• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsumsi Fast Food dan Soft Drink terhadap Siswa Obesitas dan Tidak Obesitas di SMAN 4 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Konsumsi Fast Food dan Soft Drink terhadap Siswa Obesitas dan Tidak Obesitas di SMAN 4 Medan"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kezya Nadya

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 20 Oktober 1995 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Cemara No.2A, Kel Kayu Putih, Kec Pulo Gadung, Jakarta Timur 13210

Orang Tua : M. Soleh Lumban Gaol Ruth Ayu Thrisna Riwayat Pendidikan :

1. TK Mekarsari Jakarta (1999) 2. SD Mekarsari Jakarta (2000) 3. SMPN 92 Jakarta (2006) 4. SMAN 21 Jakarta (2009)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012 – Sekarang)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota departemen Kerohanian Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-2013)

2. Anggota Seksi Acara Porseni Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2014)

(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

“Hubungan Konsumsi Fast Food dan Soft Drink terhadap Indeks Massa

Tubuh pada Siswa SMAN 4 Medan”

Saya Kezya Nadya, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, sedang melaksanakan penelitian berjudul “Hubungan Konsumsi Fast Food dan Soft Drink terhadap Indeks Massa Tubuh pada Siswa SMAN 4 Medan”.

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan konsumsi fast food dan soft drink dengan indeks massa tubuh pada siswa di SMAN 4

Medan. Adapun manfaat dari penelitian ini bagi adik-adik adalah sebagai pertimbangan dalam memilih pola makan yang sesuai dengan kebutuhan harian adik-adik, serta mengetahui bobot tubuh ideal pada remaja.

Saya akan memberikan kuesioner yang akan adik-adik isi untuk menilai kebiasaan konsumsi fast food dan soft drink pada adik-adik. Fast Food adalah makanan yang dengan cepat tersedia setelah pelanggan memesannya. Jenis fast food antara lain seperti hamburger, fried chicken, french fries,dll. Soft Drink

adalah minuman ringan dengan karbonasi. Kemudian saya akan mengukur tunggi badan dan berat badan adik-adik untuk menilai indeks massa tubuh.

Partisipasi adik-adik bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini, adik-adik tidak dikenakan biaya apapun. Bila adik-adik membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya

(3)

Terima Kasih saya ucapkan kepada adik-adik yang telah berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan adik-adik dalam penelitian ini akan

menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan adik-adik bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, Agustus 2015 Peneliti

(Kezya Nadya)

(4)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang “Hubungan Konsumsi Fast Food dan Soft Drink terhadap Indeks Massa Tubuh pada Siswa di SMAN 4 Medan” dan telah memahami nya, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut. Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, agustus 2015

(……….)

(5)

Lampiran 4

KUISIONER

Hubungan Konsumsi Fast Food dan Soft Drink terhadap Indeks Massa Tubuh pada Siswa SMAN 4 Medan

1. Identitas Responden

Nama :

Kelas :

Jenis Kelamin : Tanggal Lahir :

Alamat :

No. Telp/HP : Berat Badan : Tinggi Badan :

2. Konsumsi Fast Food

Berapa kali anda mengkonsumsi fast food dalam satu bulan terakhir? Berilah tanda checklist ( ) pada jenis makanan dan frekuensi konsumsi makanan tersebut.

No Nama Makanan Sering (>2x seminggu) Jarang (<2x seminggu)

1. Fried chicken ……… ……….

2. Hamburger ……… ……….

3. Hotdog ……… ……….

4. Pizza ……… ……….

5. Sandwich ……… ……….

6. spaghetti ……… ……….

(6)

3. Konsumsi Soft Drink

Berapa kali anda mengkonsumsi Soft Drink dalam satu bulan terakhir? Berilah tanda checklist ( ) pada jenis minuman dan frekuensi konsumsi minuman tersebut.

No Nama Minuman Sering (>1x seminggu) Jarang (<1x seminggu)

1. Coca Cola ……… ……….

2. Fanta ……… ……….

3. Sprite ……… ……….

4. Marinda ……… ……….

5. Root Beer ……… ……….

6. Badak ……… ……….

(7)

Lampiran 5

Kurva CDC BMI-for Age Growth Chart

(8)
(9)
(10)

MY Laki-laki 17 168 87.1 30.8 100 obesitas jarang jarang AD Laki-laki 16 162 82.3 31.2 105 obesitas jarang jarang SR Perempuan 16 165 65 23.9 76

non

obesitas jarang jarang NT Perempuan 17 155 47 19.6 25

non

obesitas jarang jarang GA Perempuan 16 156 57 23.4 76

non

obesitas jarang jarang RT Perempuan 17 155 59 24.6 78

non

obesitas jarang jarang YS Laki-laki 16 170 70 24.2 85

non

obesitas jarang jarang DF Perempuan 17 161 63.5 24.3 78

non

obesitas jarang jarang CS Laki-laki 17 165 73 26.8 90

non

obesitas sering jarang RP Laki-laki 17 167 60.6 21.5 50

non

obesitas jarang jarang EF Perempuan 16 158 54.6 21.6 53

non

obesitas jarang jarang SS Perempuan 16 155 51 21 53

non

obesitas jarang jarang EE Perempuan 17 149.5 55 24.8 78

non

obesitas sering jarang VA Perempuan 17 154 45 16 5

non

obesitas jarang jarang CT Perempuan 17 154 49 20.7 35

non

obesitas jarang jarang ST Perempuan 17 152.5 50 21.6 50

non

obesitas jarang jarang SR Perempuan 16 158 55 22 65

non

obesitas jarang jarang MS Perempuan 17 161 50 19.3 25

non

obesitas jarang jarang VZ Perempuan 17 150 46.9 20.4 35

non

obesitas jarang jarang PM Laki-laki 17 170 61.5 21.7 50

non

obesitas jarang jarang AS Perempuan 16 158 62.7 24.8 80

non

obesitas jarang jarang MF Laki-laki 17 166 56.8 20.3 35

non

obesitas jarang jarang HC Perempuan 17 150 46.9 20.4 35

non

obesitas jarang jarang RA Perempuan 17 156 51 21 50

non

obesitas jarang jarang IA Perempuan 17 150.5 49.8 21.8 50 non jarang jarang

(11)

obesitas RG Laki-laki 17 160 49.9 19.1 30

non

obesitas jarang jarang YM Laki-laki 17 181 80.3 24.4 78

non

obesitas jarang jarang JA Laki-laki 17 169 109.2 24.2 78

non

obesitas jarang jarang SL Laki-laki 17 157 60 24.3 78

non

obesitas jarang jarang TK Laki-laki 17 162 57 21.7 50

non

obesitas jarang jarang MJ Laki-laki 17 172 62 21 50

non

obesitas jarang sering PA Laki-laki 17 177 65 20.7 30

non

obesitas jarang jarang MT Laki-laki 16 175 53 17.3 5

non

obesitas sering sering NR Perempuan 17 161 69.3 26.6 88

non

obesitas sering jarang TQ Perempuan 17 157 50 20.3 35

non

obesitas jarang jarang RH Laki-laki 17 181 60 18.9 7

non

obesitas jarang sering SH Laki-laki 17 169 65 22.8 60

non

obesitas jarang jarang CN Laki-laki 17 173 53 17.7 5

non

obesitas jarang jarang AS Perempuan 17 154 53 22.3 60

non

obesitas jarang jarang GG Laki-laki 17 162 68 25.9 85

non

obesitas jarang jarang MS Perempuan 17 143 41 20 35

non

obesitas jarang jarang SO Perempuan 17 150 49 21.8 50

non

obesitas jarang jarang AW Laki-laki 16 164 60 22.3 65

non

obesitas jarang jarang

(12)

Lampiran 7

Output SPSS Hasil

Frequencies

Statistics

JK Usia statusnutrisi fastfood softdrink

N Valid 82 82 82 82 82

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

JK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Perempuan 38 46.3 46.3 46.3

Laki-laki 44 53.7 53.7 100.0

Total 82 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 15 13 15.9 15.9 15.9

16 23 28.0 28.0 43.9

17 46 56.1 56.1 100.0

Total 82 100.0 100.0

statusnutrisi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid non obesitas 41 50.0 50.0 50.0

obesitas 41 50.0 50.0 100.0

Total 82 100.0 100.0

(13)

fastfood

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sering 9 11.0 11.0 11.0

Jarang 73 89.0 89.0 100.0

Total 82 100.0 100.0

softdrink

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sering 12 14.6 14.6 14.6

Jarang 70 85.4 85.4 100.0

Total 82 100.0 100.0

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TB 82 143.0 181.0 161.945 9.0387

BB 82 41.0 157.1 73.478 20.9521

BMI 82 16.0 53.7 27.624 6.9806

Valid N (listwise) 82

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

fastfood * statusnutrisi 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%

softdrink * statusnutrisi 82 100.0% 0 .0% 82 100.0%

(14)

fastfood * statusnutrisi

% within statusnutrisi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .125a 1 .724

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .125 1 .724

Fisher's Exact Test 1.000 .500

Linear-by-Linear Association .123 1 .725

N of Valid Cases 82

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50.

b. Computed only for a 2x2 table

(15)

softdrink * statusnutrisi

% within statusnutrisi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.514a 1 .061

Continuity Correctionb 2.440 1 .118

Likelihood Ratio 3.654 1 .056

Fisher's Exact Test .116 .058

Linear-by-Linear Association 3.471 1 .062

N of Valid Cases 82

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.

b. Computed only for a 2x2 table

(16)

Lampiran 8

(17)

Lampiran 9

(18)

Lampiran 10

(19)

Lampiran 11

(20)

Lampiran 12

Foto Pelaksanaan Penelitian

(21)
(22)
(23)

DAFTAR PUSTAKA

Adair, LS. Popkin BM. 2005. Are child eating patterns being transformed globally?. Obesity Research. 13: 1281–1299.

Adawiyah, Rabyatul, 2008. Preferensi dan Konsumsi Fast Food Dalam Pemenuhan Gizi Remaja di Bandar Lampung, Reaserch Report, Lampung: LAPTUNILAPP.

Adisasmito, W. 2007. Fenomena Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Adityawarman. 2007. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Komposisi Tubuh pada

Remaja. Diunduh Dari:

http://eprints.undip.ac.id/22215/1/Aditya.pdf

Adriani, M. Wirajatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Prenada Media Group. 113-116.

Anwar, H.M. 2006. Gizi Seimbang untuk Remaja dan Wanita Usia Subur dalam Hidup sehat Gizi Seimbang Dalam siklus Kehidupan Manusia, Ed Soekirman et al, PT. Primamedia Pustaka Anggota IKAPI, Jakarta. Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Aldana G,Steven 2007. The Stop and Go Fast Food Nutrition Guide. Amerika: Maple Mountain Press. 1.

Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Cetakan Keempat. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Arief, E. Syam, E. Dachlan M, D. 2011. Konsumsi Fastfood Remaja di Restoran Fastfood Makasar Town Square: Media Gizi Masyarakat, (1):41-45. Diunduh dari: http://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi Arief, E. Syam, E. Dachlan M, D. 2011. Konsumsi Fast Food Remaja di Restoran

Fast food Makassar Town Square. Jurnal Penelitian Perilaku Konsumen: 41

Arofah, D., Hertanto W.S. 2008. Konsumsi Soft Drink Sebagai faktor risiko terjadinya obesitas pada remaja usia 15-17 tahun (studi kasus di SMUN 5 Semarang). [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Atmajayanti, J. 2013. Hubungan pola konsumsi fast food dan soft drink dengan status gizi pada remaja di SMPN 32 Surabaya. [Skripsi]. Fakultas

(24)

Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Badjeber, F., Kapantouw, N.H., Punuh, M. 2009. Konsumsi fast food sebagai faktor resiko terjadinya gizi lebih pada siswa SDN 11 Manado. [Skripsi]. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Brown, J.E., et al. 2005. Nutrition Through The Life Cycle, 2nd ed. Thomson Wadsworth. USA.

BPS. 2006. Statistik Sosial Budaya. Jakarta.

Bandini, L. Flynn,A. Scampini,R. 2011. Overnutrition. In: Lanham-New A,S. et.al. Nutrition and Metabolism, Second Edition. Amerika: Wiley-Blackwell, A John Wiley & Sons, Ltd. Publication. 361-369 Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2000. BMI-for-age Growth

Charts. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/growthcharts

Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2011. Healthy Weight: Assesing Your Weight: BMI for Children and Teens. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/childrens_bmi/ab out_childrens_bmi.html

Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2012. 2008 Physical Activity Guidelines for American: Fact Sheet for Health Professionals on Physical Activity Guidelines for Children and Adolescents.

Diunduh dari:

http://www.cdc.gov/nccdphp/dnpa/physical/pdf/PA_Fact_Sheet_C hildren.pdf

Chang H.H., Rodolfo M.N. Jr. 2010. Childhood Obesity and Unhappiness: The Influence of Soft Drinks and Fast Food Consumption. Journal of Happiness Studies Volume 11, Issue 3, pp 261-275.

Dahlan, S. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Dahlan, S. 2012. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

Kedokteran dan Kesehatan. Sagung Seto. Jakarta

Dasmita, T. 2007. Hubungan Pola Konsumsi, Aktifitas Fisik, dan Daya Beli Keluarga, Dengan Kejadian Obesitas Anak Sekolah Dasar Swasta Marsudirini Jakarta Timur. Skripsi. FKM-UI. Depok.

Departemen Kesehatan. 2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Depkes RI. Jakarta

Depkes. 1995. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Depkes RI Jakarta.

(25)

______. 2002. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa. Jakarta. ______. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Depkes RI. Jakarta

Dilapanga, A. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi soft drinks pada siswa SMPN 1 Ciputat Tahun 2008. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Faktor Lain dengan Gizi Lebih pada Remaja SMU Sudirman Jakarta Timur Tahun 2008. Diunduh dari:

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123712-S-5334-Hubungan%20kebiasaa-Abstrak.pdf

Fraser LK, Edwards KL, Cade JE, Clarke GP. 2011. Fast food, other food choices and body mass index in teenagers in the United Kingdom (ALSPAC): a structural equation modelling approach. Int J Obes(Lond). 35(10):1325-1330.

Freitag dan Harry, L.M., Oktaviani, P.H. 2010. Diet Seru Ala Remaja. Yogyakarta: Jogja Great Publisher.

Hartriyanti, Y., dan Triyanti. 2007. Penilaian Status Gizi, dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Herlina,N. Djais, J. Rusmil, K. 2013. Obesity and Academic Performance in Adolescent. In: Suradi R. et.al. Pediatrica Indonesiana, (53):12. Diunduh dari :

http://www.paediatricaindonesiana.org/pdffile/53-1-Irianto, K. 2010. Gizi dan pola hidup sehat. Yrama Widya. Bandung.

Jeffery et al. “Are Fast Food Restaurants an Enviromental Risk Factor for ?”. International Journal of Behavioral Nutrition and physical Activity. 2006,3: 2, [25 Januari 2006].

KaplanW,D. Love-Osborne A, K. 2009, Adolescence. In: Hay W.Jr,W. Current Diagnosis & Treatment Pediatrics, Nineteenth Edition, Amerika: The McGraw-Hill Companies Inc. 101

Khomsan, A. 2006. Solusi Makan Sehat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

(26)

Kramer E,R. 2011. Obesity. In: Bajaj, L. et.al. Berman’s Pediatric Decision Making. Amerika: Elsevier. 24-26

Lastariwati, Badraningsih dan Ratnaningsih, N. 2006. Hubungan antara Pengetahuan dan Konsumsi Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Remaja Putri. Yogyakarta : Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana. Malik, S Vasanti, dkk. 2006. Intake sugar –sweetened beverages and weight gain :

a systematic review. American Journal of clinical Nutrition. Vol 84, no.2, 274-288.

Mardatillah. 2008. Hubungan kebiasaan konsumsi makanan siap saji modern (fast food), aktivitas fisik, dan faktor lainnya dengan kejadian gizi lebih pada remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakarta Timur Tahun 2008. Depok.Universitas Indonesia.

Mozaffarian D,K. 2006. In: Stender,S. et. al. 2007. Fastfood: Unfriendly and Unhealthy, International Journal of Obesity, 31, 887-890 Amerika:

Nature Publishing Group. Diunduh dari:

http://www.nature.com/ijo/journal/v31/n6/full/0803616a.html Miradwiyana, B. 2007. Hubungan Intake Kalsium dan Faktor Lain dengan Indeks

Massa Tubuh pada Siswa SLTP di Yayasan Pendidikan Islam Al Azhar 12 Jakarta Tahun 2007. Depok: Program Pascasarjana Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 176-177

Novianty, E.N. 2007. Konsumsi Susu dan Faktor-Faktor Lainnya yang Berhubungan dengan Kecukupan Asupan Kalsium pada Anak Sekolah di SD Islam Terpadu Nurul Fikri Kota Depok Tahun 2007. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. Jakarta.

Nugrahaningsih, S.S. 2010. Hubungan antara konsumsi fast food dengan gizi lebih pada remaja di SMPN 3 Kabupaten Jember. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

Nurfatimah. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pondok Pinang Jakarta. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Oktaviani, W. Saraswati, L. Rahfiludin, M. 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik, Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja

(27)

dan Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Studi Kasus pada Siswa SMA Negri 9 Semarang Tahun 2012). Jurnal Kesehatan Masyarakat. (1):542-553. Diunduh dari: http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm.

Prasetya, K. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Konsumsi Soft Drinks Berkarbonasi pada Siswa Kelas VII dan VIII di SMP Yayasan Pendidikan Tugu Ibu. Depok: FKM UI. Jakarta.

Rizal, T.S. 2007. Perilaku Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas lampung Dalam Mengkonsumsi Makanan Cepat saji Berdasarkan The Theory of Reasoned action. [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Robert W. Jeffery, dan Simone A.F. 1998. Epidemic Obesity in The United States: Are Fast Food and Television viewing Contributing?. Am J Public Health. 1998; 88:277-280

Rudolf, M. Levene,M. 2006. Peadiatrics and Child Health, Second Edition. Amerika: Blackwell Publishing Ltd. 368

Runge S, M. Greganti A,M. 2009. Netter’s Internal Medicine, 2nd Edition. Amerika: Saunders Elsevier.

Sharkey J.R, Cassandra M.J, Wesley R.D, dan Scott A.H. Association between proximity to and coverage of traditional fast food restaurants and nontraditional fast-food outlets and fast-food consumption among rural adults. International Journal of Health Geographics. 2011;10:37-48.

Suryaalamsyah, I.I. 2009. Konsumsi Fast Food dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kegemukan Anak Sekolah di SD Insani Bogor. Tesis. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siregar, R.A. 2006. Harga Diri Pada Remaja Obesitas.Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sumarwan, U. 2007. Karakter konsumen Anak. Food Revie. Referensi Industri dan Teknologi Pangan Indonesia. Vol 2 No. 2. Feb. Hal 12.

Sizer, F. Whitney,E. 2006. Nutrition Concepts and Controversies, Tenth Edition. Amerika: Thomson Wadsworth.

Stang, J. 2008. Nutrition in Adolescence. In: Kathleen M,L. Escott-Stump,S. Krause’s Food & Nutrition Therapy, International Edition. Amerika: Saunders Elsevier. 248-249

Stender, S. Dyerberg, J. Astrup, A. 2007. Fastfood: Unfriendly and Unhealthy,

(28)

International Journal of Obesity, 31, 887-890 Amerika: Nature

Publishing Group. Diunduh dari:

http://www.nature.com/ijo/journal/v31/n6/full/0803616a.html Sunyoto, D. 2011. Analisis Data untuk Penelitian Kesehatan (Analisis Data

Penelitian dengan SPSS untuk Mahasiswa dan Praktisi Kesehatan). Yogyakarta: Nuha Medika.

Suryaputra, K. Nadhiroh, S. 2012. Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Antara Remaja Obesitas Dengan Non Obesitas. Diunduh dari: http://journal.ui.ac.id/health/article/download/796/758

Tarigan, E. 2012. Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast food). Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31100/8/Cover.pdf Vartanian, L.R., Schwartz M.B. dan Brownell, K.D. 2007. Effects of Soft Drink Consumption on Nutrition and Health: A Systematic Review and Meta-Analysis. American Journal of Public Health. [Online]. Volume 97 (Nomor 4), p.667-675. Tersedia dari: http://www.ajph.org. Diakses pada tanggal 17 September 2014. Virgianto, G dan Purwaningsih., 2010. Konsumsi Fast Food Sebagai Risiko

Terjadinya Obesitas Pada Remaja Usia 15-17 Tahun. [Skripsi]. Universitas Diponegoro. Semarang

Wahlqvist, M.L. 2012. Food and Nutrition. 2nd ed. Australia : Allen and Vuwin. Widyantara, K.I.S. 2014. Hubungan Kebiasaan Makan Makanan Cepat Saji (Fast

Food), Aktivitas Fisik dan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Pada Mahasiswa FK Unila Angkatan 2013. [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Willet, Walter, Nutrition Epidemiologi, (New York: Oxford University Press, 2008)

World Health Organization. 2000. The Asia-Pacific perspective: Redefining Obesity and its Treatment. Hong Kong: World Health Organization, International Obesity Task Force, International Association for the Study of Obesity.

Wahlqvist L,M. Tienboon, P. 2011. Growth and Ageing. In: Lanham-New A,S. et.al. Nutrition and Metabolism, Second edition. Amerika: Wiley-Blackwell,A John Wiley & Sons, Ltd. Publication. 129-133. World Health Organization (WHO). 2003. Diet Nutrition and the Prevention of

Chronic Disease: Report of a Joint WHO/FAO Expert

(29)

Concultation, Technical Report Series 916. Swiss Diunduh Dari: http://whqlibdoc.who.int/trs/who_trs_916.pdf

WHO. 1995. Physical Status : The Use and Interpretation of Anthropometry. WHO Technical Report Series 854. Geneva.

WHO. 2003. Diet, Nutrition and The Preventive of Chronic Disease. WHO Technical Report Series 916.

Wulandari, Y. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Mahasiswa Universitas Indonesia Program S1-Reguler Angkatan 2006. Skripsi FKM-UI. Depok.

(30)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

KONSUMSI FAST FOOD

KONSUMSI SOFT DRINK

OBESITAS

(31)

3.2. Definisi Operasional

wawancara kuesioner Sering jika > 2x

(32)

3.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas maka hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adanya hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada siswa SMAN 4 Medan.

2. Adanya hubungan antara kebiasaan konsumsi soft drink dengan kejadian obesitas pada siswa SMAN 4 Medan.

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang dilakukan dengan design kasus kontrol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan hubungan pola konsumsi fast food dan soft drink terhadap siswa obesitas dan tidak obesitas di SMAN 4 MEDAN . Kelebihan dari rancangan ini adalah lebih murah, lebih cepat memberi hasil dan tidak memerlukan sampel yang besar. Selain memiliki kelebihan tersebut rancangan ini juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu rawan terhadap bias, seperti recall bias dan bias yang terjadi pada saat menyeleksi kasus dan kontrol (bias seleksi).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitia 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelititan ini dilakukan di SMAN 4 Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung sejak bulan Maret – Oktober 2015

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN yang duduk di kelas 10 sampai dengan kelas 12 di SMAN 4 medan tahun 2015.

4.3.2. Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah seluruh siswa SMAN 4 Medan yang telah dipilih secara porposive sampling, yaitu setiap

(34)

populasi yang memenuhi kriteria pemilihan (inklusi dan eksklusi) dimasukkan dalam penelitian sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi

(Sastroasmoro, 1995)

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol, kelompok kasus ditetapkan dengan criteria sebagai berikut.

1. Seluruh siswa SMAN 4 Medan dari kelas 10 sampai kelas 12 yang dinyatakan obesitas berdasarkan hasil pengukuran antropometri menggunakan IMT dengan cut off point lebih dari 95 persentil

2. Menyetujui inform consent

Sedangkan kelompok kontrol ditetapkan dengan criteria sebagai berikut : 1. Seluruh siswa SMAN 4 Medan dari kelas 10 sampai kelas 12 yang

dinyatakan non obesitas (status gizi normal) berdasarkan hasil pengukuran antropometri menggunakan IMT dengan cut off point 5 persentil – 85 persentil

2. Menyetujui inform consent

4.3.2.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi dan eksklusi responden yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

Kriteria Inklusi:

1. Merupakan siswa yang bersekolah di SMAN 4 Medan 2. Berusia 15-17 tahun

3. Bersedia menjadi responden penelitian

Kriteria Eksklusi: Sedang dalam keadaan sakit kronis

(35)

4.3.2.2. Besar Sampel

Perkiraan besar sampel pada ditentukan dengan rumus analitik kategorik tidak berpasangan (Dahlan, 2009):

P1-P2 = Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna P = proporsi total (P1+P2)/2

Q = 1 – P

Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut:

�� =�2 = 1,96 2�0,6�0,4 + 0,842 0,75�0,25 + 0,45�0,55 0,3

2

�1 =�2 = 40, 89≈ 41

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka besar sampel total minimal penelitian adalah 82 responden.

(36)

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Jenis Data

Data primer didapatkan secara langsung dari subjek penelitian berupa hasil kuesioner dan Indeks Massa Tubuh. Data sekunder penelitian didapatkan dari pihak sekolah yaitu jumlah siswa di SMAN 4 Medan

4.4.2. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan antara lain: Kuesioner, Timbangan Berat Badan digital dengan ketelitian 0,1 kilogram dan Microtoise berskala 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm

4.4.3. Teknik Pengumpulan Data

1. Data tentang Indeks Massa Tubuh (IMT) didapatkan melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan Data tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise berskala 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Sedangkan data berat badan diukur dengan menggunakan timbangan berat badan digital dengan ketelitian 0,1 kg. Data tinggi badan dan berat badan tersebut kemudian dikonversikan dalam IMT untuk selanjutnya responden digolongkan dalam kelompok obesitas atau tidak obesitas.

2. Data tentang konsumsi fast food dan soft drink di dapatkan dari kuesioner yang telah diisi oleh responden

3. Jumlah siswa di sekolah SMAN 4 Medan didapatkan dari pihak sekolah.

4.5. Metode Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan akan dimasukkan ke dalam komputer dan diolah dengan menggunakan program SPSS, kemudian dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat

(37)

4.5.1. Analisis Univariat

Digunakan untuk mengamati distribusi frekuensi responden Variabel independen pada penelitian ini adalah konsumsi fast food dan soft drink, sedangkan variabel dependen adalah obesitas.

4.5.2. Analisis Bivariat

Digunakan untuk mengamati hubungan konsumsi fast food terhadap obesitas dan soft drink terhadap obesitas. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square, yang akan disusun dalam bentuk tabel 2 x 2. Nilai p < 0,05 menunjukkan

hasil uji statistik yang bermakna (Sastroasmoro, 2013).

Odds Ratio dan Confidence Interval ditentukan setelah melihat

signifikansi penelitian, yaitu apabila didapatkan hasil yang bermakna antara variabel yang akan diteliti.

4.5.3. Analisis Multivariat

Digunakan untuk mengamati hubungan konsumsi fast food dan soft drink terhadap obesitas.

(38)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pengumpulan data dilakukan di SMAN 4 Medan, yang beralamat di JL. Gelas No. 12 Kelurahan Sei Putih Tengah Kecamatan Medan Petisah. SMAN 4 medan memiliki total 33 kelas dengan 11 kelas untuk kelas 10, 11 kelas untuk kelas 11 dan 11 kelas untuk kelas 12. Posisi kelas ada 2 yaitu kelas berpindah dan kelas tetap. Kegiatan belajar mengajar berlangsung dari hari senin sampai hari jumat mulai dari pukul 08.00 WIB sampai 14.00. SMAN 4 Medan memiliki banyak kegiatan ekstrakulikuler antara lain Praja Muda Karana (PRAMUKA), Theater Enceng Gondok (EG), Paskibra, Hipapala (himpunan pelajar pencinta alam dan lingkungan hidup), Basketball Team, Modern Dance, Paduan Suara, Pengembangan Iman Kristen, Ekstrakulikuler Film (Cinema 4), PMR, Pencak Silat, Karya Ilmiah Remaja dan English Club. Dengan total siswa kurang lebih mencapai 1500 an murid menjadikan SMAN 4 Medan cukup ramai dengan kegiatan belajar mengajar yang padat dari hari senin sampai hari jumat. Di kantin sekolah tersebut juga dapat dijumpai berbagai macam makanan dan minuman mulai dari makanan gaya nusantara sampai makanan cepat saji ala barat dan minuman dari tradisional seperti teh manis atau jus sampai minuman kemasan botol bersoda yang biasa kita sebut dengan Soft Drink. Fasilitas yang disediakan disekolah ini selain kantin cukup banyak dan tergolong lengkap seperti laboratorium, unit kesehatan sekolah, perpustakaan, lapangan basket, aula, dan koperasi.

(39)

5.1.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Perempuan 38 46.3

Laki Laki 44 53.7

Total 82 100

Berdasarkan tabel 5.1. dapat diketahui bahwa dihasilkan responden yang terbanyak berjenis kelamin laki laki sebanyak 44 orang (53,7%).

5.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan

FREKUENSI MIN MAKS RATA-RATA SD

82 143 181 161,945 9,0387

Berdasarkan tabel 5.2. didapatkan tinggi badan terendah responden yaitu 143cm dan tinggi badan tertinggi 181cm.

5.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan

FREKUENSI MIN MAKS RATA-RATA SD

82 41,0 157,1 73,478 20,9521

Berdasarkan tabel 5.3. didapatkan Berat Badan terendah responden yaitu 41kg dan berat badan tertinggi 157kg.

(40)

5.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh

FREKUENSI MIN MAKS RATA-RATA SD

82 16,0 53,7 27,624 6,9806

Berdasarkan tabel 5.4. didapatkan Indeks Masa Tubuh terendah responden yaitu 16 dan Indeks Masa Tubuh tertinggi 53,7.

5.1.4. Distribusi Frekuensi Konsumsi Fast Food

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Fast Food Konsumsi Fast Food Frekuensi Persentase

Sering 9 11.0

Jarang 73 86.6

Total 82 100

Berdasarkan Tabel 5.3. dapat diketahui bahwa konsumsi Fast Food terbanyak adalah jarang sebanyak 73 orang (86,6%).

5.1.5. Distribusi Frekuensi Konsumsi Soft Drink

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Konsumsi Soft Drink Konsumsi Soft Drink Frekuensi Persentase

Sering 12 14.6

Jarang 70 85.4

Total 82 100

Berdasarkan Tabel 5.4. dapat diketahui bahwa konsumsi Soft Drink terbanyak adalah jarang sebanyak 70 orang (85,4%).

(41)

5.1.6. Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food Terhadap Obesitas Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Konsumsi Fast Food Terhadap Obesitas pada Siswa di SMAN 4 Medan

Konsumsi Obesitas Non obesitas p-value

Fast Food N % N % 0.724

Sering 5 12.2 4 9.8

Jarang 36 87.8 37 90.2

Total 41 100 41 100

Hasil penelitian menunjukan dari keseluruhan jumlah siswa yang obesitas di dapatkan persentase terbanyak yaitu siswa yang jarang mengkonsumsi Fast Food (87,8%), sedangkan dari siswa yang non obesitas di dapatkan persentase

terbanyak yaitu siswa yang jarang mengkonsumsi Fast Food (90,2%). Hasil uji chi square menunjukan tidak ada hubungan bermakna (p-value = 0,724).

5.1.7. Hubungan Frekuensi Konsumsi Soft Drink Terhadap Obesitas Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Konsumsi Soft Drink Terhadap Obesitas pada Siswa di SMAN 4 Medan

Konsumsi Obesitas Non obesitas p-value

Soft Drink N % N % 0.061

Sering 9 22.0 3 7.3

Jarang 32 78.0 38 92.7

Total 41 100 41 100

Hasil penelitian menunjukan dari keseluruhan jumlah siswa yang obesitas di dapatkan persentase terbanyak yaitu siswa yang jarang mengkonsumsi Soft Drink (78,0%), sedangkan dari siswa yang non obesitas di dapatkan persentase

terbanyak yaitu siswa yang jarang mengkonsumsi Soft Drink (92,7%). Hasil uji chi square menunjukan tidak ada hubungan bermakna (p-value = 0,061).

(42)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tinggi Badan Pada Siswa SMAN 4 Medan

Dari hasil penelitian yang didapat dari 82 responden, diketahui Tinggi Badan terendah siswa di SMAN 4 Medan adalah 143cm, dalam hal ini tinggi badan tersebut sudah dapat dikatakan dibawah normal untuk seorang remaja yang berumur kisaran 15-17tahun, tinggi badan tersebut didapat kemungkinan karena keturunan ataupun kekurangan hormon pertumbuhan, dalam hal ini perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor resiko terjadinya kurang tinggi badan. Kemudian didapat tinggi badan tertinggi adalah 183cm, dalam hal ini tinggi badan tersebut bisa dikatakan diatas normal untuk remaja berumur 15-17tahun, kemungkinan karena faktor hormon, keturunan dan didukung dengan gizi.

5.2.2. Berat Badan Pada Siswa SMAN 4 Medan

Dari hasil penelitian yang didapat dari 82 responden, diketahui berat badan terendah siswa di SMAN 4 Medan adalah 41kg, dalam hal ini berat badan tersebut sudah dikatakan dibawah normal untuk remaja berumur 15-17, berat badan tersebut mungkin karena banyak faktor seperti keturunan, kurang asupan gizi ataupun metabolisme tubuh, dalam hal ini perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor resiko terjadinya kurang berat badan. Kemudian didapat berat badan tertinggi adalah 157kg, dalam hal ini berat badan tersebut sudah dikatakan jauh diatas normal untuk remaja berumur 15-17tahun, kemungkinan karna faktor gizi, keturunan ataupun penyakit metabolik.

5.2.3. Indeks Masa Tubuh Pada Siswa SMAN 4 Medan

Dari hasil penelitian yang didapat dari 82 responden, diketahui IMT terendah siswa di SMAN 4 Medan adalah 16, dalam hal ini IMT tersebut sudah dikatakan Underweight atau disebut dibawah normal berdasarkan WHO Percentil CDC, dalam hal ini banyak yang dapat dimasukan ke dalam daftar faktor resiko

contohnya keturunan, genetik, kurang gizi, kurang hormon pertumbuhan ataupun

(43)

metabolisme tubuh. Sedangkan IMT tertinggi adalah 53,7, dalam hal ini IMT tersebut sudah dikatakan obesitas, kemungkinan karena penyakit metabolik, keturunan, hormon, asupan gizi yang berlebihan dan pola hidup yg kurang sehat.

5.2.4. Hubungan Konsumsi Fast Food Terhadap Obesitas

Makanan cepat saji (nugget, pizza, spaghetti, burger, kentang goreng, sosis) merupakan makanan yang mengandung kalori tinggi dari kandungan lemaknya. Sedangkan kue kering, tart, es krim, alkohol, dan minuman soda mengandung kalori tinggi dari gula nya. Makan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak selain meningkatkan kalori masuk yang akan ditumpuk dalam jaringan lemak tubuh juga akan meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol LDL (Darmoutomo,2008).

Berdasarkan hasil analisis data tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi Fast Food dengan obesitas (p>0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Tarigan (2012) yang tidak menemukan adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi Fast Food terhadap obesitas.

Tidak adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi Fast Food terhadap obesitas kemungkinan disebabkan karena hubungan antara konsumsi Fast Food dengan obesitas tidak hanya dipengaruhi oleh frekuensi makan Fast Food saja, namun juga dari jenis makanan Fast Food yang di konsumsi dan porsi makanan yang dihabiskan setiap kali makan. Karena penelitian ini hanya meneliti hubungan frekuensi konsumsi Fast Food saja tanpa melihat porsi yang di konsumsi maka hal ini tidak cukup untuk dapat membuktikan hubungan antara konsumsi Fast Food terhadap obesitas.

5.2.5. Hubungan Konsumsi Soft Drink Terhadap Obesitas

Berdasarkan hasil analisis data tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi Soft Drink dengan obesitas (p>0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Asrin (2013) yang tidak menemukan adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi Fast Food terhadap obesitas.

(44)

Tidak adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi Soft Drink terhadap obesitas kemungkinan disebabkan karena hubungan antara konsumsi Soft Drink dengan obesitas tidak hanya dipengaruhi oleh frekuensi minum Soft Drink

saja, namun juga dari jenis minuman Soft Drink yang di konsumsi dan banyaknya minuman yang dihabiskan setiap kali minum. Karena penelitian ini hanya meneliti hubungan frekuensi konsumsi Soft Drink saja tanpa melihat porsi yang di konsumsi maka hal ini tidak cukup untuk dapat membuktikan hubungan antara konsumsi Soft Drink terhadap obesitas.

(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh:

1. Mayoritas Siswa di SMAN 4 Medan memiliki kategori kebiasaan konsumsi Fast Food jarang (86,6%).

2. Mayoritas Siswa di SMAN 4 Medan memiliki kategori kebiasaan konsumsi Soft Drink jarang (85,4%).

3. Tidak terdapat hubungan antara konsumsi Fast Food dengan obesitas pada siswa di SMAN 4 Medan.

4. Tidak terdapat hubungan antara konsumsi Soft Drink dengan obesitas pada siswa di SMAN 4 Medan.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh peneliti dalam penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk mempertimbangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi status nutrisi seperti aktifitas fisik, asupan kalori per hari, Basal Metabolic Rate dan riwayat keturunan. 2. Diharapkan bagi siswa untuk memilih pola makan yang seimbang dan

memilih minuman sesuai kebutuhan dan berguna bagi tubuh.

3. Diharapkan bagi siswa untuk menjaga kesehatan tubuh guna mencapai bobot tubuh yang optimal dan ideal sesuai dengan umur.

(46)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas

2.1.1. Defenisi Obesitas

Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu

masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Obesitas atau kegemukan terjadi

pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan

adipose secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki

berat badan idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak di tubuhnya

(Proverawati, 2010). Obesitas biasa disebut dalam bahasa awam sebagai kegemukan

atau berat badan yang berlebih sebagai akibat penimbunan lemak tubuh yang

berlebihan. Permasalahan ini terjadi hampir di seluruh dunia dengan prevalensi yang

semakin meningkat, baik di negara-negara maju ataupun negara berkembang,

termasuk Indonesia (Depkes Poltekes, 2010). Kegemukan tidak terjadi secara instan,

tetapi perlahan-lahan berdasarkan jumlah cadangan lemak yang terus bertambah

karena cadangan lemak tersebut tidak digunakan untuk beraktivitas. Pada awalnya,

sering tidak disadari bahwa gaya hidup seseorang terutama pola makanlah yang

paling memicu terjadinya kegemukan. Ketika konsumsi kalori tersebut tidak

seimbang dengan yang dibutuhkan oleh tubuh maka tidak akan menjadi masalah.

Namun sebaliknya, jika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman dengan

jumlah kalori yang lebih besar dari yang dibutuhkan, kalori tersebut akan disimpan

dalam tubuh sebagai cadangan energi. Apabila menumpuk dalam jumlah yang

berlebih tubuh akan menyebabkan terjadinya kegemukan (Mumpuni & Wulandari,

2010).

2.1.2. Tipe Obesitas

Tipe kegemukan ada bermacam-macam. Secara umum dibedakan

berdasarkan bentuk tubuh dan berdasarkan sel lemak. Berikut ini uraian lebih

detailnya (Mumpuni & Wulandari, 2010).

(47)

Tipe kegemukan berdasarkan bentuk tubuh :

1. Kegemukan tipe buah apel

Pada pria yang mengalami kegemukan tipe buah apel, biasanya menyimpan

lemak dibawah kulit dinding perut dan di rongga perut sehingga gemuk di perut dan

mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple type) . Kegemukan tipe buah apel

ini sering pula disebut kegemukan sentral atau terpusat karena lemak banyak

terkumpul di rongga perut dan karena banyak terdapat pada laki-laki disebut juga

sebagai kegemukan tipe android.

2. Tipe buah pir

Kelebihan lemak pada perempuan disimpan di bawah kulit bagian daerah

pinggul dan paha sehingga tubuh berbentuk seperti buah pir (pear type). Kegemukan

tipe buah pir ini juga disebut sebagai kegemukan perifer karena lemak berkumpul di

pinggir tubuh, yaitu di pinggul dan paha. Oleh karena tipe ini banyak terdapat pada

perempuan juga sebagai kegemukan tipe perempuan atau kegemukan tipe gynoid.

(Mumpuni & Wulandari, 2010).

2.1.3. Penyebab Obesitas

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari

yang diperlukan tubuh. Meskipun penyebab utamanya belum diketahui, namun

obesitas pada remaja terlihat cenderung kompleks, multifaktorial, dan berperan

sebagai pencetus terjadinya penyakit kronis dan degeneratif. Faktor resiko yang

berperan terjadinya obesitas antara lain adalah sebagai berikut:

1. Faktor genetik

Obesitas cenderung untuk diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab

genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan

kebiasaan gaya hidup, yang bias mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit

untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian menunjukkan

(48)

bahwa rata-rata faktor genetik memberikan kontribusi sebesar 33% terhadap berat

badan seseorang.

2. Faktor lingkungan

Gen merupakan faktor penting dalam timbulnya obesitas, namun lingkungan

seseorang juga memegang peranan yang cukup penting. Yang termasuk lingkungan

dalam hal ini adalah prilaku atau pola gaya hidup, misalnya apa yang dimakan dan

berapa kali seseorang makan, serta bagaimana aktifitasnya setiap hari. Seseorang

tidak dapat mengubah pola genetiknya namun dapat mengubah pola makan dan

aktifitasnya.

3. Faktor psikososial

Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan

makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan

makan.Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negative.

Gangguan emosi ini merupakanmasalah serius pada wanita muda penderita obesitas,

dan dapat menimbulkan kesadaran berlebih tentangkegemukannya serta rasa tidak

nyaman dalam pergaulan bersosial.

4. Faktor kesehatan

Obat-obatan juga dapat mengakibatkan terjadinya obesitas, yaitu obat-obatan

tertentu seperti steroid dan beberapa anti depresant, dapat menyebabkan penambahan

berat badan.

5. Faktor perkembangan

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak menyebabkan bertambahnya

jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi

gemuk pada masa kanak-kanak, dapat memiliki sel lemak sampai lima kali lebih

banyak dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal. Jumlah sel-sel lemak

tidak dapat dikurangi, oleh karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan

dengan cara mengurangi jumlah lemak dalam setiap sel.

6. Aktivitas fisik

(49)

Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan prevalensi

terjadinya obesitas. Orang-orang yang kurang aktif memerlukan kalori dalam jumlah

sedikit dibandingkan orang dengan aktivitas tinggi. Seseorang yang hidupnya kurang

aktif (sedentary life) atau tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang dan

mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung mengalami obesitas

(Proverawati, 2010).

2.1.4. Obesitas dikalangan Remaja

Di kalangan remaja, obesitas merupakan permasalahan yang merisaukan,

karena dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan

psikologis yang serius. Belum lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar.

Dapat dibayangkan jika obesitas terjadi pada remaja, maka remaja ersebut akan

tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri (Depkes Poltekes, 2010). Di

kalangan perempuan, kegemukan adalah kondisi yang layak dihindari dan sekaligus ditakuti. Kegemukan sering membuat perempuan “menyiksa diri” dengan tidak makan sebagaimana mestinya, tanpa memperhatikan ketentuan, dan aturan kesehatan.

Akhirnya, bukan berat badan ideal yang didapatkan, tetapi justru berakibat sakit dan

kondisi tubuh yang tidak prima. Sebenarnya di kalangan laki-laki juga muncul

kekhawatiran dan kecemasan yang sama seperti perempuan. Namun karena laki-laki yang “tidak heboh” seperti perempuan maka keluhan-keluhan mereka tentang kegemukan sepertinya tertutupi. Berbeda dengan perempuan yang lebih sering

mengeluh dan panik atas kegemukan yang dialaminya (Mumpuni &

Wulandari,2010). Remaja sering kurang nyaman dengan pertumbuhan yang pesat

tersebut, sedangkan di sisi lain mereka ingin berpenampilan seperti pada umumnya

teman sebayanya atau idolanya. Sebagian dari mereka mungkin sedang menyiapkan

diri mereka untuk melakukan aktivitas seperti sebagai model, entertainer,

dancer,gymnast dan kegiatan olah raga lainnya, yang mengharuskan mereka

mengatur berat badan mereka. Sehingga remaja sangat rentan terhadap gangguan

makan, seperti halnya remaja perempuan yang melakukan diet yang sebenarnya tidak

perlu dilakukan, atau pada remaja laki-laki yang memakai makanan suplemen agar

ototnya tumbuh seperti orang dewasa (Proverawati,2010).

(50)

2.2. Remaja

Remaja berasal dari kata adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Masa remaja didefinisikan sebagai periode antara umur 11-21 tahun dan merupakan masa perkembangan remaja menjadi dewasa dari segi biologis, emosi, sosial dan kognitif. Perkembangan psikososial dapat berdampak positif terhadap peningkatan perilaku sehat seperti konsumsi makanan sehat, aktivitas fisik dan gaya hidup sehat secara umum. Perkembangan psikososial juga sering menjadi penyebab utama perubahan perilaku makan seperti makan berlebih, suplemen non gizi, penggunaan zat gizi diluar kebiasaan serta mengadopsi diet sesuai kesukaan pada makanan (Hurlock, 2009).

Menurut Brown et al (2005), remaja mempunyai tiga tahap perkembangan, yaitu :

a. Remaja awal (early adolescent), usia 11-14 tahun;

b. Remaja madya/tengah (middle adolescent), usia 15-17 tahun; c. Remaja akhir (late adolescent), usia 18-21 tahun.

Setiap orang memiliki gaya hidup dan pola makan masing-masing yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keluarga dan lingkungan. Sewaktu kecil peran orang tua sangat dominan dalam menentukan kandungan gizi dan pola makan anak. Usia remaja anak mulai menentukan sendiri makanan yang disukanya dan sering tanpa memperhitungkan aspek gizi (Wahlqvist, 2012).

2.3. Pola Makan Remaja

Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati et al., 2004). Berdasarkan hasil penelitian Frank yang dikutip oleh Moehyi (2004), mengatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan remaja dengan ukuran tubuhnya. Makan siang dan makan malam remaja

(51)

menyediakan 60% dari intake kalori, sementara makanan jajanan menyediakan kalori 25%. Remaja dengan gizi berlebih ternyata akan sedikit makan pada waktu pagi dan lebih banyak makan pada waktu siang dibandingkan dengan remaja kurus pada umur yang sama. Anak sekolah 13terutama pada masa remaja tergolong pada masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental serta peka terhadap rangsangan dari luar. Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor penting yang turut menentukan potensi pertumbuhan dan

perkembangan remaja (Nurlela, 2015).

2.3.1. Pola Makan Seimbang

Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air dalam jumlah yang cukup. Ragam pangan yang dikonsumsi harus dapat memenuhi tiga fungsi makanan atau yang dikenal tri guna makanan yaitu zat tenaga (karbohidrat) zat pembangun (protein) dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Untuk dapat mencukup pangan yang dikonsumsi sehari-hari harus beraneka ragam karena konsumsi pangan yang beraneka ragam dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada pangan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Pola makan seimbang adalah pangan yang dikonsumsi harus memenuhi kualitas maupun kuantitas dan terdiri dari sumber karbohidrat, sumber protein hewani dan nabati, penambah citarasa/pelarut vitamin serta sumber vitamin dan mineral (Depkes, 2004).

Adapun zat gizi seimbang yaitu (Depkes, 2004): a. Karbohidrat

Merupakan salah satu sumber energi bagi tubuh dalam melakukan aktivitas fisik. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat adalah nasi, mie, sagu, gandum, ubi dan singkong. Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur,

(52)

secara umum manusia membutuhkan pengkonsumsian karbohidrat sebesar 275 gram/hari (Depkes,2004)

b. Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Fungsi protein untuk tubuh adalah sebagai zat pembangunan, pertumbuhan, pemeliharaan jaringan, menggantikan sel mati, pertahanan tubuh dan salah satu sumber utama energi. Bahan makanan yang mengandung protein adalah daging, ayam, telur, ikan, udang, kerang dan susu. Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur, secara umum manusia membutuhkan pengkonsumsi protein sebesar 150 gram/hari (Depkes,2004).

c. Lemak

Lemak merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Fungsi lemak dalam tubuh adalah sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak yang tertimbun di tempat-tempat tertentu. Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur, secara umum manusia membutuhkan pengkonsumsian lemak sebesar 25 gram/hari (Depkes,2004).

d. Vitamin

Vitamin merupakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil dan harus didatangkan dari luar, karena tidak dapat disintesis dalam tubuh. Terdapat dua jenis vitamin, yaitu vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K) dan vitamin yang larut dalam air (C, B1, B2, asam nikotinat, piridoksin, biotin, B5, folasin, sianokobalamin). Bahan makanan yang mengandung vitamin adalah sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur sebesar 250 gram/hari (Depkes,2004).

e. Mineral

Mineral merupakan zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk memperlancar zat gizi, mengatur keseimbangan dan mengatur suhu tubuh. Untuk memenuhi

(53)

fungsi diatas, manusia membutuhkan sekurang-kurangnya 2 liter atau 8 gelas setiap harinya (Depkes,2004).

2.3.2. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Piramida makanan digunakan sebagai pedoman untuk memilih makanan secara kuantitatif dengan tujuan untuk memenuhi gizi seimbang, sebagai modal untuk pertumbuhan optimal dan mengurangi resiko terjadinya penyakit kronis. Adapun 10 pesan dasar gizi seimbang dalam PUGS (Depkes, 2014):

a. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan; b. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan;

c. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi;

d. Biasakan mengonsumsi anekaragammakanan pokok; e. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak; f. Biasakan sarapan;

g. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman; h. Biasakan membaca label pada kemasan pangan; i. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir; j. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat

badan normal.

(54)

2.4. Fast Food

Suatu makanan cepat saji ditandai dengan biaya rendah, ukuran porsi yang besar dan makanan padat energi yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak (Sharkey JR dkk., 2011). Secara umum produk fast food dapat dibedakan menjadi dua, yaitu produk fast food yang berasal dari barat dan lokal. Fast food yang berasal dari barat sering juga disebut fast food modern. Makanan yang disajikan pada umumnya berupa hamburger, pizza, dan sejenisnya. Sedangkan fast food lokal sering juga disebut dengan istilah fast food tradisional seperti warung tegal, restoran padang, warung sunda (Hayati, 2010). Kehadiran makanan cepat saji dalam industri makanan di Indonesia juga bisa mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah ke atas, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat untuk bersantai. Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan misalnya pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan bersih tanpa meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat mereka yang sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi jenis fast food, karena lebih cepat dan juga mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat. Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food dijadikan sebagai pola makan setiap hari (Nurlela, 2015).

2.5. Soft Drink

2.5.1. Definisi Soft Drink

Soft drink adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan

minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari dua jenis, yaitu: minuman ringan dengan karbonasi (carbonated soft drink) dan minuman ringan tanpa karbonasi. Soft drink berkarbonasi adalah minuman yang dibuat dengan

(55)

mengabsorpsikan karbondioksida ke dalam air minum. Minuman ringan tanpa karbonasi adalah minuman selain minuman ringan dengan karbonasi. Kopi, teh, milkshake, susu, coklat panas, dan tap water tidak termasuk dalam kategori soft

drink (Nurlela,2015)

2.5.2. Kandungan Soft Drink

Berikut bahan-bahan yang terkandung dalam soft drink :

1. Air

Air merupakan kandungan terbesar di dalam soft drink, yaitu 90%. Air yang digunakan harus mempunyai kualitas tinggi, yaitu: jernih, tidak berbau, tidak berwarna, bebas dari organisme yang hidup dalam air, alkalinitasnya <50 ppm, total padatan terlarut <500 ppmdan kandungan logam besi dan mangan <0,1 ppm. Sederet proses diperlukan untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan, antara lain: klorinasi, penambahan kapur, koagulasi, sedimentasi, filtrasi pasir, penyaringan dengan karbon aktif dan demineralisasi dengan ion exchanger.

2. Karbondioksida

Pemberian karbondioksida ditujukan agar rasa minuman lebih menggigit dan lebih tajam rasanya. Karbondioksida yang digunakan juga harus semurni mungkin dan tidak berbau. Air berkarbonasi dibuat dengan cara melewatkan es kering (dry ice) ke dalam air es.

3. Pemanis

Bahan pemanis yang digunakan dalam soft drinks terbagi dalam dua kategori:

a. Natural (nutritive), antara lain gula pasir, gula cair, gula invert cair, sirup jagung, dengan kadar fruktosa tinggi dan dekstrosa;

(56)

b. Sintetik (non nutritive), satu-satunya yang direkomendaasikan oleh FDA (Food & Drugs Administration Standard, Amerika Serikat) adalah sakarin.

Kandungan yang paling banyak terdapat dalam soft drinks adalah pemanis. Pemanis yang umum digunakan dalam soft drinks adalah sukrosa dalam bentuk high fructose corn syrup (HFCS) atau campurannya. Dalam satu kaleng ukuran

360 ml soft drinks terdapat 9-12 sendok teh gula yang setara dengan 144-192 kalori. Selain pemanis biasa, saat ini juga terdapat soft drinks yang mengandung pemanis rendah kalori seperti aspartame, sakarin, sukralose, danasesulfame (Herbert, 2005).

4. Penambah rasa

Penambah rasa merupakan salah satu komposisi penting dalam soft drinks. Hal ini karena kebanyakan orang lebih memilih untuk meminum minuman atau air yang berasa dibandingkan dengan yang lain. Bahan makanan dan tambahan lainnya yang ditambahkan dalam soft drinks terdiri dari:

a. Bahan makanan alami meliputi buah-buahan dan atau produk dari buah-buahan, daun-daunan dan atau produk dari daun, akar-akaran, batang atau kayu tumbuhan, dan rumput laut;

b. Bahan makanan sintetik meliputi sari kelapa, vitamin, stimulan;

c. Tambahan lainnya meliputi: pemberi rasa, pemberi asam, pemberi aroma, pewarna, pengawet dan garam.

5. Pemberi asam (acidulants)

Pemberi asam ditambahkan dalam minuman dengan tujuan untuk memberikan rasa asam, memodifikasi manisnya gula, berlaku sebagai pengawet, dan dapat mempercepat inversi gula dalam minuman. Acidulant yang digunakan dalam minuman harus dari jenis asam yang dapat dimakan (edible/food grade) antara lain asam sitrat, asam fosfat, asam malat, asam tartarat, asam fumarat, asam

(57)

adipat, dan lain-lain. Di dalam soft drinks, pemberian asam digunakan dengan tujuan untuk mempertajam rasa minuman (Wahlqvist, 2012).

6. Pemberi aroma

Pemberi aroma disiapkan oleh industri yang berkaitan dengan industri minuman dengan formula khusus, kadang-kadang telah ditambah dengan asam dan pewarna, dalam bentuk:

a. Ekstrak alkoholik (menyaring bahan kering dengan larutan alkoholik), misalnya: jahe, anggur, lemon-lime dan lain-lain. b. Larutan alkoholik (melarutkan bahan dalam larutan air-alkohol),

misalnya: strawberry, cherry, cream soda dan lain-lain. c. Emulsi (mencampur essential oil dengan bahan pengemulsi),

misalnya: untuk citrus flavor, rootbeer dan kola.

d. Fruit juices, misalnya: orange, grapefruit, lemon, lime dan grape. e. Caffeine, sebagai pemberi rasa pahit (bukan sebagai stimulan). f. Ekstrak biji kola.

g. Sintetik flavor, misalnya: ethyl acetate/amyl butyrate yang memberikan aroma anggur

(Wahlqvist, 2012).

7. Pewarna

Pewarna digunakan untuk meningkatkan daya tarik minuman, banyak orang yang tidak menyadari pentingnya warna terhadap persepsi warna minuman. Warna mempengaruhi psikologis seseorang terhadap makanan. Warna juga mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap makanan. Jika makanan tidak terlihat baik, makanan tersebut tidak akan dibeli atau dimakan (Wahlqvist, 2012). Berikut pewarna yang sering digunakan untuk soft drinks:

a. Natural, misalnya dari anggur, strawberi, cherry dan lain-lain. b. Semi sintetik, misalnya warna karamel.

(58)

c. Sintetik, dari 8 jenis pewarna yang dapat dimakan (food grade), hanya 5 yang diperkenankan oleh FDA untuk digunakan sebagai pewarna dalam soft drinks.

8. Pengawet

Soft drinks tidak akan cepat kadaluarsa karena mengandung asam dan

karbondioksida. Tetapi, untuk mencegah kemungkinan tersebut dan mencegah berubahnya rasa selama penyimpanan, maka perlu ditambahkan pengawet, misalnya asam sitrat untuk mencegah fermentasi dan sodium benzoat.

2.5.3. Perilaku Konsumsi Soft Drink

Perilaku Konsumsi Soft Drink merupakan tindakan atau perbuatan mengenai sering tidaknya mengkonsumsi minuman bersoda dihitung per minggu (Malik, 2006). Distribusi frekuensi kekerapan anak dalam mengkonsumsi soft drinks adalah 3-6 kali perminggu sebanyak 7,5%, 1-2 kali per minggu sebanyak

17%, 2-3 kali per bulan sebanyak 33% dan tidak pernah sebanyak 42,5% (Novianty, 2007). Siswa sering mengkonsumsi soft drink sebanyak 33,6% dan 66,4% siswa jarang mengkonsumsi soft drink (Miradwiyana, 2007).

2.6. Kesukaan Terhadap Fast Food dan Soft Drink

Preferensi makanan dan minuman (food preferences) adalah sebagai tindakan/ukuran suka atau tidak sukanya terhadap makanan dan minuman. Sikap seseorang terhadap makanan dan minuman, suka atau tidak suka akan berpengaruh terhadap konsumsinya. Oleh karena itu, merupakan hal penting untuk mempelajari pangan yang disukai atau tidak disukai dan menelusuri sebab-sebab yang melatarbelakanginya. Kesukaan atau pilihan terhadap makanan tentu saja akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan dan kebiasaan makan seseorang (Zahrulianingdyah, 2008).

(59)

2.7. Indeks Massa Tubuh Pada Anak dan Remaja

Indeks massa tubuh (IMT) diartikan sebagai berat dalam kilogram yang dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (Bandini, Flynn dan Scampini, 2011). Indeks massa tubuh digunakan sebagai alat skrining untuk mendeteksi masalah berat badan pada anak (CDC, 2011). Setelah dilakukan pengukuran pada tinggi dan berat badan anak, maka kita dapat melakukan plot hasil IMT pada kurva CDC BMI-for-age grow chart yang di bedakan berdasarkan jenis kelamin (gambar 2.1; gambar 2.2) (CDC, 2011). Jenis kelamin dan umur pada anak dan remaja di pertimbangkan karena jumlah lemak tubuh yang berubah sesuai dengan umur dan jumlah tubuh yang berbeda antara perempuan dan laki-laki (CDC 2011). CDC dan American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan penggunaan IMT sebagai skrining untuk overweight dan obesitas pada anak dimulai sejak usia 2 tahun (Tabel 2.7).

Table 2.7. kategori status berat dengan jangkauan persentil (CDC, 2011) Kategori Status Berat Jangkauan Persentil

Underweight <persentil ke-5

Healthy weight Persentil ke-5- < persentil ke-85

Overweight Persentil ke-85- < persentil ke-95

Obesitas ≥ Persentil ke-95

(60)

Gambar 2.7.1 Kurva BMI-for-age growth chart untuk laki-laki usia 2-20 tahun (CDC,2000)

(61)

Gambar 2.7.2 kurva BMI-for-age growth chart untuk perempuan usia 2-20 tahun (CDC,2000)

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh
Table 2.7. kategori status berat dengan jangkauan persentil (CDC, 2011)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan informasi mengenai hubungan pengetahuan soft drink dan konsumsi soft drink dengan kejadian obesitas pada anak usia remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta

Frekuensi makan fast food dan soft drink contoh lebih banyak dilakukan pada waktu yang tidak menentu dengan jenis fast food yang paling banyak dikonsumsi dan disukai

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan pola konsumsi fast food dan soft drink dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pola konsumsi fast food dan soft drink dengan persen lemak tubuh pada remaja SMA di Kabupaten

Semakin banyak remaja mengkonsumsi soft drink, dan fast food maka semakin tinggi risiko kejadian obesitas pada remaja umur 15-17 tahun.. Kesimpulan :Fast food dan

Sejalan dengan penelitian sebelumnya (23) yang menjelaskan adanya hubungan antara konsumsi fast food lokal dengan kejadian obesitas, yaitu konsumsi fast food lokal ≥

Sehingga penulis tertarik untuk mengetahui hubungan konsumsi fast food dan soft drink dengan kejadian obesitas pada remaja umur 15-17 tahun.. Metode : Penelitian ini

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui angka kejadian dan hubungan konsumsi makanan cepat saji (Fast Food) tersebut dengan kejadian obesitas, agar kiranya kelak para