yang akan diambil adalah menggunakan

rumus (Dahlan, 2006):

√ √

n = Besar sampel

Zα = Deviat baku alfa

Zβ = Deviat baku beta

P1 = Proporsi pada beresiko atau kasus

Q1 = 1-P1

P2 = Proporsi pada kelompok tidak terpajan atau kontrol

Q2 = 1-P2

P = Proporsi total =

Q = 1-P

P1-P2 = Perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna

Widyantara (2014), proporsi mahasiswa FK Unila angkatan 2013

memiliki kebiasaan makan fast food sering dengan status gizi berlebih 58,4% (P1) dan memiliki kebiasaan makan fast food jarang dengan gizi berlebih 41,6% (P2). Dengan kepercayaan sebesar 95% atau

tingkat kesalahan 5% dan perbedaan proporsi minimal yang dianggap

bermakna adalah 25%. Kesalahan tipe I 5%, kesalahan tipe II 20%.

(63)

43

Diketahui bahwa:

Kesalahan tipe I 5%, maka Zα = 1,96

Kesalahan tipe II 20%, maka Zβ = 0,84

P1 = Proporsi kebiasaan makan fast food sering dengan gizi berlebih

=

= 0,58

P2 = Proporsi kebiasaan makan fast food jarang dengan gizi berlebih

=

= 0,42

Q2 = 1-P2 = 1 - 0,42 = 0,58

P1-P2 = Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna,

ditetapkan 0,2

Dengan demikian:

P1 = P2 + 0,2 = 0,42 + 0,2 = 0,62

Q1 = 1-P1 = 1 - 0,62 = 0,38

P = (P1 + P2)/2 = (0,62 + 0,42)/2 = 0,52

Q = 1-P = 1-0,52 = 0,48

√ √

√ √

(64)

( )

( )

( )

n = 96,66 dibulatkan menjadi 97

Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel keseluruhan. Sehingga jumlah

keseluruhan sampel yang akan diambil adalah 107 mahasiswa. Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

Fakultas Ekonomi Jurusan Pembangunan, Jurusan Akuntansi dan

Jurusan Manajemen Universitas Lampung. Peneliti memilih metode

pengambilan sampel dengan proportionate stratified random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara menentukan karakteristik

umum dari anggota populasi lalu menentukan strata dari jenis karakter

tersebut dan barulah sampel diambil secara acak dari masing-masing

strata.

Tabel 5. Proporsi berdasarkan jumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

No. Jurusan Jumlah

Mahasiswa Jumlah Sampel (n) 1. Pembangunan 456 n = 456/1.554 x 107 = 31 2. Akuntansi 461 n = 461/1.554 x 107 = 32 3. Manajemen 637 n = 637/1.554 x 107 = 44

(65)

45

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

b. Bersedia menjadi responden saat penelitian.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa merupakan vegetarian;

b. Mahasiswa yang mengalami diare >2 minggu selama satu bulan

terakhir disertai penurunan nafsu makan, mual-muntah serta

kehilangan berat badan secara signifikan..

3.4.Definisi Operasional

3.4.1. Definisi Variabel Dependen

Variabel dependen penelitian ini yaitu status gizi mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis.

3.4.2. Definisi Variabel Independen

Variabel independen penelitian yaitu kebiasaan konsumsi makanan

(66)

Tabel 6. Definisi operasional

(67)

47

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1. Data Primer

Data yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan

pengukuran langsung berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui

indeks massa tubuh.

3.5.2. Data Sekunder

Data ini adalah jumlah populasi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan

Bisnis (FEB) Universitas Lampung yang didapatkan peneliti melalui

bagian akademik FEB Universitas Lampung.

3.5.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang telah digunakan adalah lembar kuisioner (daftar

pertanyaan). Pertanyaan dibuat berdasarkan variable-variabel yang

akan diukur yang terdapat pada kerangka konsep penelitian yaitu

untuk mengetahui hubungan konsumsi fast food dan soft drinks dengan status gizi mahasiswa unila. Informed consent telah diberi bersamaan dengan kuesioner tersebut yang menjelaskan tujuan

dilakukan penelitian. Pengisian kuesioner oleh mahasiswa telah

(68)

memastikan tidak ada kecurangan yang berlaku. Data yang diperoleh

dianalisis, setelah kuesioner dikembalikan oleh mahasiswa kepada

peneliti (Perumal, 2010).

3.5.4. Teknik Penilaian/Skoring

Kuesioner terdiri dari tabel-tabel jenis fast food dan soft drinks yang akan diisi oleh responden. Apa bila jawaban responden menunjukkan

frekuensi pengonsumsian ≥2x/minggu maka sering, <2x/minggu maka

jarang (Suryaalamsyah, 2009).

3.6 Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diolah

menggunakan program analisis statistika, kemudian dianalisis sebagai

berikut:

1. Analisis Univariat

Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel bebas dan terikat

yang bertujuan untuk melihat variasi masing-masing variabel tersebut.

2. Analisis Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara

variabel bebas dan variabel terikat. Hubungan antara satu keadaan dengan

keadaan yang lain dapat digunakan uji statistik chi-square. Uji Chi-Square yang merupakan uji parametrik (distribusi data normal) yang digunakan

(69)

49

skala kategorik. Apabila uji Chi-Square tidak memenuhi syarat (nilai expected count >20%) maka dipilih uji alternatif yaitu uji Kolmogorov-Smirnov untuk tabel 2x3 dan uji Fisher Exact untuk tabel 2x2 (Dahlan, 2011). Untuk menguji kemaknaan, digunakan batas kemaknaan sebesar 5%

(α= 0,05). Hasil uji dikatakan ada hubungan yang bermakna bila nilai p≤ α

(p≤ 0,05). Hasil uji dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna secara

statistik apabila nilai p> α (p> 0,05) (Dahlan, 2011).

3.7 Etika penelitian

Penitilian ini telah mendapatkan surat keterangan lolos kaji etik dari Komisi

Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan

surat keterangan lolos kaji etik dengan nomor: 1930/UN26/8/DT/2014 dan

mendapatkan informed cosent dari responden pada saat pengambilan data

Gambar

Tabel
Gambar 1. Kerangka teori
Gambar 2. Kerangka konsep
Tabel 1. Jumlah porsi makanan yang dianjurkan pada usia remaja
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Mengetahui hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi dan kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Teknik di Universitas

Tujuan : Mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dan konsumsi western fast food (frekuensi dan sumbangan energi) dengan status gizi pada remaja di SMP Muhammadiyah

Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji Modern (Fast Food), Pola Aktivitas Fisik, dan Faktor Lainnya dengan Status Gizi Pada Remaja SMA Cakra Buana

Frekuensi makan fast food dan soft drink contoh lebih banyak dilakukan pada waktu yang tidak menentu dengan jenis fast food yang paling banyak dikonsumsi dan disukai

akan berdampak negatif bagi status gizi remaja. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi fast food dengan

Dari penelitian ini di sarankan agar untuk penelitian selanjutnya dapat di kaji lebih dalam hubungan konsumsi Fast Food dan Soft Drink terhadap kejadian obesitas dengan

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang “Hubungan Konsumsi Fast Food dan Soft Drink terhadap Indeks Massa Tubuh pada Siswa di SMAN 4 Medan” dan telah memahami nya,

Hasil penelitian ini sejalan dengan Virani 2012, yang menyatakan adanya hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi, bahwa mengonsumsi fast food dalam jumlah yang